Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore FullBook Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik

FullBook Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik

Published by AZMI RIZKI LUBIS, 2021-09-29 08:41:39

Description: FullBook Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik

Keywords: Kualitas Daya

Search

Read the Text Version

82 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik karakteristik dari filter yang disetel tunggal dan kita perlu berhati-hati untuk merancang filter kita sehingga puncak ini tidak terjadi pada frekuensi di mana terdapat kandungan arus harmonisa. Gambar 6.15: Rangkaian filter multiseksi untuk mereduksi harmonisa orde ke 5, 7 dan 11 Gambar 6.16: Simulasi PSPICE yang menunjukkan impedansi di PCC pada Gambar 6.15

Bab 6 Filter Daya Harmonisa 83 Contoh 6.2: Filter yang disetel seri (Series-tuned filters). Dari rangkaian pada Gambar 6.17, diketahui sumber tegangan fasa ke netral sebesar 277 V, arus IL = 100 A dengan frekuensi fundamental 60 Hz. Beban menghasilkan arus harmonisa pada orse kelima sebesar I5 = 20 A dan orde ketujuh sebesar I7 = 15 A. Rancanglah filter untuk mereduksi kandungan arus harmonisa agar sesuai dengan standar IEEE.

84 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Gambar 6.17: (a) Rangkaian. (b) Arus saluran. (c) Spektrum arus saluran pada contoh 6.2 (Pertama, kita perlu menentukan berapa batas standar IEEE 519 untuk arus harmonisa saluran dengan menggunakan Tabel 2. 2. Perhatikan bahwa batas arus harmonisa bergantung pada rasio ISC / IL, di mana ISC adalah arus hubung singkat di PCC, dan IL = 100 A adalah arus beban fundamental. Untuk rangkaian ini, arus hubung singkatnya adalah ������O+ = ������O = 277 = 7384 ������ ������)8 2 ������ ������ ������ 60 (10ER) Oleh karena itu, rasio ISC/IL = 7348/100 = 73,48. Dari Tabel 2.2 standar IEEE 519, kita melihat harmonisa arus maksimum (untuk harmonisa kurang dari 11) adalah 10 persen dari fundamental. Oleh karena itu, harmonisa ke-5 dan ke-7 melebihi standar ini. Juga melebihi spesifikasi TDD yakni 12 persen. Pada Gambar 6. 17(b) dan Gambar 6.17(c), dapat dilihat bentuk gelombang dan spektrum arus, masing-masing. Gambar 6.17a menunjukkan sistem dengan dua filter yang disesuaikan secara seri. Lf1 dan Cf1 disetel ke 290 Hz, dan Lf2 dan Cf2 disetel ke 407 Hz. Arus saluran ditunjukkan pada Gambar 6.17b, di mana kita melihat bahwa konten harmonisa telah berkurang secara signifikan. Spektrum arus garis (Gambar 6.17c) menunjukkan bahwa kita memenuhi batas IEEE-519, baik untuk amplitudo harmonisa maupun distorsi harmonisa total.

Bab 6 Filter Daya Harmonisa 85 6.6 Pertimbangan Praktis dalam Penggunaan Filter Pasif Desain filter harmonisa daya pasif memerlukan sejumlah pertimbangan praktis. Tidak ada solusi unik untuk masalah desain, jadi dalam setiap kasus analisis trade-off yang cermat harus dilakukan. Pertimbangan praktis meliputi: • Penyetelan (Tuning): Bagian filter harmonisa disetel di bawah harmonisa frekuensi untuk mencegah frekuensi filter bergeser ke atas jika ada atau lebih kapasitor gagal dan sekringnya putus. Perintah tipikal adalah 4,85 untuk harmonisa ke-5; 6.7 untuk yang ke-7; dan 10.6 untuk harmonisa ke-11. • Perlindungan (Protection): Kapasitor dilindungi oleh sekering dalam kelompok kecil untuk meminimalkan efek hembusan sekring. Seluruh filter dapat dibagi menjadi beberapa rakitan, masing-masing dilindungi oleh pemutus arus. • Pengalihan (Switching) : Filter menyediakan daya reaktif frekuensi dasar (vars). Porsi filter dapat dimatikan pada saat beban ringan untuk membatasi tegangan berlebih. • Toleransi (Tolerances) : Kapasitor dan induktor harus ditentukan sehingga kombinasi peringkat (L dan C) tidak menghasilkan resonansi pada frekuensi yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, kami tidak ingin puncak positif dalam kurva impedansi filter sesuai dengan frekuensi harmonisa. • Peringkat (Rating) : Nilai arus induktor dan nilai tegangan kapasitor harus mencakup komponen dasar dan harmonisa. • Lokasi (Location) : Filter harus ditempatkan secara elektrik dekat dengan beban nonlinier yang menghasilkan arus harmonisa. • Detuning: Perubahan impedansi sistem atau variasi komponen karena penuaan atau suhu dapat mengakibatkan detuning pada filter harmonisa.

86 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik 6.7 Filter harmonisa aktif Filter harmonisa aktif telah menjadi area penelitian yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir, karena peningkatan dalam teknologi pensakelaran dan juga karena masalah biaya yang terkait dengan komponen filter [37][38][39]. Terutama pada level daya besar, biaya komponen magnet dan kapasitif bisa jadi tinggi. Perangkat switching frekuensi tinggi, termasuk metal oxide semiconductor field effect transistor (MOSFET) dan insulated gate bipolar transistor (IGBT) telah muncul dalam beberapa tahun terakhir dengan peringkat arus dan tegangan tinggi. Perangkat ini dihidupkan dan dimatikan dengan kecepatan pengalihan yang cepat. Jadi, konverter frekuensi tinggi dapat dirancang dengan efisiensi pengiriman daya yang baik dalam penggunaannya. Filter pasif juga dapat merasakan harmonisa puncak (seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya), dan jaringan resonansi dapat menyebabkan arus dan tegangan yang besar sehingga menghasilkan komponen VAr yang tinggi. Alternatif untuk filter pasif adalah filter aktif, di mana komponen elektronika daya digunakan untuk secara aktif menyuntikkan harmonisa untuk mereduksi harmonisa dalam arus saluran. Metode ini telah digunakan di masa lalu dalam aplikasi elektronika daya rendah [40]. Diagram salah satu jenis filter harmonisa aktif ditunjukkan pada Gambar 6.20. Perhatikan bahwa beban nonlinier menarik arus harmonisa, Ih, dari sumber listrik. Kompensator aktif merasakan arus harmonisa dan menyuntikkan arus kompensasi, Ic, yang membatalkan arus harmonisa. Arus suplai bersih, Is, hanya berisi yang fundamental. Kompensator beralih pada frekuensi yang sangat tinggi dibandingkan dengan frekuensi dasar sehingga peringkat VA dari perangkat penyimpanan energi dalam kompensator dapat diminimalkan.

Bab 6 Filter Daya Harmonisa 87 Gambar 6.18: Instalasi filter harmonisa aktif khusus (typical). Keuntungan dari penggunaan filter aktif adalah : • Performa pemfilteran yang unggul: Filter aktif umumnya berada di bawah kendali mikroprosesor dan karenanya dapat disetel ke aplikasi tertentu. Filter dapat disetel di bawah kendali mikroprosesor misalnya impedansi sistem berubah. • Ukuran fisik yang lebih kecil: Kecepatan peralihan perangkat yang tinggi memungkinkan elemen penyimpanan energi (kapasitor dan induktor) memiliki bobot dan volume yang lebih kecil. • Fleksibilitas: Filter ini lebih fleksibel dalam aplikasi dibandingkan dengan filter pasif. Tentu saja, manfaat yang diklaim dari filter aktif harus dipertimbangkan dengan waktu dan biaya desain tambahan.

88 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Gambar 6.19: Sambungan seri dari filter aktif dan filter pasif shunt 6.8 Filter harmonisa hibrid Penerapan filter harmonisa termasuk elemen pasif dan aktif juga telah dibuat sebelumnya [41] yang disebut filter \"hybrid\" [42][43][44]. Dalam metode ini, pengurangan harmonisa dan kompensasi daya reaktif dibagi antara filter pasif dan filter aktif secara sederhana. (Gambar 6.21 dan Gambar 6.22). Biasanya, bagian filter aktif diberi nilai beberapa persen dari beban kVA. Gambar 6.20: Filter hibrid termasuk filter pasif dan aktif paralel

Bab 6 Filter Daya Harmonisa 89 Gambar 6.21: Filter pasif paralel dan filter aktif terhubung seri

90 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 7.1 Pendahuluan Permasalahan utama dalam kualitas daya adalah gangguan bentuk gelombang sinus dari sumber daya. Gangguan dapat disebabkan oleh harmonisa arus dan kejadian pada sumber daya pembangkit. Gangguan yang terjadi selama sepersekian detik (mili detik) hingga waktu yang lama (jam). Gangguan yang terjadi biasanya dari kesalahan pengoperasian peralatan atau dari pemadaman total. Standar yang digunakan untuk harmonisa arus terdapat di dalam standar IEEE 519. Pendahuluan Manifestasi pertama dari masalah kualitas daya adalah gangguan dalam bentuk gelombang tegangan sumber daya dari gelombang sinus, atau dalam amplitudo dari tingkat referensi yang ditetapkan, atau gangguan total. Gangguan dapat disebabkan oleh arus harmonisa atau peristiwa dalam sistem suplai. Gangguan dapat berlangsung selama sepersekian siklus (milidetik) hingga durasi yang lebih lama (detik hingga jam) dalam tegangan yang disuplai oleh sumber.

92 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik 7.2 Metode Koreksi Metode koreksi meliputi: • Desain peralatan beban • Desain sistem catu daya listrik (electric-power supply system) • Pemasangan filter power-harmonisa (power-harmonic filters) • Penggunaan kompensator tegangan dinamis (dynamic voltage compensators) • Pemasangan catu daya tak terputus (uninterruptible power supplies = UPSS) • Ketergantungan pada daya siaga, misalnya, set mesin-generator (engine-generator sets )(E/G) Peralatan beban, seperti catu daya mode sakelar dapat dirancang untuk mengurangi harmonisa arus beban, dan juga untuk mengurangi kepekaan terhadap gangguan tegangan. Sistem suplai dirancang untuk mengurangi impedansi sumber, memisahkan beban, dan untuk menghindari resonansi harmonisa. Filter harmonisa dipasang untuk memperbaiki distorsi tegangan kontinu yang dihasilkan oleh beban nonlinier dalam sistem daya, seperti pengatur kecepatan motor listrik. Metode koreksi untuk gangguan tegangan diklasifikasikan berdasarkan sumber energi yang tersimpan atau tidak, seperti baterai, flywheel, sel bahan bakar, atau alat lainnya. Kompensator tegangan mungkin memerlukan energi yang tersimpan untuk menangani penurunan tegangan dalam waktu yang lama. 7.3 Keandalan Alasan untuk mengoreksi masalah kualitas daya adalah untuk memastikan keandalan peralatan yang disuplai daya listrik dari sistem di mana masalah tersebut terjadi. Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama dan tegangan listrik yang tidak stabil, merupakan refleksi dari keandalan dan kualitas listrik yang kurang baik, di mana akibatnya dapat dirasakan secara langsung oleh pelanggan.

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 93 Sistem tenaga listrik yang andal dan energi listrik dengan kualitas yang baik atau memenuhi standar, mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat modern karena peranannya yang dominan dibidang industri, telekomunikasi, teknologi informasi, pertambangan, transportasi umum, dan lain-lain yang semuanya itu dapat beroperasi karena tersedianya energi listrik. Perusahaan – perusahaan yang bergerak diberbagai bidang sebagaimana disebutkan diatas, akan mengalami kerugian cukup besar jika terjadi pemadaman listrik tiba-tiba atau tegangan listrik yang tidak stabil, di mana aktivitasnya akan terhenti atau produk yang dihasilkannya menjadi rusak atau cacat. Negara-negara yamg memiliki sistem pembangkit, transmisi dan distribusi energi listrik dengan teknologi dan peralatan mutakhir serta manajemen yang baik seperti Amerika Serikat, Jepang, Perancis dan negara-negara maju lainnya benar-benar memberikan perhatian khusus terhadap keandalan dan kualitas listrik karena pengaruhnya yang krusial terhadap roda perekonomian. 7.4 Desain Peralatan Beban Dua faktor dalam desain peralatan beban dapat dibagi menjadi : (1) mengurangi kemungkinan peralatan itu sendiri menyebabkan masalah kualitas daya, seperti menghasilkan arus harmonisa, dan (2) mengurangi kepekaan peralatan terhadap masalah seperti penurunan tegangan dan pemadaman listrik. Penyearah enam pulsa, yang berfungsi sebagai rangkaian penyearah ASD dan UPS menghasilkan distorsi arus pada jaringan. Dua solusi dapat digunakan untuk mengatasi hal itu adalah dengan : (1) penyearah dua belas pulsa, dan (2) modulasi lebar pulsa (PWM). Rangkaian penyearah dua belas pulsa ditunjukkan pada Gambar 7.1. Dua jembatan enam pulsa disuplai dari kumparan sekunder delta dan wye dari transformator yang menyuplai daya untuk mendapatkan pergeseran fasa 30 derajat antara tegangan sumber ke jembatan penyearah.

94 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Gambar 7.1: Konverter 12 pulsa terhubung seri Gambar 7.2: Arus masukan pada setiap jembatan dan arus line pada transformator

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 95 Gambar 7.3: Penyearah modulasi lebar pulsa (PWM) Gambar 7.4: Resultan arus saluran dari penyearah modulasi lebar pulsa (PWM) Gambar 7.5: Modul penyimpanan energi yang disediakan untuk ASD selama penurunan tegangan jaringan [8.8]

96 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Sensitivitas terhadap penurunan tegangan dapat diatasi menggunakan baterai UPS. Gambar 7.5 menunjukkan contoh sumber daya tambahan ke DC Link penyearah inverter dari ASD untuk membantu menahan tegangan sag. 7.5 Desain Sistem Catu Daya Listrik Metode koreksi kualitas daya dirancang untuk mengatasi dua jenis gangguan yaitu : a. Arus harmonisa; b. Penurunan tegangan dan lonjakan tegangan. Perencanaan sistem tenaga listrik harus dapat mencegah arus harmonisa mengakibatkan kondisi berikut : a. Menaikkan tingkat arus rms pada konduktor, transformator, dan kapasitor; b. Menimbulkan resonansi yang mengakibatkan tegangan berlebih pada kapasitor dan sistem. Analisis pengaruh harmonisa dibahas dalam referensi IEEE Std. 519-1992. Ilustrasi bagaimana sistem dimodelkan ditunjukkan pada Gambar 7.6. Arus harmonisa misalnya diasumsikan berasal dari beban nonlinier konverter daya statis dan kembali lagi ke kapasitor dan sistem. Gambar 7.6: Pemodelan beban nonlinier sebagai sumber arus harmonisa menurut IEEE Std 519-1992

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 97 Untuk menghitung arus dan tegangan, sistem direduksi menjadi bentuk yang ditunjukkan pada Gambar 7.7 untuk setiap arus harmonisa ih. Misalnya, untuk nilai harmonisa kelima, reaktansi XL dan XC dihitung untuk 300 Hz. Jelas, resonansi akan terjadi ketika reaktansi induktor XL sama dengan reaktansi kapasitif XC. Rancangan sistem tenaga listrik untuk mengurangi pengaruh penurunan tegangan dan lonjakan tegangan harus mencakup langkah-langkah berikut: a. Memastikan sambungan beban impedansi rendah ke sumber daya. b. Pisahkan beban dari gangguan. c. Gunakan transformator dan ukuran konduktor yang memadai. d. Ganti kapasitor koreksi faktor daya. e. Gunakan soft motor startes. Gambar 7.7: Rangkaian ekivalen untuk menghitung pengaruh arus harmonisa ih Langkah-langkah ini tidak termasuk langkah-langkah yang dapat dilakukan peralatan untuk meminimalkan penurunan dan lonjakan yang terjadi pada tegangan sumber yang disuplai oleh sumber ke beban. 7.6 Kompensator Tegangan Dinamis Pemanfaatan Kompensator tegangan dinamis bertujuan untuk mengoreksi penurunan tegangan dengan memasukkan komponen tegangan antara sumber daya dan beban untuk mempertahankan tegangan beban yang diperlukan. Daya untuk koreksi biasanya diambil dari sumbernya, tetapi penyimpanan energi tambahan terkadang digunakan. Komponen tegangan yang dimasukkan dibentuk dalam amplitudo dan bentuk gelombang oleh pengontrol.

98 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Kompensasi biasanya dibatasi pada 12 siklus untuk penurunan tegangan sumber nol, dan 2 detik untuk penurunan tegangan sumber 50 persen. Satu konsep rangkaian ditunjukkan pada Gambar 7. 8 [45]. Karena bekerja untuk waktu yang singkat dan tidak memiliki penyimpanan energi, kompensator lebih kecil dan biaya lebih rendah daripada UPS inverter baterai. Namun, itu tidak dapat mengimbangi pemadaman jangka panjang. Gambar 7.8: Kompensator tegangan dinamis 7.7 Uninterruptible Power Supplies (UPS) Peralatan yang paling umum digunakan untuk melindungi beban kritis dari masalah kualitas daya adalah UPS inverter baterai. Konsep tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.8 [46]. Bagian dasar dari modul ini adalah baterai, inverter, dan penyearah input yang juga berfungsi sebagai pengisi daya baterai.

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 99 Gambar 7.9: Sistem kelistrikan untuk beban normal, beban kritis akan di dukung oleh baterai UPS, dan rangkaian bypass Selain itu, sakelar bypass kecepatan tinggi digabungkan untuk memberikan daya ke beban jika inverter gagal. Keluaran modul UPS tidak tergantung pada masalah kualitas daya dalam sistem suplai, dan hanya dibatasi oleh kapasitas ampere jam baterai atau set E/G. Modul UPS bertenaga baterai tersedia dalam tingkat daya 100 W hingga 500 kW. Modul ini dapat dioperasikan dalam sistem untuk rating yang lebih tinggi lagi misalnya hingga 10.000 kW.

100 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik 7.8 Transformator Transformator biasanya menerima tegangan yang disuplai dari pembangkit sebesar 13,8 kV dan mengeluarkan tegangan sampai 480 V untuk sistem tiga fasa dan untuk tegangan yang biasa digunakan pada pelanggan sebesar 480/277/120 V baik sistem satu fasa maupun tiga fasa. Transformator ini juga dapat memperbaiki masalah kualitas daya akibat arus harmonisa. Selain itu, transformator tegangan konstan yang menggunakan ferroresonant digunakan untuk mengoreksi penurunan tegangan sumber jangka pendek dan jangka panjang hingga tegangan sisa 70 persen untuk beban lokal. Transformator gardu listrik menggunakan under load tap changer untuk mengoreksi penyimpangan pada tegangan [47]. Gambar 7.10: Penyearah 12 pulsa yang disuplai oleh transformator tiga kumparan dengan kumparan sekunder terhubung delta dan wye. Aplikasi umum dari transformator adalah masukan ke penyearah 12 pulsa, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.10. Transformator terhubung wye dan delta pada kumparan sekunder untuk memasok masing-masing jembatan penyearah. Pergeseran fasa 30 derajat antara dua tegangan sekunder berfungsi untuk mereduksi harmonisa kelima dan ketujuh dari arus primer. Penggunaan transformator lainnya adalah untuk menghilangkan harmonisa, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.11. Dua belitan sekunder berbentuk zig-zag untuk memberikan 30 derajat pergeseran fasa antara tegangan saluran-ke-netral sekunder untuk dua set beban daya yang sama. Efek yang sama dapat dicapai dengan belitan sekunder delta wye dengan setengah beban beroperasi pada 120 V dan setengahnya pada 277 V, fase tunggal. Contoh ketiga adalah Transformator pentanahan yang ditunjukkan pada Gambar 7.12 [48], yang

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 101 terletak dekat dengan kumpulan beban fasa tunggal yang menghasilkan arus harmonisa 3d. Arus harmonisa ketiga dicegah untuk berjalan kembali ke sumber di konduktor netral. Gambar 7.11: Reduksi harmonisa untuk dua beban yang sama menggunakan transformator dengan kumparan sekunder zig-zag 15 derajat. Gambar 7.12: Pentanahan harmonisa ketiga transformator.

102 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Transformator tegangan konstan (CVT) menggunakan transformator reaktansi bocor dengan inti magnet jenuh dan kapasitor untuk mendapatkan tegangan keluaran yang relatif konstan dalam menghadapi penurunan tegangan masukan hingga tegangan tersisa 70 persen pada beban penuh dan hingga 30 persen pada beban 25 persen. Kurva karakteristik untuk waktu dalam siklus dan persen beban ditunjukkan pada Gambar 7.13 [49]. Respons terjadi dalam setengah siklus dan tidak dibatasi waktu. Transformator relatif besar dan berat, biasanya dua kali ukuran transformator fase tunggal biasa dengan peringkat kVA yang sama. Mereka dibangun hingga 100 kVA satu fase dan dapat diikat untuk operasi tiga fase. Rangkaian untuk CVT ditunjukkan pada Gambar 7.15, dan rangkaian ekuivalen tampak pada Gambar 7.15 [50]. Pada dasarnya, ketika tegangan masukan V0 menurun, saturasi inti berkurang, arus Im berkurang, dan arus bersih (Ic Im) meningkat melalui reaktansi seri, menyebabkan tegangan keluaran Vm naik. Kenaikan tersebut mengkompensasi penurunan V0. Struktur transformator reaktansi kebocoran ditunjukkan pada Gambar 7.16. Gambar 7.13: Proteksi kontrol proses single loop dengan dan tanpa transformator ferroresonant terhadap penurunan tegangan

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 103 Gambar 7.14: Tegangan minimum yang diatur versus persen pembebanan Gambar 7.15: Skema diagram transformator ferroresonant tegangan-konstan 7.9 Sistem Daya Standby UPS bertenaga baterai hanya dapat menyalurkan daya ke beban kritisnya selama waktu pengosongan ampere-jam baterai. Permasalahannya terdapat pada biaya dan ruangan tempat menyimpan baterai. Untuk dapat menyalurkan daya UPS memerukan waktu 3 sampai 10 menit. Untuk waktu pengoperasian yang lebih lama tanpa daya listrik, UPS membutuhkan generator mesin

104 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik standby untuk memasok daya dan mengisi ulang baterai. Diagram ekivalen pengoperasian seperti ditunjukkan pada Gambar 7. 16. Gambar 7.16: Rangkaian ekivalen pengoperasian transformator ferroresonant Gambar 7.17: Karakteristik reaktor shunt pada saat pengoperasian transformator ferroresonant

Bab 7 Metode Koreksi Masalah Kualitas Daya 105 Gambar 7.18: Diagram fasor untuk tegangan saluran tinggi dan rendah pengoperasian transformator ferroresonant Untuk sistem yang besar membutuhkan catu daya terus menerus dari UPS agar pusat data menjadi aman. Selain daya listrik untuk beban kritis, seperti komputer, pusat-pusat ini membutuhkan daya untuk mendukung fungsi seperti AC, penerangan, pertukaran panas, menghidupkan fasilitas lainnya, serta pemeliharaan. Pusat juga harus dirancang sehingga peralatan dapat dipertahankan atau diganti tanpa mengganggu pasokan daya ke beban kritis.

106 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Gambar 7.19: Konstruksi inti transformator reaktansi-kebocoran: (a) shunt batang; (b) inti X; (c) inti kebocoran tunggal; dan (d) inti bocor ganda. Gambar 7.20: Sistem standby dengan mesin generator dan sakelar transfer

Daftar Pustaka [1] M. H. J. Bollen, Understanding power quality problems : voltage sags and interruptions. New York : IEEE Press, 1999. [2] T. Larsson, Voltage source converters for mitigation of flicker caused by arc furnaces, PhD thesis, Royal Institute of Technology, Department of Electric Power Engineering, Stockholm, Sweden, 1998. [3] P. M. Anderson and R. G. Farmer, Series compensation of power systems, Section 7.3, Lamp Flicker, PBLSHI, Encinitas, CA, 1996. [4] G. T. Heydt, Electric power quality, West LaFayette, In: Stars in a Circle, 1991. Only obtainable from Stars in a circle publications, 2932 SR 26W, West LaFayette, IN, 47906. [5] J. Arrillaga, D. Bradley, and P. S. Bodger, Power System Harmonics, London: John Wiley and Sons, Ltd., 1985. [6] J. Arrillaga, B. C. Smith, N. R. Watson, and A. R. Wood, Power System Harmonic Analysis, Chichester: John Wiley and Sons, Ltd., 1997. [7] J. G. Kappenman and V. D. Albertson, Bracing for the geomagnetic storms, IEEE Spectrum, vol. 27, no. 3, March 1990, pp. 27-33. [8] European standard EN-50160, Voltage characteristics of electricity supplied by public distribution systems, CENELEC, Brussels, Belgium, 1994. [9] A. Larsson, M. Lundmark, and J. Hagelberg, Increased pollution in the protective earth, European Conf. on Power Electronics and Applications, Trondheim, Norway, September 8-10, 1997.

108 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik [10] IEEE, “IEEE Recommended Practices and Requirements for Harmonic Control in Electrical Power Systems,” IEEE Std. 519- 1992, revision of IEEE Std. 519-1981. [11] IEEE, “IEEE Recommended Practice for Monitoring Electric Power Quality,” IEEE Std. 1159-1995. [12] American National Standards Institute, “American National Standard Voltage Ratings (60Hz) for Electric Power Systems and Equipment,” ANSI Std. C84.1-1989. [13] IEEE, “IEEE Guide for Service to Equipment Sensitive to Momentary Voltage Disturbances,” IEEE Std. 1250–1995. [14] G. Lee, M. Albu, and G. Heydt, “A Power Quality Index Based on Equipment Sensitivity, Cost, and Network Vulnerability,” IEEE Transactions on Power Delivery, vol 19, no 3, July 2004, pp. 1504–1510. [15] IEEE, “IEEE Recommended Practice for Evaluating Electric Power System Compatibility with Electronic Process Equipment,” IEEE Std. 1346-1998. [16] ITIC curve is published by the Information Technology Industry Council, 1250 Eye St. NW, Suite 200, Washington D.C., 20005, or available on the Web at www.itic.com. [17] S. Djokic, G. Vanalme, J. V. Milanovic, and K. Stockman, “Sensitivity of Personal Computers to Voltage Sags and Short Interruptions,” IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 20, no. 1, January 2005, pp. 375–383. [18] Power Integrations, Inc., “Techniques for EMI and Safety,” Application Note AN-15, June 1996; available from the Web: www.powerint.com. [19] Code of Federal Regulations, Title 47, Part 15, Subpart J, “Computing Devices”. [20] CISPR, Publication 22, “Limits and Methods of Measurements of Radio Interference Characteristics of Information Technology Equipment,” 1985.

Daftar Pustaka 109 [21] European Standard EN55022, “Limits and Methods of Measurement of Radio Interference Characteristics of Information Technology Equipment,” CENELEC, 1994. [22] R. Calcavecchio, “Development of CISPR 22 and Second Edition,” IEE Colloquium on Development of EMC Standards for Information Technology Equipment, March 25, 1992, pp. 2/1–2/8. [23] T. Curatolo and S. Cogger, “Enhancing a Power Supply to Ensure EMI Compliance,” EDN, February 17, 2005, pp. 67–74. [24] V. K. Dhar, “Conducted EMI Analysis—A Case Study,” Proceedings of the International Conference on Electromagnetic Interference and Compatibility ‘99, December 6–8, 1999, pp. 181–186. [25] J. Fourier, The Analytical Theory of Heat (translated by A. Freeman). New York: Dover Publications, Inc., 1955. First published as Théorie Analytique de la Chaleur, by Firmin Didot, Paris, 1822. [26] M. Mardiguian, M., EMI Troubleshooting Techniques, McGraw- Hill, 1999. [27] National Semiconductor, application note AN-990. [28] R. W. Erickson and D. Maksimovic, Fundamentals of Power Electronics, 2nd ed, Springer, 2001. [29] K. J. Cornick and H. Q. Li, “Power Quality and Voltage Dips: Problems, Requirements, Responsibilities,” Proceedings of the 5th International Conference on Advances in Power System Control, Operation, and Management, APSCOM 2000, Hong Kong, October 2000, pp. 149–156. [30] IEEE, “IEEE Recommended Practice for Emergency and Standby Power Systems for Industrial and Commercial Applications,” IEEE Std. 446-1995 (The Orange Book). [31] C.-S. Wang and M. J. Devaney, “Incandescent Lamp Flicker Mitigation and Measurement,” IEEE Transactions on

110 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Instrumentation and Measurement, vol. 53, no. 4, August 2004, pp. 1028–1034. [32] IEEE, “IEEE Recommended Practices and Requirements for Harmonic Control in Electrical Power Systems,” IEEE Std. 519- 1992, revision of IEEE Std. 519-1981. [33] J. K. Phipps, “A Transfer Function Approach to Harmonic Filter Design,” IEEE Industry Applications Magazine, March/April 1997, pp. 68–82. [34] J. C. Das, “Passive Filters—Potentialities and Limitations,” IEEE Transactions on Industry Applications, vol. 40, no. 1, January/February, 2004, pp. 232–241. [35] M. McGranaghan and D. Mueller, “Designing Harmonic Filters for AdjustableSpeed Drives to Comply with IEEE-519 Harmonic Limits,” IEEE Transactions on Industry Applications, vol. 35, no. 2, March/April 1999, pp. 312–318. [36] D. A. Gonzales and J. C. McCall, “Design of Filters to Reduce Harmonic Distortion in Industrial Power Systems,” Conference Record, IEEE-IAS-1985 Annual Meeting, pp. 361–370. [37] H. Akagi, “Active Harmonic Filters,” Proceedings of the IEEE, vol. 93, no. 12, December 2005, pp. 2128–2141. [38] Schneider Electric, Inc., “Proper Use of Active Harmonic Filters to Benefit Pulp and Paper Mills.” Available from the Web at http://ecatalog.squared.com/pubs/Power%20Management/Power %20Quality%20Correction%20Equipment/Accusine%20PCS/5 820DB0502.pdf. [39] F. Z. Peng, “Application Issues of Active Power Filters,” IEEE Industry Applications Magazine, September/October 1998, pp. 21–30. [40] L. LaWhite and M. F. Schlecht, “Design of Active Ripple Filters in the 1-10 MHz Range,” IEEE Transactions on Power Electronics, vol. 3, no. 3, July 1988, pp. 310–317. [41] Z. Chen, F. Blaabjerg, and J. K. Pedersen, “A Study of Parallel Operations of Active and Passive Filters,” 2002 Power

Daftar Pustaka 111 Electronics Specialists Conference (PESC ‘2002), June 23–27, 2002, pp. 1021–1026. [42] D. Rivas, L. Moran, J. Dixon, and J. Espinoza, “Improving Passive Filter Compensation Performance with Active Techniques,” IEEE Transactions on Industrial Electronics, vol. 50, no. 1, February 2003, pp. 161–170. [43] H. Fujita and H. Akagi, “A Practical Approach to Harmonic Compensation in Power Systems—Series Connection of Passive and Active Filters,” IEEE Transactions on Industry Applications, vol. 27, no. 6, November/December 1991, pp. 1020–1025. [44] S. Bhattacharya, P. Cheng, and D. Divan, “Hybrid Solutions for Improving Passive Filter Performance in High Power Applications,” IEEE Transactions on Industry Applications, vol. 33, no. 3, May/June 1997, pp. 732–747. [45] T. Jimichi, H. Fujita, and H. Akagi, “Design and Experimentation of a Dynamic Voltage Restorer Capable of Significantly Reducing an Energy-Storage Element,” Conference Record, 2005 Fortieth IAS Annual Meeting, pp. 896–903. [46] A. Kusko, Emergency Standby Power Systems, McGraw-Hill, New York, 1989. [47] J. G. Boudrias, “Harmonic Mitigation, Power Factor Connection, and Energy. Saving with Proper Transformers and Phase Shifting Techniques,” Power Quality Conference, ‘04, Chicago, IL. [48] L. F. Blume, G. Camilli, A. Boyajian, and V. M. Montsinger, Transformer Engineering, John Wiley, 1938. [49] R. C. Dugan, M. F. McGranaghan, S. Santosa, and H. W. Beaty, Electrical Power Systems Quality, 2nd edition, McGraw-Hill, 2002. [50] A. Kusko and T. Wrobleski, Computer-Aided Design of Magnetic Circuits, The M.I.T. Press, 1969.

112 Kualitas Daya Pada Sistem Tenaga Listrik


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook