Di atas langit raja siang bertengger Di kolong langit ia keluar dari ufuk timur Menari-nari hingga tenggelam di ufuk barat Berpendar di lautan menghiasi indahnya pemandangan laut Ufuk barat menjadi batas ia menari-nari Malamnya rembulan menggantinya Apakah rembulan akan menari-nari pula? Atau sekadar bersedih hati? Kita hanya penghuni kolong langit Hidup karena dua orang bersentuh kulit Menerima keadilan yang begitu rumit Namun kita tetap harus bangkit Purwati, S.Pd., M.Pd. 43
Ada beribu tutur nasihat Dari setiap celotehan singkat Ada berjuta untaian cerita Dalam suatu keikhlasan cinta Tepat di wajahmu yang kian menuju senja Kutemukan kedamaian yang terpatri di sana Tentang tetes peluh yang tak pernah palsu Melebihi semangat yang tak pernah ragu Andai, aku dimukjizati mantra Berharap bisu ragamu dapat kubaca Benarkah sepenuhnya gundukan bahagia Ataukah hanya bahagia yang pura-pura 44 Jangan Bangunkan Aku
Hidup kadangkala penuh lika-liku Goresan luka masa lalu masih membekas Mau tak mau harus kuhadapi Walau terkadang parau namun itu nyatanya Waktu perwaktu perlahan berlalu Siap memanggil kejadian baru Keputusasaan menjadi pemicu Antara mundur dan maju Tatapan, bisikan, hinaan, cemoohan Ah, betapa kejam dunia ini Namun semua itu tak kuhiraukan Aku harus kuat, harus tetep maju Asalah yang membuatku kuat Aku harus tetep maju Melangkah walau berliku-liku Demi tujuanku Menggapai kesuksesan dalam hidupku Purwati, S.Pd., M.Pd. 45
Kini langit kembali menangis Kulihat dirimu menangis Hati ini rasanya teriris-iris Ku tak kuasa melihatmu terpuruk Senyum yang hilang membuatku seperti tertusuk Tak kan kubiarkan keadaan kembali memburuk Jika badai itu berani kembali Biar aku yang menantang nyali! Kupastikan dirimu tak lagi menangisi Segala apa yang telah terjadi Kupastikan jika badai berani melanda Ia akan memberikan pelangi setelahnya Dirimu tak pantas untuk terluka Pasti ada hikmah yang luar biasa di baliknya 46 Jangan Bangunkan Aku
Waktu terus berputar seperti roda Semua berjalan begitu cepat Apalah daya ku tak bisa lagi berbuat Sesal tak akan ada guna Asa usang tanpa jejak Ku meringkih dalam penyendiriaan dan penyesalan Ku tertawa dalam perantauan Meratapi harapan yang tak lagi memiliki makna Kini aku hanya berpasrah saja Sudah hilang aura baikku Meratap sesal yang membeku Meninggalkan luka yang durjana Namun … Sesal tiada guna Ku harus hapus semuanya Ku harus bangkit darinya Pasrah tak menyelesaikan masalah Hanya luka yang kurasa Purwati, S.Pd., M.Pd. 47
Dulu ayah membangunkanku di pagi hari Dulu ayah menemani aku di malam hari Kasih sayangmu selalu kurindukan Engkau selalu hadir di dalam mimpiku Mimpi yang begitu nyata bagiku Ayah, tanpamu aku bukan apa-apa Tanpamu aku hanyalah manusia yang tidak mengerti hidup di dunia Hidup di alam fana ini Yang banyak liku-liku kehidupan Ada tawa, canda, duka, dan air mata Ayah, aku berterima kasih, Karenamu aku mengerti apa arti hidup ini 48 Jangan Bangunkan Aku
Berjuang dalam hidup Hadapi setiap cobaan Terus melangkah setiap hari Demi sesuap nasi Tanpa tahu jati diri Bangsa sudah merdeka Berhak menentukan pilihan Bukan larut dalam sistem kezaliman Harga-harga selalu meroket naik Tidak mungkin bisa dikendalikan Semua itu karena sistem yang mencengkeram Tidak ada pilihan selain menaikan pendapatan Tapi bagaimana semua itu dilakukan Jika pemikiran saja masih ketinggalan zaman Purwati, S.Pd., M.Pd. 49
Emosinya menggebu-gebu Naik tak terkira Membentak dan mencaci Saling menjauh dan tak peduli Dia tak mengerti Dan tak mau mengerti Saling menyalahkan Dan merasa paling benar Dia yang senang bicara Yang malas bertindak Yang membual Yang berdebat Dia memilih bersantai atau tergesa-gesa Dia tak menyegerakan apa yang menjadi tugasnya Dia senang menyembunyikan Jujurnya karena terpaksa Raut wajahnya tak sama Selalu berbeda beda 50 Jangan Bangunkan Aku
Menyesuaikan keadaannya Yang senang dan yang berduka Purwati, S.Pd., M.Pd. 51
Pernah ingin kembali Namun, itu tak mungkin lagi Sebab semua sudah tak ada lagi Sedangkan aku masih di sini Mencari cerita kembali Tetapi itu hanya khayalan Yang pernah aku dambakan Bersama menciptakan masa Yang tertunda dulu Dan kini engkau sudah berlalu Bahkan engkau tak akan pernah tahu Di sini aku masih menunggu Saat-saat seperti dulu bersamamu Bersama melewati rintangan, halangan, dan tantangan Yang menghadang 52 Jangan Bangunkan Aku
Hati, Mengapa kau bimbang selalu? Adakah luka yang tetap menghiasimu? Hati, Mengapa pahit selalu kau rasa? Adakah yang masih mengganjal padamu? Hati, Tabahkan dirimu layaknya raga yang kau huni Biarkan yang lalu jadi lukisan buram di dindingmu Dan menjadi pelajaran berharga untuk dirimu Agar dapat kau bertambah dewasa Dan kian tegar melalui hari-harimu Hati, Sambut hari esok penuh rasa Penuh keceriaan, kebahagiaan Karena badai pasti berlalu Dan kita sambut lembaran baru yang penuh arti Purwati, S.Pd., M.Pd. 53
Dewasa adalah tujuan utama Mencari jiwa agar mudah diberi nama Terkadang maknanya agak salah Melampaui kisah sedikit resah Kini aku sudah tak biasa Kini aku sudah tak merasa Bersama mereka di sela lara Hidup di pinggir kota Berbagi cerita bersama di teman lama Kini aku berkaca Bukan saatnya aku bercanda Dulu aku sering berjalan tanpa arah Dulu aku sering bersorah 54 Jangan Bangunkan Aku
Ibu … Anakmu sedang bimbang Pikirannya guncang, Bu ... Dia lelah memikirkan hidupnya Ibu … Apakah Tuhan menyia-sia doa kita, Bu? Apa kita kurang tawakal? Ataukah kita tak pernah bersyukur? Ibu … Kenapa cobaan tak pernah berhenti mendera, Bu? Aku selalu meminta kepada-Nya sehabis sujudku, Bu Aku slalu memohon hari yang terang di kemudian hari Aku selalu memohon untuk kebahagian keluargaku, Bu Purwati, S.Pd., M.Pd. 55
Ibu … Bantulah aku, Bu ... Bantu aku dalam doa-doamu, Bu Aku tahu doamu kuat Doamu mustajab Tuhan selalu mengabulkan setiap doa-doamu, Bu … 56 Jangan Bangunkan Aku
Kuingin beristirahat Karena tubuhku sudah terlalu penat Mataku pun sudah terlalu berat Dan tak sanggup lagi untuk menatap Satu kata pun sudah tak mampu kuucap Biarkanlah aku tertidur Biarkanlah semua masalahku hancur Jangan bangunkan aku Di saat mimpi indah menemani tidurku Di saat mimpi indah mewarnai kehidupanku Aku ingin selalu bermimpi Dan tak ingin rasanya terus bermimpi Jangan bangunkan aku Purwati, S.Pd., M.Pd. 57
Teringatkan, kelam surau masa lampau Bahkan, mendung dirasakannya hingga kini Menghujam telak di kalbu Terang tak lagi menghiasi Penuh dengan rasa malu Tatkala kepekatan senantiasa didapati Jeruji maksiat yang tak pernah henti Ibarat rembulan terbelah Hitam di setiap malam hari Terkelungkup penuh resah gelisah Di tanah itu, ia menyesal dalam sanubari Pasrahku kepada Sang Illahi Robbi 58 Jangan Bangunkan Aku
Tuhan … Dalam diam kusebut nama-Mu Sungguh aku takut akan dosa-dosaku Takut atas murka-Mu Tuhan ... Kuharap kan selalu kasih sayang-Mu padaku Karena kehendak-Mu lah aku ada Ku hanya bisa berdoa dan berdoa Memohon ampunan dari-Mu Tuhan ... Kasih sayang-Mu kuharapkan Pengampunan atas dosa-dosaku kunantikan Ku hanya bisa pasrah pada-Mu Untuk menerima segala dari-Mu Purwati, S.Pd., M.Pd. 59
Kau pernah berdiri tepat di hadapanku Merayuku dengan kata-kata indahmu Kau bilang waktu itu Aku wanita istimewamu Sejenak kau berhasil membuatku bahagia hingga terlena Dunia seperti milik kita berdua Aku, kamu, dan cinta kita Hingga akhirnya waktu kembali Membangunkanku dari tidurku Semua kebahagiaan yang terjadi ternyata semu Dan kau hanyalah fatamorganaku Sebab aku sadar itu hanya mimpi di tidurku Menggapaimu adalah ketidakmampuanku 60 Jangan Bangunkan Aku
Ingin kusudahi saja semua ini Rasanya ku tak sanggup lagi menahan semuanya Hatiku menagis Jiwaku meronta Ingin merasakan kebebasan nyata Hidupku terasa terbelenggu Oleh ketakutan, ketidakberdayaan Rasa sakit, pedih, dan perih yang kurasakan Kusimpan dalam-dalam di benakku Aku hanya diam, diam, dan diam Lewat angin malam ini Kutitipkan sebuah doa Tentang suara hatiku ini Yang menginginkan kebebasan Purwati, S.Pd., M.Pd. 61
Setiap bangun pagi Suara kokok ayam jantan selalu menyahut Mentari pun bersinar cerah Terang cerahkan hari Secerah hatiku Kabut gunung mengalun Pohon-pohon merimbun Daun-daun pun berembun Kabut gunung telah berganti Menjadi asap knalpot Pepohonan telah menjadi gedung-gedung Dan embun di daun Berganti menjadi peluh keringat Yang ada di kulit para warga kota Yang terkena macet 62 Jangan Bangunkan Aku
Bisingnya suara mesin Dan teriknya panas perkotaan Purwati, S.Pd., M.Pd. 63
Kutulis surat ini untukmu Kala hujan gerimis Bagai bunyi tambur mainan Anak-anak dunia gaib Dan angin yang mendesah Wahai, sahabat ... Aku kangen padamu Kutulis surat ini Kala hujan gerimis Dan dua ekor belibis Bagai dua anak nakal Jenaka dan manis Mengibaskan ekor Serta menggetarkan bulu-bulunya Wahai, sahabat Kurindu dirimu 64 Jangan Bangunkan Aku
Sahabat ... Ingin rasanya kujumpa dirimu Ingin ku dekat denganmu Kan kuceritakan semuanya padamu Segalanya selama ku jauh darimu Purwati, S.Pd., M.Pd. 65
Ku tak ingin Kau seindah pelangi Karena indahnya hanya sesaat Lalu hilang lagi Ku tak ingin Kau menjadi rembulan Karena rembulan Hanya hadir di gelapnya malam Ku tak ingin Kau menjadi bintang Karena bintang Hanya menghiasi indahnya malam Ku tak ingin kau seperti dia Yang datang penuh cinta Lalu pergi meninggalkan luka 66 Jangan Bangunkan Aku
Ku ingin Kau seperti ombak di pantai Yang selalu menemaniku Ke mana pun kau selalu ada untukku Dan selalu bersamaku Purwati, S.Pd., M.Pd. 67
Indahnya alunan nada Menerkam jiwa Tentang rasa yang dulu Sempat terkubur Kini kembali mengisi hatiku Menjamah seluruh sukmaku Sekian lama berada dalam kehampaan Termenung dalam kesunyian Berbalut dengan rindu dan pedih Rangkaian rasa menyatu Tapi ... Sebilah cinta menghujam hatiku Hingga pikiranku melayang jauh Hingga aku tak mengenal lagi siapa diriku Aku terbuai, terlena olehnya 68 Jangan Bangunkan Aku
Hatiku penuh bunga Hingga berbunga-bunga Bagai hidup di taman bunga surga Hingga tak dapat lagi kurasakan bunga apa yang ada di hatiku Purwati, S.Pd., M.Pd. 69
Kau sangat berharga Kau bagaikan permata dunia Kau sebagai sumber kehidupan Bagi seluruh umat di dunia Air teruslah mengalir Mengiringi arus yang terus ke hilir Mengelilingi pepohonan yang mulai bersemi Menambah sejuknya suasana pagi Saudaraku hematlah air Gunakan secukupnya Jangan kau sia-siakan dia Pemberian Tuhan yang sangat berharga 70 Jangan Bangunkan Aku
Aku suka hujan Sejak langit abu-abu menjadi hitam gelap Sampai titik-titik air mulai jatuh Ah indahnya Ketika orang sedih kehujanan Aku tersenyum senang menikmati hujan Duduk di pinggir jendela rumah Memandang kaca yang berembun Alangkah indahnya Betapa ajaibnya peristiwa alam Yang begitu indah Ciptahan Tuhan Yang Mahakuasa Purwati, S.Pd., M.Pd. 71
Menembanglah burung-burung sebelum terbang Bernyanyilah ikan-ikan bersama gelombang Angin pun berkesiur bertiup lembut Matahari, pohon-pohon, rumput-rumput bersenandung Bunga-bunga yang elok diterpa gerimis Bermekaran bagi anak-anak yang manis Buah cinta yang syahdu Langit pun tertawa dan akan ia kirimkan untukmu Kesejukan hujan yang akan melupakanmu Pada kemarau panjang Batu-batu runcing di jalan Tak pernah berniat mencelakakan kita Jalan yang licin, tebing -tebing terjal, dan ngarai-ngarai nan dalam Selalu, bagai terik mentari yang panas memanggang Melecut untuk mendewasakan Orang begitu menafsu mengutuki Kemarahan gunung api dan banjir yang menerjang 72 Jangan Bangunkan Aku
Tapi betapa sulit memanjatkan puji syukur Atas hadirnya endapan lava dan lumpur yang subur Tersenyumlah rembulan di langit kebiruan Tersenyumlah bintang-bintang seraya menyibak kelam Hingga terbit fajar dan mentari menyambung perjalanan musim kembang Mekarlah pagi dan semoga beban hidup semakin ringan Karena jiwa dan tangan terbuka menerima amanat kehadiran Langkah diluruskan dan dipermatang, hidup pun lebih punya makna Purwati, S.Pd., M.Pd. 73
Pertiwi kini berduka Pertiwi kini berteriak Memangil, mencari Di mana manusia berada Pertiwi berkata Masih adakah manusia yang akan melayaniku Kutumpahkan lahar di Jogja Kuberi air bah untuk Mentawai Kudatangkan banjir untuk Wasior Kubuat Jakarta tenggelam Hutanku, kekayaanku Telah kau rampas dengan paksa Kau curi seluruh isi perutku Aku hanya ingin kau lindungi agar ku dapat bertahan Dan dapat memberikan napas kehidupan untukmu, manusia 74 Jangan Bangunkan Aku
Lindungi aku dan jangan rampas hak milikku Aku menangis karena kau sakiti Dan kau menangis setelah aku tumpahkan isi perutku Purwati, S.Pd., M.Pd. 75
Berjuta warna di negeri Indonesia Semua tersedia dari gurun hingga pegunungan Bermandikan air danau dan lautan samudera Diterpa rimbunnya dedaunan hutan belantara Perlahan namun pasti Kini semua berganti Hutan alam rontok diterpa kebakaran Sungai keruh kotor diisi oleh limbah kehidupan Tak ada yang mengasihi ataupun mengerti Mencampakkan dan tak mau peduli Kita lebih suka hedonis tanpa mau mengerti Bahwa alam memberikan itu semua gratis tanpa upeti Ada saat di mana alam murka Mengamuk menghancurkan seisi Nusantara Menghukum si makhluk yang paling sempurna Atas kesombongan dan keserakahan hidup di dunia Perbaiki diri dan bulatkan tekad Bahwa kita harus menjaganya dan merawatnya 76 Jangan Bangunkan Aku
Bukan sekadar mengambil hasilnya saja Tapi lupa untuk melestarikannya Jangan sampai semua terlambat Jangan sampai semua menjadi kering Ataupun gersang menjadi tanah lapang Buanglah ego keserakahan Demi alam Indonesia tercinta Purwati, S.Pd., M.Pd. 77
Di sini aku menemukan hidup baru Dalam deraian syukur dalam kalbu Menatap masa depan di dalam rumah keduaku Sekolah tempatku mencari ilmu Di sini, kehijauan yang menghampiri ruang dan waktu Angin semilir diterpa kesejukan Membelai tubuhku lembut Kedamaian merasuk dalam hati Di sini di sekolahku Aku duduk di bawah pohon Di atas rumput hijau yang mengindahkan pandang mata Dengan lembutnya semilir angin Dengan sejuknya udara Sekolah adalah taman terindah pencari ilmu 78 Jangan Bangunkan Aku
Pagi datang lagi Segenap hasrat terkumpul kembali Setelah bercengkrama dengan mimpi Mulai balik menjajal hari Harumnya bunga yang mekar Melati, Kasturi, dan mawar Menyajikan keindahan tanpa tawar Membangkitkan semangat untuk belajar Ini adalah sekolahku Betapa Asri dan bersihnya kamu Ketenangan menyentuh kalbu Kobarkan api semangat menuntut ilmu Guru, teman, halaman depan, dan belakang kelas Ada kenyamanan yang ciptakan bekas Jangan sertakan rasa malas Mari bersama belajar keras Purwati, S.Pd., M.Pd. 79
Tak terasa telah tiga tahun aku di sini Menuntut ilmu Meraih mimpi Mengejar prestasi Sekolahku bersih dan indah Membuatku merasa lebih nyaman belajar di sekolah Sekolahku yang indah Membuatku merasa betah belajar di sekolah Pohon-pohon yang rindang Dengan buah dan bunga yang indah Akan kujaga kebersihan sekolahku Tetaplah menjadi sekolah yang nyaman untuk semua orang 80 Jangan Bangunkan Aku
Terima kasih, Tuhan Kuucapkan dengan penuh sadar Atas semua yang Kau anugrahkan Atas segala pemberian dan kemurahan Terima kasih, Tuhan Atas hidup yang Kau berikan Atas indahnya sebuah lingkungan Yang disuguhkan alam lewat pemandangan Terima kasih, Tuhan Tanpa-Mu ini semua tak kan ada Campur tangan-Mu memberi makna Bagi kami yang tak berdaya Purwati, S.Pd., M.Pd. 81
Ya Tuhan, jagalah lingkungan indah ini Sudahilah segala bencana hingga di sini Berikan kami kesadaran dan kekuatan diri Untuk melestarikan isi bumi 82 Jangan Bangunkan Aku
TENTANG PENULIS Purwati, S.Pd., M.Pd. Menjadi guru merupakan impiannya sejak kecil. Seorang guru di sekolah dasar yang mengabdikan dirinya sejak tahun 1999 hingga sekarang. Lahir pada tanggal 3 Februari 1975. Menuntut ilmu dan tinggal di kabupaten Kendal. Menjadi guru yang baik dan ikhlas demi generasi yang lebih baik menjadi prinsip hidupnya. Purwati, S.Pd., M.Pd. 83
Search