KUMPULAN MENULIS ANGANKU (Sehimpun karya siswa SMPN 34 Surabaya sebagai tanda cinta kepada “Guru” di Hari Guru Nasional) Penulis : Tim Penulis Siswa SMPN 34 Surabaya Penyunting dan tata Letak : Ria Mahmudah, S.Pd. Lilik Moertiningsih, S.Pd. Desainer sampul : Ria Mahmudah, S.Pd.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena buku ini telah selesai disusun. Buku ini adalah persembahan dari Bapak, Ibu guru, dan siswa SMPN 34 Surabaya dalam rangka memperingati hari Guru, November 2021. Kami sangat bersyukur kepada Allah ta’ala karena di masa pandemi seperti ini masih diberikan kesehatan dan semangat untuk terus mengajar, berkarya, dan berinovasi dalam kondisi yang memprihatinkan. Semoga pandemi cepat berlalu. Adapun bentuk karya yang kami satukan dalam buku ini berupa kumpulan cerpen karya siswa spentipat. Mereka memiliki beraneka macam pengalaman yang berbeda. Karya tersebut berupa cerpen yang merupakan satu kesatuan utuh dikemas dalam buku ini. Buku ini kami beri judul “Kumpulan Menulis Anganku”. Mengapa kami beri judul seperti itu, tentu pembaca memahami bahwa semangat dan cita-cita kami persembahkan untuk kota kami tercinta. Baik buruknya mereka bisa bersumber dari teknologi. Terima kasih pula kepada Bapak Kepala Sekolah Budi Setyawan, yang telah mempercayai kami dalam mewujudkan buku ini. Semoga kekeluargaan, keakraban, kekompakkan dapat mewujudkan kemajuan sekolah ini. Tanpa dukungan Bapak, apalah artinya kami. Salam sukses selalu. Penulis menyadari jika dalam buku kecil ini mempunyai kekurangan. Meski begitu cukup berharga bagi kami karena berupa pengalaman tak terlupakan di masa pandemi kami harus terus eksis dalam pembelajaran, meski kondisi para siswa kurang mendukung dengan berbagai alasan. Semoga sedikit menghibur dan bermanfaat bagi pembaca. Bila ada kekurangan dalam buku ini, kami siap menerima kritik dan saran yang membangun. Agar buku ini menjadi sempurna. Meski kesempurnaan itu hanya milik Allah. Wassalamualaikum, Tim Penulis
MENGGAPAI BINTANG Oleh: REZALDI ZIDAN NABIL Rayan adalah seorang anak kecil yang mungil dan juga lugu. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Saat akan pergi ke rumah pamannya di desa sebrang, ia berpapasan dengan salah satu anggota TNI yang menjaga daerah perbatasan di desanya. TNI itu tersenyum kepadanya dan ibunya. Lalu ia bertanya pada ibunya. \"Siapakah dia Bu?\" tanyanya sambil melihat wajah sang Ibu. \"Dia adalah pasukan TNI nak, yaitu Tentara Nasional Indonesia. Ada apa? \" jawab sang Ibu. \"Aku ingin menjadi sepertinya Bu. Dia baik, dia menjaga kawasan kita. Dia juga terlihat ramah Bu.\" Tuturnya pada sang Ibu. \"Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu nak, kamu mau jadi seperti apa dan siapa, kamu yang menentukan sendiri nantinya.Itu rumah paman, kita sudah sampai. \" \"Iya Ibu , ayoooo Bu cepat kesana !” Rayan sangat senang sampai melompat-lompat Sesampainya dirumah pamannya, ia masuk dan berbincang dengan paman serta bibinya. Setelah itu ia keluar untuk mencari angin segar. Wajah sang anggota TNI terngiang - ngiang dikepalanya lalu ia membayangkan kelak ia bisa menjadi sepertinya. Semakin beranjak remaja Rayan menjadi anak yang sangat rajin dan pandai, ia selalu mendapatkan nilai yang mendekati sempurna. Bahkan sampai ia masuk kedalam sekolah yang sangat diidam-idamkan banyak orang. Namun, saat memasuki semester ke lima nilainya tiba- tiba menurun karena ia terlalu sibuk acara OSIS dan ekstrakulikuler lainnya hingga ia sampai lupa untuk belajar. Saat sampai dirumah iia menaruh hasil nilainya di meja untuk sang ibu agar melihatnya. Saat melihat nilai-nilai anaknya sang ibu merasa binggung, kenapa nilainya banyak yang merah dan beberapa tugas ada yang belum tuntas. “Apa saya kurang perhatian pada Rayan? sampai-sampai nilainya turun drastis seperti ini ?” pikir sang ibu. Saat sore hari, Rayan menghampiri sang ibu yang sedang termenung. Ia duduk disebelah sang ibu dan menggenggam kedua tangan sang ibu yang sudah membesarkannya. \"Maafin Rayan bu, Rayan tidak belajar waktu mau ulangan. \" Ujar Rayan seadanya dan mulai menundukkan kepala.
\"Kenapa nak?\" tanya sang Ibu. \"Rayan kecapean Bu waktu itu, Rayan terlalu sibuk dengan acara OSIS yang jadi tugas terakhir Rayan. Maafin Rayan Bu.\" Jawabnya, sambil kemudian mulai menurunkan lututnya ke tanah dan mencium tangan Ibunya. \"Ya sudah nak, jangan kau ulangi lagi macam hal ini. Ibu maafiin Rayan, sekarang makan lalu mandi! \" Lalu ibunya keluar rumah untuk menghilangkan rasa penatnya hari ini. Sedari SMP Rayan memang selalu masuk kedalam Organisai siswa itu karena membuatnya belajar banyak. Disana, ia mendapatkan berbagai pengalaman yang tak tertandingi baginya. Hari - harinya ia lewati dengan penuh syukur atas nikmat yang telah diberikan. Kegiatan setiap hari sepulang sekolah ialah berolahraga. Cita - citanya yang masih ia genggam erat sedari kecil menjadikannya gigih berlatih baik fisik maupun yang lainnya. Sore hari, ketika ia sampai dirumah setelah pulang sekolah, ia masuk ke rumah dan kemudian mencium tangan ibu dan ayahnya. Mungkin Rayan memang harus bersyukur karena kedua orang tuanya masih ada bersamanya walaupun keadaan ekonomi mereka masih dianggap kurang. Ia tak mempermasalahkannya. Setelah tiga tahun lamanya, besok adalah saat yang menentukan bagi dirinya dimana ia harus bertempur menghadapi soal - soal materi yang telah ia peroleh selama belajar 3 tahun di SMA nya itu. Sekarang ia sedang duduk bersama Ibunya di depan rumah sambil mengobrol. \"Bu kalau besok nilai Rayan bagus, Rayan mau daftar jadi TNI ya bu?\" tanyanya pada sang Ibu. \"Apa kamu mengerti nak sulitnya lolos seleksi untuk menjadi anggota TNI itu?\" Jawabnya sembari mengingatkan. \"Rayan paham Bu. InsyaAllah Rayan akan berjuang keras untuk bisa lolos seleksi itu ibu. Selama ini juga Rayan sudah berlatih apapun yang bias Rayan lakukan.\" Jawabnya memantapkan hati sang Ibu. \"Terserahmu saja. ibumu ini hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu !” Jawabnya dengan nada pasrah. \"Iya Bu, Rayan paham. Rayan akan berjuang yang terbaik untuk Ibu sama ayah !\" Ucapnya. Setelah obrolannya itu selesai, ia masuk kedalam kamar dan mulai membaca tulisan demi tulisan yang harus ia pelajari untuk persiapan ujiannya besok. Setalah seminggu lebih lamanya ia melewati hari - hari yang menegangkan itu, kini ia sudah terbebas dari semua pelajaran. Di sekolah ia hanya bermain - main dengan temannya sembari memikirkan kemana ia selanjutnya akan melangkah. Banyak diantara teman - temannya yang akan melanjutkan kuliah di universitas - universitas terbaik di Indonesia seperti
UI, ITB, UGM dan yang lainnya. Namun bagi dirinya, itu tidak cukup menarik untuk menjadi pilihannya. Walaupun guru - guru disekolahnya juga menyarankannya untuk melanjutkan kuliah karena melihat nilai raport nya yang selalu bagus dan mendapat peringkat dikelasnya. Hari ini, hari yang saat iya tunggu dimana nilai ujian akan keluar dan menentukan kelulusannya. Ia tahu persis bahwa untuk menjadi seorang TNI nilainya hanya perlu diatas standar KKM yaitu 75, namun baginya iya harus melampui nya agar memudahkannya dalam mengejar cita - citanya itu. Ya setelah menunggu beberapa jam lamanya, tiba saatnya pengumuman itu tiba. Tak disangka ia mendapat nilai 55 dari nilai total 60 dan mendapat peringkat 3 terbaik jurusan IPA disekolahnya. Sungguh prestasi yang luar biasa baginya. Tanpa disadari, kini ia terduduk lalu bersujud syukur atas apa yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Sesampainya dirumah, ia langsung memanggil - manggil ibu dan ayahnya untuk berbagi kebahagiaan yang ia dapatkan siang ini. \"Ayah, Ibu alhamdulillah nilaiku bagus. Aku mendapat nilai 55 dari 60 bu. Dan yang ngga aku sangka bu, aku mendapat peringkat 3 terbaik disekolahku bu. \" Ucapnya kepada kedua orangtuanya. Ibunya terharu bukan main atas prestasi yang didapatkan anaknya itu. Kemudiam ibunya langsung memeluknya dengan dekapan yang kuat. \"Rayan kamu memang yang terhebat. Kamu anak Ibu satu - satunya. Kamu selalau membanggakan ibumu ini. Maafkan ayah sama ibu yang ngga bisa menuhin semua kebutuhan kamu. \" Ucapnya pada anak semata wayangnya itu. Air mata kini mulai menetes dibahu Rayan. Dan kini sang Ayah yang kemudian mulai memeluk nya kini. \" Ayah bangga sama kamu nak. Ayah doakan kamu sukses ya nak, ngga seperti Ayah sama Ibu yang hanya bekerja jadi buruh tani. \" \"Ayah, Ibu, Rayan ngga mempermasalahkan itu. Ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Sekarang Ayah Sama Ibu berdoa ya buat Rayan. Rayan mau daftar seleksi untuk menjadi seorang TNI. Ayah sama Ibu merestuikan keinginan Rayan? \" \"Ayah sama Ibu terserah sama kamu nak. Yang penting pekerjaan yang kamu lakukan halal dan bisa membawamu untuk hidup yang lebih baik kedepannya. Dan pesan ibu jangan pernah kamu tinggalkan sholatmu. Ayah dan ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. \" Doanya untuk anaknya. Kini ia mulai mendaftarkan dirinya menjadi prajurit negara, yaitu TNI yang sudah ia cita - citakan semenjak ia kecil. Ia mengisi formulir yang ada dan kemudian mulai mempersiapkan berkas - berkas yang harus ia serahkan. Setelah melewati itu, kemudian ia
mengikuti tes tertulis dan wawancara beberapa hari kemudian. Setelah tes demi tes, seleksi demi seleksi ia jalani tinggal menunggu hasil yang akan di umumkan besok. Ia mulai resah dengan apa yang sedang dijalani. Ia takut kalau sampai ia tidak lolos. Ia bingung harus melanjutkan apa nantinya bila ia tidak diterima sebagai TNI karena ia tidak tertarik pada pekerjaan yang lainnya. Kemudian ia menemui ibunya untuk sekedar melepas resah dan kejenuhan pikiran dan hatinya itu. \"Ibu, kalo semisal Rayan ngga lolos jadi seorang TNI, apa Ibu akan kecewa? \" \"Kamu sudah berusaha yang terbaik semampumu nak. Untuk hasil itu serahkan saja semuanya pada yang Maha Kuasa.\" tutur Ibunya. \"Iya Bu.\" Setelah itu ia kembali menuju kamarnya dan sambil berpikir tentang apapaun konsekuensi yang akan ia hadapi besok. Ia bangun dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudhu untuk sholat subuh pagi ini. Hati dan pikirannya masih tak karuan memikirkan hasil yang akan keluar pagi ini. Sebelah shalat ia kemudian mengangkat tangannya dan berdoa untuk apapun jalan yang sudah Allah tuliskan untuknya. Ia berangkat bersama Ayah dan Ibunya menuju tempat pengumuman tes diamana cita - citanya itu akan tercapai atau hanya akan menjadi angan - anginnya saja. Setelah beberapa panitia menempel daftar nama yang lolos seleksi menjadi TNI, belum ada namanya disana. Ia kemudian menunggu 2 kertas terakhir yang akan ditempel berjajar di sebelah yang lain. Dan kemudian ia mencari - cari namanya sebelah itu ia bersujud syukur karena dalam baris atas lembar terakhir tertera namanya. Ayah dan Ibunya langsung memeluknya dan tanpa terasa air mata kini mulai membasahi pipinya. Sesampainya dirumah, ia kemudian merapikan baju - baju yang akan dibawanya saat pelatihan menjadi anggota TNI AD itu dilakukan yaitu 3 hari kemudian. Ia mulai melatih fisiknya lagi, setelah beberapa hari terakhir iya mulai jarang melakukannya karena terus memikirkan hasil tesnya itu. Tiba saatnya pelatihan itu dimulai. Ia dididik sangat keras di markas militer itu. Tapi dengan tekadnya menjadi TNI, ia sanggup melewatinya. Dan sekarang ia telah resmi menjadi seorang Tentara Negara Republik Indonesia. Ia sangat bersyukur atas hasil yang selama ini ia usahakan dengan maksimal, tanpa kenal lelah dan tanpa putus asa. Selain itu ia tetap ingat kepada sang pencipta yang akan selalu memberikan jalan terbaik untuk hambanya.
CITA CITA JEJE OLEH: Jennyvio Richie Setiyawan Halo namaku Jenny, tapi aku suka dipanggil jeje, ini ceritaku Aku suka banget dance apalagi nyanyi. Cita cita ku pengen jadi idol, ya meski dance ku ga se bagus yg lain, aku ga gampang buat nyerah.Dari kecil aku suka banget nyanyi sambil ngadance, dulu juga sering jadiin rumah serasa tempat konser, aku juga seneng, karna apa? karna orang tua ngedukung apa yg aku impiin. Karna orang tua ku juga aku bisa semangat. Waktu itu aku nemu agensi lewat tiktok, karna aku suka dan aku mampu buat bikin, jadi aku ikutan, dan bikin vidionya ga 1 take slalu ada kendalanya, udah biasa kok. Singkat cerita udah waktu nya pengumuman, ternyata aku ga kepilih, sedih si tapi gapapa masi ada yg lain. Akhirnya beberapa kali ikutan audisi tetep tertolak, tapi aku ga mau putus di situ, perjalanan ku masi panjang. Lagi lagi nemu agensi, tapi beda, agensinya lebih gede bahkan terkenal. Dan aku ikut, aku ga mau berharap terlalu tinggi karna takut mengcewakan, dan ternyata, tetep ditolak.Sampe sekarang aku masi nunggu audisi yg lain, dan aku ga diem aja nunggu audisi, tapi aku juga suka belajar dance dance baru, lagu baru, apapun itu. Selain aku suka dance dan nyanyi, aku juga suka banget masak, kalo misal dirumah gaada yg masak, jadi aku yg masak, masak itu sebuah kesenangan bagiku, selain aku suka dengan prosesnya, aku juga senang dengan makanan nya yg aku makan. Dulu aku kecil aku suka tanya tanya ke bunda, gimana caranya masak ini lah masak itu lah, terus aku juga suka film bioskop nama nya “koki koki cilik” gara gara itu aku juga bisa belajar cara mengolah sesuatu menjadi sebuah hidangan. Dan mulai dari situ aku jadi lebih suka masak, meski ada makanan yg gosong atau ga jadi, tetap ku makan, kalo bahan masakan nya masih ada aku masak lagi yang baru. Kadang aku juga nyari tau resep di YouTube, Instagram, Tiktok, dimana aja. Kalo gatau cari tau ya jangan sok tau nanti malah zonk Pesan moral : Selagi kamu bisa dan kamu mau, buat apa mrnunda jalan untuk menggapai cita citamu, dan jangan cepat patah semangat. Harus semangat, janga mudah menyerah, jika gagal coba lagi dengan cara yg benar, kalau jatuh langsung berdiri, sesulit apapun seberat apapun, kalau kamu semangat, impian mu akan tercapai, ingat usaha ga akan menghianati hasil.
“Menggapai Cita-Cita” Oleh: Safira Kezia Prastari Dipagi hari yang cerah Dima membuka pintu jendela rumahnya , ia melihat beberapa burung yang sedang berkicau , ia pun termenung dengan dan berpikir bagaimana nasibnya dimasa depan nanti “apakah aku nantinya bisa menjadi orang yang sukses” tanyanya dalam hati , dan aku ingin membahagiakan kedua orang ku dengan kerja kerasku sendiri.Tiba-tiba ibunya memanggil dina...? iya Bu...! kenapa kamu termenung Nak , ada apa...,tidak ada apa- apa Bu,kalau begitu kamu bisa bantu Ibu. Setelah membantu Ibunya Dima termenung kembali untuk kedua kalinya “Pokoknya aku harus menjadi orang yang sukses”katanya dalam hati. Matahari mulai terbit, jam sudah menunjukkan pukul 07:00 wib.Dima mulai menyandangkan tas dan memakai sepatu dengan terburu-buru untuk pergi kesekolah dan ia pamit kepada kedua orang tuanya sambil mencium tangan Ibu dan Bapaknya.Dalam perjalanan ia bertemu dengan temannya,lalu ia bertanya kepada temannya “Do apakah kamu memiliki cita-cita ?”Ya saya memiliki cita-cita yaitu ingin menjadi pengusaha yang hebat,”kalau cita-citamu ingin menjadi apa”,kalau aku ingin menjadi.....!!!’Dima pun terdiam dan tersenyum’ , Kok...! kamu diam saja Dim...!!Ooo gak apa-apa Do”jadi, cita-citamu ingin menjadi apa “kalau aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku,begitu ya...?.Dima terus berjalan dengan kebinggungan.Sampai disekolah Dima merasa ada yang kurang karena tiada sahabatnya yang datang. Bel masuk pun telah dibunyikan,semua siswa berbaris dilapangan untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru pada setiap paginya.Setelah berbaris , Dima masuk kekelasnya.Didalam kelas tiba-tiba temanya memanggil “Dim...Dim...!!!siap pr matematika..?Ooo...Pr matematika,kalau aku sudah siap “Kalau kamu “kalo aku....sih belum siap.”Din bolehkah aku pinjam buku matematikamu”Tanya Do.Boleh sih, tapi....? ada syaratnya “apaan tu!!”.Syaratnya mudah kok kamu harus menjawab pertanyaanku ,yang pertanyaan nya “apakah kamu memiliki cita- cita”,ya aku memiliki cita-cita ingin menjadi Dokter (kata Do.).”Kenapa kamu ingin menjadi dokter!!”Tanya Dima,yak arena aku ingin menolong orang-orang yang sakit dikampungku “Emang nya dikampungmu diserang wabah penyakit apa...??” .Wabah penyakit flu burung,saat ini banyak orang-orang yang sakit belum terobati “kalo begitu harus cepat-cepa dicegah wabah penyakitnya”.Iya sih tapi...? belum ada solusinya ,saya pun ikut perihatin atas musibah yang menimpa kampungmu.Terlalau asyiknya berbicara ,guru pun masuk kedalam kelas ,masing-masing siswa kembali kebangkunya. Belajar mengajar pun dimulai ,asyik- asyiknya belajar,bel pun berbunyi kini saatnya jam istirahat.Pada saat istirahat Dima membawa teman-temannya untuk pergi ke kantin dengan bersama-sama.Sampainya dikantin Dima
merasa kehilangan uang ,lalau ia berkata kepada temannya “Ree uangku hilang” lalu bagaimana kata Ree. “Begini saja sebaiknya kamu Dim pakai saja uang ku untuk jajan” kata Rasi “terimakasih Si kamu telah menolongku , nanti kalau aku ada uang akan ku ganti uang mu”kata dima.Nggak usah Dim aku ikhlas kok menolongmu. “Terimakasih ya...! Si”kata Dima. Bel masuk telah berbunyi,Dima dan teman-temannya masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Waktu pun telah berlalu,saat nya waktu pulang sekolah. Dima tidak lupa akan tugas piketnya,pada saat membersihkan kelas ia melihat seekor burung kecil yang berusaha untuk bisa terbang walau pun ia masih kecil , seperti itulah hidupku yang ingin meraih cita-citaku agar aku menjadi orang yang suksestanyanya dalam hati. Waktu pulang sekolah ia teringat sesuatu dipikiranya yaitu, setelah pulang nanti ia harus menolong Ibunya dalam pekerjaan rumah ,karena membantu Ibu itu adalah tugas nya sehari-hari. Tiba dirumah Ia meletakkan sepatu dan tasnya pada tempatnya. “Assalammualaikum” ‘Bu...??,sambil mencium tangan Ibunya, “waalaikumsalam” jawab Ibu. “Bu bolehkah aku bertanya kepada Ibu” Tanya Dima, boleh mau tanya tentang apa. Begini Bu apakah Ibu memiliki cita-cita..? ya ibu memiliki cita- cita ingin menjadi guru , tetapi sekarang Ibu sudah tua ,udah nggak punya kekuatan dan Ibu sekarang hanya bisa berharap kepada anak-anak Ibu agar bisa terwujud cita-citanya. Maka dari itu kamu harus rajin rajin belajar , beribadah dan janganlah kamu mundur dalam menuntut ilmu. Bu akan Dima pegang kata-kata Ibu tadi. Demi ingin terwujudnyaa cita-citanya dan kebahagiaan kedua orang tuanya . Kini saat nya Ia menunjukkan kemampuannya dalam belajar.Dengan kata-kata yang dilontarkan Ibunya tadi Dima menjadi semangat untuk melakukan apa yang dikatakan Ibunya. Cita-cita Dima ingin menjadi seorang guru yang bijaksana dan ramah kepada muridnya ,demi cita-citanya ia pun menggalami banyak perubahan dan menjadi aktif dalam belajar. Dengan demikian ia selalu giat belajar,berdoa ,dan berusaha karena tanpa doa dan berusaha tidak akan terwujudnya suatu cita-cita seseorang. Maka dari itu raihlah cita-citamu setinggi langit dengan berdoa dan kerja keras.
KUINGIN JADI DOKTER Oleh: Refa Ammalia Rahmadhani Suara Azan subuh berkumandang Aku pun terbangun dari tidurku.Ibuku sudah bangun dahulu Aku pun Shalat subuh dan sehabisnya aku pun membantu Ibuku seorang diri. “Zul apa kamu sudah shalat nak?”,tanya ibuku kepadaku “Sudah bu”,jawabku sambil mengemasi kue kue di plastik Sehabis membantu ibuku aku pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah “Bu aku berangkat dulu yah”,sambil berpamitan dan salim kepada ibuku “Ya nak yang serius yah agar bisa mencapai cita citamu”,jawab ibuku.Tidak lupa ku membawa karung putih Aku pun mengambil botol bekas setiap jejakku menuju ke sekolah sejauh 2 km. Ini sudah kulakukan sejak ayahku meninggalkanku tak tau kemana untuk tabunganku dan sedikit membantu perekonomian keluarga ku. Sesampai disekolah Aku pun menitipkan hasil botol bekas yang aku kumpulkan di pos satpam sekolahku. “Kring,kring”,bel berbunyi. Aku pun bergegas masuk kelas ku guru pun masuk di kelasku. Hari ini adalah pengumuman hasil ulanganku yang sudah ku tempuh selama 1 minggu lalu. Semua pun mendapat hasil nilainya aku pun melihat nilaiku ternyata hasilnya tidak kusangka. Setelah itu guru menegurku “Zul kenapa nilai mu segini apakah kamu tidak belajar?,lihat Roni dia selalu mendapat nilai bagus ” Kata guruku. “Ya,lah anak miskin pasti bodoh dasar pemulung.” Kata Roni sambil tertawa “hahahahahaha.” Sebagian siswa tertawa
“Sudah anak- anak jangan begitu, Zul ditingkatkan lagi yah nilaimu tetap semangat.” Kata guruku sambil meenghentikan anak-anak dan memberiku semangat. Aku pun terdiam dengan rasa marah dihatiku dan kecewa. Waktu pun berlalu dengan cepat dan jam pelajaran terakhir pun tiba “Oh,ya anak-anak minggu lalu ibu menugaskan untuk maju kedepan menceritakan tentang cita-cita kalian.” Kata guruku. Semua anak-anak bergumam banyak yang mereka bahas ada yang bilang seperti anak kecil bercerita tentang cita cita padahal sudah SMA ada yang bilang belum siap dan lain lainnya. Semua dipanggil satu satu untuk maju kedepan.Tiba-tiba akupun di panggil oleh guru “Zul fendi.” Panggil guruku. Aku pun maju kedepan dan menceritakan cita citaku. “Assalamualaikum teman teman hari ini saya akan menceritakan cita citaku,cita citaku adalah saya ingin menjadi dokter karena saya ingin membantu orang- tidak punya biaya untuk ke dokter saya ingin membantu orang menjadi sembuh.” Kataku terputus oleh Roni “hahahaha orang miskin masa bisa jadi dokter mimpi kali yah paling kamu nanti melanjutkan jadi pemulung, heii pemulung jangan berharap tinggi deh kamu sudah bodoh miskin lagi.”Kata Roni dengan tertawa. “Sudah sudah RONIII!! DIAMMM!!,kamu itu jangan meremehkan orang miskin seseorang bisa jadi pintar dengan berusaha hanya karena kamu kaya bersikap sombong.” Kata guruku dengan kesal “Zul,silahkan duduk sudah cukup presentasimu mu di depan.” Kata guruku. Aku pun duduk dengan diam dan marah dan kesal. “Kring,kring,kring.” Bel berbunyi “Anak-anak sekian dari pelajaran dari ibu, anak-anak sekalian tolong jangan bersifat sombong jangan meremehkan orang seperti Roni suatu saat bisa saja orang tersebut lebih sukses dibanding kalian, TOLONG DIINGAT YAH ANAK-ANAK!!.” Dengan tegas guruku “Ya,bu.” Semua siswa dengan serempak “Berdoa dimulai.” Guruku memimpin doa “Berdoa selesai.” Guruku mengakhiri doa
Semua siswa bergerombol untuk keluar dari sekolah aku tidak lupa Mengambil karung putih yang berisi botol bekas. Dalam perjalanan pulang Aku pun mengambil botol bekas setiap jejak menuju pulang kerumah. Aku pun sambil berpikir apa jadi dokter harus kaya orang miskin tidak bisa jadi dokter sambil mengambil botol bekas. Sebelum pulang aku mampir ditempat penimbangan botol untuk mendapatkan uang. Sepulang dirumah “Assalamualaikum bu saya pulang.” Salamku “Oh ya nak, waalaikumsalam.” Sambut ibuku dan aku mencium tangan ibuku . “Bu ini uang hasil aku mengumpulkan botol.” Dengan memberi uang kepada ibuku dan ibuku menerima uangnya. “Ini nak ibu setengah aja uangnya kamu tabung buat masa depanmu.” Dengan memberi uang kepadaku Aku pun menerimanya. “Oh ya nak jangan lupa shalat Ashar.”Kata ibuku. “Ya,bu Aku mau istirahat sebentar bu habis itu aku mandi dan shalat.” Sambil menuju ke kekamarku. Aku pun bersandar ditempat tidurku dan tetap memikirkan apakah Aku bisa jadi dokter. Aku pun bangkit dari tempat tidurku dan berkata “Aku pasti bisa aku akan lebih giat lagi belajar karena dengan usaha pasti membuahkan hasil yang memuaskan.” Kataku dengan semangat. Aku pun shalat Ashar dan berdoa agar cita citaku terwujud. Waktu pun berjalan di setiap shalatku aku berdoa agar cita-cita ku tercapai dan menunjukkan kepada teman teman yang meremehkan ku selama ini. 1 Tahun berlalu dengan cepat dengan giat ku belajar sampai saat ini nilaiku naik secara berlahan dan mendapat banyak prestasi dikelas ,tetapi masih banyak teman yang mengejekku itu pun tidak membuatku putus asa. Hari ini adalah hari dimana aku akan diterima di universitas dan jurusan apa aku pun memilih jurusan kedokteran dan hasilnya aku pun diterima dengan mendapat beasiswa. “Alhamdulillah akhirnya cita citaku terwujud.” Dengan penuh rasa syukur. Sedangkan Roni yang telah mengejekku selama 2 tahun dia berhenti tanpa sepatah kata pun karena aku keterima di jurusan kedokteran. Aku pun memberitau kepada ibuku sepulang di rumah “Bu Alhamdulillah aku masuk di universitas kedokteran dan aku dapat beasiswa bu.” Kataku dengan bangga. “Alhamdulillah nak akhirnya keinginan mu terwujud Ibu doakan semoga kamu sukses selalul nak.” Kata ibuku dengan bangga. Aku pun masuk kuliah dengan bersemangat dan tekun. Aku mendapat banyak prestasi disana dan mendapat beasiswa terus menerus. Tak terasa berjalannya waktu akhirnya aku wisuda. Aku mendapat nilai tertinggi dengan mengumumkan hasil nilaiku semuanya bertepuk tangan. Dengan berjalannya waktu aku pun menjadi dokter yang banyak prestasi Akhirnya aku bisa membantu orang orang yang kesusahan tidak bisa ke dokter. Aku bangga dan bahagia dengan berkata didalam hatiku “Bu andaikan engkau ada disini melihatku menjadi dokter terimakasih bu atas doamu semoga engkau bahagia disana.” Kataku dengan menghembuskan nafas.
PERSEMBAHAN BUAT IBU Oleh: Revanno Shafa Chesta Fadhilah Jam tanganku menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMP Negeri 34 Surabaya. Ini kali pertamaku bersekolah diantar oleh ibu. Selama ini aku dan adikku selalu diantar oleh ayah saat berangkat sekolah. Namun semua itu tinggal kenangan. Ayahku meninggal dunia karena terkena Covid. Pandemi Covid 19 yang melanda hampir disemua penjuru dunia termasuk Indonesia banyak memakan korban jiwa termasuk ayah. Kehilangan ayah sebagai tulang punggung keluarga, membuat ibu harus mengambil alih posisi ayah untuk berjuang mencari nafkah buat aku dan adikku. Ibu yang awalnya hanya ibu rumah tangga sekarang harus mencari kerja untuk menyambung hidup keluarga kami. Untunglah tidak lama mencari kerja, ibu diterima bekerja sebagai karyawan di perusahaan garmen dibagian administrasi pengiriman barang. Namun penghasilan yang diterima oleh ibu masih belum mencukupi kebutuhan keluarga. Kondisi perekonomian keluarga kami saat ini jauh menurun dibandingkan saat ayah masih hidup. Selesai berkumpul dilapangan, kami pun segera diarahkan oleh bapak ibu guru untuk masuk ke dalam kelas masing-masing. Dan saat masuk ke kelas, aku bertemu dengan Kiki. “Hai, Revan. Sini!” panggil Kiki. Kiki adalah sahabatku saat aku masih bersekolah di SD. Kami kebetulan diterima di SMP yang sama. Kami memilih duduk dibarisan bangku paling depan agar mudah menangkap pelajaran. Di sela waktu sebelum pelajaran mulai karena guru belum datang, kami banyak ngobrol. Aku bersyukur bisa sebangku dengan Kiki. Kiki orangnya sangat supel dan humoris. Aku merasa senang bisa ngobrol lama dengannya. “Ki, kamu ada info orang yang membutuhkan karyawan nggak?” tiba-tiba saja topik itu muncul di sela obrolan kami saat itu. “Pekerjaan?” “Buat siapa?” jawab Kiki penasaran. “Buat akulah, aku pingin membantu meringankan beban ibuku,” “Sejak ayahku meninggal dunia karena terkena Covid diawal
tahun, ibuku yang harus bekerja memenuhi kebutuhan hidup keluarga.” “Aku ga tega melihat ibuku harus pulang larut malam bekerja lembur guna mencari tambahan gaji.” jawabku. “Aku trenyuh mendengarkan ceritamu, Revan.” “Emmm, sebentar, aku ingat ada tetanggaku yang mempunyai pujasera tempat makan disekitar sini, coba nanti aku bantu ngomong keinginanmu bekerja lewat anaknya.” ”Aku kenal baik dengan anaknya, kamu mungkin bisa jadi pencuci piring atau pramusaji di sana.” Ujar Kiki. “Setahuku disana kerjanya ada 2 shift pagi dan sore hari, kamu bisa bekerja di sore hari.” ”Setelah pulang sekolah, kmu bisa langsung mengerjakan tugas sekolah lalu istirahat dan sorenya kamu bisa langsung bekerja.” Pucuk dicinta ulam pun tiba, seperti mendapat durian runtuh aku mendapat kabar itu. Langsung saja aku berharap bisa mengambil kesempatan itu. “Terima kasih Ki, kau baik banget, kau memang sahabatku.” “Nyantai saja Van, kita saling bantu saja.” “Smoga rencanaku tadi bisa diterima oleh Pak Somat, tetanggaku yang punya pujasera itu. “ Jawabnya sambil tersenyum. Guru pun sudah datang dan pelajaran segera di mulai. Selama mengikuti pelajaran hari ini, perasaanku bercampur aduk, Aku berharap keinginanku untuk bekerja membantu meringankan beban ibu dapat tercapai. Dan aku sudah tidak sabar ingin segera menemui pak Somat dan bisa bekerja di pujasera miliknya. *** Singkat cerita, dengan bantuan Kiki akhirnya aku diterima bekerja di pujasera milik pak Somat yang berada di pinggir jalan besar dan letaknya tidak jauh dari rumahku. Memang pujasera milik pak Somat termasuk lengkap sehingga setiap hari selalu ramai. Lebih dari 20 kios makanan ada didalam pujasera tersebut. Mereka menyewa stan disana. Mereka hanya berjualan makanan saja karena pak Somat melarang mereka berjualan minuman. Di pujasera tersebut cuma ada satu tempat saja yang berjualan minuman dan stan itu dikelola sendiri oleh pak Somat. Walaupun cuma ada satu tempat tetapi pak Somat melengkapi dengan berbagai macam minuman mulai dari minuman panas hingga minuman dingin. Aku bekerja disana tidak sendirian, ada 4 pekerja selain aku yang menjaga stan minuman milik pak Somat. Karena aku masih anak-anak, aku hanya mendapatkan tugas untuk melayani pembuatan minuman dingan yang instan seperti permintaan es teh dan minuman dari sachet. Aku senang banget dengan tugas yang diberikan oleh pak Somat. Beliau terkadang sering menungguiku dan membantu mengarahkanku saat berkunjung ke pujasera miliknya. Kakak- kakak yang bekerja disanapun sangat baik denganku. Mereka menganggapku sebagai adiknya
sendiri sehingga sering kali mereka malah menyuruhku duduk saja saat permintaan minuman sepi. Mereka sering membantu mengerjakan pekerjaanku menyiapkan minuman dingin. Hari-hari sebagai pekerja stan minuman dipujasera aku jalani sekarang. Sebenarnya ibu tidak setuju aku bekerja sambilan karena aku dianggap masih terlalu kecil untuk bekerja dan lebih baik fokus sekolah saja tetapi aku memaksa ibu dengan alasan agar bisa membantu mencari uang tambahan untuk mencukupi keperluan keluarga. Dan aku berjanji kepada ibu untuk tidak lupa belajar agar tidak tertinggal pelajaran di sekolah. Awalnya aku memang merasa kewalahan dan capek mengatur jadwal sekolah dan bekerja tetapi lambat laun aku mulai terbiasa dan kini aku sudah bisa menikmatinya. Dan tak terasa 6 bulan aku jalani sekolah dan bekerja. Uang hasil bekerja aku tabung dan sebagian aku berikan kepada ibu. Hingga suatu hari kondisi kesehatan ibu mulai menurun. Jarak tempat kerja yang jauh dan usia yang sudah melewati 45 tahun membuat ibu sering jatuh sakit. Ibu sering merasa sakit pada dada yang membuat menjadi jarang masuk kerja dan akhirnya terkena PHK dari perusahaannya. Kini tinggal akulah jadi tulang punggung keluarga. Kondisi ibu tidak lagi sekuat dulu sebelum beliau terkena sakit. Karena ibu sering sakit akhirnya aku meminta ijin kepada pak Somat untuk keluar kerja guna merawat ibu dirumah. Beliau mengijinkan aku keluar kerja bahkan memberiku bantuan dana untuk keperluan berobat ibu. Aku mengucapkan terima kasih banyak atas budi baik dari pak Somat. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga akhirnya aku memutuskan untuk mencoba berdagang minuman sendiri di depan rumah dari hasil tabunganku bekerja selama ini. Pengalaman yang aku dapatkan di tempat kerjaku dahulu, aku jadikan modal untuk membuat warung kecil. Aku berdagang minuman dingin dan gorengan. Ibu yang membuat gorengannya sendiri dan dijual diwarung. Alhamdulillah warungku cukup ramai pembeli. Hasil dari warung kecil didepan rumah ternyata bisa mencukupi kebutuhan hidup kami semua. *** Dua tahun sudah berlalu. Warung didepan rumah sekarang sudah berubah menjadi sebuah rumah makan yang menjual masakan dan minuman. Akupun sudah bisa memasak makanan untuk dijual dirumah makan kami. Karena hampir tiap hari membantu ibu didapur, akhirnya aku sudah bisa menyiapkan masakan yang akan dijual tiap harinya tanpa bantuan ibu. Lambat laun kehidupan keluarga kami semakin membaik. Namun kondisi kesehatan ibu yang
bertambah tahun semakin memburuk. Ibu semakin sering bolak-balik masuk rumah sakit. Ibu didiagnosa oleh dokter terkena radang paru. Mungkin sewaktu ibu bekerja dulu, ibu jarang memperhatikan kondisi kesehatanya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga dan membesarkan anak-anaknya menjadi anak yang sukses. Untunglah ibu mengikuti program jaminan kesehatan dari BPJS sehingga kami tidak terbebani biaya selama pengobatan ibu. Selama ibu sakit, aku dan adikku bekerja sama dalam mengurus ibu. Adikku berumur setahun lebih muda dibandingkan aku. Sehingga kami bisa saling mengisi berbagi tugas menjaga ibu saat sakit dan menjaga rumah makan. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian ibu harus meninggalkan kami berdua untuk selamanya. Ibu meninggal dunia setelah berjuang melawan sakit paru. Langit bagaikan runtuh saat aku mendengar kabar tersebut. Aku ditelephone adikku dengan suara terisak tangis mengabarkan bahwa ibu meninggal dunia dirumah sakit. Kebetulan yang menjaga di rumah sakit adalah adikku karena aku harus memasak di rumah menyiapkan masakan untuk rumah makan kami. Dadaku bergedup kencang, badanku terasa lemas, dan air mata pun meleleh tanpa bisa di tahan. Ibu…Apa yang harus aku lakukan tanpa ibu??? Air mata terus berderai mengiringi kepergian ibu. Aku dan adiku saling menguatkan diri menghadapi ini semua. Kami berdua bertekad untuk terus berjuang dan berusaha menjadi anak yang bisa dibanggakan ibu. *** Hari ini adalah hari kelulusan SMP. Syukur alhamdulillah, aku ternyata menjadi salah satu lulusan dengan nilai ujian terbaik di sekolah. Memang sudah jadi tekadku sepeninggal ibu, aku bertekad untuk menjadi anak yang bisa membanggakan orang tua walaupun mereka telah tiada dan aku berniat mempersembahkan lulusan terbaik ini untuk pengorbanan ibu. Sepanjang hari aku bekerja keras untuk bisa mendapatkan hasil ini. Pagi hari, aku kepasar, memasak masakan untuk rumah makan, lalu aku berangkat sekolah. Dan pulang sekolahpun aku langsung membantu di rumah makan. Di sela-sela saat sepi pengunjung di rumah makan, aku gunakan waktu untuk belajar agar bisa mendapatkan nilai terbaik di sekolah. Sepeninggalnya ibu, rumah makan yang kami dirikan sekarang dibantu oleh seorang bibi yang rumahnya juga tidak terlalu jauh dari rumah kami. Bibi yang membantu menjaga rumah makan kami saat aku dan adik ke sekolah. Dengan adanya bibi disini sangat membantu aku dan adik
terutama saat kami sedang menghadapi ujian sekolah. Bibi yang mengerjakan semua pekerjaan di rumah makan. Aku sangat bersyukur dengan kehadiran bibi. Air mataku kembali meleleh saat mengingat ibu. Andai ibu masih ada, aku ingin melihat senyum ibu karena bangga anaknya kini sudah lulus dengan nilai terbaik dan aku pun juga bisa memilih sekolah SMA manapun dengan nilai ujian yang ku peroleh. Perjalanan hidup yang kami lalui membuat aku dan adikku kuat dan bisa menghadapi segala masalah. Aku beruntung punya ibu yang kuat, yang mengajarkan kami arti kesabaran dan bisa bertahan hidup dalam kesulitan. Aku berjanji untuk segera menyelesaikan sekolahku dengan sebaik baiknya dan bertekad untuk menjadi seorang dokter seperti cita-citaku sewaktu aku masih kecil. Saat ditanya oleh ibu, sewaktu kecil aku selalu bilang kalau cita-citaku ingin menjadi dokter. Dan sampai sekarangpun aku akan berusaha untuk menggapai cita-citaku agar ibuku yang sudah ada disurga bisa bangga kalau anaknya bisa mencapai apa yang dicita-citakan. ----------------------------------T A M A T -----------------------------------
MENGGAPAI CITA-CITA Oleh: Febi Andriani Setiawan Di pagi hari ada seorang anak perempuan bernama Rinda yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Rinda adalah anak yang sangat rajin. Rinda berasal dari keluarga kurang mampu. Ia sedang duduk di bangku kelas 3 di sebuah SMA di desanya. Rinda adalah siswi yang cukup pandai disekolahnya. Dan selalu mendapatkan rangking 2 besar. Rinda merupakan siswi yang mudah bergaul, baik, ramah, dan sopan kepada siapapun. Ia mempunyai cita-cita menjadi Dokter. Agar bisa mengobati warga di desanya yang sedang sakit. Karena Rumah Sakit sangat jauh dari desanya. Setelah lulus dari bangku SMA Rinda kebingungan memilih antara meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau mau bekerja. Karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membiayai sekolahnya. Karena ingin menggapai cita-citanya akhirnya Rinda memutuskan untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia memilih untuk melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi yang ada di Kota. Akhirnya Rinda mengikuti seleksi di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota tersebut, ia bersaing dengan ribuan orang dari berbagai wilayah untuk masuk ke Perguruan Tinggi tersebut, dan ia berharap bisa masuk akan tetapi takdir berkata lain ia tidak dinyatakan lolos, Rinda pun tidak pantang menyerah dan terus bersemangat untuk mencari Perguruan Tinggi lain yang ada di Kota tersebut. Dengan perasaan yang tegang bercampur aduk ia menunggu hasil pengumuman, akhirnya saat-saat yang digantikan telah tiba. Ia melihat hasil test seleksi di papan pengumuman dan ia dinyatakan lolos sebagai mahasiswa baru di Perguruan Tinggi tersebut. Dan perasaannya saat itu langsung senang dan bercampur haru, karena ia dinyatakan lolos. Akan tetapi Rinda ragu untuk mengambil haknya masuk ke Perguruan Tinggi tersebut, karena ia tidak memiliki cukup biaya. Tetapi dengan semangat dan dukungan kedua orang tua, Rinda memantapkan diri untuk masuk ke Perguan Tinggi tersebut. Dan ia berusaha untuk tidak membebani kedua orang tuanya, Rinda pun berpikir untuk kuliah sambil bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun bekerja diwaktu senggang bila ia tidak ada jam kuliah. Ia bekerja sebagai penjaga warnet disekitar tempat tinggalnya. Rinda bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan membiayai kuliahnya. Supaya bisa menggapai cita - cita yang selama ini ia inginkan yaitu untuk menjadi Dokter. Tetapi jalan Rinda untuk menggapai cita cita memang tidaklah mudah, ia harus melewati banyak cobaan. Tetapi Rinda berusaha semaksimal
mungkin untuk menjalankannya. Dengan menjadi penjaga warnet Rinda berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan cara itu juga Rinda bisa membiayai kuliahnya sendiri, dan tidak meminta kepada orang tuanya. Sebagai mahasiswa Rinda merupakan mahasiswa yang aktif, dengan mengikuti berbagai kegiatan di kampusnya. Ia juga merupakan mahasiswa yang pandai dengan ipk 3,5. Dengan ipk tersebut akhirnya Rinda mendapatkan beasiswa dari Perguruan Tinggi tersebut. Selama menjadi mahasiswa Rinda tetap berusaha keras agar dapat meraih cita- citanya menjadi seorang Dokter dapat tercapai. Dengan kegigihannya tersebut ia dapat menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 4 tahun. Selama 4 tahun sebagai mahasiswa ia berjuang untuk tidak pantang menyerah dalam hal apapun. Dengan doa dan dukungan kedua orang tuan yang selama ini tiada hentinya akhirnya membuahkan hasil. Dan perjuangan selama 4 tahun tersebut tidak sia-sia, Rinda akhirnya wisuda. Kedua orang tua Rinda ikut bangga atas pencapaian yang yang selama ini ia berikan kepada orang tuanya. Kunci dari keberhasilan Rinda menjadi seorang sarjana yaitu tidak luput dari kerja kerasnya dan sifat pantang menyerah selama ini dalam hal apapun. Dan sekarang Rinda sudah menjadi sarjana, akan tetapi perjuangan Rinda belum selesai sampai disini, Rinda harus mengejar dan mewujudkan cita- cita yang selama ini ia inginkan yaitu ingin menjadi Dokter. Meskipun Rinda sudah mendapatkan gelar sarjana tetapi Rinda harus melalui banyak tahapan lagi untuk menjadi Dokter. Akhirnya Rinda lulus dan bisa membuka Praktek Dokter umum di sekitar desanya agar warga desa tidak membutuhkan waktu lama untuk berobat.
Perjalanan sukses Elvano Oleh: Cahya Wulan Kinasih Elvano adalah seorang perjaka 17 tahun yang bersekolah di INTERNACIONAL SCHOOL. Elvano sekarang duduk di kelas 3 SMA. Elvano memiliki seorang ayah pengusaha sukses di Australia yang bernama Varendra. Ibu Eelvano adalah ibu rumahtangga yang bernama Misyel. Elvano juga memiliki seorang adik perempuan bernama Elvara, umur Elvara 15 tahun, Elvara duduk di kelas 1 SMA, Elvara juga bersekolah di INTERNACIONAL SCHOOL, Elvara adalah anak yang pintar dan cerdas ia juga sering menjuarai olimpiade sains dan matematika, ia masuk di INTERNACIONAL SCHOOL karena beasiswa. Tidak seperti kakaknya Elvano yang tidak pernah menjuarai olimpiade apapun, ia juga tidak sepintar adiknya, Elvano bisa masuk INTERNACIONAL SCHOOL karna ayahnya yang membiayainya. Tapi Elvano sangat suka dengan menyanyi dan dance ia bercita cita ingin terjun ke dunia Entertaimen. Namun keinginan tersebut ditentang oleh sang ayah. Ayah Elvano ingin Elvano menjadi penerus ayahnya yaitu menjadi pengusaha. Tapi ibu Elvano selalu mendukung Elvano. Akhirnya Elvano mendaftar ke sebuah audisi sebuah Entertaimen bernama YJ- ENTERTAIMEN sendiri melalui online. Elvano merasa dirinya mungkin tidak lolos karna sudah 2 bulan berlalu setelah audisi tidak ada pesan dari YJ-ENTERTAIMEN bahwa iya lolos, namun setelah 3 bulan berlalu Elvano mendapat pesan bahwa ia lolos dan bisa ke tahap selanjutnya. Ditahap selanjutnya Elvano harus diseleksi dengan peserta lain terlebih dahulu, Elvano diberi waktu 3 minggu untuk berlatih sebelum seleksi. Elvano memanfaatkan waktu yang diberikan dengan sangat baik iya berlatih keras agar bisa melewati tahap seleksi. Saat tahap seleksi ia melihat banyak peserta hebat lain tapi Elvano tetap semangat dan tidak down. Tahap seleksi berakhir dan hasilnya Elvano lolos ke tahap pelatihan bersama beberapa peserta lainnya. Di tahap pelatihan Elvano harus meminta izin orang tuanya dan meminta tanda tangan sebagai persetujuan orang tuanya. masalahnya adalah ayahnya yang sepertinya tidak menyetujuinya. Elvano pun memberanikan diri untuk berbicara pada ayahnya dan meminta persetujuannya. Dan benarsaja ia tidak disetujui oleh ayahnya. Elvano pun berbicara pada ibunya untuk
membujuk ayahnya. Setelah berbicara pada ayah Elvano, ibu dan ayah Elvano menghampirinya dan memberikan persetujuan dengan syarat jika ia gagal ia harus meneruskan perusahaan ayahnya. Setelah berhasil mendapat persetujuan dari ayahnya Elvano pergi pelatihan dan tinggal di asrama. Elvano mengalami kesulitan saat pelatihan, ia selalu tertinggal, dan sekarang ia sudah 3 tahun pelatihan. Akhirnya Elvano memiliki teman debut, mereka akan debut 5 member yang terdiri dari Elvano, Haidar, Felix, Jafier, dan William jika tidak ada yang tereliminasih, karna sebelum debut mereka harus melewati babak eliminasi jika ingin debut dengan 5 member. Pada saat babak eliminasi ada 3 tahap yang harus mereka hadapi. Dibabak pertama mereka bisa menghadapiya, dibabak kedua mereka juga bisa menghadapinya meski kesulitan, tapi dibabak terakhir ada 1 member yang tereliminasih yaitu William karna melakukan kesalahan saat dance. Elvano sangat sedih, begitupun dengan member yang lain. Elvano rasanya akan menyerah tapi ada member lain yang menyemangati dan membangkitkan semangat satu sama lain. Elvano pun melanjutkan perjalanannya dan tetap mempertahankan member yang tersisa. Setelah melewati babak eliminasih Elvano dan member yang lainnya berhasil debut dengan nama grup STAR. Mereka akhirnya memiliki banyak penggemar dan dikenal banyak orang. Elvano akhirnya menjadi orang yang sukses dan dapat membanggakan orang tuanya. Perusahaan ayahnya kini akan diteruskan oleh adiknya Elvara.
ARIANA Oleh: NANDA WANGGA AYU MULYA GHANI Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak kecil yang malang. Anak ini bernama Ariana. Ariana adalah seorang anak yatim piatu. Dari bayi ia sudah ditinggalkan oleh orangtuanya, yang akhirnya ia diasuh oleh kakeknya. Kakeknya adalah seorang kepala desa, di desa itu. Kakek Ariana ini sangat tidak peduli dengan kehidupan Ariana. Kakek Ariana hanya mengasuh Ariana dengan cara memberinya uang saku saja, tidak menemani ataupun mengawasi Ariana. Hal itu membuat Ariana merasa kesepian. Karena kesepian ini, Ariana sering membuat kericuhan di desa agar sang Kakek tahu dan Ariana pun bisa bersama Kakek walaupun ia dimarahi oleh Kakeknya. Pada saat Ariana sudah bersekolah dasar, Ariana ini membuat kericuhan di sekolah. Ia mencoret-coret dinding sekolah. Karena kericuhan itu pun, sang Kakek dating ke sekolah Ariana dan memarahi Ariana. Pada saat Ariana tengah dimarahi oleh Kakeknya, ada salah satu murid disana yang sedang berbicara kepada temannya, ia berkat “perempuan ini sangat bodoh! Selalu saja membuat kericuhan di desa ini”. Ariana pun yang tengah dimarahi oleh Kakeknya tu mendengar ucapan murid itu dan Ariana pun merasa sakit hati akan perkataan murid itu. Karena sakit hati, Ariana pun menangis dan berlari keluar sekolah dan pergi ke hutan gunung di dekat desanya itu. DI hutan itu ia menangis sekeras-kerasnya dan berteriak sekencang-kencangnya untuk melepas rasa marah yang ia rasakan. Tiba-tiba saat ia sedang menangis, ada seseorang yang mendekatinya. Ariana yang mendengar Langkah kaki orang itu pun langsung menghapus air matanya. Dan ternyata orang yang mendekati Ariana adalah seorang perempuan yang mungkin sudah berumur 20 tahunan. “Tangisanmu sangat keras nak” ucap perempuan itu. “Maaf, kamu siapa?” tanya Ariana. “Saya Ibu Indri, seorang guru dari desa sebelah yang ditugaskan untuk mengajar di desa ini. Dan kamu siapa? Mengapa menangis?” perkenalan serta tanya Ibu Indri “Hai ibu Indri, nama saya Ariana. Saya menangis karena ada anak yang telah mengejekku bodoh” jawab Ariana
“Kamu sedih karena diejek anak itu bodoh?. Jika kamu diejek bodoh oleh anak itu, maka buktikan kepada anak itu bahwa kamu ini tidak bodoh dan buktikan kepadannya bahwa kamu bisa melakukan yang lebih” tanya Ibu Indri Dari perkataan Ibu Indri itu, akhrnya Ariana bertekad bahwa dia bisa membuktikan kepada anak itu bahwa dia tidak bodoh. Dari hari itu pun, Ariana selalu belajar dengan giat dan tekun dengan di ajari oleh Ibu Indri. Ariana selalu mengikuti kegiatan atau lomba-lomba yang diadakan oleh sekolahnya dan yang membuat dia menjadi seorang murid yang aktif. Pada saat remaja, Ariana kehilangan sang Kakek dan Ibu Indri, karena sang Kakek dan Ibu Indri telah meninggal dunia di waktu yang tak jauh berbeda. Karena hal itu, sang Ariana pun semakin bertekad bahwa Ariana bisa membuktikan bahwa Ariana adalah seoaran anak yang pintar dan bisa menjadi seorang guru. Karena rasa kesepian itu pun Ariana ingin segera membuktikannya tekad nya agar ia tidak merasa kesepian lagi. Dan akhirnya dengan tekad yang kuat, Ariana pun berhasil membuktian itu. Ariana telah menjadi guru terpintar di desa itu. Ia tetap belajar dengan tekun agar dia bisa diakui oleh orang-orang, tidak hanya dari desa nya saja namun satu dunia.
Marko Sang Pekerja Keras Karya: Elyoenay Firstakirana Wibowo Ada seorang anak laki-laki yang berasal dari Kabupaten Alor bernama Marko, ia baru saja pulang sekolah. Sepulang sekolah ia langsung mengganti bajunya dan berangkat ke ladang untuk membantu ayahnya yang bekerja sebagai petani. Saat membantu ayahnya, Marko terlihat tidak fokus dan sering melamun. Melihat hal tersebut, Ayah Marko mengajak Marko untuk beristirahat dan menanyakan apa yang menggangu pikiran Marko. “Marko, apa kamu memiliki masalah nak? Sejak tadi ayah lihat kamu tidak fokus dan sering melamun.”, tanya ayah kepada Marko. Mendengar pertanyaaan yang diberikan oleh ayahnya, Marko langsung menjawab “Tidak ayah, aku tidak memiliki masalah apapun.”. “Tidak apa-apa Marko, ceritakan saja masalah yang kamu alami, mungkin ayah bisa membantu.”. “Eum, sebenarnya Marko bingung ayah, tadi di sekolah Bu Guru mengatakan bahwa kami harus rajin belajar supaya mendapatkan beasiswa dan dapat melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang tertinggi. Marko tidak paham apa yang dikatakan oleh Bu Guru ayah, apakah ayah bisa membantu menjelaskannya kepada Marko?”, jelas anak itu kepada Ayahnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya, Ayah tertawa. Melihat hal tersebut, Marko menjadi bingung mengapa Ayahnya tertawa, “Apa ada yang salah ayah?”, tanya Marko kepada Ayahnya. “Tidak, tidak ada yang salah kok, hanya saja ayahnya terkejut setelah mengetahui apa yang menggangu pikiran Marko. Jadi, beasiswa adalah suatu bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk melanjutkan pendidikan yang akan ditempuh, beasiswa dapat diberikan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga swasta. Biasanya orang yang mendapatkan beasiswa adalah orang-orang pintar yang memiliki nilai tinggi.”, jelas Ayah kepada Marko. Mendengarkan penjelasan Ayah, Marko bertanya “Ayah, apakah Marko bisa mendapatkan beasiswa? Lalu bagaimana cara untuk mendapatkan beasiswa yah?”. “Marko bisa mendapatkan beasiswa dengan cara rajin belajar, supaya Marko mendapatkan nilai yang tinggi dan mendapatkan beasiswa.”, jawab Ayah kepada Marko. Mendengar hal terebut Marko memiliki motivasi yang tinggi dan memiliki cita-cita ingin berkuliah di kota-kota besar yang ada di Indonesia.
Sepulang dari membantu Ayahnya di ladang, Marko langsung belajar. Ia tidak lagi menghabiskan waktu sisanya untuk bermain, meskipun terkadang ia bermain bersama temannya, Marko tidak lupa dengan kewajibannya untuk belajar. Disamping rajin belajar, Marko juga tidak lupa akan kewajibannya untuk membantu Ayah di ladang. Akhirnya hari pembagian rapor kenaikan kelas telah tiba, Ayah Marko datang untuk mengambil rapor milik Marko. Ketika nama Marko dipanggil, Ayah Marko maju menuju meja guru untuk menerima rapor dan mendengarkan penjelasan dari Bu Guru mengenai nilai Marko. Bu Guru menjelaskan bahwa nilai Marko memiliki peningkatan dan semua nilai Marko diatas rata-rata. Mendengar hal tersebut Ayah sangat senang karena Marko mendapatkan nilai yang tinggi, mengingat Marko memiliki ambisi untuk menapatkan beasiswa. Setelah menerima rapor Marko, Ayah langsung pulang dan menjelsakan kepada Ibu, Marko dan adik Marko yang bernama Tito bahwa semua nilai Marko diatas rata-rata. Mendengar hal tersebut Ibu, Marko, dan Tito sangat senang. Mereka berharap Marko dapat mempertahankan prestasinya hingga Marko dapat melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Beberapa tahun kemudian Marko lulus dari jenjang pendidikan SMA dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di Surabaya. Mengingat perjuangan yang dilakukan Marko untuk menggapai cita-citanya membuat Ayah dan Ibu menjadi terharu. Dimana Marko harus mengorbankan waktu bermainnya untuk belajar dan membantu Ayahnya di ladang meskipun ia harus belajar menjelang ujian akhir. Marko berhasil menggapai cita-citanya, dengan kerja keras yang ia lakukan, Marko berhasil mendapatkan beasiswa. Marko akan tetap terus rajin belajar dan tidak patah semangat untuk menggapai cita-citanya yang lain.
PELARI YANG GIGIH Karangan Jaya, 22 Oktober 2021 Oleh: Alfonsus Natanael Valhalla Suyajid Raharja Ini cerita tentang seorang pemuda yang memenangkan lomba lari sedunia. Pemuda ini berhasil menciptakan rekor lari tercepat didunia pada saat itu dan juga telah berhasil mengharumkan nama negaranya. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Nama pemuda tersebut Tono, ia lahir dan tinggal dikota besar Indonesia, di Surabaya. Keluarga Tono terdiri dari Bapak, Ibu, dia, dan adik. Tono disekolahkan hanya sampai jenjang SMA karena keluarga nya tidak mampu membiayai sekolahnya, begitu juga adiknya. Waktu sekolah Tono selalu diejek teman-temannya karena dia miskin, namun dia tetap tegar menghadapi hal itu. Meskipun diejek, Tono selalu ramah, setia kawan kepada temannya dan juga kepada gurunya. Tono selalu mendapat nilai jelek di ujian, namun karena motivasi Bapaknya Tono menjadi termotivasi, sehingga dia belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh demi merah cita-citanya. Berkat kegigihannya dalam belajar ia mendapat nilai yang bagus. Dari awalnya tono mendapat nilai yang jelek- jelek, sekarang dia mendapat nilai-nilai yang bagus. Pada waktu kecil Tono melihat tv bersama bapaknya, dia melihat lomba lari cepat sedunia. Dia melihat bahwa Indonesia tidak dapat memenangkan lomba itu, dari situ lah cita-cita Tono muncul. Ia ingin menjadi pelari hebat yang dapat memenangkan lomba lari cepat. Tono pun memikirkan, “apakah dia dapat menjadi pelari profesional meskipun dia berasal dari keluarga yang miskin ?” Tono pun bertanya kepada Bapaknya “Pak, apakah aku yang berasal dari keluarga yang miskin dapat menjadi pelari profesional seperti di tv itu ?”. Bapaknya pun menjawab “Bisa Tono, asalkan kamu kamu bekerja keras dan pantang menyerah menhadapi segala cobaan, serta jangan lupa kepada Tuhan”. Setiap hari sepulang sekolah Tono selalu berlatih lari memutari lapangan bola yang ada dikampungnya, dari siang hingga sore terus menerus. Teman-temannya selalu mengejek karena dia selalu memutari lapangan, Tono biasanya diejek dengan nama “Tono Racing”. Meskipun
diejek Tono sabar menjalaninya. Tono pernah sampai jatuh hingga kakinya lecet berdarah, ternyata Tono tetap berlatih lari. Setelah lulus SMA dia mencoba mengikuti lomba lari di kotanya, tak disangka-sangka dia menang dengan mudah, dia melewati pemain-pemain lain dengan lincah. Saat perlombaan itu ada klub lari yang sedang mencari pelari yang berbakat, sejak melihat Tono klub itu tertarik dengan bakat yang dimiliki Tono. Klub lari itupun menawarkan Tono untuk masuk ke klub lari, Tono pun minta ijin ke orang tuanya, apakah boleh mengikuti klub lari, orang tunya pun mensetujui. Akhirnya Tono sedia masuk ke klub lari itu. Sejak masuk klub itu Tono dilatih keras sama pelatihnya, berkat latihan yang keras itu Tono menjadi lebih berbakat dalam berlari, ternyata latihan keras itu tidak sia-sia. Tono sekarang menjadi pemain yang paling berbakat di timnya. Dia sering memenangkan lomba-lomba yang dia ikuti dan pantang menyerah. Ia juga sering berkomunikasi bersama teman satu timnya dan ramah kepada siapa pun. Tak heran teman-teman satu klubnya menyukainya. Pada saat perlombaan tingkat dunia, Tono dipilih untuk mengikuti lomba tersebut. Lagi-lagi Tono memenangkan lomba lari tersebut, pada hari itu Tono mencetak rekor sebagai manusia tercepat di dunia, Tono memegang rekor lari 100 meter dalam waktu 9,58 detik, dengan kecepatan tertinggi 44,72 km/jam. Tak heran jika ia dinobatkan sebagai manusia tercepat di dunia. Tono sangat bersyukur kepada Tuhan, dan juga motivasi serta Bapak sudah membimbingnya, memberikan semangat pantang menyerah dan tidak mudah putus asa dari awal hingga sekarang menjadi terkenal.
Search
Read the Text Version
- 1 - 29
Pages: