Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 292 PEMBELAJARAN KOLABORATIF: Suatu Landasan untuk Membangun Kebersamaan dan Keterampilan Kerjasama Djoko Apriono ([email protected] Dosen FKIP Universitas PGRI Ronggo Lawe TUBAN Abstrak, keterampilan bekerjasama merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan perempuan, serta golongan. Untuk tetap mempertahankan dan menumbuhkan kegiatan tersebut diperlukan kerja kolaboratif, yang menekankan adanya kerjasama saling kesepahaman, menghargai, tanggung jawab, dan penuh tenggang rasa. Apalagi bangsa Indonesia sedang menghadapi permasalahan di masyarakat yang berupa perselisihan antar etnis, tawuran antar pelajar dan bentuk-bentuk ketidaksesuaian (disekuilibrium) yang bisa mengarah ke disintegrasi bangsa, maka sangatlah penting untuk para peserta didik diberikan pemahaman tentang kerja kolaborasi guna menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan bebas. Dengan demikian akan terbangun kebersamaan yang erat diantara peserta didik sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah secara bersama. Kata Kunci: Pembelajaran Kolaboratif, Kebersamaan, dan Keterampilan Kerjasama Abstract, the skills together is a very much needed by the people in the life today, because almost all behavior that is in the community shows that there is a co- operation of all layers of society, regardless of different tribes, religion, race, men and women, and the party. To keep on retaining for the activity and collaborative working, which emphasizes the cooperation of miraculous mutual understanding, respect, responsibility, and full tolerance. Moreover, people of Indonesia is facing problems in the society in the form litigation inter-ethnic, a brawl between and the forms students misfit (disequilibrium) that can lead to country disintegration, it is very important for the teacher given the understanding of collaboration to face globalization time in filled with challenges and competition are free. Thus a close will be woken up togetherness among teacher so that it would be easier to solve problems together. Key words: collaborative learning, Togetherness, and skills Cooperation
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 293 PENDAHULUAN Upaya pembelajaran hendaknya Proses pendidikan dewasa ini lebih mengarahkan para peserta didik cenderung semakin mengabaikan unsur ³PHQGLGLN´ GDQ SHQGLGLNDQ VHRODK agar mereka memiliki keharmonisan digantikan dengan aktivitas yang lebih menekankan pada aspek-aspek yang hidup yakni hidup bersama dengan EHUVLIDW ³ODWLKDQ PHQJHUMDNDQ VRDO´ guna mengejar target kurikulum sesama, saling menghargai pendapat, semata. Suasana pembelajaran ditandai oleh adanya kompetisi diantara peserta menghormati orang berbicara, didik dan telah mengabaikan prinsip pembelajaran bermakna yang lebih tanggung jawab, rela berkorban, bersifat fungsional dan konstektual. Metode pembelajaran yang hanya akomodatif, dan berjiwa besar. Cara- meneruskan pengetahuan, oleh Hiltz dalam Apriono (2011) dikatakan cara yang dirasa mampu menggerakkan sebagai, the sage on the stage, tidak memberikan peluang bagai para peserta proses pembelajaran seperti ini, yakni didik berinteraksi dan bertransaksi antar peserta didik menyebabkan melalui belajar kerjasama secara mereka kehilangan waktunya untuk mengartikulasikan pengalaman belajar. kolaborasi. Perlu disadari Pembelajaran yang memberikan latihan berpikir kritis (critical thinking) dan sesungguhnya sejak lahir manusia interaksi social (social interaction) hanya mendapatkan porsi waktu yang hidup dalam lingkungan keluarga, sangat sedikit karena pendidik hanya disibukkan dengan tugas rutin untuk kelompok sebaya, masyarakat segera menuntaskan kurikulum yang menjadi tanggung jawab dirinya semanusiar, bangsa, dan bahkan (Setyosari, 2009). masyarakat antar bangsa atau dunia. Kerja kolaborasi sebenarnya telah dirintis dan diciptakan oleh para pendidri bangsa ini (the founding fathers), yakni tatkala mereka membentuk dalam suatu ikatan rasa kebangsaan atau nasionalime tanpa SDPULK GHQJDQ ³,.5$5 6803$+ 3(08'$ ´ \\DQJ GLODQMXWNDQ dengan membentuk sebuah organisasi bernama BPUPKI yang bertugas mendesain Konstitusi Negara ini, yang lebih dikenal dengan sebutan UUD 1945. Bisa dibayangkan kerja kolaborasi yang hanya dikerjakan oleh
294 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono 62 orang telah dapat melahirkan satu permasalahan di masyarakat yang NDU\\D ³PRQXPHQWDO´ GDODP NXUXQ berupa perselisihan antar etnis, tawuran waktu yang relative singkat. Dikatakan antar pelajar dan bentuk-bentuk sebagai karya yang monumental, ketidaksesuaian (disequilibrium) yang karena di dalamnya memuat landasan bisa mengarah ke disintegrasi bangsa, fundamental dan tujuan bangsa maka sangatlah penting untuk para Indonesia yang mengatur tentang peserta didik diberikan pemahaman tatanan Negara Indonesia. Karya besar tentang kerja kolaborasi guna ini dilakukan secara kolaborasi, karena menghadapi globalisasi yang penuh telah melibatkan para pakar hukum, dengan tantangan dan persaingan sejarah, ekonomi, sosiologi, politik, bebas. arsitektur, bahasa, pemuka masyarakat, pemangku adat, dan tidak ketinggalan Urgensi Pembelajaran Kolaboratif adalah para tokoh agama. Ungkapan, sepi ing pamrih rame ing gawe, Sebagian pendidik telah rasanya sangat tepat untuk diberikan menyadari bahwa pembelajaran yang pada para pendiri bangsa ini yang telah memandang peserta didik menjadi menghasilkan suatu karya monumental cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu bagi bangsa ini. Pertanyaannya bekerjasama memecahkan masalah sekarang, mampukah manusia yang berkaitan dengan kehidupan mengembalikan cita-cita luhur, yakni mereka sehari-hari adalah merupakan kerja kolaborasi yang dalam istilah hal penting, karena proses belajar yang lama bangsa Indonesia dikenal dengan diperoleh peserta didik selama ini lebih ³*RWRQJ 5R\\RQJ´\" EDQ\\DN SDGD ³EHODMDU WHQWDQJ´ (learning about thing) daripada Oleh karena itu pada tulisan ini ³EHODMDU EDJDLPDQD´ learning how to akan dipaparkan pentingnya kerja be). Contoh dalam pembelajaran, kolaborasi yang menekankan adanya peserta didik belajar tentang toleransi kerjasama saling kesepahaman, beragama, maka kepada mereka menghargai, tanggung jawab, dan diajarkan apa pengertian dan ciri- penuh tenggang rasa. Apalagi bangsa cirinya serta cara untuk mencapai Indonesia sedang menghadapi
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 295 hidup bertoleransi, tetapi mereka tidak bekerjasama dengan orang lain atau belajar bagaimana mengubah perilaku sehingga mencapai taraf yang masyarakat (Apriono, 2011). bertoleransi (Apriono, 2011). Dengan demikian dalam kehidupan riil,peserta Hasil belajar hendaknya lebih didik tahu bahwa tindakan kekerasan merupakan salah satu perilaku yang beorientasi pada aspek kognitif tingkat tidak bertoleransi, tetapi banyak diantara mereka yang memaksakan tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi), kehendak pada orang lain, bahkan sering terjadi konflik antar mereka. aspek afektif, dan psikomotor. Hal Tampaknya pengetahuan yang dimiliki oleh mereka merupakan hasil tersebut akan terkait dengan perilaku transmisi informasi semata, belum merupakan suatu yang dicari, digali, peserta didik setelah mereka berada di dan ditemukan sendiri sehingga betul- betul menjadi miliknya dan menjadi tengah-tengah masyarakat, di mana bagian dari kehidupannya. mereka akan dihadapkan pada Pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil belajar kognitif masalah-masalah riil yang tingkat rendah, tentu akan memberikan dampak yang kurang positif pada membutuhkan pemikiran lebih peserta didik, karena peserta didik cenderung individualistis, kurang mendalam. Menurut Hill & Hill (dalam bertoleransi dan jauh dari nilai-nilai kebersamaan. Mereka belajar semata- Setyosari, 2009:12), ada beberapa mata hanya mencari nilai yang bagus, dan mementingkan diri sendiri. Hal keunggulan pembelajaran kolaborasi, yang seperti ini akan terbawa hingga dewasa, sehingga akan mengalami antara lain berkenaan dengan (1) kesulitan dalam bergaul dan prestasi belajar lebih tinggi, (2) pemahaman lebih mendalam, (3) mengembangkan keterampilan kepemimpinan, (5) meningkatkan sikap positif, (6) meningkatkan harga diri, (7) belajar secara inklusif, (8) merasa saling memiliki, dan (9) mengembangkan keterampilan masa depan. Salah satu hasil penelitian pembelajaran kolaboratif ditunjukkan oleh Clark & Baker (2007), bahwa penerapan collaborative learning pada kelompok yang beragam memberikan hasil yang positif. Penelitian oleh Gokhale (1995) menyimpulkan bahwa
296 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono pembelajaran kolaboratif melalui Keterampilan bekerjasama diskusi, klarifikasi gagasan, dan merupakan suatu hal yang sangat evaluasi dari orang lain dapat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menguatkan pemikiran kritis dan kehidupan dewasa ini, karena hampir efektif dalam mendapatkan semua perilaku yang ada di masyarakat pengetahuan faktual. menunjukkan adanya kerjasama dari Manusia pada hakekatnya semua lapisan masyarakat, tanpa adalah makhluk yang terus berusaha memandang perbedaan suku, agama, meningkatkan keterbatasan dirinya, ras, laki-laki dan perempuan, serta keterbatasan pikirannya dan golongan. Seperti perilaku dalam: keterbatasan tradisi yang mengikatnya, unjuk rasa menyampaikan suatu dengan menolaknya sebagai suatu fakta pendapat, menghargai dan dan sebagai satu kenyataan menghormati ide orang/ kelompok lain, (Sumaatmadja, 2000). Hakekat mengikuti rapat di kampung, manusia yang demikian itu, menyampaikan kritik kepada dimungkinkan karena manusia pemerintah, mengelola dan mencegah memiliki akal budi yang dapat terjadinya konflik sosial di desa, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan LSM dalam meningkatkan kepentingan hidupnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat untuk manusia akan selalu melakukan pencegahan KKN (korupsi, kolusi dan interaksi dan kerjasama dengan orang nepotisme) dan sebagainya. lain dalam mencapai tujuan-tujuan Pentingnya memiliki keterampilan yang diinginkannya. Lebih-lebih dalam kerjasama dalam kehidupan manusia, era globalisasi seperti saat ini, ada sejalan dengan pernyataan Johnson, kecenderungan ketergantungan antar Johnson & Holubec (1998), yang manusia dalam segala hal. Dengan menyatakan bahwa sama seperti demikian keterampilan bekerjasama seorang pendidik harus mengajarkan dengan orang lain sangat dibutuhkan, keterampilan akademis, keterampilan dan merupakan suatu aspek sosial yang kerjasama juga harus diberikan kepada harus dimiliki oleh setiap orang dalam peserta didik, karena tindakan ini akan kehidupannya. bermanfaat bagi mereka untuk
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 297 meningkatkan kerja kelompok, dan Langkah-langkah Pembelajaran Kolaborasi menentukan bagi keberhasilan Salah satu cara yang relevan hubungan sosial di masyarakat. bagi peserta didik untuk belajar menghadapi tantangan hidup yang Bordessa (2005) juga menyatakan semakin kompleks adalah mengalami dan menghadapi tantangan pentingnya seseorang peserta didik permasalahan tersebut dengan cara bekerjasama dalam kelompok. Hal memiliki keterampilan kerjasama, tersebut menurut (Panitz, 1996) disebut dengan collaborative learning, yakni dengan mengatakan bahwa peserta suatu metode dalam pembelajaran yang melibatkan beberapa peserta didik didik benar-benar harus belajar untuk secara bersama-sama tergabung dalam kelompok yang mengakui adanya bekerjasama menuju satu tujuan, yakni perbedaan kemampuan dan sumbangan pemikiran tiap-tiap individu. adanya pemahaman bahwa tidak ada Ditambahkan oleh Smith & MacGregor (1992), pembelajaran kolaboratif satu orangpun yang memiliki semua membangun kapasitas untuk mentoleransi atau menyelesaikan jawaban yang tepat, kecuali dengan perbedaan dan membangun pendapat dalam sebuah kelompok. Model bekerjasama. kolaboratif dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika terjadi kolaborasi, Berdasarkan pernyataan- semua peserta didik aktif. Mereka saling berkomunikasi secara alami. pernyataan tersebut, keterampilan Dalam sebuah kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 anak, disanapendidik kerjasama merupakan aspek sudah membuat rancangan agar peserta didik yang satu dengan yang lain bisa kepribadian yang penting, dan perlu dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu keterampilan kerjasama khususnya dalam pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dari orang tua dan pendidik untuk diberikan kepada anak semenjak usia dini, agar menjadi suatu kebiasaan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan kerjasama dapat diajarkan melalui keluarga, lembaga sekolah, lembaga agama, lembaga pramuka, dan lembaga sosial yang lainnya.
298 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono berkolaborasi. Dalam kelompok yang proses kelompok di mana anggota sudah ditentukan oleh pendidik, fasilitas yang ada pun diusahakan anak mendukung dan bersandar pada satu mampu berkolaborasi. Misalnya, dalam kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 sama lain untuk mencapai suatu tujuan tersebut seorang pendidik hanya menyiapkan 2 sampai 3 kotak alat yang disetujui. Definisi ini memandang mewarna yang dipakai secara bergantian. Dengan harapan, setiap kelas sebagai suatu tempat sempurna peserta didik bisa bekomunikasi satu dengan yang lainnya. Dengan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi aktif antar peserta didik, akan terjalin hubungan yang baik dan dan pembentuk tim/ kelompok yang saling menghargai. Alat tersebut bukan milik pribadi, melainkan sudah diperlukan untuk hidup dikemudian menjadi milik bersama. Setiap anak tidak merasa memiliki secara pribadi, hari. Lebih jelas dinyatakan dalam situs tetapi bisa dipakai bersama. Pada saat yang sama mempunyai keinginan yang sama, bahwa collaborative untuk memakainya maka akan terjadi komunikasi yang alami dengan learning adalah interaksi antara penggunaan santun bahasa. Dalam kondisi seperti ini seorang pendidik anggota tim: (1) yang dikembangkan hanya mengamati cara kerja peserta didik dan cara berkomunikasi serta dan berbagi suatu untuk mencapai menjadi pembimbing saat peserta didik memerlukan bantuan. tujuan umum, (2) memberi masukan Menurut Felder, R.M (tanpa untuk lebih memahami masalah yang tahun) yang di muat dalam situs web http://www.studygs.net/cooplearn.htm, dihadapi, (3) menanyakan, lebih collaborative learning adalah suatu mengerti secara mendalam dan solusi pemecahannya, (4) bereaksi dan bekerja untuk memahami terhadap pertanyaan lain, pengertian yang mendalam dan solusi, (5) masing- masing anggota menguasakan pada anggota lain untuk berbicara dan memberi masukan dan untuk mempertimbangkan kontribusi mereka, (6) dapat dipertanggung-jawabkan ke orang yang lain, dan mereka dapat dipertanggung-jawabkan kepada dirinya sendiri, dan (7) diantara anggota tim ada saling ketergantungan.
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 299 Dalam collaborative learning, digunakan untuk mengajar pendidik atau dosen mendelegasikan/ keterampilan hubungan antar pribadi, memindahkan semua otoritas kepada karena pembelajaran adalah sebuah tim belajar, kerja kolaboratif sungguh- proses konstruktif yang aktif, jadi sungguh menguasakan dan berani untuk belajar informasi baru, ide, atau menyerahkan semua resiko hasil kerja keahlian, peserta didik manusia kelompok atau kelas yang mungkin sebaiknya bekerja secara aktif dengan kurang disetujui atau dalam suatu cara yang bermakna. posisi yang tak meyakinkan atau Collaborative learning menghasilkan suatu solusi yang tidak sejatinya merupakan metode sesuai dengan milik pendidik atau pembelajaran yang lebih menekankan dosen.Seperti dikemukakan oleh Smith pada tugas spesifik dan berbagi tugas & MacGregor (1992) pembelajaran dalam kerja kelompok, kolaboratif melibatkan gabungan kerja membandingkan kesimpulan dan keras atau usaha intelektual oleh prosedur kerja kelompok, dan peserta didik yang bekerja dalam memberikan keleluasaan yang lebih kelompok untuk mendapatkan besar pada peserta didik dalam kerja pengertian, solusi, arti atau kelompok (Dillenbourg, 1999). Hal menciptakan sebuah produk, dan tersebut tentu saja sangat bertolak keseluruhan terpusat pada eksplorasi belakang dengan metode peserta didik, bukan penjelasan konvensional, yang lebih menekankan pendidik secara simpel atau secara pada ceramah dan diskusi kelompok mendetail. yang ketat dengan pengawasan Pembelajaran kolaboratif pendidik, yang membuat peserta didik mengijinkan para peserta didik untuk menjadi kurang aktif dalam bekerja membentuk kelompok berdasarkan dan berpendapat. Pada proses pertemanan atau friendship dan minat pembelajaran yang konvensional, peserta didik. Pembicaraan peserta pembelajar memberikan materi belajar didik ditekankan sebagai alat/ makna secara searah, yakni dalam bentuk satu untuk bekerja berbagai hal ke luar. arah komunikasi (teacher oriented), Penemuan dan pendekatan kontekstual namun pada proses pembelajaran
300 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono inovatif, arah komunikasi adalah dua manfaat yang besar bagi kelompok yang beragam. arah (student oriented). Hasil Pembelajaran Kolaboratif Dalam pembelajaran Myers (1991) memandang collaborative learning sebagai kolaboratif sangat diperlukan sifat-sifat pembelajaran yang berorientasi \"transaksi\" ditinjau dari sisi kerjasama, menghargai pendapat orang metodologi. Orientasi itu memandang pembelajaran sebagai dialogue antara lain, pengendalian diri, kesabaran, dan peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan pembelajar, kecerdasan emosional yang mumpuni peserta didik dengan masyarakat dan lingkungannya. Para peserta didik dari peserta didik, karena dengan dipandang sebagai pemecah masalah. Perspektif ini memandang mengajar memiliki sifat-sifat yang demikian itu VHEDJDL ´percakapan\" di mana para pembelajar dan para peserta didik diharapkan pembelajaran akan lebih belajar bersama-sama melalui suatu proses negosiasi. Proses negosiasi bermakna, menyenangkan dan dalam pola belajar kolaborasi memiliki 6 karakteristik, yakni (1) tim berbagi menghasilkan pemecahan masalah tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) diantara anggota tim seperti yang diharapkan. Seperti saling memberi masukan untuk lebih memahami masalah yang dihadapi, (3) dikemukakan dalam penelitian para anggota tim saling menanyakan untuk lebih mengerti secara Cabrera, Nora, dkk (2002) bahwa mendalam, (4) tiap anggota tim menguasakan kepada anggota lain pembelajaran kolaboratif untuk berbicara dan memberi masukan, (5) kerja tim dipertanggungjawabkan menghilangkan stereotype yang biasanya dilekatkan pada mahapeserta didik kalangan tertentu, bekerjasama dalam kelompok, dan terbiasa dengan orang-orang yang berbeda, serta menghasilkan lulusan yang berwawasan luas dan menerima keanekaragaman, sebagai salah satu syarat untuk sukses di era globalisasi seperti sekarang ini. Hasil penelitian Clark & Baker (2007) menunjukkan bahwa terdapat kesepahaman umum dikalangan pembelajar, jika collaborative learning memberikan
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 301 ke (orang) yang lain, dan merangkum, yaitu membuat dipertanggung-jawabkan kepada kesimpulan dari hasil diskusi atau dirinya sendiri, dan (6) diantara penjelasan yang diberikan, (6) anggota tim ada saling ketergantungan mencatat, yaitu membuat catatan (Myers, 1991). Aktivitas pembelajaran tentang segala sesuatu yang terjadi dan kolaboratif membuat berbeda secara diperoleh kelompok, dan (7) luas, tetapi keseluruhan terpusat pada menghubungkan, yaitu meningkatkan eksplorasi peserta didik, bukan interaksi yang terjadi antara anggota penjelasanpendidik secara simple atau kelompok (Panitz, 1996). penjelasan secara mendetail (Smith & Lebih lanjut (Johnson 1991, Mac Gregor, 1992). 1993; Johnson dan Johnson 1991; Ada sejumlah faktor yang perlu Johnson dan Johnson 1994) diperhatikan dalam pola belajar menjelaskan ada sangat banyak skill kolaboratif, yakni peran peserta didik interpersonal yang mempengaruhi dan peran pembelajar (Panitz, 1996). keberhasilan usaha-usaha kolaboratif Peran peserta didik yang harus yang dilakukan oleh pembelajar ketika dikembangkan adalah (1) pembelajar mengobservasi dan mengarahkan, yaitu menyusun rencana memonitor peserta didik, skill tersebut yang akan dilaksanakan dan meliputi empat tingkatan, yakni (1) mengajukan alternatif pemecahan forming (membentuk), skill yang masalah yang dihadapi, (2) paling dasar yang dibutuhkan untuk menerangkan, yaitu memberikan menciptakan kelompok pembelajaran penjelasan atau kesimpulan- kooperatif, (2) functioning kesimpulan pada anggota kelompok (memfungsikan), skill yang dibutuhkan yang lain, (3) bertanya, yaitu untuk mengelola kegiatan kelompok mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam menyelesaikan tugas dan untuk mengumpulkan informasi yang menjaga hubungan kerja yang efektif ingin diketahui, (4) mengkritik, yaitu diantara para anggotanya, (3) mengajukan sanggahan dan formulating (merumuskan), skill yang mempertanyakan alasan dari usulan/ dibutuhkan untuk membangun pendapat/pernyataan yang diajukan, (5) pemahaman yang lebih dalam terhadap
302 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono materi yang sedang dipelajari untuk Dalam sejarah tercatat beberapa menstimulasi penggunaan strategi- hasil kolaborasi sangat besar strategi penalaran tingkat tinggi, dan pengaruhnya, misalnya negara untuk memaksimalkan penguasaan dan Amerika Serikat, pernah menjadi retensi materi yang diberikan, dan (4) negara jajahan Inggris karena adanya fermenting (mengembangkan), skill perang saudara di negara tersebut, yang dibutuhkan untuk menstimulasi namun dengan adanya kolaborasi dari rekonseptualisasi materi yang sedang tokoh-tokoh semacam George dipelajari, konflik kognitif, dan Washington, Thomas Jefferson dkk pencarian lebih banyak informasi, serta yang bekerja secara kolaborasi dengan komunikasi tentang rasional di balik tokoh-tokoh masyarakat, maka lahirlah kesimpulan-kesimpulan seseorang. bangsa Amerika pada 4 Juli 1776, Dalam kerja kolaboratif, menurut dalam sejarah ketatanegaraan Dillenbourg (1999) peserta didik Indonesia tercatat ada jiwa besar, berbagi tanggung-jawab yang tenggang rasa dan toleransi yang tinggi digambarkan dan yang disetujui oleh dari para tokoh muslim yang tergabung tiap anggota, persetujuan itu meliputi dalam PPKI, yang merubah dan (1) kesanggupan untuk menghadiri, menghilangkan tujuh kata yang ada kesiapan dan tepat waktu untuk pada Sila Pertama Pancasila, karena memenuhi kerja tim, (2) diskusi dan mereka menghargai pendapat tokoh- perselisihan paham memusatkan pada tokoh non muslim, bahwa Indonesia masalah yang dipecahkan dengan bukan milik muslim semata tetapi menghindarkan kritik pribadi, dan (3) menjadi milik bersama seluruh bangsa ada tanggung jawab tugas dan tanpa membedakan suku, agama, ras menyelesaikannya tepat waktu. Peserta dan golongan. didik boleh melaksanakan tugas, sesuai dengan pengalaman mereka sendiri KESIMPULAN meskipun sedikit pengalaman Beberapa hal yang bisa dibanding anggota lainnya yang disimpulkan dari tulisan ini, bahwa penting dapat berpikir jernih/baik sekolah-sekolah perlu merekonstruksi sesuai dengan kapabilitasnya. proses pembelajaran di kelas yang
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 303 selama ini berlangsung. Peserta didik Mahapeserta didik.Jurnal perlu diberikan wawasan kerja kolaborasi, sehingga akan terpupuk Prospektus UNIROW Tuban, 7 jiwa-jiwa yang saling menghormati, menghargai, tenggang rasa, tanggung (1), 13-20. jawab, jujur dan terbuka. Apabila hal ini telah menjadi pondasi pendidik Arnseth, H.C dan Sten Ludvigsen. dalam mengaplikasikan proses pembelajaran di kelas, Insya Allah 2000. Collaboration and hasil pendidikan manusia ke depan akan menghasilkan anak-anak bangsa Problem Solving in Distributed yang memiliki rasa ´KXPDQ GLJQLW\\´ yang tinggi. Hasil pembelajaran yang Collaborative nampak tidak hanya tertanamnya pengetahuan semata, tetapi lebih dari Learning.University of Oslo itu berkembangnya jiwa dan budi pekerti yang luhur para peserta didik. Barbara Wasson, Anders Mørch Proses pembelajaran dijalankan berdasarkan metode-metode yang tepat University of Bergen: dan relevan, yang menurut ajaran Islam didasarkan atas syariat, hakikat, tarikat, http://www.ll.unimaas.nl/euro- GDQ PD¶ULIDW 'HQJDQ GHPLNLDQ pembelajaran kolaboratif ini akan cscl/Papers/8.doc. Diakses 8 menjadi cara yang strategis dalam pembelajaran untuk mewujudkan Desember 2008. kedamaian umat manusia melalui kerjasama berbagai aspek kehidupan.. Brown, Faith A. 2002. Collaborative DAFTAR PUSTAKA Learning in the EAP Classroom: Apriono, D. 2009. Implementasi Students Perceptions. Collaborative Learning dalam Meningkatkan Pemikiran Kritis http://www.esp- world.info/articles 17/ppf/collaborative learning.pdf.2002. diakses tanggal 2 Mei 2009. Cabrera, AF., Nora, A., Crissman, Jl., Terenzini, P.T., Bernal, Elena M., & Pascarella, ET. 2002. Collaborative Learning: Its Impact on College Students Development and Diversity. Journal of College Students Development, 1 (43), 20- 34. Clark, Jill.,& Baker, Trish. 2007. Collaborative learning in diverse groups: a New Zealand experience. http://www.isana.org.au/files/thurs -c2-clark.pdf. diakses tanggal 12 April 2009. Dillenbourg, P. 1999. What do you mean by collaborative learning?. In Dillenbourg P (Ed) Collaborative-learning: Cognitive and Computa-tional Approaches. (1-19). Oxford: Elsevier. Dillenbourg, P., Baker, M., Blaye, A., & O Malley, C.1996.The evolution of researcht on
304 Pembelajaran Kolaboratif «««««««««« . Djoko Apriono collaborative learning. In E Spada College: WhatEvidence Is There & P Reiman (Eds) Learning in That It Work? Change, Human and Machine: Towards July/August, 27-35. on interdisiplinary learning /RRNDWFK 5 3 ³&ROODERUDWLYH science. (189-211) Oxford: Learning and Multimedia: Are Elsevier. Diakses tanggal 20 Two Heads Still Better, Oktober 2008. http://www.studygs.net/cooplea 'XLQ - 6 HW DO ³&ROODERUDWLYH rn.htm. diakses tanggal 29 3URFHVVHV ´'DODP 'LVKRQ ' Nopember 2008. 2¶/HDU\\ : 3 A Panitz, Ted. 1996. Collaborative Guidebook For Cooperative versus cooperative learning a Learning: A Technique For comparison of two concepts Creating More Effective Schools. which will help us understand Holmes Beach, FL: Learning the underlying nature of Gokhale, Anuradha A. 1995. interactive learning. Collaborative Learning http://ses.une.edu.au/cf/papers/p Enhanches Critical df. diakses tanggal 20 Oktober Thinking.Journal of Technology 2008. Education. 1 (7) 1-9. Panitz,Ted. 1996. A Definition of Jaritz, Jane., Nakagawa. Spencer Collaborative vs Cooperative .DJDQ¶V &RRSHUDWLYH /HDUQLQJ Learning: Structures. http://www.city.londonmet.ac.uk/ http://jalt.org/pansig/PGL2/HT deliberations/collab.learning/pani ML/Nakagawa.htm. diakses tz2.html. diakses 18 Nopember pada tanggal 24 Januari 2009. 2008. Johnson, C.D. 1983. The morally Qin, Z, Johnson, D.W, dan Johnson, educated person in a pluralistic R.T. 1995. Cooperative versus society. Journal Educational Competitive efforts and problem Theory, 31 (3&4) 237 ± 249. solving.Reviewof Educational Johnson, D.W. & Johnson, R.T,1988. Research, 65 (2) p. 129-143. Cooperative Learning: Two Setyosari, Punaji. 2009. Pembelajaran heads learn better than one. Kolaborasi Landasan untuk http:www.contextlorg/ICLIB/IC Mengembangkan Keterampilan 18/Johnson.htm. Diakses tanggal Sosial, Rasa saling Menghargai 30 April 2008. dan Tanggung Jawab.Pidato Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Pengukuhan Pendidik Besar Holubec,E. 1993. Circles of dalam Bidang Ilmu TEP pada learning. Edina: Interaction FIP UM disampaikan pada Book Company. sidang terbuka Senat UM 14 Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Mei 2009. Holubec,E. 2004. The New Sumaatmadja, N. 2000. Perspektif Circles of learning.Virginia: Studi Sosial. Bandung: Alexandria. Alumni. Johnson, D.W. & Johnson, R.T, &Smith, Karl.A. 1998. Cooperative Learning Returns To
Search
Read the Text Version
- 1 - 13
Pages: