BULETIN 085659051253 (Opah Syarifah) 089623361255 (Resiana) 082130747008 (Siti Sunduz)
BULETIN SALAM REDAKSI! REDAKTUR BULETIN ASWA Assalamu’alaikum wr..wb.. Salam mahasiswa! Penanggung Jawab Puji redaksi panjatkan kehadirat Allah yang Dr. Nizar Alam Hamdani, M.M., MT., Maha suci, serta Syukur redaksi panjatkan M.Si. kehadirat Allah yang Maha Ghofur atas berkat rahmat dan hidayah-Nya Buletin Aswa dapat Redaktur Utama hadir kembali ditangan pembaca. Pada buletin Yudi Setiadi, S.Pd. Aswa kali ini redaksi mengangkat tema “Mengenal Lebih Dekat Desa Karangsari”. Redaktur Pelaksana Meskipun banyak aktivitas dan kegiatan, hal Ijang Ikbal Nawawi tersebut tidaklah mempengaruhi tekad kita untuk ikut berkontribusi dalam kemajuan Editor kampus dan memberikan prestasi bagi kampus Opah Syarifah IPI Garut. Resiana Siti Sunduz Segenap redaksi mohon maaf apabila terdapat kekurangan mengenai isi redaksi karena redaksi Reporter selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Ai Siti Nuraeni hasil yang berkualitas. Amelia Ainur Nisa Afria Nur Azizah Wallahul muwafiq ilaa aqwa mithariq Wassalamua’alaikum wr...wb Desain Grafik & Layout Ahmad Sopian Street A0d8d5r6es5s9, 0C5it1y2, 5S3T (ZOIPpaChoSdeyarifah) Restia Ayu Servia Andini 089623361255 (Resiana) Kamaludin 082130747008 (Siti Sunduz) Percetakan Dear Recipient Name, Mulya Windhi Rohmah Wati Laila Liriza Almatsani
Keluarga Angkatan XI LPM IPI Garut
Konten Masalah Pendidikan di desa Karangsari (1) Karangtaruna di desa Karangsari (4) Usaha Borondong di Desa Karangsari (6) Kecerdasan Spatial (9) Rindu (12) Catatan Harian Kecilku (13)
Sabtu, 21 Desember 2019 14.30 WIB MASALAH PENDIDIKAN DI DESA KARANG SARI GARUT Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan sangat berperan penting bagi masyarakat khususnya di RT 03, Desa Karangsari. Sebenarnya, masyarakat sekitar sangat memprioritaskan pendidikan. Namun, karena keterbatasan ekonomi, mereka hanya mampu membiayai pendidikan anak sampai jenjang SMP/Tsanawiyah. Di Desa Karangsari, tepatnya di RT 02 terdapat fasilitas pendidikan yang cukup memadai untuk menunjang pendidikan. Dengan fasilitas tersebut, masyarakat di sana berminat untuk menyekolahkan anak- anaknya. 1
Tokoh penggerak berdirinya jenjang pendidikan di Desa Karangsari khususnya jenjang SMP/Tsanawiyah adalah keluarga Al-Ghoniyyah. Kepala sekolah yang sekarang menjabat adalah Ibu Elis Siti Hajar. Perkembangan pendidikan di Desa Karangsari sudah mulai membaik, meskipun jenjang Aliyah belum ada dan hanya terdapat jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, dan Tsanawiyah/SMP. Kemunculan jenjang pendidikan SD sudah berdiri sejak lama. Sedangkan untuk TK berdiri sejak tahun 2010, yang digunakan oleh masyarakat Karangsari dan masyarakat yang berada di luar daerah tersebut. Mereka memilih Desa Karangsari untuk mendidik anaknya karena desa ini menjadi pusat pendidikan yang dipercayai masyarakat sekitar, sehingga mengalami perkembangan, dan hal ini yang menjadi keunggulan bagi Desa Karangsari, karena partisipasi masyarakat sangat membantu kinerja sekolah untuk mencapai tingkat kesejahteraan. Desa Karangsari memiliki 12 RT dan RW yang mana satu dusun mencakup 4 RW. Setiap RT memiliki keunggulan tersendiri yang menjadi ciri khas dari RT/RW tersebut diantaranya RW/RT 02 bergerak di bidang pendidikan (sekolah), RT/RW 09 bergerak dalam bidang 2
keagamaan yang ditandai dengan berdirinya pesantren, serta RT/RW 03 yang bergerak di bidang pertanian. “Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, masyarakat Desa Karangsari sudah mengalami kesejahteraan terutama dalam pemanfaatan teknologi. Misalnya, dengan diberikannya fasilitas Wi-Fi oleh pemerintah desa yang memberikan kemudahan bagi masyarakat sekitar untuk mengakses informasi dengan cepat. Masyarakat Desa Karangsari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama, dibuktikan dengan berdirinya pesantren serta sekolah Tsanawiyyah yang berbasis islam (Religius)’’. Ungkap Bapak Agus Mulyana (41) selaku Ketua RT 03 Desa Karangsari (22/12). 3
Sabtu, 21 Desember 2019 14:40 WIB KARANG TARUNA DI DESA KARANGSARI, LEUWIGOONG, KABUPATEN GARUT Di rumah kang Andria (foto: dokumentasi wawancara) Garut- Karang taruna adalah wadah pengembangan generasi muda dan keputusan yang tumbuh atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat, khususnya generasi muda di wilayah desa atau kelurahan yang bergerak terutama di bidang kesejahteraan sosial (AD KTI, Pasal 4). 4
Salah satu daerah yang terdapat organisasi karang taruna adalah Desa Karangsari. Desa ini terletak di Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. Karang taruna di Desa Karangsari berdiri sejak tahun 1989 namun, karena kurangnya minat para pemuda sehingga organisasi ini sempat mengalami kevakuman. Sehingga pada tahun 2014 muncul inisiatif dari para pemuda untuk menggerakan kembali karang taruna dengan cara dikumpulkannya seluruh pemuda di desa untuk membahas hal tersebut. Sebenarnya, hal yang melatarbelakangi bergeraknya kembali karang taruna di desa ini adalah banyaknya permasalahan yang terjadi di kalangan pemuda seperti pengangguran serta kurangnya partisipasi mereka dalam memajukan desa. Akhirnya, pada tahun 2014 karang taruna berhasil digerakkan kembali oleh Bapak Ende dan Bapak Dedi Gunawan, sedangkan pada saat ini yang menjadi ketua dan wakil ketua karang taruna di Desa Karangsari adalah Kang Heri dan kang Eman. Menurut Andria Yana Permana selaku mantan anggota karang taruna menyatakan bahwa tujuan utama dibentuknya organisasi ini adalah agar pemuda yang belum memiliki pekerjaan dapat membantu kemajuan desa serta membuka peluang kerja dengan berwirausaha. Selain itu, juga untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dan lingkungan seperti bakti sosial, galang dana, gotong royong dan lain sebagainya. 5
21 Desember 2019 14.30 WIB USAHA KELUARGA BORONDONG DESA KARANGSARI, KECAMATAN LEUWIGOONG, GARUT Borondong merupakan salah satu makanan khas daerah yang diproduksi di desa Karangsari, Kecamatan Leuwigoong. Produk ini berbahan dasar dari ketan, gula aren, dan kelapa. Makanan khas daerah ini sering ditemukan pada saat acara-acara tertentu seperti pernikahan, hajatan, hari raya, dan lain sebagainya. Masyarakat yang memproduksi borondong di daerah ini hanya dua keluarga diantaranya keluarga ibu Eti dan keluarga bapak Ateng. Bisnis usaha ini merupakan usaha keluarga yang dijalankan bersama. Selain menjual produk borondong, ibu Eti juga menjual wajit dan ladu. Namun untuk ladu tidak begitu banyak diproduksi karena kurang diminati konsumen, sehingga ibu Eti lebih memfokuskan untuk memproduksi borondong dan wajit. 6
Bisnis usaha keluarga ibu Eti sudah berjalan sejak tahun 1982, yakni sekitar 37 tahun. Bahan dasar produk ini dapat ditemukan dari masyarakat sekitar yang sengaja menawarkan pada bu Eti. Dengan usia beliau yang sudah menginjak usia 62 tahun, beliau masih tetap semangat menjalankan usahanya. Sebelum beliau memfokuskan diri dalam usaha borondongnya, dahulu beliau juga menekuni bidang pertanian. Namun sekarang beliau menyerahkan pengelolaan dan pengurusan pertanian kepada buruh. Dalam satu kali penjualan, beliau mendapatkan laba sekitar Rp 300.000,-. Namun, pada hari- hari tertentu seperti hari raya, hajatan, dan lain sebagainya pendapatan Ibu Eti bisa mencapai Rp 700.000,-. Dengan pendapatan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sistem penjualan yang dilakukan ibu Eti adalah menyediakan beberapa produk persediaan barang dagangan dan menerima pesanan. Sebelumnya ibu Eti pernah memasok produknya ke supermarket namun hanya berjalan beberapa saat karena pihak supermarket tidak mau lagi berjualan dengan alasan 7
merasa tersaingi. Adapun harga yang ditawarkan perbungkusnya sebesar Rp 15.000,-. Dari segi ukuran, borondong memiliki ukuran variatif. Dalam setiap bungkusnya berisi 10 buah dengan diameter kurang lebih 6 cm. Selain itu, dalam acara hajatan borondong sering dipesan dengan ukuran yang agak lebih besar kurang lebih 18 cm. Berbicara dalam pengembangan usaha kedepannya, pada saat ini ibu Eti belum begitu memikirkannya karena melihat anak-anak ibu Eti yang kurang berminat dalam meneruskan usaha keluarganya. Beliau juga memaklumi apa yang menjadi keluhan anak-anaknya karena proses pembuatan borondong sendiri bukanlah hal yang mudah, dimulai dari tahap pengayakan beras ketan kemudian tahap penggorengan tanpa minyak atau menyangrai. Kemudian beras ketan yang telah disangrai akan ditambahkan gula aren sampai tercampur merata. Kemudian bahan tersebut akan dicetak berbentuk lingkaran secara manual. Setelah itu, borondong dimasukan ke dalam kemasan dan siap untuk dipasarkan. 8
KECERDASAN SPATIAL Saya orang yang senang dengan keheningan karena lebih mudah mendapatkan ide dan berimajinasi. Saya akan berusaha menjauh dari pertikaian yang akan mengganggu ketenangan dan memilih mengalah ketika terjadi perbedaan. Di siang hari yang terik oleh sinar matahari dengan keadaan kelas yang ricuh karena pembelajaran telah selesai membuat mahasiswa berhamburan ke luar kelas. Salah satu dari mahasiswa tersebut adalah Andi. Ia merupakan mahasiswa berprestasi sekaligus aktivis kampus yang aktif dalam berbagai kegiatan, baik itu di dalam kampus atau pun di luar. Ketika ia berjalan di area kampus, terlihat beberapa mahasiswa yang kurang memerhatikan kecerdasan spatial sehingga mengganggu ketertiban dan kenyamanan yang terdapat di kampus. Beberapa contohnya seperti duduk di tangga, makan sambil berjalan, parkir yang tidak sesuai, merokok di lingkungan kampus, dan membuang sampah sembarangan. Ia pun mengingatkan mereka untuk tidak melakukan hal tersebut. “Maaf kak, tangga bukan diperuntukkan untuk tempat duduk dan kampus bukan tempat yang layak untuk merokok.” Bicara Andi dengan nada yang lembut. 9
“Siapa yang melarang hal tersebut? Terserahlah mau dipake duduk atau bukan, karena kami juga bayar ke kampus.” Jawab mereka sambil meledek. “Bukan begitu kak, tapi tangga tidak selayaknya dijadikan tempat duduk karena akan menghalangi orang lain yang sedang berjalan.” Sanggah Andi pada mereka. “Alah… sok banget jadi orang, mentang-mentang akitivis kampus.” Sambil berdiri dan meninggalkan Andi. Setelah kejadian tersebut, ia merasa perlu adanya evaluasi dan menentukan metode yang tepat untuk menyadarkan seluruh masyarakat di sekitar kampus tentang penggunaan fasilitas yang ada harus sesuai dengan fungsinya. Andi pun membahas masalah tersebut dengan teman di organisasinya yakni Agus dan Resa serta bagaimana solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. “Ketika keluar kelas tadi, saya bertemu beberapa orang yang duduk di tangga, ketika saya memberitahu mereka bahwa hal tersebut tidaklah benar, mereka malah melawan.” “Benarkah, siapa saja mereka?” Agus dan Resa berbicara berbarengan. “Saya tidak bisa memberitahukan hal tersebut namun yang harus dipikirkan bagaimana cara penyelesaian dari masalah ini, karena dikhawatirkan akan semakin banyak mahasiswa yang melanggar.” Andi berbicara sambil mengisyaratkan dengan tangan. 10
“Menurut pendapat saya, bagaimana jika kita membuat poster atau pamflet untuk menginformasikan tentang aturan tata tertib di kampus?” Usulan dari Resa. “Tapi hal tersebut agaknya kurang efektif, menurut saya perlu adanya sanksi yang tegas untuk membuat jera para pelanggar.” Ujar Agus. “Kalau begitu, bagaimana jika kita membuat poster atau pamflet sebagai bahan informasi kepada seluruh mahasiswa serta mencantumkan sanksi yang akan didapat oleh seseorang jika melanggar hal tersebut?” Simpulan dari Andi. “Bagus, saya setuju dengan hal tersebut.” Jawab Resa. “Saya juga setuju.” Tambah Agus. Setelah melakukan diskusi, mereka mencapai kesepakatan agar semua masyarakat yang ada di kampus dapat mentaati aturan terutama dalam penggunaan fasilitas agar dipakai sesuai dengan peruntukannya. Tips And Trik Menghadapi Presentasi 1. Menguasai materi 2. Percaya diri 3. Tampilan power point yang menarik 4. Menggunakan Bahasa sederhana ketika penyampaian materi 5. Berusaha meningkatkan public speaking 11
Nama RINDU Asal Daerah : Ai Siti Nuraeni : Garut Sayang… Bagaimana kabarmu Aku masih menunggu hadirmu Setiap malam kutunggu hadirmu Hanya bisa menunggu Sayang… Tahukah dirimu Ku mencoba tak mengeluh Walau perasaan ku tergerung Ku tetap menunggu Rasanya sampai hanyut tubuhku Dalam palung tak berujung Sayang… Bayangmu hadir dalam mimpiku Tak pernah lusuh, namun tak dapat ku sentuh Apakah hatimu tak luluh Dengan jiwaku yang semakin rapuh Karena ketidakhadiranmu Sayang… Kumohon pulanglah padaku Dengan tangan ini kan ku peluk dirimu Sembari ku bisikan di telinga kecilmu Bahwa ku rindu padam 12
Catatan Harian Kecilku (Karang Sari 20-22) Karya : E.Gilang Lugina Sang surya telah menampakan sinarnya di ufuk timur Menyambutkan dengan ramahnya Kerling suara burung khas pagi Muncul aroma khas alam pedesaan Siang pun semakin terik dalam panasnya langit yang kian tak bertuan Membawa angin segar dari hijau nya alam pegunungan Suara kereta api yang lalu lalang seakan menambah suasana Di gubuk kecil pinggiran dusun Karang Sari Yang penuh dengan kenangan buat kami yang kasmaran Senja pun sudah menampakan dirinya Cahaya langit jingga di ufuk barat Dan kawanan burung yang hendak pulang ke utara Menambah indahnya langit karang sari sore itu. Tapi.. Semesta meminta ku untuk pamit dari kedamaian ini Permadani merah telah menyambutku untuk kembali pulang Keharibaan,tempat kami dulu bersemayam Aku tak bisa menolak itu. Sang saka telah menjemputku dari gemerlap dunia yang fana ini. (Karang Sari Desember 2019) 13
14
Search
Read the Text Version
- 1 - 18
Pages: