Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore EDISI 01 NYIUR MELAMBAI_2019

EDISI 01 NYIUR MELAMBAI_2019

Published by ekithadan.metaforma, 2019-02-13 21:04:38

Description: EDISI 01 NYIUR MELAMBAI_2019
NYIUR MELAMBAI an electronic magazine that reviews the culture, customs and character of the archipelago so that it can be understood to be an Indonesian personality in participating in developing a better and more developed world of culture.

Keywords: Nyiur Melambai,Budaya Indonesia,Culture

Search

Read the Text Version

Kemudian ia, “Wahai anak muda! Dapatkah Ia melanjutkan kata-katanya, bahwa kalian memberiku tempat untuk bergabung “kadangkala kesedihan kenangan saling berpaut kata?” memburamkan cermin diri, dan menyekat ruang dada begitu menyesakkan. Namun bukan “WALIDA USRI”, Bunga desa di zaman itu tanpa berarti memahami lantunan nada kehidupan banyak fikir menghampiri sambil berkata, di masa kini tidak bisa diartikan semua “yatore Man Juwa” (Mari silahkan Paman merupakan nyanyianmu, tidak anak muda...! Itu Juwa). Dari ujung bibirnya ia nampak tersenyum hanya titipan, pinjaman agar kehidupan muncul bahagia, sambil berucap “Mator sakalangkong bersama hembusan angin yang gemeriang, Din Ida” (Terima kasih Jeng Ida), serta merta ia bersama gemericik air saat menimpa bebatuan. membalasnya. Iapun duduk tertunduk hendak Aku yang tidak dapat melihat dunia ini, tak menyembunyikan kekurangannya. Tak lama kuduga-duga diri ini mengukur kerinduan hanya kemudian sambil bergayut pada tongkatnya dengan lantunan nada tongkat, sedangkan “ya..., kalian adalah pemuda-pemudi yang kalian semua yang berpengetahuan mencoba sedang giat-giatnya mencari ilmu pengetahuan”. menjelma menjadi wujud syair kerinduan, Sejenak kesunyian turun meliputi keadaan, yang disenandungkan lewat hasrat keindahan, menghentikan pembicaraan anak muda desa. sedangkan cinta kasih kadang kala menjadi korban kebinalannya”. Oh... anak muda...! “Aku memang tidak punya jendela melihat dunia, namun kalian semua bukalah mata saat kehidupan digelar. Lihatlah gambar dirimu, di mana saja, sebab kasih sayang yang menanggung beban rindu, ruang lingkupnya begitu luas, waktunya juga begitu panjang, serta menguras banyak tenaga. Bagi diriku ini hanya bisa merasakan dan ternganga melihat ketakjuban, berani mati saat terpana pada kenyataan, tidak ada syarat rahasia apapun untuk bicara keagamaan, tidak ada ruang tertutup untuk mengartikan ‘kehidupan’, sesungguhnya adalah satu adanya dari makna istilah ‘keagamaan’, dan inilah yang membimbing untuk melesatkan anak panah hidup ini, dan tidak menghalangi keinginan pribadi untuk mengikuti anak panah yang menyimpang dari tujuannya”. Keheningan menyelinap sejenak, kemudian di antara anak muda dengan tenang menyampaikan keingintahuannya tentang hidup ini. (BERSAMBUNG EDISI MENDATANG) Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 51

Pergulatan PENYAIR DALAM KEHIDUPAN Oleh Eko Windarto Sebagai penyair menulis adalah cara mengekspresikan gagasan untuk melawan sesuatu atau menjaga akumulasi kreativitas pikiran. Pandangan-pandangan seorang penyair mempunyai implikasi yang tidak sederhana apa adanya. Sebab, bagi saya sebagai seorang penyair, menulis adalah motivator untuk mengungkap misteri implementasi kehidupan sekeliling. Bahkan menulis 52 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019

bisa merasakan hidup lebih kadang juga merupakan puisi saja. Sebab penyair dari satu kali. problema yang harus direspon, sekarang dihadapkan pada atau pengalaman batiniah yang zaman globalisasi yang begitu Oleh karenanya menulis puisi harus dan perlu disimak isinya. cepat menggiring kita pada adalah gairah estetik yang situasi tidak menentu dan sangat indah dalam memasuki Hanya dengan bahasa dan kadang sulit disimpulkan. alam bawah sadar kehidupan. kata-kata penyair bisa Kehidupan itu sendiri adalah mengutarakan apa-apa yang Oleh sebab itu, kita sebagai sastra. Punya nilai intrisik yang ditangkap melalui puisi. manusia biasa atawa imanen dalam metafisik. Dengan bahasa pula penyair penyair dituntut mencontoh bisa menangkap maksud dan keteladanan Nabi Muhamad Saya sebagai the author perasaan orang lain. Dengan SAW. Yang mana Nabi tidak hadir dalam kebenaran bahasa pula penyair dapat Muhamad SAW adalah seorang tunggal. Sebab penulis tak bisa mengutarakan pendapatnya, nabi yang makrifat, dan bisa diam. Selalu berubah rubah keterlibatannya serta mi’rod. Kita sebagai umat rupa dalam penafsiran yang keterharuannya terhadap Nabi Muhamad SAW harusnya kontekstual. sesuatu kepada masyarakat, bisa makrifat dalam melihat karena seorang penyair bisa sesuatu di sekeliling kita untuk Maka dari itu seorang penyair berdoa dengan kata-kata. diangkat menjadi sebuah atau penulis butuh literasi tulisan. Begitu kita harusnya memadai, agar ia bisa jadi Karena itu bagaimanapun juga bisa mi’rod seperti petani, gelandangan, tukang seorang penyair harus Kanjeng Nabi Muhamah SAW. pijat, filosof, politikus, menguasai tata bahasa tinggal bagaimana kita bisa piskholog, sosiolog, atau pun secara baik, sebab jika mengasah keilmuan untuk pengembara metafisika. Yang tidak, ia akan mengalami mencapai isro’ sebelum paling berat bagi penyair kesulitan menerjemahkan sampai mencapai mi’rod dalam dan penulis adalah melawan penghayatannya atau beribadah atawa menulis. keikhlasan dan kesabarannya pengalamannya setepat sendiri. mungkin melalui kata-kata Maka dari itu penyair butuh untuk mencapai maksud yang ruang yang luas dan hati Di mana pun penyair berada sebenarnya. Hal ini sesuai pikiran yang lebar, demi juga mempunyai keinginan benar dengan fungsi bahasa. mempertanggungjawabkan yang sama dengan penyair sebagai mahkluk Allah. Ya, lainnya. Sebagai manusia, Mood seorang penyair paling tidak bertanggung jawab semua penyair mempunyai terkadang berada dalam pada diri sendiri. ide-ide, gagasan, hasrat, kegelisahan yang memantiknya pesan-pesan untuk untuk berbuat sesuatu atau Saya menulis seperti ini tak menyampaikan kepada melentingkan sebuah karya luput dari getaran hati nurani, masyarakat dan bangsanya. puisi yg menyita perhatian laku hingga tak bisa kubendung air Dalam interaksi dengan itu sendiri. Daya ingat seorang mata. berbagai kalangan masyarakat penyair adalah seberapa jauh maupun lingkungan ia membaca literasi, seberapa Itulah sekelumit narasi saya masyarakat luas termasuk jauh membuka ruang dalam sebagai manusia biasa yang interaksi antara dunia dalam hatinya. Dari situlah seorang dipilih Allah menjadi seorang dirinya atau di luar dirinya. penyair akan terlihat seberapa penyair yang masih butuh Penyair banyak menangkap jauh melibatkan diri dalam banyak belajar dari sampean momentum peristiwa dalam kehidupan dan literasi. semua. Khususnya belajar dari pengembaraan. Hal-hal yang ketidaktahuan saya dalam laku ditangkap kadang merupakan Sebagai penyair sangatlah sinetron duniawi ini. kesan menyenangkan, kadang- aneh bila hanya bisa menulis Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 53

Pendek Cerita PELANGICerpen Ikha Djingga Ilustrasi Aulia Sartika Purwanti 54 • NVool. 11. /NJoA. N1-/FFEEBB/-M20A1R9ET / 2019

UNTUK NILUH “Nara...Nara....tunggu!” Teriak Niluh, “ayoo *10 Tahun yang lalu cepat lari Niluh” sahut Nara. “Cepat nanti keburu hilang pelanginya, Tiba-tiba semua gelap sangat gelap, Nara bingung ayo...” kata Nara sambil terus berlari tangannya mulai meraba-raba, badannya terasa berat, mengejar pelangi di atas bukit Renjana. “Aduuuh....” kepalanya sangat pusing, Nara mulai takut, aku di mana tiba-tiba Niluh mengaduh, Nara berhenti lalu menoleh kenapa semua jadi begini, “Ya Allah...kenapa ini!” Isak ke belakang dilihatnya Niluh tersungkur di atas belukar Nara. berduri, segera Nara berlari turun dan menolong sahabatnya itu. “Sayang, kamu sudah sadar?” “Umiiii!!” teriak Nara, “Umi, Nara ada di mana kenapa semua gelap Umi” tanya Nara Akhirnya sampai juga mereka di atas bukit Renjana semakin histeris. “Sabar ya sayang...sabaaar istighfar, meski berjalan tertatih-tatih, “sudah jangan nangis ya, anak Umi kuat kog” peluk Umi sambil terisak, Nara lihat pelangi itu masih ada, kita masih bisa melukisnya” semakin bingung, “Umi, cepat katakan ada apa denganku bujuk Nara kepada Niluh yang dari tadi masih terisak. mi!!” Desak Nara lagi, “kamu buta sayang” jawab Umi Nara paling suka melihat pelangi di atas bukit Renjana, semakin kencang menangis, Nara tidak percaya dengan di bawahnya terhampar pantai Kintamani, sungguh apa yang di dengarnya semua semakin gelap...dan gelap, sangat indah. Bukit Renjana memang tempat favorit hanya terdengar suara Umi histeris, “Nara...Nara!!” Lalu Nara dan Niluh, mereka sering menghabiskan waktu Nara tak sadarkan diri. liburan atau sore hari untuk hanya sekedar duduk-duduk dan bercanda, terkadang sambil mengerjakan tugas Keesokan hari dokter menemui Nara dan Uminya, sekolah. “selamat Bu, anda tidak perlu menunggu lama- lama pendonor mata buat putri Ibu, ada yang mau Terlebih bila ada pelangi seperti saat ini. “Niluh jika mendonorkan matanya untuk Nara” sambut dokter aku besar nanti aku ingin pergi ke Palestina, aku ingin mengucapkan selamat kepada Umi, “Nara, siap-siap jadi wartawan juga relawan, aku ingin berada disana untuk segera operasi ya” lanjut dokter itu lagi. Pecah merasakan duka mereka, aku ingin menghibur juga tangis Nara, ia tidak bisa menyembunyikan rasa menguatkan mereka, akan kukatakan kepada mereka bahagianya, ia langsung memeluk Umi dan sama-sama perkataanmu tentang betapa indahnya perbedaan, dan menangis bahagia. pastinya aku sangat ingin Abi tersenyum melihatku meneruskan perjuangannya”, Niluh memeluk Akhirnya Nara kembali berada di dalam kamarnya, sahabatnya itu erat lalu katanya “Sang Hyang Widhi setelah sembilan hari berada di rumah sakit semenjak pasti mengabulkan permintaanmu, mari kita lukis terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut mata pelangi itu dan kita tuliskan permintaan kita lalu Nara, kini ia bisa melihat lagi, Nara mencium semua kita kubur di bawah pohon beringin itu, dan 10 tahun boneka-boneka yang ada di kamarnya seperti anak kecil kemudian kita gali bersama” yang baru mendapat mainan. Tiba-tiba Nara teringat sesuatu, segera ia berlari menemui Uminya, “Umi, Nara Semua kenangan itu masih terasa seperti kemarin mau kerumah Niluh ya, mau tanya kenapa dia gak saja, mata Nara berkaca-kaca akhirnya ia tak mampu jengukin aku di rumah sakit” pamit Nara setengah berlari menahan isaknya... tanpa hiraukan lagi teriakan Umi, “tunggu Nara!” Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 55

Cerita Pendek Nara sudah sampai di rumah Niluh, Tanya Nara lagi makin bingung, tidak boleh bersedih. Aku selalu yang hanya berjarak 100 meter saja. “baca saja Nara” ujar Meme pelan bersamamu.” “Meme, Niluh di kamarnya?” tanya hampir tak terdengar suara nya, Nara tanpa menunggu jawaban Nara baru menyadari raut wajah Dari Sahabatmu, kepada Meme Niluh yang kebetulan Meme sepertinya sangat sedih. Niluh si Tukang keluh berada di beranda, Nara langsung ke Dengan tangan gemetar, dan hati kamar Niluh, tapi kamarnya kosong, yang tak karuan Nara membuka Bruuuk...!! Nara terjatuh pingsan. loh kemana Niluh pikir Nara, amplop surat itu dan mulai membaca “Meme, Niluh lagi keluar ya?” tanya Nara ketika Meme menyusulnya “Hei Nara si ceria, berjanjilah padaku *Hari Ini ke kamar Niluh. “Ini ada surat satu hal sebelum kamu lebih lanjut dari Niluh” jawab Meme sambil baca suratku ini, janji ya untuk selalu “Niluh, sesak rasanya hati ini memberikan surat, “surat, dari tersenyum apapun itu rintangannya, mengenangmu. Hari ini aku tepati Niluh?” Tanya Nara heran, “kenapa itu yang selalu kamu katakan janji untuk menggali lukisan pelangi Niluh nulis surat segala sih me?” padaku. Sekarang kamu yang harus kita, aku baru saja pulang dari melakukan itu untukku. Nara, Palestina, aku telah melukis pelangi maafkan aku jika menyembunyikan di Palestina untukmu, telah kuukir penyakitku selama ini, aku hanya namamu dalam setiap doa-doaku tak sanggup melihat kesedihan di di setiap masjid yang kukunjungi wajahmu, seperti wajah Meme yang di sana, dan kuceritakan kepada selalu sedih melihatku. Tapi tenang setiap anak di Palestina yang aku Nara, sekaramg aku sudah tidak temui, tentang Niluh gadis Bali yang merasakan sakit lagi. Nara, aku tangguh, yang selalu mengatakan senang sekali karena sekarang aku betapa indahnya perbedaan dan seperti Abimu bisa selalu melihatmu perbedaan itu seperti pelangi yang di manapun kamu berada, aku juga tercipta dari bersatunya warna- akan melihatmu ketika kamu nanti warna yang berbeda”, bisik Nara tiba di Palestina, dan aku juga akan Nara lalu menggali lukisan pelangi tersenyum untukmu. O ya jangan mereka, dan menemukan sebuah lupa ya, untuk gali lukisan pelangi kotak kayu, dengan tangan yang kita di bawah pohon beringin itu. gemetar Nara membuka kotak itu, Satu hal lagi Nara, aku benar-benar dan ditemukan dua gulung kertas bisa melihatmu, karena mataku gambar yang satu bertuliskan nama kini menjadi matamu, jadi kamu nya dan satunya lagi Niluh. Nara membuka kertas gambar Niluh, di Ilustrasi Aulia Sartika Purwanti situ ada lukisan pelangi dan sebuah permintaan, “ Sang Hyang Widhi, aku hanya minta wujudkan semua permintaan sahabatku Khairunissa Naraya Putri” TAMAT 56 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019

Janganlah Cepat Berlalu Sepasang pengantin melambangkan Dewi Sri dan Dewa Wisnu ini dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai simbol keharmonisan dalam rumah tangga. Patung sepasang pengantin yang mengenakan pakaian adat Jawa disebut ‘Loro Blonyo’, artinya bahasa Jawa, Loro yang berarti dua, sedangkan Blonyo artinya rias (bersolek, merias diri). Momen pernikahan adalah peristiwa sakral yang indah untuk dikenang, perlu dipersiapkan dengan sebaik- baiknya. Berilah cenderamata/souvenir yang menarik, bagi mereka yang hadir mengucap salam dan doa. Semoga kenangan indah janganlah cepat berlalu. Silahkan datang, pilih jenis cinderamata sesuai dengan selera Anda... AWANGGA SOUVENIR Jln Jembawan Raya Blok 4M No 2 Sawojajar II, Malang, Jawa Timur Phone 081 8050 89 100 e-mail : edywitanto@ymail.com Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 57

Pojok Nusantara KEHIDUPAN RESIKO Pangkalan Berandan membawa kehidupan yang Sementara denyut kehidupan kota kecil yang berada lebih baik. masyarakatnya terus berjalan. di Kabupaten Langkat Hanya sebentuk perubahan Sumatera Utara Ketika kehilangan para sedikit demi sedikit yang dapat yang menyimpan sumber investor yang tidak lagi memperbaikinya. daya alam yang sangat kaya menggali minyak di bumi seperti Minyak Bumi dan Gas. Pangkalan Brandan, kota ini Menyaksikan geliat kehidupan Perkebunan kelapa sawit. Hasil layaknya kota mati. Bangunan di dermaga penyeberangan lautnya pun melimpah. runtuh rusak dan tak terawat, menuju Pulau Perlis membuat peninggalan jejak yang saya terketuk. Semangat Kota ini pernah tercatat mengenaskan. Masyarakatnya menjalani kehidupan dengan penghasil minyak bumi pun harus mencari alternatif penuh resiko di tengah angin terbesar di Indonesia, sumber kehidupan baru. kencang dan pasang surut Kehidupan masyarakat Melayu air laut tak menghentikan menjunjung tinggi kearifan Pangkalan Berandan mungkin geliatnya kehidupan para budaya dalam menjaga habitat bukan satu-satunya Kota yang nelayan. Foto dan cerita Ono lingkungan ekologi, yang bisa mengalami kemunduran. Sembunglango 58 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019

DI TENGAH LAUT Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 59

Hidden Art I CULTUREMAN Oleh Prayit. Sp Budaya dalam wujud manusia atau Budayawan memiliki wilayah disiplin ilmusosial dan spiritual lalu menterjemahkannya ketengah- tengah masyarakat praktisdan akademis. Pintu-pintunya bisa melalui ilmu, agama atau seni. Apabila ia memasukinya menerus dari generasi ke Foto: Fika Kirana melalui jalur kesenian, generasi. Apresiasi budaya maka budaya atau seorang pelaku budaya kebudayaan yang lahir bukanlah kewajiban ataupun akanmenghantam jalur cita paksaan dari dogma-dogma rasa estetika masyarakat yang sebuah sistem, tetapi lebih berimbas pada cara berpikir merupakan pencerahan sosial (Logic) dan cara bertindak spiritual dari seseorang atau (Etica) . Seni yang berangkat komunitas kebudayaan yang dari Pelaku Budaya akan lahir menjadi virus cinta bagi semua bukan dari hukum atau ide yang mengikutinya. Hingga imajinatif, tetapi dari realita- menjadi pola hidup dan pola realita yang idealismenya bermasyarakat yang mandiri dinamis dan tidak statis. serta gotong royong. Idealisme yang disalurkannya pun akan bersinergi dengan Sebuah apresiasi budaya perkembangan masyarakat tidak merencanakan sistem, dan alam kekinian. akan tetapi pusaran yang   dapat menarik personal dan Kebudayaan selalu lahir dari golongan serta menjadikannya seorang pelaku yang proses dalam panggung ritual tawarnya dapat diterima oleh keindahan yang memiliki masyarakat dan iklim alam. nilai-nilai logic, etic dan Dan itu berlangsung terus mengembalikannya ke dalam 60 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019

kehidupan sehari-hari, hingga tidak melihat bagaimana manapun akan tergerak tercipta masyarakat yang seorang Rasulullah danmeruang dengan berbudaya. Muhammad SAW, telah kecerdasan intelektual,   menerjemahkan hal ini emosional dan spiritual, jika Adakah pendidikan kebudayaan dengan amat baiknya. Lewat prosestawar kebudayaan dari yang memiliki kwalitas tak shalat dan praktek kurikulum pintu seni jenis ini menbumi terhingga? Yakni dengan sekali kebudayaan langit bumi, dan berawal di langit ini. memasuki alam kurikulum yang metode dan konsepnya   kebudayaan ia langsung menghantan jiwa kita dari Kebudayaan dalam kacamata pintu agama dan spiritual yang disiplin ilmu memang dapat menerjemahkannya berimbas pada nilai-nilai logic cenderung unik. Spiritual seumur hidup?. Otak kita dan estetic. mungkin mengacu pada filsafat pasti akan mengatakan wahyu, kesenian mengacu tidak mungkin!!!. Kacamata seniman seharusnya pada filsafat estetica, agama Akan tetapi bagi sempurna dan tajam melihat mengacu pada filsafat etica, kebudayaan kedahsyatan ini. Samudera dan ilmu atau Sains mengacu semua akan akan meruang di tingkat pada filsafat logica. dapat diatasi ekstrim dan sederhana sesuai dengan senyuman. pintu kesenian yang bernama Budaya memiliki area kosong Hidden Art. Dan cinta akan yang isi. Kosong karena Apakah menjadi sumber mata air yang memang tidakmemiliki jalur kalian tidak akan pernah kering bagi keberadaan filsafat, namun Isi karena semua jalur filsafat tadi seni dan kebudayaan yang berada dalam lalu lintasnya. sasarannya adalah Kebudayaan bagai samudera jiwa-jiwa pecinta yang menampung berbagai keindahan dan ragam idealisme, yang dari pribadi-pribadi pertemuan akan semua yang mencintai idealisme itu melahirkan jenis kebersamaan. disiplin lain yang hanya dapat diterjemahkan oleh mereka Seni menjadi yang menyatukan tiga unsur jalur estetic piramida logic, etic dan estetic. dengan cita Ia akan memusar ke dalam rasa ritual kesimpulan atas jalur spiritual seperti air samudera dalam yang unik dan proses penguapan dan putaran realistik serta dasar lautan. Sungguh … inilah menjadi pusat pengetahuan tersembunyi di cinta segala ruang Hidden Art. Semoga bermanfaat … !!!. hasrat. Manusia Penulis adalah Pimpinan Samudera Teater dan Anggota Komite Teater Dewan Kesenian Daerah Kab. Pekalongan. Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 61

www.liputan6.com 62 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019

Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019 63

Haus Ide Segar? Seteguk ide bisa datang dari mana saja, tapi ide yang menyegarkan dalam rupa visual atau pesan yang mau disampaikan perlu diramu, diolah-alih sesuai karakter target audien. Tim Kreatif Metaforma siap menyajikannya. KONSULTAN KREATIF: TV COMMERCIAL, CREATIVE COMMUNICATIONS PT METAFORMA INTERNUSA DESIGN & IN HOUSE MAGAZINE, Jl. Pam I No. 7A, Cempaka Baru, Jakarta Pusat PRINTING & PENERBITAN. Mobile: 0813 8371 3210 e-mail: ekithadan.metaforma@gmail.com http://metaformaint.blogspot.com 64 • Vol 1. No. 1 / FEB-MARET / 2019