1
DAFTAR ISI A. Definisi Serealia ....................................................................................................................... 3 B. Jenis Serealia ........................................................................................................................... 3 A. Padi ....................................................................................................................................... 3 B. Jagung ................................................................................................................................... 6 C. Gandum................................................................................................................................. 8 D. Sorgum................................................................................................................................ 10 C. Struktur Umum Serealia ....................................................................................................... 12 2
A. Definisi Serealia Serealia (dalam bahasa Inggris, sereal), juga dikenal sebagai biji - bijian yang merupakan kelompok tanaman yang ditanam dengan benih dan dipanen dalam bentuk biji- bijian serta sebagai sumber karbohidrat sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok. Serealia merupakan biji-bijian dari famili rumput-rumputan yang kaya akan karbohidrat sehingga merupakan makanan pokok manusia, atau pakan ternak, serta dimanfaatkan untuk bahan baku produk industri yang mempergunakan karbohidrat. Biji-bijian yang tergolong serealia antara lain padi, jagung, gandum, cantel, oat, barley, dan rye (Mutiara Nugraheni, 2010). Serealia berperan penting karena merupakan makanan pokok yang sekaligus sebagai sumber energi bagi manusia. Serealia menyediakan sebanyak 50% kebutuhan kalori (Fahmawati, 2013). B. Jenis Serealia A. Padi Menurut Herawati (2012) padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman penghasil bahan pangan pokok dikebanyakan negara daerah tropis, terutama di Asia dan Afrika. Berdasarkan literatur Grist (1960) cit. Hanum (2008), padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Oryza, dan Speciesnya: Oryza sativa L. Tanaman padi dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang tumbuh di lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Genus Oryza L. meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia (Herawati, 2012). Menurut Hasanah (2007) padi berasal dari dua Benua yaitu Oryza fatua Koening dan Oryza sativa L. berasal dari benua Asia dan Oryza stapfii Rroschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika Barat. Padi yang sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza satifa f spontania. Tanaman padi yang dapat tumbuh baik di daerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusahakan 3
didaerah sub tropis. Tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, bunga dan buah padi (Hasanah, 2007). Menuru Aksi Agraris Kanisius (1992) cit. Hanum (2008) akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas radikula, akar serabut (akar adventif), akar rambut dan akar tajuk (crown roots). Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna cokelat, sedangkan akar yang baru atau bagian akar yang masih muda berwarna putih. Menurut Hasanah (2007) padi memilki batang yang beruas-ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjanya ruas tidak sama, ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang berbeda-beda, baik dari segi bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan daun telinga. Hal ini yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan menjadi jenis rumput yang lain. Daun padi memilki bagian-bagian, yaitu helaian daun terletak pada batang padi serta berbentuk memanjang seperti pita. Pelepah daun (upih), merupakan bagian daun yang menyelubungi batang. Pelepah daun berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringanya lunak. Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun (left blade) dan upih (Herawati, 2012). Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm (Hasanah, 2007). Bunga padi memiliki kelamin dua jenis dengan bakal buah di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. 4
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah kepala sari, tangkai sari, palea (belahan yang besar), lemma (belahan yang kecil), kepala putik, tangkai bunga (Hanum, 2008). Buah padi yang sehari-hari di sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah (Hanum, 2008). Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis dan subtropis pada 45º LU dan 45 º LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500- 2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam dimusim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningakat asalkan irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intesif. Pertumbuhan tanaman padi sangat dipengaruhi oleh musim. Musim di Indonesia ada dua yaitu musim kemarau dan musim hujan. Penanaman padi pada musim kemarau akan lebih baik dibandingkan pada musim hujan, asalkan sistem pengairannya baik. Proses penyerbukan dan pembuahan padi pada musim kemarau tidak akan terganggu oleh hujan sehingga padi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan tetapi, apabila padi ditanam pada musim hujan, proses penyerbukan dan pembuahan menjadi terganggu oleh hujan. Akibatnya, banyak biji padi yang hampa (Hanum, 2008; Hasanah, 2007). Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Sinar matahari diperlukan padi untuk melangsungkan proses fotosintesis, terutama pada pembungaan dan pemasakan buah akan tergantung terhadap intensitas sinar matahari. Angin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi yaitu dalam penyerbukan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (Herawati, 2012). Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari. Temperatur yang tepat untuk dataran rendah pada ketinggian 0-650 mdpl temperatur 22-27ºC sedangkan didataran tinggi 650-1500 mdpl dengan temperatur 19-23ºC (Hanum, 2008). 5
Gambar 1. Padi B. Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu (Iriany et all, 2011). Namun demikian berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di Selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik 6
menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar (Anonim, 2011). Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Menurut Suprapto (1997), dalam 100 g bahan jagung mengandung 2,4 g protein, 0,4 g lemak, 6,10 g karbohidrat, 43 mg kalsium, 50 mg fosfor, 1,0 mg besi, 95,00 IU vitamin A dan 90,30 g air. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51,40%. Penelitian oleh berbagai institusi pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budidaya jagung dengan produktivitas 4,5 - 10,0 ton/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi dkk., 2006). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 ton/ha (Departemen Pertanian 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya senjang hasil jagung antara ditingkat penelitian dengan ditingkat petani adalah lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Berbagai masalah dan tantangan perlu diatasi dalam diseminasi teknologi. Teknologi yang didiseminasikan kepada petani pun harus memenuhi sejumlah persyaratan. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam hal diseminasi teknologi diperlukan untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung. Saat ini dan masa yang akan datang, jagung semakin diperlukan dalam jumlah besar. Pada tahun 1980, 7
kebutuhan jagung dalam negeri hanya 3,9 juta ton meningkat menjadi 11,6 juta ton pada tahun 2004, dan diprediksi menjadi 13,6 juta ton pada tahun 2010 (Damardjati et all. 2005). Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Indonesia adalah Propinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan jagung 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan produksi dengan rata-rata laju pertumbuhan 0,35%. Pada tahun 2001 tingkat produksi hanya 515.405 ton meningkat menjadi 677.092 ton pada tahun 2005 (Direktorat Serealia, 2005). Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh peningkatan penggunaan varietas unggul dan luas areal tanam (Subandi dan Hermanto, 2002). Gambar 2. Jagung C. Gandum Gandum merupakan tanaman serealia yang hampir sama dengan padi, tapi jika dilihat dari variasi produk yang dihasilkan gandum lebih unggul dibanding padi, bahkan jagung, ketela dan umbi-umbian lainnya. Gandum menjadi komoditas utama dunia dan diproduksi secara luas. Produksi gandum merupakan yang terbanyak dibanding komoditas lain seperti padi dan jagung, bahkan produksi gandum terus mengalami peningkatan pertumbuhan produksi sekitar 2- 3% pertahun (Pradeksa, 2014). Gandum merupakan komoditas pangan yang diperdagangkan secara global pusat untuk keamanan pangan dari banyak negara (Roger, Tornley, Campbell, & Larkin, 2004). Gandum adalah komoditas yang cocok dengan perut banyak orang, tidak heran jika gandum menjadi komoditas yang diminati diseluruh dunia. Gandum adalah komoditas penting dan dikonsumsi oleh seluruh rumah tangga hampir disemua negara dalam bentuk besar seperti roti, pasta, sereal sarapan, chapati, dan roti (Gὁmesz-Plana dan Devadoss, 2004 dalam M.Uzunos dan Y. Akcay: 2009). 8
Pada dasarnya gandum bukanlah makanan pokok masyarakat Indonesia, selama beberapa tahun terakhir peranan gandum semakin penting. Peralihan pola konsumsi kelompok berpendapatan bawah dan menengah yang begitu cepat pada makanan yang berasal dari gandum terutama mie instan dan roti telah mendorong peningkatan impor gandum atau terigu, serta berkurangnya permintaan terhadap pangan yang berasal dari dalam negeri seperti kitela dan umbi-umbian lainnya (Pradeksa, 2014). Selain itu, pertumbuhan industri tepung terigu dan semakin berkembangnya industri makanan yang menggunakan gandum sebagai bahan dasar ataupun penggunaan tepung terigu yang merupakan produk turunan dari gandum diduga ikut mendorong peningkatan permintaan terhadap komoditi ini. Berdasarkan laporan United State Departement of Agriculture (USDA), pada tahun 2012 Mesir berada pada posisi pertama sebagai importir gandum terbesar dunia, Indonesia diposisi kedua dan Brazil diposisi ketiga. Diperkirakan pada tahun 2017/2018 Indonesia akan menjadi importir gandum terbesar pertama dunia menggantikan Mesir yang selama ini menjadi importir gandum terbesar pertama dunia (Detik Finance, 2012). Keputusan Indonesia untuk mengimpor gandum cukup beralasan, dimana gandum merupakan tanaman subtropis sementara Indonesia beriklim tropis. Jadi, seratus persen permintaan terhadap gandum dipenuhi dengan cara mengimpor dari negara lain yang mengahasilkan komoditas ini. Ramalan United State of Agriculture (USDA) tentang Indonesia yang akan menjadi importir gandum terbesar dunia cukup beralasan, dimana Mesir masih mampu memproduksi 8 juta ton gandum pertahun sedangkan Indonesia tidak mampu memproduksi sama sekali (iNews.id, 2018). Impor gandum Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 volume impor gandum Indonesia sebesar 7,1 juta ton dengan nilai impor sebesar 2,6 miliyar. Pada tahun 2013 volume impor gandum indonesia sebesar 7,3 juta ton dengan nilai impor 2,7 miliyar. Pada tahun 2014 volume impor gandum Indonesia naik menjadi 7,4 juta ton dengan nilai impor yang turun pada angka 2,4 miliyar. Pada tahun 2015 volume impor gandum Indonesia meningkat lagi pada angka 10 juta ton dengan nilai impor yang juga meningkat menjadi 2,8 miliyar. Pada tahun 2016 volume impor gandum Indonesia tetap pada angka 10 juta ton dengan nilai impor yang turun drastis menjadi 2,3 miliyar (Index Mundi, 2017). Dalam 9
memenuhi permintaan akan gandum, sebagian besar gandum Indonesia di impor dari Australia. Australia menjadi eksportir utama, Ukraina menjadi eksportir kedua, dan Amerika Serikat hanya memasok sepuluh persen dari kebutuhan gandum Indonesia. Tingginya permintaan gandum Indonesia dari Australia cukup beralasan, dimana jarak Australia dan Indonesia tidak begitu jauh. Akibatnya, cadangan gandum Australia menimpis karena harus memenuhi permintaan impor yang tinggi dari Indonesia (Utomo, 2015). Indonesia semakin tergantung pada komoditas ini, dimana impor gandum Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun sementara Indonesia tidak mampu memproduksi gandum sama sekali. Jalan satu-satunya untuk memenuhi permintaan gandum Indonesia yang tinggi adalah dengan mengimpor dari negara lain. Gandum telah masuk ke Indonesia jauh sebelum masa kemerdekaan. Gandum dibawa masuk ke Indonesia oleh pedagang dari Timur Tengah, Afrika dan Australia. Setelah kemerdekaan biji gandum tetap harus didatangkan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (Nusa Bangsa, 2012). Syafputri (2012), mengatakan bahwa impor gandum Indonesia pada awalnya mendapat bantuan dari Amerika dengan nama kerjasama PL 480 pada tahun 1969. Latar belakang kerjasama ini adalah untuk menanggulangi harga beras yang tinggi waktu itu sehingga pemerintah lebih memilih impor gandum dibandingkan harus mengimpor beras. Latar belakang Amerika memberi bantuan kerjasama PL 480 adalah karena surplus besar-besaran pada produksi gandum Amerika. Kebijakan diversifikasi gandum sebagai bahan pangan alternatif menjadi bencana yang tidak disadari waktu itu. Gambar 3. Gandum D. Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, 10
dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal. Prospek penggunaan biji sorgum yang terbesar adalah untuk pakan, yang mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia-Australia dan diperkirakan masih terjadi kekurangan sekitar 6,72 juta ton (Gowda dan Stenhouse 1993; Rao 1993 dalam Sumarno dan Karsono 1996). Kondisi ini memberi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sorgum. Menurut Beti et al. (1990), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (1996), sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100 g bahan. Namun, masalah utama penggunaan biji sorgum sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kandungan tanin yang cukup tinggi, mencapai 0,40−3,60% (Rooney dan Sullines 1977). Sorgum juga merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15−20 t/ha/tahun (Anonim 1996), dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30−45 t/ha/tahun (Wardhani 1996). Di negara-negara miskin di daerah beriklim kering, umumnya sorgum diusahakan sebagai tanaman pangan. Namun, di negara-negara maju yang persediaan bahan pangannya berlimpah, sorgum ditanam sebagai bahan pakan karena kandungan gizinya cukup tinggi (setara dengan jagung) serta sebagai bahan baku industri. Untuk mengembangkan sorgum diperlukan keterkaitan antara pemerintah, petani produsen, dan pabrik pakan ternak. Dengan adanya keterkaitan tersebut, produksi sorgum dapat ditampung oleh industri pakan sehingga terdapat jaminan pasar bagi petani. Rata-rata produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu 3,60 t/ha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 t/ha (Sumarno dan Karsono 1996). Produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi budi daya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya di beberapa negara produsen sorgum, rata-rata produktivitas sorgum masih di bawah 1 t/ha, yang disebabkan oleh pengaruh iklim yang kering, penggunaan varietas lokal yang hasilnya rendah, pemupukan minimal, dan penanaman secara tumpang sari. Menurut Beti et al. (1990), luas areal sorgum dunia sekitar 50 juta 11
hektar setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan rata-rata produktivitas 1,30 t/ha. Negara penghasil sorgum utama adalah India, Cina, Nigeria, dan Amerika Serikat, sedangkan Indonesia termasuk negara yang masih ketinggalan, baik dalam penelitian, produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum. Meskipun dalam jumlah yang terbatas, produksi sorgum Indonesia telah diekspor ke Singapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Jepang untuk digunakan sebagai bahan baku pakan serta industri makanan dan minuman. Ekspor sorgum selama Pelita V mencapai 1.092.400 kg dengan nilai US$ 116.211, sedangkan impor sorgum mencapai 4.615 kg atau US$ 3.988, sehingga masih terjadi net ekspor 1.087.785 kg atau perolehan nilai devisa US$ 112.233. Gowda dan Stenhouse (1993) dan Rao (1993) dalam Sumarno dan Karsono (1996) menyatakan bahwa proyeksi penyediaan sorgum untuk wilayah Asia- Australia. Gambar 4. Tanaman Sorgum C. Struktur Umum Serealia Struktur umum biji-bijian serealia terdiri dari tiga bagian besar yaitu kulit biji, butir biji (endosperm), dan lembaga (embrio). Kulit biji padi disebut sekam, sedangkan butir biji dan embrio dinamakan beras. Lapisan terluar disebut perikarp, kemudian tegmen, lapisan aleuron dan bagian yang dalam adalah endosperm. Lapisan aleuron merupakan lapisan yang menyelubungi endosperm dan lembaga. 12
DAFTAR PUSTAKA M.P. Sirappa. 2003. PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM DI INDONESIA SEBAGAI KOMODITAS ALTERNATIF UNTUK PANGAN, PAKAN, DAN INDUSTR. Jurnal Litbang Pertanian. Makassar Faesal. 2013. PENINGKATAN PERAN PENELITIAN TANAMAN SEREALIA MENUJU PANGAN MANDIRI. Seminar Nasional Serealia. 13
Search
Read the Text Version
- 1 - 13
Pages: