BUKU SAKU STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SEKSI JALAN, JEMBATAN DAN KELENGKAPAN JALAN SUKU DINAS BINA MARGA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
DAFTAR ISI 02 SOP Layer Hotmix 04 SOP Patching/ Tutup 01 SOP Layer Hotmix Jalan Lingkungan Lubang 03 SOP Perbaikan Trotoar 06 SOP Beton Fs 45 Paving Block 05 SOP Operator Pompa Underpass 07 Panduan Pelaksanaan Kegiatan
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYER HOTMIX JALAN LINGKUNGAN STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION Peninjauan Lokasi Bersama Safety Talk dan Pengaturan Lalu Lintas Persyaratan/Kelengkapan STEP 4 DESCRIPTION STEP 3 DESCRIPTION meteran Mobilisasi dan Pengecekan Alat Marking Lokasi dan alat ukur Pengukuran pylox STEP 5 DESCRIPTION kompresor STEP 6 DESCRIPTION Sprayer Pembersihan Lokasi Timbangan Tackcoating dan papertest paper STEP 8 DESCRIPTION Ticknes gauge STEP 7 DESCRIPTION baby roller Penggelaran hotmix stamper Cek Suhu saat Hot Mix dituang ke mesin aspal finisher STEP 9 DESCRIPTION STEP 10 DESCRIPTION Pengecekan ketebalan Pemadatan Start dengan alat baby lapisan gembur roller STEP 12 DESCRIPTION STEP 11 DESCRIPTION Pemadatan Finish dengan alat Pemadatan Intermediet dengan stamper dan baby roller alat baby roller 1
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYER HOTMIX STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION Peninjauan Lokasi Bersama Safety Talk dan Pengaturan Lalu Lintas Persyaratan/Kelengkapan STEP 4 DESCRIPTION STEP 3 DESCRIPTION meteran Mobilisasi dan Pengecekan Alat Marking Lokasi dan alat ukur Pengukuran pylox STEP 5 DESCRIPTION kompresor STEP 6 DESCRIPTION Sprayer Pembersihan Lokasi Timbangan Tackcoating dan papertest Paper STEP 8 DESCRIPTION termometer STEP 7 DESCRIPTION Ticknes gauge Penggelaran hotmix tandem roller Cek Suhu saat Hot Mix dituang ke PTR mesin aspal finisher STEP 9 DESCRIPTION STEP 10 DESCRIPTION Pengecekan ketebalan Pemadatan Start dengan alat tandem lapisan gembur roller STEP 12 DESCRIPTION STEP 11 DESCRIPTION Pemadatan Finish dengan alat Pemadatan Intermediet dengan tandem roller alat PTR 2
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PERBAIKAN TROTOAR PAVING BLOCK STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION Peninjauan Lokasi Bersama Safety Talk dan Pengaturan Lalu Lintas Persyaratan/Kelengkapan STEP 3 DESCRIPTION meteran STEP 4 DESCRIPTION Mobilisasi dan Pengecekan Alat alat ukur kamera Memberikan Rambu Pengaman STEP 6 DESCRIPTION perlengkapan kerja Lokasi Blencong Pemasangan/Perbaikan Trotoar Linggis STEP 5 DESCRIPTION Cangkul Skop Pembongkaran dan Rambu-rambu Pembersihan lokasi kerja Sendok semen 3
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PEKERJAAN PATCHING/ TUTUP LUBANG STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION Peninjauan Lokasi Bersama Safety Talk dan Pengaturan Lalu Lintas Persyaratan/Kelengkapan STEP 3 DESCRIPTION meteran STEP 4 DESCRIPTION Mobilisasi dan Pengecekan Alat alat ukur kamera Memberikan Rambu Pengaman STEP 6 DESCRIPTION perlengkapan kerja Lokasi baby roller Tackcoating stamper STEP 5 DESCRIPTION jack hammer STEP 7 DESCRIPTION Rambu-rambu Pembersihan lokasi kerja Sapu Penggelaran Hotmix/Coldmix Alat manual STEP 8 DESCRIPTION Alat finisher Tandem roller Pemadatan PTR 4
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) OPERATOR POMPA UNDERPASS Persyaratan/Kelengkapan STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION perlengkapan kerja Safety Talk dan Pengaturan Pembersihan Lingkungan sapu Lalu Lintas Area Pompa Underpass pengki alat pel STEP 4 DESCRIPTION STEP 3 DESCRIPTION plastik sampah rambu-rambu Pengecekan Mesin Underpass Memberikan Rambu kamera, radio dan alat dan Pemanasan Genset Pengaman Lokasi tulis STEP 5 DESCRIPTION Melaporkan Kondisi Cuaca dan Lalu Lintas Di Lokasi Underpass 5
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BETON FS 45 STEP 1 DESCRIPTION STEP 2 DESCRIPTION Peninjauan Lokasi Bersama Safety Talk dan Pengaturan Lalu Lintas Persyaratan/Kelengkapan STEP 4 DESCRIPTION STEP 3 DESCRIPTION Shop drawing Persiapan Paver dan Dowel Pengaturan benang dan meteran pengecekan ketebalan pylox STEP 5 DESCRIPTION rubber cone STEP 6 DESCRIPTION WR 200 Dumping Beton FS 45 Truck tangki Pemadatan dan Slipform peralatan CMRFB STEP 8 DESCRIPTION dengan paver alat laboratorium Vibrator Roller Finishing Pavement dan STEP 7 DESCRIPTION banner Grooving Pemasangan Tie Bar STEP 9 DESCRIPTION STEP 10 DESCRIPTION Penyemprotan Curing Penutupan dengan Geo Textile Compound STEP 12 DESCRIPTION STEP 11 DESCRIPTION Aplikasi Joint Sealent Cutting beton 6
PANDUAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemadatan/Compaction Kestabilan tanah merupakan syarat yang paling vital dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil karena telah diketahui bahwa perilaku suatu massa/beban konstruksi akan disalurkan secara aksial pada permukaan perkerasan, yang kemudian diteruskan ke lapisan tanah di bawahnya, hal ini merupakan suatu tantangan dalam merencanakan pembangunan jalan, khususnya pada kasus dengan jenis tanah yang memiliki daya dukung yang lemah. Maka dari itu perlu dilakukan suatu rekayasa/engineering dalam meningkatkan daya dukung tanah sebagaimana yang distandarkan. Ada beberapa bentuk rekayasa geoteknik yang lazim diaplikasikan untuk meningkatkan daya dukung suatu tanah, namun yang paling utama dan secara sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat di perdesaan adalah dengan memaksimalkan teknologi pemadatan tanah. Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul/bendungan, tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk: Menaikan kekuatannya. Memperkecil daya rembesan airnya. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut: a. Tebal lapisan yang dipadatkan Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis 7
bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm. b. Kadar Air Tanah Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah- olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maksimum, diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan: Standard Proctor Compaction Test; dan Modified Compaction Test. c. Alat Pemadat Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat tercapai. Macam-macam peralatan yang digunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik dari manual dimana keduanya diuraikan sebagai berikut: 1) Peralatan Mekanik Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Macam- macam tipe dari alat ini adalah sebagai berikut: a)Three Wheel Roller (TWR) 8
Penggilas tipe ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha- usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada umumnya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton. b)Tandem Roller Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair. c) Pneumatic Tired Roller (PTR) Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan 9
penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir. 2) Peralatan Manual Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia/hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil/ pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual: a)Alat Pemadat Tangan Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan. b)Alat pemadat silinder beton Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya
2. Pekerjaan Penghamparan Hot Mix a. Persiapan Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pada saat cuaca cerah. Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan b. Pengangkutan Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal. Menerima tiket pengiriman. c. Cek Kesesuaian Cocokkan data nomor kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih waktu) Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130OC-150OC Aspal Pen, dan 135OC-155OC bitumen asbuton murni atau modifikasi. Amati visual tampilan campuran, apakah rata. Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan buang. d.Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai Catat HPTS Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa. e. Cek Berulang Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada pelak sanaan pekerjaan dihari yang lain. Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaik an. f. Loading dan dumping ke Asphalt Finisher (AF) Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong D.Truck. Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asphalt Finisher bergerak searah dengan kecepatan sama g. Penghamparan Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar. Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik. Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi hamparan.
Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah. Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan. Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran yang dihampar (minimal 1x pada jarak 100 meter). Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan pada penghamparan. Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan sampai ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan. Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik, penebaran merata. Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan yang telah dihampar rapi. Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter toleransi masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan 6 mm untuk lapisanPondasi. h.Pemadatan awal (Breakdown Rolling) Suhu pemadatan awal antara 125OC-145OC (Aspal Pen), dan 130OC-150OC (Asbuton Murni atau Modifikasi) Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller). Roda penggerak saat pemadatan berada didepan. Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam. Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat sambungan memanjang sebagai media sepanjang (60-100) cm lebar gilasan 15 cm pada campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang dengan lebar area 15 cm yg dipa datkan. Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan. i. Prosedur Pemadatan ; 1)Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat. Pemadatan sambungan melintang.
Pemadatan sambungan memanjang. Pemadatan tepi luar. Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke yang lebih tinggi. Pemadatan kedua sesuai prosedur (4). Pemadatan akhir Break Down Rolling. 2)Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain. Pemadatan sambungan melintang. Pemadatan tepi luar. Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke yang lebih tinggi. Pemadatan kedua sesuai prosedur (3). Pemadatan akhir Break Down Rolling. j. Pemadatan antara (Intermediate Rolling) Suhu pemadatan antara 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi. Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR) Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui. Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan. Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam. Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus. k. Pemadatan akhir Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan instruksi direksi Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam. Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
l. Peralatan yang digunakan : meteran pylox kompresor Sprayer Timbangan
Paper termometer Ticknes gauge tandem roller PTR m. Personil : Pelaksana, Operator, Petugas K3, Tenaga Kerja n.Sasaran Mutu: Permukaan yang rata sesuai spesifikasi elevasi sesuai dengan yang direncanakan Ketebalan sesuai spesifikasi dan gambar serta toleransi yang diijinkan.
3. Pekerjaan Perbaikan Trotoar Paving Block Dalam memasang paving block, kita harus benar-benar memperhatikan tingkat ketepatannya dan ksesuaiannya dengan prosedur. Tujuannya ialah biar struktur pasangan yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, rapi, dan awet. Pekerjaan-pekerjaan yang berafiliasi dengan paving block antara lain pemasangan paving block baru, pembongkaran pasangan paving block lama, perataan (leveling) tanah dasar di bawah lapisan pasir, pengadaan alat bantu kerja. a. Bahan-bahan yang diharapkan : 1) Paving block yang mempunyai spesifikasi sesuai dengan kebutuhan, berbentuk persegi atau segi banyak, yang mempunyai ketebalan 60 mm, 80 mm, atau 100 mm, yang bermutu fc’ 37,35 Mpa atau fc’ 27,00 Mpa, berwarna abu-abu, hitam, atau merah. 2) Pasir yang mempunyai ukuran butir yang tajam sekitar 2,4 mm dan telah diayak. Kandungan air di dalam pasir tersebut juga sebaiknya dihentikan lebih dari 5 persen dengan kandungan lumpur maksimal 10 persen. Spesifikasi pasir ibarat ini memungkinkan air yang mengalir di atasnya sanggup meresap ke dalam pori-pori tanah dengan lancar. b.Langkah-langkah kerja pemasangan : 1) Langkah 1 : Persiapan Awal Pemeriksaan pondasi bertujuan untuk memastikan pondasi dibangun dengan tepat. Usahakan kondisi permukaan pondasi yang berafiliasi dengan pasir ganjal sudah rata, tidak bergelombang, dan rapat. Perhatikan pasir ganjal tidak boleh digunakan untuk memperbaiki kekurangan pondasi lantaran spesifikasinya berbeda. Cek tingkat kemiringan pondasi untuk jalan kendaraan yakni 2,5 persen dan untuk trotoar yakni 2 persen. Ukuran lebar pondasi juga harus cukup hingga di bawah beton penahan dan beton pembatas. Setelah itu, dilakukan penentuan lokasi titik awal pemasangan khususnya pada tanah miring sehingga paving block yang telah terpasang tidak tergeser. Makara proses pemasangannya nanti dilakukan dengan berurut-urutan yang
dimulai dari satu sisi tadi. Hindari pemasangan paving block secara acak lantaran akan mengacaukan jalannya pekerjaan. Supaya proses pemasangan paving block sanggup terealisasi dengan baik, Anda perlu memasang benang pembantu sebagai pembatas area kerja. Pemasangan benang pembantu ini dilakukan setiap jarak 4-5 meter. Apabila di area kerja terdapat fitur-fitur ibarat lubang drainase, kolam tanaman, dan konstruksi lainnya, maka diharapkan benang pembantu embel-embel untuk mempertahankan referensi ikatan paving block. 2) Langkah 2 : Pemasangan Beton Beton pembatas (kanstin) yakni belahan perkerasan paving block yang berfungsi untuk menghimpit dan menahan lapisannya sehingga saling mengunci dan tidak tergeser sewaktu mendapatkan beban. Pemasangan beton pembatas ini harus dikerjakan sebelum proses penebaran pasir alas. Ada majemuk bentuk beton pembatas dengan proses pembuatan yang beraneka ragam pula ibarat beton pracetak, beton cor di tempat, dan sebagainya. Untuk menciptakan beton pembatas, mulailah dengan membangun lapisan beton penahan secara rata dengan ketebalan minimal 7 cm. Kemudian segera pasang beton pembatas di atas lapisan tersebut selagi kondisinya masih berair biar kelurusan dan ketinggian beton pembatas sanggup diubahsuaikan dengan mudah. Lalu tuangkan adukan beton pada belahan belakang beton pembatas. Setelah beton penahan agak mengering, timbun tanah di atasnya. Beberapa orang kerap memadukan beton pembatas dengan tali air dan lisan air sebagai akses drainase air. 3) Langkah 3 : Penebaran Pasir Alas Pasir ganjal yang digunakan untuk menutupi susunan paving block harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Di antaranya yaitu butiran kasar, tajam, berurutan maksimal 9.5 mm, higienis dari lumpur dan kotoran, kadar airnya kurang dari 10%, serta bersifat gembur.
Pasir ini lantas dihamparkan sedemikian rupa di atas paving block menggunakan jidar untuk menghasilkan ketebalan yang seragam yakni 5 cm. Oleh alasannya itu, pengerjaan penghamparan pasir ini idealnya dilakukan dengan gundukan-gundukan kecil supaya ringan dalam menarik jidar. Pasir ganjal yang sudah ditebarkan dengan rata kemudian dijaga biar tidak terinjak atau ditumpuki material. 4) Langkah 4 : Pemasangan Paving Block Pelaksanaan pemasangan paving block biasanya dilakukan dengan menyusunnya berdasarkan pola-pola tertentu. Beberapa referensi pasangan yang umum diterapkan antara lain referensi susunan bata, referensi anyaman tikar, dan referensi tulang ikan. Perlu kehati-hatian yang tinggi dikala memasang paving block sesuai pola, khususnya pada barisan pertama. Pastikan proses pemasangan ini selalu memperhatikan benang pembantu supaya susunannya membentuk referensi yang baik. Selama proses pemasangan berlangsung, pekerja harus selalu berada di atas paving yang telah terpasang dengan arah kerja ke depan supaya tidak menimbulkan lendutan ke bawah. Setelah paving block terpasang sempurna, celah-celah yang ada di antaranya kemudian diisi menggunakan nat berupa debu batu. Terakhir padatkan paving block menggunakan roller atau stamper sebanyak 1-2 kali putaran sehingga timbul daya saling mencengkeram antar- paving block. c. Peralatan yang digunakan meteran
kamera Blencong Linggis Cangkul Skop Rambu-rambu Sendok semen
4. Pekerjaan Jalan Beton a. Pengertian Umum 1) Pendahuluan Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton : a) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. b) Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton. c) Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton. 2) Pengertian Umum Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. a) Lapis Pondasi Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K400. Dalam
perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan. Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin. Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub base course). b) Lapis Pondasi Bawah Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) : sebagai lantai kerja (working platform), mencegah pumping (pemompaan), dan menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural). Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur. Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton. Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah perkerasan (subdrain). Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus tanah dasar tidak
bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material). Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar). Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker. c) Bond Breaker Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron). Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan (grooving atau (brushing). Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya. Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran beton. b. Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton 1) Identifikasi Peralatan Pelaksanaan Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut: Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan; Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton semen;
Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi: Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer / Dump Truck), Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher), serta Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing Machine). c. Metode Pelaksanaan 1) Pemasangan Bekisting / stop cor Bekisting perkerasan kaku / perkerasan dari beton disarankan menggunakan baja (kondisi baik, tidak kotor, lurus dan kokoh), karena bekisting inilah nantinya digunakan sebagai alat bantu rel untuk concrete paver. Produk yang dapat digunakan sebagai bekisting stop cor yaitu besi CNP, besi UNP, besi siku. Modul penempatan stop cor biasanya interval 6 m (tergantung dari panjang alat bantu concrete paver). Pastikan bahwa dudukan bekisting benar-benar kokoh, lurus dan rata pada permukaannya serta mempunyai elevasi yang benar sesuai gambar rencana (for Construction). Mutu hasil akhir permukaan jalan bergantung pada pekerjaan pemasangan alat bantu stop cor. 2) Pekerjaan pemasangan alat screeder / concrete paver Pekerjaan ini meliputi pemindahan alat ke atas rel (sekaligus yang berfungsi sebagai stop cor), pengecekan mesin, uji bekerjanya alat concrete paver. 3) Pemasangan plastik cor dan dowel Lembaran plastik cor ditempatkan diatas lean concrete (lantai kerja) atau sirtu atau tanah urug yang berada dibawah permukaan perkerasan jalan.
Dilanjutkan dengan pemasangan dowel setiap jarak 50 cm pada keempat sisi pinggir modul perkerasan. Dowel yang digunakan berupa besi beton ulir atau polos dengan ukuran yang sudah ditentukan, dimana permukaan dowel diolesi gemuk dan sisi lainnya ditutup PVC (fungsi supaya dapat bergerak) 4) Pekerjaan Hauling & Pouring Beton Setelah bekisting, lembaran plastik dan alat telah siap, penuangan (pouring) beton dapat dilaksanakan. Beton dituang perlahan-lahan sampai diperkirakan cukup untuk suatu area tertentu sampai ketebalan yang direncanakan. Beton kemudian dihamparkan dan disebarkan, waktu penuangan / pouring beton diperhatikan cuaca, suhu lingkungan, disarankan cuaca cerah dan tidak hujan. Untuk menghindari retak rambut disaranakan, pekerjaan pengecoran dilakukan pada waktu malam hari. 5) Spreading Setelah beton diambil dari agitator, beton perlu diratakan ke seluruh jalan. Untuk perataan awal (waktu beton basah) dilakukan menggunakan jidar aluminium. 6) Pekerjaan Pemadatan / Vibrating ada 2 tahapan vibrating pada pekerjaan perkerasan kaku, yaitu : a) Penggetaran permukaan dilakukan dengan alat paver b) untuk menjamin kepadatan perlu juga dilakukan penggetaran dengan concrete Vibrator. 7) Pekerjaan Trowel Pekerjaan trowel dilakukan waktu kondisi beton 1/2 kering (setting/mengeras), metoda pekerjaan menggunakan alat bantu mesin trowel, biasanya untuk lokasi di bawah atap, perkerasan beton dilapisi dengan floor hardener, Proses pekerjaan hardener dilakukan pada waktu proses pekerjaan trowel.
8) Pekerjaan Grooving & Penyempurnaan Pekerjaan Grooving atau pemberian texture permukaan ini merupakan pekerjaan yang menuntut kesabaran dan ketrampilan. Pekerjaan grooving harus mengenal tingkat kekerasan beton karena beton yang terlalu keras, tidak dapat dibentuk texturenya yang mensyaratkan kedalaman grooving minimum 3 mm. Beton yang belum mengeras juga kurang baik bila dilaksanakan grooving, karena akan terlalu lembek sehingga texture tidak akan terlihat rapih. 9) Pekerjaan Curing Compound Pekerjaan ini dilakukan untuk melindungi beton dari retak-retak rambut akibat terlalu cepatnya susut beton. Hal ini harus lebih diperhatikan bila pelaksanaan dilakukan di siang hari atau udara sangat cerah. Pekerjaan curing compound dilakukan setelah pekerjaan grooving selesai dilakukan. Bahan yang digunakan dapat berupa produk-produk perawatan beton yang banyak di pasaran. 10) Pekerjaan Tenda Pelindung Tenda di perlukan untuk perawatan beton dan berguna untuk : mengurangi terlalu cepatnya penguapan pada permukaan beton melindungi dari pekerja yang lalu lalang melindungi dari benda yang jatuh melindungi dari hujan 11) Pekerjaan Curing untuk pekerjaan curing dilakukan mulai dari umur beton 1 sampai dengan 7 hari, perawatan diteruskan dengan menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasahkan atau bisa juga menggunakan geotekstile non woven yang dibasahkan secara periodik. Pekerjaan Curing sangat penting untuk mencegah terjadinya retak rambut perkerasan kaku akibat susut yang terlalu cepat. 12) Pekerjaan Cutting
Pekerjaan pemotongan beton perlu dilakukan pada posisi tulangan dowel. Pemotongan dilakukan dengan mesin potong khusus (mesin cutting beton) menggunkan mesin, Waktu pemotongan yang tepat diperkirakan pada waktu beton masih cukup lunak namun belum keras sekali atau kira-kira jam ke 12 sampai dengan 18. Kedalaman pemotongan beton lebih kurang 5 cm. 13) Pekerjaan joint sealant Setelah beton dipotong, celah antara modul perkerasan kaku, diisi dengan joint sealant yang merupakan campuran bahan karet atau aspal.
5. Pompa Underpass PJLP Operator Absen dan Safety Talk Pompa Membersihkan ruangan dalam dan lingkungan rumah pompa (Underpass) Melaksanakan pengecekan bahan bakar, oli mesin dan accu genset Monitoring cuaca antara lain : a. Gelombang (jam) b. Keadaan cuaca (815) c. Jumlah operator d. Keadaan lalu lintas e. Kondisi pompa Mengecek olakan pompa dan pompa submersible Mencatat semua laporan keadaan cuaca dan melaporkan ke Posko Bina Marga dan grup whatapp pompa di wilayah masing- masing Pemanasan genset kurang lebih 15 menit setiap hari atau dua hari sekali Melaksanakan SOP Pompa Underpass dan SOP banjir yang ditetapkan Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta
Dalam kondisi hujan kegiatan pelaporan kondisi cuaca berdurasi per 30 menit atau 15 menit sesuai kondisi cuaca Melakukan monitoring dan pembersihan tali air, grill crossing jalan dan saluran disekitar pompa setiap hari Membuat laporan bulanan kerja pompa dan bahan bakar tertulis dan dilaporkan ke SDBM Wilayah masing-masing Bekerja sesuai shif yang telah ditentukan, terdiri dari 2 shift: a. Pukul 08.00 s.d 20.00 WIB b. Pukul 20.00 s.d 08.00 WIB Jumlah operator Underpass sebanyak 4 petugas per pompa underpass Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan SOP POMPA UDERPASS DI JAKARTA SELATAN SOP POMPA UNDERPASS MANGGARAI Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa di operasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 100 cm pompa di operasikan; Pompa di operasikan sampai mencapai level + 50 cm dan Pompa di non aktifkan. SOP POMPA UNDERPASS BUNGUR Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa nomor 1 siap di operasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 100 cm pompa di operasikan Jika ketinggian level air kolam penampungan semakin naik mencapai level 200 cm maka pompa 1, 2, di operasikan penuh + 60 menit dioperasikan secara
bergantian ke pompa 3 & 4; Apabila ketinggian level air kolam penampung turun mencapai 30 cm maka pompa dimatikan. SOP POMPA UNDERPASS KEBAYORAN LAMA + JAMBLANG Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa I siap di operasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 100 cm pompa utara 1 di operasikan dan pompa 2 tetap di siaga; Jika ketinggian level air kolam penampungan semakin naik mencapai level 200 cm maka pompa 1, 2, pompa di operasikan penuh; Apabila ketinggian level air kolam penampung turun mencapai 100 cm maka pompa utara nomor 2 dimatikan. Pompa nomor 1, tetap di operasikan sampai mencapai level + 30 cm dan Pompa di non aktifkan. SOP POMPA UNDERPASS TRUNOJOYO Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa I siap di operasikan ; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 100 cm pompa 1 akan menyala secara otomatis; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 200 cm pompa II akan menyala secara otomatis. SOP POMPA UNDERPASS MAMPANG Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa I siap di operasikan ; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai +100 cm pompa 1 dioperasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai + 200 cm pompa II juga dioperasikan; Apabila penyedotan air sudah di level + 30 cm, pompa di nonaktifkan SOP POMPA UNDERPASS KUNINGAN Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa I siap di operasikan ; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai +100 cm pompa 1 dioperasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai + 200 cm pompa II
juga dioperasikan; Apabila penyedotan air sudah di level + 30 cm, pompa di nonaktifkan SOP POMPA UNDERPASS KARTINI Kondisi Kolam Penampung Air Harus berada dalam level dasar + 50 cm (ds); Dalam Kondisi grimis atau hujan pompa di operasikan; Apabila tinggi level air kolam penampung naik mencapai 100 cm pompa di operasikan Pompa di operasikan sampai mencapai level + 30 cm dan Pompa di non aktifkan.
6. PENANGANAN JALAN BERLUBANG a. Adanya aduan masyarakat terkait jalan berlubang ( lewat CRM, surat dari warga, twitter, Jaki, Facebook, media sosial lainnya ). b. Pengendali bersama PJLP mengadakan survei bersama, mengukur, menggambar lapangan dan memberi tanda batas bagian permukaan perkerasan yang akan di tambal dengan cat/pilok putih serta menghitung berapa kebutuhan aspal ( alat : meteran, alat ukur, dan kamera ) c. Melakukan Safety Talk, mengenakan perlengkapan keselamatan bagi setiap pekerja dan pasang rambuperingatan di sekitar lokasi pekerjaan d. Mobilisasi Peralatan dan pengecekan alat ( Baby Roller, stamper, Jack hammer, cutter ) e. Memberikan Rambu Pengaman lokasi f. Pembersihan lokasi kerja ( misal : sapu ) g. Tack coating ( manual ) h. Pengelaran Hotmix / Coldmix ( manual ) i. Pemadatan ( Baby Roller / Stamper )
Materi dalam buku ini memang masih sedikit, namun diharapkan dapat membantu diri penulis dan pembaca dalam menjalankan tugas sebagai ASN. Selain dari informasi yang diperoleh dari buku ini, diharapkan juga bisa menggali informasi yang bersumber dari lapangan terkait standar operating procedure (SOP) Jalan, Jembatan dan Kelengkapan Jalan. Setelah menguasai Standar Operating Procedure ini diharapkan dapat menjalankan tugas secara baik sesuai wewenang dan aturan yang berlaku. Seksi Jalan, Jembatan dan Kelengkapaan Jalan
Search
Read the Text Version
- 1 - 36
Pages: