KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA DODDY IZWARDY 1 DIREKTUR GIZI MASYARAKAT FGD SKRINING MALNUTRISI PADA ANAK DI RUMAH SAKIT HOTEL LUWANSA, 22 FEBRUARI 2019
PENDAHULUAN
PERMASALAHAN GIZI REPUBLIK INDONESIA Setiap Negara Di Dunia Mengalami Indonesia merupakan salah satu negara Permasalahan Gizi dengan triple ganda permasalahan gizi. Status Gizi Balita, 2013-2018 37,2 30,8 12,1 10,2 11,9 8,0 Stunting Wasting Overweight 2013 2018 single burden double burden triple burden 22,2% balita di dunia 5,6% Obesitas Penduduk Usia 18+ tahun (150,8 juta) (38,3 juta) 7,5% Overweight 2013 2018 (50,5 juta) Stunting Wasting 14,8% 21,8% Sumber: Global Nutrition Report, 2018 Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018 3
Indonesia: Negara ke 5 dengan jumlah balita tertinggi mengalami stunting Ranking Country Stunting Number of Children who Percentage of Prevalence (%) are stunted Developing World 1. India 2. China 48 (thousand, 2008) Total 3. Nigeria 15 ( 195.1 million) 4. Pakistan 41 60,788 5. Indonesia 42 31.2% 6. Bangladesh 37 12,685 7. Ethiopia 43 10,158 6.5% 51 9,868 7,688 5.2% 7,219 6,768 5.1% 3.9% 3.7% 3.5%
TRIPLE BURDEN 1 DEFISIENSI Gizi Buruk dan Gizi Kurang KALORI DAN PROTEIN 17,7% Stunting 30.8% 2 DEFISIENSI Anemia pada Ibu hamil 48, 9% ZAT GIZI MIKRO Gizi Lebih Balita 8% 3 KELEBIHAN KALORI Gizi Lebih penduduk usia > 18 Tahun 28.9% Riskesdas, 25018
18,4 19,6 17,7 TREN MASALAH GIZI BALITA RISKESDAS, 2007 – 2018 Underweight 13 13,9 13,8 5,4 • Underweight menurun Cut of point 10% 2007 5,7 3,9 terutama pada kelompok 39,8 status gizi buruk Stunting 2013 2018 18 Gizi Buruk Gizi Kurang • Stunting menurun cukup Cut of point 20% 18,8 signifikan terutama pada 2007 37,2 kelompok status sangat Wasting 13,6 pendek 7,4 30,8 Cut of Point 5% • Wasting menurun terutama 6,2 19,2 pada kelompok status Gemuk 2007 sangat kurus 19,3 Sumber: Riskesdas • Gemuk menurun 18 11,5 MASIH MENJADI 2013 2018 MASALAH GIZI MASYARAKAT Sangat pendek Pendek 12,1 10,2 6,8 6,7 5,3 3,5 2013 2018 Sangat Kurus Kurus 12,2 11,9 8 2007 2013 2018
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA REPUBLIK INDONESIA Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh Pola makan merupakan faktor risiko nomor 1 yang padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani dan sayur dan berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia buah masih rendah. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia, Tahun 2017 mencapai 83,04%. 2007-2017 25% Padi-padian 21,74% 2017 Sayur dan Buah 9,81% 15,49% Kacang- Pangan kacangan Hewani Sumber: Kementerian Pertanian Penduduk usia ≥ 5 tahun kurang Sumber: IHME Data Visualization konsumsi sayur dan buah 7 Sumber: Riskesdas, 2018
POLA PENGELUARAN MAKANAN MASYARAKAT INDONESIA Badan Pusat Statistik, 2017 (diakses 10 Januari 2019)
SINERGITAS MULTI-AKTOR DAN PERAN STAKEHOLDER MEDIA MASSA LEMBAGA SOSIAL DUNIA USAHA Mempublikasikan KEMASYARAKATAN/CSOs Pengembangan produk dan informasi yang mendukung program yang mendukung pembangunan kesehatan (Berbagi informasi distribusi secara terus menerus sumber daya, penerapan CSR sesuai dasar hukum) MITRA PEMBANGUNAN PENCEGAHAN PARLEMEN Memperkuat Inisiasi, STUNTING Menjalankan Kolaborasi, dan Monev fungsi legislatif PEMERINTAH PUSAT ORGANISASI PROFESI DAN DAERAH BADAN-BADAN PBB DAN AKADEMISI Memperluas dan Think Tank Inisiator, Fasilitator, dan mengembangkan kegiatan Motivator serta fasilitasi pemerintah untuk keberhasilan program 9
KAJIAN DETERMINAN STUNTING
Kajian Terhadap Determinan Stunting di Indonesia Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Izwardy, Neufeld (2018) Cara mensitasi artikel ini: Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld L. A review of child stunting determinants in Indonesia. Matern Child Nutr. 2018;e12617. http://doi.org/10.1111/mcn.12617
Kerangka Konsep Determinan Stunting Berdasarkan WHO,2014 Penyebab Langsung Stunting dan Pertumbuhan Terhambat Faktor Rumah Tangga dan Keluarga Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tidak Pemberian ASI Infeksi Mencukupi Faktor Ibu Lingkungan Rumah Buruknya Kualitas Praktik yang tidak sesuai Keamanan Makanan Praktik yang tidak Infeksi Klinis dan Sub-Klinis Status gizi buruk selama Kurangnya stimulasi dan aktifitas Pangan Frekuensi pemberian dan Air Sesuai • Infeksi Enterik: diare, masa Pra kehamilan, pada anak Kandungan zat gizi rendah • Kontaminasi air dan • Inisiasi menyusui enteropati, lingkungan, kehamilan dan menyusui Praktek pengasuhan anak yang mikro rendah Pemberian makanan yang makanan yang tertunda penyakit yang disebabkan Perawakan ibu pendek buruk Makanan tidak kurang selama dan • Buruknya praktik • Pemberian ASI tidak oleh cacing Infeksi Kehamilan di usia remaja Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF TEBAL merupakan faktor yang sudahKesehatanmental Pembatasan pertumbuhan dikaji dalam literatur yang ada. Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUFIntrauterine(IUGR)dan Penyediaan air yang kurang beragam dan asupan setelah sakit Higiene Eksklusif • Infeksi saluran pernafasan memadai makanan hewani Konsistensi makanan • Penyimpanan dan • Penyapihan dini • Malaria rendah • Berkurangnya nafsu makan Kerawanan pangan Kandungan zat anti rendah persiapan makanan Pembagian makanan dalam keluarga nutrisi dalam makanan Kuantitas pangan yang yang kurang bersih selama infeksi • peradangan yang kurang merata kurang memadai kelahiran prematur NORMAL adalah faktor yang belum dikaji di literatur yang ada. SedangkanJarakantarakelahiran Rendahnya Pendidikan pengasuh Makanan pendamping Pemberian pangan yang Demam Kekayaan rumah tangga berkalori rendah tidak responsive terhadap Pemberian vaksin secara pendek Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF MIRING merupakan faktor yang tidakHipertensi Perawakan ayah pendek kebutuhan parsial atau tidak sama Ayah dan ibu pendek sekali Rumah padat penghuni Faktor Ksonetecksaturala eksplisit dijelaskan dalam kerangka konsep, tetapi teridentifikasi di Ekonomi Politik FadktaorlSaomsial dliatneMraasytaurakrat MAsyarakat dan Pertanian dan Sistem Air, Sanitasi dan • Harga pengan dan kebijakan dagang Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Pendidikan • Kebijakan pemasaran Budaya Pangan Lingkungan • Stabilitas politik • Akses menuju pusat pelayanan kesehatan • Akses terhadap Pendidikan yang • Kepercayaan dan norma • Produksi dan • Infrastruktur dan • Jaringan dukungan sosial Kemiskinan, pendapatan dan tingkat • Penyedia pelayanan kesehatan yang berkualitas berkualitas • Pengasuh (orang tua pengolahan pangan pelayanan sanitasi dan • Ketersediaan suplai fasilitas pelayanan kesehatan • Tenaga pendidik yang berkualitas • Ketersediaan makanan air kesejahteraan • Infrastruktur • Status kesehatan pendidik yang dan non-orang tuaa) • Perubahan Iklim • Pelayanan jawa keuangan • Sistem dan kebijakan pelayanan kesehatan • Status/derajat social sumber zat gizi mikro • Kepadatan pendududk berkualitas • Keamanan dan kualitas Pekerjaan dan mata pencaharian • Infrastruktur (sekolah dan perempuan • Urbanisasi makanan institusi pelatihan)
HASIL FAKTOR RUMAH TANGGA DAN KELUARGA • Beberapa studi di Indonesia menemukan hubungan yang moderat hingga kuat antara IBU YANG PENDEK dengan kejadian stunting pada anak • Sebanyak 3 studi potong lintang Prevalence of maternal short stature (<145 cm) menunjukkan hubungan yang cukup erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH MUDA dan stunting pada anak • IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE sangat berhubungan dengan stunting pada anak di Indonesia
HASIL FAKTOR LINGKUNGAN • Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN Household with yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water mengalami stunting baik di pedesaan maupun perkotaan • PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH— diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan peningkatan stunting • Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting • Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA RENDAH • Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan beberapa indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat berhubungan dengan stunting • AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting pada satu penelitian
HASIL FAKTOR MP ASI DAN INFEKSI • Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa highest quintile food expenditure anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang lebih tinggi • Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN, berhubungan dengan penurunan kemungkinan kejadian stunting pada anak-anak miskin di perkotaan • RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan dengan peningkatan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan • Satu studi menemukan hubungan yang cukup kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
HASIL FAKTOR MASYARAKAT DAN SOSIAL • Studi di Indonesia sudah membahas semua determinan kesehatan dan pelayanan kesehatan kecuali ketersediaan • Dua studi menunjukkan hubungan Significant OR of Stunting by District antara PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI dengan kejadian stunting • Dalam sub elemen : air, sanitasi dan lingkungan, satu-satunya komponen yang ditemukan berhubungan dengan stunting adalah URBANISASI
KESIMPULAN (1) 1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia : a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, b. status ekonomi keluarga yang rendah, c. kelahiran prematur d. panjang badan baru lahir yang pendek, e. ibu yang pendek f. tingkat pendidikan orangtua rendah g. anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan 2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anak perempuan 3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK meningkatkan risiko terjadinya stunting. 4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
KESIMPULAN (2) 6. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting telah ditangani oleh kebijakan program di Indonesia 7. REKOMENDASI a. Intervensi untuk mencegah stunting mulai sebelum masa konsepsi dan terus dilakukan setidaknya hingga anak berusia 24 bulan. b. Intervensi spasial terhadap faktor determinan diperlukan untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi geografis dan konteks lokal c. Intervensi harus dilakukan pada provinsi dan kabupaten yang memiliki masalah stunting yang paling besar karena perbedaan prevalensi stunting yang besar di berbagai daerah di Indonesia
KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING DI INDONESIA
20
DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA DI INDONESIA PREVALENSI DAMPAK KESEHATAN DAMPAK EKONOMI STUNTING PADA Potensi kerugian ekonomi 70 ANAK BADUTA setiap tahunnya: 2-3% dari GDP 60 Jika PDB Indonesia Prevalensi (%) 50 Rp Rp 13.000 Triliun 40 Potensi Kerugian Rp 260-390 30 32,9 26,1 29,9 Perkembangan Otak Anak Triliun/tahun Stunting 20 Perkembangan Otak Anak The Worldbank, 2016 Sehat 10 Potensi keuntungan ekonomi dari investasi 0 2016* 2018 2013 penurunan stunting di Indonesia: STUNTING PADAPrevalensi (%) Gagal tumbuh (berat lahir rendah, 48 kali lipat 70 ANAK BALITA kecil, pendek, kurus) Hoddinott, et al, 2013 60 Hambatan perkembangan kognitif dan motorik International Food Policy Research 50 Institute Gangguan metabolik pada saat dewasa 40 risiko penyakit tidak menular (diabetes, 30 36,8 35,6 37,2 33,6 30,8 obesitas, stroke, penyakit jantung) 20 Sumber: 10 • Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera 0 Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with 2007 2010 2013 2016* 2018 Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group • www.GlobalNutritionSeries.org Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013, dan 2018, *Sirkesnas 2016
STUNTING BISA DICEGAH MELALUI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (MEMASTIKAN KESEHATAN YANG BAIK DAN GIZI YANG CUKUP) 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting 2/15/2018
3 KOMPONEN UTAMA PENANGGULANGAN STUNTING - POLA POLA AIR BERSIH ASUH MAKAN SANITASI Cegah Stunting, Itu Penting 3
MENINGKATKAN DAYA SAING MENGURANGI KESENJANGAN/INEQUALITY TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL (dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk belajar, berinovasi dan berkompetisi) INTERVENSI GIZI INTERVENSI GIZI SPESIFIK SENSITIF 5 PILAR PENANGANAN STUNTING PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5 Komitmen dan Kampanye Nasional Konvergensi, Mendorong Pemantauan dan Visi Pimpinan Berfokus pada Koordinasi, dan Kebijakan Evaluasi Tertinggi Negara pemahaman, “Nutritional Konsolidasi perubahan perilaku, Program Food Security” komitmen politik dan Nasional, Daerah, akuntabilitas dan Masyarakat Setwapres/ Kemen Kominfo Bappenas dan Kementan dan Setwapres/ TNP2K dan Kemenkes Kemendagri Kemenkes TNP2K
UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN 1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih, Sanitasi. KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan 2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing KB. 10. Vitamin A 4. JKN, Jampersal, Jamsos lain Beriodium 11. Tata Laksana Gizi Buruk 5. Pendidikan Pola Asuh Ortu. 4. ASI Ekslusif 12. Penanggulangan Malaria 6. PAUD HI- SDIDTK 5. Pemberian ASI sampai 13. Pencegahan dan Pengobatan 7. Pendidikan Gizi Masyarakat. 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan usia 2 tahun didampingi diare dengan MP ASI adekuat 14. Cuci tangan dengan benar Reproduksi, serta Gizi pada Remaja. 6. Imunisasi 9. Program Padat Karya Tunai KONVERGENSI MULTI SEKTOR PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN - PELAKSANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN 25
RPJMN 2015-2019 Menurunkan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah usia 2 tahun menjadi 28% dengan Pelibatan Lintas Sektor 1. ASI Eksklusif 1. Bayi diberi ASI Eksklusif 2. Pertumbuhan dan Selama 6 Bulan Perkembangan Balita dipantau 2. Pertumbuhan Balita di tiap Bulan pantau tiap bulan 3. Sanitasi 4. Bayi mendapat Imunisasi 3. Keluarga memiliki atau Dasar Lengkap memakai Air Bersih 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 4. Keluarga Memiliki atau 2. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir memakai Jamban Sehat 5. Sekeluarga Menjadi Anggota JKN 6. Bayi mendapat Imunisasi Dasar Lengkap 26
INTERVENSI GIZI SPESIFIK : 14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR MENGURANGI STUNTING SEBESAR 20% APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%
CAPAIAN INDIKATOR INTERVENSI GIZI SPESIFIK TAHUN 2013 DAN TAHUN 2018 (RISKESDAS) 95,2 96,1 70 74,1 79,3 84,1 75,5 77,8 66,7 71,3 53,5 54,6 48,6 58,2 57,9 59,2 44,6 46,6 34,5 36,6 37,3 37 32,1 K1 K4 PF KF KN1 IMD ASI EKS IDL VIT A BB TB MP ASI BERAGAM RISKESDAS 2013 RISKESDS 2018 28
TANGGUNG JAWAB: KANTOR PILAR1 SETWAPRES/TNP2K KOMITMEN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN CEGAH STUNTING, ITU PENTING
TANGGUNG JAWAB: KOMINFO DAN PILAR PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5 KEMENKES Kampanye Konvergensi, • Gizi dan • Pemantauan PILAR 1 Nasional dan Koordinasi, dan ketahanan dan Evaluasi Komunikasi pangan Komitmen dan Konsolidasi Visi Perubahan Program Pusat, Perilaku Daerah dan Desa Kepemimpinan STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING TUJUAN MENINGKATKAN KESADARAN DAN MENGUBAH PERILAKU masyarakat untuk ISI mencegah stunting di periode 1000 HPK IMPLEMENTASI TARGET PENERIMA PESAN, PESAN KUNCI, MEDIA dan SALURAN yang dapat KONVERGENSI digunakan pada tiap jenis sasaran Menyesuaikan dengan SPESIFIK LOKAL Kebijakan dan sumber daya
TANGGUNG JAWAB: BAPPENAS DAN PILAR 3: KEMENDAGRI KONVERGENSI PROGRAM INTERVENSI GIZI SPESIFIK DAN GIZI SENSITIF Intervensi Gizi Spesifik (Kemkes) Intervensi Gizi Sensitif • Suplementasi gizi makro dan mikro PAUD Kemdikbud Kem Air bersih dan (TTD, Vitamin A, taburia) PU&PR sanitasi • ASI Eksklusif, MP-ASI Fortifikasi Kemperin Kemtan Ketahanan • Fortifikasi pangan • Kampanye gizi seimbang • Kelas ibu hamil • Obat cacing • Penanganan kekurangan gizi • JKN Enabling Factors Bantuan Kemsos BPOM Keamanan pangan pangan non • Kemdagri (NIK, akta lahir, APBD) tunai, PKH • Kemendes PDTT (Dana Desa) Kesehatan BKKBN Kemenag Kursus reproduksi, Bina pranikah, • Kemenkeu (Dana Insentif Keluarga Balita pendidikan gizi, Daerah) pemuka agama Bappenas: Koordinator Pelaksana Teknis
TANGGUNG JAWAB: KEMENTAN DAN 4PILAR KEMENKES GIZI DAN KETAHANAN PANGAN
PILAR5 TANGGUNG JAWAB: KANTOR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SETWAPRES/TNP2K Susenas 2019 dst Dan Studi Status Gizi Balita Indonesia 1. Melanjutkan Entry 1. Pantau Pertumbuhan Rutin 2. Analisa Data 3. Identifikasi Penyebab Masalah 2. Intervensi Tepat Sasaran (Waktu, Tempat dan Orang) 4. Susun RPK/POA 2019 5. Intervensi Tepat Sasaran 3. Pemantauan dan Evaluasi 33 6. Diseminasi dan Advokasi LP/LS
FOKUS LOKASI 160 KABUPATEN INTERVENSI PENURUNAN 34 STUNTING TERINTEGRASI 2019
LOKASI KABUPATEN/KOTA PENANGANAN STUNTING TAHUN 2018 - 2021 2018 2019 2020 2021 Memaksimalkan Memperluas program Memperluas program Memperluas program pelaksanaan program dan kegiatan dan kegiatan dan kegiatan terkait stunting nasional yang ada nasional yang ada nasional yang ada di 100 Kab/Kota ke 160 Kab/Kota ke 390 Kab/Kota ke 514 Kab/Kota untuk koordinasi dan untuk koordinasi dan untuk pelaksanaan dari pelaksanaan dari untuk koordinasi dan pilar penanganan pilar penanganan koordinasi dan pelaksanaan dari pelaksanaan dari pilar penanganan stunting stunting pilar penanganan Stunting stunting
PENGEMBANGAN SURVEILANS GIZI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
ALUR PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI POSYANDU Pengiriman pencatatan PUSKESMAS Laporan KABUPATEN feedback feedback PENGUMPULAN DATA REKAPITULASI REKAPITULASI RUTIN POSYANDU DATA RUTIN dari DATA RUTIN DARI POSYANDU PUSKESMAS informasi Entry data/ feedback feedback ePPGBM informasi EPPGBM menjadi Data individu Entry data sumber data dan by name by address ENUMERATOR informasi untuk kegiatan Surveilans Gizi PROVINSI SEKTOR LAIN PEMANFAATAN INFORMASI PUSAT
SURVEILANS GIZI Versi e-PPGBM BERBASIS Versi Android TEKNOLOGI INFORMASI Kata kunci: ppgbm Versi Offline http://localhost:8088 Versi online sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id Penggabungan data offline ke online: 1. Backup data di offline 2. Login online 3. Restore data di online Tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki Username dan Password setelah registrasi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. Dashboard data gizi dari PPGBM diakses di : http//www.gizi.kemkes.go.id
MEMBUAT PEMANFAATAN INFORMASI SURVEILANS GIZI DASHBOARD BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI STATUS GIZI REAL TIME (Laporan Kasus wasting, stunting, obesity) RUTIN (Laporan Status Gizi Balita dan Kinerja Program Gizi serta Determinan yang mempengaruhinya ) SURVEY CEPAT (Pemantauan Status Gizi, Pemantauan Konsumsi Gizi Ibu Hamil dan Balita)
Individu yang perlu Penanganan Khusus Baduta Balita Kurus Balita Berat Stunting dan Sangat Badan Sangat (TB/U) Kurus Kurang (BB/TB (BB/U) DATA ePPGBM NASIONAL Total JUMLAH BALITA yang masuk sebanyak 6.810.561 Balita dari 23.604.923 (sasaran Proyeksi BPS) atau baru 28,9 % dari sasaran Proyeksi. (per tanggal 16 Januari 2019)
288.956 Balita Kurus sebagai Sasaran Makanan Tambahan Baduta Stunting = 372.929 Usia >2 Th Stunting : 838.407 Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif PENANGANAN STUNTING PAUD CEGAH STUNTING
Intervensi ke keluarga balita yang mempunyai masalah gizi Dari Grafik pertumbuhan dapat dilihat : 1. Ada peningkatan berat badan (N) balita dari umur 13 bulan (penimbangan bulan September 2018) dari bulan sebelumnya; 2. Pada Bulan Oktober balita tersebut tidak melakukan penimbangan (O), 3. Bulan berikutnya dilakukan penimbangan namun berat badanya turun dibulan November. 4. Penimbangan bulan Desember, balita tersebut juga mengalami penurunan berat badan (T) dari bulan sebelumnya hingga dibawah garis merah. 5. Sehingga balita tersebut perlu dikonfirmasi ke keluarga balita juga dilakukan validasi apakah penimbangan balita tersebut sudah sesuai atua tidak; 6. Apabila sesuai, maka balita tersebut harus di intervensi sesuai standar.
PENGEMBANGAN PANDUAN GIZI SEIMBANG ANAK BALITA DAN IBU HAMIL
PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN (PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU Rendahnya akses POLA ASUH Rendahnya akses terhadap terhadap yang kurang baik MAKANAN terutama pada PELAYANAN dari segi jumlah perilaku dan praktek KESEHATAN dan kualitas gizi pemberian makan bayi dan anak termasuk akses sanitasi dan air bersih AKAR MASALAH Politik, sosial dan Kemiskinan Kurangnya Degradasi budaya pemberdayaan Lingkungan perempuan
Analisis Data konsumsi balita-bumil dari Pemantauan Konsumsi Gizi kabupaten prioritas stunting 45 SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI MALUKU 1 KAB PRIORITAS 3 KAB PRIORITAS 2 KAB PRIORITAS 2 KAB PRIORITAS 1. MALUKU TENGAH 1. ROKAN HULU 1. KETAPANG 1. GORONTALO 2. LAMPUNG TENGAH 2. HULU SUNGAI UTARA 2. MAMUJU 3. PASAMAN JAWA NUSA TENGGARA PAPUA 1 KAB PRIORITAS 1 KAB PRIORITAS 6 KAB PRIORITAS 1. LOMBOK TENGAH 1. LANNY JAYA 1. CIANJUR 2. SUKABUMI 3. PEMALANG 4. BREBES 5. PANDEGLAN G 6. NGANJUK
Kab. Gorontalo Problem nutrients 6-11 bulan 12-23 bulan 24-35 bulan 36-59 bulan PGS-PL Vit C, Folate, Zn, Fe Folate Vit C, Folate, Zn, Folate, Vit C, Fat, Zn, Numbers of Tuna 4x Fe Tuna 3x Vit A, Vit B2 nutrients ≥65% Egg 2x Fish without bone 10x RNI Kangkung leaves 1x Fish without bone Eggs 2x Fish 10x Pisang ambon 1x 6x; Egg 3x DGLV 7x; kangkung 3x Poultry 1x Tempe 1x Fruits 4x; pisang Processed meat 1x 8 Pisang barangan barangan 2x Fruits Vit A 1x 2x Fruitsother 2x Fruit 3x 9 DGLV 2x; other veg 1x Veg 4x; Oils 14x Kangkung 3x UF-whole grain 1x 8 7
JAGA POLA MAKAN BALITA JENIS MAKANAN DAN JUMLAH YANG DIBERIKAN SESUAI DENGAN USIA
PGS-PL Bumil: problem nutrients Fe, folate + other nutrients GORONTALO LOMBOK TENGAH LANNY JAYA LAMPUNG MALUKU TENGAH Problem Fe, Zn Ca, Fe, folate Ca, B2, B3, nutrients folate, Fe, Zn MFE 14x MFE 14x PGS-PL -fish 4x -liver 1x MFE 3x Veg 14x -eel 2x Legumes 2x -DGLV 7x -eggs 3x DGLV 14x Fruit 7x -fish 4x Soybean7x -PumpkinLeaf 2x LNS 4x Vegetable 14x -Bokchoy 1x Dairy 3x -DGLV, kelor 7x Ubi 10x Fruits 7x -vit.C rich fruits 5x Numbers of 9 9 10 nutrients ≥65% RNI
Persentase Ibu Hamil Risiko KEK Menurut Provinsi Pemantauan Status Gizi 2016-2017 Terjadi penurunan persentase ibu hamil risiko KEK, yaitu dari 16.2% menjadi 14.8%
Search