Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Modul Sosiolinguistik

Modul Sosiolinguistik

Published by Laily Nurlina, 2021-11-08 14:02:28

Description: Modul Sosiolinguistik

Keywords: sosiolinguistik,bahasa indonesia,budaya

Search

Read the Text Version

SOSIOLINGUISTIK

MODUL SOSIOLINGUISTIK Disusun oleh: Laily Nurlina, S.Pd, M.Pd – 0631037501 Lay out oleh : Wildan Adi Saputra, S.Pd. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020 i

PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan curahan hidayah dan kemudahanNya sehingga selesai sudah ikhtiar menyusun modul Sosiolinguistik untuk mahasiswa PBSI Semester 3 Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini. Modul ini disusun untuk memudahkan dosen mengajar melalui tatap muka maupun daring sehingga mencapai tujuan perkuliahan yang ditargetkan. Bagi mahasiswa, modul ini dapat memudahkan mereka belajar secara mandiri karena dilengkapi dengan instruksi-unstruksi yang mudah dan jelas dilaksanakan. Modul ini terdiri dari 9 bab yang diawali dengan pendahuluan untuk memudahkan mahasiswa belajar mandiri. Setiap bab terdiri dari 7 sub bagian yaitu pendahuluan (latar belakang), petunjuk penggunaan modul, materi, rangkuman, penugasan dan daftar Pustaka. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu selesainya modul ini terkhusus pada Wildan Adi Saputra, S.Pd. yang telah membuat sampul indahnya. Akhir kata, semoga modul ini bermanfaat dan menjadi amal jariah bagi penyusun, penyunting dan pembuat lay out. Semoga Allah swt meridhoi upaya yang kita lakukan, amin ya robbal alamin. Purwokerto, September 2020 Penyusun, Laily Nurlina ii

iii

DAFTAR ISI Halaman Sampul……………………………………………………………. i Prakata Penulis……………………………………………………. ii Kata Pengantar Pimpinan Fakultas……………………………….. iii Daftar Isi…………………………………………………………… iv Pendahuluan……………………………………………………….. 1 Bab I 3 Bahasa……………………………………………………………… Bab II 8 Pengertian Sosiolinguistik………………………………………… Bab III 14 Komunikasi………………………………………………………… Bab IV 20 Kesadaran Bahasa……………………………….............................. . Bab V 24 Bahasa dan Masyarakat …………………………………………….. Bab VI 19 Peristiwa Tutur dan Tidak Tutur………………………………………… Bab VII 35 Variasi Bahasa………………………………………………………. Bab VIII 45 Alih Kode dan Campur Kode……………………………………….. Bab IX Artikel bertema Sosiolinguistik ………………………………………. 48 iv

PENDAHULUAN 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Setelah mengikuti mata kuliah Sosiolinguistik ini mahasiswa memiliki pengetahuan tentang hal ikhwal Sosiolinguistik dan mempraktikan dalam penelitian sederhana. 2. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas teori mendasar mengenai Sosiolingustik, komunikasi bahasa, bahasa dan masyarakat, peristiwa tutur dan tindak tutur, pelbagai variasi bahasa dan jenis bahasa dan masih banyak lagi. Materi dalam bidang praktis meliputi cara berkomunikasi yang baik dan benar sesuai konteks dan meneliti sederhana. 3. Waktu Perkuliahan Setiap hari Kamis pukul 08.40 – 10.20 WIB dan pukul 10.20 – 12.00 WIB untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester 3. 4. Prasyarat Mahasiswa telah mengambil mata kuliah Pengantar Linguistik. 5. Petunjuk Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari 12 (dua belas) materi pembelajaran yang dirancang dalam bab-bab. Pada setiap bab, Anda dapat melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Membaca materi pokok untuk memahami materi; b. Melakukan kegiatan individu maupun kelompok sesuai kebutuhan untuk saling memberikan pemahaman; c. Mengerjakan soal-soal yang ada di bagian penugasan untuk mengukur pemahaman tentang materi pada bab tersebut. Modul Daring Sosiolinguistik 1

6. Tujuan Akhir (Capaian Pembelajaran) A. Sikap: ST6. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; ST9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri B. Keterampilan umum: KU1. Mampu menerapkan pemikiran logis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya. C. Keterampilan khusus: KK5. Mampu mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia untuk membangun masyarakat Indonesia sebagai masyarakat utama yang berdaya saing global. D. Pengetahuan: KP2. Menguasai konsep dan teori dalam sosiolinguistik, yang mendukung pembelajaran pendidikan bahasa dan sastra Indonesia setelah menjadi tenaga pengajar atau pendidikan Modul Daring Sosiolinguistik 2

BAB I BAHASA 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang : a. Definisi bahasa b. Hakikat bahasa c. Kajian bahasa 2. Materi a. Definisi Bahasa Bahasa adalah lambang bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993:21). Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Lyons (dalam Pateda dan Yenni, 1993:4), bahwa bahasa adalah most of theme hare taken the views that languages are system of symbols, designed, as it were, for the purpose of communications. Berdasarkan pendapat Lyons, dapat dikatakan bahwa bahasa harus bersistem, berwujud simbol yang kita lihat dan kita dengar dalam lambang, serta bahsa digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. b. Hakikat Bahasa Bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan. Dengan demikian bahasa merupakan hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia. Reching Koen (dalam Pateda dan Yenni, 1993:5) menyatakan, bahwa hakikat bahasa bersifat (a) mengganti, (b) individual, (c) kooperatif, dan (d) sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat menggantikan peristiwa/kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh individu/kelompok. Dengan bahasa, seorang individu/kelompok dapat meminta individu/kelompok lain untuk melakukan suatu pekerjaan. Kalimat yang diucapkan oleh seorang individu kepada individu lain bersifat individual. Modul Daring Sosiolinguistik 3

Setelah sebuah kalimat lahir dan didengar oleh individu lain, lalu individu tersebut akan melakukan pekerjaan yang diminta. Kesediaan seorang individu dalam melakukan pekerjaan itu tentu karena adanya kerjasama antar individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa kooperatif. Disamping bahasa bersifat kooperatif, bahasa juga digunakan sebagai alat komunikasi. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut adalah faktor sosial dan faktor situasional. Setelah empat hakikat bahasa tersebut, Chaer (1999:33) mengatakan, bahwa hakikat bahasa itu ada 12 butir. Kedua belas butir hakikat bahasa itu adalah sebagai berikut. 1) Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem maksudnya bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. 2) Bahasa berwujud lambang melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. 3) Bahasa berwujud bunyi, berisi lambang-lambang bunyi atau lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. 4) Bahasa bersifat arbiter, artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. 5) Bahasa bermakna. 6) Bahasa bersifat konvensional artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Seseorang tidak dapat mengganti lambang untuk sesuatu semaunya saja. 7) Bahasa bersifat unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain. 8) Bahasa bersifat universal artinya memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa. 9) Bahasa bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hamper tidak terbatas. 10) Bahasa bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Modul Daring Sosiolinguistik 4

11) Bahasa bervariasi (beragam), artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang social dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, maupun leksikon. 12) Bahasa adalah manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Dari dua belas butir hakikat bahasa tersebut, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hal paling penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal paling pentingdilakukan oleh manusia karena secara langsung akan melestarikan dan menginventariskan baha sa tersebut. Dengan mempelajari dan melakukan pengkajian terhadap bahasa, akan menghindari manusia dari kepunahan bahasa. c. Fungsi – Fungsi Bahasa Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi , dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Konsep bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran sudah mempunyai sejarah yang panjang jika kita telusuri. Beberapa fungsi bahasa dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan: 1) Penutur : bahasa berfungsi personal atau pribadi (emotif). Maksudnya, penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya, mengungkapkan emosi serta memperlihatkan emosi sehingga pendengar dapat menduganya sedang sedih, marah atau gembira. 2) Pendengar (lawan bicara) : bahasa berfungsi mengatur tingkah laku pendengar (instrumental/ retorikal). Bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu tetapi juga melakukan kegiatan yang sesuai diinginkan pembicara. Hal ini bisa dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan. Modul Daring Sosiolinguistik 5

3) Kontak antara penutur dan pendengar : bahasa berfungsi fatik (interpersonal, interactional) yaitu fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan – ungkapan yang digunakan biasnya sudah berpola tetap, seperti saat waktu berjumpa, pamit, membicarakan cuaca atau menanyakan keluarga. Ungkapan fatik ini disertai unsur paralinguistik yang tidak mempunyai arti (memberi informasi) tetapi membangun kontak sosial antara partisipan di dalam tuturan itu. Unsur paralinguistik misalnya senyuman, gelengan kepala, gerak-gerik tangan, air muka dan kedipan mata. 4) Topik ujaran: bahasa berfungsi sebagai referensial (representational , kognitif, denotatif atau informatif) yaitu sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi ini melahirkan paham tradisional bahwa bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya. 5) Kode : bahasa berfungsi sebagai metalingual atau metalinguistik yaitu bahasa dapat digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. 6) Amanat (message) : yang akan disampaikan maka bahasa berfungsi imaginatif ( poetic speech). Artinya, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imaginasi (khayalan, rekaan) saja. Fungsi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng, lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur dan pendengarnya. 3. Rangkuman Koen (1993:5) menyatakan, bahwa hakikat bahasa bersifat (a) mengganti, (b) individual, (c) kooperatif, dan (d) sebagai alat komunikasi. Sementara Chaer mengklasifikasikan hakikat bahasa dalam 12 hal yang telah dijelaskan sebelumnya. Manusia berkomunikasi melalui bahasa dan ini membedakan manusia dengan hewan atau makhluk lainnya. Fungsi – fungsi bahasa memperjelas kedudukan bahasa dalam komunikasi di kehidupan sehari-hari. Modul Daring Sosiolinguistik 6

4. Penugasan Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang. Diskusikan topik berikut ini ! Tulislah hasil diskusi Anda di bawah ini: 1. Bagaimana fungsi bahasa dapat mempengaruhi komunikasi! _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 2. Kelebihan bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan alat komunikasi yang dimiliki hewan! _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Aslina dan Syafyahya, L. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama Chaer, A. dan Agustina, L. 2019. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Modul Daring Sosiolinguistik 7

BAB II PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian sosiolinguistik dan masalah-masalah sosiolinguistik. 2. Materi Studi bahasa adalah suatu bidang studi yang sifatnya multi disipliner. Maksudnya, di samping kedudukannya sebagai disiplin tersendiri, studi bahasa banyak melibatkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik. Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia. a. Pengertian Sosiolinguistik Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakainya di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai system social dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa (language use) adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret (Appel. 1976:9). Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu yang terpisah dari yang lain. Ia merupakan anggota dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu bahasa dan pemakaian bahasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat. Atau dengan kasta lain, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual tetapi juga sebagai gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik, antara lain adalah faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian Modul Daring Sosiolinguistik 8

bahasa misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan sebagainya. Di samping itu pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa bicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah apa, seperti dengan ringkas dirumuskan oleh Pishman (1967:15) “Who speaks, what language, to whom and when”. Adanya faktor-faktor sosial dan factor-faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa maka timbullah variasi-variasi bahasa. Sedangkan adanya berbagai variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa – atau lebih tepatnya pemakai bahasa-itu bersifat aneka ragam (heterogen). Keanekaragaman bahasa nampak dalam pemakaiannya baik secara individu maupun secara kelompok. Secara individu peristiwa itu dapat kita amati pada pemakaian bahasa orang-orang. Setiap orang berbeda cara pemakaian bahasanya. Perbedaan itu dapat kita lihat dari segi lagu atau intonasinya, pilihan kata-katanya, susunan klimatnya, cara mengemukakan idenya dan sebagainya. Atau dengan kata lain, kita dapat membedakan dari segi fonetik-fonetiknya, kosa kata atau leksikonnya, gramatika serta gaya tuturnya. Sifat- sifat khusus (karakteristik) pemakaian bahasa perseorangan dikenal dengan istilah idiolek (Hockett, 1958:321). Studi interdisipliner yang menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan masalah-masalah social dikenal dengan sebutan sosiolinguistik (Fishman, 1968:6). Sosiolinguistik adalah studi tentang bahasa dan pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaan (Appel, 1976: 10). Sosiolinguistik sebagai studi tentang sifat-sifat khusus (karakteristik) variasi bahasa, sifat-sifat khusus fungsi bahasa dan sifat-sifat khusus pemakaian bahasa dalam jalinan interaksi serta perubahan-perubahan antara ketiganya di dalam masyarakat tuturnya (Fishman,1972: 4). Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik adalah studi variasi-variasi bahasa yang hidup di masyarakat beserta budayanya. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Beberapa teori sosiolinguistik dari beberapa pakar: Modul Daring Sosiolinguistik 9

1) Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978:94). 2) Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan…disebut sosiolinguistik (Nababan, 1984:2). 3) Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A.Fishman, 1972:4). 4) Sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks social dan kebudayaan (Rene Appel, Gerald Hubert, Greus Meijer, 1976:10). 5) Sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor- faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G.E.Booij, J.G. Kersten,dan H.J. Verkuyl, 1975:139). 6) Sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku social (C.Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B. Allen dan S.Piet Corder (ed), 1975:156). 7) Sosioliguistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks social. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa (Nancy Parrot Hickerson, 1980:81). b. Masalah – Masalah Sosiolinguistik Konferensi sosiolinguistik pertama di University of California, Los Angeles (1964) merumuskan ada 7 masalah dalam sosiolinguistik yaitu 1) Identitas sosial dari penutur. Hal ini dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Identitas penutur dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. 2) Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi. Modul Daring Sosiolinguistik 10

Hal ini bisa dilihat dari pihak pendengar yang akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. 3) Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi. Tempat peristiwa tutur dapat mempengaruhi pikiran kode dan gaya dalam bertutur. Misalnya, kita akan berbicara pelan ketika di perpustakaan, masjid atau gereja. Sebaliknya, kita akan berbicara dengan keras ketika di terminal, di pabrik yang penuh dengan mesin yang sedang bergerak atau di pantai. 4) Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial. Hal ini berupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota-anggota kelas-kelas sosial tertentu dalam masyarakat. 5) Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran. Setiap penutur mempunyai kelas sosial tertentu di masyarakat. Berdasarkan kelas sosial tersebut , kita akan mempunyai penilaian sendiri yang sama kalaupun berbeda tidak akan terlalu jauh berbeda dengan kelas sosialnya. 6) Tingkatan variasi dan ragam linguistik. Masyarakat tutur mempunyai anggota yang heterogen, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, adanya tingkatan kesempurnaan kode maka alat komunikasi (bahasa) sangat bervariasi. Setiap variasi (dialek, varietas, ragam) mempunyai fungsi sosialnya masing-masing. 7) Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik . Ini merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Contoh : pengajaran bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa, dan lainnya. Menurut Nababan (1991:4) ada masalah -masalah lain dalam sosiolinguistik, yaitu 1) Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa 2) Repertoire bahasa 3) Masyarakat bahasa 4) Kedwibahasaan dan kegandaan 5) Fungsi masyarakat bahasa dan profil sosiolinguistik Modul Daring Sosiolinguistik 11

6) Penggunaan bahasa/etnografi berbahasa 7) Sikap bahasa 8) Perencanaan bahasa 9) Interaksi sosiolinguistik 10) Bahasa dan kebudayaan c. Kegunaan Sosiolinguistik Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis antara lain : 1) Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai aturan-aturan tertentu. 2) Sosiolinguistik memberi pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa. 3) Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu (Fishman: who speak, what language, to whom, when, and to what end). 4) Pengetahuan sosiolinguistik dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. 5) Sosiolinguistik memberi pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa yang harus kita gunakan jika berbicara dengan orang tertentu. 6) Sosiolinguistik menunjukan bagaimana kita harus berbicara bila di masjid, perpustakaan, taman, pasar atau lapangan. 7) Dalam pengajaran bahasa, sosiolinguistik mempunyai peranan besar. Contoh kajian bahasa secara internal akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif deskriptif (buku tata bahasa). Apabila dilakukan secara deskriptif akan menghasilkan buku tata bahasa deskriptif, dst. 3. Rangkuman Dari semua definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistic yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahan dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Modul Daring Sosiolinguistik 12

Tujuh masalah dalam sosiolinguistik adalah identitas sosial dari penutur, identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik. 4. Penugasan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! a. Bagaimana kedudukan disiplin sosiolinguistik dan dalam sosiolinguistik? _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ b. Sebutkan 5 definisi sosiolinguistik beserta pakarnya! _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ c. Jelaskan manfaat sosiolinguistik dalam pengajaran bahasa Indonesia! _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Chaer, A. dan Agustina, L. 2019. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Modul Daring Sosiolinguistik 13

BAB III KOMUNIKASI 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami pengertian komunikasi dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Materi a. Hakikat Komunikasi Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui sistem symbol, tanda atau tingkah laku umum (Webster’s New Collegiate Dictionary, 1981). Ada 3 komponen yang harus ada dalam setiap proses komunikasi: 1) Pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan, yang lazim disebut partisipan, 2) Informasi yang dikomunikasikan 3) Alat yang digunakan dalam komunikasi. Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang atau dua kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim (sender) informasi, dan yang kedua yang menerima (receiver) informasi. Informasi yang disampaikan berupa ide, gagasan, keterangan atau pesan. Manusia selalu melakukan sesuatu sepanjang hidupnya. Dari seluruh perbuatannya itu dapat dikatakan, pada manusia dapat diamati perubahan yang terus-menerus. Namun apa yang dikatakan tentang perbuatan manusia, hanyalah apa yang nampak dari luar. Hal-hal yang ada di belakang perbuatannya itu merupakan persoalan tersendiri dan tidak selalu sejalan dengan perbuatan lahirnya. Dengan memperhatikan hubungan antara sumber Modul Daring Sosiolinguistik 14

perbuatan dan perbuatannya serta akibat perbuatan itu dalam konteks sosialnya, maka dapat dikenal adanya berbagai jenis perbuatan manusia. Tidak semua yang dapat diamati dari perbuatan seseorang selalu sesuai dengan interpretasi pengamatnya. Perbuatan yang tidak mungkin diinterpretasi lain dari apa yang terlihat dalam prbuatannya itu sendiri disebut perbuatan yang noninterpretative. Sedangkan perbuatan yang diperoleh dari hasil interpretasi pengamatannya disebut perbuatan yang interpretative. Di samping itu dikenal pula jenis perbuatan yang sebenarnya tidak menurut kehendak orang yang melakukannya. Misalnya apabila seseorang jatuh, maka perbuatan itu pasti di luar kehendaknya. Demikianjuga halnya orang yang harus membayar pajak. Namun antara keduanya ada perbedaan. Jatuh adalah suatu perbuatan di luar kehendak seseorang dan tidak disengaja. Sedangkan membayar pajak meskipun sebenarnya tidak dikehendakinya, tetapi perbuatan itu dilakukan dengan sengaja. Kesengajaan itu timbul karena rasa tanggung jawab sehubungan dengan adanya sangsi bagi pelanggar pajak. Dengan demikian maka dapat pula dibedakan antara perbutan yang tidak disengaja dan tidak dituntut tanggung jawab dan perbuatan yang disengaja dan menuntut tanggung jawab. Mengigil, tertawa, menangis misalnya, ini kita berhadapan dengan suatu gejala. Suatu gejala tidak dapat dituntut pertanggungjawaban. Tertawa yang mengadung arti untuk mengejek; demikian pula menangis untuk minta dikasihani, dalam peristiwa demikian tidak lagi berhadapan dengan gejala tetapi dengan lambang. Lambang adalah suatu tanda lahir yang di belakangnya terkandung maksud atau arti tertentu. Karena sifatnya yang demikian maka lambang menuntut tanggung jawab. Demikian juga menguap, bersin, perbuatan itu tidak disengaja dan tidak dikehendaki, tetapi karena menyangkut kepentingan orang lain, maka kita harus mengucapkan maaf. Suatu rangsangan hanya akan dapat ditanggapi secara baik apabila antara yang memberikan rangsangan (komunikator) dan yang menanggapi rangsangan (komunikan) mempunyai tapsiran yang sama terhadap lambang yang dipergunakannya. Namun dalam kenyataannya perbedaan tafsir terhadap suatu lambang masih banyak terjadi. Bahwa nengangguk itu berarti”ya” dan menggeleng berarti “ tidak “ mungkin memang sudah dapat diterima (hampir) secara umum. Modul Daring Sosiolinguistik 15

Tetapi bunyi peluit panjang rupa-rupanya masih ,enjadi persoalan. Sebab bagi polisi lalu lintas bunyi seperti itu berarti “berjalan” atau mungkin “berhenti”. Sedangkan bagi seorang wasit bunyi peluit panjang berarti “pertandingan berakhir”, dan seorang ketua rombongan atau pembimbing pramuka berarti “berkumpul”. Belum adanya persamaan tafsir antara komunikator dan komunikan menunjukkan bahwa perbuatan komunikatif itu belum mempunyai sistem. Meskipun dalam peristiwa itu kedua partisipan ada, pesan yang disampaikan ada dan alat juga ada (bahasa) tetapi komunikasi tidak berlangsung dengan benar, karena kesadaran dari pihak penerima pesan tidak ada. Tiadanya kesadaran ini merupakan gangguan atau hambatan dalam proses komunikasi. Suatu proses komunikasi memang seringkali tidak dapat berjalan dengan mulus karena adanya gangguan atau hambatan. Tiadanya kesadaran dari salah satu pihak partisipan merupakan hambatan. Gangguan atau hambatan lain, misalnya, daya pendengaran salah satu partisipan yang kurang baik, suara bising di tempat komunikasi berlangsung, atau juga kemampuan penggunaan bahasa yang kurang. Berdasarkan alat yang digunakan, ada dua macam komunikasi yaitu komunikasi non-verbal dan komunikasi verbal atau komunikasi bahasa. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan alat bukan bahasa, seperti bunyi peluit, cahaya (lampu,api), semapor, dan termasuk alat komunikasi dalam masyarakat hewan. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ini tentunya harus berupa kode yang sama-sama dipahami oleh pihak penutur dan pihak pendengar. Komunikasi nonverbal dapt dilakukan dengan brbagai cara. Gerak gerik anggota badan, perubahan mimik, tepuk tangan, dan sejenisnya dapat di pakai sebagai sarana komunikasi nonverbal. Demikian pula alat-alat seperti sirine, peluit, kentongan dan sebagainya (yang bersifat auditif), dan sinar lampu, cermin, bendera, dan sebagainya (yang bersifat visual) dapat dipergunakan sebagai sarana komunikasi nonverbal. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal mempunyai peranan yang cukup penting, sebab adakalanya orang hampir tidak mungkin menggunakan komunikasi verbal. Dalam suasana yang hiruk pikuk di mana segala suara saling bersaing, Modul Daring Sosiolinguistik 16

maka alat verbal manusia biasanya tidak cukup kuat untuk mengatasi suara- suara lainnya. Dalam suasana seperti itu lebih efektif apabila dipergunakan komunikasi nonverbal. Demikian pula halnya apabila jarak antara komunikator dan komunikan cukup jauh, maka komunikasi nonverbal akan lebih efektif dari pada komunikasi verbal. b. Komunikasi Bahasa gangguan Pengirim enkoding Pesan dekoding Penerima pesan ujaran pesan Umpan balik Modul Daring Sosiolinguistik 17

Setiap komunikasi melibatkan dua pihak yaitu pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver). Pesan adalah ujaran (berupa kalimat) yang digunakan untuk menyampaikan pesan (gagasan, pikiran, saran). Setiap proses komunikasi-bahasa dimulai dengan si pengirim merumuskan terlebih dahulu yang ingin diujarkan dalam suatu kerangka gagasan (semantic encoding). Gagasan itu lalu disusun dalam bentuk kalimat atau kalimat-kalimat yang grammatikal; proses memindahkan gagasan ke dalam bentuk kalimat yang gramatikal ini disebut grammatical encoding. Kemudian, pendengar atau penerima menterjemahkan ujaran pengirim (decoding). Awalnya, ujaran tadi merupakan stimulus untuk diterjemahkan (phonological decoding). Selanjutnya, proses ini diikuti proses grammatical decoding; dan diakhiri dengan proses semantic decoding. Ada dua macam komunikasi bahasa yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah (kutbah di masjid/gereja), si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap sebagai penerima. Dalam komunikasi dua arah (rapat, diskusi, perundingan, pembelajaran), pengirim bisa jadi penerima dan sebaliknya. Sebagai alat komunikasi, bahasa terdiri dari dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek nonlinguistik atau paralinguistik. Kedua aspek ini bekerja sama dalam membangun komunikasi-bahasa itu. Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis yang mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu semantik (makna, gagasan, ide atau konsep). Aspek paralinguistik mencakup (1) kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang, seperti falsetto (suara tinggi), staccato (suara terputus-putus), dsb; (2) unsur suprasegmental seperti tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi; (3) jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan tangan, anggukan kepala, dsb; (4) rabaan, yakni yang berkenaan dengan indera perasa (kulit). Modul Sosiolinguistik Daring 18

Aspek linguistik dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi. 3. Rangkuman Komunikasi-bahasa atau komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya. Komunikasi dengan gerak isyarat tangan tidak dapat digunakan lagi dalam kondisi gelap sementara komunikasi dengan bahasa tetap bisa dilakukan. 4. Penugasan Bagaimana hakikat bahasa dilihat dari segi linguistik, dari segi sosiolinguistik, dan dari segi komunikasi? ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Chaer, A. dan Agustina, L. 2019. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Modul Sosiolinguistik Daring 19

BAB IV KESADARAN BERBAHASA 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami pengertian kesadaran berbahasa, tanggungjawab terhadap bahasa dan berbahasa, sikap terhadap bahasa dan berbahasa,rasa memiliki bahasa, dan partisipasi dalam pembinaan bahasa. 2. Materi a. Pengertian Setiap orang mempunyai pandangan tentang bahasanya sendiri. Dia menyadari bahwa bahasa merupakan suatu kebutuhan untuknya. Kesadaran ini menimbulkan sikap, bagaimana ia bertingkah laku dalam menggunakan bahasanya. Sikap itu diwarnai pula oleh sikap menghormati, bertanggungjawab, dan ikut memiliki bahasa itu. Sikap bertanggungjawab akan melahirkan kemauan baik secara pribadi maupun kelompok untuk membina dan mengembangkan bahasanya. Dia merasa bahwa tanggung jawab itu tidak saja terletak pada penguasa atau badan yang diserahi tugas itu, tetapi orang yang sadar bahasa merasa bahwa ia pun bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasanya apalagi bahasa nasionalnya. Kesadaran berbahasa ialah sikap seseorang baik secara sendiri – sendiri maupun secara bersama-sama bertanggung jawab sehingga menimbulkan rasa memiliki suatu bahasa dan dengan demikian ia berkemajuan untuk ikut membina dan mengembangkan bahasa itu. Ciri – ciri kesadaran berbahasa : 1) sikap terhadap bahasa dan berbahasa, Modul Sosiolinguistik Daring 20

2) tanggung jawab terhadap bahasa dan berbahasa, 3) rasa ikut memiliki bahasa, dan 4) berkemauan membina dan mengembangkan bahasa. b. Tanggungjawab terhadap Bahasa dan Berbahasa Orang yang hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, orang yang menguasai dua bahasa disebut bilingual atau dwibahasawan, sedangkan orang yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab terhadap suatu bahasa dan pemakaian bahasa adalah: 1) selalu berhati-hati menggunakan bahasa 2) tidak merasa senang melihat orang yang mempergunakan bahasa secara serampangan 3) memperingatkan pemakai bahasa kalau ternyata ia membuat kekeliruan 4) tertarik perhatiannya kalau orang menjelaskan hal yang berhubungan dengan bahasa 5) dapat mengoreksi pemakaian bahasa orang lain 6) berusaha menambah pengetahuan tentang bahasa tersebut 7) bertanya kepada ahlinya kalau menghadapi persoalan bahasa. c. Sikap terhadap Bahasa dan Berbahasa Sikap bahasa dikaitkan dengan motivasi belajar suatu bahasa. Pada hakikatnya, sikap bahasa adalah kesopanan bereaksi terhadap suatu keadaan. Dengan demikian, sikap bahasa menunjuk pada sikap mental dan sikap perilaku dalam berbahasa. Sikap bahasa dapat diamati antara lain melalui perilaku berbahasa atau perilaku bertutur. Sikap terhadap bahasa dan berbahasa dapat dilihat dari dua segi, Modul Sosiolinguistik Daring 21

yakni positif dan negatif yang dapat kita lihat dari pelaksanaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari oleh pemakai bahasa. d. Rasa Memiliki Bahasa Bahasa adalah bagian dari budaya maka bahasa dipengaruhi oleh pengguna bahasa. sikap positif terhadap bahasa menghasilkan perasaan memiliki bahasa. Bahasa dianggap kebutuhan pribadi yang esensial, dijaga, dan dipelihara. Dengan kesadaran bahasa, diharapkan timbul rasa memiliki bahasa. Untuk itulah perlu ditumbuhkan anggapan bahwa bahasa merupakan milik pribadi. e. Partisipasi dalam Pembinaan Bahasa Perasaan memiliki bahasa menimbulkan tanggung jawab dan kegiatan membina bahasa melalui kegiatan pribadi atau kelompok. Seseorang yang berbicara atau menulis dengan hati-hati dan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sudah menjadi bagian dari partisipan pembinaan bahasa. Secara formal, seseorang dapat melaksanakan pembinaan melalui pertemuan-pertemuan resmi termasuk sumbangan pikiran dalam bentuk lisan atau tertulis mendukung pembinaan bahasa. 3. Rangkuman Bahasa muncul dari ujaran orang-orang. Bahasa merupakan hasil aktivitas manusia. Maju mundurnya suatu bahasa bergantung pada tiap pemakai bahasa. Kesadaran berbahasa itu tercermin pada tanggung-jawab, sikap, perasaan memiliki bahasa yang pada gilirannya menimbulkan kemauan untuk ikut membina dan mengembangkan bahasa. Modul Sosiolinguistik Daring 22

4. Penugasan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! a. Apa yang dimaksud dengan kesadaran berbahasa? ____________________________________________________________ b. Bagaimana partisipasi anggota masyarakat dalam membina bahasa daerah dan membina bahasa Indonesia? ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Pateda, Mansoer.2015. Sosiolinguistik. Bandung: Penerbit Angkasa Modul Sosiolinguistik Daring 23

BAB V BAHASA DAN MASYARAKAT 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bahasa dan tutur, verbal repertoire, masyarakat tutur, bahasa dan tingkatan sosial masyarakat. 2. Materi a. Bahasa dan Tutur Ferdinand de Saussure (1916) membedakan istilah langage, langue, dan parole yang dalam bahasa Indonesia ketiganya disebut dengan satu istilah yaitu bahasa. 1) Langange digunakan untuk menyebut bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal dengan sesamanya. Langange bersifat abstrak. Contoh: manusia mempunyai bahasa, hewan tidak. 2) Langue artinya sebuah lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Langue mengacu pada sebuah sistem lambang bunyi tertentu, bersifat abstrak, dan merupakan suatu sistem pola, keteraturan, atau kaidah yang ada atau dimiliki manusia. Contoh: Fora belajar bahasa Inggris, sedangkan Arel belajar bahasa Perancis. 3) Parole bersifat konkret, merupakan pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh para anggota masyarakat di dalam berinteraksi atau berkomunikasi sesamanya. Modul Sosiolinguistik Daring 24

Contoh: kalau beliau berbicara bahasanya penuh dengan kata daripada dan akhiran ken. b. Verbal Repertoire Alwasilah (1985:68) mengatakan semakin penutur mampu berkomunikasi dalam berbagai ragam bahasa terhadap berbagai pihak dalam berbagai topik ujaran, maka semakin luaslah verbal repertoire penutur tersebut. Verbal repertoire yang dimiliki penutur terdiri dua macam yaitu verbal repertoire yang dimiliki oleh penutur secara individual dan verbal repertoire yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Jika, suatu kelompok orang atau masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap pemakaian bahasa di dalam masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa kelompok masyarakat itu sebagai masyarakat bahasa. Fishman berpendapat suatu masyarakat ujaran adalah suatu masyarakat yang semua anggotanya memiliki bersama paling tidak satu ragam ujaran dan norma-norma untuk pemakaiannya yang cocok. Masyarakat bahasa terbentuk karena adanya saling pengertian (mutual intelligibility) terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode linguistiknya. Jadi, masyarakat bahasa bukanlah sekelompok orang yang hanya menggunakan bahasa yang sama, melainkan sekelompok orang yang mempunyai norma yang sama dalam menggunakan bentuk- bentuk bahasanya. Masyarakat bahasa dikelompokan menjadi 3, yaitu 1) Masyarakat monolingual : masyarakat yang hanya menggunakan satu bahasa, saat ini sulit ditemukan kecuali masyarakat yang tinggal di daerah terisolasi. 2) Masyarakat bilingual : masyarakat yang menggunakan dua bahasa. Modul Sosiolinguistik Daring 25

3) Masyarakat monolingual : masyarakat yang menggunakan lebih dari dua bahasa. c. Masyarakat Tutur Apabila suatu kelompok orang atau masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa itu adalah masyarakat tutur. Satu hal yang penting dalam masyarakat tutur adalah adanya perasaan di antara para penuturnya bahwa mereka mempunyai tutur yang sama (Djokokentjono,1982). Fishman (1976:28) mengatakan masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya. d. Bahasa dan Tingkatan Sosial Masyarakat Tingkatan sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu pertama dari kebangsawanan, dan kedua dari segi kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang dimiliki. Koentjaraningrat (1967:245) membagi masyarakat Jawa menjadi 4 tingkat yaitu 1) Wong cilik 2) Wong sudagar 3) Priyayi 4) Ndara Modul Sosiolinguistik Daring 26

Clifford Geertz (1976) membagi masyarakat Jawa menjadi tiga tingkat yaitu 1) Priyayi 2) Bukan priyayi tetapi berpendidikan dan bertempat tinggal di kota 3) Petani dan orang kota yang tidak berpendidikan Bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berbeda tingkat sosialnya termasuk variasi dialek social disebut sosiolek (Nababan, 1984). Perbedaan variasi bahasa dapat terjadi apabila yang terlibat dalam pertuturan mempunyai tingkat sosial yang berbeda. Tingkat sosial yang lebih rendah menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi (krama) dan yang tingkat sosialnya lebih tinggi menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah (ngoko). 3. Rangkuman Istilah verbal repertoire diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh penutur. Artinya semua bahasa dan ragam bahasa yang diketahui dan dipakai oleh seseorang dalam pergaulan, pekerjaan, dan unsure-unsurnya. Ternyata bahwa setiap orang menguasai dan mempergunakan banyak ragam bahasa ibu atau bahasa pertamanya. Begitu juga beberapa ragam dari bahasa keduanya, yaitu bahasa yang bukan bahasa pertamanya tetapi dipergunakan secara meluas oleh masyarakat tempat orang itu hidup dan bekerja. Sering juga ia menguasai satu ragam ( kadang- kadang dua ragam) bahasa asing atau bahasa lain yang diketahuinya. Kita mengenal dua jenis verbal repertoire yaitu: Verbal repertoire yang dimiliki oleh setiap penutur secara individual dan verbal repertoire yang merupaklan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Yang pertama menunjukkan keseluruhan alat-alat verbal yang dikuasai oleh setiap penutur, pemilihan bentuk-bentuk dan norma-norma bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Sedangkan yang kedua, dengan analogi yang pertama, ialah keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu Modul Sosiolinguistik Daring 27

masyarakat tutur serta norma-norma untuk menentukan pilihan variasi sesuia dengan konteks sosialnya. Masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang anggota anggotanya setidak- tidaknya mengenal satu variasi tutur beserta norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya (Fishman, 1975: 28). Masyarakat tutur ialah sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara (Alwasilah, Ahaedar, 1985:41) Kata masyarakat dalam istilah masyarakat tutur bersifat relatif dan menyangkut masyarakat yang sangat luas, dan dapat pula hanya menyangkut sekelompok kecil orang. Kata masyarakat itu kiranya digunakan sama dalam penggunaan “masyarakat desa” , masyarakat kota, masyarakat Jawa Barat, masyarakat Inggris, masyarakat Eropa, dan yang hanya menyangkut sejumlah kecil orang seperti “masyarakat pendidikan”, atau masyarakat linguistik Indonesia”. 4. Penugasan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! a. Jelaskan perbedaan konsep langage, langue, dan parole! _________________________________________________________ b. Bagaimanakah konsep verbal repertoire? _________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Chaer, A. dan Agustina, L. 2019. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Modul Sosiolinguistik Daring 28

BAB VI PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian peritiwa tutur dan tindak tutur dalam kehidupan sehari-hari. 2. Materi a. Peristiwa Tutur Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interakasi linguistic dalam satu bentuk ujaran atau lebih melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Contoh : interaksi pedagang dan pembeli di pasar dalam satu waktu. Secara sosiolinguistik sebuah percakapan tidak menjadi peritiwa tutur ketika dilakukan oleh orang-orang secara tidak sengaja,pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dan menggunakan bahasa yang berganti-ganti. Dell Hymes (1972) berpendapat bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen (SPEAKING) yaitu 1) S = setting and scene Berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung (setting) dan mengacu pada tempat dan waktu atau psikologis pembicaraan (scene). 2) P = participants Pihak – pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Modul Sosiolinguistik Daring 29

3) E = ends (purpose and goal) Merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. 4) A = act sequences Mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaanya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. 5) K = key (tone or spirit of act) Mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan; dengan senang hati, dengan serius, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat ditunjukan juga dengan gerak tubuh dan isyarat. 6) I = instrumentalities Mengacu pada jalur bahasa yang digunakan seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Hal ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan seperti bahasa, dialek, fragam atau register. 7) N = norms of interaction and interpretation Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya cara menginterupsi, bertanya, menjawab, menafsirkan ucapan lawan jenis, dan sebagainya. 8) G = genres Mengacu pada jenis bentuk penyampaian,seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya. b. Tindak Tutur Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak- pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan. Modul Sosiolinguistik Daring 30

Aspek Tindak Tutur Perisitiwa Tutur Persamaan dua gejala pada satu proses yakni proses Perbedaan komunikasi. Gejala sosial gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dilihat tujuan dilihat dari makna peristiwanya atau arti tindakan dalam tuturannya. Tata bahasa tradisional membedakan 3 jenis kalimat yaitu 1) kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya hanya meminta pendengar atau yang mendengar kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah melakukan apa-apa, sebab maksud si pembicara hanya memberitahukan. 2) kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya meminta agar pendengar memberi jawaban lisan. 3) kalimat imperatif adalah kalimat yang isinya meminta agar si pendengar memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta. Austin (1962) membedakan kalimat deklaratif berdasarkan maknanya menjadi kalimat konstantif dan kalimat performatif. Kalimat konstantif adalah kalimat berisi pernyataan belaka. Kalimat performatif adalah kalimat yang berisi pelakuan, artinya apa yang diucapkan pengujar berisi apa yang dilakukannya, Contoh: dengan mengucapkan basmallah, kita buka… Syarat-syarat kalimat performatif antara lain: a) ucapannya harus dilakukan oleh orang tertentu yang ditunjuk, biasanya orang yang mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi dari para Modul Sosiolinguistik Daring 31

hadirin lainnya, dan berwenang dalam satu situasi resmi. b) Urutan peristiwanya sudah baku. Artinya, peristiwa pengucapan kalimat itu terjadi setelah serangkaian acara lain yang harus mendahuluinya sudah dilakukan, dan akan disusul dengan peristiwa lain. c) Yang hadir dalam upacara itu harus turut serta; dan tidak dibenarkan melakukan hal-hal lain. d) Upacara harus dilakukan secara lengkap. Kalimat performatif selain digunakan dalam acara resmi seperti yang dijelaskan di atas juga digunakan dalam kegiatan tidak resmi. Misalnya : Saya berjanji akan…Kami minta maaf atas… Austin membagi kalimat performatif menjadi 5 kategori yaitu (1) Kalimat verdiktif yakni kalimat perlakuan yang menyatakan keputusan atau penilaian. Misalnya: Kami menyatakan terdakwa bersalah. (2) Kalimat eksersitif yakni kalimat perlakuan yang menyatakan perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya. Misalnya: Kami harap kalian setuju dengan keputusan ini. (3) Kalimat komisif adalah kalimat perlakuan yang dicirikan dengan perjanjian; pembicara berjanji dengan Anda untuk melakukan sesuatu. Misalnya: Besok kita menonton sepak bola. (4) Kalimat behatitif adalah kalimat perlakuan yang berhubungan dengan tingkah laku sosial karena seseorang mendapat keberuntungan atau kemalangan. Misalnya: Saya mengucapkan selamat atas pelantikan Anda menjadi mahasiswa. (5) Kalimat ekspositif adalah kalimat perlakuan yang memberi penjelasan, keterangan atau perincian kepada seseorang. Misalnya: Saya jelaskan kepada Anda bahwa dia tidak bersalah. Modul Sosiolinguistik Daring 32

Tindak tutur di atas dirumuskan Austin menjadi tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu (1) Tindak tutur lokusi Adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Searle menyebut tindak tutur lokusi ini tindak bahasa preposisi karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna. (2) Tindak tutur ilokusi Adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Hal ini berkaitan dengan pemberian izin, emngucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. (3) Tindak tutur perlokusi Adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non-linguistik dari orang lain. c. Tindak Tutur dan Pragmatik Tindak tutur sebenarnya merupakan salah satu fenomena dalam masalah yang lebih luas dikenal sebagai pragmatik. Fenomena lain dalam kajian pragmatik adalah deiksis, presuposisi, dan implikatur percakapan yang menelaah hubungan antara lambang dengan penafsiran. Contoh : Panas sekali ya ruangan ini/ Baik pak, saya akan nyalahan ACnya. Pragmatik dan semantik sama-sama menelaah makna. Bedanya, pragmatik menelaah makna makna menurut tafsiran pendengar dan semantik menelaah makna dalam hubungan antara lambang (satuan-satuan ujaran) dengan objeknya atau referennya. Sebuah satuan ujaran dalam tindak tutur dapat dipahami pendengar dengan baik apabila deiksisnya jelas, presuposisinya diketahui, dan implikatur percakapannya dipahami. Deiksis adalah hubungan antar kata yang digunakan di dalam tindak tutur Modul Sosiolinguistik Daring 33

dengan referen kata yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini disebut kata-kata deiksis, antara lain kata-kata berkenaan dengan persona (dalam tindak tutur berupa kata-kata pronomina), tempat (berupa kata-kata yang menyatakan tempat seperti di sini, di sana, di situ), dan waktu ( menyatakan waktu seperti tadi, besok, nanti, dan kemarin). 3. Rangkuman Di dalam setiap peristiwa interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor (unsur) yang mengambil peranan dalam peristiwa itu. Faktor- faktor seperti antara lain ialah : penutur (speaker), lawan bicara (hearer, receiver), pokok pembicaraan (topic), tempat bicara (setting), suasana bicara (situation scene) dan sebagainya. Dalam pemakaian bahasanya, setiap penutur akan selalu memperhitungkan kepada siapa ia berbicara, di mana,mengenai masalah apa dan dalam suasana bagaimana. Dengan demikian maka tempat bicara akan menentukan cara pemakaian bahasa penutur; demikian pula pokok pembicaraan dan situasi bicara akan memberikan warna pula terhadap pembicaraan yang sedang berlangsung. Keseluruhan peristiwa pembicaraan dengan segala faktor serta peranan faktor –faktor itu didalam peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan peristiwa tutur (speech event). 4. Penugasan Diskusikan dengan teman Anda secara berpasangan tugas berikut ini: Tulis satu contoh tindak tutur dan satu contoh peristiwa jujur dan jelaskan sesuai teori yang Anda pahami! Presentasikan di forum diskusi! ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Chaer, A. dan Agustina, L. 2019. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Modul Sosiolinguistik Daring 34

BAB VII VARIASI BAHASA 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian variasi bahasa dan klasifikasi bahasa beserta contoh-contoh yang memadai. 2. Materi a. Pengertian C.A. Ferguson dan J.D. Gumperz (1973) berpendapat : A variety is any body of human speech patterns which is sufficiently homogeneous to be analysed by available techniques of synchronic description which has a sufficiently large repertory of elements and their arrangements or processes with broad enough semantic scope to function in all normal contexts of communication. Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa 1) Ada pola-pola bahasa yang sama 2) Pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif 3) Pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut digunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Maka, variasi bahasa dapat dilihat dari : 1) Tempat 2) Waktu 3) Pemakai 4) Situasi 5) Dialek yang dihubungkan dengan sapaan Modul Sosiolinguistik Daring 35

6) Status 7) Pemakaiannya (=ragam) b. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Tempat 1) Tempat dapat mengakibatkan variasi bahasa Tempat dimaksud tempat dibatasi air, keadaan tempat berupa gunung dan hutan. Variasi menghasilkan dialek dengan ciri utama ialah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meilet, 1967). Ciri lain: a) Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda- beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama; b) Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Perbedaan yang ada dalam dialek: a) Perbedaan fonetik, polimorfisme atau alofonik. Perbedaan ini berada di bidang fonologi, dan biasanya si penutur dialek yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. b) Perbedaan semantik. c) Perbedaan anomasiologis yang menunjukkan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda. d) Perbedaan semasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. e) Perbedaan morfologis. Dialektologi adalah ilmu tentang dialek. Bagaimana melukiskan hubungan-hubungan dalam dialek disebut geografis dialek. Jadi, dialek geografi ialah cabang dialektologi yang mempelajari Modul Sosiolinguistik Daring 36

hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam- ragam tersebut (Ayatrohaedi, 1979). Kita dapat melihat suatu dialek regional dari: a) Kriterium struktural b) Kriterium saling mengerti c) Kriterium sosio-kultural Ada dua bentuk hubungan : a) Bentuk lento yakni bentuk bahasa yang utuh, biasanya dipakai dalam bahasa tulis atau bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. b) Bentuk allegro (kependekan) Dulu____ dahulu Tak _____tidak Tapi_____tetapi 2) Bahasa Daerah Bahasa yang dipakai penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu. Bahasa daerah sering dihubungkan dengan suku bangsa (ethnic group). 3) Kolokial Kolokial ialah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat yang tinggal di daerah tertentu, kadang-kadang disebut bahasa pasar. Kolokial yang mengandung kata-kata yang kurang enak didengar disebut slang. Slang berarti pula ucapan popular yang kita dengar sehari-hari di daerah tertentu dan biasanya tidak bertahan lama. 4) Vernakular Vernacular adalah bahasa lisan yang berlaku sekarang pada daerah atau wilayah tertentu. Modul Sosiolinguistik Daring 37

c. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Waktu Variasi bahasa secara diakronik disebut dialek temporal; dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Perbedaan waktu menyebabkan perbedaan makna untuk kata-kata tertentu. Misalnya: juara….dulu artinya kepala penyabung ayam…sekarang pemenang. Bangsat…dulu kepinding…sekarang makian. d. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Pemakai Pemakai ialah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan. Halliday mengatakan variasi bahasa didasarkan pada pemakainya disebut dialek. Variasi bahasa dilihat dari segi penutur atau pemakai bahasa dapat dirinci: 1) Glosolalia : ujaran yang dituturkan ketika orang kesurupan. Seorang dukun yang memantra pasiennya biasanya tidak sadarkan diri. 2) Idiolek : meskipun bahasa sama tetap akan diujarkan berbeda oleh setiap pembicara (penutur), baik yang berhubungan dengan aksen, intonasi, dan sebagainya. 3) Kelamin : terbagi laki-laki dan perempuan, meskipun tidak tajam perbedaannya tetap akan terlihat berbeda baik yang berhubungan dengan suasana pembicaraan, topik pembicaraan maupun pemilihan kata yang digunakan. 4) Monolingual : penutur bahasa yang hanya mempergunakan satu bahasa saja. 5) Rol : peranan yang dimainkan seorang pembicara dalam interaksi sosial. Rol memengaruhi suasana pembicaraan dan pemilihan kata serta struktur kalimat yang digunakan. Fishman (1972) menyebut faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, hubungan kekeluargaan, jabatan, status ekonomi, pendidikan, peristiwa sosial, tempat, waktu, topik, tujuan, dan tingkat keakraban. Modul Sosiolinguistik Daring 38

Faktor rol sebenarnya dapat digolongkan ke dalam factor jabatan, apakah jabatan dalam lingkungan keluarga atau jabatan dalam lingkungan pekerjaan. 6) Status Sosial Status sosial pemakai bahasa yakni kedudukannya yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan akan menyebabkan pemilihan jenis pekerjaan dan variasi bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan tercermin pada: a) Jumlah kosa kata yang dikuasai b) Pemilihan kosa kata yang dipergunakan c) Kosa kata yang dihubungkan dengan kata-kata kasar dan sebagainya d) Cara pengungkapan William Labov (1972) menyebut empat kesulitan dalam pemakaian bahasa, yakni: a) Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tata bahasa b) Variasi bahasa dan variasi penutur bahasa c) Kesulitan pendengaran d) Keanehan-keanehan atau kesalahan-kesalahan dalam bentuk- bentuk sintaksis. Kartomihardjo (1981) mengatakan bahwa pemakai bahasa Jawa menggunakan tingkatan bahasa sebagai berikut: a) Ngoko yang digunakan secara intim di masyarakat bawah b) Kromo digunakan dalam hubungan formal c) Madyo antara ngoko dan kromo d) Kromo inggil yaitu bahasa Jawa halus yang digunakan kepada orang yang dihormati e) Kromo andhap yaitu bahasa Jawa halus yang digunakan untuk orang yang belum kita kenal. 39 Modul Sosiolinguistik Daring

7) Umur Faktor umur memengaruhi bahasa yang digunakan seseorang. Makin banyak umur seseorang yang terjadi adalah semakin a) banyak kata yang dikuasainya b) baik pemahamannya dalam struktur bahasa c) baik pelajarannya e. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Pemakaiannya Menurut pemakaiannya, bahasa dapat dibagi atas: 1) Diglossia Suatu masyarakat menggunakan dua atau lebih bahasa untuk berkomunikasi antara sesamanya. Tingkah laku, sikap dan nilai-nilai masyarakat saling melengkapi dan tidak menjadikan masyarakat tersebut berbenturan karena bahasa. Gumpers mengatakan bahwa diglossia tidak saja menunjuk pada masyarakat yang serbaneka, yang menggunakan beraneka bahasa. Bukan hanya masyarakat yang menggunakan bahasa sehari-hari dan bahasa kuno tetapi juga menggunakan dialek berbeda, register atau bahasa yang secara fungsional berbeda. 2) Kreol Kreolisasi merupakan akibat kontak pemakaian bahasa. Tampubolon (1978) berpendapat bahwa kreolisasi adalah suatu perkembangan linguistik yang terjadi karena dua bahasa dalam kontak waktu yang sama. Faktor yang menonjol dalam kreolisasi adalah faktor regional bukan latar belakang sosial (kedudukan, Pendidikan, dan lainnya). Bickerton (1972) membedakan kreolisasi dalam 3 tingkatan yaitu a) Basilek = pijin b) Mesolek c) Aksolek = kreol Modul Sosiolinguistik Daring 40

3) Lisan Empat alasan bahasa lisan sangat penting dalam komunikasi, yaitu a) Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekanan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakannya. b) Faktor kecepatan; pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakan c) Dapat disesuaikan dengan situasi, artinya orang masih bisa berkomunikasi meskipun dalam kondisi gelap. d) Faktor efisiensi karena dengan bahasa lisan banyak yang diungkapkan dalam waktu relatif singkat dan dengan tenaga yang sedikit. Pemakaian bahasa lisan harus memperhatikan : a) Situasi (kedudukan,kegembiraan) b) Pendengar c) Masalah yang dikemukakan d) Cara pengungkapan 4) Pijin Bahasa pijin adalah bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda. Pembicara dari bahasa yang berbeda mengadakan kontak kebahasaan yang terdapat unsur-unsur kedua bahasa sehingga yang muncul adalah bahasa campuran. Bahasa pijin digunakan untuk kepentingan komunikasi singkat. 5) Register Register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang, dapat diperinci menjadi: a) Oratorical atau frozen : digunakan oleh pembicara yang professional, pidato, sehingga semua orang tertarik dengan isi pembicaraannya. Modul Sosiolinguistik Daring 41

b) Deliberative atau formal : ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja. c) Consultative : ada dalam transaksi perdagangan yang terjadi dialog karena membutuhkan persetujuan antara penjual dan pembeli. d) Casual : digunakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan di antara kedua orang yang berkomunikasi. e) Intimate : digunakan dalam suasana kekeluargaan. 6) Repertories Repertories muncul karena pertimbangan lawan bicara yang merupakan peralihan bahasa. 7) Reputations Reputations merupakan pemilihan pemakaian bahasa karena faktor penilaian terhadap suatu bahasa yang dianggap mempunyai reputasi yang baik. 8) Bahasa Standar Bahasa standar ditandai dengan: a) Stabilitas yang luwes b) Intelektualisasi Menurut Mathesius dan Havranek (1978) bahasa standar harus distabilkan dengan kodifikasi tetapi kodifikasi harus luwes untuk memungkinkan penyesuaian dengan perubahan – perubahan kultural. Intelektualisasi adalah tendensi ke arah pengungkapan yang lebih teliti, tepat dan pasti. Tata bahasanya lebih sistematis dan perbendaharaan katanya lebih jelas dan betul-betul kena pada acuan yang dimaksud. Setiap kata dan kalimat yang digunakan tidak boleh menimbulkan tafsiran ganda pada pendengar. Kridalaksana (1978) bahasa Indonesia standar bukanlah suatu dialek Modul Sosiolinguistik Daring 42

regional tetapi suatu variasi bahasa yang digunakan untuk keperluan: a) Komunikasi resmi b) Wacana ilmiah c) Khutbah, ceramah, kuliah d) Bercakap-cakap dengan orang yang dihormati Selain bahasa standar ada pula bahasa non standar yang lebih banyak dipakai pada situasi tidak resmi. Pada bahasa nonstandar bukan saja kaidahnya tidak terpelihara tetapi juga pemakaian atau pemilihan kata-kata tidak diperhatikan. 9) Bahasa Tulis Keuntungan bahasa tulis: a) boleh disimpan lama b) tidak bergantung pada penutur bahasa, maksudnya seorang saja sudah dapat melaksanakannya c) pembaca dapat mempelajari berulang-ulang apa yang tersirat dalam bahasa tersebut d) penulis memilih kata dan kalimat yang dipergunakan sehingga nilai bahasa tersebut dapat dipertanggungjawabkan e) baik penulis maupun pembaca tidak diburu untuk melahirkan kata dan kalimat atau memahaminya. Kekurangan bahasa tulis: a) kejelasannya, bahasa tulis hanya merupakan ringkasan dari bahasa yang semestinya disampaikan. b) Pembaca hanya menebak maksud tulisan dan sulit mengkonfirmasi maksudnya. Modul Sosiolinguistik Daring 43

10) Bahasa tutur sapa Kridalaksana (1978) mengatakan kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang dipakai dalam sistem tutur sapa. 11) Kan Kan ialah sejenis slang tetapi sengaja dibuat untuk merahasiakan sesuatu kepada kelompok lain. 12) Jargon Jargon adalah pemakaian bahasa dalam setiap bidang kehidupan. Setiap bidang keahlian, jabatan, lingkungan pekerjaan, masing- masing mempunyai bahasa khusus yang sering tidak dipahami kelompok lain. 3. Rangkuman Bahasa di dunia tidaklah sama. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan beragam bahasa daerah. Indonesia mengenal bahasa nasional (=bahasa persatuan, bahasa resmi, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa kebudayaan). 4. Penugasan Berilah contoh variasi bahasa di sekitar Anda, diskusikan dengan teman Anda! ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 5. Daftar Pustaka Pateda, Mansur. 2015. Sosiolinguistik. Bandung: Penerbit Angkasa. Modul Sosiolinguistik Daring 44

BAB VIII ALIH KODE DAN CAMPUR KODE 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami tentang masalah – masalah sosiolinguistik yang ada dalam masyarakat khususnya alih kode dan campur kode. 2. Materi a. Alih Kode Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa dari ragam santai ke ragam resmi. Menurut Appel (1976) alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Hymes (1875) menyatakan alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat terjadi juga antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Secara umum, penyebab alih kode adalah 1) Pembicara atau penutur 2) Pendengar atau lawan tutur 3) Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga 4) Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya 5) Perubahan topik pembicaraan. Berbagai tujuan alih kode: 1) Memperoleh keuntungan Seseorang mengubah bahasanya ke bahasa daerah ketika berbicara supaya dimudahkan urusannya atau dinaikkan jawabannya. Ia mengharap dengan menggunakan bahasa daerah yang sama akan muncul keakraban, rasa persaudaraan sehingga memperoleh keuntungan. Modul Sosiolinguistik Daring 45


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook