Kisah Tentang Pengampunan
Suatu hari YESUS berada di Perea, di timur Sungai Yordan. Dia mulai bercerita tentang pengampunan yang diberikan oleh Elohim. YESUS menceritakan perumpamaan tentang domba yang tersesat dan uang logam yang hilang. Kedua perumpamaan itu mengajarkan bahwa kita harus bersukacita sewaktu seseorang bertobat. Mendengar itu, orang Farisi dan ahli Taurat mulai bersungut- sungut. Menurut mereka, YESUS terlalu berbaik hati kepada orang- orang yang berdosa.
Akhirnya YESUS menceritakan sebuah kisah yang lain. Kali ini Dia bercerita tentang seorang petani yang memiliki dua anak laki-laki. YESUS pun memulai ceritanya, ”Seorang pria mempunyai dua anak laki-laki. Ia mengajari mereka bagaimana mengurus pertanian, sehingga kelak mereka dapat meneruskan usahanya itu.
Tetapi, pada suatu hari, anak bungsunya mendekatinya dan berkata, bapa, berikanlah kepadaku bagian harta yang menjadi kepunyaanku. Dan ia pun membagikan kekayaannya kepada mereka.”
Anak bungsu ini, meminta warisan padahal ayahnya belum meninggal. Dia ingin mendapat harta yang menjadi bagiannya saat itu juga, supaya dia bisa bersenang-senang dan hidup bebas. Setelah dia mendapatkan semuanya, apa yang dia lakukan?
YESUS melanjutkan, ”Beberapa hari kemudian, anak yang lebih bungsu itu mengumpulkan semua hartanya dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana, ia menghambur-hamburkan hartanya dengan hidup berfoya- foya. Setelah menghabiskan semuanya, terjadilah kelaparan yang hebat di negeri itu, dan ia mulai kekurangan. Ketika uangnya habis, teman-temannya pun menghilang. Beruntung, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga babi.“
Menurut Hukum Taurat, babi dianggap najis, tapi anak itu tidak punya pilihan lain. Karena sangat lapar, dia bahkan mau makan makanan babi. Di tengah kesengsaraannya, dia pun sadar. “Aku ingin pulang,” keluhnya. “Aku akan minta ampun kepada bapa atas kebodohan yang telah aku lakukan. Ia mungkin akan marah, tetapi jika aku memohon, ia pasti akan membiarkan aku tinggal dan bekerja sebagai salah seorang pekerjanya.”
Pemuda yang malang itu, berjalan kembali ke rumahnya dengan pakaian yang sudah compang-camping. Ketika ayahnya melihat ia dari jauh, ia segera mengenalinya. Ayahnya berlari lalu memeluk dan menciumnya. Pemuda itu seakan-akan tidak percaya, ayahnya begitu gembira melihatnya. “Anakku, setiap hari aku merindukan dan mengkhawatirkan keadaanmu.”
Pemuda itu merasa sangat malu, ia teringat pada semua hal yang telah dilakukannya. Dengan terisak-isak ia mulai bercerita pada ayahnya tentang apa yang sudah terjadi. Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan,ayah yang bijaksana itu tahu bahwa anaknya sudah bertobat.
Lalu sang ayah berkata kepada budak- budaknya, ”Cepat! Segera bawa kemari jubah panjang yang terbaik dan pakaikanlah kepadanya, dan kenakanlah cincin pada jari tangannya serta kasut pada kakinya, dan bawalah anak lembu tambun, sembelihlah, dan mari kita makan dan bersukaria, karena anakku ini telah mati, tetapi ia hidup kembali, dan ia telah hilang, tetapi ia sudah ditemukan. Maka mulailah mereka bersukaria.
Kemudian, anak sulung petani itu pulang setelah bekerja keras seharian di ladang. Ia mendapati di rumahnya sedang diadakan sebuah pesta yang besar. Semua tetangga diundang untuk makan di pesta itu. Ada musik dan tari- tarian. Lalu ia memanggil salah seorang dari hamba-hambanya, dan memastikan apa arti semuanya itu.
“Apa yang terjadi di sini?” tanyanya dengan heran. Salah seorang hambanya menjelaskan apa yang sedang terjadi. “Saudaramu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkannya kembali dalam keadaan sehat.” Mendengar hal itu, marahlah dia dan tidak mau masuk. Tak lama kemudian keluarlah ayahnya, ia memeluk anak sulungnya itu. “Bersukacitalah! Adikmu sudah pulang !”
”Apa maksud bapa dengan mengatakan bersukacitalah?” seru si anak sulung dengan kesal. “Lihatlah, bertahun-tahun aku telah menghambakan diri kepada bapa dan aku tidak pernah melanggar perintah bapa, tetapi belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk aku bersukaria bersama sahabat- sahabatku. Tetapi ketika anak bapa, yang telah menghabiskan kekayaan bapa datang, bapa menyembelih anak lembu tambun untuknya.“
Kemudian YESUS menutup perumpamaannya dengan kata-kata sang ayah kepada anak sulungnya. “Anakku, kesetiaanmu tentu saja sangat berarti bagiku,” kata petani itu sambil memeluk anak sulungnya. “Anakku, engkau selalu bersamaku, dan semua milikku adalah milikmu. Jadi, seharusnyalah kita bersukaria dan bersukacita, karena saudaramu telah mati tetapi ia hidup kembali, dan telah hilang, tetapi ia sudah ditemukan.\"
Para ahli Taurat dan orang Farisi seperti sang kakak, yang mengkritik belas kasihan dan perhatian YESUS kepada rakyat biasa dan orang berdosa. Jadi, YESUS memberikan perumpamaan ini untuk menegur mereka. Kita juga bisa belajar dari perumpamaan ini, yaitu kita harus bersukacita ketika YESUS mau mengampuni setiap orang yang berseru kepada-Nya. Lukas 15
J e s u sIT'S ALL ABOUT A Love Story From Heaven Kumpulan kisah Firman Tuhan yang ditujukan untuk anak-anak. Berisi kisah pelayanan Tuhan YESUS Kristus dan murid-murid-Nya. Diceritakan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak, tanpa mengubah arti yang sebenarnya. Membantu anak-anak untuk mengetahui peristiwa yang ada di dalam Firman Tuhan. Mengajarkan mereka tentang kasih dan anugerah dari Tuhan YESUS Kristus yang begitu besar kepada kita.
Search
Read the Text Version
- 1 - 16
Pages: