Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG BERPACARAN DAN TIDAK BERPACARAN

PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG BERPACARAN DAN TIDAK BERPACARAN

Published by Aurelia Callista, 2021-12-18 09:58:23

Description: 1081-2574-1-SM (3)

Search

Read the Text Version

Jurnal DIVERSITA PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG BERPACARAN DAN TIDAK BERPACARAN Salamiah Sari Dewi1) dan Laili Alfita2) 1) Fakultas psikologi Uiversitas Medan Area 2) Fakultas psikologi Universitas Medan area ABSTRACT This study aims to determine the difference of academic procrastination between students who are dating and students who are not dating. The samples were students of Psychology at the University of Medan Area totaling 1395 students. Measuring instruments used are academic procrastination scale consisting of 36 items (r_tt = 0,929). In an effort to know the condition of Academic Procrastination, it is necessary to compare between the mean / average value empirically with mean / average value of the hypothetical with regard to the number SB or SD of the variables being measured. SB or SD variable values Academic Procrastination totaling 22.609; Dating Academic Procrastination of 20.040; No Dating Academic Procrastination of 16.604. It states that students who are dating have academic procrastination higher than students who are not dating have. Data analysis using techniques Anava 1 Line. Based on data analysis, found that the hypothesis proposed in this study received. This is attested to see the value or coefficient differences Anava coefficient F = 69.029 with p = 0.000, <0.010; Based on these results, so hypothesis reads that Academic Procrastination is has difference in terms of students who are dating and students who are not dating. Keywords: academic procrastination, dating, no dating ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang berpacaran dengen mahasiswa yang tidak berpacaran. Sampel penelitian adalah mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area yang berjumlah 1395 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah skala prokrastinasi akademik yang terdiri dari 36 item ( = 0,929). Dalam upaya mengetahui kondisi Prokrastinasi Akademik, maka perlu dibandingkan antara mean/nilai rata-rata empirik dengan mean/nilai rata-rata hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SB atau SD dari variabel yang sedang diukur. Nilai SB atau SD variable Prokrastinasi Akademik secara total sebesar 22.609; Prokrastinasi Akademik Berpacaran sebesar 20,040; Prokrastinasi Akademik Tidak berpacaran sebesar 16,604. Hal ini menyatakan bahwa mahasiswa berpacaran menyebabkan prokrastinasi akademik lebih tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bepacaran. Analisis data menggunakan teknik Anava 1 Jalur. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini di buktikan dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan Anava dengan koefisien F = 69.029 dengan p = 0.000, < 0,010; Berdasarkan hasil ini berarti hipotesis yang diajukan berbunyi ada perbedaan Prokrastinasi Akademik ditinjau dari mahasiswa yang berpacaran dengan yang tidak berpacaran. Kata kunci: prokrastinasi akademik, berpacaran dan tidak berpacaran 7

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 prokrastinator karena prokrastinasi tidak PENDAHULUAN membeda-bedakan ras, kepercayaan, jenis A. Latar Belakang Masalah kelamin ataupun suku bangsa. Pendidikan dan pengetahuan Pada kenyataannya seseorang yang merupakan modal yang harus dimiliki, Sebagai peserta didik, mahasiswa melakukan prokrastinasi dipengaruhi oleh diharapkan dapat menyelesaikan tugas- tugas kuliah yang merupakan kewajiban beberapa faktor. Salah satu faktornya yang harus dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai yang baik. adalah faktor internal yaitu kondisi Dalam mengerjakan tugas di kampus, mahasiswa diharapkan memiliki waktu dan psikologis individu (Ferrari Johnson & perencanaan yang baik. Adapun perenca- naan ini sering terganggu dan dipengaruhi McCown, dalam Putri, 2010), seperti oleh beberapa sebab seperti kesulitan dalam mengatur waktu. perasaan atau kebahagiaan individu. King Dalam pelaksanaan tugas tersebut dan Christensen (dalam Putri, 2010) banyak terjadi hambatan yang disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah menemukan bahwa pasangan-pasangan bentuk perilaku prokrastinasi. Secara khusus, prokrastinasi yang terjadi pada kekasih akan mengembangkan hubungan area akademik disebut sebagai prokrastinasi akademik. Prokrastinasi mereka sejalan dengan keurutan langkah akademik banyak dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa, (Fibrianti, dalam Ursia yang dapat diramalkan sebelumnya, yaitu dkk, 2013). Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diingin- kearah keterikatan yang semakin kuat. kan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku penundaannya tersebut dapat Jika dikaitkan dengan kegiatan menghasilkan dampak buruk (Steel, dalam Ursia dkk, 2013). belajar, mahasiswa akan berusaha untuk Persentase mahasiswa yang mendekati pada hal-hal yang lebih menunda-nunda dan tertahan di perkuliahan dengan alasan akamedis menyenangkan, seperti yang diungkapkan ternyata cukup tinggi. Jumlah tersebut semakin meningkat seiring dengan oleh (Clark dan Collin dalam Putri, 2010) semakin lama seseorang mahasiswa berada di perguruan tinggi. Setiap tahun jumlah bahwa orang yang sedang dilanda cinta ma hasiswa yang melakukan prokrastinasi dalam satu angkatan terus semakin akan tertuju dengan orang yang dicintainya meningkat seiring dengan bertambah lamanya masa studi. Secara teoritis dan hanya dapat sedikit memikirkan hal bertambah lamanya masa studi merupakan salah satu indikasi dari prokrastinasi dalam lainnya. Seperti halnya mahasiswa yang dunia akademik (Solomon dan Rothblum, dalam Ahmaini, 2010). melakukan penundaan pada tugas-tugas Prokrastinasi identik dengan bentuk kuliahnya. kemalasan dan keterlambatan, setiap orang baik tua maupun muda dan juga seorang Seseorang dapat mengetahui bahwa pengangguran juga dapat menjadi kedekatan yang dilakukan dengan lawan 8 jenisnya dapat bersifat positif karena terdorongnya keinginan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Mereka dapat memanfaat waktu bersama-sama secara baik dan benar. Oleh karena itu berpacaran bukanlah suatu hal yang salah apabila dapat menjalankan suatu hubungan itu dengan benar dan bisa membuat menjadi semakin lebih baik lagi. Ada pula orang yang tidak berpacaran juga melakukan prokrastinasi akademik dengan alasannya masing- masing, tergantung dari apa yang membuat mereka melakukan prokrastinasi tersebut. B. Identifikasi Masalah Penelitian ini untuk melihat perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang berpacaran dengan

Jurnal DIVERSITA mahasiswa yang tidak berpacaran dan LANDASAN TEORI untuk melihat apakah mahasiswa yang berpacaran lebih prokrastinator daripada A. Mahasiswa mahasiswa yang tidak berpacaran. 1. Pengertian Mahasiswa C. Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian yang telah Mahasiswa atau peserta didik adalah dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan mereka yang terdaftar dan sedang untuk mengetahui adakah perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa mengikuti program pendidikan formal di yang berpacaran dan mahasiswa yang tidak berpacaran. perguruan tinggi baik negeri maupun D. Rumusan Masalah swasta. Adapun program pendidikan Berdasarkan latar belakang formal yang diikuti mahasiswa itu penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam merupakan kesatuan rencana belajar penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara sebagai pedoman penyelenggaraan mahasiswa yang berpacaran dengan mahasiswa yang tidak berpacaran”. pendidikan akademik dan profesional yang E. Manfaat Penelitian diselenggarakan atas dasar suatu 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat kurikulum yang ditujukan agar mahasiswa memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dapat menguasai pengetahuan, dalam bidang psikologi yang terkait dengan psikologi pendidikan agar keterampilan dan sikap sesuai dengan mahasiswa dapat mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik sarana kurikulum (Choiruddin, dalam pada mahasiswa yang sedang berpacaran dan yang tidak Arfianto, 2006). berpacaran. 2. Manfaat Praktis Dalam pembagian usia menurut Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat pendapat Hurlock (1996), rentangan usia dijadikan masukan bagi para mahasiswa agar dapat melakukan remaja antara 13-21 tahun, yang dibagi hal-hal positif dalam berpacaran dan dijadikan sebagai suatu gambaran pula dalam masa remaja awal usia 13 atau untuk lebih memahami tentang pengaruh berpacaran. Bagi para 14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang akhir 17 tahun sampai 21 tahun. Istilah pengaruh dari perilaku berpacaran di kalangan peserta didiknya. sebagai masa dewasa awal digunakan oleh Haditono, dkk (1992) sebagai sebutan bagi para remaja yang memasuki pendidikan lanjut di perguruan tinggi. Para mahasiswa mulai terdorong untuk mewujudkan dirinya sebagai orang yang telah memasuki masa pubertas fisik dan kedewasaan yuridis sosial. Haditono, dkk, (1992) menyatakan bahwa masa pemuda sebagai masa peralihan dari masa remaja ke masa dewasa penuh ditandai dengan tercapainya kematangan seksual, kemantapan penalaran dan kemampuan kognisi yang sempurna. B. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Basco (2010) seorang psikolog klinis yang ahli dibidang perilaku kognitif mengatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang mengizinkan seseorang memiliki sedikit kegembiraan, kesenangan atau kebebasan dari tekanan. Sesuatu yang 9

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 prokrastinasi tidak hanya sebagai prilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi menyingkirkan hal-hal yang tidak disukai merupakan suatu trait yang melibatkan dan menggantinya dengan hal-hal yang komponen-komponen prilaku maupun lebih menyenangkan. Prokrastinasi struktur mental lain yang saling terkait, merupakan bagian dari zona nyaman yang dapat diketahui secara langsung seseorang, dimana seseorang tersebut maupun tidak langsung. merasa selalu dalam kondisi yang paling menyenangkan dan merupakan wilayah Faroug (2010) berpendapat yang dikenal baik dan diketahui cara untuk prokrastinasi merupakan ketidakmampuan melakukannya dan bukan merupakan untuk menggunakan waktu secara efektif kondisi yang menantang ataupun yang mengakibatkan seseorang suka mengancam. menunda-nunda pekerjaannya, suka bermalas-malasan, dan memboroskan Selanjutnya menurut Millgram waktu untuk hal-hal yang tidak penting. (dalam Ghufron, 2003) prokrastinasi Akan tetapi prokrastinasi paling sering adalah suatu prilaku spesifik yang dilakukan karena seseorang memiliki sikap meliputi: (1) suatu perilaku yang perfeksionis yaitu keinginan untuk melibatkan unsur penundaan, baik untuk melakukan segala sesuatu dengan memulai ataupun menyelesaikan suatu sempurna yang membuatnya sulit untuk tugas atau aktivitas, (2) menghasilkan memutuskan atau bertindak dengan segera. akibat-akibat lain yang lebih jauh misalnya, keterlambatan menyelesaikan Selain itu Basco (2010) juga tugas maupun kegagalan dalam menyatakan prokrastinasi merupakan cara mengerjakan tugas, (3) melibatkan suatu lain dalam menghadapi kenyataan yang tugas yang dipersepsikan oleh pelaku merupakan tempat menyenangkan dan prokrastinasi sebagai suatu tugas yang diizinkan untuk menyakini untuk penting untuk dikerjakan, misalnya tugas sementara bahwa kita tidak memiliki kantor, tugas sekolah, maupun tugas rumah sesuatu yang harus dikerjakan. Segala tangga, (4) menghasilkan keadaan tugas atau pekerjaan dibuang jauh-jauh emosional yang tidak menyenangkan, dari pikiran sehingga untuk sementara misalnya perasaan cemas, perasaan waktu seseorang tersebut merasa daftar bersalah, marah panik dan sebagainya. pekerjaannya tidak pernah ada. Prokrastinasi juga merupakan perilaku Ghufron (dalam Mayasari dkk, 2010) yang membuat seseorang merasa berani menyimpulkan bahwa pengertian membenarkan untuk tidak bertindak, tidak prokrastinasi dapat dipandang dari aktif, ragu-ragu, dan menghindar. berbagai batasan tertentu yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku Dari beberapa definisi di atas dapat penundaan, yaitu bahwa setiap perbuatan ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi untuk menunda dalam mengerjakan suatu merupakan suatu penundaan kerja hingga tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa hari berikutnya karena adanya kegiatan mempersalahkan tujuan serta alasan lain yang dilakukan dengan sengaja oleh penundaan yang dilakukan, (2) prokrastinator. prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang 2. Tipe-Tipe Prokrastinator mengarah kepada trait, penundaan yang Menurut Basco (2010) ada enam tipe dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam prokrastinator, yaitu: menghadapi tugas, biasanya disertai oleh a. Para penghindar, yaitu orang yang keyakinan-keyakinan yang irrasional, (3) melakukan prokrastinasi untuk prokrastinasi sebagai suatu trait mengatasi tekanan dan ketidakse- kepribadian, dalam pengertian ini 10

nangan dengan menangguhkan Jurnal DIVERSITA tugas selama mungkin. b. Para prokrastinator yang tidak 3. Faktor-faktor yang Mempenga- dapat mengatur pekerjaannya, ruhi Prokrastinasi yaitu orang-orang yang meremeh- Menurut Burka dan Yuen (1983) kan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan terbentuknya tingkah laku prokrastinasi memperkirakan waktu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: tersedia secara berlebihan, mereka kecemasan terhadap evaluasi yang akan kesulitan mengatur prioritas, diberikan, kesulitan dalam mengambil ketika mereka memiliki terlalu keputusan, pemberontakan terhadap banyak tugas yang harus kontrol dari figur otoritas, kurangnya diselesaikan. tuntutan dari tugas, standar yang terlalu c. Prokrastinator yang meragukan tinggi mengenai kemampuan individu. diri sendiri, yaitu mereka yang ragu-ragu untuk melakukan Bernard (dalam Catrunada, 2008), sesuatu karena kurangnya yang mengungkapkan tentang sepuluh kepercayaan diri atas kemampuan wilayah magnetis yang menjadi faktor- mereka dan mereka takut akan faktor dilakukannya prokrastinasi: membuat kesalahan ataupun kegagalan. a. Anxiety d. Prokrastinator tipe antarpribadi, Anxiety dapat diartikan sebagai yaitu orang yang sengaja kecemasan. Kecemasan pada melakukan prokrastinasi sebagai akhirnya menjadi kekuatan magnetik cara untuk menegaskan sesuatu. yang berlawanan dimana tugas-tugas e. Prokrastinator semua atau tidak yang diharapkan dapat diselesaikan sama sekali, yaitu mereka yang berinteraksi dengan kecemasan yang mengambil terlalu banyak tinggi, sehingga seseorang cenderung pekerjaan dan bekerja dengan menunda tugas tersebut. kecepatan penuh sampai kehabis- an tenaga, seperti pekerja yang b. Self-Depreciation lupa diri yang mencoba untuk Dapat diartikan sebagai pencelaan melakukan segala sesuatu sampai diri sendiri. Seseorang memilki mereka kewalahan dan akhirnya penghargaan yang rendah atas menghentikan semuanya. dirinya sendiri dan selalu siap untuk f. Prokrastinator pencari kesenang- menyalakan dirinya sendiri ketika an, yaitu para prokrastinator yang terjadi kesalahan dan juga merasa memilih untuk melakukan hal tidak percaya diri untuk mendapat yang menyenangkan bagi dirinya masa depan yang cerah. sendiri dari pada menyelesaikan tugasnya meskipun ia mengetahui c. Low Discomfort Tolerance bahwa ia memiliki batasan waktu Dapat diartikan sebagai rendahnya dan mulai kehabisan waktu. toleransi terhadap ketidaknyamanan. Mereka yang termaksud dalam Adanya kesulitan pada tugas yang tipe ini kadang-kadang menyebut dikerjakan membuat seseorang dirinya pemalas atau tidak mengalami kesulitan untuk termotivasi. menoleransi rasa frustrasi dan kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-tugas yang mengurangi ketidaknyamanan dalam diri mereka. d. Pleasure-Seeking Dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat 11

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan nyaman tersebut. Jika seseorang tentang bagaimana harus memulai mimiliki kecenderungan tinggi dalam dan menyelesaikan pekerjaan mencari situasi yang nyaman, maka tersebut. orang tersebut akan memiliki hasrat h. Lack of Assertion yang kuat untuk bersenang-senang Dapat diartikan sebagai kurangnya dan memiliki kontrol implus yang memberikan pernyataan yang tegas. rendah. Contohnya adalah seseorang yang e. Time Disorganization mengalami kesulitan untuk berkata Dapat diartikan sebagai tidak tidak terhadap permintaan yang teraturnya waktu. Mengatur waktu ditujukan kepadanya. Banyak hal berarti bisa mempekirakan dengan yang harus dikerjakan karena telah baik berapa lama seseorang dijadwalkan terlebih dahulu. Hal ini membutuhkan waktu untuk bisa terjadi karena mereka kurang menyelesaikan pekerjaan tersebut. memberikan kehormatan atas semua Aspek lain dari lemahnya pengaturan komitmen dan tanggung jawab yang waktu adalah sulitnya seseorang dimiliki. memutuskan pekerjaan penting dan i. Hostility with Others kurang penting untuk dikerjakan hari Dapat diartikan sebagai permusuhan ini. Semua pekerjaan terlihat sangat terhadap orang lain. Kemarahan terus penting sehingga muncul kesulitan menerus dapat menimbulkan dendam untuk menentukan apa yang sikap bermusuhan sehingga bisa dikerjakan terlebih dahulu. menuju sikap menolak atau f. Environmental Disorganization. menentang apapun yang dikatakan Dapat diartikan sebagai berantakan orang tersebut. atau tidak teraturnya lingkungan. j. Stress and Fatigue Salah satu faktor prokrastinasi adalah Dapat diartikan sebagai rasa tertekan penyataan bahwa lingkungannya dan kelelahan. Stres adalah hasil dari berantakan atau tidak teratur dengan sejumlah intensitas tuntutan negatif baik hal itu terjadi kemungkinan dalam hidup yang digabung dalam karena kesalahan individu tersebut. gaya hidup dan kemampuan Tidak teraturnya lingkungan bisa mengatasi masalah pada diri dalam bentuk interupsi dari orang individu. Semakin banyak tuntutan lain, kurangnya privasi, kertas yang dan semakin lemah sikap seseorang bertebaran dimana-mana, dan alat- dalam memecahkan masalah, dan alat yang dibutuhkan dalam gaya hidup yang kurang baik, pekerjaan tersebut tidak tersedia. semakin tinggi stress seseorang. Adanya begitu banyak gangguan pada areal pekerjaan menyulitkan 4. Jenis-jenis Tugas pada Prokrasti- seseorang untuk berkonsentrasi nasi sehingga pekerjaan tersebut tidak Prokrastinasi dapat dilakukan pada bisa diselesaikan tepat pada waktunya. beberapa jenis pekerjaan. Peterson (dalam g. Poor Task Approach Ghufron, 2003) mengatakan bahwa Dapat diartikan sebagai pendekatan seseorang dapat melakukan prokrastinasi yang lemah terhadap tugas. Jika hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada akhirnya seseorang merasa siap semua hal, sedangkan jenis-jenis tugas untuk bekerja, kemungkinan dia akan yang sering ditunda oleh prokrastinator meletakkan kembali pekerjaan yaitu pada tugas pembuat keputusan, tersebut karena tidak tahu dari mana 12

tugas-tugas rumah tangga, aktivitas Jurnal DIVERSITA akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Prokrastinasi akademik dan non-akademik Dapat disimpulkan enam area sering menjadi istilah yang digunakan oleh akademik untuk melihat jenis-jenis tugas para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasikan oleh di atas. mahasiswa yaitu tugas mengarang, tugas belajar, tugas membaca, kinerja tugas Menurut (Ferrari, dalam Ghufron, administratif, menghadiri pertemuan, dan 2003) prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan dalam kinerja akademik secara penundaan yang dilakukan pada jenis tugas keseluruhan. formal yang berhubungan dengan jenis akademik, misalnya tugas sekolah. Menurut (Ferrari, dalam Husetiya, Prokrastinasi non-akademik adalah 2010), membagi prokrastinasi menjadi dua penundaan yang dilakukan pada jenis tugas jenis prokrastinasi berdasarkan manfaat non-formal atau tugas yang berhubungan dan tujuan melakukannya yaitu: dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas a. Functional Procrastination kantor dan lain sebagainya. Solomon dan Yaitu penundaan mengerjakan tugas Rothblum (dalam Ghufron, 2003) yang bertujuan untuk memperoleh menyebutkan enam area akademik untuk informasi lengkap dan akurat. melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasikan, yaitu diantaranya: b. Dysfunctional Procrastination Yaitu penundaan yang tidak a. Tugas mengarang, meliputi bertujuan, berakibat buruk dan penundaan pelaksanaan kewajiban menimbulkan masalah. atau tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas Dysfunctional procrastination ini mengarang lainnya. dibagi lagi menjadi dua hal berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan: b. Tugas belajar, meliputi saat menghadapi ujian mencakup 1) Decisional procrastination penundaan belajar untuk menghadapi Menurut Janis & Mann (Ghufron, ujian misalnya UTS dan UAS. 2003), bentuk prokrastinasi yang merupakan suatu penghambat c. Tugas membaca meliputi adanya kognitif dalam menunda untuk penundaan untuk membaca buku mulai melakukan suatu pekerjaan atau referensi yang berkaitan dengan dalam menghadapi situasi yang tugas akademik yang diwajibkan. dipersepsikan penuh stress. Menurut Ferrari (Ghufron 2003), d. Kinerja tugas administratif, seperti prokrastinasi dilakukan sebagai suatu menyalin catatan, mendaftarkan diri bentuk coping yang ditawarkan dalam presensi kehadiran, dan juga untuk menyesuaikan diri dalam mendaftar sebagai peserta praktikum pembuatan keputusan pada situasi dan sebagainya. yang dipersepsikan penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat e. Menghadiri pertemuan, yaitu kegagalan dalam identifikasi tugas, penundaan maupun keterlambatan yang kemudian menimbulkan konflik dalam menghadiri pelajaran, dalam diri individu, sehingga praktikum dan pertemuan lainnya. akhirnya seseorang menunda untuk memutuskan sesuatu. Decisional f. Penundaan dalam kinerja akademik procrastination berhubungan dengan secara keseluruhan, yaitu menunda kelupaan atau kegagalan proses mengerjakan atau menyelesaikan kognitif, akan tetapi tidak berkaitan tugas akademik secara keseluruhan. dengan kurangnya tingkat inteligensi seseorang. 13

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 2) Behavioral atau avoidance Kadang-kadang tindakan tersebut procrastination mengakibatkan seseorang tidak Menurut Ferrari (Ghufron, 2003), berhasil menyelesaikan tugasnya penundaan dilakukan dengan suatu secara memadai. Kelambanan, dalam cara untuk menghindari tugas yang arti lambannya kerja seseorang dirasa tidak menyenangkan dan sulit dalam mengerjakan suatu tugas dapat untuk dilakukan. Prokrastinasi menjadi ciri yang utama dalam dilakukan untuk menghindari prokrastinasi akademik. kegagalan dalam menyelesaikan c. Kesenjangan waktu antara rencana pekerjaan, yang akan mendatangkan dan kinerja aktual. Seorang nilai negatif dalam dirinya atau prokrastinator mempunyai kesulitan mengancam self esteem nya sehingga untuk melakukan sesuatu sesuai seseorang menunda untuk melakukan dengan batas waktu yang telah sesuatu yang nyata yang ditentukan sebelumnya. Seorang berhubungan dengan tugasnya. prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi 5. Ciri-ciri Prokrastinasi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang Ferrari (dalam Nabyte, 2010) telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk menyatakan bahwa sebagai suatu prilaku, mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri akan prokrastinasi akademis termanifestasikan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan dalam indikator tertentu yang dapat apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambat- diamati sebagai ciri-ciri prokrastinasi an maupun kejanggalan untuk menyelesaikan tugas secara akademis yang berupa: memadai. d. Melakukan aktivitas lain yang a. Penundaan untuk memulai maupun dianggap lebih menyenangkan melakukan tugas yang harus menyelesaikan kerja pada tugas yang dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera dihadapi. Seseorang yang melakukan melakukan tugasnya akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki prokrastinasi tahu bahwa tugas yang untuk lakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan dihadapinya harus segera mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku diselesaikan dan berguna bagi cerita lainnya), nonton, mengobrol, jalan-jalan, mendengarkan musik, dirinya, akan tetapi dia menunda- dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk nunda untuk memulai mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. mengerjakannya atau menunda- nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. 14

Jurnal DIVERSITA 6. Teori Perkembangan Prokrasti- lingkungan tertentu, kondisi yang nasi menimbulkan stimulus tertentu bisa Ada beberapa teori perkembangan menjadi reinforcement bagi prokrastinasi yang tercantum dalam munculnya perilaku prokrastinasi. Ghufron (2003) yaitu: Kondisi yang lenient atau rendah a. Psikodinamik. Penganut psiko- dalam pengawasan akan mendorong dinamiK beranggapan bahwa seseorang untuk melakukan pengalaman masa kanak-kanak akan prokrastinasi akademik, karena tidak mempengaruhi perkembangan proses adanya pengawasan akan dorongan kognitif seseorang ketika dewasa, seseorang untuk berprilaku tidak terutama trauma. Seseorang yang tepat waktu (Dosset, ddk, Bijou, dkk, pernah mengalami trauma akan tugas dalam Ghufron, 2003). tertentu, misalnya gagal dalam c. Cognitive dan Behavioral-cognitive. menyelesaikan tugas sekolah, akan Ellis dan Knaus (dalam Ghufron, cenderung melakukan prokrastinasi 2003) memberikan penjelasan ketika seorang tersebut dihadapkan tentang prokrastinasi dari sudut lagi pada tugas yang sama. Seorang pandang kognitif-behavioral. tersebut akan teringat pada Prokrastinasi terjadi karena adanya pengalaman kegagalan maupun keyakinan irrasional yang dimiliki perasaan tidak menyenangkan yang seseorang. Keyakinan irrasional pernah dialami seperti masa lalu, tersebut dapat disebabkan oleh suatu sehingga seseorang menunda kesalahan dalam mempersepsikan mengerjakan tugasnya, yang tugas, seseorang memandang tugas dipersepsikan akan mendatangkan sebagai suatu yang berat dan tidak perasaan seperti waktu lalu (Ferrari menyenangkan (aversiveness of the dkk, dalam Ghufron, 2003). task dan fear of failure) (Burka dan b. Behavioristic. Penganut psikologi Yuen, Solomon dan Rothblum, behavioristik beranggapan bahwa, dalam Ghufron, 2003) Fear of the perilaku prokrastinasi muncul akibat failure adalah ketakutan yang proses pembelajaran, seseorang berlebihan untuk gagal, seseorang melakukan prokrastinasi karena dia yang menunda-nunda mengerjakan pernah mendapatkan reinforcement tugas karena takut jika gagal atas perilaku tersebut. Seseorang menyelesaikannya hingga datang yang pernah merasakan sukses dalam penilaian yang negatif akan melakukan tugas dengan melakukan kemampuannya. Akibatnya penundaan cenderung akan seseorang menunda-nunda tugas mengulangi lagi perbuatannya. yang dihadapinya. Sukses yang pernah dirasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi C. Berpacaran 1. Pengertian Berpacaran perilaku yang sama dimana akan Pacaran adalah sebagai masa datang (Bijou, dkk, dalam Ghufron, pendekatan antara individu dari kedua lawan jenis yaitu ditandai dengan saling 2003) adanya objek lain yang mengenal pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. memberi reward lebih Bila berlanjut masa pacaran dianggap sebagai masa persiapan individu untuk menyenangkan dari pada objek yang dapat memasuki ke masa pertunangan ataupun pernikahan (Shinta, 2010). diprokrastinasi (McCown dan Jhonson, dalam Ghufron, 2003) dapat memunculkan perilaku prokrastinasi. Perilaku prokrastinasi juga bisa muncul pada kondisi 15

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 berpacaran selalu merasa rindu akan kehadiran orang yang dicintai. Menurut komponen cinta dari b. Pacaran sebagai Sumber Status dan Triangular Love Theory yang Prestasi dikemukakan oleh Sternberg (dalam Mempunyai seorang pacar berarti Santrock,2002) ketertarikan antara remaja diri seseorang telah berhasil yang berpacaran dipengaruhi oleh dua menjalani hubungan intensif komponen yaitu keintiman (intimacy) sehingga tercipta hubungan yang merupakan elemen emosi seperti perasaan akrab. Seorang pacar dianggap lebih ingin selalu dekat, ingin selalu dari sekedar teman atau sahabat berhubungan, membentuk ikatan dengan karena untuk memperoleh seorang kepercayaan dan keinginan untuk pacar seseorang harus berupaya memberikan perhatian kepada orang yang mengenal pribadi secara mendalam dicintainya sedangkan, gairah (passion) yang ditandai dengan unsur saling adalah elemen motivasional yang didasari percaya, menghargai dan menerima oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat antara satu dan lainnya. Mereka yang seksual. Dengan hadirnya dua komponen telah memiliki seorang pacar akan ini, maka disebutlah sebagai cinta yang memperoleh pengakuan sosial dalam romantis (romantic love) seperti yang lingkungan. Dalam pergaulan sosial dialami para pasangan yang berpacaran ia akan dikenal atau popular pada umumnya. dibandingkan dengan seseorang yang belum mempunyai pacar. Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang c. Pacaran sebagai Proses Sosial dimiliki individu ketika melihat seseorang Dalam masa pacaran seorang lainnya (biasanya dari jenis kelamin yang individu akan dapat bergaul untuk berbeda) yang menarik perhatiannya belajar mengenal, menyerap nilai- (Shinta, 2010) jatuh cinta merupakan nilai, norma, etika sosial dari proses positif yang berenergi yang kelompok sosial lainnya sehingga menyebabkan perubahan fisiologis dan diharapkan ia akan dapat berperilaku psikologis. Aaron (dalam Shinta, 2010) sesuai dengan norma lainnya. menunjukkan pengaruh cinta yang positif d. Pacaran Melibatkan Kemampuan pada konsep diri seseorang. Dengan kata untuk Bergaul Secara Intim, Akrab, lain jatuh cinta dapat membantu Terbuka dan Bersedia Untuk mengembangkan kepercayaan diri dan Melayani yang Berbeda Jenis meningkatkan kepribadian seseorang. Jelas Kelamin. sekali jatuh cinta merupakan hal yang Dalam masa pacaran individu positif yang akan dialami oleh setiap dituntut untuk dapat memperhatikan orang. kebutuhan orang yang dicantainya, sebab mencintai berarti memberikan 2. Fungsi Berpacaran perhatian kepada orang lain karena Menurut Paul & White (dalam orang tersebut sudah sepantasnya untuk ditolong, dibantu, dihargai, Shantrock, 2002) menyatakan ada delapan dijaga lebih dari sekedar orang lain fungsi pacaran yaitu: atau teman. Dengan demikian untuk mewujudkan cintanya terhadap a. Pacaran sebagai Rekreasi seseorang yang akan dicintainya Kehadiran orang yang dicintai akan dengan kesadaran pribadi seorang dapat membangkitkan semangat individu biasanya rela berkorban hidup, sebaliknya ketidakhadiran orang yang dicintai cenderung membuat seorang individu tidak bergairah atau tidak bersemangat. Itulah sebabnya seorang yang sedang 16

Jurnal DIVERSITA baik waktu, tenaga, maupun biaya h. Pacaran sebagai Masa Pemilihan Calon Pasangan Hidup untuk orang yang dicintainya. Masa pacaran ini berfungsi sebagai masa pencarian, pemilihan dan e. Pacaran sebagai Penyesuaian penentuan calon teman hidup untuk persiapan dalam pernikahan guna Normatif membangun rumah tangga baru. Dengan berpacaran seseorang dapat Artinya masa ini akan dipandang mengenal kelebihan dan kelemahan dari pasangannya, sehingga ketika sebagai persiapan untuk menguji mereka menghadapi sebuah permasalahan mereka dapat mencari kemampuan menyalurkan kebutuhan jalan keluar bersama-sama tanpa memaksakan kehendak secara egois. seksual secara normatif, terhormat dan sesuai dengan norma masyarakat. Dalam hal ini menurut psikoanalisis Sigmund Freud (dalam Shinta, 2010) pacaran merupakan awal sublimasi dari penyaluran secara normatif melalui kehidupan bersosialisasi antara individu yang berbeda jenis kelamin. 3. Karakteristik Berpacaran f. Pacaran sebagai Masa Sharing, Murstein (dalam Watson, 2004) Mengekspresikan Perasaan, Pikiran mengatakan bahwa pada saat seorang atau Pengalaman individu menjalin hubungan pacaran, Masa pacaran ini akan memberikan mereka akan menunjukkan beberapa kesempatan bagi individu agar dapat tingkah laku seperti: berperan sebagai teman untuk a. Memikirkan sang kekasih. Dalam berinteraksi maupun berbagi setiap kondisi bahkan waktu, setiap pengalaman, perasaan, pemikiran individu yang berpacaran akan kepada lawan jenisnya (pacar). memikirkan orang yang paling dekat g. Pacaran sebagai Masa dengan diri secara personal. Pengembangan Aktivitas Keintiman akan mempengaruhi Masa pacaran memberi pengalaman imajinasi atau gambaran di pikiran. penting yang dapat berpengaruh pada Semakin dekat seseorang, maka pembentukan dan pengembangan pikiran akan orang itu semakin kuat identitas diri seorang individu. dan semakin sering. Dalam masa pacaran seorang remaja b. Menginginkan untuk sebanyak dapat memisahkan antara pribadi mungkin menghabiskan waktu dengan identitas yang berasal dari dengan kekasih. Keinginan untuk kehidupan di dalam keluarganya. selalu bersama dengan kekasih akan Seseorang dilatih untuk bersikap mempengaruhi keseharian individu mandiri dan dewasa dalam yang berpacaran. Keintiman menghadapi permasalahan di dalam seseorang akan membuat seseorang berpacaran. Dengan keberhasilan berusaha untuk selalu dekat secara dalam menyelesaikan masalah, maka fisik (Jarak personal). seseorang akan semakin mantap c. Sering menjadi tidak realistis dalam menjalani masa terhadap penilaian mengenai kekasih berpacarannya. Begitu sebaliknya, kita. Keintiman atau semakin dekat seseorang yang tidak berhasil dalam jarak personal, semakin membuat menyelesaikan suatu masalah maka seseorang melakukan penilaian yang cenderung menimbulkan perasaan bias atau subjektif yang cenderung ragu-ragu, tidak percaya diri, pesimis tidak realistis. Terdapat keterkaitan untuk melanjutkan hubungannya. emosi membuat pemikiran kritis/ kognisi seringkali terhambat. 17

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 Menurut Bowman & Spanier (1978) pasangan yang lain. Tahap perkembangan hubungan ini terjadi hubungan pacaran, mereka akan ketika seorang atau kedua pasangan berharap bahwa mereka akan saling menunjukkan beberapa tingkah laku melihat satu sama lain lebih sering dibanding yang lain. Jika hubungan seperti: ini dapat memenuhi kebutuhan pasangannya, hubungan ini akan a. Pacaran terkadang memunculkan meningkat secara eksklusif (terpisah dari yang lain). banyak harapan dan pikiran-pikiran c. Steady Dating Tahap ini adalah fase yang serius dan ideal tentang diri pasangannya. lebih kuat dari fase dating regularly. Pasangan dalam tahap ini biasa b. Dalam pacaran baik pria maupun memberikan beberapa simbol nyata sebagai bentuk komitmen mereka wanita berusaha untuk selalu terhadap pasangannya. Mahasiswa pria bisa memberikan pasangannya menampilkan perilaku yang terbaik berupa pin persaudaraan, kalung, sebagai wujud keseriusan mereka di hadapan pasangannya. dalam hubungan tersebut. d. Engagement (Tunangan) Peneliti menyimpulkan dari dua teori Tahap pengakuan kepada publik diatas bahwa karakteristik berpacaran bahwa pasangan ini berencana untuk adalah sebagai berikut: menikah. a. Selalu memikirkan sang kekasih Berdasarkan pada uraian di atas, b. Menghabiskan waktu dengan kekasih maka dapat diambil kesimpulan bahwa c. Sering menjadi tidak realistis tahapan berpacaran memiliki empat tahap yaitu Casual Dating, Regular Dating, terhadap penilaian mengenai kekasih Steady Dating, Engagement (Tunangan). kita d. Dalam pacaran baik pria maupun 5. Pengaruh Pacaran wanita berusaha untuk selalu Seperti yang telah dinyatakan oleh menampilkan perilaku yang terbaik di hadapan pasangannya. Rubin (dalam Shinta, 2010) bahwa cinta dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa 4. Tahapan Berpacaran dan bertingkah laku. Pengaruh cinta Terdapat tahap-tahap pacaran memiliki dampak positif maupun negatif. Pengaruh tersebut berdampak antara lain sebelum sampai memasuki jenjang sebagai berikut (dalam Aden , 2010): pernikahan. Tahap-tahap pacaran ini merupakan tahap yang dilalui bagi a. Motivasi Belajar seseorang yang menjalani masa pacaran. Pacaran bisa meningkatkan atau Menurut Duvall & Miller (1985) ada menurunkan motivasi belajar beberapa tingkatan dalam pacaran, adalah seseorang. Prestasi meningkat sebagai berikut: biasanya karena semangat belajar yang naik akibat adanya pacar yang a. Casual Dating senantiasa memberikan dorongan Tahap ini biasanya dimulai dengan dan perhatian atau karena ingin “pacaran keliling” pada orang muda. membuktikan kepada orangtua Orang dalam tahap ini biasanya berpacaran dengan beberapa orang dalam satu waktu. b. Regular Dating Ketika seseorang untuk alasan yang bermacam-macam memilih sebagai pasangan yang lebih disukai, kemungkinan besar hubungan itu akan menetap. Pasangan pada tahap ini seringkali pergi bersama dengan pasangannya dan mengurangi atau menghentikan hubungan dengan 18

meskipun kita berpacaran tetapi Jurnal DIVERSITA prestasi belajar kita tidak terganggu. 19 b. Pergaulan Sosial Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan sosial sekitar bisa menjadi meluas atau menyempit. Pergaulan akan menyempit apabila kita menghabiskan waktu hanya berdua saja tidak bergaul lagi dengan teman lainnya. Semakin lama biasanya kita menjadi semakin bergantung kepada pacar kita atau sebaliknya dan tidak memiliki pilihan interaksi sosial yang lainnya. Hubungan dengan keluarga pun biasanya menjadi renggang karena waktu luang lebih banyak dihabiskan dengan pacar. c. Dapat Menimbulkan Stres Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang semula diduga karena memang terdapat perbedaan karakteristik, latar belakang, serta perbedaan keinginan dan kebutuhan. Hal itu menyebabkan banyak sekali terjadi permasalahan dalam hubungan. Biasanya hal itu akan menguras energi dan emosi serta menimbulkan stres sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. d. Berkembang Perilaku Baru Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif atau sebaliknya muncul perilaku negatif. Pacaran bisa membantu seseorang mengembangkan prilaku yang positif kalau interaksi yang terbentuk bersifat positif, sedangkan interaksi yang kurang mendukung tentu saja lebih memungkinkan terbentuknya perilaku yang negatif dalam kegiatan berpacaran. Misalnya berpacaran dengan orang yang pintar bernyanyi, maka bukan tidak mungkin akan tertular walau hanya sedikit, atau itu bisa menjadi kegiatan atau hobi baru. Begitu pula pada kelakuan yang negatif.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook