Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Modul Praktik yang Baik_SMP-MTs

Modul Praktik yang Baik_SMP-MTs

Published by Abdul Mukti, 2021-03-09 09:08:07

Description: Modul Praktik yang Baik_SMP-MTs

Search

Read the Text Version

Unit 3 – Pengelolaan Lingkungan Belajar MATERI PRESENTASI UNIT 3 Tanoto Foundation 88 Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 3 – Pengelolaan Lingkungan Belajar Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs 89

Unit 3 – Pengelolaan Lingkungan Belajar Tanoto Foundation 90 Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

UNIT 4 MENGEMBANGKAN BUDAYA MEMBACA

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Tanoto Foundation 92 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca UNIT 4 MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA (120 menit) Budaya baca dapat dibangun melalui kegiatan membaca senyap, memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan, membangun perpustakaan kelas dan memanfaatkannya. Pendahuluan Membaca memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Anak-anak dengan keterampilan membaca baik biasanya memiliki pencapaian akademik yang baik pula. Dalam abad informasi, kebiasaan membaca memiliki peran penting dalam menjamin keberlangsungan belajar seumur hidup secara mandiri. Kebiasaan membaca seseorang membuat dia bisa terus belajar di mana saja dan kapan saja. Kebiasaan membaca juga merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan mencari, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi pada diri siswa sejak dini. Tanoto Foundation 93 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Kebiasaan membaca akan berkembang menjadi budaya membaca jika didukung oleh berbagai faktor, seperti kondisi siswa, lingkungan belajar, ketersediaan bahan bacaan, dan dukungan orang tua. Tujuan program membaca adalah meningkatkan keterampilan membaca siswa sekaligus mengembangkan minat siswa terhadap membaca. Kegiatan untuk mendukung program tersebut membutuhkan dukungan dari komunitas sekolah. Komunitas pembaca atau Reader community. Budaya baca dapat dibangun melalui kegiatan membaca senyap, memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan, membangun perpustakaan kelas, dan memanfaatkannya. Kegiatan membaca yang terprogram akan menumbuhkan motivasi siswa dalam membaca. Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu: 1. mengidentifikasi alasan pentingnya membaca; 2. mengidentifikasi kegiatan yang mendukung siswa memanfaatkan perpustakaan di mata pelajaran tertentu 3. mengidentifikasi cara-cara praktis untuk mengembangkan budaya baca di sekolah Sumber dan Bahan 1. Materi Presentasi Unit 4: Mengembangkan Budaya Baca 2. Lembar Kerja Peserta 4.1: Budaya Baca 3. Informasi Tambahan 4.1: Memanfaatkan perpustakaan 4. Informasi Tambahan 4.2: Membaca Senyap 5. Informasi Tambahan 4.3: Pentingnya Pembelajaran Membaca Sedini Mungkin – Efek Matthew dalam membaca 6. Buku-buku bacaaan 7. Foto-foto kegiatan membaca dan budaya baca dalam bentuk video 8. Video pemanfaatan perpustakaan dalam pembelajaran Tanoto Foundation 94 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Waktu – 120 menit Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat dilihat pada Perincian Langkah-langkah Kegiatan. Garis Besar Kegiatan Introduction Connection Aplication Reflection Extention 5 Menit 15 Menit 85 Menit 10 Menit 5 Menit Penjelasan latar • Curah pendapat Kegiatan 1: Refleksi Saran untuk belakang, tentang Pemanfaatan mempraktikan tujuan dan alur ‘membaca’ perpustakaan Peserta menjawab pemanfaatan sesi (video) dan diskusi pertanyaan terkait: perpustakaan - Pandangan Kegiatan 2: Mengidentifikasi budaya baca kegiatan - Budaya baca di pemanfaatan perpustakaan di sekolah mapel masing- - Kegiatan yang masing akan dilakukan Kegiatan 3: Sudut Baca (Video) Penguatan - Efek Matthew Kegiatan 4: Dukungan dalam Mengembangkan Budaya Baca Perincian Langkah-langkah Kegiatan Membaca Senyap (15’) Sebelum memulai unit ini, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan kegiatan membaca senyap (silent reading). Tanoto Foundation 95 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca (1) Peserta diminta untuk memilih sebuah buku dari berbagai buku yang disediakan kemudian membacanya dalam hati selama 15 menit, duduk atau berdiri di tempat yang dianggap nyaman dalam ruang pelatihan. (2) Selesai membaca, fasilitator memimpin ‘berbagai pengalaman’ dengan menanyakan secara pleno pertanyaan berikut: • Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat membaca senyap? • Bagian mana dari buku yang paling Bapak/Ibu nikmati? • Apa tujuan dari membaca senyap? (3) Fasilitator menegaskan pendapat peserta dengan kalimat berikut: Membaca senyap atau membaca dalam hati adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah untuk melatihkan perilaku membaca, membangun kebiasaan membaca (misalnya: berkosentrasi), meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca. Catatan untuk Fasilitator Ruang pelatihan/aula harus dibentuk sebagai ruang baca dengan sudut baca dan ditampilkan/dipajang koleksi buku yang menarik. Buku-buku harus buku anak-anak yang menarik sesuai tingkatan dengan berbagai topik. Termasuk fiksi dan non fiksi. Penting bahwa suasana di ruangan cukup tenang. Jika perlu, diam-diam fasilitator dapat mengingatkan peserta secara individu agar tidak berbicara dan fokus pada membaca senyap - untuk kenikmatan. Fasilitator juga harus membaca senyap (jika mungkin) untuk model kegiatan. Fasilitator memberi peringatan 3 menit sebelum akhir periode membaca senyap sehingga peserta dapat menyelesaikan bagian buku yang mereka baca. Buku-buku yang dipakai untuk pelatihan dipinjam dari sekolah terdekat. Bisa juga pelatihan bekerjasama dengan distributor buku untuk mendisplay bukunya untuk merangsang kerjasama langsung antara sekolah dengan distributor buku. Tanoto Foundation 96 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca I Introduction (5 menit) (Peserta duduk dalam kelompok mata pelajaran) (1) Fasilitator menyampaikan latar belakang, yaitu bahwa: a. Kemampuan membaca sejak dini penting untuk mendukung kelancaran mempelajari bidang ilmu lainnya; b. Minat baca siswa masih perlu ditingkatkan; c. Mengembangkan budaya baca penting untuk meningkatkan minat baca siswa. (2) Fasilitator menyampaikan tujuan dan garis besar kegiatan dalam sesi ini. C Connection (10 menit) C Curah Gagasan/Pengetahuan tentang ‘Membaca’ (1) Fasilitator mengajak peserta untuk bercurah pendapat dengan menayangkan pertanyaan berikut. a. Mengapa membaca penting? b. Apa yang membuat ‘membaca’ menjadi menyenangkan? (2) Fasilitator meminta dua atau tiga orang untuk menyampaikan pendapatnya kemudian memberi penguatan dengan menggunakan slide. Tanoto Foundation 97 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Catatan untuk Fasilitator Mengapa Membaca Penting? • Membaca adalah proses mengumpulkan informasi • Kemampuan membaca anak berpengaruh terhadap kemampuan akademiknya. Semakin baik kemampuan membaca seorang anak, semakin baik pula kemampuan akademiknya. Apa Yang Dapat Membuat Membaca Menyenangkan? • Topik cerita sesuai kebutuhan siswa • Teks sesuai dengan jenjang siswa • Lingkungan mendukung kegiatan membaca • Membaca bukan beban (setelah membaca siswa tidak harus selalu mendapat tugas) Jenis kegiatan membaca berdasarkan tujuan • membaca sebagai kebiasaan –--- anak dibiasakan membaca • membaca untuk kesenangan ----- anak membaca untuk mendapatkan kesenangan • membaca untuk memperoleh informasi ---- anak mencari informasi melalui buku yang dibacanya. Untuk kegiatan ini guru dapat memberi tugas kepada siswa setelah kegiatan membaca dilakukan. A Application (85 menit) A KeCgiatan 1: Pemanfaatkan Perpustakaan-video (25 menit) (1) Peserta diminta untuk mengamati tayangan video tentang pemanfaatan perpustakaan di setiap mapel. Sebelumnya fasilitator menayangkan tugas untuk peserta saat menonton tayangan. • Bagaimana guru menyiapkan siswa sebelum pergi ke perpustakaan ? (mengingatkan siswa untuk tertib, membawa alat tulis) • Bagaimana penugasan yang diberikan oleh guru? (Contoh : guru IPS meminta siswa untuk membuat peta pikiran tentang kerjasama negara-negara ASEAN. Siswa membaca referensi dan mencatat hasilnya di peta pikiran. Penugasan menantang, membuat siswa memiliki rasa ingin tahu dan mencari informasi melalui membaca) Tanoto Foundation 98 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca (2) Kelompok mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. (3) Fasilitator meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasilnya dan kelompok lain memberi masukan. Fasilitator kemudian memberi penguatan. Kegiatan 2: Identifikasi Kegiatan Pemanfaatan Perpustakaan sesuai Mapel - berpasangan (20 menit) (1) Setiap pasangan diminta untuk menuliskan kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan perpustakaan sesuai mapelnya. (10’) (2) Diskusi Kelompok (10’). • Fasilitator meminta peserta untuk berbagi catatan dalam kelompoknya. Pada saat berbagi, kajilah bagaimana kegiatan tersebut mendukung pemantapan pemahaman konsep/perluasan pengetahuan dalam mata pelajaran tsb.? (3) Fasilitator memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan 3: Sudut Baca - video (25 menit) (1) Peserta diminta untuk mengamati video (10 menit) dan mencatat kegiatan yang dilakukan guru sehubungan dengan sudut baca. • Apa yang dipertimbangkan guru dalam memilih buku bacaan untuk siswa? • Bagaimana guru menjadikan sudut baca menarik untuk dikunjungi? • Bagaimana guru memanfaatkan sudut baca? Catatan untuk Fasilitator Video menggambarkan semua hal berikut: • Membangun koleksi perpustakaan kelas/sudut baca (menambahkan lebih buku-buku menarik) • Membuat sudut baca lebih menarik dan dapat diakses oleh anak- anak • Memanfaatkan sudut kelas (2) Fasilitator meminta peserta untuk berbagi catatan dengan orang yang duduk di samping mereka (Kerja berpasangan) Tanoto Foundation 99 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca (3) Fasilitator memberi kesempatan kepada beberapa peserta untuk menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan 4: Dukungan dalam Mengembangkan Budaya Baca (15 menit) (1) Setiap kelompok mendiskusikan dan menuliskan di kertas plano ide-ide yang dapat membantu budaya baca terwujud di sekolah, dengan mengacu kepada pertanyaan berikut. • Bagaimana mendapatkan dukungan warga sekolah agar budaya baca dapat terwujud? • Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan guru agar budaya baca dapat terbagun? (2) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok lain dapat memberikan komentar. (3) Peserta diminta membaca Informasi Tambahan 4.1. R Reflection (10 menit) Refleksi (1) Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta. a. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait budaya baca setelah mengikuti sesi ‘Mengembangkan Budaya Baca’ ini? b. Apa komentar Bapak/Ibu terkait budaya baca di sekolah Bapak/Ibu? c. Apa yang Bapak/Ibu akan lakukan setelah mengikuti sesi? (Peserta menuliskan jawaban secara perorangan pada sehelai kertas) (2) Fasilitator membacakan dua atau tiga hasil jawaban peserta. Penguatan Fasilitator menyampaikan pentingnya membaca dengan menggunakan diagram Efek Matthew (Lihat catatan fasilitator di bawah) Tanoto Foundation 100 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Catatan untuk Fasilitator Cara Membaca Grafik Efek Matthew • Grafik tersebut menggambarkan kemampuan membaca kata per menit dari anak di berbagai tingkatan kelas (Kelas 1-5); • Grafik merah (bawah) menggambarkan 10% anak dengan kemampuan membaca rendah; • Grafik hijau (atas) menggambarkan 10% anak dengan kemampuan membaca sedang; • Terlihat bahwa semakin lama (semakin tinggi kelasnya), perbedaan kemampuan membaca semakin besar; Hal ini berarti, anak yang lamban membaca pada kelas awal akan mengalami kegagalan yang semakin parah pada kelas-kelas berikutnya. E Extension (5 menit) Fasilitator meminta peserta untuk mempraktikan pemanfatan perpustakaan sesuai mata pelajaran yang diampunya. Tanoto Foundation 101 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Lembar Kerja Peserta 4.1: Budaya Baca Budaya baca adalah….? Diskuskan dalam kelompok: 1. Bagaimana mendapatkan dukungan warga sekolah agar budaya baca dapat terwujud? 2. Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh guru untuk mewujudkan budaya baca? Tuliskan hasil diskusi dalam kertas plano Tanoto Foundation 102 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Informasi Tambahan 4.1 Mengapa Masa Depan Kita Masih Bergantung Pada Perpustakaan, Membaca, dan Berkhayal ? Ceramah oleh Penulis Inggris, Neil Gaiman, yang menjelaskan mengapa menggunakan imajinasi kita dan mendorong orang lain untuk menggunakan imajinasinya, adalah kewajiban semua warga negara. 'Kita berkewajiban untuk berimajinasi …’ Neil Gaiman memberikan nasihatnya pada The Reading Agency: Kuliah Umum tahunan tentang masa depan membaca dan perpustakaan (Oktober 2013). Foto: Robin Mayes Pendahuluan Saya akan mengajak anda untuk bicara tentang membaca. Saya ingin mengatakan bahwa perpustakaan itu penting. Saya beranggapan bahwa membaca fiksi, membaca untuk kenikmatan, adalah salah satu dari hal yang sangat penting untuk dapat dilakukan. Saya mengharapkan dengan sangat kepada anda semua untuk mengerti apa itu perpusakaan dan pustakawan, serta melestarikan keduanya. Saya adalah seorang penulis, utamanya menulis fiksi. Saya menulis untuk anak-anak dan orang dewasa. Dan malam ini saya berceramah, dengan dukungan dari the Reading Agency: berbagi misi adalah memberikan semua orang kesempatan yang sama dalam hidup dengan membantu mereka menjadi lebih percaya diri dan pembaca yang antusias. Hal ini mendukung program literasi, dan perpustakaan serta perorangan untuk mendorong membaca. Sebab ada pepatah, semuanya berubah saat kita membaca. Dan inilah perubahan itu, dan tindakan untuk membaca itu, yang akan saya bicarakan malam ini. Saya ingin sampaikan apa yang telah dilakukan oleh membaca. Apa manfaatnya. Tanoto Foundation 103 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Pentingnya fiksi Fiksi mempunyai dua kegunaan. Kegunaan pertama, fiksi adalah kunci gerbang kepada (kecintaan) membaca. Dorongan untuk tahu apa yang berikutnya, keinginan untuk membuka lahaman berikutnya, ingin tahu apa lanjutannya, meski hal ini berat, sebab masalah sedang menimpa seseorang dan anda ingin tahu bagaimana akhirnya ... itu semua adalah merupakan kunci pintu gerbang membaca. Hal-hal tersebut mendorong anda untuk belajar kata baru, memikirkan gagasan baru, dan terus berlanjut. Dan mendapati bahwa membaca adalah sebuah kenikmatan. Ketika anda sudah memasuki gerbang tersebut, anda telah berada di jalan yang benar dan bisa membaca apa saja. Dan membaca adalah kunci. Cara mudah untuk menjamin bahwa kita sedang membesarkan anak yang berpendidikan adalah dengan menajari mereka membaca, dan menunjukkan kepada mereka bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Ini artinya, sangatlah mudah, mencarikan buku yang mereka sukai, mengupayakan supaya mereka mendapatkan buku tersebut, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk membacanya. Kegunaan yang kedua, fiksi membangun empati. Saat anda menonton TV atau menyaksikan film, anda sedang melihat apa yang terjadi pada orang lain. Proses fiksi adalah sesuatu yang anda bentuk dari 26 huruf, tanda-tanda baca, dan anda, anda sendiri, menggunakan imajinasimu, menciptakan dunia dan orang-orang yang anda lihat melalui mata anda. Anda merasakan sesuatu, mengunjungi suatu tempat dan dunia yang orang lain tak akan mengetahuinya. Anda belajar bahwa mereka semua yang ada di luar sana adalah juga saya. Anda menjadi orang lain, dan saat anda kembali pada dunia anda sendiri, anda telah berubah. Empati adalah alat untuk membangun orang-orang menjadi kelompok, yang membuat kita berfungsi lebih dari sekedar memenuhi obsesi pribadi. Kuasa Imajinasi Saat anda membaca, anda menemukan bahwa sesuatu yang sangat penting untuk perjalanan anda di dunia. Hal itu adalah: dunia ini seharusnya tidak begini. Seharusnya dunia bisa berbeda. Saya di China tahun 2007, pada sebuah pesta yang pertama kali disetujui dalam sejarah China tentang fiksi ilmiah dan fantasi. Kebetulan saya bertemu dengan salah satu orang penting, dan saya menanyakan, Mengapa? Mengapa fiksi ilmiah dilarang di China Tanoto Foundation 104 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca sebelumnya? Dan apa yang telah berubah (sehingga acara semacam ini bisa dilaksanakan)? Ini sederhana, katanya. Orang China itu luar biasa hebat sebagai peniru. Tetapi mereka itu tidak inovatif dan gagal menjadi pencipta. Mereka tidak berimajinasi. Jadi, mereka mengirim delegasi ke Amerika, ke Apple, ke Microsoft, ke Google, dan mereka bertanya kepada orang-orang yang menciptakan masa depan mereka sendiri. Dan mereka menemukan bahwa semua orang di Amerika itu telah membaca fiksi ilmiah saat mereka anak-anak dan remaja. Fiksi menunjukkan kepadamu dunia lain. Fiksi bisa membawamu ke suatu tempat yang belum pernah sama sekali engkau kunjungi. Sat anda telah mengunjungi dunia lain, seperti memakan buah ajaib, anda menjadi tidak puas terhadap dunia dimana anda dibesarkan. Ketidak-puasan adalah hal yang baik: orang-orang yang tidak puas akan mengubah dan memperbaiki dunia mereka, membuat dunianya lebih baik dan membuat dunianya berbeda. Mengapa perpustakaan itu penting? Untuk mengembangkan kecintaan membaca, tentu saja, anak-anak membutuhkan buku di sekitar mereka; buku tentang apa saja. Dan mereka membutuhkan tempat untuk membacanya. Saya sangat beruntung. Saya dibesarkan di tempat yang mempunyai perpustakaan yang bagus. Saya memiliki orangtua yang rela mengantarkan saya ke perpustakaan saat mereka berangkat kerja, dan pustakawan yang selalu mengantarkan anak kecil setiap pagi ke ruang perpustakaan anak, dan membantu memeriksa katalog, untuk mencari buku tentang hantu atau mejik, atau roket, mencari buku tentang vampir, atau detektif, penyihir atau keajaiban. Saat saya selesai membaca perpustakaan anak-anak, saya mulai membaca buku-buku untuk orang dewasa. Mereka adalah pustakawan yang baik. Mereka mencintai buku, mereka suka jika buku dibaca. Mereka suka ada anak bermata belok yang suka membaca, dan bicara kepada saya tentang buku yang sudah saya baca, mereka mencarikan saya buku berikutnya dalam sebuah seri. Mereka sangat membantu. Perpustakaan adalah sebuah kebebasan Kebebasan untuk membaca, kebebasan untuk ide-ide, kebebasan untuk berkomunikasi. Perpustakaan adalah tentang pendidikan ( dimana bukan sebuah proses kita menyelesaikan sekolah atau universitas), tentang sebuah hiburan, tentang membuat tempat yang aman, tentang akses kepada informasi. Tanoto Foundation 105 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Perpustakaan adalah tempat dimana orang mencari informasi. Buku adalah puncak dari gunung informasi: dan buku-buku tersebut ada di perpustakaan, dan tersedia secara bebas untuk anda. Makin banyak anak-anak yang meminjam buku dari perpustakaan dariapda sebelumnya – berbagai bentuk buku: kertas, digital dan audio. Perpustakaan juga adalah tempat bagi mereka yang tidak punya komputer, tidak punya akses internet, bisa onlin tanpa harus membayar apapun. Perpustakaan adalah sumber informasi dan memberi akses yang setara kepada semua warga. Termasuk informasi tentang kesehatan. Dan kesehatan mental. Perpustakaan adalah tempat umum., tempat yang aman, surga yang ada di dunia. Perpustakaan adalah sebuah tempat dengan psutakawan. Bagaimana bentuk perpustakaan di masa depan adalah hal yang perlu kita imajinasikan mulai dari sekarang. Bagaimana mendukung literasi Dalam dunia tulisan dan email, dunia informasi tertulis, literasi menjadi semakin penting dari sebelumnya. Kita perlu menulis dan membaca, kita memerlukan masyarakat global yang bisa membaca secara nyaman, memahami apa yang mereka baca, mengerti nuansanya, dan membuat mereka paham. Kita memiliki tanggung jawab terhadap masa depan. Tanggung jawab dan kewajiban kepada anak-anak, kepada orang dewasa dimana anak-anak akan menjadi, kepada dunia dimana mereka akan tinggal. Semua dari kita – sebagai pembaca, penulis, sebagai warga negara – memiliki tanggung jawab. Berikut adalah, saya pikir, beberapa tanggung jawab tersebut. 1. Saya percaya bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk membaca untuk kesenangan di ruang privat dan ruang publik. Jika kita membaca untuk kesenangan, ketika orang lain melihat kita membaca, maka kita sedang belajar, kita memikirkan imajinasi kita. Kita menunjukkan kepada orang lain bahwa membaca adalah sebuah hal yang baik. 2. Kita punya tanggung jawab untuk mendukung perpustakaan. Tanggung jawab untuk menggunakan perpustakaan, mendorong orang lain menggunakan perpsutakaan, untuk memprotes penutupan perpustakaan. Jika anda tidak melakukannya, maka anda tidak menghargai nilai informasi, kebudayaan dan kebijakan. Anda tak bersuara tentang masa lalu dan anda merusak masa depan. 3. Kita berkewajiban membaca untuk anak-anak kita. Membacakan hal-hal yang mereka sukai. Membacakan cerita yang bagi kita sudah membosankan. Bercerita, sehingga bacaan menjadi menarik, dan tidak berhenti membacakan untuk mereka meski mereka telah belajar untuk membaca sendiri. Menjadikan waktu Tanoto Foundation 106 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca membacakan untuk anak sebagai waktu yang terjadwal, dimana tidak ada ganguan panggilan tilpon, dimana gangguan terhadap kalimat-kalimat yang meluncur bisa disingkirkan. 4. Kita punya kewajiban untuk menggunakan bahasa. Kewajiban untuk memaksa diri sendiri: memahami arti sebuah kata, mengerti bagaimana kata tersebut harus digunakan, berkomunikasi secara jelas, menyampaikan apa yang kita maksudkan. Kita harus tidak membekukan bahasa, dan menganggap bahwa bahasa adalah sesuatu yang baku dan tidak bisa diubah, tetapi kita harus menggunakannya sebagai sesuatu yang hidup, mengalir, menerima kata-kata pinjaman dari bahasa lain, dan menerima cara pengucapan yang baru sesuai jaman. 5. Kita semua – dewasa dan anak-anak, penulis dan pembaca – berkewajiban untuk berkhayal. Kita berkewajiban untuk berimajinasi. Adalah sangat mudah untuk berpikir bahwa tidak ada yang bisa mengubah sesuatu, dimana kita berada dalam dunia dimana masyarakatnya terikat dan individu adalah lebih tidak penting: bagai atom di dinding, bagai sebutir padi di ladang. Namun kenyataannya adalah individu telah mengubah dunia dari waktu ke waktu, individual membuat masa depan, dan mereka melakukannya melalui imajinasi bahwa sesuatu bisa berbeda. Lihatlah di sekitarmu: Pahamilah. Ambilah jeda sesaat, lihat ruangan dimana anda ada saat ini. Saya ingin menunjukkan sesuatu yang sangat aneh, yang biasanya terlupakan. Hal tersebut adalah: apa saja yang anda lihat saat ini, termasuk dinding, dulunya adalah merupakan imajinasi. Seseorang memutuskan bahwa akan lebih mudah duduk di kursi daripad duduk di lantai. Seseorang mengimajinasikan sebuah cara supaya saya bisa bicara kepada anda semua di London tanpa perlu kehujanan. Ruangan ini, dan semua hal yang ada di dalamnya, dan hal-hal lainnya, dan semua benda yang ada di gedung ini, di kota ini menjadi ada karena sepanjang masa orang mengimajinasikannya. 6. Kita berkewajiban untuk membuat sesuatu menjadi indah. Tidak membiarkan dunia semakin semrawut, tidak membiarkan lautan kosong dan meninggalkan masalah bagi generasi yang akan datang. Kita berkewajiban untuk membersihkan diri kita, sehingga tidak meninggalkan dunia yang kacau balau bagi anak-anak kita. Tanoto Foundation 107 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Kesimpulan Albert Einstein pernah ditanya bagaimana caranya membuat anak-anak kita cerdas. Jawabannya adalah sederhana namun bijak: “Jika kamu ingin anakmu cerdas, bacakan mereka cerita yang bagus,” katanya, “jika ingin anakmu lebih cerdas, bacakan lebih banyak cerita yang bagus.” Enstein mengerti nilai membaca dan nilai berimajinasi. Saya berharap kita bisa memberi anak-anak kita dunia dimana mereka bisa membaca, dan dibaca juga, berimajinasi dan mengerti. • Artikel ini adalah edisi yang telah diedit dari ceramah Neil Gaiman di the Reading Agency, yang disampaikan pada Hari Senin 14 Oktober 2013 di Barbican di London. The Reading Agency's annual lecture series telah dimulai sejak tahun 2012 sebagai platform untuk para penulis dan pemikir utama untuk berbagi ide-ide yang menantang dalam membaca dan perpustakaan. Tanoto Foundation 108 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Membacakan Bacaan Salah satu kegiatan yang dapat membangkitkan minat baca siswa adalah guru membacakan buku / teks bacaan sementara anak-anak (SD maupun SMP) menyimak dengan seksama. Buku tersebut bisa berisi cerita atau ilmu pengetahuan (fiksi atau non fiksi). Dengan cara membaca yang menarik, guru bisa menghidupkan cerita atau informasi yang ada dalam buku / teks bacaan tersebut. Kegiatan ini penting sekali terutama bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki budaya membaca. Pengalaman menyimak ini bisa menunjukkan pada siswa bahwa di dalam buku ada hal yang mengasyikkan atau penting. Persiapan • Guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra, keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dan lain lain. Dalam memilih bahan, guru bisa mempertimbangkan pilihan atau usul anak- anak. • Guru mempersiapkan diri dengan membaca cerita/buku tersebut dengan bersuara terlebih dahulu dan menandai bagian-bagian yang perlu diberi penekanan dan ilustrasi, tempat jeda untuk bertanya jawab, dll. Pelaksanaan • Sebelum mulai, guru bisa mengaktifkan pengetahuan latar belakang siswa tentang hal yang berhubungan dengan cerita yang akan dibaca melalui tanya jawab singkat tentang pengarang, menerka isi buku dengan memperhatikan cover dan judul buku, gambar, dsb. • Jangan membaca terlalu cepat. Guru harus menyadari bahwa dia membaca untuk sekelompok penyimak dan penikmat. Karena itu, jangan lupa mengamati reaksi mereka. Apabila memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang berbeda. • Jeda diperlukan untuk membuat siswa yang sedang menyimak lebih terlibat. Mereka bisa ditanya komentarnya tentang peristiwa dalam bacaan, atau menerka apa yang akan terjadi berdasarkan informasi/bagian cerita yang sudah diketahui, dsb. Perhatian siswa juga bisa diarahkan pada keindahan/keunikan ekspresi yang digunakan pengarang. Hal-hal yang bersifat konflik moral juga bisa disinggung untuk mengajarkan budi pekerti dengan cara yang tidak menceramahi. • Jeda/pertanyaan tidak boleh terlalu banyak, karena bisa mengganggu jalannya cerita dan kenikmatan menyimak. Tanoto Foundation 109 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca • Dalam membacakan cerita, makna disampaikan tidak hanya melalui suara guru tapi juga melalui keseluruhan gerak tubuh dan ekspresi wajah. Karena itu maksimalkan penggunaan suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh untuk menyampaikan isi cerita. • Selama proses membaca, perhatikan wajah siswa untuk melihat reaksi dan keterlibatan mereka. Wajah yang kosong tidak berminat dan kelas yang berisik merupakan indikator bahwa pikiran dan jiwa mereka sedang tidak terlibat. Jika hanya sebagian siswa yang menunjukkan hal tersebut, siswa yang bersangkutan bisa diminta untuk memberikan komentar tentang apa yang terjadi dalam cerita untuk mengembalikan konsentrasinya. Jika hampir seluruh anggota kelas menunjukkan ketidaktertarikan, maka cara membaca kita perlu diperbaiki atau pilihan buku kita kurang tepat. • Kalau cerita yang dibaca terlalu panjang dapat dipotong/dihentikan pada bagian yang menarik, untuk disambungkan pada kesempatan berikut (misalnya setiap pagi 10 menit sebelum pelajaran dimulai atau siang hari 10 menit sebelum sekolah usai). Tanoto Foundation 110 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Informasi Tambahan 4.2 Membaca Senyap/USSR (Uninterrupted Sustained Silent Reading) Kegiatan ini pada dasarnya adalah memberikan waktu membaca di sekolah kepada siswa dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menikmati kesenangan membaca. Dalam membaca senyap, siswa diberi periode waktu tertentu, misalnya 10 atau 30 menit atau lebih (tergantung usia siswa dan kondisi sekolah) untuk menikmati bacaan bermutu tanpa ada interupsi yang mengganggu. Tujuan program ini adalah untuk melatihkan perilaku membaca, membangun kebiasaan membaca (misalnya: berkosentrasi), dan membangun kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan yang terprogram. Program ini dilaksanakan setiap hari di banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Singapura, Malaysia, dan Brunei dengan bermacam nama seperti SURF (Sustained Uninterrupted Reading for Fun/Membaca Tanpa Interupsi untuk Kesenangan), DEAR (Drop Everything and Read/Letakkan Segala Sesuatu dan Baca), Book Flood (banjir buku), dsb. Sebuah madrasah ibtidaiyah di Blitar memberi nama Iqro’ Time, dan sebuah SD di Malang memberi nama Membaca, Yes! pada kegiatan ini. Persiapan • Sekolah dan komite sekolah perlu mencapai kata sepakat tentang pentingnya program ini • Penambahan dan pembaharuan koleksi perpustakaan sekolah secara rutin perlu masuk dalam RAPBS • Tiap kelas sebaiknya memiliki perpustakaan kelas. Bagaimana caranya? - Tiap anak bisa menyumbangkan/meminjamkan 1 buku favoritnya - Memakai bumbung kelas.Tiap hari tiap anak memasukkan seratus rupiah ke dalam bumbung untuk membeli koleksi kelas - Kelas saling tukar koleksi - ……………….. • Sekolah menetapkan durasi, frekuensi, dan jam pelaksanaan. Untuk membentuk rutinitas yang mapan, sebaiknya program diberi jadwal yang pasti misalnya selalu pada jam setelah istirahat kedua. Tanoto Foundation 111 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca • Untuk membantu penciptaan suasana membaca yang kental, setiap kelas sebaiknya melaksanakan pada jam yang sama sehingga ketika kegiatan dilakukan serempak maka sekolah akan menjadi sunyi karena semua membaca, mulai siswa, guru, hingga kepala sekolah. Kalau perlu tamu yang berkunjung pada jam membaca tersebut juga diminta ikut membaca. • Guru dan kepala sekolah sebaiknya ikut membaca karena mereka berperan sebagai model / teladan nyata. • Program bisa diberi nama yang menarik buat siswa. Karena itu sebaiknya siswa diminta untuk mengusulkan nama, misalbya: Program Membaca .. oye! ; Membaca … Yes!; Membaca itu Enak dan Perlu (MEP), Membaca itu Asyik; Read, Read and Read, Iqro’ time, Lho Sekarang Membaca (LSM), dst • Jangan memberikan tambahan kegiatan yang memiliki kemungkinan merampas kenikmatan membaca mandiri ini, seperti tugas membuat ringkasan, menjawab sejumlah pertanyaan secara tertulis, dan lain sebagainya. Pelaksanaan di kelas • Tiap siswa sudah siap dengan bacaan/buku yang akan dibaca • Guru memberi tanda bahwa kegiatan membaca senyap dimulai • Semua kegiatan yang lain selain membaca dihentikan dan guru berserta siswa mulai membaca bersama. (Apabila dimungkinkan, ketika membaca siswa bisa bebas duduk di kursi, karpet, tikar, lantai dan sebagainya) • Selama kegiatan membaca tidak boleh ada suara atau kegiatan • Setelah 30 menit berlalu (tergantung durasi waktu yang ditentukan) guru memberi tanda bahwa kegiatan sudah selesai. Tanda bisa memakai alarm atau suara guru • Siswa menuliskan pada buku ‘jurnal membaca’ tanggal membaca, judul buku, jumlah halaman yang dibaca hari itu, dan komentar singkat Tanoto Foundation 112 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Contoh: Judul buku Pengarang Komentar Hal yang Jurnal Membaca Dibaca No. Tanggal The Little 1. 19 Juni Prince* Antoine de menarik, penuh 11-41 (Pangeran Saint-Exupery dengan teka teki Kecil) The Little Prince Antoine de Menyedihkan 42-72 2 20 juni Saint-Exupery (Pangeran Kecil) The Little 3. 21 juni Prince Antoine de mengharukan 73-108 (Pangeran Saint-Exupery Kecil) *The Little Prince/Pangeran Kecil karya Antoine de Saint-Exupery diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dalam versi Bahasa Indonesia • Begitu kegiatan selesai, guru bisa langsung masuk pada kegiatan pembelajaran selanjutnya yang bisa saja ‘tidak ada hubungannya’ dengan kegiatan membaca ini • Jika guru ingin memberikan tugas yang berkaitan dengan buku yang dibaca, maka tugas tersebut bisa diberikan pada pelajaran Bahasa Indonesia Tanoto Foundation 113 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Informasi Tambahan 4.3 Pentingnya Pembelajaran Membaca Sedini Mungkin - Efek Matthew dalam Membaca Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan betapa pentingnya kemampuan membaca, dan membangun budaya baca, di kelas awal saat anak baru mulai sekolah. Anak yang lamban membaca pada kelas awal, akan mengalami kegagalan yang semakin parah pada kelas-kelas berikutnya. Hal ini dikenal dengan istilah ‘Efek Matthew’. Dalam ilmu ekonomi Efek Matthew berarti ‘yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin’. Dalam ilmu pendidikan, hal ini berarti yang lambat mendapat hasil yang rendah sedangkan yang menengah dan cepat akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Membaca adalah kunci dalam hal ini. Good dan kawan-kawan (1998) mengukur kemampuan membaca kata per menit anak- anak dari berbagai kelas. Berikut adalah indikator kemampuan membaca tersebut. Grafik di bawah ini adalah hasil pengukuran tersebut. Warna merah (grafik bawah) menggambarkan 10% anak dengan kemampuan membaca terendah, sedangkan warna hijau (grafik atas) menggambarkan 10% anak dengan kemampuan membaca sedang. Bisa dilihat bahwa semakin lama (semakin atas kelasnya) semakin besar bedanya. Tanoto Foundation 114 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Membaca adalah penting untuk semua pembelajaran, dan untuk semua mata pelajaran. Good III, R. H., Simmons, D. C., & Smith, S. B. (1998). Effective academic interventions in the United States: Evaluating and enhancing the acquisition of early reading skills. School Psychology Review. Membaca adalah dasar dari pembelajaran. Kemampuan membaca sangat penting untuk matematika, sains, ilmu sosial, bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Anak yang berkemampuan membaca rendah akan mengalami kesulitan dalam belajar mata pelajaran lainnya. Itulah sebabnya sangat penting untuk membangun budaya baca di sekolah dan masyarakat. Kebiasaan membaca akan membuat anak belajar kemampuan membaca sejak awal; bukan saja belajar kemampuan dasar membaca, namun membuat mereka mencintai membaca. Dengan mencintai membaca maka keterampilan dan kemampuan membacanya akan terus berkembang. Tanoto Foundation 115 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca MATERI PRESENTASI UNIT 4 Tanoto Foundation 116 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Tanoto Foundation 117 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Tanoto Foundation 118 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS

Unit 4 – Mengembangkan Budaya Baca Tanoto Foundation 119 Modul 1 - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTS



UNIT 2 Pembelajaran Aktif – SD/SMP UNIT 5 PRAKTIK MENGAJAR Modul Pelatihan Praktik yang Baik untuk Kepala Sekolah 1

UNIT 1 Pembelajaran Aktif – SD/SMP 2 Modul Pelatihan Praktik yang Baik untuk Kepala Sekolah dan Pengawas

Unit 5 – Praktik Mengajar UNIT 5 PRAKTIK MENGAJAR (720 menit) Praktik mengajar menjadi bagian penting untuk memastikan hasil pelatihan dapat diimplementasikan di kelas. Pendahuluan Praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktikkan, di kelas nyata, hal-hal yang dipelajari pada unit-unit sebelumnya. Melalui unit ini, guru diharapkan dapat mendemonstrasikan perubahan-perubahan dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik sekaligus mendapatkan umpan balik yang memadai dari fasilitator dan sesama peserta. Dengan demikian, kualitas pembelajaran konteks-tual dapat ditingkatkan dan dipraktikkan secara berkelanjutan. Pada praktik mengajar saat ini, peserta diharapkan menerapkan unsur-unsur pembelajaran aktif antara lain dengan mecobakan MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi), mengembangkan pertanyaan, mengatur meja-kursi sedemikian rupa sehingga siswa dapat berinteraksi satu sama lain secara maksimal. Tanoto Foundation 123 Modul I - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Kegiatan pada unit ini diawali dengan persiapan praktik mengajar yang meliputi penyusunan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih. Selanjutnya, peserta melakukan simulasi, memperbaiki langkah-langkah pembelajaran, mencobakan langkah-langkah pembelajaran tersebut pada kelas nyata kemudian menuliskan refleksi mengajar. Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat: 1. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang mengakomodasi unsur-unsur pembelajaran aktif (MIKiR), pertanyaan/tugas (produktif, imajinatif, dan terbuka), pengelolaan lingkungan belajar yang efektif dan budaya baca; 2. Mempraktikan langkah-langkah pembelajaran tersebut dalam kelas nyata. Petunjuk Umum 1. Sesi ini akan berlangsung secara paralel di setiap kelompok mata pelajaran; 2. Praktik mengajar di kelas dilaksanakan pada hari berikutnya. Pastikan bahwa sekolah tempat melakukan praktik mengajar telah dihubungi agar kelas yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup. 3. Gunakanlah alat dan bahan dari lingkungan sekitar serta media pembelajaran yang sesuai dan mudah diperoleh/dibuat. Pastikan bahwa alat/bahan yang digunakan terjangkau Sumber dan Bahan Sumber-sumber berikut ini harus dipersiapkan dengan baik oleh fasilitator agar proses pelatihan dapat berjalan dengan lancar. 1. Presentasi Unit 5: Praktik Mengajar 2. Lembar Kerja Peserta 5.1: Skenario Pembelajaran – MIKiR 3. Lembar Kerja Peserta 5.2: Lembar Pengamatan Pembelajaran 4. Informasi Tambahan 5.1: Skenario Pembelajaran – MIKiR – Contoh 5. Silabus Pembelajaran (Standar Isi) 6. Alat dan Bahan sesuai Kompetensi Dasar 7. ATK: kertas plano (flipchart), spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting 124 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Waktu Sesi ini membutuhkan waktu 720 menit yang terbagi atas dua hari (persiapan mengajar dan praktik mengajar). Perincian alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan penyampaian sesi ini. Garis Besar Kegiatan (100 menit) Introduction Connection Application Reflection Extension 10 menit 25 menit 670 menit 10 menit 5 menit Refleksi Fasilitator Mengingat Penyusunan Pelajaran yang Mencoba menyampaikan kembali hal skenario - MIKiR dipetik kembali RPP di latar belakang, yang telah Hal yang masih sekolah masing- tujuan dan garis dipelajari Simulasi membingungkan masing besar kegiatan. Pembelajaran Penguatan atau membuat RPP baru yang Penyusunan RPP mengakomodasi gagasan hasil Praktik Mengajar pelatihan di sekolah Perincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (5 menit) (1) Fasilitator menyampaikan latar belakang sesi praktik mengajar, yaitu pentingnya praktik mengajar dalam suatu pelatihan guru, agar teori yang dipelajari dapat terlihat/dirasakan langsung dalam kenyataa. Pengalaman praktik akan menjadi umpan balik bagi perencanaan pembelajaran yang telah disusun. (2) Fasilitator menyampaikan tujuan dan garis besar kegiatan pada sesi ini. Tanoto Foundation 125 Modul I - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar C Connection (25 menit) Kegiatan: Mengingat Kembali Materi yang Dipelajari (1) Fasilitator mengingatkan peserta tentang hal-hal yang sudah dipelajari dalam pelatihan ini dengan gaya bertanya: Apa sajakah yang telah kita pelajari dalam pelatihan ini? Catatan untuk Fasilitator Hal-hal yang telah dipelajari peserta dalam pelatihan adalah: - Unsur-unsur Pembelajaran Aktif (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi/MIKiR) - Pertanyaan Produktif, Imajinatif, dan Terbuka - Pengelolaan Lingkungan Belajar yang Efektif (Pemanfaatan Sumber Belajar, Pengaturan Tempat Duduk, Pengelolaan Kegiatan Siswa, dan Pemanfaatan Pajangan Karya Siswa) - Mengembangkan Budaya Baca (Jika unit ini belum diberikan, (2) Fasilitator mengingatkan bahwa semua yang telah dipelajari hendaknya diakomodasi sebanyak mungkin dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengingat tujuan utama praktik mengajar adalah untuk memberi kesempatan kepada peserta mempraktikan apa yang telah dipelajari dalam pelatihan. A Application (670 menit) Kegiatan 1: Merancang Skenario - MIKiR ………. (40’) Pada unit 1: Pembelajaran Aktif, peserta telah menuliskan berbagai kegiatan untuk tiap unsur Pembelajaran Aktif (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi). Namun, saat itu belum dikaitkan dengan kemampuan dasar (KD) atau Tujuan Pembelajaran tertentu. Pada Kegiatan 1, Application ini, kegiatan tersebut akan diulang tetapi dengan mengaitkannya dengan KD atau Tujuan pembelajaran yang akan dicapai. (1) Peserta diminta untuk membentuk pasangan/kelompok beranggotakan 2-3 orang berdasarkan kelas atau mata pelajaran, sebagai Tim Praktikan; (2) Peserta diminta mengingat kembali komponen pembelajaran aktif ‘MIKiR’ (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang dibahas pada unit 1: Pembelajaran Aktif; (3) Peserta diminta untuk memilih Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan pada saat praktik mengajar, merumuskan indikator, dan tujuan pembelajaran berdasarkan silabus yang berlaku; 126 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar (4) Peserta diminta menuliskan ‘kegiatan’ yang akan dilakukan siswa untuk tiap komponen Pembelajaran Aktif (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) untuk mencapai KD tersebut (Gunakan Lembar Kerja Peserta 5.1: Skenario Pembelajaran – MIKiR). Untuk menuliskan kegiatan, peserta dapat membayangkan apa yang akan dilakukan di kelas; lalu menuliskannya. Catatan untuk Fasilitator 1. Tekankan kepada peserta bahwa LKP: 5.1 bukan format baru RPP melainkan alat bantu atau ‘jembatan’ menuju penyusunan RPP. Isi pokok kegiatan siswa dalam LKP: 5.1 kemudian dapat dipindahkan ke dalam format RPP yang berlaku. 2. Kolom ‘Unsur Pembelajaran Aktif’ dapat DIHAPUS jika urutan kegiatan secara keseluruhan sudah pasti. 3. Perumusan kegiatan MENGALAMI ditentukan oleh ‘tujuan pembelajaran’. Jika tujuannya ‘mengembangkan kemampuan menulis puisi’, maka siswa harus mengalami menulis puisi, bukan HANYA membacakan puisi atau mendengarkan penjelasan guru tentang puisi yang baik. 4. INTERAKSI dapat terjadi bila siswa bekerja secara berpasangan, berkelompok, berdiskusi, ada kegiatan presentasi dan mengomentarinya. 5. KOMUNIKASI dapat terjadi bila siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan, membuat laporan, baik lisan maupun tulisan, dengan SUASANA kelas yang TIDAK membuat siswa TAKUT SALAH. 6. REFLEKSI belajar siswa dapat terjadi jika siswa berinteraksi satu sama lain, dan/atau dipicu oleh pertanyaan guru: • Pengetahuan/kemampuan apa sajakah yang berhasil kamu miliki setelah pembelajaran tadi? • Hal apa sajakah yang masih membingungkan? • Bagaimana perilaku kamu dalam belajar tadi? Jika peserta (tim praktikan) sudah berhasil merumuskan kegiatan di tiap unsur Pembelajaran aktif (MIKiR), mintalah tim untuk memeriksa sendiri efektivitas sekenario yang telah disusun dengan berpandu pada pertanyaan pada kegaiatan 2 butir (2) di bawah. Kegiatan 2: Membahas Hasil Skenario - MIKiR ……. (20’) (1) Fasilititator menayangkan skenario hasil salah satu tim praktikan; (2) Bersama peserta, fasilitator membahas skenario tersebut terutama dalam hal apakah Tanoto Foundation 127 Modul I - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar kegiatan yang dirumuskan benar-benar akan membuat siswa … • mengalami kegiatan tersebut (Komponen ‘Mengalami’) dan akan mencapai tujuan pembelajaran? • ‘berinteraksi’ dengan teman lainnya atau guru? (Komponen ‘Interaksi) • berpeluang ‘mengungapkan gagasannya ? (Komponen ‘Komunikasi’) • melakukan refleksi terhadap belajar mereka? (Komponen ‘Refleksi’) Apakah urutan kegiatan sudah LOGIS dan dapat mencapai tujuan? (3) Selesai membahas, tim praktikan lain diminta memeriksa skenario masing-masing dengan berpandu pada pertanyaan-pertanyaan di atas) Kegiatan 3: Simulasi dan Perbaikan Skenario ……. (120’) (1) Setiap tim melakukan simulasi. Seorang anggota tim bertindak sebagai guru, seorang sebagai siswa, dan seorang anggota tim lain sebagai pengamat (Gunakan Lembar Kerja Peserta 5.2: Lembar Pengamatan Pembelajaran, sebagai alat pengamatan). Catatan untuk Fasilitator • Ingatkan peserta bahwa simulasi ini bertujuan untuk memperoleh masukan terhadap langkah-langkah pembelajaran yang disusun dan merupakan latihan sebelum praktik mengajar di kelas nyata. Oleh sebab itu, peserta harus diyakinkan bahwa simulasi ini bukan merupakan tempat untuk mempermalukan peserta dengan menonjolkan kelemahan-kelemahannya. • Satu rencana pembelajaran disimulasikan selama 10-15 menit dan ditindaklanjuti dengan komentar dan diskusi selama 5 menit. (2) Diskusi hasil simulasi dilangsungkan dengan suasana yang saling membangun. Sebaiknya beri kesempatan terlebih dahulu peserta yang melakukan simulasi untuk menyampaikan hal-hal yang ia rasakan perlu perbaikan, kemudian dilanjutkan dengan komentar pengamat berdasarkan Lembar Kerja Peserta 5.2: Lembar Pengamatan Pembelajaran. (3) Di akhir diskusi tiap skenario, fasilitator memberikan masukan untuk perbaikan dan penyempurnan langkah-langkah pembelajaran. (4) Peserta memperbaiki skenario mereka berdasarkan masukan yang diterima maupun hasil refleksi/perenungan mereka sendiri. Pastikan skenario tersebut layak dicobakan pada kelas nyata 128 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Kegiatan 4: Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……. (290’) (1) Masing-masing kelompok menyusun satu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 2 jam pelajaran. Catatan untuk Fasilitator • RPP merupakan penulisan secara lengkap dari skenario yang telah dibuat pada kegiatan 1 di atas.(Lengkapi dengan antara lain alokasi waktu dan jenis pengelolaan kelas) • Mata pelajaran dan topik tertentu mungkin memerlukan alat/bahan untuk uji coba selama proses pengembangan langkah pembelajaran dan simulasi. Hindari alat/bahan yang sulit ditemukan di sekitar tempat pelatihan dan mahal. Alat/bahan sederhana atau terjangkau sangat disarankan. • Fasilitator perlu mendampingi peserta terutama memeriksa sejauhmana RPP mereka telah mengakomodasi hal-hal yang telah dipelajari di pelatihan (Lihat catatan untuk fasilitator 1 di atas). • Kegiatan 4: Penyusunan RPP, merupakan akhir dari sesi hari ini. Fasilitator dapat langsung melanjutkan ke kegiatan ’Reflection’ • Kegiatan 5 ditunda ke hari berikutnya (lihat jadwal pelatihan) Kegiatan 5: Praktik Mengajar di Sekolah ……. (140’) (1) Peserta melakukan praktik pembelajaran di sekolah (di kelas nyata). (2) Praktikan meminta siswa untuk menuliskan refleksi mereka beberapa menit sebelum pembelajaran selesai, berpandu pada pertanyaan: • Pengetahuan/kemampuan apa sajakah yang berhasil kamu miliki setelah pembelajaran tadi? • Hal apa sajakah yang masih membingungkan? • Bagaimana perilaku kamu dalam belajar tadi? (3) Praktikan meminta beberapa karya siswa untuk bahan refleksi praktikan di tempat pelatihan; (4) Jika memungkinkan, mintalah guru/kepala sekolah/pengawas yang mengamati untuk memberikan komentar. Tanoto Foundation 129 Modul I - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Catatan untuk Fasilitator • Praktik mengajar dilakukan oleh tim (2-3 orang). Sedapat mungkin libatkan guru/kepala sekolah/pengawas yang ada di sekolah tempat praktik sebagai pengamat. • Persiapkan jumlah sekolah dan kelas sesuai dengan jumlah kelompok yang akan melakukan praktik mengajar. Untuk melakukan ini, fasilitator perlu melakukan koordinasi dengan sekolah atau panitia pelatihan beberapa hari sebelumnya. ● Guru, kepala sekolah, dan pengawas setempat sedapat mungkin dilibatkan dalam praktik mengajar ini, agar mereka dapat memberikan masukan perbaikan. Kegiatan 6: Refleksi Mengajar (60’) (1) Jika ada, mintalah masukan dari pengamat setempat (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas) terkait praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan; (2) Mintalah tim praktikan untuk membawa beberapa hasil kerja siswa untuk dipajangkan di tempat pelatihan bersama RPP yang tim susun; (3) Setiap tim praktikan menuliskan refleksi mengajar di tempat pelatihan dengan menjawab pertanyaan berikut. • Apa saja yang dianggap berhasil? • Apa saja yang dianggap belum berhasil? • Jika praktik diulang, bagaimana saya akan memperbaiki? (4) Beberapa tim praktikan diminta untuk membacakan hasil refleksi mereka; (5) Tim praktikan diminta memajangkan RPP dan sebagainya, hasil kerja siswa, dan hasil refleksi di dinding ruangan; (6) Peserta diminta saling melihat pajangan mereka. R Reflection (10 menit) Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut. (1) Pelajaran apa sajakah yang dipetik dari sesi praktik mengajar ini (Persiapan dan pelaksanaan)? (2) Hal apa sajakah yang masih membingungkan? 130 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Penguatan Fasilitator menyampaikan bahwa: • Praktik mengajar sangat penting dalam suatu pelatihan pembelajaran. • Praktik mengajar memberikan pengalaman konkret bagaimana berbagai gagasan yang dipelajari dalam pelatihan dipraktikan dalam situasi nyata. • Praktik mengajar MEMPERLIHATKAN bukan MEMBERITAHUKAN perubahan yang diinginkan. E Extension (5 menit) Peserta diminta untuk mencobakan kembali RPP di sekolah masing-masing atau membuat RPP baru yang lebih baik sebagai hasil belajar dari praktik mengajar dan diskusi di pelatihan, kemudian mempraktikannya. Tanoto Foundation 131 Modul I - Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Lembar Kerja Peserta 5.1 Skenario Pembelajaran – MIKiR Mata Pelajaran : ……………………………………………………………………………….. KD : ……………………………………………………………………………….. Indikator : ………………………………………………………………………………… Tujuan Pembelajaran : ……………………………………………………………………………………………………. Unsur Apa sajakah yang akan dilakukan SISWA? Peng. Waktu Belajar Kelas (mnt) Aktif (I, Ps, Klp)*) Mengalami Interaksi Komunikasi (Ungkap gagasan) Refleksi I = Individual; Ps = Pasangan; Klp = Kelompok 132 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Informasi Tambahan 5.1 Skenario Pembelajaran – MIKiR – Contoh Mata Pelajaran : IPA KD : ……………………………………………………………………………….. Indikator : ………………………………………………………………………………… Tujuan Pembelajaran : Mengenal daun Unsur Apa sajakah yang akan dilakukan SISWA? Peng. Waktu Belajar Kelas (mnt) Aktif 1. Siswa mengamati berbagai daun, terutama: (I, Ps, Mengalami - bentuk daun Klp) 25’ Interaksi - susunan tulang daun. - kehalusan/tekstur permukaan daun Ps 20’ 15’ 2. Siswa mengamati Ps - PERSAMAAN dua daun yang berbeda; 10’ - PERBEDAAN dua daun yang sama. 70’ 3. Pada saat pengamatan, siswa SALING mengemukakan hasil amatannya; 4. Antar pasangan, siswa SALING menyampaikan hasil pengamatannya, dan saling memberi TANGGAPAN. Komunikasi 6. Siswa menyampaikan hasil pengamatannya kepada I (Ungkap siswa atau kelompok siswa lain (Lisan) I gagasan) Refleksi 5. Siswa: - menuliskan hasil amatannya (daun apa, bentuk, susunan tulang) - menggambar daunnya. 7. Siswa menuliskan: - apa saja yang telah mereka pelajari - apa yang ingin diketahui lebih lanjut - bagaimana perasaan mereka belajar hari ini. Total waktu, di luar kegiatan awal Tanoto Foundation 133 Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Lembar Kerja Peserta 5.2 Lembar Pengamatan Pembelajaran No. Aspek yang Diamati Catatan Hasil Pengamatan GURU 1. Mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berbuat untuk menjawabnya 2. Meminta siswa untuk - memberi komentar; dan/atau - menjawab pertanyaan siswa lain; dan/atau - menjawab langsung pertanyaan siswa 3. Merespon siswa 4. Mengatur perabot kelas yang mendukung pembelajaran kooperatif 5. Menggunakan karya siswa sebagai sumber belajar 6. Menggunakan sumber belajar yang bervariasi, termasuk lingkungan 7. Memberi pembelajaran yang menghasilkan karya siswa 8. Memberi kesempatan kpd siswa untuk bertanya 134 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

No. Aspek yang Diamati Unit 5 – Praktik Mengajar Siswa Catatan Hasil Pengamatan 1. Melakukan sesuatu/berbuat 2. Melakukan pengamatan 3. Berinteraksi 4. Melakukan refleksi 5. Merespon guru/siswa lain 6. Menggunakan media/sumber belajar 7. Menjelaskan/mendemonstrasikan Catatan: • Pengamat dapat menuliskan dulu hasil pengamatannya pada kertas terpisah baru kemudian memindahkannya ke format pengamatan ini selesai mengamati. Tanoto Foundation 135 Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar MATERI PRESENTASI UNIT 5 136 Tanoto Foundation Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs

Unit 5 – Praktik Mengajar Tanoto Foundation 137 Modul I – Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP dan MTs


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook