Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Antologi Puisi Melayu-Inggeris-BM

Antologi Puisi Melayu-Inggeris-BM

Published by drirwan2u, 2015-10-25 09:36:10

Description: Antologi Puisi Melayu-Inggeris-BM

Search

Read the Text Version

HB JOHAR (SINGAPURA)JerebuSaat Kau hadir di lorong hatikuakulah sejadah hijau untuk Kaujejakisekian lama aku tertidur kerana menungguMusebaik saja aku terjaga, Kau menyentakkan semua mimpikurupa-rupanya masih banyak tugasyang belum sempat kusiapkanjauh dari pandangan, waktu dhuha sudah pun meninggidi bawah kepak burungsebelum Kau menyingkap seluruh wajahkuaku harus mengusir semua anasir kejahatanaku malu jika saat Kau berhadapan dengankuKau enggan menjenguk lagi ke kamar hatikuyang paling dalam iniaku harus segera membersihkan cermin, membuka daun jendelamenjemput udara 'attar, melenyapkan segala debuyang menebal di segenap ruang hijabaku harus berusaha gigih mendekatiMubiar pun cuaca makin hangat di tepi jendela kamarkuburung-burung resah menyaringkan tembang kelananyatanah gersang begitu merindukan hujan segera turundi tempat para pekebun mengeluh, di tempat para penerokamembakar selubung hutan rawa, kobaran asap jerebumenodai mayapada, menelan janji cinta sejatihulurkan mata pedangtariklah jubahku ini sekuat-kuatnyaaku mahu menyertaiMu berjuang di dunia luaraku ingin melawan seribu petualangyang merancang untuk memusnahkanperbendaharaanMu yang tersembunyidi dada hutan berjerebudi sinilah bau nafas membusukkijang-kijang melompat dari lembah-lembah gelapyang menakutkan, menjulurkan serpihan daging terlukalantai syurgaMu tiba-tiba melimpahkan lava dan jerit kelawarmengawan di atas mayat-mayatnya sendirimusuh-musuh mencuri rembulan dari khazanah kerajaanMumenebang pohon-pohon zikir, menari mabuk dalam pesta jerebuapi menyambar api yang lain, kejam dalam ketamakan nafsujerebu di mana-mana, di padang ilalangsemuanya kehilangan jalandibelenggu tanah yang tandus, rumput yang legamaku menjejaki kembali sungai tak berairhanya sungai yang tahu tentangrahsia susu yang tertumpahdari perbendaharaanMu yang tersembunyi.Singapura 51

AkuariumSelama menyusun pasu-pasu daun di balkoni, belum jua kita dengarriuhnya batu-batu menggores setiap pagi. bagaimanakah sebenarperasaan alam terhadap kita? ah, kita tenang-tenang saja di sinisambil menceracak akar-akar daun, memindah-randahkan tanah pasu,memotong bunga-bunga layu dan daun-daun kering, fikiran kita jugaharus keluar dari tingkap jeriji yang menghadap kesibukan lebuhraya,entah mengapa saat ini aku ingin jadi layang-layang di atas sayap Jibril,ketika bumi baru menjelma sebiji atom kita di mana? berapa juta tahunkahcahaya merentasi kosmos untuk sampai ke relung titik sukma? hanyakerana tersalah makan kita pernah tergelincir dari langit, akal kitalebih telanjang bulat dari tubuh, sebaiknya kita menjadi ikan-ikan yang terlepasdari tangkapan waktu, berhimpun di persidangan parlimen demi merancangkedamaian dan bukan peperangan, sampai ke hari ini masih terdengarbom-bom meledak di permukaan bumi, kupu-kupu berterbangankeluar dari kepompong mencari arah silam tropika.kini kita sendat bernafas dalam akuarium batu, kerusi-kerusi pejabat diamdan terasing, tahukah kau dahulu ada polemik besar di dewan malaikat,apakah sebenarnya termaktub dalam kertaskerja agenda Tuhan? manusia terlalutamak menguasai sumber hukum, hak asasi dijadikan barang bebas politik,di negeri air ini tidak ada lagi pesisir untuk mendarat, kita mengukur saja nasibdi celah sisik ikan-ikan, siapakah yang bakal mengubahkan takdir batu karang,menterjemahkan beribu-ribu kitab ilmiah dari lumut fenomena sejarah? kita terperangkapdalam balkoni pangsapuri ini, tak mampu membaca peta perhutanan, tak mampumemahami arah angin, betapa kejamnya waktu menjadi sang algojo,kaudengarkah ada ratapan yang meraung di hujung sungai? ada wajah-wajahgusar bersembunyi dalam kejap kubu-kubu cacing. siapa menteroriskanpesawat-pesawat perang melintasi atmosfir, membedil daging bumi,racun-racun kimia pun mengopak kulit ari alam, di atap langit kudus roh-roh mogoklapar lalu turun ke padang hari mengundi, malam sebelum tidur kita seringtertanya-tanya di atas kasur busuk, siapa calon pemenang presiden negara masa depan,tempat rakyat menalurikan fakta kemanusiaan?dari batas tingkap jeriji, sebuah balkoni bisu. selamanya apakah kita berpura-purabersahabat dengan alam? kita mendongengkan pasu-pasu bunga, pasu-pasu daunanhijau untuk mewujudkan mimpi taman harmoni, padahal kita menyingkirnya jauh-jauhdari akar kejatiannya, kehidupan kita sendiri terkurung dalam akuarium batu, kita adalahikan-ikan yang tak mampu menyeberangi sungai, terlalu setia kepada peradabanbatu-batu pejal, tapi arus darah kita akan tetap mengalir ke selokan mana pun,datang nanti mengetuk pintu kaca parlimen, menatap satu wajah dunia yang resah,apa ertinya kita ada? bayi-bayi tersentak tidur di dalam panggung rahim,membentak keluar bagaikan soldadu-soldadu ulat yang terdengar semboyansangkakala, dari lecak lumpur kita dibangkitkan hingga ke puncak menara gading,tunggak megah bersimfonikan tema tanah air, tapi di mana sekarangbekas rumah dan padang rumput yang melahirkan kita? di seberang laut sanasering terdengar ada gempa membelah bumi, peluru-peluru meriam meledak di masjid-masjid,menggempar di kuil-kuil dan di gereja-gereja, kita membunuh sesama saudaraatas nama abad perang yang sia-sia!bumi tak akan mampu bertahan seribu tahun lagi, marilah kita merancang doa sejagat, 52

mencari di mana kiblat hati bumi, sebelum Tuhan merasa bosan lalu menutup pintu arasy,sebelum nyanyian sang katak menggamit salji di gurun sahara, sebelum gunung-ganangbertengkar dengan bulan, matahari dan bintang-bintang, jangan biarkan sampai perut langitberkocak dan berteriak, memuntahkan buih-buih keimanan.Singapura 53

IDA MUNIRAMemeluk SenyumanTelah kuucapkan kata-katadari hujanan cita-citabawalah semangatmu pergisehingga tergapaiimpian seindah budimandan kembalimu penuh erti.Kekecewan hanya semalamadalah jalan perubahanpunya tujuandari rimbun andaianbiar ketemu nantiberharganya sebuah tangisanmemeluk senyumanbunga kejayaan.Pelukilah senyumantak pernah persiakanusaha setinggi awan. 54

Kehilangan Suatu saat yang bukan sehari terbicara tentang kehilanganberlalu, sedang, entah kan datang menjadi kosong tak tersimpul tiada mahukannya meski mustahil tidak ditakdir. Biar sepenting mana pun atau seremeh untuk diendah tetap kehilangan antara sedar dan terleka hilang jasad bergantungan hiba hilang harta diraungkan cita hilang cinta paling derita semuanya mendenting ingat kita pernah memilikinya. Hilang yang ingin jumpa menyedar baru betapa berharga bila halimunan ia teruja rindu kesal bertandu. tiadakan hilang syahdu biar sesudah suanya berlalu. Kehilangan, menerbit keawasan. 55

INSAN YALINBencana itu Kita PenyebabnyaBertalun ingatan dari langitPerantarannya RasulDititipkan sepelusuk buanaDijulangkan ke segenap rasaTapi kita rakusSeolah dunia ini milik kitaKemulian dibalas kejelikkanKasih sayang dibalas tubaItu mencabar-NyaItu tidak mensyukuri-NyaKun FayakunMaka berlimpahlah air lautMembenam manusiaKun FayakunMaka keluarlah lahar membakar ego manusiaKun FayakunBergetarlah bumiTergoncang segalaBencana itu bencana ingatanBencana itu kita penyebabnya.2006 56

RinduIKupunggaikan agul melangitMenyentuh debu buanaBerlagu gurindam taqwaAgar aku dapat diam di siniTanpa semilir mazmumahMengetuk pintu kalbuIIAku ingin kembaliHampir nahar diamuk rinduTintaku meruntun hibaMohon ditari biar bernadiAnimoku melonjakMenyentuh langit tujuhTak mampu kukuburkan lagiBiarkan tintaku kembali bernyawaPeleraiannyaAku harus mendiami daerah iniKembali menghuni di sini!!2006 57

INVISIBLESejenak Di PusaraAku mundar-mandirapabila suatu ketikaaku menjejak kaki ke sana.Harum kembojadan lalang yang tegap bedirisemak samun melingkaridua nesan terbiar.Sunyi...setelah kau pergi duluanterpaksa...kerana terpanggil.Ayah...pesan mu adalah azimatpada hati yang satu inibiar pun...suatu ketika... apabila tiba waktuaku juga akan ke sanamerintis jalan yang telah kau lalui.Bersemadilahsetelah fikiran yang kusut... tenangsetelah menderita... dari suatu taqdirdan aku terusmenadah tanganagar kau bisa mengharungi dunia itudengan bekalan yang terpungutdengan helaan nafas yang berdebudengan tangan yang kasarsetelah penat menebas hutan, untuk kami.Masih jelas terbayangbaju lengan panjang yang kau pakaitopi hijau yang lusuh di kepaladengan motor tua yang berjasa.Kau yang berikan aku suapansehingga aku mengenali dunia inisehingga aku mampu berjalandan...kau tinggalkan kamisetelah kami mampu berdiri. 58

Ayah...ibu juga penattapi ibu masih gagahuntuk membasahi tempat mudengan mawar yang harumagar kau terus lena... meniti masa.Biarpun kau tiadakami akan teruskan amanat mukami akan ikuti jejak mubiar...dunia akan mengertitentang jasa dan bakti mutentang sukar mengemudi hiduptapi...kami akan terus tabah. 59

Bulan Di Pohon CemaraBulan di pohon cemaramelempar sinar ke kamardengan ukiran senyumdan memancar nostalgiadari daun ke daundan biasan kelibatantara detik masadi ruang sepi.Bulan di pohon cemarapada buaian lelagudan suara cengkerikmegah pada dirimenembusi malamdan sinar bintanggemerlapan.Bulan di pohon cemaramemamah kerinduandalam langkah langkah lesudan lengguk para tamudan senyum meminggirdi hujung perhentianmelewati kamar ke kamardan renungan yang tajam.Bulan di pohon cemaradan isakan anak kecildi lipatan kedinginandi dada bundayang terbuai mimpidalam dakapan yang panasdan bisikan manjatamu-tamu yang datang. 60

ILYA KABLAMEkstrimEkstrimke kanan sahaja atau ke kiri sahajasekali melangkah hanya ke hadapanmustahil berpalingsekali mengalah terus mengundurmustahil maraEkstrimhanya ada dua pilihanhitam atau putihbaik atau jahatsuka atau bencimaju atau mundurkalah atau menangkuat atau lemahutuh atau goyahEkstrimdi tangan di mindahanya satu keputusan yang serupaselepas pelbagai andaianselepas jemu berasionalselepas alasan demi alasanEkstrim itu hebat.15.11.2002 61

Rumah EmosiSeorang fatalismembina rumah emosibuat menyimpan figura-figura ciptaandari faset nuraninyayang sering keliru befalsafah Seorang fatalis berperang dengan hibrid emosi mengharap bahagia didakap euforia mengelak dihenyak hina hipokrasi Lalu fatalis yang optimis itu membina rumah emosi mengharap kesempurnaan wujud dari serpihan kenangan pesimis Di rumah itu tiada rahsia terselamat dari kecewa di rumah itu tiada cinta tercipta dari dusta di rumah itu tiada rasa keliru walau bisu nuansa segala makna Seorang fatalis yang berkembara setiap mimpi dan jaga mencari suara hatinya bakal lena diselimut tenang tatkala terpejam rehat pada bantal realiti di rumah emosi. IIUM, 21.09.2003. 62

KALAMUTIARAPerempuan Yang Kusewa Cintanya ItuMalam baru akan larutketika tanganmuyang sedikit kasar itu merayapmenyentuh kalbu, merataplahgelora yang sekian lama terpenjaramalam semakin nanarketika kuhela ghairah bulan mengambangdadamu belum habis tumbuhnamun lukamu penuhrupa-rupanya lukadi balik bajumukauselindung di bawahmerah gincu dan kulit gebukau tikam barah khianatsilam dengan dendamkubunuh debar dan rindudengan cumbuketika kau melangkah pergikau bawa bersama luka pedih itudan segenggam wangserta seberkas curang! 63

Seorang Lelaki Yang ParahDia melangkah parahdengan darahmengalir di pelipisnyadia mendendangkan lagusayu ketika tangandan sikunya berkudisdihiris masabetisnya hanyirselut dosanafasnya tengiksebusuk dustadia adalah lelakiyang terlukadi pinggir bingkaisebuah lukisanpadang perangyang diwarnakannya. 64

KAY05Bayu Andalus Merangkak SayuMasih terasa gemersik bayu senjaberduyun sepoi datang dan pergimenghembus suara anginlembut bicara, merdu beralun rindupermai di puncak, menyekagerimis undangan hati yang sebak.Semangkuk doa tertadah, hujankanmaghfirah dari-Mu ya Rabbiagar kekuatan bersemadimembela atma syuhada’ yang pergitumpas di duniasayap Firdausi menebar harumnyakemenangan tersediabai’ah jihad tersiram di pusara.Kota berkala menongkat Andalustesergam di hujung jariseluas depaan membilang tapakgah kewujudan pewira Islamyang jatuh, meneguk cinta materialistikrakus menghasut jiwa mujahidun,dan hanyut.Panggilan syahid,bermain di corong seorang abidmengharap ‘siratol mustaqimselicin jejantas milik Izzatidemi,menyambut panji yang tergantung, lesuoleh mereka yang alpa.Demi,sebakul kauthar yang deras mencicipmencari pemilik hati-hatisesuci anbiya’ dan tabi’in wa tabi’ tabiin.Al-Hambra, Granada, 20 April 2006 65

Biarkan SajaDi bawah timbunan bebatuKerak-kerak menjemput jasadBergelimpang darah merahMenyalut tiap batan yang singgahKecai daging ituMencarik hati, mengetap benciTanpa kasihan menjajaTanpa belasan meronaHanya benci mencantas pepuntung Iraq.Musafir itu, terus mendayung maraWalau di kejar nuklear IsraelJangan di toleh wajah itu, majulahTunaikan yang haq, tinggalkan yang batilMoga syahid menyimbah jasad ituBerikan roh kedamaian di syurga kelakTak perlu sesal,kerana dunia tak bisa kekal selamanya.Biarkan saja merekaDoakan kemenangan bercandaDalam jangka yang singkatKerna janji itu, pasti mencuri mimpiYang di angankanYang di igaukanTadahkan doa pengharapan.Loughborough, UK, 10 Mei 2006 66

KING BINJAISutera PelangiDi waktu-waktu beginisaat hujan membasahi bumidan bila putik mula berbungadisirami cahaya matahariakulah yang menikmatikeindahanaku mahu suara burungberkicauan di tengahariatau suara kumbangbergetar bila mencarimadu madu cintanusantarabiarkanlah gunung gunungsegak berdiri diatas bumijangan cemburu pada langityang memutih dan berserisaksikanlah wahai kawanbiru laut itulahpedomanuntuk hati yang hitam jelagaku hadiahkanmu hamparanyang ku jahit sendiridari sutera sutera pelangipagi dan petang. 67

Bawakan AkuBawalah aku kepada airyang bercahaya seperti cerminbercahaya seperti kristal di atas mejabuat kan aku terapungagar dapat aku lenakan sengsaraamarah dan duka hari hari ku.bawalah aku ke langityang biru dan memutihseumpama dakwat pena di atas kertascoretkan nada nada cintasehingga terpadam segala sumpahsarungkan kebencian itudengan sepasang sarung tangan.bawalah aku ke bintangyang bersinar gemerlapantenteramnya seperti perkataan tenangkemudiannya aku mahu dudukdi atas bulan purnamasenang dapat ku lihat dunia di bawahsenang dapat ku lambai kepada semua. 68

MOHD DAHRI ZAKARIATerataiTangan menggapaihajat tak sampaihati berderai.Sifat terataitak pernah berceraiwalau jiwa berkecai.Kuala Lumpur 69

PerempuanMatamu adalah fitnahpenglihatanmu yang memfitnahnya.Hidungmu adalah fitnahbaumu yang memfitnahnya.Mulutmu adalah fitnahpercakapanmu yang memfitnahnya.Bibirmu adalah fitnahciumanmu yang memfitnahnya.Lidahmu adalah fitnahrasamu yang memfitnahnya.Telingamu adalah fitnahpendengaranmu yang memfitnahnya.Tanganmu adalah fitnahsentuhanmu yang memfitnahnya.Kakimu adalah fitnahperjalananmu yang memfitnahnya.Rambutmu adalah fitnahikalmu yang memfitnahnya.Tubuhmu adalah fitnahauratmu yang memfitnahnya.Hatimu adalah fitnahperasaanmu yang memfitnahnya.Dirimu adalah fitnahnafsumu yang memfitnahnya.Segala-galanya adalah fitnah,tapi aku cinta padamu!Gubuk Tepi laut, Terengganu, 2002. 70

MOYANK (INDONESIA)Abadi DamaimuJangan melewa hatidi antara gembira dan duka.lelapkanlah jiwa itu dengan tenangdengan damai dengan pejam.sementara kautangguhkan semua pertanyaan,ada baiknya kubiar api menyala di jantungmumembakar habis seluruh keraguan itu.Jakarta, 19 Juni 2005Moyank (Indonesia) 71

Menarilah Seperti AnginMenarilah seperti angindengan lembut dengan gemulaipada malam ketika aku terjagadan mengingatmu penuh cinta.Menarilah seperti angindengan penuh kerinduanmenggambar ceritaceritasebelum aku benarbenar terlenaJakarta, 10 Juni 2005 72

MUSTidur Di PerahuTidur di perahudi tasik bergelombang perlahanangin menghembus kerinduanmengangkat aku ke kayangandilindung langit cerah berseridan awan meredupkan mentaridan burung yang berlegarberkicau bising dan hingarmenjadi lagu kasih sayanggirang berpuisi dondangdan ikan-ikan berhamburke permukaan menjulurmencari nafassebelum ke dasar lekas-lekasTidur di perahuberoleng-oleng bagai di buai ibuwaktu aku kecil dahuludodoinya adalah air berkocakmenjadi riak-riaksebelum hilang ditelan tenangtanpa gelombang dan ombakTidur di perahusenang-lenang di sinitiada apa yang perluaku pedulitiada yang harus aku kesali. 73

Matahari PagiHujan pejurdari tadi malamada gunturmenikam-nikamderas air mengalirdari tanah tinggimencipta alur sendirimenghanyutkan daun-daun matimencari sungaipondok di hujung kampungdihempap pokok tumbangkera di dalam hutanmenggigil kesejukandi ladang getahtiada siapa menarahini pagimatahari tak nampak-nampaktapi cahayanyatetap jua menyerbak 74

NAIMISA YUSOFCeritera Sang IdealistikSejalur senyum itu,Terukir di celahan dua bibir,Siapa sangka,Rayapan kesakitan sedang dilupakan.Orang ketawa,Dia ketawa,Dia menangis,Tiada yang peduli.Semalam dia cergas,Lincah berbicara,Bernas hujahnya,Lawan tetap lawan.Hari ini,Sekujur tubuh kaku,Terkejut,Dek kekalahan. 75

LokekGemerincing gelang tangan,Berloceng kecil bertatah berlian,Kalung delima di hujung tudung,Dari rantai mutiara.Tangan disua,Mohon sekeping dua,Not-not bernilai,Buat menyambung kehidupan.Ah!\"Aku tiada, minta dari orang lain!\"Gelang tangan berantakan,Kaki dihentak melajukan langkah.Sungguh,\"Dia memang lokek.\"Fikirnya emas,Berlian dan mutiara,Boleh ditanam bersama di kubur. 76

NIMOIZ T.YPerawan GemilangAnak siapa punya geranganku panggil adik tersipu segansemerbak harum aroma deodorananggun molek anugerah Tuhangadis perawan penuh ketimuran.Cik Adik Comelputih melepak tanpa solekantanpa lipstik pun macam berdandanbertubuh langsing memukau pandangantentu cik adik kawal pemakanan.Walau rupawan tidak sombong bila ku sapamaaf dik, abang bukan lelaki penggodacuma mengaju persoalan di mata;\"adik ini anak siapa?\"\"adik ini tinggal di mana?\"\"adik ini sudahkah berpunya?\"Lunak merdu suara Cik Adikmenjawab soalan yang abang titipkan\"kalau abang lelaki bersopan\"\"jangan menggatal di siar jalan\"\"kalau abang benar-benar berkenan\"\"jemput ke rumah jumpa ayah tersayang\"\"supaya terjawab soalan yang menerawang\".Gual Ipoh,Tanah Merah, 1 April 2002 77

Warna BulanBulan terus mengasingkan warnanyadengan temaram warna palsuaku telah mengasingkan warnanyadengan temaram warna palsu.Wajah bulan tidak semestinya megah selamanyakekal begitu dan terang selalutidak semestinya megah selamanya dankekal begitu terang selalu.Warna tidak semestinya terang begitudan bulan berwarna begitusebelum cahaya dipanggil cahayadan terang terus kekal terang.Memang, pada waktu-waktu begitubulan akan terus kekal terangdan kita si fakir terus menatap bulanyang sememangnya setia, menjernihkan malam.Memang, pada waktu-waktu begituaku terus menjadi perindumenagih sinar bulan yang rupa-rupanya hanya warna palsuhanya persinggahan, sebelum siang melantunkan waktu.Hotel Renaissance, Kota Bharu, 18 Jun 2005 78

NISSA YUSOFBumi Yang TewasApa lagi hasrat si durjanaSetelah digenggam Baitul MaqdisPohon kejamnya tidak pernah mati!Dari langkahan bersenjataHinggalah pujuk rayu yang mencairkanSemuanya pemusnah!Dari rekahan tanah gersang Nazlet IsaTerhambur seribu rintihan bumi Anbia’Tiap bayu yang berlaluTerbang sama debu-debu harapanMasih relevankah lidah berhemahjika senjata tidak pernah tidur?Di tepi tembok gergasiAnak-anak kecil menangisInsan-insan tua merintihApa lagi yang mereka adaBadan tidak berdayaTanaman tidak bernyawaTernakan tersungkur kelaparan.Ini sajakah yang mereka ada?Sedangkan bumi itu milik mereka!Bumi yang kini tewas... 79

Epilog Pencari KeredaanKuleraikan pelukan erat sang malamdemi kucari redhaMu TUHANkutepis cengkaman kukuh si dingincelikku mengharapkeampunanMu RABBIbisa tersucikah diriku??mungkin terampunkah dosa-dosaku??wahai Pencipta langit..ampunkan akuarakkanlah awan kelabuMumoga turun titisan rahmatyang bisa membasuh lumpur dihatiku... 80

NURALANALaksamana Hang TuahHang TuahAtas namamu menyirnanya tuahLaksamana ulung di lipatan sirahGah menentang menangkis seteruPahlawan terbilang bangsa melayuDua belas bahasa fasihnya jituKekeh berguru raikan ilmuHang TuahTangkas dan licik bermain senjataTak pernah sekali gadaikan setiaSetelah kau miliki tamingsari dirajaKaulah yang paling perkasaDi antara lima saudaraPanglima bangsawan terkenal di nusantaraHang TuahKau tinggalkan khazanah tauladanAkrab hubungan merentasi perdaganganDari garis simbol persahabatanMengungguli estetika sebuah peradabanHang TuahPerisai warisan yang dekat di hatiKerna budimu mengusik akar naluriMenjadi jaringan inspirasiSeperti katamu:\"Takkan melayu hilang di dunia\"Bangkitlah jiwa bangsaDemi nusa...25 Jun 2006 81

Hanya Sekeping Nota Rindu Sore itu Ku lihat engkau masih lagi di situ Di pojok nyiur nan syahdu Merenung kemudi-kemudi yang telah pun lenyap Di gulung buas badai tsunami Di matamu itu ada sayu Di kala menatap anak-anak ombak Yang mulai kelam Seolah mengucapkan sayonara Seolah puas memuntahkan kelopak murka Mayapada jadi bisu Tiada lagi camar yang lincah bermain-main di gigi air Tiada lagi canda gembira menghiasi tubir pantai Semuanya jadi khali. Sore itu Ku lihat engkau masih lagi di situ Seolah menyisip sekeping nota pada ranting kenangan Di pojok nyiur nan syahdu Di kala bayangan samudera begitu rakus Menikam sukmamu Lantas terbayang saat tangan yang terkapar-kapar itu Tiada kata yang dapat di ungkap Setelah dirimu di dakap piatu Yang tinggal hanya sekeping nota rindu Yang sempat kau sematkan di setiap lembaran lalu. Alexenderia, Mesir 82

ODESurat Untuk CintaMenemui Cinta.Setiap embun yang terhunus di hujung rerumputansetiap pungguk yang mencangkung atas pohon-pohon rindudan setiap orkes alam yang melagukan malampernah menjadi teman kita mengintai bulan yang bundarketika angin kakuketika sungai lumpuhketika sang semut kebutuhan barisan.Cinta.Sekeping warkah yang aku lakar wajah kasihkuadalah sebuah gunung yang botakdan laut yang kering. 83

Dia Tetap Mengais dan MengaisAnak kecil itu gigihmencari bangkai masa depandi bawah terik deritayang lahap mengunyahusia mudanya.Dia tetap mengaisdan menangisnamun yang tertinggalhanyalah sesuap kenanganyang berbakidi pojok ingatannyayang tumpul. 84

PUTERI BAYURindu Tersasar ArahBegitu nekad kata hatiBersalut intan bersumbi emasNamun keliru masih terasaMembias hati di lamun dukaJanji bersepuh sulam di ikatMengharap daki sampai ke puncakMenghembus angin hilangkan baraTapi hujan di tengah hariJatuh terkulai menjelang petangdan malam sendiri lagiBeduk subuh hampir terlekaMengingat cinta porak perandaBerisi delima dalam rinduHarap mengharap takut tak jadiKelam gelisah ke puncak rinduMengintai mimpi tak kunjung tibaPatah dahan tempat bergantungHanyut ke lautan di kuncah gelombangSenyum di ukir jadi gelisahResah rindu beralun kencangCinta terkulai jadi kenanganHangus terbakar tak nampak asapMengejar rindu tersasar arah 85

Terbang Bersama AnginTerbang bersama anginMengukur luas nya jagatBerpayung di dada awanTertimbus di lembah dalamTerpalit luka dek sembiluTerbang bersama awanMenerjah ke puncak bukitTerpana cahaya halalintarTerseliuh di gurun saharaTerbang bersama rinduBagai angin laluBersama desir dan ombakHilang dalam kabusTerbang mencecah puncakDalam gerimis ke pulau sepiMelonjak rindu terpendamDalam derita di teratak sepiTerbang bersama anginMengukur luas nya cintaHanyut dalam rasadan kata menyegar jiwa. 86

PUTRA BAGINDATangan-tangan KasarRisau keluar dari kamiTentang esokAdakah boleh duduk lagi di siniBumi ini kami tarah dengan tulangSiram dengan peluhBaja dengan darahSewaktu tanah ini masih kasarTiada tempat teduh sewaktu matahari membakarKami datang menghalau anjingApabila tiang-tiang dicacakDaerah harapan kami di siniMenganyam mimpiHidup sehingga seribu tahun lagiKakak-kakak melahirkan anakYang membesar bermain pasir di atas bukitTempat tangan mereka jadi kasarCuma untuk melihat dengan lebih jelas dari sanaJentolak yang macam raksasaPerlahan-lahan menuju ke mariLapan belas tahun dan hari iniKami diajak bermula kembaliKe daerah baru yang asingUntuk kami pugarDengan tangan-tangan kami yang kasarLalu meninggalkan mimpi-mimpi permaiHanyut ke dalam sungaiLapan belas tahun dan hari iniKami diminta keluar segeraDari tanah tempat darah tertumpahTempat menyeka lelahPembangunan agaknya sudah lupaKami juga pernah berjasaNanti,Di depan jentolak kemajuan ituApabila kami keluarkanTangan-tangan kami yang kasarKami akan berkataDengan tangan iniDengan tangan ini, setinggan iniAkan kami robohkan sendiri 87

MayaLelaki muda bertampang tuaDi hujung lorongBerjalan tanpa kaki keduaDiejek anjingDisindir longkangPada belakang badannya yang telanjangAda tatu berlambang hatiBertulis “Cinta”Bertulis “Maya”Bertulis “Selamanya”Budak kecil di dalam sampah itu barangkali anaknyaTetapi pasti bukan dengan MayaKerana cinta Maya selamanyaSehingga tiba di jalan matiLelaki muda berhentiDia juga ingin matiSeperti MayaYang jatuh ke dalam gaungDalam perjalanan pulang merekaSatu malam merdekaDilanggar lori ayamKakinya putus, dan MayamampusDi tepi tembok, belakang kedai 4DDengan botol todi yang pecahDia ingin tulis nama MayaDi atas kakiKaki yang satu lagiSakit……!!!!!!!!!!!Sakit..…..!!!!!Sakit……Dia memang cintakan Maya. 88

RIMANILZAHInukubuka jendela rinduyang berlangsirkan kasihmusewaktu bayu restu menerpadan wajahku terasa, betapa –belaian mesramu ke rambutkuingin kuurai segala resahdan membentangkan sejadah imanagar kita lebih bertakwamenempuh masa, merempuh lukakaukibarkan bendera semangataku pun terpegun, lalubangun mengejar impianyang sekian lama kudambakankatamu, panji kemenanganpasti akan tegar – andainyaaku berpaksikan keyakinankaubukan lagi sekadar tunggulyang terbiar – tetapi terbelaPetaling Jaya, 28 November 1992 89

Saat Melangkah(Buat Diri)Setelah jauh melangkah ke hadapanDia teringat akan kesan tapak kakinyaDi belakangAda tanda yang menjadi kenanganAda tanda yang tak mampu diubahSetelah jauh berada di hadapanDia sedar tidak mampuMembawa dirinya kembaliKe belakangHanya masa lalu yang menjadi cerminHanya masa lalu yang menjadi iktibarDia pasti terus melangkah ke hadapanMembawa sekarung sesal masa laluDengan segunung iltizam baruLRT Taman Jaya – Masjid Jamek, 3.03.2005 90

RSA AZUAN Surat Untuk Tuhan Termenung Di meja nyatuh Berkerusi jati putih Sambil memegang Sekeping borang amalan Dari tadi digenggam Perlahan diletak ke rak kayu berukir Bernama ‘tiket ke syurga’ Terkial-kial Menyelongkar album usang Mencari gambar mewah Yang terlihat cuma Sekeping foto bernama ‘maruah’ Untuk dikepilkan bersama senarai pahala Dia terus mencari lagi Cop pengesahan berdakwat jernih Sedangkan tinta hitam Makin bisa dibilang Lalu borang diletakkan di dalam sarung kalis malu Dialamatkan pada tuhan Tanpa setem penanda bayaran Tanpa upah penghantaran 91

Luka Bangsa Kita lukai maruah sendiri Bukan dengan belati Tapi dengan janji Berlari meniti Sumpah sengaja Tercipta Buat menutup rapat Hasrat durjana Pada bangsa Yang kian lupa Erti merdeka Pada mereka Hanya bendera Simbol agung bahagia Pada matawang Kerusi kerawang Tempat duduk politikus curang Jutawan Yang berdedai menuju gerbang Isteri-isteri ke gedung bergebangSedang pengemis di kaki ditendang Kita terus lukai maruah Setongkol resah Duit di peti Tak pernah luak Bangsa sendiri dikelar berdarah 92

RUDY BLUEHIKARIAnak-anak Soon MiIni kusuap kuih-muih nuklearkegemaran temolok Bapamenuras zat hayatke mulut anak-anak Soon Mi.Sang Ibu membakar hidupbergelandangan merentas dapur sempadanmeminta-mintapada kemakmuran jiran serumpunkala di dapur Bondadecitan mondok sama kebuluranmenyelongkar serdak kehidupan.Anak-anak Soon Mirebak kelaparanlalu terdodoi dalam kendongkenyang pai manis di tungku Tuhan.Serdang, 24 Februari 2004 93

Ladang WahyuTerpadamlah api Majusiseraya Ababil menjatuhkan batu-batu apikudrat angkatan gajah Abrahah tersungkurtatkala kelahiran Al-Amin si piatumenyelak awan gelap jiwa yang terbenammenyembah batu, mempertuhankan lembu.Bagai mendambakan kehadiran Nur Tauhid,tilik pandang Tuhan tidak pernah alpapabila Al-Furqan diturunkan,Seraya Buhaira membenarkan kalam Injil Barnaba\"telah datang penyelamat menggalas risalah Ilahiah;Dialah Al-Haq yang berhak disembah\".Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada AllahDi situ ada tulus kebahagiaanterpancar subur nur rahmatDi ladang wahyu bernama 'Muhammad'.Banting, Selangor, 12 Rabiul Awal 1424 Hijrah 94

SALEHA AHMADKerana Namamu KenanganKerana namamu kenanganlalu segarlah kau di ruang ingatantidak putus digunting masawalau tidak tercoret dalam lembar diariatau terakam melalui kamera kehidupantetap tersimpan menjadi sejarahuntuk diperhati sepanjang waktu.Kerana engkau kunamakan kenanganmenginap untuk seketika di rumah rahimmenunjal keluar sebelum waktunyatanpa suara tangis menyeri alamlantaran besarmu dari jerih deritamakananmu cuma bebutir sengsaraminuman kau hirup sekadar air mata lara.Maafkan aku kerana menamakanmu kenangantidak sanggup melihat dewasamutiada tempias hujan kasih seorang ayahbakal menyaramu hanya seorang ibu hilang kudratsekian waktu membilang langkahsesal pada nasib atau takdir 95

terus merona sebidang tanah hidupkini kering tandus tanpa air kepercayaan lagi.Persinggahan Pelangi, Perlis, 01.02.2006. 96

Kanvas KehidupanPasrah hanyalah kanvas kehidupanhati melihat sepi dirimukerana kenangan diri terasamengalunkan menggetarkan dengan kebenaranagar menyumbang suara-suara kesempatansemerbak puisi indah semalam.Rindu kanvas kehidupan kitaada pahala jadi keredaangelora rindu suara cintahati zikir dan keinsafanharuskah menyerah membelai memanjai?Pelangi kanvas kehidupan mengaburikesyukuran mengiringi diri sejatipada Ilahi dan perjalananbicara mengocakkan senandung hariketakwaan gemalai ketulusan menyambutmukenangan itu semak menghalangrindu kasih mulut meratib.Persinggahan Pelangi, Perlis, 08.02.2006. 97

SERUNAI FAQIRPada NafaskuDalam dadaku ada kamudalam nafasku kita bersatudalam mimpi, kulihat kamudalam pejam, rinduku merangkakdalam jaga, tanganmu kusambutdalam siangku, kau pergidalam malamku, sepi tanpamu.Menara TH, 24.12.05 98

Bersatu Dalam Nafas PurbaLama nian terpisahketika perjanjian termeteraiakhirya bersatu dalam nafas inimencari usul kesaktisekian hayat pergi dan bertamukutemu dalam mataku terpejamsaat perpisahan yang menjeritkita bertemu lagisatu bertemu satuhanya satu.Menara TH, 24.12.05 99


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook