Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PRAGMATIK

PRAGMATIK

Published by Salma Hanif, 2021-08-14 05:44:58

Description: PRAGMATIK

Search

Read the Text Version

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA PRAGMATIK KARYA SASTRA DALAM CERPEN PEREMPUAN YANG MEMBURU HUJAN KARYA HARIE INSANI PUTRA DAN SANDI FIRLY 1Andi jus’amma, 2nurqalbi Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar [email protected], [email protected] ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu aspek dari pragmatic dalam tutur dan lawan tutur , dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. Adapun tujuan penelitian ini adalah pragmatik tutur dan lawan tutur perempuan yang memburu hujan (usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Data yang digunakan berupa rangkaian peristiwa yang ada dalam cerpen perempuan yang memburu hujan. Sumber datanya adalah antologicerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly dengan menggunakan teori pragmatik menurut leech tutur dan lawan tutur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah usia, latar belakang social, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat keakraban yang dalam bertutur dengan lawan tutur. Kata kunci struktur: pragmatik tutur dan lawan tutur, antologi cerpen, perempuan yang memburu hujan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra bernilai seni, indah, dalam banyak hal disebabkan oleh perpaduan yang harmonis antara unsur bentuk dan isi, forn dan content, cara mengungkapkan dan apa yang diungkapkan. Bentuk yang indah dengan muatan makna yang berbobot menjamin nilai literer karya sastra. Unsur bentuk yang paling utama adalah bahasa. Unsur bentuk yang lain seperti pengguna simbolisme atau permainan makna yang lain juga hanya dapat dikenali melalui bahasa (Nurgiyantoro,2004:70) Bahasa yang baik adalah bahasa yang terbentuk dari pola tata bahasa yang normatif yang bersistem katanya berstruktur, sistem kalimatnya dan sistem penulisannya baik. Setiap pengarang tidak akan mencapai target yang diinginkan tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang sistem yang berlaku dalam bahasa yang digunakan dalam cerpen. Bahasa dengan jumlah kecil dimanfaatkan dalam cerpen. Cerpen sebagai salah satu karya sastra bentuk prosa yang cendrung berukuran pendek, dituntut menyampaikan sesuatu serba singkat dan tidak pada detil- detil khusus yang bersifat memperpanjang cerita. Cerpen menyuguhkan kebenaran yang diciptakan, dipadatkan, digayakan, dan diperkukuh oleh kemampuan imajinasi pengarang (Tang, 2007:35). Antalogi cerpen “perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. Seluruh cerpen yang terdapat didalamnya telah diumumkan terlebih dahulu dalam halaman satra. Kumpulan cerpen ini berisi empat belas cerpen yang membahas tentang konflik yang terjadi di masyaraka. Narator dalam beberapa cerpen diposisikan sebagai pihak yang mendengar kisah-kisah melalui pihak lain yang kemudian mengisahkan kembali pada pembaca. Kumpulan cerpen “perempuan yang memburu hujan” karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly menyimpan pesan yang ingin disampaikan melalui cara bercerita yang menarik dan

menggunakan gaya bahasa. Pengarang menggunakan gaya bahasa sebagai kekuatan sehingga memberikan efek tersendiri bagi pembaca. Peneliti yang akan dilakukan dilihat dari gaya bahasa dan efek yang ditimbulkan karena setelah membaca antologi cerpen “perempuan yang memburu hujan” karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly ditemukan banyak gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menyampaikan idenya. Tetapi, dalam pembicaraan pragmatik, yang tentunya berhubungan dengan karya sastra, ada kecendrumgan untuk melihat persoalan sebagai persoalan utama. Peneliti terdapat antologi cerpen “perempuan yang memburu hujan” karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. Peneliti menggunakan tentang pragmatic dari segi dalam karya sastra telah banyak dilakukan, namun setiap pengarang berbeda-beda mengungkapkan pikiran atau idenya dalam karya sastra. Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan analisis terdapat antologi “perempuan yang memburu hujan” karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly dengan judul peneliti “menggunakan bahasa pragmatik dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. Kajian pragmatik teori leech. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini. 1. Bagaimana menggunakan bahasa pragmatik dalam cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly? 2. Bagaimana efek penggunaan bahasa pragmatik dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly?

C. Tujuan Penelitian Betdasarka rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsi penggunaan bahasa pragmatik dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly 2. Mendeskripsi efek penggunaan bahasa pragmatik dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. D. Manfaat Penelitian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara praktis maupun teoritis: 1. Manfaat Teoritis Peneliti ini secara teoritis diharapkan mampu memberi informasi ilmiah yang lebih detail tentang penggunaan bahasa pragmatic dan efek penggunaanya dalam antologi cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly. 2. Manfaat Praktis Menganalisis penggunaan bahasa pragmatik dalam cerpen perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly, dengan kajian pragmatik teori leech, diharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi pembaca, hasil analisis diharapkan dapat menginformasikan dengan jelas tentang penggunaan bahasa pragmatik dan efek penggunaannya b. Bagi mahasiswa, hasil analisis diharapkan dapat memahami dan menilai karya sastra berdasarkan gaya bahasa, khusunya penggunaan bahasa pragmatik dan cerpen; dan c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagia bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti topic peneliti yang televan dengan peneliti ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SASTRA Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang disajikan melalui perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta benar-benar citraan dari perkemangan zaman yang terjadi pada masyarakat. Di dalam karya sastra sering kita jumpai berbagai kisah yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat seperti politik, ekonomi sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu, meskipun dikatakan karya fiksi, sebuah karya sastra tidak serta-merta murni sebuah hayalan dan imajinasi. Akan tetapi, sebuah karya sastra lahir melalui tempaan pengalaman penulisnya. Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama. (hasansadili, 2009) Mursal Esten (1978 : 9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Semi (1988 : 8 ) Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Panuti Sudjiman (1986 : 68) Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya. Ahmad Badrun (1983 : 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif. Eagleton (1988 : 4) Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Plato Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide. Aristoteles Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Robert Scholes (1992: 1) Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda

Sapardi (1979: 1) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social. Taum (1997: 13) Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain” 1. Jenis-jenis sastra a. Puisi Karya sastra disebut puisi jika mempunyai ketentuan-ketentuan tentang jumlah kata, bait, larik, rima, dan irama. Dengan kata lain, puisi itu bentuknya terikat oleh berbagai ketentuan. Pantun, syair, gurindam, puisi modern adalah contoh karya sastra yang berbentuk puisi. b. Drama Drama dalam karya sastra adalah naskah drama karangan sastrawan. Naskah drama isinya kebanyakan berupa dialog, yaitu percakapan antar tokoh (pelaku). Dari dialog para tokoh itu dapat diketahui alur ceritanya. Dari dialog juga dapat diketahui watak para tokohnya, baik lewat tokoh lain maupun lewat tokoh itu sendiri. c. Prosa Bentuk prosa bebas dari berbagai ketentuan. Tidak ada aturan mengenai jumlah bait, baris, kata, rima, dan irama. Pengarang bebas menggunakan kata-kata dan merakitnya menjadi kalimat sesuai dengan

selera. Kata-kata yang digunakan mengalir tak terbatas. Alur cerita dapat diikuti melalui jalan cerita dan percakapan. Dongeng, hikayat, cerita pendek, novel adalah contoh karya sastra yang berbentuk prosa. (argadiaerlin97, 2017) Prosa terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Prosa lama Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. 2) Prosa baru Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Adapun jenis-jenis prosa baru yaitu: a) Novel Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. b) Riwayat Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. c) Autobiografi Autobiografi adalah tulisan tentang biodata data diri seseorang, dimana tulisan tersebut dibuat sendiri oleh orang yang bersangkutan. Contoh Autobiografi biasanya sering ditulis oleh para penulis Novel. Perbedaan antara Autobiografi dengan Biografi adalah terletak pada cara penulisnnya, dimana bila Biografi sendiri ditulis oleh orang lain, sementara Autobiografi ditulis oleh diri sendiri. Autobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh seorang Tokoh tentang kehidupannya dan tentang

perjalanan hidup yang dilaluinya. Mulai dari kanak - kanak sampai waktu yang ditentukan oleh Penulis Autobiografi. d) Kisah Ada dua pengertian kisah, yaitu pengertian kisah dalam kesusastraan lama dan pengertian kisah dalam kesusastraan baru. Dalam kesusastraan lama, kisah ialah cerita tentang perjalanan seseorang. Misalnya, kisah pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan. Dalam kesusastraan baru, kisah sama artinya dengan cerita. Misalnya, kisah sebuah celana pendek karangan Idrus. e) Cerpen Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis. (Munauwarah, 2014) B. TEORI PRAGMATIK Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa karena menguak penggunaan bahasa dan arti ungkapan berdasarkan situasi yang melatarbelakanginya. Kajian pragmatik mencoba menjelaskan aspek-aspek makna dalam kaitannya dengan konteks yang tidak dapat ditemukan dalam pengertian kata atau struktur seperti yang dijelaskan pada kajian semantik.(Choirudin, t.t.) Leech (1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. (Febriani, t.t.)

Leech (1993:19) membagi aspek situasi tutur atas lima bagian, yaitu: (1) penutur dan lawan tutur; (2) konteks tuturan; (3) tindak tutur sebagai bentuk tindakan; (4) tujuan tuturan; dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.(Dian, 2011) 1. Aspek situasi tutur atas lima bagian, yaitu: a. Penutur dan Lawan Tutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Di dalam peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek- aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban, dan sebagainya. 1) Usia Umur atau usia adalah suatu waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakanlima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa(masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itubermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini). 2) Latar belakang social

Sistem social adalah suatu keseluruhan dari tindakan- tindakan social yang tumbuh dan berkembang dan disepakatati oleh seluruh anggota masyarakat dan membentuk norma yang terbentuk dari interaksi social dari masyarakat tersebut. Latar belakang social adalah suatu keadaan seseorang dalam di lingkungan masyarakat. 3) Ekonomi Ekonomi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. 4) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. 5) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan, yang sudah ditetapkan oleh lembaga terkait berdasarkan kepada tingkat kesuliatan bahan pengajar, dan cara penyajian bahan pengajaran. 6) Tingkat keakraban Keakraban maksudnya adalah kedekatan hubungan yang lahir dari sifat social manusia. Sifat dasar manusia social itu secara alami cendrung berakrab dengan yang lain karena peluang yang ada (hubungan keluarga, domisili dan lain-lain)

tetapi juga karena mencari kenyamanan keamanan dan hiburan agar tidak stress. b. Konteks Tuturan Istilah konteks didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009:3) sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Di dalam tata bahasa, konteks tuturan mencakup semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. c. Tindak Tutur sebagai Bentuk Tindakan Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Jika tata bahasa menangani unsur-unsur kebahasaan yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan tindak verbal yang lebih konkret yang terjadi dalam situasi tertentu. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.

d. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Bentuk-bentuk tuturan Pagi, selamat pagi, dan met pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain itu, Selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu, dan situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman atau kolega yang terlambat datang ke pertemuan, atau siswa yang terlambat masuk kelas, dan sebagainya. e. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.

C. KARANGKA BERPIKIR Sastra Puisi Prosa Drama Prosa Baru Prosa Lama Cerpen Pragmatik (leech) Tindak tutur sebagai Konteks tuturan Penutur dan lawan Tujuan tuturan Tuturan sebagai bentuk tindakan tutur produ2 v k tindak verbal Usia DLaAtaFrTbAelRakaPnUgSTAKA Ekonomi Jenis kelamin Tingkat Tingkat sosial pendidikan keakraban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriktif dan cendrung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif menurut saryono (2010). B. Data dan Sumber Data a. Data Data pada penelitian ini adalah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu tentang tutur dan lawan tutur dalam antologi cerpen ‘perempuan yang memburu hujan”. b. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini berasal dari buku antologi cerpen “perempuan yang memburu hujan” karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly dengan jumlah halaman 160 dan dari internet yang berkaitan dengan topic penelitian. C. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca berulang-ulang antologi cerpen “perempuan yang memburu hujan” dan membaca secara lambat karena ingin mendapatkan pemahaman yang kuat dari setiap kata dan kalimat yang disajikan dalam cerpen tersebut demi pembuatan laporan ini dan menandai balpoin pada kata atau kalimat yang penting.

Adapun pengumpulan data juga kami lakukan melalui studi pustaka yakni mencari referensi yang berhubungan dengan unsur-unsur pokok pengembangan sastra. D. Teknik Analisis Data Data yang ditemukan pada pencaharian data selanjutnya dinalisis menggunakan teori pragmatic menurut leech.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tutur dan lawan tutur cerpen “Tersebab Hujan” Dari aspek jenis kelamin “kamu cantik” ia memiringkang kepala sambil memicingkangkan matanya. Ia mengeryitkan dahi. Aku deg-degan menunggu reaksinya. Ia tersenyum dan menggelengkan kepala. Dengan menunjuk ke kaca, aku memintanya untuk memberikan jawaban dengan cara yang sama. Tapi perempuan itu tak juga melakukannya meski ia tahu aku sedang menunggu. (hal. 62) Keterangan “pragmatik yang menunjukan dari tutur dan lawan tutur adalah seorang lelaki yang memberikan isyarat melalui bahasa tulis dan lawan tutur yang meresponnya dengan pragmatik yang menggunakan bahasa mimik”. 2. Tutur dan lawan tutur cerpen “Seseorang dari jauh” Dari aspek usia, latar belakang social, dan tingkat pendidikan “Ada apa, Kyai?” Tanya pemuda itu menyebut nama Badrun. Aku terkesiap. Seoarang kyai, rupanya. “Kamu tidur saja di kamar ustadz Rahmat.” Ucap kyai Badrun memperkenalkan pemuda itu kepadaku. Kami berpandangan, kusambut tangan pemuda itu saat ia mengulurkannya. Pemuda itu ternyata seorang ustadz. (hal. 50) Keterangan “pragmatik yang menunjukan dari tutur dan lawan tutur adalah seseorang yang membutuhkan tempat untuk dijadikannya tempat tinggal sementara dan lawan tutur memberikan kesempatan tersebut”. 3. Tutur dan lawan tutur cerpen “Pempuan yang memburu hujan” Dari aspek keakraban “Mengapa banyak orang yang takut dengan hujan? Bukankah hujan tak pernah membunuh?” ucapan lalu menghirup kopinya yang telah bertambah oleh gerimis. “satu kali kau juga harus mencoba

untuk menatap hujan yang jatuh dari langit di bawah lampu mercury jalanan saat malam. Sungguh, itu sangat menakjubkan.” Matanya menatap langit yang menjatuhkan hujan. “ kau bilang hujan tak pernah membunuh?” “ Ya, kenapa?” “Bukankah hujan bisa menyebabkan banjir, dan banjir bisa membunuh?” “Hahahaha……” “Kok ketawa?” “Aku pernah baca statement pejabat di koran, bahwa banjir yang banyak melanda kota di negerti kita ini bukanlah disebabkan saluran-saluran air yang tidak becus atau penebangan-penebangan hutan, melainkan hujan. Hahahaha…., kau sekarang mirip pejabat itu.” (hal. 91-92) Keterangan “ pragmatik yang menunjukan bahwa dari tutur dan lawan tutur adalah konteks aspek keakraban karena pembicaran yang serius di ajukan oleh penutur sedangkan lawan tutur merespon dengan sedikit candaan (tertawa) karena si lawan tutur mencari kenyamanan keamanan dan hiburan agar tidak stress dalam pembicaran yang menegangkan.

BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penyajian hasil analisis data pada bab terdahulu dapat diuraikan kesimpulan yaitu, penggunaan pragmatic dalam antalogi “perempuan yang memburu hujan karya Harie Insani Purta dan Sandi Firly” yaitu mempersingkat natasi, memunculkan ketaksaan sehingga akam muncul berbagai pemahaman sesuai dengan interprestasi masing- masing pembaca, melibabkan berbagai pilihan kata yang disediakan bahasa menjadi modus untuk berpikir dengan menyamakan suatu peristiwa dengan peristiwa. Pengestetisan atau memperindah bahasa, memberi nilai rasa atau konotasi makna kata dan menciptakan gambaran peristiwa yang lebih hidup sehingga tidak membosankan bagi pembaca. B. Saran Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengkaji dan meneliti antologi cerpen “perempuan yang memburu hujan” dengan metode kajian yang berbeda sebagai wujud pengembangan ilmu pengetahian di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia dan bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti topic peneliti yang relevan dengan peneliti ini. Bagi pembaca, diharapkan dapat memahami dan mengambil pelajaran dari hasil peneliti untuk pengaplikasian dalam kehidupan sosial.

DAFTAR PUSTAKA Akbar, Amal dan Harifin H. (2018). RepresensiGenerasi Pada Novel Taman Sunyi Sekala Karya Aida Vyasa. Retrieved juli 16 2019, from http://osf.io/ preprints/inarxiv/yq523/. argadiaerlin97. (2017, Juni 21). Jenis dan Bentuk Karya Sastra Indonesia. Diambil 26 April 2019, dari Lyn’s Notes website: https://argadiaerlin97.wordpress.com/2017/06/21/jenis-dan-bentuk-karya- sastra-indonesia/ Choirudin, M. M. (t.t.). IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KUMPULAN CERPEN FILOSOFI KOPI KARYA DEWI LESTARI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS. 52. Dian. (2011, Mei 18). Aspek-aspek Tutur. Diambil 26 April 2019, dari Griya Wardani website: https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/aspek- aspek-tutur/ Febriani, M. (t.t.). Pengertian Pragmatik dari Para Ahli | Bangga Berbahasa Indonesia. Diambil 26 April 2019, dari http://blog.unnes.ac.id/meinafebri/ 2016/04/12/pengertian-pragmatik-dari-para-ahli/ hasansadili. (2009, Oktober 3). Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli. Diambil 8 April 2019, dari Asem Manis website: https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara- umum-dan-menurut-para-ahli/ Munauwarah, R. (2014, November 8). Raudatul Munauwarah: PENGERTIAN SERTA CONTOH PROSA LAMA DAN PROSA BARU. Diambil 26 April 2019, dari Raudatul Munauwarah website: http://raudatulatun.blogspot.com/2014/11/pengertian-serta-contoh-prosa- lama-dan.html


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook