F. Kesimpulan Masa pandemi Covid-19 menuntut seluruh elemen lebih perhatian arti pentingnya kesehatan. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama, berperan aktif dalam penanggulangan dan penanganan virus Covid-19 dengan melaksanakan tugas dan fungsinya. Mengelola penyelenggaraan kegiatan pelayanan perbekalan Kefarmasian di Rumah sakit, bertanggungjawab dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP), serta pelayanan farmasi klinik secara profesional. G. Saran Dalam pelayanan kefarmasian pada masa pandemi, disarankan 1. Tetap menjaga protokol kesehatan demi menjaga kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan 2. Selalu up date pengetahuan dan mencari referensi-referensi tentang pengetahuan pelayanan kefarmasian dalam penanganan virus Covid-19 dan pelayanan kefarmasian terbaru. 3. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait, dengan adanya krisis obat, alkes dan BMHP Covid-19 4. Koordinasi dengan Komite Medik dalam penggunaan obat-obatan Covid-19. 230
RUMKIT TK. III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA INSTALASI / UNIT RADIOLOGI PERANAN UNIT RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT Semarang, Maret 2022 231
PERANAN INSTALASI/UNIT RADIOLOGI DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DI RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG A. PENDAHULUAN Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna yang komprehensif berupa penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2017) Menurut PERMENKES RI No 340 Tahun 2010 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. Pelayanan Rumah Sakit dapat di klasifikasikan berdasarkan kepemilikan jenis pelayanan, dan kelas. Rumah Sakit berdasarkan kelasnya di bedakan atas Rumah Sakit kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. Didalam Rumah Sakit terdapat beberapa Instalasi, salah satunya yaitu Instalasi Radiologi. Instalasi radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan penunjang medik di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan diagnostik meliputi pelayanan x-ray konvensonal, penggunaan Computer Radiografi (CR), mammografi, panoramic, dental, serta pelayanan imajing diagnostik yaitu (USG) ultrasonogarfi (saptaputra et all, 2020) Menurut PERMENKES No 24 Tahun 2020 Instalasi radiologi adalah instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion dan zat radioaktif. Radiasi pengion adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan karena energi yang di milikinya mampu mengionisasi media yang di lalui. Contohnya : radiasi alfa, beta, radiasi sinar-X dan sebagainya. Instalasi Radiologi merupakan unit pelayanan penunjang medis dalam suatu fasilitas kesehatan yang memiliki fungsi sebagai sarana penegakan diagnosa pasien yang memiliki tujuan untuk memberikan nilai diagnostik yang akurat kepada pasien dan masyarakat. Penanganan pelayanan penunjang medis di Instalasi Radiologi dilakukan oleh Radiografer dan Dokter Spesialis Radiologi. 232
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama adalah rumah sakit TNI AD tingkat III yang pembinaannya langsung di bawah Kakesdam IV/Diponegoro. Rumah sakit ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1925. Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yang beralamat di Jl. Dr. Sutomo No. 17 Kota Semarang memiliki luas tanah 23.982 m² dan luas bangunan yaitu 14.964 m². Visi dari Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yaitu menjadikan rumah sakit bhakti wira tamtama andalan masyarakat penggunanya , dan Misi dari Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional, ramah dan nyaman bagi komunitas TNI dan masyarakat pengguna lainnya, adapun Motto Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yaitu profesional, bermoral, ramah dan nyaman. Rumah Sakit Bhakti Wira tamtama melayani berbagai pelayanan kesehatan terdiri dari rawat inap, rawat jalan, rawat darurat, home care dan Medical Ceck Up. Rumah Sakit juga memberikan pelayanan terhadap pasien-pasien yang dinyatakan positif Covid- 19. Corona virus disease 2019 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen yang menginfeksi saluran pernafasan (PDPI, 2020). Gejala umum yang dirasakan pada penderita corona virus disease 2019 yaitu berupa demam, batuk dan kesulitan bernafas (Yuliana, 2020). Corona virus disease 2019 dikonfirmasi dapat menular dari manusia ke manusia melalui transmisi pneumonia (Relman, 2020). Virus ini dapat menyebabkan kematian terhadap penderitanya. Kasus kematian akibat corona virus disease 2019 ini banyak dialami oleh orang tua dan pasien yang disertai dengan peyakit penyerta (The Straits Time, 2020). Munculnya pandemi baru yang bernama virus Covid-19 pada akhir tahun 2019, berdampak ke seluruh dunia salah satu nya adalah Indonesia, dampak dari Covid-19 sendiri dirasakan oleh banyak organisasi salah satunya rumah sakit sebagai garda terdepan dalam melayani pasien yang terkena virus tersebut, pandemi Covid-19 menyebabkan banyak rumah sakit mengalami kesulitan baik secara manajemen maupun sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan karena jumlah pasien melonjak dalam waktu singkat. Terlebih Covid-19 merupakan penyakit menular mematikan dengan waktu dari mulainya penyakit sampai dengan menjadi parah terjadi dalam satu minggu. . Pasien dapat mengalami kegagalan sistem pernafasan akut dan membutuhkan sarana dan prasarana khusus seperti ICU, ruangan isolasi khusus, oksigen atau ventilator. Dalam pandemi corona virus disease 2019 yang sedang terjadi saat ini, tenaga kesehatan mempunyai peranan sebagai garda terdepan dalam mendiagnosa dan mengobati penderita (Cheng et al., 2020). Instalasi Radiologi sebagai prasarana penunjang dalam 233
mengadapi pandemi Covid-19 ini, selain memberikan pelayanan dengan baik tenaga kesehatan harus berhati-hati dengan menularnya virus ini, untuk terhindar dari menularan penting bagi tenaga kesehatan dalam penerapkan pelatihan yang telah diberikan dengan baik dan menggunakan sarana dengan baik seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) yang berupa masker, pelindung mata atau google, pelindung wajah, gaun medis, sarung tangan medis, penutup kepala, dan sepatu pelindung. 234
A. STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS POKOK RADIOLOGI 1. STRUKTUR ORGANISASI KAINSTAL DOKTER JANGDIAG SPESIALIS RADIOLOGI PAUR RADIOLOGI KA RUANG RADIOGRAFER PETUGAS FISIKAWAN ADMIN PERAWAT PROTEKSI MEDIS RADIOLOGI RADIASI 235
2. TUGAS POKOK RADIOLOGI ⚫ Kepala Instalasi Radiologi ✓ Memimpin, menyusun program, pembinaan pelaksana dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Radiologi. ✓ Melaksanakan pelayanan teknis medis Radiologi. ⚫ Paur Radiologi ✓ Membantu Ka Instalasi Radiologi dalam hal pelayanan Radiologi ✓ Merencanakan program kerja unit Radiologi ✓ Mengevaluasi kinerja anggota unit Radiologi ⚫Kaur Radiologi ✓ Menyusun Jadwal anggota Radiologi ✓ Mengkoordinasi dengan bagian terkait pelayanan Radiologi ✓ Memelihara ketertiban dan kebersihan ruangan ⚫ Petugas Proteksi Radiologi ✓ Menyelenggarakan proteksi radiasi ✓ Mengevaluasi hasil paparan radiasi anggota Radiologi ✓ Menyelenggarakan administrasi pesawat Radiologi ⚫ Radiografer ✓ Melaksanakan pelayanan teknik Radiografi yang profesional ✓ Memelihara ketertiban dan kebersihan alat-alat Radiologi ✓ Mencatat pasien yang difoto ke dalam buku register ✓ Membuat pencatatan dan pelaporan semua kegiatan di Radiologi ⚫ Dokter Radiologi ✓ Penanggung jawab pelayanan radiologi ✓ Membuat ekspertisi bacaan Hasil radiologi ⚫ Perawat Radiologi ✓ Melakukan tindakan medis yang berhubungan dengan pelayanan radiologi 236
B. PERAN RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG Pemeriksaan radiologi berperan sangat penting sebagai pemeriksaan penunjang bagi Rumah Sakit, yang bertujuan untuk membantu klinisi dalam menilai adanya kelainan/lesi patologis yang mencakup seluruh bidang kedokteran, terutama bedah, penyakit dalam, anak/pediatrik, kebidanan & kandungan, pulmonologi, kardiologi, telinga, mata, dan sebagainya. Disamping memastikan diagnosis, radiologi juga bisa memberikan informasi tentang keberhasilan pengobatan. Adapun instrumen/modalitas pemeriksaan radiologi yang tersedia di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang meliputi pemeriksaan radiologi konvensional, panoramic, CT-Scan 160 Slice, dan UltraSonoGrafy/USG yang penggunaannya sesuai indikasi dan permintaan dari klinisi. Berikut merupakan jenis-jenis pemeriksaan radiologi yang terdapat di Rumah Sakit Bhakti Wira tamtama Semarang : 1. CT-Scan 160 Slice Merupakan alat canggih dalam bidang radiologi yang digunakan untuk melihat struktur anatomi dalam tubuh manusia. Ct-scan 160 slice juga mampu menghasilkan gambar berresolusi tinggi dengan waktu pemeriksaan yang lebih cepat. Selain bisa mengevaluasi berbagai struktur organ seperti abdomen, thorax/dada, kepala-leher dan tungkai, Alat ini juga dapat digunakan untuk memvisualisasikan pembuluh darah Otak, jantung dan pembuluh darah perifier serta mampu melakukan rekonstruksi secara 3D. 237
2. Radiologi Konvensional dengan teknologi Digital Radiografi (DR) dan Computer Radiografi (CR) Pemeriksaan radiologi konvensional merupakan Pemeriksaan sederhana menggunakan sinar rontgen (sinar X) dengan berbagai posisi pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan pada berbagai organ tubuh, antara lain organ-organ dalam rongga dada, rongga perut, serta tulang-tulang pada seluruh bagian tubuh. 238
3. Panoramic Panoramic adalah pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh dokter gigi atau dokter spesialis bedah mulut dalam menegakkan diagnosis penyakit pada pasiennya. Pemeriksaan panoramic merupakan pemeriksaan non invasif dan merupakan prosedur ekstraoral sederhana yang menggambarkan daerah rahang atas dan rahang bawah pada satu film. Pemeriksaan ini memberikan informasi pada dokter mengenai sinus maxillary, posisi gigi, dan kelainan tulang di daerah mulut, untuk merancang terapi atau pengobatan pada pasien gigi dan mulut. 4. UltraSonoGrafy/USG Pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara dan tidak mengandung resiko dari paparan sinar X. Pemeriksaan ini terutama dipergunakan untuk memperlihatkan kelainan-kelainan dalam rongga perut/abdomen, testis, payudara, kepala, leher, dan berbagai organ gerak. 239
C. PERAN RADIOLOGI PADA PENANGANAN COVID-19 Pemeriksaan radiologi berperan penting dalam melawan COVID-19. Penggunaan pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menilai dan melihat perkembangan penyakit. Pada beberapa kasus dengan hasil tes virologi yang negatif, pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan adanya infeksi paru-paru. Sehingga pemeriksaan radiologi dapat mendeteksi infeksi virus pada tahap awal. Pemeriksaan radiologi thorax berperan penting dalam penegakkan diagnosis dan penilaian pengobatan pada COVID-19. Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan x- ray dada atau CT-Scan dada. Meskipun pemeriksaan foto thorax dianggap tidak sensitif untuk menemukan kelainan paru pada tahap awal penyakit, akan tetapi pemeriksaan foto thorax dalam keadaan darurat saat ini, dapat menjadi alat diagnostik yang berguna untuk memantau perkembangan kelainan paru karena COVID-19, terutama pasien kritis di unit perawatan intensif. Secara klinis, penyakit pernapasan virus corona muncul sebagai pneumonia, sehingga temuan pencitraan yang dominan adalah pneumonia atipikal atau organising pneumonia. Foto thorax memang kurang sensitif dibandingkan CT scan, namun foto thorax dapat digunakan sebagai pendekatan lini pertama karena ketersediaannya dan mudah untuk dibersihkan. Gambaran pada foto thorax mungkin normal pada fase awal penyakit dan mencapai puncaknya pada 10-12 hari setelah timbulnya gejala. Gambaran foto thorax pada pasien COVID-19 Pada gambar diatas terlihat foto thorax pasien pada tahap awal penyakit secara keseluruhan adalah normal dan ada sedikit gambaran konsolidasi yang samar di lobus bawah (gambar 1. a). Lalu pada tahap akhir penyakit menunjukkan gambaran ARDS seperti pan-lobar pattern, konsolidasi multipel, gangguan struktur paru yang membutuhkan alat bantu endotrakeal (gambar 1.b) 240
Pada Gambar diatas tidak ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan foto thorax, namun dua hari kemudian ditemukan bayangan patch lokal di paru kiri (Gambar 2 a dan b) Bentuk perhatian pemerintah di masa pandemic covid-19 sangat luar biasa, yaitu dengan memberikan bantuan alat-alat kesehatan terhadap Rumah Sakit yang menanggani pasien covid-19. Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang mendapatkan bantuan Ct-scan 160 slice dan mobile unit x-ray lengkap beserta bangunannya dari kementrian pertahanan. Dengan bantuan tersebut, sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis pasien covid-19. 241
Berikut merupakan foto alat-alat bantuan dari Kementerian Pertahanan : Rumah Sakit Bhakti Wiratamtama pertama kali merawat pasien covid-19 pada awal maret 2020 , pasien pertama kali merupakan tn.X yang memiliki riwayat berpergian dari Jakarta. Setelah itu Kepala Rumah Sakit membentuk Satgas Covid-19 tingkat Rumah Sakit, dan membuat alur pemeriksaan terhadap pasien yang terindikasi terpapar covid-19. Berikut merupakan alur pemeriksaan covid-19 : 242
Keterangan : 1. Petugas Isolasi IGD menghubungi Petugas Radiologi untuk melakukan pemeriksaan di ruang isolasi IGD. 2. Petugas Radiologi menanyakan klinis dan data pasien 3. Petugas radiologi mengenakan APD proteksi radiasi dan APS covid-19 di bagian Radiologi 4. Petugas radiologi menyiapkan sarana dan prasarana untuk pemeriksaan 5. Petugas radiologi mengambil pesawat mobil unit di ruangan Belakang IGD 6. Petugas radiologi melakukan pemeriksaan di ruang isolasi IGD 7. Petugas radiologi memberitahu kepada semua personil yang ada di ruang IGD untuk berlindung 8. Petugas radiologi pada saat melakukan foto mengucapkan “X-RAY”. Setelah selesai memberitahu pemeriksaan telah selesai 9. Setelah selesai pemeriksaan foto petugas radiologi melakukan sterilsasi diri dan alat di sebelah ruang isolasi/ruang secrining covid-19 10. Petugas radiologi mengembalikan sarana prasarana yang di pakai lewat samping informasi 11. Petugas radiologi melakukan proses pencetakan gambar radiografi dan hasil ekspertisi 12. Petugas radiologi menyerahkan hasil radiografi dan ekpertisi ke petugas Isolasi IGD 243
ALUR PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN SUSPECT COVID-19 DI RUANG ISOLASI RAWAT INAP FLAMBOYAN HASIL RONTGEN RADIOLOGI R. YANMED R. X-RAY FLAMBOYAN MOBILE Keterangan : 1. Petugas ruang isolasi flamboyan menghubungi Petugas Radiologi untuk melakukan pemeriksaan di ruang isolasi Flamboyan. 2. Petugas Radiologi menanyakan klinis dan data pasien 3. Petugas radiologi menyiapkan sarana dan prasarana untuk pemeriksaan 4. Petugas Radiologi menuju ruang yanmed untuk mengambil dan mengunakan APD dan juga melakukan absen 5. Petugas Radiologi membawa Pesawat X-Ray kedalam ruang isolasi flamboyant 6. Petugas Radiologi melakukan pemeriksaan di ruang isolasi flamboyan 7. Petugas radiologi memberitahu kepada semua personil yang ada di ruang igd untuk berlindung 8. Petugas radiologi pada saat melakukan foto mengatakan “ X-RAY” Setelah selesai memberitahu perawat bahwa pemeriksaan telah selesai 9. Setelah selsai pemeriksaan foto petugas radiologi melakukan sterilsasi diri dan alat di belakang ruang isolasi flamboyan 10. Petugas Radiologi mengembalikan alat ke ruang belakang IGD 11. Petugas radiologi melakukan proses pencetakan gambar radiografi dan hasil ekspertisi 12. Petugas radiologi menyerahkan hasil radiografi dan ekpertisi ke petugas Yanmed 244
Berikut merupakan foto petugas radiologi yang akan melakukan pemeriksaan foto thorax di ruang isolasi IGD : Berikut foto petugas radiologi yang akan melakukan pemeriksaan foto thorax di ruang isolasi flamboyan : 245
Sejak awal pandemic covid-19 sampai sekarang unit radiologi sudah melakukan pemeriksaan radiologi dengan data sebagai berikut : NO BULAN TAHUN JUMLAH PASIEN 1 Maret 2020 6 2 April 2020 26 3 Mei 2020 22 4 Juni 2020 41 5 Juli 2020 25 6 Agustus 2020 53 7 September 2020 43 8 Oktober 2020 26 9 November 2020 67 10 Desember 2020 124 11 Januari 2021 105 246
12 Februari 2021 71 13 Maret 2021 28 14 April 2021 28 15 Mei 2021 36 16 Juni 2021 276 17 Juli 2021 217 18 Agustus 2021 49 19 September 2021 14 20 Oktober 2021 7 21 November 2021 0 22 Desember 2021 0 23 Januari 2022 0 24 Februari 2022 168 Berikut merupakan grafik jumlah pasien covid-19 dari awal pandemic hingga sekarang : GRAFIK JUMLAH PASIEN COVID DI RADIOLOGI 247
PENUTUP Kesimpulan Unit Radiologi Rumah Sakit Bhakti Wiratamtama Semarang sejak awal pandemic covid-19 sampai sekarang sudah memberikan pelayanan penunjang Radiologi dengan professional. Pemeriksaan radiologi sangat berperan penting pada penegakkan diagnosis covid-19, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan foto thorax. Gambaran foto thorax yang paling sering adalah BroncoPneumonia ataupun Pneomonia. Saran Untuk mendukung mutu pelayanan radiologi pasien covid-19 di Rumah Sakit Bhakti Wiratamtama Semarang pada pasien rawat inap , sebaiknya memberikan Alat Pelindung Radiasi di bagian ruang isolasi flamboyan agar petugas yg berada di dalam lebih safety dan aman dari radiasi. Semarang, Maret 2022 Unit Radiologi Supadi Sertu NRP 31980539971279 248
RUMKIT TK. III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA INSTALASI / UNIT CSSD PERANAN UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT Semarang, Maret 2022 249
BAB I PENDAHULUAN Pandemi Covid -19 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemic dan Indonesia telah menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang selama masa pandemic COVID-19 harus mengutamakan keselamatan pasien dan petugas , dengan berupaya mencegah tidak terjadinya risiko infeksi tertular oleh Covid-19. Untuk mencapai keberhasilan tersebut perlu dilakukan pengendalian infeksi di RS dengan melakukan Sterilisasi alat atau bahan tertentu, Kepala Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang sebagai Rumah Sakit di bawah TNI AD telah mengambil langkah kebijakan dalam penangan Pandemi Covid-19 untuk memberikan pelayanan yang prima dan aman kepada Para Prajurit, PNS dan Keluarganya serta Masyarakat penggunanya untuk mencegah resiko terjadinya penularan/infeksi Covid 19 bagi pasien dan petugas. Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian terjadinya penularan infeksi covid 19. Unit CSSD mempunyai peran yg sangat penting dalam upaya memutus mata rantai kehidupan mikroba serta menekan kejadian infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Seiring kemajuan jaman di segala bidang terutama bidang Tehnologi Rumah Sakit juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan prima yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Unit CSSD Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, sangat bergantung pada unit penunjang medic lain maupun instalasi lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit akan dapat mengganggu proses sterilisasi dan hasil sterilisasi. Pusat sterilisasi bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat , cepat dan professional. Untuk itu diperlukan struktur organisasi sehingga tugas dari unit sterilisasi tercapai dengan tepat 250
BAB II DASAR, MAKSUD DAN TUJUAN A. Dasar 1. Undang undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 10 (1) h. Ruang sterilisasi 2. Pedoman CSSD di Rumah Sakit tahun 2009 3. PMK 24 tahun 2016 Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit Area Resiko Tinggi. 4. PMK No. 27 thn 2017 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Dekontaminasi) 5. KARS ,Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 . 1 tahun 2019 Survei terfokus sistem pelayanan berisiko tinggi , Sterilsasi Sentral 6.Surat Edaran Kemenkes RI No.HK.02.01/ MENKES/ 303/ 2020 tentang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan, Pencegahan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). B. Maksud Untuk Memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan di Unit Sterilisasi/CSSD Rumkit Tk III 04.06.06.02 pada Pandemi Covid 19 C. Tujuan 1. Umum Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. 2. Khusus a. Memberi acuan regulasi dan acuan manajemen Pedoman Pengorganisasian Unit Sterilisasi (Central Sterile Supply Department /CSSD) di Rumkit Bhakti Wira Tamtama Semarang pada masa Pandemi Covid 19 b. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing – masing tenaga yang terlibat dalam pelayanan Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply Department / CSSD) Di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. c. Terselenggara dan berhasilnya semua kegiatan pelayanan Proses Sterlisasi di Unit CSSD Rumah sakit dengan Aman/Safety sesuai dengan Standar Operasional Rumah Sakit pada masa Pandemi Covid 19. 251
BAB III SRUKTUR ORGANISASI A. Struktur Organisasi Rumah Sakit Tk. Iii Bhakti Wira Tamtama 252
B. Struktur Organisasi Unit CSSD di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama 253
C. Uraian Tugas Dan Kualifikasi 1. IDENTIFIKASI JABATAN Nama Jabatan Ka. CSSD 2. URAIAN JABATAN a) Tujuan Jabatan Mengontrol produk sterilisasi agar terjamin kualitas sterilitasnya , terpenuhi dan terdokumentasinya proses pelayanan sterilisasi instumen secara efektif dan efisien sesuai prosedur yang berlaku. Memberikan masukan dan arahan pada pemakai b) Tugas Pokok di lapangan sehingga dapat menekan angka kejadian infeksi di rumah sakit 1) Membangun dan memelihara kultur yang sesuai tata nilai dan Buku Pedoman Pelayanan. 2) Melakukan staffing ( mengusulkan, mengatur, mengelola serta membina personel ) tenaga di lingkupnya. 3) Menyusun rencana kegiatan dan anggaran 4) Meng-enforce (menjaga dan menegakkan) standart mutu dan prosedur mutu yang relevan dengan bagiannya. 5) Mendorong upaya perbaikan guna peningkatan kinerja dan pencapaian target pada bagian yang dikelola. 6) Meningkatkan cost effectiveness (efektivitas biaya) bagian yang dikelolanya. 7) Mengendalikan dan memonitor pelaksanaan sterilisasi instrumen dan linen. 8) Mengkoordinasikan dengan bagian terkait tentang kalibrasi alat steril (autoclave). c). Wewenang 9) Mempertanggungjawabkan kinerja bagian kepada Ketua Mutu melalui laporan rutin tertulis. 10) Melakukan seleksi untuk calon tenaga di unit sterilisasi. d). Tanggung Jawab 1) Melakukan pembinaan, penilaian, penghargaan dan sanksi kepada anggota di Unitnya. 2) Melakukan modifikasi proses dan prosedur kerja / sistem agar lebih efektif dan efisien. 3) Memberikan usul rencana kebutuhan 254
e). Spesifikasi Jabatan tenaga di lingkupnya. 1) Pendidikan Terpenuhinya standart penunjang pelayanan 2) Pengalaman sterilisasi rumah sakit. 3) Pelatihan 4) Keahlian 1). Minimal S1 di bidang kesehatan. 5) Persyaratan 2). Minimal Diklat Dasar CSSD 3). Leadership skill, Manajemen Pelayanan Sterilisasi. 4). Mampu berbahasa Inggris Aktif / Pasif, Komputer 5). Kemampuan intelektual, kepribadian dan sikap kerja yang baik, mampu memimpin dan mengelola unit/bagian. 1. IDENTIFIKASI JABATAN Nama Jabatan Koordinator CSSD 2. URAIAN JABATAN a). Tujuan Jabatan Terlaksana, terjamin, Mengarahkan semua aktifitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis steril bagi perawatan pasien. b). Tugas Pokok 1) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, c). Wewenang ketrampilan dan pengembangan diri dan personil lainnya. 2) Menentukan metode yang efektif bagi penyiapan dan penanganan alat/bahan steril 3) Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin sterilisasi secara benar. 4) Memastikan bahwa tehnik aseptik diterapkan pada saat penyiapan dan penanganan alat steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang. 1) Melaksanakan instruksi atasan langsung yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas. 2) Melaporkan kepada atasan apabila terdapat permasalahan yang tak dapat diselesaikan dalam pelaksanaan tugas. 3) Mengusulkan revisi / perkembangan / meningkatkan kinerja bagian. 4) Berkoordinasi tugas baik dilingkungan rumah sakit maupun instansi atau institusi diluar rumah sakit yang berkaitan dengan tugasnya. 5) Melakukan perbaikan sistem & prosedur di 255
d). Spesifikasi Jabatan bagiannya. 1) Pendidikan 1). Minimal D3 di bidang kes / perawatan. 2) Pengalaman 2). Sebagai Perawat Kamar Bedah/ sterilasasi. 3) Pelatihan 3). Pernah mengikuti kursus,seminar tentang sterilisasi. 4) Keahlian 4). Mampu berbahasa Inggris Aktif / Pasif, 5) Persyaratan Komputer. 5).Mempunyai kemampuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari instalasi pusat sterilisasi. 1. IDENTIFIKASI JABATAN Nama Jabatan Pelaksana CSSD 2. URAIAN JABATAN a). Tujuan Jabatan Terlaksananya kegiatan pelayanan sterilisasi rumah sakit sehingga mampu mempersiapkan alat-alat kesehatan / instrument secara paripurna baik segi kualitas maupun kuantitas. b). Tugas Pokok 1) Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan c). Wewenang dan Tanggung Jawab 2) Menghitung dan mencatat alat tenun / kasa dan instrumen / alat kesehatan yang akan disteril. 3) Melakukan Packing dan Identitas terhadap alat tenun dan isntrumen 4) Melakukan Sterilisasi pada alat sterilisasi sesuai dengan prosedur. 5) Melakukan penyimpanan alat tenun / kasa pada tempat / lemari tertutup 6) Membuat dokumentasi penyerahan & penggunaan alat tenun/kasa dan instrumen/alat kesehatan yang sudah disteril . 1) Melaksanakan instruksi atasan langsung yang berhubungan langsung dengan tugas 2) Memeriksa alat tenun/kasa dan instrumen/alat kesehatan siap pakai yang akan dikirim kepengguna dalam kondisi baik. 3) Memeriksa jumlah alat tenun dan instrumen/alat kesehatan yang diserahkan dan yang diterima sesuai dengan pencatatan milik rumah sakit 4) Melaksanakan secara langsung kegiatan 256
d). Spesifikasi Jabatan sterilisasi alat tenun dan alat kesehatan 1) Pendidikan rumah sakit dengan melakukan pengawasan 2) Pengalaman kualitas dan kuantitas sesuai dengan standar 3) Pelatihan yang ditetapkan. 4) Keahlian 1). SMU atau sederajat 2). Bidang sterilisasi 3). Teknik pelaporan, Custumer Service, Prosedur Sterilisasi 4). Komputer, Bahasa Inggris ( aktif/ pasif ) Sehat Jasmani dan Rohani 257
BAB IV. UNIT CSSD PADA PENANGANAN PANDEMI COVID 19 A. Fungsi, Peran dan Tanggung jawab CSSD Pada Masa Pendemi Covid 19. 1. Fungsi Unit CSSD pada Masa Pandemi memiliki fungsi penting untuk menyiapkan peralatan yang tercemar atau terkontaminasi pada waktu proses tindakan Operasi ke pasien Covid- 19 dengan melakukan proses a). Dekontaminasi b). Pembersihan c). Desinfeksi d). Sterilisasi e). Mendistribusikan hasil steril ke pengguna untuk kepentingan perawatan pasien di Rumah sakit f). Monitoring mutu dan pendokumentasian di setiap langkah kegiatan. 2. Peran Cssd a). Menyediakan kebutuhan peralatan steril untuk OK dan unit lain b). Menyelenggarakan proses dekontaminasi, alat kesehatan yang terkontaminasi pasien dalam perawatan RS sesuai standar c). Memberi kontribusi terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit 3. Tanggung Jawab a). Proses sterilisasi CSSD alat kesehatan terkontaminasi b). Proses sterilisasi BMHP barang bersih : Bahan Medis Habis Pakai c). Menyediakan alat kesehatan steril, BMHP steril dan Linen Steril d). Melakukan uji mutu sesuai standar parameter e). Memperhatikan dan Mencegah risiko infeksi Era covid 19 pada Petugas rumah Sakit. 258
B. Alur Kerja Unit Sterilisasi CSSD (Era Covid-19) 1. Sesuai Standar PPI. 7 . 1 (Standar Pelayanan Era Covid 19 Icra Infection Control Risk Assessment Proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan risiko terinfeksi pada petugas, pasien dan pengunjung di Rumah Sakit). Denah alur pelayanan Unit Strilisasi (CSSD) di masa pandemi Covid 19 adalah area beresiko tinggi sehingga penting untuk : a). Menurunkan angka kejadian infeksi dan mendukung program Patient Safety dan worker safety di rumah sakit. b). Menekan biaya operasional, c). Efisiensi biaya dan tenaga, d). Monitoring dan pengawasan lntens (Memberikan rasa aman buat pasien dan petugas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit) e). Menghindarkan Rumah Sakit dari persoalan hukum sebagai akibat pelayanan sterilisasi yang merugikan pasien. 2. Alur Kerja unit CSSD 259
Penanganan Instrumen Bekas operasi Pasien Covid-19 di Unit CSSD INSTRUMEN KOTOR PERENDAMAN PENCUCIAN PACKING SETTING KONTROL,SELEKSI INDIKATORISASI, LABELING STERILISASI DISTRIBUSI KE USER 260
C. Denah Alur Pelayanan CSSD 1. Pelayanan Sterilisasi Sentral Di Era Covid-19 Sesuai standar system pelayanan berisiko tinggi Beberapa hal penting yaitu : a). Kepatuhan Cuci tangan dan Displin APD b). Proses Dekontaminasi alat kesehatan Kritikal dan Semi Kritikal c). Proses reuse Masker N95 Pendokumentasian Monitoring dan Evaluasi. 2. Pembersihan alkes yang terkontaminasi Pasien Covid 19. Instrumen alat kesehatan yang terkontaminasi Pasien Covid 19 dengan proses Dekontaminasi sesuai peraturan perundangan-undangan (Standar PPI 7.2 Proses Dekomentasi alat kesehatan dikatagorikan SPAULDING) meliputi : Alat Kritikal, untuk alat kesehatan yang digunakan untuk jaringan Steril atau sistem darah peralatan baik serta menggunakan teknik sterilisasi seperti mengelola dengan instrumen operasi benar. Alat Semi kritikal, berkaitan dengan mukosa dengan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) seperti naso gastric tube(NGT) dan alat endoskopi Alat Non kritikal, untuk peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh dengan menggunakan disinfeksi tingkat rendah (DTR) seperti Tensi meter, Thermometer, Bahan medis habis pakai (BMHP) yang steril seperti kateter dan benang. 261
DENAH ALUR PELAYANAN CSSD SPOELHOCK ALAT R.DEKONTAMINASI R.PENYIMPANAN R.DISTRIBUSI CLEANING/PRECLEANING BARANG STERIL BARANG STERIL KOTOR KM MASUK INFEKSIUS Utara MESIN 1 R.PENGEMASAN R. DISKUSI STAF HIGHT TEMP INSTRUMEN AUTOCLAVE 1 GUDANG R.LOKER SRTAF MESIN 2 HIGHT TEMP KM BERSIH AUTOCLAVE 2 LOMOWEWSTINEM3P PLASMA LINEN KETERANGAN : BERSIH = ALUR KOTOR : AREA KOTOR/SOILED ZONA MASUK = ALUR BERSIH : AREA BERSIH /CLEAN ZONA = ALUR STERIL : AREA STERIL /STERIL ZONA 262
D. Alur Linen dan APD Re-use 263
Alur Kerja Penanganan Linen Unit CSSD SORTIR, SELEKSI SETTING, SUSUN INDIKATORISASI INTERNAL , LABELING INDIKATORISASI EXSTERNAL PACKING/PENGEMASAN STERILISASI KONTROL,SELEKSI DISTRIBUSI KE USER 264
E. Re-Use Masker N95 pada masa Pandemi covid 19 1. Rekomendasi Pemakaian Masker N95 menurut CDC. Masker N.95 adalah partikulat Respirator memiliki berbagai merk yang direkomendasikan oleh CDC dan WHO jenis ukuran N95 artinya 95 untuk % partikel di udara dapat di melindungi saluran nafas dari filtrasi biohazard yg bersifat aerosol. Aerosol adalah partikel yang berukuran sangat kecil kurang dari 3 mikron yang dapat melayang di udara. Pada masa Covid-19 saat ini dalam kondisi darurat, Masker berpotensi menularkan penyakit infeksi melalui aliran udara (airborne). Penggunaan masker N95 sangat diperlukan bila kita mendapati pasien dengan infeksi saluran pernafasan seperti masa pandemi Covid 19 Terlebih bila terjadi suatu wabah infeksi saluran pernafasan, seperti; flu burung, flu babi. Karena penggunaan masker bedah atau masker biasa tidak direkomendasikan terlebih bila diperuntukkan untuk petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan penyakit infeksi saluran pernafasan seperti Pandemi Covid 19. Mengingat harga dari masker N95 ini yang cukup mahal, maka dalam penggunaannya bukanlah dengan disposibel atau sekali pakai, tetapi dipakai berulang tanpa melakukan pencucian karena akan merusak bahan dari masker N95 itu sendiri yang akan membuat masker ini tidak lagi efektif digunakan dalam rangka pencegahan terjadinya penularan infeksi. Berikut adalah rekomendasi pemakaian Masker N95 menurut CDC: 1. Buang masker N95 bila telah digunakan untuk suatu prosedur yang menggunakan dan menghasilkan bahan aerosol. 2. Buang masker N95 bila terkontaminasi dengan darah, cairan hidung, atau cairan tubuh lainnya dari pasien. 3. Gunakan pelindung wajah yang bersih atau masker bedah sebagai pelapis untuk melindungi masker n95 dari kontaminasi. 4. Gunakan kantong penyimpanan berpori yang bersih untuk menyimpan satu masker N95 yang telah digunakan oleh satu pengguna dan diberi label identitas pengguna yang jelas untuk menghindari kontaminasi silang. Kantong penyimpanan harus diganti setelah masker N95 dibuang atau dibersihkan secara teratur. 265
5. Lakukan kebersihan tangan dengan cara handwash atau handrub sebelum dan sesudah menyentuh masker. 6. Hindari menyentuh bagian dalam Masker N95. Jika menyentuh bagian dalam masker, maka lakukan kebersihan tangan. 7. Gunakan handscoon untuk memasang Masker N95. 2. Menghindari penurunan fungsi filter masker N 95. Untuk menghindari penurunan fungsi filter pada masker N95, maka perhatikan petunjuk penggunaan dari produsen mengenai cara penggunaan atau maksimal pemakaian. Jika tidak ada maka CDC menyaran untuk lima kali pemakaian ulang masker N95 dengan langkah-langkah yang direkomendasikan tersebut di atas, namun pemakaian ulang/ re- use masker N95 ini tetap mempunyai risiko tersendiri. Meskipun penggunaan Masker N95 berulang sangat bermanfaat berkaitan ketersediaan dan cost efektif, hal ini sangat berisiko untuk terjadinya infeksi bagi pengguna. Dibeberapa produsen mencantumkan untuk pemakaian secara disposible (sekali pakai). Kuman-kuman yang terdapat di permukaan luar Masker N95 sangat berpotensi untuk tersentuh oleh tangan pengguna sehingga sangat berisiko untuk terjadi penularan infeksi, yang menurut penelitian bahwa rata-rata perawat 25 kali menyentuh area wajah dalam satu shift jaga. 3. Resiko Re Use Masker N 95. a). Resiko tinggi petugas terkena infeksi b). Risiko kinerja alat tidak cukup atau tidak dapat terjamin sterilitas serta fungsinya. 4. Ketentuan dari Rumah Sakit. Rumah sakit menetapkan ketentuan tentang penggunaan kembali alat sekali pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar profesional, termasuk penetapan (Penggunaan ulang peralatan sekali-pakai terkontaminasi pasien Covid 19 Standar PPI7.2.1) meliputi : a). Penentuan alat dan material yang dapat dipakai kembali. b). Penentuan jumlah maksimum pemakaian ulang dari setiap alat secara spesifik; 266
c) Identifikasi kerusakan akibat pemakaian dan keretakan yang menandakan alat tidak dapat dipakai; d) Proses pembersihan setiap alat yang segera dilakukan sesudah pemakaian dan mengikuti protokol yang jelas. e) Dokumentasi bukti pelaksanaan kegiatan pelayanan sterilisasi. 5. BMHP Kasa Merupakan bahan habis pakai ,tidak dapat diproses ulang, digunakan satu kali pemakaian. (Farmakope Indonesia Edisi Iv Tahun 1995 Kasa Pembalut Absorbent Cotton Gauze) 267
6. Alur Kerja Masker N 95 1.Penerimaan Masker 2. Penandaan 3.Pengemasan N 95 Masker N 95 Masker N 95 4.Sterilisasi 5.Kontrol Sterilan 6.Distribusi Masker N 95 Masker N 95 Masker N 95 F.Grafik Profil Indikator Mutu Unit CSSD pada masa Pandemi covid 19 1. Judul Indikator Mutu Judul Indikator Ketepatan waktu pemrosesan sterilisasi set alat instrumen Dimensi Mutu internal Ruang OK/IBS Tujuan Keselamatan, Kelayakan Definisi Operasional Keselamatan pasien Alasan Pemilihan indikator Ketepatan waktu pemrosesan sterilisasi set alat instrumen internal OK/IBS adalah waktu yang diperlukan sejak penerimaan set alat instrumen kotor dari OK/IBS untuk di proses Sterilisasi pada suhu 121 C dalam waktu 30 menit sampai Set alat steril siap untuk didistribusikan ke ruang OK/IBS Tugas pokok dan fungsi Unit CSSD adalah menjamin tersedianya Produk Steril tepat waktu. Ketepatan waktu pemrosesan sterilisasi adalah merupakan komponen mutu yang diharapkan oleh Ruang OK/IBS dan kensumen pengguna layananan cssd. Apabila waktu pemrosesan sterilisasi ≤ 150 Menit maka kegiatan operasi di OK dapat dilaksanakan tepat waktu. 268
Frekuensi pengumpulan Harian, bulanan Data Periode analisis 1 bulan Numerator Denumerator Jumlah set alat Instrument OK/IBS yang di sterilisasi dengan waktu pemrosesan sterilisasi ≤ 150 menit Formula Jumlah semua set alat Instrumen di OK/IBS yang di Sterilisasi Standar Jumlah set alat Instrument OK/IBS yang di sterilisasi dengan waktu pemrosesan sterilisasi ≤ 150 menit pada 1 bulan dibagi Jumlah semua set alat Instrument di OK/IBS yang di Sterilisasi pada bulan tersebut kali 100 % 100 % Penanggungjawab Kepala Unit CSSD 2. Grafik 1 LAPORAN HASIL STERILISASI ALAT KAMAR OPERASI/OK DI UNIT CSSD TA 2020 Hasil Analisa : Hasil pengamatan dari jumlah alat di OK/Kamar operasi yang di Sterilisasi sesuai Standar Unit CSSD pada tahun anggaran 2020 sesuai Standar 100% dengan hasil 100%. 269
Tindak Lanjut: Untuk mencapai hasil yang lebih baik segera membenahi yang masih belum sempurna diantaranya dengan meningkatkan perawatan alat secara rutin, meningkatkan sarana dan prasarana dan meningkatkan komunikasi dengan perawat di OK/Kamar operasi 3. Grafik 2. LAPORAN HASIL STERILISASI ALAT KAMAR OPERASI/OK DI UNIT CSSD TA 2021 Hasil Analisa : Hasil pengamatan dari jumlah alat di OK/Kamar operasi yang di Sterilisasi sesuai Standar Unit CSSD pada tahun anggaran 2021 sesuai Standar 100% dengan hasil 100%. Tindak Lanjut. Untuk mencapai hasil yang lebih baik segera membenahi yang masih belum sempurna diantaranya dengan meningkatkan perawatan alat secara rutin, meningkatkan sarana dan prasarana dan meningkatkan komunikasi dengan perawat di OK/Kamar operasi 270
BAB V KESELAMATAN KERJA MASA PANDEMIC COVID 19 A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas. Tindakan pencegahan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan para petugas di lingkungan pusat Sterilisasi adalah menjadi tanggungjawab seluruh petugas yang berada di pusat sterilisasi. Seluruh Petugas bertanggungjawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman. Petugas pusat sterilisasi berhak mendapatkan Pelatihan dan Pembekalan tentang bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadi kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan. 1. Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan antara lain : a) Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi b) Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi. c) Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blide) ke dalam wadah yang tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa d) Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan normal e) Ikuti petunjuk/ rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membrane mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia. f) . Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-rambu peringatan. 271
g) Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup. B. Penerimaan Barang Kotor Dan Daerah Dekontaminasi Wilayah Dekontaminasi sangat beresiko sekali akan bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia dilingkungan pusat sterillisasi. Hal tersebut dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar. Penerimaan barang kotor harus diikuti administrasi dan pencatatan yang benar Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit. C. Penyiapan Proses Sterilisasi Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang- barang steril menjadi lebih terjamin. Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membrane mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument /alat listrik . luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan. Saran tindakan aman : 1. Gunakan sarung tangan pada saat menangani kereta mesin sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi. 272
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi (troly) di luar daerah lalu lalang petugas pusat sterilisasi lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini. 3. Hati-hati pada saat menggunakan sealer panas dan pemotongan kantung sterilisasi (pouches). 4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh digunakan oleh petugas terlatih. 5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan memperhatikan system ventilasi dan system exhaust yang berhubungan langsung dengan udara luar ( ke luar gedung ) 6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh atau menghisap udara di atas barang yang dipindahkan tersebut. 7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta ditarik dan tidak didorong 8. Setelah barang dimasukkan ke dalam cabinet aerasi dan siklus aerasi sudah dijalankan ,maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi telah selesai 9. Apabila ada petugas yang terpapar EO segera bawa ke ruang gawat darurat untuk evakuasi lebih lanjut D. Penanganan Zat-Zat Kimia di Unit Sterilisasi Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi sangat perlu diperhatikan mengingat banyak zat kimia yang digunakan di pusat sterilisasi bersifat toksik. Apabila penenganannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas pusat sterilisasi itu sendiri maupun pasien. 1. Alcohol. Alcohol dalam bentuk etil atau isopropyl alcohol (60-90%) digunakan sebagai desinfektan menengah dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal dan virusidal. Tindakan pertolongan : a) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik b) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata a) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena cairan Alcohol 273
b) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d) Jangan biarkan korban menggosok mata e) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit a) Bawa pasien segera ke keran terdekat b) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit c) Jika tidak tersedia air, bersihkan bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan 2. Formaldehide. Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan sebagai desinfektan . formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15%) Bahaya terhadap kesehatan : a) Dosis toksik, dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB b) Akut: 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm lakrimasi berat , 10-20 ppm susah bernafas, batuk terasa panas pada hidung dan tenggorokan , 50-100 ppm iritasi akut saluran pernafasan. c) Lambat : iritasi kulit d) Kronik : karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita, percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat sampai dengan menetap, kornea buram dan buta. e) Jika tertelan : menyebabkan luka korosif mukosa gastro intestinal disertai mual, muntah, perdarahan f) Jika terhirup : iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme g) Kontak kulit : iritasi pada kulit 274
h) Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea buram dan buta. Tindakan pertolongan : a). Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik b). Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata : a). Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena b). Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c). Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d). Jangan biarkan korban menggosok mata e). Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit a) Bawa pasien segera ke keran terdekat b) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit c) Jika tidak tersedia air, bersihkan bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan d) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi e) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron. f) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. Tindakan pertolongan pada pemaparan gastro intestinal Pada keracunan formaldehid ringan perlu dilakukan tindakan berikut : a) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 200 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 cc. b) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif 275
c) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi. 3. Etilen Oksida. Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organic terutama dalam pembuatan etilen glikol,fungisida, bahan makanan dan tekstil. Bahaya utama terhadap kesehatan : a) Inhalasi : pemaparan jangka pendek : iritasi, daya penciuman menurun, tubuh, sianosis, kongesti paru-paru, kejang dan gangguan kesuburan. Pemaparan jangka panjang : potensial dapat menyebabkan kanker. b) Kontak kulit : pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas, melepuh, frost bite (luka bakar karena suhu rendah) c) Kontak mata : pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair, pemaparan jangka panjang : dapat menimbulkan katarak d) Tertelan : pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit tenggorokan, mual,muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala, sianosis. e). Pemaparan jangka panjang : kerusakan hati, potensial karsinogen. Tindakan pertolongan : a) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik b) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata : a) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena b) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d) Jangan biarkan korban menggosok mata e) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata 276
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit : a) Bawa pasien segera ke keran terdekat b) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit c) Jika tidak tersedia air, bersihkan bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan d) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi e) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron. f) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal : a) Induksi muntah tidak dilakukan ( kontra indikasi ) b) Aspirasi dan bilas lambung tidak dianjurkan c) Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20 menit. 4. Lisol. Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resul, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan desinfeksi dengan konsentrasi antara 1-2%. Bahaya utama pada kesehatan : a) Pada kulit dan mukosa ; gatal dan mati rasa pada keadaan berulang atau berat : kemerahan, gatal dan luka bakar. Kronis pada kulit : eritema, vesikel dan akhirnya dapat mengalami dermatitis kontak. b) Pemaparan pada mata : iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema palpebra dan iritis c) Pemaparan sistemik : nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea, penglihatan kabur, nyeri abdomen,muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar pada mulut dan esophagus 277
d) Efek pada system kardiovaskuler : hipotensi dan syok e) Efek pada ginjal ; urin berwarna gelap karena hemoglobinuri f) Efek pada pernafasan : depresi pernafasan dan gagal nafas Tindakan pertolongan pada pemaparan mata : a) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena b) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d) Jangan biarkan korban menggosok mata e) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit : a) Bawa pasien segera ke keran terdekat b) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit c) Jika tidak tersedia air, bersihkan bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan d) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi e) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, apron. f) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut Tindakan pertolongan pemaparan gastrointentisnal a) Segera beri pasien air atau susu yang di minum sepatnya,untuk pengenceran pada orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum,untuk anak 100 ml. b) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon- aktif c) 3.Dalam keadan tertentu,pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat di pertimbangka setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi 5. Natrium Hipoklorit. Larutan pemutih pakaian yang biasa di gunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit (NaOCI) 5-10 %.Selain digunakan sebagai pemutih juga di gunakan sebagai disinfektan.Pada 278
konsentrsi>20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru Bahaya utama terhadap kesehatan : a) Inhalasi : bila terhirup,tenggorokan akan terasa sakit,iritasi saluran pernafasan,batuk,sesak dan edema paru-paru. b) Kontak kulit : terjadi pada permukaan kulit,terasa perih,iritasi local dan erupsi c) Kotak mata : pemerahan mata,korosif,perih penglihat5an jadi kabur. d) Tertelan : pada konsentrasi zat 3-5% mulut dan ternggorokan terasa terbakar,iritasi mulut dan faring,edema faring dan laring serta mual dan muntah.Pada konsentrasi lebih pekat nyeri menelan, salvias,rasa sakit parah pada tenggorokan,dada dan perut.Pemaparan jangka panjang : kerusakan hati, potensial karsinogen. Tindakan pertolongan : a) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik b) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata : a) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena b) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d) Jangan biarkan korban menggosok mata e) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit : a) Bawa pasien segera ke keran terdekat 279
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 572
- 573
- 574
- 575
- 576
- 577
- 578
- 579
- 580
- 581
- 582
- 583
- 584
- 585
- 586
- 587
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 587
Pages: