ISSN : 2085-6601 EISSN : 2502-4590 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN PADA CALON TKI Ony Eta Yulina Sitanggang1*), Nini Sri Wahyuni1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail : [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan pada calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI).Populasi penelitian adalah para calon TKI yang berada di asrama PT. Bina Kridatama LestariMedan dan sedang mengikuti persiapan pelatihan dan akan segera dikirim sebagai calon TKI. Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang dipilih dengan menggunakan total sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala kecemasan dan skala efikasi diri. Analisa terhadap data yang sudah dikumpulkan untuk mencari hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan teknik analisa Pearsonproduct moment. Untuk melihat perbedaan kecemasan antara calon TKI laki-laki dan perempuan, analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis varians satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan pada calon TKI dengan tingkat kontribusi sebesar 47,5%. Dapat disimpulkan, semakin tinggi efikasi diri, akan semakin rendah tingkat kecemasan yang dimiliki oleh calon TKI. Kata Kunci:efikasi diri, kecemasan Abstract The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy with anxiety in the prospective Indonesian Workers (TKI). The study population was the prospective workers who were in the hostel of PT. Kridatama Bina Lestari Medan and were following the training preparation and will soon be sent as prospective migrants. These samples included 40 people who were selected by using total sampling technique. The research data were collected by using the anxiety scale and the self-efficacy scale. The data analysis was done to found the relationship between variables by using the Pearson product moment analysis technique. To saw the difference of anxiety level the among prospective migrants in termsof gender, the data analysis was done by using the one-way variance analysis technique. The research results showed that there was a negative relationship between self-efficacy with anxiety on prospective workers with the contribution rate of 47.5%. It could be concluded, the higher self-efficacy, the lower the level of anxiety which is owned by the prospective migrant workers. Keywords: self-efficacy, anxiety PENDAHULUAN ekonomi informal. Hal ini kemudian Krisis moneter yang melanda bangsa menyebabkan munculnya alternatif untuk Indonesia pada tahun 1998 telah bekerja di luar negeri dan kecenderungannya menyebabkan persoalan perekonomian jumlah mereka dari tahun ketahun semakin masyarakat dari tahun ketahun semakin bertambah. Tenaga kerja migran memprihatinkan dan menyebabkan internasional asal Indonesia atau yang sering banyaknya tenaga kerja produktif tidak dapat disebut sebagai Tenaga Kerja Indonesia tersalurkan pada kegiatan ekonomi baik (TKI) sebagian besar bekerja di sektor kegiatan ekonomi formal maupun kegiatan pelayanan domestik seperti pembantu rumah 37
ISSN : 2085 – 6601 EISSN : 2502-4590 tangga, pekerja pabrik, maupun kegiatan dengan pelatihan-pelatihan yang berkaitan manufaktur lainnya, dan sebagian besar dari dengan keterampilan dan pengetahuan mereka berasal dari pedesaan. Jumlah TKI tentang pekerjaan yang akan mereka terima. yang merantau ke luar negeri sangat Hal-hal di atas dapat menimbulkan besar.Berdasarkan data yang dilansir oleh kecemasan pada calon TKI. Kecemasan BNP2TKI, ada 12 negara yang tercatat (anxiety) adalah suatu keadaan aprehensi sebagai tujuan terbesar TKI Indonesia. atau keadaan khawatir yang mengeluhkan Peringkat pertama dipegang oleh Saudi bahwa sesuatu yang buruk akan segera Arabia dengan jumlah tenaga kerja mencapai terjadi. Banyak hal yang harus 1,4 juta pada kurun 2006-2012(www. bnp2tki. dicemaskan,misalnya kesehatan kita, relasi go. id). sosial, ujian, karier, relasi internasional, dan Mengingat tingginya angka populasi kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang penduduk Indonesia, alternatif penyaluran dapat menjadi sumber kekhawatiran.Adalah dan penempatan tenaga kerja disamping normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) mengenai aspek-aspek hidup tersebut (Nevid juga ditempuh mekanisme Antar Kerja Antar dkk, 2003). Negara (AKAN).Persoalan yang sering timbul Freud (Atkinson, 1996) menyatakan dalam mekanisme AKAN adalah rendahnya bahwa kecemasan adalah suatu keadaan kualitas tenaga kerja kita, baik dalam hal perasaan afektif yang tidak menyenangkan pendidikan keahlian maupun yang disertai dengan sensasi fisik yang ketrampilanya.Oleh sebab itu, sebelum calon mengingatkan orang terhadap bahaya yang tenaga kerja dikirim ke luar negeri, terlebih akan datang. Keadaan yang tidak dahulu diberikan pelatihan-pelatihan sesuai menyenangkan itu sering kabur dan sulit dengan kualifikasi jabatan pekerjaan menunjuk dengan tepat, tetapi keadaan itu (Khakim, 2003). sendiri selalu dirasakan.Kecemasan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dibagi melibatkan persepsi tentang perasaan yang menjadi TKI formal dan informal.TKI formal tidak menyenangkan, termasuk ketegangan, merupakan tenaga kerja yang memiliki denyut jantung bertambah cepat, nafas keterampilan dan pengetahuan yang memburu, mulut kering, berkeringat dan nantinya ditempatkan berdasarkan gemetar.Apabila rasa cemas semakin parah, kompetensi tersebut.Misalnya tenaga berbagai hal yang buruk bisa muncul, kesehatan. Adapun tenaga informal yaitu misalnya rasa pusing, pingsan, sakit dada, tenaga kerja yang masih minim kompetensi. pandangan buram, badan terasa panas dan Tenaga seperti ini ditempatkan menjadi dingin, mual dan sering buang air. pembantu rumah tangga ataupun buruh.TKI Kecemasan adalah respon yang tepat formal memiliki peluang pekerjaan yang lebih terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa baik dibandingkan TKI informal.Mereka bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan sesuai dengan proporsi ancaman atau bila kompetensi yang dimiliki.Namun, jumlah TKI sepertinya datang tanpa ada formal lebih sedikit dibandingkan dengan TKI penyebabnya.Dalam bentuknya yang informal.Berdasarkan data yang dikeluarkan ekstrem, kecemasan dapat mengganggu oleh Kemenakertrans pada 2011, jumlah TKI fungsi kita sehari-hari (Nevid dkk, formal hanya 264. 756 orang (45,56%), 2003).Apabila kondisi tersebut berlarut-larut, sedangkan TKI informal mencapai 316. 325 maka akan dapat berpengaruh pada kondisi orang (54,44%) (bisnis. com) fisik dan psikis calon TKI. Resiko bekerja sebagai tenaga kerja Gangguan kecemasan seringkali Indonesia (TKI) di luar negeri tidaklah dialami oleh perempuan daripada laki-laki kecil.Bekerja sebagai TKI di luar negeri (Kartono, 1990).Perempuan juga mudah bukanlah sesuatu yang mudah karena depresi yang mirip dengan kecemasan pada diperlukan berbagai keterampilan khusus dan saat tertentu.Kecenderungan untuk khawatir pengetahuan terutama yang terkait dengan dan depresi mungkin berpangkal dari pekerjaannya. Sedangkan banyak dari pengalaman sebelumnya. Perempuan lebih Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia mudah merasakan adanya gangguan (PJTI) tidak mempersiapkan calon TKI kecemasan sekalipun mereka dihadapkan 38
pada masalah yang sama. Hal ini berkaitan ISSN : 2085-6601 EISSN : 2502-4590 dengan kepribadian yang dimiliki individu, (Nevid, 2003).Tingginya efikasi diri yang dimana wanita lebih mudah terganggu dan dimiliki akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih bertahan dan memiliki tingkat ketergantungan kepada terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Tidak orang lain yang lebih tinggi. Menurut Kartono mengherankan bila ditemukan hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan (1990), sebagai akibat perlakuan yang prestasi dan performansi individu tersebut (Bandura, 1997). Lebih lanjut, Bandura diberikan orang tua kepada anak perempuan (1997) menyatakan bahwa efikasi diri berguna untuk melatih kontrol terhadap mulai anak berusia dini, mengakibatkan anak stressor yang berperan penting dalam keterbangkitan kecemasan. Individu yang perempuan menjadi lebih cengeng. Selain itu percaya bahwa mereka mampu mengadakan kontrol terhadap ancaman tidak mengalami disebabkan bahwa wanita lebih sensitif keterbangkitan kecemasan yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang percaya bahwa terutama yang berkaitan dengan mereka tidak dapat mengatur ancaman, mengalami keterbangkitan kecemasan yang penampilan.Sementara pria tidak cemas tinggi. karena merasa lebih kuat.Demikian pula Pendapat yang sama dikemukakan oleh Feist & Feist(2002), bahwa ketika halnya dengan calon TKI wanita.Mereka lebih seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang tinggi, maka biasanya mudah mengalami kecemasan sebelum mereka mempunyai efikasi diri yang rendah. Sementara, mereka yang memiliki efikasi diri dipekerjakan di luar negeri. yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi Dari hasil wawancara peneliti rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu menemukan tujuh dari sepuluh calon TKI dihindari. Selanjutnya, Bandura (1997) juga mempraktekkan konstruk efikasi diridalam mengalami gejala kecemasan. Ketujuh calon bidang kesehatan. Efikasi diri terkait dengan aspek fisiologis kesehatan: orang yang tidak TKI tersebut mengakui adanya perasaan memiliki efikasi diri mengalami stress yang berdampak pada kesehatan dan sistem takut dan khawatir ketika mendekati imunitasnya. Efikasi diri juga terkait dengan potensi individu untuk berperilaku sehat: keberangkatannya ke luarnegeri. Sebagian orang yang tidak yakin bahwa mereka dapat melakukan suatu perilaku yang dapat besar TKI tersebut mengalami gejala-gejala menunjang kesehatan akan cenderung enggan mencobanya. kecemasan seperti gelisah, sulit tidur, sukar Fenomena kecemasan terjadi pada berkonsentrasi, perasaan tegang, dan calon TKI. Sebagai calon TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri, individu yang jantung berdebar-debar. Dalam bentuknya bersangkutan harus memiliki penguasaan diri yang baik terhadap negara dengan budaya yang ekstrem, kecemasan dapat dan bahasa yang berbeda. TKI juga diharap mampu menguasai beberapa ketrampilan mengganggu fungsi sehari-hari (Nevid dkk, yang dibutuhkan untuk bekerja di luar negeri. Demi memenuhi kebutuhan tersebut maka 2003). pada beberapa PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) menyediakan Penanganan kecemasan antara satu berbagai pelatihan untuk mengembangkan individu dengan individu lainnya dapat 39 berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuan yang dimilikinya yang disebut efikasi diri. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi dirisebagai keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif. Penilaian seseorang terhadap efikasi diri memainkan peranan besar dalam hal bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan. Ketika akan menghadapi suatu tugas yang menekan, dalam hal ini tugas yang akan diterima calon TKI di negara yang berbeda, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka (self-efficacy) akan mempengaruhi cara individu bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997). Orang dengan efikasi diri yang rendah (kurang keyakinan terhadap kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sukses) cenderung untuk berfokus pada ketidakadekuatan yang dipersepsikanya
kemampuan dan ketrampilan yang ISSN : 2085 – 6601 dibutuhkan calon TKI terlebih dahulu sebelum EISSN : 2502-4590 diberangkatkan ke luar negeri. Meskipun sudah dilakukan pelatihan, banyak calon TKI Motivasi: menghindari situasi, masih merasa takut, cemas dan merasa tidak kertergantungan tinggi, ingin siap untuk diberangkatkan ke luar negeri. melarikan diri Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik untuk Perilaku: gelisah, gugup, melakukan penelitian mengenai hubungan kewaspadaan yang berlebihan antara keyakinan diri dengan kecemasan pada calon TKI. Penilaian skala kecemasan berdasarkan format skala Likert dengan alternatif METODE PENELITIAN pilihan jawaban berupa Sangat Sesuai Penelitian ini berjenis kuantitatif (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan korelasional. Populasi dalam penelitian ini Sangat Tidak Sesuai (STS).Penilaian butir adalah para calon TKI yang berada di PT. favourable bergerak dari nilai 4 untuk Bina Kridatama LestariMedan yang bergerak jawaban SS, nilai 3 untuk jawaban S, 2 di bidang Perusahaan Jasa Tenaga Kerja untuk jawaban TS, dan nilai 1 untuk Indonesia (PJTKI).Populasi diketahui jawaban STS.Penilaian butir unfavourable berjumlah 40 orang. Mengingat jumlah bergerak dari nilai 1 untuk SS, 2 untuk populasi yang relatif sedikit, maka penelitian jawaban S, nilai 3 untuk jawaban TS, dan ini diupayakan untuk menggunakan seluruh nilai 4 untuk jawaban STS.Setelah melalui populasi. Oleh karena itu, teknik pengambilan uji coba, skala ini memiliki 49 item yang sampel yang digunakan adalah total valid dengan koefisien korelasirbt = 0,357 samplingsehingga dengan demikian jumlah sampai rbt = 0,773 dan koefisien reliabilitas sampel adalah sama dengan jumlah Alpha Cronbach sebesar 0,966. populasi. Sampel yang diambil peneliti adalah 2. Skala efikasi diri :disusun oleh peneliti calon TKI yang berada di dengan mengacu pada aspek efikasi diri penampungan/asrama dan sedang mengikuti yang dikemukakan oleh Bandura(1997) persiapan pelatihan dan akan segera dikirim yaitumagnitude, generality, dan strength. sebagai calon TKI. Penilaian skala efikasi diri berdasarkan format skala Likert dengan alternatif Data penelitian dikumpulkan dengan pilihan jawaban berupa Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan menggunakan : Sangat Tidak Sesuai (STS).Penilaian butir favourable bergerak dari nilai 4 untuk 1. Skala kecemasan : disusun oleh peneliti jawaban SS, nilai 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, dan nilai 1 untuk dengan mengacu pada aspek-aspek jawaban STS. Penilaian butir unfavourable bergerak dari nilai 1 untuk SS, 2 untuk kecemasan yang diungkapkan oleh jawaban S, nilai 3 untuk jawaban TS, dan nilai 4 untuk jawaban STS.Setelah melalui Davidson (1994) yaitu: uji coba, skala ini memiliki 47 butir yang sahih dengan koefisien korelasi rbt = 0,360 a. Aspek Biologis sampai rbt = 0,806 dan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,969. Gerakan otomatis meningkat: Analisa terhadap data yang sudah misalnya berkeringat, gemetar, dikumpulkan untuk mencari hubungan antar variabel maka digunakan rumus product pusing, berdebar-debar, mual,dan moment dari Pearson. Hal ini sesuai dengan tujuan utama penelitian ini yakni ingin melihat mulut kering. hubungan antara efikasi diri (variabel bebas) dengan kecemasan (variabel tergantung). b. Aspek Psikologis Sementara itu, untuk melihat perbedaan kecemasan antara calon TKI laki-laki dan Suasana hati: kecemasan, perempuan, analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis varians satu mudah marah, perasaan sangat jalur. tegang Pikiran: khawatir, suka berkonsentrasi ,pikirankosong, membesarkan-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya. 40
ISSN : 2085-6601 EISSN : 2502-4590 HASIL PENELITIAN Keterangan : Berdasarkan hasil analisis dengan metode analisis korelasiPearson product JK = Jumlah kuadrat moment, diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri RK = Rerata kuadrat dengan kecemasan, dimana rxy = -0,689 ; p= 0.000< 0,010. Artinya semakin rendah efikasi F = Koefisien perbedaan diri, maka semakin tinggikecemasan.Koefisien determinan (r2) p = Peluang terjadinya kesalahan dari hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah sebesar TS = Tidak Signifikan 0,475. Ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel efikasi diri terhadap kecemasan S = Signifikan adalah sebesar47,5%. Tabel di bawah ini merupakan rangkuman hasil perhitungan r Dalam upaya mengetahui kategori product moment. efikasi diri dan kecemasan yang dimiliki oleh subyek penelitian, maka perlu dibandingkan antara mean/nilai rata-rata empirik dengan mean/nilai rata-rata hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan simpangan baku atau standar deviasi dari masing-masing variabel.Gambaran selengkapnya mengenai perbandingan mean/nilai rata-rata hipotetik dengan mean/nilai rata-rata empirik dapat dilihat pada Tabel 1. Rangkuman Perhitungan rProduct tabel di bawah ini. Moment Tabel 3. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Statistik Koefisien Koef. P BE% Ket (rxy) Det. (r2) Empirik X – Y 0. 689 0. 475 0. 000 47. 5 S Variabel SB / Nilai Rata-Rata SD Hipotetik Empirik Keterangan Keterangan : X = Efikasi diri Efikasi diri 25. 112. 500 102. Sedang Y = Kecemasan 860 075 cenderung rxy = Koefisien hubungan antara X dengan Y r2 = Koefisien determinan X terhadap Y rendah p = Peluang terjadinya kesalahan BE% = Bobot sumbangan efektif X terhadap Y Kecemasan 22. 122. 500 143. Sedang 569 525 cenderung dalam persen Ket = Sangat signifikan pada taraf signifikansi 1% tinggi atau p < 0,010. Kecemasan 24,199 122. 500 130,052 Sedang Laki-laki cenderung tinggi Berdasarkan hasil perhitungan dari Kecemasan 11,739 122. 500 155,714 Sangat Analisis Varians 1 jalurdiketahui bahwa Perempuan Tinggi terdapat perbedaankecemasaan yang signifikanditinjau dari jenis kelamin.Hasil ini Berdasarkan perbandingan kedua rata- diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan Anava F = 18.772 dengan p = rata (mean hipotetik dan mean empirik), 0.000, < 0,050. Berarti ada perbedaan kecemasan antara laki-laki dan perempuan. maka dapat diketahui bahwa para calon TKI Tingkat kecemasan antara laki-laki dan perempuan berbeda dimana kecemasan memiliki efikasi diri sedang cenderung rendah pada laki-laki tergolong sedang cenderung tinggi sedangkan kecemasan pada dan kecemasan yang tergolong tinggi.Tingkat perempuan tergolong sangat tinggi.Hasil perhitungan Anava dapat dilihat pada tabel kecemasan antara laki-laki dan perempuan berikut ini : pun berbeda di mana kecemasan pada laki- laki tergolong sedang cenderung rendah sedangkan kecemasan pada perempuan tergolong sangat tinggi. Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Varians 1 DISKUSI Hasil analisis data menemukan adanya Jalur hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan. Artinya Sumber JK Db RK F P KET semakin rendah efikasi diri, maka semakin Between 6568. 1 6568. tinggikecemasan.Hal ini sesuai dengan yang Groups 18. 0. S dikemukakan oleh Bandura (1997) 742 38 742 772 000 menyatakan bahwa efikasi diri berguna untuk Within 13297. 349. melatih kontrol terhadap stressor, yang Groups 39 927 --- --- --- berperan penting dalam keterbangkitan 233 kecemasan.Individu yang percaya bahwa Total 19865. --- --- --- --- 41 975
mereka mampu mengadakan kontrol ISSN : 2085 – 6601 terhadap ancaman tidak mengalami EISSN : 2502-4590 keterbangkitan kecemasan yang tinggi. Sebaliknya mereka yang percaya bahwa gangguan panik yang tidak dibahas dalam mereka tidak dapat mengatur ancaman, penelitian ini. mengalami keterbangkitan kecemasan yang tinggi. Dalam kamus istilah psikologi, Chaplin (2000)mendefinisikan kecemasan sebagai Pendapat yang sama dikemukakan perasaan campuran berisi ketakutan dan oleh Feist & Feist (2002) bahwa ketika keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, tanpa sebab khusus untuk kekuatan kecemasan yang tinggi, maka biasanya tersebut.Sementara itu Nevid, dkk.(1997) mereka mempunyai efikasi diri yang rendah. menganggap kecemasan sebagai suatu Sementara mereka yang memiliki efikasi diri keadaan takut atau perasaan tidak enak yang yang tinggi merasa mampu dan yakin disebabkan oleh banyak hal seperti terhadap kesuksesan dalam mengatasi kesehatan individu, hubungan sosial, ketika rintangan dan menganggap ancaman hendak menjalankan ujian sekolah, masalah sebagai suatu tantangan yang tidak perlu pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan dihindari. sekitar.Lebih lanjut Hudaniah dan Dayakisni (2013) menyatakan bahwa pada umumnya Selanjutnya, analisis data juga kecemasan berwujud ketakutan kognitif, menemukan adanya perbedaankecemasan keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. pengalaman subjektif dri ketegangan atau Gangguan kecemasan seringkali dialami oleh kegugupan. Beberapa individu juga perempuan daripada laki-laki (Kartono, mengalami perasaan tidak nyaman dengan 1990).Perempuan juga mudah depresi yang kehadiran orang lain, biasanya disertai mirip dengan kecemasan pada saat dengan perasaan malu yang ditandai dengan tertentu.Kecendrungan untuk khawatir dan ketakutan, hambatan dan kecenderungan depresi mungkin berpangkal dari untuk menghindari interaksi sosial. pengalaman sebelumnya.Perempuan lebih mudah merasakan adanya gangguan KESIMPULAN kecemasan. Sekalipun mereka dihadapkan Temuan penelitian menunjukkan pada masalah yang sama. Hal ini berkaitan adanya hubungan negatif yang signifikan dengan kepribadian yang dimiliki individu, di antara efikasi diri dengan kecemasan. Efikasi mana wanita lebih mudah terganggu dan diri yang dimiliki individu mempengaruhi memiliki tingkat ketergantungan kepada tinggi rendahnya kecemasan sebesar 47,5%. orang lain yang lebih tinggi. Menurut Kartono Kecemasan dipengaruhi oleh faktor atau (1990) sebagai akibat perlakuan yang variabel lain sebesar 52,5% yaitu faktor diberikan orang tua kepada anak perempuan kognitif yang terdiri dari prediksi berlebihan mulai anak berusia dini mengakibatkan anak terhadap rasa takut, keyakinan yang self perempuan menjadi lebih cengeng.Selain itu defeating, sensitifitas berlebihan, salah disebabkan bahwa wanita lebih sensitive, mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh, dan sementara pria tidak cemas karena merasa faktor biologis yang terdiri dari gangguan- lebih kuat. gangguan genetis, neotransmiter dan aspek- aspek biokimia pada gangguan panik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, kecemasan dibentuk oleh self-efficacy ditemukan bahwa tingkat kecemasan calon sebesar47,5%. Ini berarti kecemasan TKI perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain laki. sebesar 52,5% yaitu faktor kognitif yang Untuk meningkatkan efikasi diri dan terdiri dari prediksi berlebihan terhadap rasa menurunkan kecemasan, para calon TKI takut, keyakinan yang irasional, sensitifitas sebaiknya mengembangkan skill atau yang berlebihan, salah mengatribusikan kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja sinyal-sinyal tubuh dan faktor biologis yang di luar negeri, mempelajari bahasa pengantar terdiri dari gangguan-gangguan genetis, di negara yang dituju, serta mengikuti neutransmiter, aspek-aspek biokimia pada berbagai kegiatan atau pelatihan yang diadakan di perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia sebelum berangkat ke luar negeri. 42
DAFTAR PUSTAKA ISSN : 2085-6601 Atkinson, R.L. Atkinson, R.C. Hilgard, E.R. EISSN : 2502-4590 (1996). Pengantar Psikologi: Jilid II Fisher.(1998). Birth Order Dynamic and (terjemahan).Edisi kedelapan. Batam Response to Stress.On-line. http:www. centre: Interaksa. Littletree.com Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik dalam Berbagai Friedman Howard S. &Schustack Miriam W. Bagian. Jakarta: Bina Aksara. (2006).Kepribadian jilid 1.Jakarta: Azwar, S. (2007).Penyusunan Skala Erlangga. Psikologi (Edisi Pertama). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hadi, S. (2000), Metodologi Research. Bandura, A. (1997). Self Efficacy: The Yogyakarta: Andi Offest Exercise of Control. New York: Freeman. Hulu, T., Irna M., (2013), Hubungan Antara Bart, Smet (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Kecerdasan Emosi dan Efikasi Diri Gramedia Widiasarana Indonesia: dengan Prestasi Belajar, Analitika: 5 Jakarta. (2): 46-52 Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Kartono, K. (1990).Peran Keluarga Memandu Persada Anak. Jakarta: Grasinol. Davidson, K, M dan Ivy MB (1994). Terapi Kognitif Untuk Depresi dan Minauli, I., Imelda B.,(2011), Hubungan Kecemasan. Semarang: IKIP Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Diri Semarang Dalam Belajar Dengan Prestasi Feist, J &Feist, G, J. (2002).Theories of Akademik Mahasiswa, Analitika: 3 (2): Personality (5thed). Boston: McGraw 99-114 Hill Rahmayati, T.E., Zulkarnain L., (2013), Hubungan Efikasi Diri Akademik dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri, Analitika: 5 (2): 40-45 43
Search
Read the Text Version
- 1 - 7
Pages: