Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Gambar 9.69. Loncatan api pada busi Apabila kapasitas panas dari inti api rendah dan inti api tersebut mudah didinginkan oleh elektroda busi, maka apinya tidak bisa menyebar sehingga pengapian tersebut tidak sempurna. Efek pemadaman elektroda lebih sedikit apabila elektrodanya lebih tipis dan jarak elektroda lebih bisar. Karena itulah, sekarang ini jarak elektroda busi lebih lebar dan pusat elektrodanya atau alur ground elektrodanya lebih tipis dengan tujuan meningkatkan performa pengapiannya. 9.5. Pemeriksaan pada Sistem Pengapian Pemeriksaan visual pada busi dilakukan untuk mengetahui kondisi pembakaran di ruang bakar. Berikut ini diuraikan kondisi busi dan efek-efek yang mempengaruhinya. Tabel 9.1. Kondisi busi setelah dipakai pada mesin Normal Berwarna coklat ke abu-abuan dan ada sedikit aus pada elektrodanya. Nilai panas busi ini sesuai dengan mesin dan kondisi kerjanya. Jika busi ini akan diganti, maka gantilah dengan busi dengan tingkat panas yang sama. Aus Elektroda berbentuk membulat dengan sedikit kerak pada ujungnya. Warnanya normal. Kondisi ini dapat menyebabkan susah start pada cuaca dingin dan menyebabkan bahan bakar boros. Busi ini sudah terlalu lama dipakai pada mesin. Sebaiknya diganti dengan busi dengan tingkat panas yang sama dan rawat sesuai jadwal yang direkomendasikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 361
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Kerak karbon Kerak yang menempel kering dan berjelaga yang menunjukkan bahwa campuran terlalu kaya atau pengapian lemah. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pengapian (misfiring) dan mesin susah di start. Kerak abu Berwarna coklat muda yang bertumpuk pada bagian pinggir atau tengah elektroda. Hal ini terjadi karena penggunaan bahan tambah atau aditif untuk pelumas atau bahan bakar. Jumlah kotoran yang berlebihan ini akan menghalangi percikan api sehingga dapat menyebabkan misfiring dan gangguan saat akselerasi. Kerak minyak Lapisan minyak yang disebabkan oleh minyak pelumas yang bocor karena aus pada dudukan katup atau ring piston yang masuk ke dalam ruang bakar. Ini dapat menyebabkan mesin susah di start atau terjadinya misfiring. Sebaiknya kondisi mekanik mesin diperiksa dan diperbaiki dan ganti busi dengan yang baru. Celah yang terhubung Kerak pembakaran menyebabkan elektoda tengah dan elektroda negatif terhubung. Kerak yang menumpuk ini menyebabkan kedua elektroda bersatu pada bagian celahnya. Ini menyebabkan tidak terjadi pembakaran pada silinder. Cari penyebab gangguannya dan bersihkan kotoran pada celah busi tersebut. Terlalu panas Elektroda dan insulator busi berwarna putih, elektroda terkikis, dan tidak terdapat kerak. Hal ini dapat menyebabkan umur busi pendek. Jika hal ini terjadi sebaiknya diperiksa kesesuaikan tingkat panas busi, pengapian yang terlalu maju, campuran bahan bakar yang kurus, kebocoran vakum intake manifold, dan pendinginan mesin yang kurang efisien. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 362
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Preignition (Pembakaran awal) Elektroda meleleh, insulator berwarna putih tapi kemungkinan kotor karena terjadinya misfiring dan butiran logam lelehan yang berada di ruang bakar yang dapat merusak mesin. Sebaiknya diperiksa kesesuaian tingkat panas busi yang dipakai, timing pengapian yang terlalu awal, campuran miskin, pendinginan mesin yang kurang efisien, dan kurangnya pelumasan. High speed glazing Insulator berwarna kekuning-kuningan dan tampak mengkilat. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur ruang bakar naik secara tiba-tiba selama akselerasi yang menghentak. Kerak yang normal meleleh dan membentuk suatu lapisan konduktif yang dapat menyebabkan misfiring pada kecepatan tinggi. Sebaiknya busi diganti dengan busi baru dengan tingkat panas yang lebih dingin jika kebiasaan mengemudi dengan akselerasi yang menghentak tetap dilakukan. Detonasi Insulator retak atau pecah. Cara penyetelan celah yang tidak sesuai dapat juga menyebabkan pecahnya ujung insulator dan pecahannya dapat menyebabkan kerusakan piston. Periksa dan yakinkan bahwa nilai oktan (anti knock) bahan bakar sesuai dengan yang dibutuhkan mesin. Hati-hati saat menyetel celah pada busi baru. Pemeriksaan bagian-bagian sistem pengapian perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem pengapian. Beberapa alat yang dipersiapkan dalam pemeriksaan ini adalah multitester, feeler gauge, pengukur celah busi, baterai kering 1,5 volt, dan kunci momen (180 kg.cm). beberapa pengecekan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Pengetesan bunga api. Pengetesan ini diakukan untuk mengetahui ada tidaknya tegangan yang masuk dari distributor ke tiap-tiap busi. 2. Hidupkan mesin dan periksa menyalanya lampu timing light. Hubungkan timing light pada sebuah busi. Jika timing light tidak menyala periksa sambungan kabel- kabel, koil, igniter (jika sistem pengapiannya elektronik), dan distributor. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 363
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan 1. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi Lepas kabel tegangan tinggi dengan menarik tutup karetnya (jangan menarik kabel tegangan tingginya). 2. Periksa tahanan kabel tegangan 3. tinggi dengan terminal pada tutup distributor menggunakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan ohmmeter. Tahanannya tidak boleh melebihi 25 kohm untuk setiap kabel. Jika melebihi harga tersebut, periksa terminal- terminalnya. Ganti kebel tegangan tinggi dan tutup distributor jika diperlukan. Pemeriksaan pada busi Lepas semua busi dari dudukannya kemudian bersihkan dengan pembersih busi atau sikat baja. Periksa keausan elektroda busi, kerusakan ulir, kondisi isolasinya, dan lain-lain. Jika kondisi busi ada kerusakan, ganti busi. Periksa celah busi, jika tidak tepat setel celah busi dengan membengkokan elektroda negatif secara hati-hati. Celah busi 0,8 sampai 1,1 atau sesuaikan dengan spesifikasi kendaraan yang telah diberikan oleh pabrik. Pasang kembali busi dengan momen pengencangan 180 kg.cm atau sesuaikan dengan spesifikasi kendaraannya. 364
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Pemeriksaan pada koil (tipe konvensional) 4. Lepas kabel tegangan tinggi dari koil, lepas kabel-kabel yang 5. terhubung dengan distributor. 6. Periksa tahanan kumparan 7. primer dengan ohm meter dengan mengetes terminal Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan positif dan terminal negatif koil. Tahanannya harus 1,3 sampai 1,5 ohm. Pemeriksaan tahanan kumparan sekunder Periksa tahanan kumparan sekunder dengan mengetes terminal positif dan terminal tegangan tinggi koil. Tahanannya harus menunjukkan 10,7 sampai 14,5 k ohm. Pemeriksaan tahanan resistor luar Periksa tahanan resistor dengan mengetes kedua terminal resistor. Tahanannya harus berkisar 1,3 dampai 1,5 ohm. Pasang koil dan sambungkan lagi kabel-kabel yang terhubung dengannya dari kunci kontak maupun dari distributor. Pemeriksaan sumber tegangan Posisikan kunci kontak pada posisi ON, kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur tegangan pada terminal resistor (kabel hitam dan kabel merah). Pasang kaki positif tester pada terminal resistor tesebut dan kaki tester lainnya ke massa. Tegangan harus menunjukkan sekitar 12 V. 365
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Putar kunci kontak pada posisi start, ukur tegangan antara 8. terminal positif koil dengan massa. Tegangan harus menunjukkan sekitar 12 V. jika kurang dari itu, periksa kunci kontak dan jaringan kabelnya. 9. Untuk tipe pengapian yang 10. terintegrasi atau koil berada di 11. dalam distributor (IIA integrated ignition assembly). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Lepas tutup distributor, rotor dan tutup debu. Lepas seluruh kabel yang terhubung dengan distributor, kemudian periksa tahanan kumparan primer dengan mengukur terminal positif dan terminal negatif koil. Tahanannya harus berkisar 1,2 sampai 1,5 ohm. Periksa tahanan kumparan sekunder dengan mengukur terminal positif koil dan terminal tegangan tinggi. Tahannya harus berkisar 1,2 sampai 1,5 ohm. Pasang kembali sambungan kabel atau konektor ke distributor. Periksa igniter dengan terlebih dahulu memposisikan kunci kontak pada posisi ON, kemudian periksa tegangannya dengan menghubungkan kaki positif voltmeter ke terminal positif koil dan kaki negatifnya ke massa. Tegangan harus sekitar 12 V. 366
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Periksa power transistor pada igniter dengan menghubungkan 12. kaki positif volt meter ke terminal negatif koil dan kaki negatif volt meter ke massa. Tegangan harus menunjuk sekitar 12 V. 13. Gunakan sebuah baterai kering 1,5 V untuk mengecek kondisi transistor. Hubungkan terminal positif baterai ke terminal kabel merah jambu dan terminal negatif ke kabel putih. Untuk menghindari kerusakan transistor, jangan memberikan tegangan lebih dari 5 detik. 14. Bersamaan dengan proses di atas, ukur tegangan antara terminal negatif koil dan massa. Tagangan harus menunjukkan antara 0 sampai 3 V. Jika tegangan tidak sesuai, ganti igniter. Putar kembali kunci kontak pada posisi OFF. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 367
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Pemeriksaan kontak pemutus Dengan menggunakan feeler Pemeriksaan distributor (tipe konvensional) gauge ukur celah antara tumit 1. kontak pemutus dengan cam. Celahnya 0,45 mm. Jika tidak 2. sesuai, atur celahnya dengan mengendorkan dua skrup pengikat kemudian geser kontak pemutus sehingga celahnya sesuai dengan yang ditentukan. Kencangkan kembali sekerup tersebut. Bersihkan permukaan kontak pemutus dengan kain yang dibasahi larutan pembersih. Periksa vakum advancer dengan melepas selang vakum pompa vakum ke membran pada vakum advancer. Pada saat terisap, vakum advancer harus bergerak. Jika vakum advancer tidak bekerja periksa dang anti jika diperlukan. 3. Periksa sentrifugal advancer dengan memutar rotor ke arah berlawanan dengan arah jarum jam (jika saat bekerja rotor berputar searah jarum jam). Rotor harus dapat kembali dengan cepat ke arah jarum jam berputar atau berlawanan dengan arah saat memutar rotor untuk menguji sentrifugal advancer. Pastikan bahwa rotor tidak terlalu longgar. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 368
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Periksa celah udara dengan menggunakan feeler gauge di Pemeriksaan distributor untuk tipe IIA antara sinyal rotor dan inti pick 1. up koil. Celahnya harus antara 0,2 sampai 0,4 mm. 2. Periksa tahanan pada kumparan pick up coil. Besar tahanannya adalah 140 sampai 180 ohm. Jika besarnya tahanan tidak sesuai dengan yang ditentukan, ganti pick up koil. 4. Pemeriksaan vakum advancer. Dengan melepas selang vakum, hubungkan slang vakum ke pompa vakum. Vakum advancer harus bergerak. Jika tidak bekerja, periksa vakum advancer atau ganti vakum advancer, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 369
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Pemeriksaan sentrifugal 5. advancer Putar rotor berlawanan dengan arah jarum jam. Pastikan bahwa rotor dapat kebali dengan cepat se arah jarum jam. Yakinkan bahwa rotor tidak terlalu longgar. Pembongkaran distributor Lepas kontak pemutus pada 1. distributor dan dudukannya 2. sehingga sentrifugal advancer 3. dapat terlihat dengan jelas. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Lepas pegas sentrifugal advancer dengan obeng kecil secara hati-hati agar pegas tidak rusak karena bisa menyebabkan berubahnya karakteristik pemajuan saat pengapian. Dalam pemasangan kembali pegas, harus dengan hati-hati juga agar tidak merusak pegas. Melepas / memasang cam Untuk melepas, keluarkan penutup gemuk yang ada pada poros cam kemudian buka sekerup pada bagian atas poros advancer. Tarik cam keluar sehingga dapat terlepas. Untuk memasang kembali, pastikan bahwa gemuk yang dipakai pada poros setelah pemasangan adalah gemuk suhu tinggi. 370
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Pemeriksaan dan penggantian distributor 4. Periksa breaker plate atau plat dudukan platina dengan memutar breaker plate dan pastikan bahwa ada sedikit tahanan. Jika tahanannya kuat atau macet, ganti breaker plate. Periksa poros governor dan rumahnya, pastikan tidak ada keausan , macet atau rusak. 5. Periksa kontak pemutus dari 6. keausan atau kerusakan. Ganti jika diperlukan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Gunakan feeler gauge untuk menyetel celah tumit kontak pemutus kemudian kencangkan baut pengikatnya. Celah tumit kontak pemutus adalah 0,45 mm. Pasang distributor Posisikan silinder 1 pada top kompresi (TMA) dengan terlebih dahulu melepas busi nomor 1. tutup lubang busi dengan jari kemudian putar poros engkol searah dengan putaran mesin. Jika terasa ada tekanan pada jari, maka ini berarti silinder 1 dalam posisi kompresi / TMA. Jika belum ada tekanan, ulangi proses tersebut. 371
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan 7. Pasang distributor Lumasi O ring dengan minyak pelumas mesin 8. Luruskan tonjolan yang ada pada rumah (housing) dengan alur pada kopling poros distributor 9. Masukan distributor dengan meluruskan tonjolan dengan mur tutup kepala silinder dan keraskan sedikit baut pengikatnya. Pasang kabel tegangan tinggi dengan urutan penyalaan 1 – 3 – 4 – 2. Setel sudut dwell dan saat pengapian. Sistem pengapian yang digunakan pada kendaraan terdiri dari beberapa model, mulai tipe konvensional, tipe elektronik, dan tipe sistem pengapian yang dikontrol komputer. Tabel berikut menjelaskan perbandingan beberapa model sistem pengapian. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 372
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan 9.6. Perbandingan Sistem Pengapian Tabel berikut memberikan gambaran perbandingan antara sistem pengapian konvensional, sistem pengapian transistor, dan sistem pengapian terkontrol komputer. Tabel. 9.2 Perbandingan sistem pengapian Kontak pemutus Full transistor Kontrol komputer Pada kecepatan tinggi tidak Unjuk kerja pada Unjuk kerja pada stabil kecepatan rendah dan kecepatan rendah dan tinggi cukup baik tinggi sangat baik. Terjadi percikan api pada kontak pemutus sehingga Tidak mempunyai kontak Tidak mempunyai harus diperiksa dan diganti pemutus, maka tidak kontak pemutus, secara berkala diperlukan lagi maka tidak diperlukan pemeriksaan dan lagi pemeriksaan dan Bila vacuum dan centrifugal penyetelan penyetelan advancer tidak normal, maka Karena waktu pengapian mesin kurang pas Sama seperti gajala yang pengapiannya diatur terjadi pada jenis kontak oleh komputer, maka pemutus sangat efisien. Sistem pengapian dengan kontrol komputer menggunakan metode mendeteksi kondisi kerja mesin menggunakan berbagai sensor dan input ke komputer (ECU), kemudian komputer menghitung waktu pengapian dan mengirimkan sinyal arus primer ke power transistor untuk menginduksikan tegangan tinggi ke ignition coil. Ignition coil yang dipakai adalah jenis mold. Yang terdiri dari tipe high-energy ignition (HEI) dan tipe distributor-less ignition (DLI). Keunggulan dari tipe ini adalah sebagai berikut; 1. Api pembakarannya sangat stabil pada kecepatan rendah dan tinggi. 2. Ketika terjadi knocking, waktu pengapiannya secara otomatis dimundurkan untuk menekan knocking. 3. Mendeteksi kondisi mesin, mesin dikontrol melalui pengoptimalan waktu pengapiannya. 4. Apabila menggunakan ignition coil yang outputnya tinggi, maka pembakarannya dapat sempurna. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 373
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan Tabel 9.3. Perbandingan struktur masing-masing sistem pengapian Kontak pemutus Full transistor Kontrol komputer Arus primer diputus melalui Arus primer diputus oleh switching pada transistor. Arus primer pada power contact point. transistor diputus oleh Koil yang dipakai adalah tipe computer. Koil yang dipakai adalah open magnetic circuit tipe open magnetic Koil yang dipakai adalah circuit Pemutusan arus primer tipe Mold dilakukan melalui putaran Status buka-tutup signal rotor yang dipasang Signalnya dihasilkan contact point dilakukan pada poros distributor. dari pemutusan cahaya oleh cam yang ada pada melalui putaran disk poros distributor. yang dipasang pada distributor shaft diantara LED dan photo diode atau sensor Ne, G dan ECM 9.7. Ringkasan Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api yang kuat dan pada saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar. Sistem pengapian yang baik akan menghasilkan performa engine yang baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu dijaga. Penyetelan celah kontak pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya medan magnet yang terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya api pada busi. Beberapa syarat dari sistem pengapian adalah 1) sistem pengapian harus mempunyai suatu sumber energi, 2) sistem pengapian harus mampu mensuplai arus yang cukup (ke koil) untuk menghasilkan medan magnet yang kuat untuk mendapatkan energi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan bunga api untuk membakar campuran udara bahan bakar di dalam ruang bakar, 3) sistem pengapian harus menghasilkan tegangan puncak yang lebih tinggi dari pada syarat batas tegangan busi pada semua tingkat kecepatan, 4) durasi loncatan api harus cukup lama dengan energi yang cukup untuk menjamin terjadinya penyalaan campuran udara dan bahan bakar, 5) sistem pengapian harus mendistribusikan tegangan tinggi ke tiap busi pada saat yang tepat dalam tiap siklus, 6) sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup untuk menahan getaran dan panas yang dihasilkan oleh mesin. Sistem pengapian elektronik memanfaatkan kerja transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa tegangan yang berasal dari pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk mentriger transistor. Sinyal tegangan ini biasanya dihasilkan dari beberapa macam, yaitu tipe induktif (medan magnet dan kumparan), tipe efek Hall (semikonduktor dan magnet), dan model infra merah atau model cahaya. Sinyal tegangan yang dihasilkan masih sangat lemah sehingga tidak bisa langsung dimanfaatkan untuk memicu kerja transistor sehingga perlu dikuatkan olah bagian penguat. Sinyal tegangan yang sudah kuat kemudian digunakan untuk memicu transistor sehingga dapat bekerja ON dan OFF untuk mengalirkan dan memutus arus primer koil. Sistem pengapian CDI bekerja dengan memanfaatkan kerja pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke kapasitor adalah tegangan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 374
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan tinggi (300 – 500 volt). Pada sistem pengapian ini tegangan baterai dinaikan oleh rangkaian converter untuk mencapai tegangan tinggi tersebut. Proses pembuangan muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan primer koil melalui thyristor. Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi fungsinya hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak untuk menyimpan energi. Sebagai pengganti, sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini kapasitor diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada saat sistem bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya ke kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan (dari pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi pada kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi. Sistem pengapian terkontrol komputer (ESA) merupakan sistem pengapian yang proses pemajuan dan pemunduran saat pengapian dikontrol oleh komputer. Sistem pengapian model ini terdiri dari beberapa model, yaitu sistem pengapian ESA dengan distributor, sistem pengapian ESA tanpa distributor (DLI), sistem pengapian langsung (DIS), dan sistem pengapian i-DSI. Pengontrolan pengapian dilakukan oleh komputer (electronic control unit) yang juga sebagai pengontrol sistem penginjeksian bahan bakar. Pengontrolan ini terutama pada sistem pemajuan atau pemunduran saat pengapian (ignition timing) yang disesuaikan dengan kondisi kerja engine. Pada sistem pengapian yang dikontrol komputer, engine dilayani dengan sistem pengapian yang sangat mendekati karakteristik saat pengapian yang ideal. Komputer unit menentukan saat pengapian berdasarkan masukan-masukan dari sensor dan memori internalnya yang memiliki data saat pengapian yang optimal untuk setiap kondisi putaran engine. 9.8. Soal-soal Latihan 1. Gambar rangkaian sistem pengisian konvensional dan diskusikan dengan teman cara kerjanya. 2. Diskusikan bersama teman pengaruh penyetelan celah kontak pemutus yang terlalu besar atau terlalu kecil, buat ringkasan hasil diskusinya 3. Buat ulasan mengapa tegangan baterai 12 volt dapat berubah menjadi tegangan tinggi lebih dari 10000 volt. 4. Uraikan pendapat anda mengapa pada sistem pengapian konvensional harus dipasang kondensor. 5. Jelaskan fungsi vakum dan sentrifugal advancer 6. Apa efek dari celah kontak pemutus yang sudah aus? 7. Gambar dan jelaskan cara kerja rangkaian sistem pengapian 8. Bagaimana kondensor pada sistem pengapian bekerja? 9. Jelaskan fungsi resistor pada koil sistem pengapian 10. Tentukan berapa tegangan sekunder koil jika arus primer koil sebesar 3 amper. 11. Jelaskan tentang Hall effect 12. Jelaskan kerja dari DC to DC converter 13. Jelaskan proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor pada sistem pengapian CDI 14. Jelaskan perbedaan atau persamaan proses pembangkitan tegangan tinggi koil pada sistem pengapian konvensional dan transistor 15. Jelaskan tentang pembangkitan pulsa pada sistem induktif. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 375
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan 16. Gambar dan diskusikan bersama teman diagram blok prinsip kerja sistem pengapian ESA 17. Analisalah kaitan antara sensor-sensor yang ada pada engine dengan sistem pengapian 18. Buat analisis jika sinyal IGF tidak keluar dari sistem pengapian. 19. Jelaskan proses penyalaan busi pada sistem pengapian i-DSI. 20. Sebutkan langkah-langkah dalam pemeriksaan distributor 21. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan pada sistem pengapian. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 376
Search