BAB VIII PEMBUATAN BAHAN AJAR LKS 1. PENDAHULUAN Lembar kerja siswa atau sekarang lebih dikenal sebagai lembar kerja peserta didik lebih umum dibeli daripada dibuat sendiri oleh guru. Harganya murah dan kemasannya juga mudah dibawa. Apabila guru mau mengembangkan LKS sendiri sudah tentu akan sangat tepat sesuai dengan kebutuhan siswanya karena guru paling tahu kondisi kontekstual mereka. 2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Pada bab 7 ini, Anda dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Membaca materi pokok tentang pembuatan lembar kerja siswa untuk memahami materi; b. Melakukan kegiatan individu maupun kelompok sesuai kebutuhan untuk saling memberikan pemahaman; c. Mengerjakan soal-soal yang ada di bagian penugasan untuk mengukur pemahaman tentang materi bab 7 ini. 3. CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah melaksanakan kegiatan 7, mahasiswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan pengertian LKS b. Menjelaskan fungsi,tujuan dan kegunaan LKS c. Menjelaskan jenis-jenis LKS d. Menjelaskan langkah-langkah membuat LKS 4. MATERI A. Pengertian LKS Menurut Diknas lembar kegiatan siswa adalah lembaran – lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa biasanya berupa petunjuk atau langkah – langkah untuk menyelesaikan tugas. Pemilihan materi pembelajaran seharusnya berpihak pada Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 45
pemahaman bahwa materi tersebut menyediakan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa. Materi pembelajaran yang menyediakan kegiatan berpusat pada siswa ini dapat dikemas melalui Lembar Kerja Siswa dan merupakan sarana untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif. Dahar (2006: 110) mengungkapkan bahwa lembar kegiatan siswa adalah lembar kegiatan yang berisikan informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS juga harus dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya (Madjid, 2007: 177). Hal-hal yang dimuat dalam LKS dapat membantu guru dalam memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam kelompok kegiatan Darmodjo dan Kaligis,1993:40). Prastowo (2014) mengatakan bahwa LKS bisa dibuat sendiri dan bisa jauh lebih menarik serta kontekstual sesuai situasi dan kondisi sekolah ataupun lingkungan sosial budaya siswa. Yusuf (2010) mengistilahkan LKS dengan Buku Kerja Siswa. LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi “Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut (Prastowo, 2010). Menurut Schmidt (2011) lembar kerja siswa adalah alat instruksional yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan informasi yang dirancang untuk membimbing siswa untuk memahami ide-ide yang kompleks karena mereka bekerja melalui secara sistematis. Toman (2013) berpendapat bahwa lembar kerja siswa yang terdiri dari bahan kegiatan siswa yang akan dilakukan saat belajar menulis topik dan juga akan Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 46
memungkinkan siswa untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri dengan langkah-langkah proses yang diberikan terkait dengan kegiatan tersebut. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi (Trianto, 2007:73). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri (Sutanto, 2009:1). Pengertian LKS yang dikemukakan oleh Badjo (1993:8) yaitu LKS ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Hidayah (2008:7) menjelaskan bahwa LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur- unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan- pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif. Berdasarkan uraian pengertian LKS tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa lembar kegiatan siswa adalah suatu media yang berupa lembar kegiatan yang membuat petunjuk, materi ajar dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk menemukan suatu fakta, ataupun konsep. LKS mengubah pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered sehingga pembelajaran menjadi efektif dan konsep materi pun dapat tersampaikan. B. Fungsi dan Tujuan Lembar Kerja Siswa Fungsi LKS : 1) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 47
2) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. 3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. 4) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 5) LKS membantu siswa menemukan suatu konsep. Menurut prinsip konstruktivisme, siswa akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Salah satu upaya mendukung hal ini adalah dengan mengembangkan materi pembelajaran dalam LKS yang memiliki ciri-ciri mengemas fenomena bersifat konkrit 6) LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Tujuan penyusunan LKS : 1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. 2) Menyajikan tugas – tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. 3) Melatih kemandirian belajar siswa. 4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas pada siswa. C. Jenis – Jenis LKS Ada beberapa jenis LKS menurut penggunaannya: 1) LKS penemuan : membantu siswa menentukan suatu konsep. LKS jenis ini berisi hal-hal yang harus dilakukan siswa seperti melakukan, mengamati, dan menganalisis. 2) LKS aplikatif – integratif : membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Setelah siswa menemukan konsep selanjutnya guru melatih siswa untuk menerapkan konsep tsb dalam kehidupan sehari-hari. 3) LKS penuntun : berfungsi sebagai penuntun belajar. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 48
Siswa dapat mengerjakan LKS jenis ini yang berisi pertanyaan dan jawaban. Fungsi LKS ini membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran. 4) LKS penguatan : berfungsi sebagai penguat. Materi yang ada dalam LKS jenis ini berisi penguatan yang menekankan pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran dan sesuai untuk program pengayaan. 5) LKS praktikum : berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Unsur – Unsur LKS sebagai Bahan Ajar Enam unsur utama LKS : judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. D. Langkah – Langkah Aplikatif Membuat LKS Berikut ini langkah-langkah mengembangkan LKS dengan mudah: 1) Lakukan analisis kurikulum Langkah ini bertujuan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar apakah yang akan dikemas dalam LKS. 2) Menyusun peta kebutuhan LKS Peta ini berfungsi untuk mengetahui materi apa saja yang perlu ditulis di LKS, bisa juga untuk melihat sekuensi (urutan) materi dalam LKS yang sangat penting untuk melihat materi penting mana yang akan diletakkan di halaman depan, dan seterusnya. 3) Menentukan judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar materi sentral dan pokok bahasan yang diperoleh dari pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar. 4) Penulisan LKS Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penulisan LKS sebagai berikut merumuskan indikator atau pengalaman belajar, menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan langkah terakhir adalah menyusun materi berdasarkan struktur LKS. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun materi adalah : Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 49
a. Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. b. Materi diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet dan sejumlah penelitian. c. Ada referensi untuk siswa membaca sehingga memperkuat pemahaman mereka. d. Instruksi tugas harus ditulis dengan jelas disertai prosedur mengerjakan sehingga siswa dapat belajar mandiri dan tidak tergantung pada guru. Mengembangkan LKS Bermakna LKS dapat bermakna dan bermanfaat bagi siswa apabila dikemas dan dibuat dengan menarik sehingga siswa termotivasi untuk selalu belajar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk membuat LKS menjadi kaya manfaat yaitu desain pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya. Berikut ini penjelasannya: 1) Menentukan desain pengembangan LKS Lembar kerja siswa diharapkan dapat meningkatkan kegemaran siswa dalam membaca dan didesain supaya siswa dapat belajar mandiri. Guru berperan hanya sebagai fasilitator. Batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menentukan desain LKS adalah ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. a. Ukuran menggunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Kepadatan halaman Halaman jangan terlalu penuh dengan tulisan yang membuat siswa kesulitan memahaminya. c. Penomoran halaman Pengorganisasian halaman perlu diperhatikan untuk mempermudah siswa memahami materi seperti judul, sub judul atau mana anak sub judul. d. Kejelasan Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 50
Pastikan materi dan instruksi yang ada di LKS jelas dibaca siswa dengan cara memilih kertas yang tebal sehingga ketika materi diketik bolak-balik tidak tembus dan siswa dapat menulis di LKS dengan nyaman. 2) Langkah-langkah pengembangan LKS Ada 4 langkah yang perlu ditempuh untuk mengembangkan LKS yang baik yaitu penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen/ unsur-unsur dan pemeriksaan dan penyempurnaan. Berikut ini keterangannya: a. Tentukanlah tujuan pembelajaran yang akan diturunkan dalam LKS. Kita harus menentukan desain LKS menurut tujuan pembelajarannya dengan memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. b. Pengumpulan materi Menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. c. Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS. Mengintegrasikan desain dengan tugas sehingga kita akan mendapatkan draf LKS. d. Pemeriksaan dan penyempurnaan. Pengecekan kembali draf LKS yang sudah dikembangkan dengan memperhatikan 4 hal yaitu kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran, dan kejelasan penyampaian. 5. RANGKUMAN Lembar kerja siswa mudah didapatkan dimana saja Guru sebaiknya mulai membuat LKS sendiri karena dengan semakin sering menulis akan semakin bagus kualitas bahan ajarnya. 6. PENUGASAN Diskusikan dengan teman Anda dalam kelompok, kesulitan – kesulitan guru tidak membuat lembar kerja sendiri! Tulis hasil diskusi Anda: Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 51
______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ Solusi apa yang Anda dan kelompok Anda berikan atas kesulitan – kesulitan guru ketika membuat LKS? Tulis hasil diskusi Anda dan kelompok Anda: ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 7. DAFTAR PUSTAKA Dahar. R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2005. Pedoman Penyusunan LKS SMA. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Prastowo,Andi.2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoretis dan Praktik. Jakarta: Kencana. Schmidt, Henk G.2011. “Effect of worksheet scaffolds on student learning in problem- based learning”. h. 520. Toman, Ufuk. “Extended Worksheet Develoved According to 5E Medel Based On Constructivist Learning Approach”. Vol. 4. No.4 (2013): h. 174 Yusuf, Muhammad. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Berbasis Komputer di SMA Muhammadiyah 1 Palembang”. Vol. 4. No. 2 (2010): h. 35 Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 52
BAB IX PEMBUATAN BAHAN AJAR AUDIO 1. PENDAHULUAN Ada 3 gaya belajar siswa yang dikenal oleh kita yaitu visual, auditorial, dan psikomotor. Siswa dengan gaya belajar auditorial akan mendapatkan hasil maksimal dalam mempelajari sesuatu dengan didukung bahan ajar audio. Untuk membuat bahan ajar audio, guru harus mempunyai pengetahuan tentang pengertian bahan ajar audio, fungsi, tujuan, manfaat, unsur-unsur bahan ajar audio dan segala hal yang berkaitan dengan audio. 2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Pada bab 8 ini, Anda dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Membaca materi pokok tentang pembuatan bahan ajar audio untuk memahami materi; b. Melakukan kegiatan individu maupun kelompok sesuai kebutuhan untuk saling memberikan pemahaman; c. Mengerjakan soal-soal yang ada di bagian penugasan untuk mengukur pemahaman tentang materi bab 8 ini. 3. CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah melaksanakan kegiatan 8, mahasiswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan pengertian dan karakteristik bahan ajar audio. b. Menjelaskan jenis-jenis bahan ajar audio. c. Menjelaskan kegunaan bahan ajar audio dalam pembelajaran. d. Menjelaskan langkah-langkah pembuatan bahan ajar audio. 4. MATERI A. Pengertian dan Karakteristik Bahan Ajar Audio Bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 53
yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada siswa guna membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu. Menurut Ivor K.Davies dan Ronal H.Anderson, bahan ajar audio dipandang sebagai sumber bahan ajar ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Bahan ajar ini adalah bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang didalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka menguasai kompetensi tertentu. Jenis-jenis bahan ajar audio ini antara lain adalah radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar ini mampu menyimpan suara yang dapat diperdengarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dan biasanya digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik. Ahli lain berpendapat media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik bila mampu menimbulkan daya fantasi pendengarnya. Karena itu program audio sangat efektif bila menggunakan bunyi dan suara untuk merangsang imajinasi pendengar sehingga dapat menvisualisasikan pesan yang disampaikan (Sadiman et all, 1990:117). Pembelajaran menggunakan kaset hampir sama dengan pembelajaran menggunakan Compact Disk, yaitu sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Media CD dapat menyimpan suara yang berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan ajar. Bahan ajar CD biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa atau pembelajaran musik. Penggunaan media audio dalam pembelajaran dibatasi hanya oleh imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Penggunaan media audio sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas (mastery learning) siswa yang belajarnya lamban dapat memutar kembali dan mengulangi bagian- Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 54
bagian yang belum dikuasainya. Dilain pihak, siswa yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus dengan tingkat kecepatan belajarnya. Media dengar (audio) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Dapat didengar, baik untuk individual maupun untuk kelompok atau massa. 2) Relatif mahal dibanding dengan media terdahulu karena dibutuhkan alat-alat elektronik. 3) Media audio tertentu, misalnya CD audio, mempunyai kelebihan antara lain informasi yang didengar dapat diulang. 4) Melalui media dengar program harus disusun sedemikian rupa, agar semua tingkat umur dan lapisan masyarakat dapat memanfaatkan dalam usaha pemerataan pendidikan. Karakterisitik bahan ajar audio : 1) Mengandung pesan dalam bentuk auditif, baik verbal (bahasa lisan atau kata – kata ) maupun nonverbal (bunyi – bunyian dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, dan musik). 2) Dapat mendorong pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian. 3) Cocok untuk mengikuti pengarahan. 4) Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar. 5) Perolehan arti dari suatu konteks. 6) Bahan ajar audio dapat untuk melatih memisahkan kata atau informasi yang relevan dan tidak relevan. 7) Bahan ajar audio meningkatkan kemampuan mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian – bagian dari cerita yang mereka dengar. 8) Bahan ajar audio memberi hasil belajar optimal dalam tugas – tugas mempelajari signal (lambang), rangkaian (chaining), serta diskriminasi ganda, yang melibatkan keterampilan berbahasa dan musik. 9) Bahan ajar audio berguna untuk belajar keterampilan diagnostik yang melibatkan bunyi dan pola bunyi. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 55
B. Jenis – Jenis Bahan Ajar Audio Jenis Kedua Jenis – Jenis Bahan Ajar Audio Jenis Pertama Kaset Compact Piringan Kartu Penyimapanan Digital Radio Disk Hitam Jenis Kedua Bahan ajar audio dapat digunakan untuk empat jenis kegiatan, antara lain: 1) Pengajaran pembacaan sajak dan kegiatan dokumentasi 2) Pengajaran bahasa asing. 3) Pengajaran melalui radio atau radio pendidikan. 4) Paket – paket belajar untuk berbagai jenis materi, yang memungkinkan siswa dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi. Kegunaan bahan ajar audio dalam pembelajaran : 1) Tujuan Kognitif : mengajar pengenalan kembali dan/atau pembedaan rangsang audio yang relevan. Contoh : tanda bahaya sehingga siswa dapat melakukan tindakan tertentu. 2) Tujuan Psikomotor : mengajar keterampilan verbal. Contoh : siswa mendengar, menirukan dan memilih kata – kata dalam bahasa asing. 3) Tujuan Afektif : suasana diciptakan melalui musik latar, efek suara, dan suara narator. Keunggulan bahan ajar audio antara lain : 1) Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu 2) Mempunyai sasaran yang luas 3) Mampu mengembangkan imajinasi pendengar 4) Mampu memengaruhi suasana dan perilaku siswa melalui musik dan efek suara 5) Menyajikan pengalaman melalui cerita yang diperdengarkan guru. 6) Dapat dipakai secara umum dan meluas baik di rumah, sekolah dan mobil. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 56
7) Guru boleh berada di dua tempat dalam satu saat jika rekaman dapat menggantikan kehadiran guru. 8) Murah dan siap tersedia, guru dapat membuat koleksi rekaman dan dapat memutar koleksi pribadi dan biayanya yang sangat murah. 9) Memberikan bermacam-macam bahan pelajaran dan mendorong berbagai kegiatan belajar. 10) Efisien dalam pengajaran bahasa dan mendorong motivasi belajar siswa. 11) Dapat diputar berulang-ulang. 12) Dapat digunakan untuk belajar secara perorangan/ mandiri maupun kelompok. 13) Mudah diperbanyak dan didistribusikan. 14) Mudah digunakan dan praktis karena mudah dibawa-bawa. Program CD audio pembelajaran juga memiliki keterbatasan atau kelemahan tertentu, antara lain : 1) Daya jangkauannya terbatas, program CD audio biasanya hanya terbatas di tempat program yang disajikan saja. 2) Dari segi biaya pengadaannya bila untuk sasaran yang banyak juga akan jauh lebih mahal. 3) Sebagaimana media radio, media CD audio juga bersifat searah, sedangkan kegiatan pembelajaran yang baik haruslah bersifat dua arah. 4) Tidak adanya tampilan visual, kemungkinan berkurangnya perhatian siswa bila tanpa pengawasan pengajar, kebosanan siswa dengan uraian penyajian yang sama, kualitas sama akan menurun bila sering diputar dan pengembangan programnya memerlukan banyak waktu dan biaya. 5) Sulit melakukan perbaikan, karena perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman baru. 6) Perlu berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal (Sadiman et all, 2008:54). C. Langkah – Langkah pembuatan Bahan Ajar Audio 1) Perencanaan : kegiatan penentuan tujuan, menganalisis keadaan sasaran (siswa), penentuan materi, format yang akan digunakan dan penulisan skrip. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 57
2) Produksi : kegiatan perekaman bahan sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat direkam dalam media perekam suara. 3) Evaluasi : kegiatan untuk menilai program, apakah program tersebut bisa dipakai atau perlu direvisi (disempurnakan) lagi. Prosedur Pengembangan atau Produksi Program CD Audio Pembelajaran Menurut Sadiman (2008:100) prosedur mengembangkan program media pembelajaran, terdiri atas penyusunan rancangan, penulisan naskah, produksi media dan evaluasi program media. Langkah-langkah tersebut kemudian terinci sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa Di dalam belajar mengajar, yang dimaksud kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang diharapkan. Jadi dalam pembuatan program disini perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Setiap kelompok siswa pada hakekatnya mempunyai kebutuhan yang berbeda, maka perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya siswa yang akan dilayani dengan media itu. Setelah ditentukan siapa siswa yang menjadi sasaran program media tersebut, langkah selanjutnya adalah meneliti apa karakter mereka, yang dimaksud karakter disini adalah pengetahuan atau keterampilan awal siswa, yaitu pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Merumuskan Tujuan Instruksional secara Operasional dan Khas. Dalam proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran merupakan fakor yang sangat penting. Guru dapat menentukan materi pelajaran yang sesuai untuk dipelajari siswa dalam mencapai tujuan. Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu : a. Tujuan pembelajaran harus berorientasi pada siswa, bukan pada guru. b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, yang menunjukkan perbuatan yang dapat diamati atau hasilnya dapat diukur. 3) Pengembangan Materi Pembelajaran. Setelah tujuan instruksional jelas, setelah kita mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki kemampuan dan keterampilan Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 58
tersebut. Bahan pelajaran apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan instruksional itu tercapai. Untuk mencapai semua tujuan pembelajaran perlu diidentifikasi semua sub kemampuan dan sub-sub keterampilan yang diperlukan. Dengan cara ini akan diperoleh bahan pembelajaran yang lengkap untuk mencapai tujuan pembelajaranumum. Tugas-tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, dari yang sederhana ke yang rumit, atau dari yang konkrit ke yang abstrak, dengan mengingat kemampuan atau keterampilan yang saling bergantung. 4) Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan Alat pengukur keberhasilan siswa perlu dirancang dengan seksama dan sebaiknya dikembangkan sebelum naskah program media ditulis. Alat pengukur keberhasilan ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan disajikan, yang diukur atau dievaluasi adalah kemampuan, keterampilan, atau sikap siswa yang dinyatakan dalam tujuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. 5) Penulisan Naskah Dalam penulisan naskah program khususnya program media audio pembelajaran, perlu memperhatikan segi bahasa yang digunakan (bahasa yang digunakan adalah bahasa percakapan, bahasa yang sesuai sehari-hari pendengar kita, bukan bahasa tulis ataupun bahasa gaul), musik pendukung program yang digunakan, keterbatasandaya konsentrasi, istilah-istilah yang digunakan dan bentuk format naskah. 6) Produksi Media Dalam kegiatannya, produksi ini dibagi menjadi tiga kelompok personil yang terlibat, yakni pemimpin produksi/ produser, kerabat kerja/ teknisi, dan pemain (pengisi suara). Dengan naskah sebagai pemandunya selanjutnya adalah recording atau merekam suara, memasukkan ilustrasi musik atau back sound pendukung program, serta menyunting suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima oleh sasaran, yang selanjutnya Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 59
dilakukan mixing, mastering dan pemindahan ke dalam CD audio. Semua kegiatan itulah yang disebut kegiatan produksi. 5. RANGKUMAN Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara yanga dapat merangsang pikiran dan perasaan sehingga terjadinya proses belajar). Bahan ajar audio terdiri dari dua jenis yaitu kaset atau compact disk atau piringan hitam dan radio. Program audio dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran individual, berkelompok, maupun massal. 6. PENUGASAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1) Apa yang dimaksud bahan ajar audio? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 2) Sebutkan manfaat bahan ajar audio! ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 3) Sebutkan keterbatasan bahan ajar audio! ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 4) Apa pendapatmu tentang bahan ajar audio? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 60
7. DAFTAR PUSTAKA Dahar. R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2005. Pedoman Penyusunan LKS SMA. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Prastowo,Andi.2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoretis dan Praktik. Jakarta: Kencana. Schmidt, Henk G.2011. “Effect of worksheet scaffolds on student learning in problem- based learning”. h. 520. Toman, Ufuk. “Extended Worksheet Develoved According to 5E Medel Based On Constructivist Learning Approach”. Vol. 4. No.4 (2013): h. 174 Yusuf, Muhammad. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Berbasis Komputer di SMA Muhammadiyah 1 Palembang”. Vol. 4. No. 2 (2010): h. 35 Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 61
BAB X PEMBUATAN BAHAN AJAR VIDEO 1. PENDAHULUAN Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi, yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi keduanya, pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas. 2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Pada bab 9 ini, Anda dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Membaca materi pokok tentang pembuatan bahan ajar buku untuk memahami materi; b. Melakukan kegiatan individu maupun kelompok sesuai kebutuhan untuk saling memberikan pemahaman; c. Mengerjakan soal-soal yang ada di bagian penugasan untuk mengukur pemahaman tentang materi bab 9 ini. 3. CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah melaksanakan kegiatan 9, mahasiswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan pengertian bahan ajar video b. Menjelaskan sifat, keunggulan dan keterbatasan bahan ajar video. c. Menjelaskan pemanfaatan video dalam pembelajaran. 4. MATERI A. Pengertian Menurut Sadjati, yang termasuk kategori video ialah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Bahan ajar pandang dengar (audio visual). Bahan ajar pandang dengar merupakan alat bantu mengajar yang mempunyai bentuk gambar dan mengeluarkan suara serta gerak-gerak simultan, seperti video. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 62
Bahan ajar video memerlukan alat pemutar yang biasa berbentuk video tape player, VCD player dan sebagainya. Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekaman, hanya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi dalam tampilan , dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya: Video, Film, dan lain sebagaianya. Bahan ajar audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antar gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya sehingga dapat dimaksimalkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar. B. Sifat, keunggulan, dan keterbatasan bahan ajar audiovisual (video) Sifat bahan ajar audiovisual : 1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi. 2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian. 3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. 4) Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai. 5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan). 6) Mengemukakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dicari oleh audience setelah mengikuti program 7) Mengkomunikasikan materi pembelajaran secara akurat 8) Menjelaskan materi pembelajaran secara sistematik 9) Program terlihat menarik dengan alur yang baik 10) Menarik minat penonton untuk mengetahui isi yang disampaikan 11) Pemilihan pemain, lokasi syuting, dan properti tepat. 12) Tidak ada noise baik berupa suara maupun gambar 13) Program dapat memotivasi penonton untuk belajar lebih lanjut 14) Menjelaskan bahan rujukan yang digunakan sebagai dasar untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada peserta didik Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 63
Keunggulan bahan ajar audio : 1) Menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap topik yang dibahas. 2) Dapat diputar ulang. 3) Gerakan mulut dapat direkam dengan video. 4) Dapat dimasukkan teknik film lain seperti animasi. 5) Dapat dikombinasikan antara gambar diam dan gerak. 6) Proyektor standar dapat ditemukan dimana – mana. 7) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata- kata, tertulis atau lisan belaka). 8) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera. 9) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau video. 10) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time line atau high speed photografi. 11) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal. 12) Konsep yang terlalu luas (gunung merapi, gempa bumi, iklim dan lainlain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lainlain. Pengajaran audio visual juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu : 1) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena media audio visual cenderung tetap di tempat. 2) Biaya pengadaannya (ongkos produksi) relatif mahal. 3) Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung menikmati visualisasi dan suaranya saja. 4) Tidak compatible dengan beragam format video. Keterbatasan Video : 1) Ketika akan digunakan, peralatan video harus sudah tersedia di tempat penggunaan, dan harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD) yang digunakan. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 64
2) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah dan menyita waktu. 3) Biaya video tinggi dan tidak semua orang mampu memproduksinya. 4) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film hasilnya jelek. 5) Layar monitor kecil akan membatasi jumlah penonton. 6) Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh dari jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam. 7) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan. C. Pemanfaatan Video dalam Pembelajaran Tujuan Kognitif : 1) Dapat meningkatkan matra kognitif, yaitu yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. 2) Video dapat menunjukkan serangkaian gambar diam, dengan atau tanpa suara. 3) Dapat diajarkan pengetahuan tentang hukum dan prinsip – prinsip tertentu. 4) Video dapat juga digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi. 5) Siswa dapat langsung mendapat atau koreksi terhadap penampilan yang belum memenuhi persyaratan, apabila mereka mencobakan keterampilan atau kemampuan tersebut untuk menerapkan hukum dan prinsip tertentu. Tujuan Psikomotor 1) Video dapat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. 2) Siswa langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi. Tujuan Afektif Dengan menggunakan video, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan yang mereka coba lakukan menyangkut gerakan tadi. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 65
Ada 6 unsur dalam bahan ajar video : Judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio visual untuk pembelajaran yaitu : 1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. 2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran. 3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran. 4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut. D. Langkah – Langkah Membuat Video Pembelajaran Materi yang akan disajikan dan pertimbangan pendistribusian untuk menentukan apakah video merupakan pilihan bahan ajar terbaik, dan semua jawaban harus “Ya” : Kriteria Penyeleksian Video sebagai Bahan Ajar No Pertanyaan Ya Tidak 1 Perlunya ditunjukan gerak dalam porsi yang besar. 2 Gerak perlu untuk menunjukan keterampilan psikomotor yang diperlukan untuk memanipulasi objek, atau untuk kegiatan fisik tertentu. 3 Gerak diperlukan untuk memperlihatkan perubahan isyarat visual yang digunakan oleh orang-orang yang saling berinteraksi, Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 66
umpamanya perubahan air muka dengan gerakan badan yang disertai dengan komunikasi verbal. 4 Gerak diperlukan untuk memberikan efek tertentu atau untuk membangkitkan emosi atau sikap tertentu dengan pertimbangan materi pelajaran yang dianggap sudah efektif. 5 Umpan balik secara visual dan langsung diperlukan untuk memperlihatkan penampilan fisik dan verbal siswa. 6 Apakah materi dan urutannya sudah sesuai? 7 Apakah pelajaran yang disajikan menuntut reproduksi yang persis sama? 8 Apakah pelajaran itu akan diperlihatkan atau digunakan untuk kelompok kecil dan apakah peralatan video tersedia untuk keperluan tersebut? 9 Apakah keadaan kursus latihan yang diadakan dengan biaya pembuatan video? 10 Apakah media ini selaras dengan latar belakang populasi siswa? Teknis pembuatan bahan ajar video : 1) Judul diturunkan dari tema sentral. 2) Membuat sinopsis yang menggambarkan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan dibahas. 3) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam naskah. 4) Pengambilan gambar dilakukan atas dasar naskah. 5) Penyuntingan dilakukan oleh orang yang mengetahui alat edit. Ada 10 hal yang perlu diperhatikan ketika memproduksi video, yaitu : 1) Bahan ajar didesain untuk memperlihatkan gerak, bukan memperlihatkan gambar diam. 2) Digarap dengan maksimal, gambar gerak sangat efektif mempengaruhi siswa untuk mengubah sikap. 3) Untuk kepentingan materi ajar, gambar gerak menggambarkan kondisi siswa secara nyata. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 67
4) Suara yang mengiringi harus sesuai dengan isi gambar. 5) Narasi menginterpretasikan atau memperjelas isi materi. 6) Video harus mengandung materi yang positif dan sebaiknya dikonsultasikan dengan pakar sebelum betul-betul digunakan sebagai bahan ajar. 7) Penulis naskah harus berpikir individual berpikir narasi dalam gambar bukan narasi dalam tata kalimat yang kaku. 8) Penonton tidak terikat sehingga video harus dibuat semenarik mungkin supaya siswa mau melihat sampai materi selesai ditayangkan. 9) Video dibuat variatif dan masa putarnya sependek mungkin (jangan terlalu lama). 10) Membuat video merupakan pekerjaan rumit sehingga memerlukan kerjasama semua pihak. Menurut Arif dan Napitulu, secara operasional ada 4 langkah utama dalam memproduksi bahan ajar video yaitu perencanaan, produksi, kegiatan tindak lanjut, dan penilaian serta kesimpulan. Penjelasannya berikut ini: 1) Perencanaan Ada 9 tahapan yang harus dilakukan oleh seorang pembuat video yaitu : a. Menentukan topik. b. Menentukan strategi dengan menggunakan berbagai metode, teknik dan taktik dan memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang sudah ada. c. Memahami dan menentukan seluk beluk siswa. d. Menentukan gagasan pokok. e. Menetapkan tujuan kegiatan. f. Mengembangkan gagasan pokok menjadi satu garis besar yang disajikan secara ringkas dan logis. g. Menegaskan strategi atau bentuk program. h. Membuat papan cerita (story board). i. Menyiapkan jadwal pengambilan gambar rekaman, penyuntingan, dan lain sebagainya. 2) Produksi Ada tiga tahap di fase produksi yaitu pengambilan gambar/ grafik, merekam narasi dan efek, sinkronisasi dan penyuntingan. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 68
3) Kegiatan tindak lanjut Ada dua tahapan yaitu menyiapkan cara penggunaan atau petunjuk untuk siswa dan menilai program. 4) Penilaian serta kesimpulan Video dievaluasi ulang untuk penyempurnaan dan ditarik kesimpulan hasil evaluasi tersebut. Omar Hamalik mengungkapkan ada 7 karakterisitik bahan ajar video yang baik yaitu (a) menarik minat siswa, (b) video benar dan autentik, (c) video kekinian dalam latar belakang, pakaian dan lingkungan, (d) video sesuai dengan tingkat kematangan siswa, (e) menggunakan bahasa yang baik dan benar, (f) kesatuan dan rangkaiannya teratur, dan (g) teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan memuaskan. 5. RANGKUMAN Perbedaan Bahan Ajar Cetak dan Bahan Ajar Non Cetak No Aspek Pembeda Bahan Ajar Cetak Bahan Ajar Non Cetak 1 Prinsip a. Substansi materi relevan dengan a. Substansi materi relevan kompetensi siswa dengan kompetensi siswa b. Penjelasan materi lengkap. b. Durasi maksimal 20 menit. c. Padat pengetahuan. c. Ditampilkan dalam cerita d. Kebenaran materi dapat yang menarik. dipertanggungjawabkan d. Kebenaran materi dapat kebenarannya. dipertanggungjawabkan e. Kalimat yang disajikan singkat dan kebenarannya. jelas. e. Dilengkapi dengan f. Penampilan buku menarik sehingga keterangan tertulis. memotivasi untuk membacanya. f. Penyajiannya menarik. 2 Peran a. Diperoleh bahan ajar sesuai a. Membantu terjadinya kurikulum dan kebutuhan siswa. pembelajaran dan b. Tidak lagi tergantung dengan buku pengembangan kompetensi. teks. b. Memberi pengalaman belajar c. Menghemat waktu guru dalam nyata dengan ilustrasi mengajar. sehingga pembelajaran lebih d. Mengubah peran guru dari pengajar jelas dan tidak membosankan. menjadi fasilitator. c. Memotivasi melakukan e. Meningkatkan proses pembelajaran sesuatu (positif). menjadi lebih efektif dan interaktif. d. Mengatasi keterbatasan f. Cepat digunakan dan dapat ruang, waktu, dan daya dipindah dengan mudah. indera. g. Relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja. h. Dapat ditandai, dicatat dan dibuat sketsa. 3 Jenis Handout, modul, buku teks, lembar Audio, audio visual, multimedia kerja siswa, model/maket, brosur, interaktif. foto/gambar. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 69
6. PENUGASAN Tugas individu: Buatlah peta pikiran bab IX sesuai dengan materi yang Anda pahami! 7. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: Rajawali. Arif, Zainudin, dan W.P. Napitupulu. 1997. Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Grasindo. Belawati, Tian, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Universitas Terbuka Majid, Abdul.2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Cetakan ke – 5. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prastowo, Andi. 2012. Pengembangan Sumber Belajar. Yogyakarta: Pedagogia Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Cetakan Ke – 3. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Cetakan ke – 6. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Tim Penyusun Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dirjen Menengah Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. 2004. Pedoman Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta : Depdiknas. Vembiarto, ST.1985. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita. Modul Pengembangan Bahan Ajar Daring 70
Search