Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bahan Ajar

Bahan Ajar

Published by azizzahrahayu, 2021-08-15 09:58:00

Description: Bahan Ajar

Search

Read the Text Version

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN DAN PEMECAHAN MASALAH IPS SD DOSEN: MUHAMAD BASORI, S.Pd.I., M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UN PGRI KEDIRI 2020 i

DAFTAR ISI BAB I KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS DI KELAS RENDAH. 1 BAB II PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS SD KELAS RENDAH. 5 BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN IPS SD KELAS RENDAH 14 BAB IV LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK 19 BAB V MEDIA PEMBELAJARAN IPS 29 BAB VI KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS KELAS TINGGI 43 BAB VII ISU-ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PENGAJARAN IPS SD 52 BAB VIII PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS SD KELAS TINGGI 57 BAB IX MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF 70 MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE BAB X PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL. 73 MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE BAB XI PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN PERSONAL. 77 BAB XII MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNEAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI . 81 BAB XIII MERANCANG DAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN PEDEKATAN PEMECAHAN 84 MASALAH. BAB XIV MERANCANG DAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN IPS BAB XV TREPADU DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMANISTIK. 91 MERANCANG DAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WILAYAH. 93 BAB XVI MERANCANG & MENYUSUN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN IPS 96 DAFTAR PUSTAKA 108 ii

iii

BAB I KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS DI KELAS RENDAH A. Karakteristik IPS di Kelas Rendah Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sendiri oleh guru. Penyusunan rencana tersebut adalah berpedoman kepada Silabus atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah dikembangkan oleh guru, sekolah, dan komite sekolah. Pembelajaran yang demikian ini sesungguhnya yang merupakan substansi dari implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah. Setiap tingkat satuan pendidikan haruslah menyusun sendiri kurikulum yang akan dilaksanakan oleh para pengajar di sekolah yang bersangkutan. KTSP yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang dirancang oleh para ahli pengembangan kurikulum disetiap tingkat satuan pendidikan. KTSP disusun bersama-sama oleh guru, komite sekolah/pengurus yayasan, konselor (Bimbingan Konseling), dan narasumber, kemudian disupervisi oleh Dinas Pendidikan. KTSP ditandatangani oleh kepala sekolah, komite sekolah, dan kepala dinas pendidikan. Terhadap siswa kelas rendah (kelas I, II, dan III) di SD, pembelajarannya merupakan pembelajaran yang bersifat konkrit. Pembelajaran ini lebih sesuai diberikan bagi siswa di kelas rendah. Anak pada usia 7-8 tahun kecenderungannya masih melihat hal-hal yang konkrit dari pada yang abstrak. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan siswanya. Hal lain yang juga harus dipahami, yaitu proses belajarnya harus dikembangkan secara interaktif. Didalam pembelajaran kepada siswa kelas rendah, gurulah yang memegang peranan penting didalam menciptakan stimulus agar siswa menyadari kejadian-kejadian yang ada disekitar lingkungannya. Pembelajaran bagi siswa kelas rendah di SD juga harus dipahami bahwa mereka masih banyak membutuhkan perhatian karena para siswa kurang terfokus dalam berkonsentrasi, serta kurang adanya perhatian. oleh karena siswa kurang memusatkan perhatian didalam belajar, maka guru harus memperhatikan kecepatan dan aktivitasbelajar setiap siswanya, sehingga diperlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif. Prinsip efesiensi janganlah menjadi dasar bertindak atau berbuat pada kegiatan pembelajaran (pendidikan) seorang guru, sebab prinsip tersebut padahakikatnya hanya dapat diberlakukan pada aktivitas dibidang ekonomi. Guru harus melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif (tepat dan benar), bukan efisien (menghemat) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirancang/direncanakan dalam Rencana Pembelajaran (RP). Untuk mencipatakan suasana pembelajaran sehingga menjadi menarik dan efektif maka guru harus dapat menggunakan berbagai strategi, pendekatan, dan metode mengajar yang menarik pula. Metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses belajar dikelas rendah di SD, diantaranya adalah: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) tanya jawab, (4) penampilan, (5) diskusi, (6) studi mandiri, (7) belajar kelompok, dan (8) observasi atau pengamatan. Penggunaan atau pemilihan strategi dan metode 1

mengajar ini harus pula mempertimbangkan faktor-faktor atau hal-hal yang ikut terlibat (memengaruhi)dalam suatu proses belajar-mengajar, misalnya sumber belajar, media, dan alat pembelajaran, situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan jenis metode mengajar dan kemampuan yang dapat dicapai sesuai dengan indikatornya, berbagai metode mengajar yang dapat diaplikasikan pada pembelajaran IPS di kelas rendah di SD dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Jenis Metode Mengajar Kemampuan yang dapat dicapai sesuai Indikator 1 Ceramah Menjelaskan konsep/prinsip-prinsip/prosedur 2 Demonstrasi Menjelaskan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu 3 Tanya jawab Mendapatkan umpan balik/partisipasi/menganalisis 4 Penampilan Melakukan suatu keterampilan 5 Diskusi Menganalisis atau memecahkan suatu masalah 6 Studi Mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/meng evaluasi/melakukan sesuatu hal yang bersifat kognitif dan psikomotor 7 Belajar Kelompok Menganalisis/menjelaskan secara bersama terhadap sesuatu yang sedang dikaji 8 Observasi atau Pengamatan Menjelaskan/melihat sesuatu dalam kondisi/situasi tertentu yang bersifat psikomotor Apabila guru ingin melakukan pengembangan sikap ilmiah (jika akan dilakukan) pada diri siswa kelas rendah di SD dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin tahu, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Dalam rangka pengembangan kreativitas siswa maka proses pembelajarannnya dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-hari. Sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran bagi siswa kelas rendah di SD, hal-hal berikut di bawah ini merupakan contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), antara lain: (1) Mengolong-golongkan peran anggota keluarga (2) Menerapkan etika dan sopan santun di rumah, di sekolah, dan di lingkungan (3) Menggunakan kosakata geografi untuk menceritakan tentang tempat (4) Menceritakan cara memanfaatkan uang secara sederhana melalui proses jual beli barang ataupun menabung (5) Menceritakan masa kecilnya melalui bantuan foto maupun dari cerita ornag tuanya (6) Menceritakan silsilah dalam keluarga (7) Menjelaskan fungsi anggota tubuh secara individu 2

(8) Melakukan mekanika tubuh yang baik dalam duduk, berdiri dan berjalan (9) Melakukan latihan dalam meningkatkan kualitas fisik motorik Berdasarkan kepada contoh-contoh yang telah disajikan diatas tergambarlah bahwa pelajaran IPS bagi siswa kelas rendah di Sekolah Dasar (SD) tidak harus selalu dilakukan dengan metode ceramah atau latihan saja tetapi dapat menggunakan beberapa metode mengajar yang memungkinkan siswa beraktivitas lebih tinggi dalam kegiatan belajarnya. Oleh karenanya guru harus kaya akan pengalaman dan kemampuan mengajar agar sasaran belajar dapat dicapai secara efektif dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Sebagaimana menurut kurikulum SD tahun 2004 bahwa guru dianjurkan untuk menggunakan sensorik pada kelas I, II dan III di Sekolah Dasar (SD). Kemudian pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran. Prioritas pembelajaran tematik adalah terciptanya pembelajaran yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik, dimana pembelajaran terpusat pada siswa, suasana belajarnya fleksibel dimana tidak ada pemisah diantara beberapa mata pelajaran terkait, dapat mengembangkan bakat sesuai dengan minat siswa, menumbuhkembangkan kreativitas siswa, kemampuan sosial, belajar dapat bertahan lama, dan menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah. B. Tujuan dan Manfaat IPS di SD Setiap bidang ilmu yang tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) bidang studi tersebut secara keseluruhan. Tujuan ini disebut tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan institusional dan tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan kurikuler yang dimaksud adalah pendidikan IPS secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut. 1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilam terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kurikulum IPS tahun 2006 bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 3

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat di bawa langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat pelajaran ilmu pengetahuan sosial secara nyata. Disamping itu dengan mempelajari ilmu sosial/masyarakat, siswa secara langsung dapat mengamati dan mempelajari norma-norma peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut sehingga siswa mendapat pengalaman langsung adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Dengan kata lain manfaat yang diperoleh setelah mempelajari ilmu pengetahuan sosial disamping mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat, juga membentuk dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik dengan menaati aturan yang berlaku dan turut pula mengembangkannya serta bermanfaat pula dalam mengembangkan pendidikannya ke jenjang yang lebih baik. Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi asapek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan 4

BAB II PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS SD KELAS RENDAH A. Jenis Pendekatan Dalam IPS digunakan berbagai pendekatan. Hal ini tergantung pada berbagai hal seperti tingkat pendidikan, tujuan dan lingkupan pendidikan anak. Berdasarkan hal tersebut kita mengenal; 1. Pendekatan disiplin atau pendekatan struktur. Kita menggunakan pendekatan ini kalau mempelajari IPS bertitik tolak dari disiplin ilmu social tertentu (goegrafi, sejarah, antropologi, ekonomi, dan lain-lain). 2. Pendekatan “broadfield” atau pendekatan antar struktur. Kita menggunakan pendekatan broadfield kalau kita mempelajari IPS melalui berbagai disiplin yang dipersatukan baik secara interdisiplin maupun multidisiplin. Artinya suatu konsep IPS dibahas secara berturut-turut melalui disiplin-disiplin yang kemudian dipersatukan. 3. Pendekatan kemasyarakatan (Pendekatan berorientasikan masyarakat). Pendekatan ini digunakan untuk membahas kegiatan-kegiatan masyarakat yang riil disekitar anak. Dalam hal ini diutamakan kejadian-kejadian hangat (current events) yang sedang berlangsung atau masalah yang mungkin timbul akibat kejadian yang baru dialami. 4. Pendekatan lain seperti pendekatan pengalaman, pendekatan yang terpusat pada siswa (siswa sentries) adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS melalui titik tolak yang berbeda-beda serta titik berat yang berbeda-beda pula. B. Pendekatan Disiplin atau Pendekatan Struktur Kalau kita menyampaikan suatu program yang bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu (misalnya dimulai dari disiplin sejarah atau dari geografi atau dari ekonomi, dan sebagainya) maka disebut menggunakan pendekatan disiplin. Dalam pendekatan disiplin pola kerangka atau sistematika disiplin tersebut merupakan titik tolak dalam menyampaikan konsep-konsep IPS; baru kemudian ditambahkan konsep-konsep disiplin lainnya untuk mendukung konsepkonsep disiplin tersebut. 1. Cara Penyampaian dalam Pendekatan Struktur Dalam pendekatan (disiplin) struktur mata pelajaran haruslah merupakan gambaran yang jelas tentang sistematika dari suatu disiplin. Hal ini mendorong untuk menyampaikan bahan pelajaran secara terpisah-pisah (menggunakan pendekatan terpisah atau disebut “Separated subject approach”. Hal ini sangat merugikan dan bertentangan dengan prinsip IPS. Cara yang tepat dengan mengubah sistematika atau struktur disiplin, dengan mentertautkan konsep-konsep lain yang bersifat menunjang (pendekatan “correlated”) yang dilakukan secara okasional maupun sistematis. Atau dengan cara lain membentuk unit yang terdiri dari 5

sekumpulan konsep-konsep dari sesuatu disiplin yang berkaitan dan didukung oleh konsep- konsep yang lain. 2. Sifat-sifat Pendekatan Struktur a. Tujuan Pendekatan Struktur (Disiplin)  Mendukung tujuan IPS dalam kurikulum.  Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang konsepkonsep ilmu social tertentu.  Untuk menelaah lebih lanjut tentang lingkup utama kegiatan manusia (major areas of human activities).  Untuk memberikan bahan yang lebih banyak dan lebih luas kepada IPS.  Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas pertautan kosep-konsep tertentu dari suatu disiplin dengan disiplin yang lain.  Contohnya : hubungan antara konsep perindustrian/ produksi dari ekonomi dan konsep pengawetan lingkungan polusi-polusi. Pengusaan tanah dari geografi. b. Sifat Pendekatan Struktur (Disiplin)  Harus bersifat struktur (yang terdiri dari konsep dan generalisasi) dari disiplin tertentu yang dapat menunjang IPS.  Yang dapat memungkinkan dilakukannya korelasi.  Menunjang disiplin yang lain.  Mempunyai beberapa konsep yang dapat disorot (high-light).  Bahan-bahan lebih diutamakan yang bersangkutan dengan “major area of human activities”. c. Sifat Kegiatan dalam Pendekatan Struktur (Disiplin)  Dalam proses belajar mengajar hendaknya lebih banyak diberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber diluar buku teks. Misalnya dari surat kabar majalah dan sebagainnya.  Lebih banyak tugas-tugas membaca (perpustakaan)  Lebih banyak tugas untuk studi lapangan (out door study)  Tiap-tiap tugas haruslah diakhiri dengan karya tulis kelompok atau perorangan. 3. Penggunaan Pendekatan Struktur di Dalam IPS a. Alasan-alasan pengunaan pendekatan struktur (disiplin) 1. Pengaruh disiplin ilmu-ilmu sosial didalam IPS sangatlah besar.  Sumbangan disiplin kepada IPS yang berupa ide-ide dasar, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, serta teori-teori dari pada disiplin itu sendiri  Metedologi ilmu sosial yang dibawa masuk kedalam IPS. 2. Untuk mendapatkan gambaran tentang kontinuitas antara konsep-konsep ilmu-ilmu sosial tersebut. 6

3. Untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dari ilmu-ilmu sosial tertentu. 4. Untuk mendapatkan kedalaman pembahasan tentang konsep-konsep ilmu-ilmu sosial tersebut. 5. Keperluan siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam sebagai bekal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi/universitas. 6. Pada sekolah-sekolah tertentu jurusan-jurusan khusus membutuhkan pendalaman tentang sesuatu konsep dari suatu disiplin sehingga memerlukan kekhususan dalam penyampaian. 7. Pengaruh program mengajar yang tersedia (dengan latar belakang pendidikannya). 8. Adanya sumber-sumber bahan buku-buku teks yang tersedia. 9. Metode-metode yang ada banyak dikenal bersifat “subject centered”. 10. Alat-alat peraga yang ada disekolah pada umumnya tersedia untuk mata-mata pelajaran tertentu b. Pelaksanaan Penggunaan Pendekatan Struktur Disiplin Dalam IPS. 1. Memilih pokok-pokok bahasan/sub pokok bahasan dalam kurikulum yang tidak disampaikan melalui pendekatan inter disiplin, multidisiplin atau kemasyarakatan. 2. Menyusun pokok bahasan/sub pokok bahasan dari kurikulum yang mempunyai hubungan/relevansi yang erat menjadi suatu unit (subject mater unit). 3. Mengambil pokok-pokok bahasan yang dianggap kunci (key-concept) untuk dijadikan inti (inti “topicweb”) yang kemudian didukung oleh konsep-konsep lainnya. 4. Mempertautkan sesuatu pokok bahasan/sub pokok bahasan yang berupa konsep dari suatu disiplin dengan beberapa konsep dari disiplin lain yang terdapat dalam bagian lain dari kurikulum. c. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi 1. Penyusunan suatu satu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya pedoman yang tegas untuk memilih pokok bahasan kunci dan pokok- pokok bahasan pendukung. 2. Pandangan tiap-tiap pengajar tentang suatu konsep, kedalaman maupun keluasannya, sangat tergantung pada latar belakang pendidikannya. 3. Keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (antara lain waktu, kesempatan, reference, dan sebagainya). Ini dapat mengakibatkan pelajaran IPS menjadi “kering” dan menjadi “separated subject”. C. Pendekatan Antar Struktur atau Interdisipliner Pendekatan ini merupakan pendekatan dimana bahan atau konsep disusun atau dibahas berturut melalui beberapa disiplin, misalnya : Sejarah, Geografi, Sejarah Ekonomi, dan Sosiologi. 7

Topik-topik : Pasar, Provinsi Jawa Tengah, Urbanisasi, kehidupan di kota lain dan sebagainnya; dibahas atau ditelaah melalui beberapa disiplin ilmu. Pendekatan ini sesuai untuk pelajaran IPS yaitu bersifat integrative atau broadfield. Dengan pendekatan ini suatu konsep dari suatu cabang ilmu sosial atau suatu tema/topik diorganisasi bersama konsep dari berbagai ilmu sosial terpadu. Contohnya : Urabanisasi sebagai suatu konsep geografi akan diisi materinya oleh geografi, ekonomi, politik, sejarah dan lain-lain. Kesemuanya itu terpadu menjadi suatu bahan pelajaran yang utuh/integrative dan tidak merupakan cerita bersambung bidang demi bidang (sandwich system). Sumbangan konsep/bahan dari berbagai ilmu diolah, diramu dan dipadukan baik dari segi urutan/tingkat kesulitan maupun kepentingannya. Kesulitan pengunaan pendekatan ini dalam pelaksanaan pengajaran IPS dapat dimaklumi mengingat bahwa dewasa ini kita belum memiliki guru IPS yang generalis. Tetapi hal ini dapat diatasi melalui “team teaching” pada saat memprogram atau waktu melaksanakannya. Sesungguhnya dalam pelajaran IPS yang bersifat “broadfield” ini dapat dibedakan adanya dua jenis pendekatan yaitu: Pendekatan multidisiplin (multidisciplinary approach) dan Pendekatan interdisiplin (interdisciplinary approach). 1. Pendekatan Multidisiplin Bentuk pengajaran dengan pendekatan ini lebih banyak digunakan, khususnya ditingkat SD dan SMP, penyusunan bentuk pengajaran ini bergantung pada pengambilan konsep-konsep. Generalisasi dan proses dari berbagai disilin ilmu sosial untuk membantu para siswa memahami topik yang mereka pelajari. Dalam pendekatan multidisiplin tidak semua disiplin mengembangkan secara bersama-sama dalam pemahaman topik. Sebagai contoh, banyak model pengajaran dengan pendekatan multidisplin di SD bertumpu pada antropologi dalam mempelajari topik-topik. Disiplin-disiplin lainnya seperti ekonomi, geografi, dan lain-lain biasanya digunakan sebagai ilmu pembantu bilamana diperlukan. Pendekatan multidisiplin mengarah pada pendekatan topic secara cross cultural atau pendekatan topik atau perspektif multikultural. Pada tingkat sekolah yang lebih tinggi (SLTA) pendekatan multidisiplin lebih banyak disajikan dalam bentuk sajian yang disebut “area studies” yaitu bentuk sajian pelajaran yang bersifat penjelajah; wilayah persoalan yang terkandung di dalam topik. Artinya semua aspek dari topik itu ditelaah sehingga pemahaman peserta itu menjadi luas dan dalam, dan dengan demikian tujuan sajian akan tercapai secara mantap. Pada hakekatnya pendekatan multikultural disusun disekitar dan kepentingan: a. Expanding environment – terutama untuk tingkat sekolah dasar (video: buku-buku IPS untuk SD dan Kurikulum). b. Kesinambungan penyajian konsep dari tingkat ke tingkat. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengertian siswa mengenai konsep dasar (key concept) dan konsep inti (core concept) yang ada dalam kurikulum. Bentuk penyajian “spiral” akan berperan penting dalam pendekatan ini. Misalnya: konsep inti interpensi (saling ketergantungan) dimaksudkan 8

dalam kurikulum, maka untuk tingkat SD konsep tersebut berturut-turut akan diberikan di tingkat 1 dalam bentuk studi tentang keluarga, di tingkat 2 dalam bentuk studi tentang sekolah menengah atas, konsep tersebut akan lebih tepat digunakan dalam “area studies”, “social-issues”, dan sebagainya. 2. Pendekatan Interdisiplin Pada hakekatnya model pengajaran dalam pendekatan intersiplin tidak berbeda banyak dengan model pengajaran dengan pendekatan multidiplin. Pendekatan ini juga menggunakan/mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam ilmu sosial. Perbedaannya ialah bahwa model pengajaran dengan pendekatan interdisiplin mendasarkan strukturnya pada penggunaan “core concept” sedangkan model pendekatan Multidispin menggunakan “key concept” dari berbagai disiplin (perlu dicatat bahwa beberapa key concepts disiplin dapat juga merupakan core concepts). Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin adalah adanya demikian banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif untuk digunakan. Pendekatan intersisiplin menunjukkan bahwa beberapa konsep yang terpakai oleh disiplin ilmu-ilmu sosial adalah sama. Konsep ini disebut konsep inti “core concept”. Dalam kenyataannya konsep ini merupakan dasar bagi lebih dari satu disiplin, karena itu dipandang merupakan konsep yang penting untuk dikembangkan dalam kurikulum. Sebagaimana kasus dari pendekatan multidisiplin, maka pendekatan interdisiplin dipandang sangat efektif, bilamana didesain ide “expending environment”. Hal ini dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan para peserta didik yang muda maupun yang lebih tua. Pendekatan ini juga berisi unsur-unsur “cross cultural” dengan tujuaan agar para siswa menyadari kesamaan-kesamaan diantara orang diseluruh dunia. Unsure-unsur cross cultural juga akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami bahwa prilaku yang unik dari orang itu kebanyakan perilaku hasil belajar. Penanganan konsep-konsep di dalam mode spiral juga dikembangkan dengan pendekatan ini. Catatan Core-concept dalam IPS Jika orang memperhatikan konsep dasar dari tiap-tiap ilmu social, seringkali dibingungkan oleh jumlah konsep yang sangat banyak yang membentuk struktur tiap disiplin. Konsep-konsep ini khusus sifatnya untuk disiplin-disiplin itu. Banyak sekali konsep yang tidak mungkin dipelajari semuanya oleh siswa selama mereka bersekolah. Tetapi jika diperhatikan daftar konsep dasar, kita dapat melakukan observasi yang menarik. Ternyata ada beberapa konsep yang merupakan bagian dari sruktur tiap ilmu sosial. Konsep-konsep ini, sering kali disebut konsep inti atau core concept, bersifat interdisiplin. 9

Artinya konsep-konsep itu ditemui dalam ilmu-ilmu sosial karena itu merupakan konsep-konsep yang kuat untuk menentukan scope kurikulum IPS. D. Pendekatan Kemasyarakatan 1. Pengertian Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan orang dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian maka pendekatan kemasyarakatan dimaksudkan adalah seperti pendekatan yang kita gunakan di dalam mempelajari IPS dengan mengambil masyarakat (community) sebagai fokus pembahasan. Artinya semua komponen program diambil dari dan ditujuan pada masyarakat sekitarnya. Tujuan instruksional, materi pelajaran, proses belajar/kegiatan belajar anak, media dan evaluasinya lebih melibatkan masyarakat dari pada textbook maupun disiplin. 2. Sifat-sifat dalam pendekatan kemasyarakatan Dalam menentukan tujuan instruksional disamping ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam tujuan kurikulernya maka harus dipikirkan tujuan-tujuan yang langsung berhubungan dengan aplikasi (penghayatan dan pengalaman) dalam masyarakat sekitarnya. Hal ini antara lain menyangkut: a. Pergaulan siswa di dalam masyarakat yang meliputi kecakapan bergaul (social skill, group skills), sikap ramah tamah, tenggang rasa, suka menolong, pandai menyelesaikan perselisihan, penyesuaian diri dalam berbagai situasi dan bisa mempengaruhi masyarakat sekitarnya. b. Menerima hakekat situasi masyarakat sekitarnya, memahami, mau mengerti keadaan, sosial, menyadari kepentingan manusia disekitarnya dan mengikuti perkembangan masyarakat. c. Bisa memperluas pengetahuan dan pengertian yang dapat disekolah dengan macam-macam kenyataan (fakta) yang didapat di dalam masyarakat (konsep-konsep) sehingga mempunyai scope yang lebih luas dan lebih mendalam. d. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan masyarakat akan hasil pendidikan di sekolah yang dapat digunakan untuk membangun, membina, dan mengembangkan masyarakat. e. Dapat berpartisipasi langsung dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan yang juga diharapkan oleh masyarakat, sehingga mendapatkan ”social respect” dari masyarakat disamping merupakan latihan hidup dan mendapatkan pengetahuan nyata. f. Mengetahui lebih banyak tentang perubahan dan perkembangan yang lebih cepat dari pada yang diduga diketahui disekolah (yang selalu terlambat umumnya) sehingga pengetahuannya selalu aktual. 3. Sifat-sifat Bahasa yang Di Ambil Masyarakat Mengingat tujuan-tujuan tersebut diatas maka bahan pengajaran yang diambil hendaknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 10

a. Dapat memberikan sumbangan yang positif untuk mencapai tujuan instruksional dengan memilih topik-topik yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan masyarakat didalam pembangunan (Repelita, GBHN, P4 dan sebagainya). b. Dapat memberikan pembinaan sosial kepada anak, misalnya dapat memilih topik-topik yang aktual yang berhubungan dengan tata kehidupan dan pergaulan masyarakat desa organisasi masa, organisasi kebudayaan, toleransi beragama, dan sebagainya. c. Dapat memberikan pembinaan kesadaran kewarganegaraan. Misalnya dapat memilih topik- topik yang berhubungan dengan tata pemerintahan dan peraturan seperti: pemerintahan desa, kecamatan, dan seterusnya, peraturan lalu lintas, keamanan, dan sebagainya. d. Dapat memberikan pembinaan kesadaran kebudayaan. Misalnya dapat memilih topik-topik yang berhubungan dengan; adat istiadat, kebiasaan masyarakat, tradisi, riwayat masyarakat, dan kepercayaan rakyat. e. Dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi langsung. Misalya: menanggulangi banjir, kesehatan rakyat, menjaga kelestarian, kebersihan desa hidup sehat, wabah penyakit, pembangunan desa, lalu lintas dan pengangkutan desa dan kota, pembangunan desa, pemberontakan buta huruf, dan sebagainya. f. Dapat memberikan pengetahuan lebih banyak tentang perkembangan/kemajuan masyarakat. Misalnya: fungsi surat kabar pedesaan, televisi dan radio pedesaan, pos keamanan desa, lalu lintas dan pengangkutan desa dan kota, pembangunan desa dan sebagainya. g. Dapat memberikan rangsangan untuk berpikir kritis tentang berbagai kasus masyarakat yang berada atau kesamaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial/IPS di sekolah, currenty events, social issues, controversial issues, pemilu, demonstrasi, pemogokan, kenaikan harga, dan sebagainya. h. Dapat memberikan gambaran tentang perkembangan dan proses sejarah kehidupan dan proses sejarah kehidupan manusia didalam masyarakat. Hasilnya: Desa pada masa lampau, kini dan yang akan datang, sejarah daerah Kediri tempo dulu dan masa kini, dan sebagainya. i. Dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang sifat-sifat manusia dalam pergaulan masyarakat. Misalnya: topik-topik yang bersifat sosio-psychologis, seperti: orang didaerah terpencil, kaum nelayan di daerah pesisir pantai, anak-anak di gunung, kehidupan kaum pengangguran, kaum muslim di bulan puasa, dan sebagainya. j. Dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang kehidupan manusia (major areas of human activities) dan pokok kebutuhan manusia. Misalnya “produksi, distribusi, dan konsumsi, rekreasi, pendidikan, kesenian kegiatan beragama, pemerintahan, dan sebagainya”. E. Pendekatan Lingkungan 11

Berbicara tentang lingkungan kita kenal lingkungan fisik dan lingkungan budaya, kadang-kadang orang menyebutkan juga lingkungan geografis. Lingkungan masyarakat lebih banyak dibicarakan pasal-pasal terdahulu maka disini akan dibicarakan lingkungan fisik dan lingkungan budaya. 1. IPS dan Lingkungan Fisik Didalam pengetahuan tentang lingkungan, unsur fisik memegang peranan penting. Hal ini dimuat dalam tujuan pembelajaran IPS. Tujuan tersebut antara lain: a. Anak harus memahami keadaan lingkungan fisiknya (keadaan alam, kekayaan alam, iklim, nabati, fauna, proses perkembangan, perubahannya serta hubungannya yang timbal balik antara manusia dan lingkungannya. b. Anak harus menyadari bagaimana campur tangan manusia (didalam mengelola sumber- sumber alam) didalam proses penghancuran dan pembangunan “bangunan-bangunan (morfologi) dalam sekitar” dapat berakibat jauh dan merugikan umat manusia dan makhluk- makhluk lainnya. c. Anak harus memahami dan menyadari tentang perlunya perhitungan, pengawasan, dan pengawetan alam sekitar demi kelestarian lingkungan. Didalam IPS diajarkan berbagai bentuk lingkungan dan ukurannya, hubungannya satu dengan yang lainnya, perubahan-perubahan serta sebab akibatnya, terutama bagi umat manusia, di dalam IPS juga diajarkan bagaimana manusia memanfaatkan sumber-sumber alam dan bagaimana pula melindunginya serta bagaimana menjaga kelestarian lingkungan. Untuk memperluas pandangan hidupnya didalam IPS juga diajarkan lingkungan yang makin luas (expanding environtment) serta hubungannya satu dengan yang lainnya. Bagaimana manusia hidup dalam lingkungan yang berbedabeda itu saling membutuhkan. 2. IPS dan Lingkungan Budaya Setiap lingkungan masyarakat mempunyai ciri-ciri kebudayaan tertentu, yang satu berbeda dari yang lain. Begitu pula kebudayaan masa silam berbeda dari kebudayaan sekarang maupun yang akan datang. Didalam IPS diajarkan berbagai kebudayaan-kebudayaan manusia di dunia dari hal perbedaan, persamaan hakekat budaya yang ada padanya, perkembangan serta perubahan- perubahannya. Anak juga harus memahami nilai-nilai budaya nasional, regional maupun lokal, menghargai dan memeliharanya sebagai harga pusaka peninggalan nenek moyang. Banyak peninggalan budaya baik lokal maupun nasional yang hilang atau rusak (candi-candi, arca,-arca, bangunan-bangunan lainnya) sebagai akibat ketidaktahuan akan nilainya, sikap masa bodoh atau juga karena tujuan komersial. Maka akan menjadi tugas pengajaran IPS untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan warisan budaya tersebut. Demikian pula halnya terhadap warisan budaya yang lain, seperti bahasa, nyanyian, tari-tarian, dan sebagainya. Pengenalan budaya manusia dari lingkungan budaya yang lain dapat diajarkan lewat IPS. Hal ini dapat menambahkan eratnya hubungan antara manusia (suku, bangsa) karena lebih 12

menanamkan pengertian kemanusiaan. Dengan IPS juga dapat diajarkan akibat-akibat yang buruk, yang dapat ditimbulkan oleh penetrasi kebudayaan asing yang masuk ke dalam lingkungan kebudayaan. Bagaimana usaha mengatasinya? F. Pendekatan Pembelajaran Tradisional dan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri 1. Pendekatan Pembelajaran Tradisional Pada umumnya dalam pendekatan pembelajaran tradisional mengutamakan penyajian fakta dan nama, melalui hafalan dan ingatan. Anak dianggap sebagai suatu bejana kosong yang harus diisi oleh guru sampai penuh. Sehingga dalam pendekatan pembelajaran anak bersifat pasif. Sedangkan guru bertindak aktif dengan metode ceramah murni atau teaspoon method. 2. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri (Inquiri) Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, proses belajar mengejarnya mengutamakan penyajian konsep dan generalisasi melalui pemahaman dan pengertian. Dalam pendekatan pembelajaran ini, anak dianggap sebuah lilin atau lampu yang harus dihidupkan supaya menyala. Dengan kata lain anak harus diberikan tetapi pancing, sehingga dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, cenderung terjadi Student Active Learning (SAL = CBSA), dimana anak aktif mencari, mengumpulkan, merumuskan, mendiskusikan dan menarik kesimpulan dan tentunya guru pun aktif dengan berbagai kegiatan dan berbagai metode yang relevan. 13

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN IPS SD KELAS RENDAH. Dalam kamus bahasa Indonesia, strategi diartikan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Pengertian strategi dalam pembelajaran adalah urutan langkah atau prosedur yang digunaan guru unutu menguasai siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. T. Raka Joni meberikan definisi tentang strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru-guru untuk mewujudkan agar proses belajar mengajar itu dapat terjadi secara efektif dan efisien. Metode dalam bahasa Inggris Method, artinya cara. Dalam kaitannya dalam pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan guru atau siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data atau konsep pada peristiwa belajar mengajar yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Sedangkan tehnik dalam bahsa Inggris Teachnique, artinya tehnik. Maka tehnik dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah cara khusus/spesifik yang digunakan oleh guru/siswa dalam melakukan suatu kegiatan, kearah tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction (bahasa inggris) artinya pengajaran. Pembelajaran dapat juga disebut proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan sesuai proses pembelajaran agar dapat mecapai tujuan perlu menggunakan strategi. Strategi yang digunakan perlu memilih atau menentukan metode yang sesuai dengan strategi dan metode memerlukan tehnik dalam pelaksanaannya. Dalam menentukan strategi pembelajaran anda perlu mempertimbangkan metode apa yang tepat, bagaimana pengelolaan kelasnya dan bagaimana materi dan tujuan yang hendak dicapai. Strategi pembelajaran yang akan diterapkan dapat dibedakan atas: a. Metode yang digunakan Strategi pembelajaran bervariasi, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru aktif dan berpusat pada siswa aktif. b. Pengelolaan kelas  Pembelajaran klasikal  Pembelajaran kelompok kecil  Pembelajaran perorangan atau individu c. Ramah tingkah laku Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Aspek kognitif meliputi konsep, perbuatan klas, masalah. Aspek afektif meliputi nilai, sikap, membangkitkan minat dan motivasi. Aspek psikomotorik meliputi latihan gerakan berurutan dan gerakan-gerakan kompleks. Secara lebih luas strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh guru dalam suatu proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada murid untuk tercapainya tujuan instruksional yang akan ditetapkan. Strategi pembelajaran tidak 14

hanya terbatas pada prosedur kegiatan akan tetapi termasuk di alamnya materi atau paket pengajaran, seperti dikemukakan oleh Dick dan Carey bahwa suatu strategi pembelajaran terdiri dari semua komponen materi (paket) pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu murid instruksional tertentu. Tujuan pembelajaran yaitu: a. Tujuan pembelajaran tentang penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip b. Tujuan pembelajaran tentang aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan c. Tujuan pembelajaran bersifat efektif atau motivasi yaitu yang berhubungan dengan pengembangan atau perubahan sikap atau perasaan. Jadi pada dasarnya strategi pembelajaran terdiri atas dua bagian; 1. Strategi yang berpusat kepada aktivitas guru atau disebut guru aktif; 2. Strategi yang berpusat kepada aktivitas siswa atau disebut siswa aktif. Guru aktif, maksudnya ialah dalam pembelajaran aktivitas guru lebih banyak daripada murid. Sedangkan siswa aktif ialah aktivitas siwa lebih banyak dari pada guru. Guru aktif dapat ditentukan oleh tujuan/materi pelajaran yang disajikan. Biasanya guru aktif disebabkan oleh penggunaan strategi deduktif atau dapat juga disebut strategi/mode Ekspositori. Sedangkan murid aktif disebabkan oleh penggunaan strategi induktif atau dapat juga disebut strategi/metodee inkuri. Strategi instruksional terdiri dari metode dan tehnik (prosedur) yang akan menjamin agar murid betul-betul mencapai tujuan. Hal ini dengan sendirinya mengkehendaki guru harus kaya akan pengetahuan berbagai macam metode. Mengajar dengan menggunakan tehnik beraneka ragam yang berdasarkan pengertian yang mendalam dari pihak guru, akan memperbesar minat belajar karena akan mempertinggi pula tingkat keberhasilannya yang dicapai. Dalam mencapai tingkat keberhasilan optimal, sangat dibutuhkan penerapan metode yang bervariatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemampuan murid secara individual yang berbeda- beda dan juga setiap jenis tujuan instursional dalam pencapaiannya harus didukung oleh metode yang tepat. Sangat banyak macam metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, namun yang paling dikenal dan umum digunakan adalah macam-macam metode seperti diuraikan berikut ini. 1. Metode Ceramah Ceramah adalah suatu metode pengajaran yang menggunakan penjelasan secara verbal. Komunikasinya bersifat satu arah, namun dapat dilengkapi dengan menggunakan alat-alat visual demonstrasi, pertanyaan dan jawaban, diskusi singkat, dan sebagainya. Metode ini digunakan pada waktu memberi informasi, jika ingin menambah atau menekankan apa yang telah dipelajari, dan mengulang atau mengadakan pengantaran pada suatu pelajaran atau aktivitas. Dalam menggunakan metode ceramah ini harus diingat apakah peserta didik telah mendapatkan motivasi dan juga apakah kelompok yang dihadapi dinilai terlalu besar untuk mempergunakan metode yang lain. 2. Metode Diskusi 15

Metode diskusi biasanya dipandang sebagai salah satu metode pembelajaran yang paling efektif untuk kelompok kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi khususnya efektif untuk mempelajari keterampilan yang kompleks seperti berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Melalui metode model diskusi peserta didik memperoleh pengalaman melalui partisipasi dan interksi. Dengan menggunakan metode diskusi dapat dilaksanakan pertukaran gagasan, fakta dan pendapat diantara murid, sehingga menjadikan suasana belajar lebih dinamis. Keberhasilan penggunaan metode diskusi sangat tergantung kepada jumlah peserta yang memadai untuk suatu kegiatan diskusi. 3. Metode Tanya Jawab Penggunaan metode tanya jawab dapat dilihat sebagai metode yang cukup wajar, apabila dimaksudkan untuk: a. Meninjau pelajaran atau ceramah yang terlalu dengan maksud agar Peserta didik memusatkan lagi perhatian mereka pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran berikutnya. b. Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan mereka. c. Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka. 4. Metode Simulasi Metode simulasi meberikan tugas kepada peserta didik agar dapat dikerjakan dengan mempelajari dan menggunakan sekumpulan fakta, konsep atau strategi tertentu. Simulasi diberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami situasi dalam kehidupan sehari-hari yang cenderung tidak dijumpai dan untuk berinteraksi, serta belajar dari situasi tersebut tanpa merasa takut akan akibat yang dapat menimbulkannya. Ada tiga macam metode simulasi yang sering digunakan yaitu: permainan, simulasi, dan bermain peran. Permainan mempunyai tujuan, dalam permainan siswa biasanya bekerja didalam kelompok secara aktif terlibat di dalam kelompok dan secara aktif terlibat didalam proses belajar mengajar. Simulasi adalah model dinamis dari gejala fisik atau sosial. Peserta didik memainkan peran tertentu sebagai tokoh pahlawan ataupun yang lainnya dan membuat keputusan seakan-akan mereka terlibat benar-benar dalam situasi yang nyata. Dalam permainan peran peserta didik memainkan suatu peran tertentu dan dengan memainkan peran tersebut, dia memperoleh suatu pengertian yang lebih baik tentang diri orang yang memainkannya itu serta motif yang mempengaruhi tingkah lakunya. Bermain peran biasanya diharapkan kepada tujuan efektif. 5. Metode Pemberian Tugas 16

Dalam bahasa sehari-hari metode ini dikenal dengan sebutan pekerjan rumah. Sebenarnya metode ini lebih luas tidak semata pekerjaan rumah, karena terdiri atas tiga tahap. Pertama guru memberi tugas. Kedua siswa melaksanakan tugas, dan ketiga siswa mepertanggungjawabkan kepada guru bahan yang telah ia pelajari. Pemberian tugas yang baik memerlukan tujuan dan petunjuk yang jelas. Agar hasil belajar memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh siswa. Tujuan itu hendaknya: a. Merangsang siswa untuk berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggun jawab dan berdiri sendiri. b. Memperkaya kegiatan-kegiatan diluar kelas, dan c. Memperkuat belajar kelembagaan dengan cara mengintegrasikan Tugas yang dilakukan oleh siswa hendaknya diikuti dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. Ini berarti bahwa guru dalam pemberian tugas harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh siswa, guna menjaga mereka tidak merasa bingung mengenai apa yang harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus diprioritaskan. 6. Metode Karya Wisata Dengan metode karyawisata sebagai metode belajar mengajar, murid dibawah bimbingan pembinaan mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Berbeda dengan tamasya yang tujuan utamanya hanya untuk mencari hiburan, karyawisata bertujuan atau mempunyai tugas untuk belajar. 7. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama adalah suatu cara untuk mempertunjukkan serangkaian dari suatu peristiwa melalui pesan yang disampaikan. Untuk menjadikan metode sosiodrama ini sebagai alat pembelajaran misal, mengharuskan setiap pendengar benar-benar mengikuti agar siswa dapat memahami persaan orang lain, memahami pendapat orang lain, dan dapat mengambil keputusan dalam kelompok. Pada akhir sosiodrama (yakni pada suatu klimaks dimana sudah jelas timbul beberapa alternative pemecah soal yang disosiodrama pendengar meminta pendapat) bila sudah cukup banyak pendapat-pendapat yang saling berbeda dikemukakan, maka dilanjutkan dengan menunjuk orang-orang tertentu (biasanya para peserta didik yang mengemukakan diminta untuk tampil kedepan dan mensosiodramakan lagi persoalan itu menurut pandangan mereka). Untuk merangsang pemikiran dan pembuka diskusi. Beberapa pembantu dapat ditengah- tengah pendengar. Mereka itulah yang didalam situasi tertentu perlu berbicara untuk menggiatkan pendengar seluruhnya. Penyelenggaraan sosiodrama biasanya tidak memerlukan perlengkapan yang banyak. Cukup hanya berupa beberapa buah meja dan kursi. Para pemeran ada yang melakukan dengan mimic atau pantomin seperlunya. Oleh sebab itu metode sosiodrama disamping mempunyai nilai 17

edukatif, juga mempunyai nilai estetika dan rekreatif. Ini menyebabkan metode sosiodrama atau bermain peran sangat menarik, tetapi justru pengajaran semacam ini bukan hanya menjadi hiburan semata-mata. Masih banyak lagi macam-macam metode yang terdapat didalam dunia pendidikan, seperti diskusi kelompok, panel-forum, kelompok studi kecil bermain peran (role-play), studi kasus (case study), mengasah otak (brainstorming), tim pendengar, debat symposium, dan sebagainya. Namun macam-macam metode yang telah diuraikan diatas adalah yang paling umum diterapkan dalam lembaga pendidikan formal. Dari tujuh metode tersebut di atas, maka anda dapat memilih metode manakah yang sesuai dengan materi/tujuan pada saat anda mau melaksanakan pembelajaran IPS kelas rendah. 18

BAB IV LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK A. Pengantar Pembelajaran tematik pada dasarnya berangkat dari satu pemikiran filosofis tertentu, seperti filsafat paragsitisme yang melahirkan filsafat pendidikan progresivisme dan konstruktivisme. Berdasarkan pemikiran yang mendalam tentang pendidikan maka lahirlah ilmu pendidikan yang megakomodasi berbagai teori-teori tentang pendidikan, dan penerapannya yang berupa teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan ini diimplimentasikan secara praktis di lembaga-lembaga pendidikan terutama di sekolah. Penerapannya di sekolah formal lebih-lebih di sekolah negeri memerlukan landasan normative yang berupa peraturan-peraturan agar dapat dilaksanakan secara konsisten. Pembelajran tematik menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian aktivitas yang didapat dari pengalaman langsung melalui lingkungannya yang natural. Masing- masing anak didik mempunyai potensi dan motivasi yang unik dank has yang perlu dikembangkan sedemikian rupa dengan tetap memerhatikan karakteristik, keunikan dan kekhasannya itu. B. Landasan Filosofis Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan progresivisme nersandar pada filsafat naturalisme, realism, dan pragmatism. Di samping itu, pembelajran tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan konstruktivisme dan humanisme. Secara filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan. Dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis, karena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia yang terus berproses (becoming) secara evolusionis pula. Pengetahuan anak didik adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empiri yang particular dan seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan dari luar itu diterima oleh indra, tetapi antara indra yang bersifat jasmani merupakan satu kesatuan dengan ruhani, oleh karena itu jasmani dan ruhani perlu mendapatkan kebebasan dalam menerima kesan- kesan dari lingkungannya dan dalam memanifestasikan kehendak dan tingkah lakunya. Dengan demikian, pendidikan yang diperlukan bagi anak didik adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh aspek jasmani dan ruhani dengan memberikan tempat yang wajar pada anak didik. C. Landasan Psikologis Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologis perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi /materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memebrikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya. Pembelajaran tematik dilakukan pada awal 19

ketika usi anak didik mencapai sekitar 6-9 Tahun. Anak didik dalam rentangan usia demikian biasanya secara fisik berkembang sedemikian rupa dan sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah formal. Ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, seperti makan, minum , mandi, berpakaian, dan sebagainya. Teori perkembangan mental Piaget yang biasa juga disebut teori Perkembangan Intelektual atau Teori Perkembangan Kognitif bahwa setiap tahap perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan. Pada anak kecil perkembangan berpikirnya ditandai dengan pergerakan-pergerakannya, kemudian berpikir melalui benda konkret sampai berpikir secara abstrak. Kemampuan berpikir semacam ini tidak sama persis antara satu anak dengan anak yang lainnya, tetapi bergantung dan sesuai dengan irama perkembangan anak.Ketika anak berpikir secara konkret maka yang terjadi pada pengetahuannya bahwa pengetahuannya itu dibangun melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Atau akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Pengetahuan anak menurut Piaget, tidak diperoleh secara pasif melainkan melalui tindakan, perkembangan kognitif anakbergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, tahap perkembangan kognitif anak dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman pada tahap tertentu dengan cara berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektualnya. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba- labadan bukan sekedar tersusun secara hierarkis. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Walaupun kecepatan perkembangan intelektual anak itu berbeda, tetapi secara gradual setiap anak mengalami proses perkembangan yang sama, dalam arti bahwa perkembangan intelektual anak mengalami alur dan urut-urutan yang sama. Setiap tahap perkembangan itu didefenisikan oleh Piaget dengan cluster pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Hal demikian menunjukkan adanya operasi mental yang ditandai dengan adanya perilkau intelektual. Dari sisi psikologi belajar bahwa anak didik: a. Memiliki tujuan, tidak diperoleh secara pasif, tetapi anak didik secar aktif mengonstruksi struktur kognitifnya. b. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan anak didik. c. Pengetahuan sesuatu dikonstruksi secara personal. 20

d. Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas. e. Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Untuk maksud tersebut diatas, maka pembelajaran tematik harus didorong untuk mendapatkan langsung dari pengalaman yang hanya bisa diperoleh dari lingkungan anak didik. Dalam interaksinya anak didik dengan lingkungan ini (lingkungan sosial maupun material) sangat mungkin anak didik memperoleh penemuan. Arti penting interaksi anak didik dengan lingkungannya sebagaimana tersebut diatas adalah bahwa pengetahuan anak didik tidak semata dapat ditransfer dari pengetahuan orang lain melainkan juga melalui pengalaman langsung yang hanya bisa didapat dari lingkungannya. Untuk itu anak didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasiaan melalui pengalamn nyata yang dimiliki anak. Anak didik tidak diharapkan sebagai bank yang siap menerima setoran dari berbagai pihak. Sehingga dengan demikian yang perlu ditekankan pada anak didik: a. Peran aktif anak didik dalam mengonstruksi pengetahuan secara bermakna. b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstukrian secara bermakna. c. Mengaitkan antar gagasan dengan informasi baru yang diterima. Hal tersebut menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengonstrukisian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan anak didik akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui. Dalam mengimplementasikan teori belajar yang mendorong tercapainya pembelajaran tematik dari sisi psikologi belajar, maka ada baiknya mengambil saran dari Tytler, bahwa rancangan pembelajaran, sebagai berikut: a. Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri; b. Memberi kesempatan kepada anak didik untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif; c. Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencoba gagasan baru; d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki anak didik; e. Mendorong anak didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka; dan f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Beberapa pendangan disebutkan diatas, memberikan arah bahwa pembelajaran lebih memfokuskan pada kesuksesan anak didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan sekadar refleksi atas berbagai informasi dan gejala yang diamati. Anak didik lebih diutamakan untuk mengonstruksi sendiri pengathuannya melalui asimilasi dan akomodasi. D. Landasan Yuridis 21

Dalam implementasi pembelajaran tematik diperlukan paying hukum sebagai landasan yuridisnya. Payung hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan pembelajaran tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah bilamana telah mendapatkan legalitas formal. Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah: Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun1945, Pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Undang- undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nnasional. Bab V Pasal 1-b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. E. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut: 1. Anak didik sebagai pusat pembelajaran Anak didik sebagai pelaku utama pendidikan. Semua arah dan tujuan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi yang dibutuhkan anak didik dalam mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan motivasinya. Guru harus memberikan kemudahan-kemudahan kepada anak didik untuk melakukan aktivitas belajar. Pendekatan belajar progresivisme, konstruktivisme maupun humanism sebagaimana disebutkan diatas lebih banyak menempatkan anak didik sebagai subjek belajar, sehingga proses pembelajaranmberpusat pada anak didik (student centered education) 2. Memberikan pengalaman langsung (direct experiences) Anak didik diharapkan mengalami sendiri proses pembelajarannya dari persiapan,, proses sampai produknya. Hal demikian hanya terjadi bilamana anak didik dihadapkan pada situasi yang nyata yang tidak lain adalah lingkungan anak didik sendiri. 3. Menghilangkan batas pemisahan antara mata pelajaran Sesuai dengan karakter pembelajaran tematik yang terintegrasi, maka pemisahan antara berbagai mata pelajaran menjadi tidak jelas. Mata pelajaran disajikan dalam satu unit atau tema, dan dalam satu unit atau tema mengandung banyak mata pelajaran, dalam arti bahwa satu unit atau tema ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran. 4. Fleksibel ( luwes). Pembelajaran tematik dilakukan dengan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain, atau menghubungkan antara pengalaman yang satu dengan pengalaman yang lain, bahkan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang satu dengan pengalaman dan sebaliknya. Lebih-lebih sangat ditekankan 22

bilamana yang perlu dihubungkan adalah pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh anak didik. Untuk keperluan ini guru mempunyai lahanyang luas untuk berimprovisasi dalam menyajikan materi pelajaran dan sangat leluasa dalam memilih strategi dan metode pembelajaran. 5. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, maka pembelajaran tematik tentunya akan memberikan dorongan untuk timbulnya minat dan motivasi belajar anak didik dan anak didik dapat memperoleh kesempatan banyak untuk mengoptimalkan potensi yang telah dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 6. Menggunakan prinsip PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran tematik berangkat dari prinsip bahwa belajar itu harus melibatkan anak didik secara aktif dalam mengembangkan kretivitas anak didik tetapi juga mencapai sasaran. Semua prinsip tersebut harus ditata dalam suasana yang menyenangkan supaya tetap menggaraikan anak dan tidak membosankan. Pembelajaran yang demikian akhirnya akan menimbulkan dorongan minat dan motivasi anak didik. 7. Holistik. Bahwa pembelajaran tematik bersifat integrated, dan satu tema dilihat dari berbagai perspektif. Suatu gejala menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, sehingga memungkinkan anak didik untuk memahami suatu gejala/fenomena dari segala sisi. Hal ini sebagai modal yang sangat baik untuk menjadi lebih bijak menyikapi setiap kejadian yang dia hadapi/alami. 8. Bermakna, yaitu meningkatkan kebermaknaan (meaningfull) pembelajaran. Bahwa pembelajaran akan semakin bermakna bilamana memberikan kegunaan bagi anak didik. Kebermaknaan pembelajaran akan semakin meningkat apabila sesuai dengan kebutuhan anak didik. Paling tidak kebermaknaan pembelajaran itu ditunjukkan dengan terbentuknya suatu jalinan antar konsep yang saling berhubungan antara pengetahuan dan pengalaman sebagaimana disebutkan diatas. F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik 1. Pembelajaran tematik berdasarkan pada satu tema tertentu. Ketika seorang akan merancang pembelajaran tematik maka ia akan menentukan tema tertentu, seperti tema tentang lingkungan anak didik. Lingkungan anak didik dapat dilihat dari berbagai perspektif berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran. Tetapi tidak semua ilmu dapat dipergunakan untuk menganalisis lingkungan. Di lingkungan rural (pedesaan) misalnya, banyak hal dan gejala yang menonjol dan dapat dilihat dari berbagai perspektif berbagai disiplin ilmu, seperti ekologi yang masih utuh, sistem kehidupan sosial yang menonjolkan kolektivisme, sistem ekonomi yang bersandar pada pertanian atau perkebunan. Tetapi di pedesaan masalah yang berhubungan uebanisasi, perumahan yang ,menggunakan apartemen dan sistem kehidupan sosial dalam apartemen itu 23

sendiri misalnya kurang menonjol. Dengan demikian, tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan untuk masuk dalam satu tema. 2. Sehubungan dengan pembelajaran tematik berangkat dari satu tema dengan pandangan dari berbagai perspektif, maka dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam silabus baik dari segi konten, atau dari segi waktu. Dari segi konten, materi pembelajaran tematik bisa mengakomodasi berbagai materi dari berbagai mata pelajaran, dan dari segi waktu pembelajaran tematik dapat dilaksanakan pada waktu tertentu, materi itu tersebar dalam beberapa semester (semester ganjil dan semester genap) dalam kelas yang sama. Dengan demikian, pembelajaran tematikdapat dilaksanakan dengan lintas semester pada kelas yang sama. 3. Pencapaian kompetensi dasar (mata pelajaran tertentu) dalam suatu pembelajaran tematik tidak harus dicapai semuanya. Dimungkinkan kompetensi dasar yang tersisa dirancang kembali pada pembelajaran tematik yang lain. Bahkan kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 4. Pembelajaran tematik yang biasanya dilaksanakan pada kelas awal, titik tolaknya adalah pencapaian kompetensi membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. 5. Sesuai dengan prinsip pembelajaran tematik yang menekan pada pengalaman, maka setiap pelaksanaan pembelajaran tematik selalu mempergunakan sumber belajar yang konkret atau paling tidak berupa alat peraga yang bisa diserap oleh anak didik. 6. Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik anak didik, minat, lingkungan, dan daerah setempat. 7. Kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik kadangkadang sangat terbatas, maka untuk memudahkan pelaksanaannya dapat mempergunakan team teaching, sebuah kelas dapat diasuh oleh beberapa guru untuk pelaksanaan pembelajaran tematik. 8. Diusahakan agar anak didik mengalami sendiri proses pembelajaran dengan metode eksperimen atau demonstrasi misalnya. G. Keunggulan Pembelajaran Tematik Dalam pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu: 1. Dapat mengurangi overlapping antara berbagai mata pelajaran, karena mata pelajaran disajikan dalam satu unit. 2. Menghemat pelaksanaan pembelajaran terutama dari segi waktu, karena pembelajaran tematik dilaksanakan secara terpaduantara beberapa mata pelajaran. 3. Anak didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. 4. Pembelajaran menjadi holistic dan menyeluruh akumulasi pengetahuan dan pengalaman anak didik tidak tersegmentasi pada disiplin ilmu atau mata pelajaran tertentu, sehingga anak didik 24

akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang saling berkaitan antara satu sama lain. 5. Keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan lainnya akan menguatkan konsep yang telah dikuasai anak didik, karena didukung dengan pandangan dari berbagai perspektif. H. Kelemahan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik selain mempunyai keunggulan-keunggulan juga mengandung kelemahan- kelemahan. Kelemahan yang menyolok dalam pembelajaran tematik anatara lain: 1. Pembelajaran menjadi lebih kompleks dan menuntut guru untuk mempersiapkan diri sedemikian rupa supaya ia dapat melaksanakannya dengan baik. 2. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru pun lebih lama. Guru harus merancang pembelajaran tematik dengan memerhatikan keterkaitan antara berbagai pokok materi tersebar di beberapa mata pelajaran. 3. Menuntut penyediaan alat, bahan, sarana dan prasarana untuk berbagai mata pelajaran yang dipadukan secara serentak. Pembelajaran tematik berlangsung dalam satu atau beberapa session. Pada tiap session dibahas beberapa pokok dari beberapa mata pelajaran, segingga alat, bahan, sarana dan prasarana harus tersedia dengan pokok-pokok mata pelajaran yang disajikan. I. Implikasi Pembelajaran Tematik Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar membawa beberapa implikasi yang harus disadari oleh semua pihak. Implikasi itu bagaikan sebilah mata pedang yang mempunyai dua sisi. Satu pihak memberikan keuntungan tetapi di pihak membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu yang harus ditanggung oleh penanggung jawab pendidikan. 1. Implikasi bagi guru Tidak seperti pembelajaran biasa, pembelajaran tematik memerlukan kecekatan guru pengampu kelas untuk melakukan perencanaan pembelajaran tematik. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik yang tidakk sederhana dan cenderung kompleks menuntut kreativitas guru yang tinggi dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak didik. Guru harus mampu berimprovisasi dalam segala medan yang dihadapi, termasukdalam menghadapi murid yang kemampuan beragam, materi atau bahan pelajaran yang tersebar dalam beberapa sumber, sarana dan prasarana yang harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, menyusun kompetensi atau indicator yang harus dicapai oleh siswa, dan sebagainya. Dalam pembelajaran tematik ini beban guru menjadi lebih berat dan lebihh banyak dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran non tematik. 2. Implikasi bagi siswa Beban guru yang semakin meningkat akan berimplikasi pula terhadap beban anak didik. Seperangkat persiapan guru yang memang harus dapat diikuti oleh anak didik secara seksama. Anak didik harus mampu bekerja secara individual, berpasangan atau berkelompok sesuai dengan tuntutan scenario pembelajaran. 25

3. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media. Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah pembelajaran yang dirancang dengan mengintegrasikan berbagai komponen mata pelajaran. Konsekuensinya semua alat yang diperlukan untuk semua mata pelajaran itu harus tersedia,minimal untuk masing-masing alat untuk satu mata pelajaran dapat dipergunakan secara bersama. Bilamana pembelajaran itu harus dilakukan diluar kelas (out bond) maka kebutuhan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran diluar kelas itu harus tersedia pula agar pembelajaran tematik dapat dilaksanakan secara baik. Lebih dari itu bahwa dalampembelajaran tematik alat yang diperlukan kadang-kadang harus didesain secara khusus dengan kepentingannya dan kegunaannya. Seperti papan tulis bisa didesain sebagai tempat menulis di samping untuk menempelkan hasil-hasil karya anak didik, demikian seterusnya. Walaupun demikian , buku ajar yang sudah dimiliki oleh murid masih dapat dipergunakan, minimal sebagai bahan rujukan. Tetapi gguru dapat menugaskan anak didik untuk mempelajari masing-masing buku ajar yang berhubungan pembelajaran tematik sebelum pembelajaran tematik dilaksanakan, sehingga anak didik sudah mengenal konsep yang akan diajarkan. Demikian pula alat atau mebelair yang dipergunakan dalam ruangan hendaknya bersifat portable dan mobil, agar mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penataan ruangan. Piñata ruangan untuk diskusi tentunya beebeda dengan penataan ruangan untuk demonstrasi, demikian seterusnya. J. Mengintegrasikan Nilai Keagamaan dalam Pembelajaran Tematik Sering kali banyak terjebak pada dikotomi/pemisahan antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu- ilmu yang bukan Islam. Bilamana seorang guru masih merasa nyaman dengan pendapat demikian, maka pembelajaran tematik yang dirancang oleh guru harus mengeksplisitkan nilai-nilai Keislaman. Dalam rancang bangun maupun pelaksanaan pembelajaran tematik harus terpampang secara jelas bagian- bagian yang perlu mendapatkan tekanan nilai Keislaman. Ketika seorang guru akan merancang apalagi mengimplementasikan pembelajarn tematik yang berhubungan jual beli sebagaimana yang terjadi atau yang biasa dialami oleh anak didik, maka guru harus menjelaskan jual beli yang sah dan dibolehkan menurut ajaran islam. Barangkali jual beli yang terjadi di lingkungan tempat anak didik belajar jual beli secara ijon (jual beli buah-buahan semasih buah-buahan itu masih muda). Jual beli seperti itu adalah hal yang biasa terjadi di lingkungan anak didik dan anak didik sering mengamati hal tersebut. Jual beli ijon seperti itu bisa masuk dalam pembahasan pembelajaran tematik, namun guru mengelaborasi lebih lanjut bahwa jual beli seperti itu tidak diperbolehkan dalam islam. Sehingga dengan demikian anak didik mengerti tentang berbagai macam jual beli. Namun diharapkan anak didik hanya mempraktikkan yang boleh menurut nilai-nilai Islam. 26

Contoh yang mungkin sering terjadi pada anak didik adalah pinjam meminjam uang. Pinjam meminjam demikian adalah satu fakta yang biasa dialami oleh anak didik. Namun pengenalan anak didik terhadap riba (rente) sebagai upaya menghindarkan anak didik dari perbuatan riba. Oleh karena itu, dalam setiap kesempatan guru menyampaikan pembelajaran tematik, maka pada bagian-bagian tertentu yang yang mempunyai kaitan dengan nilai Keislaman seharusnya menanamkan pula nilai Keislaman agar supaya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan di madrasah untuk mendidik anak didik menjadi muslim yang bertakwa mudah dicapai. Dengan demikian menyajikan dalam pembelajaran tematik adalah sngat mungkin dan bahkan menjadi keharusan. K. Desain Pembelajaran Tematik Rancangan pembelajaran tematik mengakomodasikan beberapa pokok bahasan mata pelajaran. Pada level sekolahdasar ada beberapa mata pelajaran seperti : Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia (BI). Lima mata pelajaran pokok ini ditambah lagi dengan bidang studi Pendidikan Agama, Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Beberapa pokok bahasan dalam beberapa mata pelajaran sebagaimana tersebut diatas mungkin dipadukan (ditematikkan) dengan melihat keterkaitan antara satu pokok bahasan lainnya. Bilaman dalam beberapa pokok bahasan yang ada dalam beberapa mata pelajaran mempunyai keterkaitan yang sangat erat, maka kemungkinan untuk dijadikan pembelajaran tematik sangat besar. Secara epistemologis kadang-kadang objek ilmu/mata pelajaran itu adalah objek yang satu, tetapi penggunaan metodologi yang berbeda menybabkan produk ilmu itu berbeda sehingga dianggap disiplin yang berbeda. Ambil contoh saja tentang manusia. Manusia secara fisik/biologis bisa dilihat dari perspektif IPA. Manusia sebagai makhluk hidup masuk dalam kajian disiplin biologi, tetapi jasad manusia yang mati masuk dalam kajian disiplin fisika. Manusia sebagai makhlkuk yang berprilaku masuk dalam kajian IPS. Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya disebut dengan perilaku ekonomi yang masuk dalam kajian ilmu Ekonomi, manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya masuk dalam kajian sosiologi, dan sebagainya. Demikian pila perasaan manusia dan bahasanya umpamanya masuk dalam kajian humaniora dan sebagainya; sehingga dari segi objek adalah sama tetapi dengan metodologi yang berbeda menyebabkan perbedaan produk ilmu. Karena ilmu itu berasal dari satu objek maka mengintegrasikan pembelajaran keilmuan dalam satu tema adalah sangat mungkin. Berangkat dari kesamaan epistemology seperti diatas kemungkinan pembelajaran tematik berangkat dari persamaan-persamaan pokok bahasan yang akaan ditematikan. Setiap pokok bahasan mempunyai jaringan sendiri walaupun tersebar di beberapa mata pelajaran. Oleh karena itu, dalam disain pembelajaran tematik diperlukan pemetaan untuk memperoleh gambaran secara 27

menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Analisis semua kompetensi dasar, standar kompetensi, indicator dan pokok bahasan untuk menentukan hubungan-hubungannya. Dengan jaringan standar kompetensi, kompetensi dasar beserta indicator, pokok bahasan (materi), maka guru dapat menentukan tema yang mencakup semua pokok bahasan yang masuk dalam pembelajaran tematik. Ketika guru ingin menetapkan tema, maka yang harus diperhatikan adalah lingkungan terdekat dengan siswa: 1. Dari yang termudah menuju yang sulit. 2. Dari yang sederhana menuju yang kompleks. 3. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. 4. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa. 5. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuan. Dengan ditetapkannya tema pembelajaran tematik maka tugas selanjutnya adalah membuat jaringan tema, silabus sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang akan diulas dalam pembelajaran tematik. 28

BAB V MEDIA PEMBELAJARAN IPS A. Latar Belakang Proses belajar benar-benar merupakan proses yang melibatkan multiinderawi. Apabila makin banyak indra kita terpacu oleh saran belajar diharapkan hasilnya akan makin baik. Sering terdengar bahwa gambar jauh lebih efektif dari seribu kata-kata. Hal ini menunjukkan bahwa media pengajaran mempunyai kedudukan penting dalam pembelajaran. Dari kenyataan ini pun tersirat bahwa sajian dengan kata belaka kurang efektif sebagai sarana pembelajaran. Akan tetapi hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran tidak lagi perlu menggunakan kata-kata. Apa yang dimaksud adalah sajian verbal belaka kurang efektif apabila tidak dibantu dengan antara lain. Bertolak dari pandangan diatas daptlah dikatakan bahwa pemilihan, pengembangan dan pemakaian media sangat penting. Secara umum tujuan yang hendak dicapai setelah selesai mempelajarai bab ini, anda diharapkan dapat memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pengajaran IPS. Secara rinci tujuan yang hendak dicapai adalah, supaya anda dapat:  Memilih dan menentukan media  Membuat alat bantu pengajaran sederhana untuk IPS  Mengembangkan penggunaan media pengajaran IPS  Menggunakan media pengajaran IPS. Mengajar bertujuan supaya siswa dapat belajar sebaik-baiknya. Apabila sarana pengajaran telah mencapai tingkatan sedemikian lengkap maka mungkin para siswa dapat belajar langsung secra mandiri. Mereka belajar dengan media yang sudah tersedia. Akan tetapi apa yang akan diungkapkan dalam bab ni media sebagai alat bantu pengajaran. Bantuan disini dimaksudkan supaya siswa dapat belajar dengan hasil yang optimal. Apakah perbedaan antara mencapai hasil yang optimal dengan mencapai hasil yang maksimal ? Biasanya apabila seseorang menyebut media maka yang terbayang media yang “canggih” belaka. Padahal yang dimaksud dengan media bukan hanya yang seperti itu, yang sederhana sekalipun dapat digolongkan sebagai media. Asal bertujuan untuk membantu keberhasilan belajar efektif dan efesien, maka dapat digolongkan ke dalam media pengajaran. Media sebagai alat bantu pengajaran mempunyai kedudukan penting dalam pembelajaran. Guru harus pandai dan terampil memilih dan menggunakannya. Kita mengetahui media pengajaran itu banyak ragamnya. Guru perlu mengenal media pengajaran baik supaya dapat memilihnya dengan tepat. Kriteria tepat tidaknya diukur dengan kecocokan dengan tujuan pengajaran. Tujuan penajaran akan memberi rambu-rambu tentang media mana yang paling cocok. Jadi media tidak dapat dianggap berdiri sendiri lepas dari omponen pengajaran lainnya. Seperti telah disinggung diatas belajar mengakibatkan alat indera yang perlu pacuan secukupnya. Dengan menggunakan alat bantu indera yang terpacu bukan hanya pendengaran tetapi mungkin 29

sekaligus penglihatan dan lain-lainnya. Dengan demikian dihrapkan dapat mendorong semangat belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Semua alat indera mendapat pauan sehingga masing-masing memberikan sumbangan tertentu dalam belajar. Alat indera yang paling banyak mendapat sentuhan dalam belajar agaknya penglihatan dan pendengaran. Karena itu kita mengenal sarana /alat/bantu yang bersifat audiovisual. Alat indera yang juga sering didorong ialah alat rabaan yang melahirkan alat bantu yang dikenal sebagai bantu taktik. Sedangkan indera penciuman dan pengecapan hany ditekankan untuk pembelajaran tertentu. Dalam pengajaran IPS rasanya tidak banyak peristiwa yang menuntut penciuman dan pengecapan. Alat indera penciuman mungkin akan mendapat rangsangan apabila dalam belajar para siswa berkunjung ke suatu tempat, misalnya pasar. Lebih-lebih apabila yang dikunjungi pasar ikan atau pasar daging. Sedangkan apabila berkunjung kepasar swalayan aroma yang tercium tentu lain lagi semua itu akan memberi warna tertentu dalam proses belajar. Begitulah maka guru perlu mengenal dengan baik berbagai macam media pengajaran. Masing - masing dengan kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kita mengenal bahwa masing-masing media hanya efektif untuk tujuan tertentu. Hal ini mengesankan bahwa pembahasan tentang media sangat penting bagi guru. B. Kriteria Pemilihan dan Penentuan Media dalam Pengajaran IPS Media (tunggalnya medium) merupakan salluran yang dilalui pesan dalam suatu peristiwa komunikasi. Dalam pemeblajaran, media memegang peranan sebagai alat yang diharapkan dapat medorong belajar lebih efektif. Seperti diungkapkan bahwa jika hanya kata-kata belaka yang dijadikan sebagai sarana pengampaian pesan tidak dapat diharapkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Ingatkah pada percobaan yang menyampaikan pesan supaya memasang tali sepatu ? dalam percobaan tersebut si pemasang hanya melaksanakan apa yang dikatakan oleh yang meminta untuk memasang. Ternyata hampir tidak mungkin sipemasang hanya melaksanakan pesan tersebut. Yang meminta memasangkan tali sepatu hanya boleh mengakannya saja. Tidak diijinkan untuk menunjukkan atau meragakan. Akan tetapi setelah permintaan tersebut disertai dengan peragaan, ternyata hasilnya sangat efesien. Contoh sederhana tersebut menunjukkan bagaimana sulitnya penyampaian pesan tanpa kehilangan makna. Nah, dalam belajar di sekolah pesan yang disampaikan sangat beragam. Kita telah menelaah bagaimana fakta, konsep, generalisasi, dan teori dalam IPS cukup beragam. apabila hal itu ditelaah hanya melalui kata- kata belak dapat dibayangkan hasilnya sulit tercerna. Oleh karena itu perlu ditelaah bagaimana kedudukan media dalam pembelajaran. Pada masa sekarang ini anak-anak selalu dilindungi oleh media suara dan gambar. Siaran- siaran radio, televisi sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Dikota anak-anak lebih banyak lagi dihadapkan kepada hal-hal tersebut. Disamping TV dan radio juga anak-anak diterpa berbagai papan reklame. Bahkan bis malam tidak jarang yang menyediakan sarana video. Nah, apabila sekolah anak-anak sudah sangat intens menghadapi sarana informasi seperti itu, bagaimana dengan di sekolah ? 30

Akan tetapi sekolah sarana radio dan televisi tidak selamanya dapat dimanfaatkan. Acara khusu pendidikan mungkin disiarkan diluar jadwal. Dengan demikian sekolah perlu memiliki 8 sarana rekaman baik audio maupun video. Saran seperti ini belum tentu dapat disediakan oleh sekolah. Apabila ada sarana rekaman maka perlu ada petugas khusus yang merekam acara yang baik untuk disaksikan oleh siswa kita. Jadi pada saat ini pemanfaatan televisi untuk mendorong belajar masih terbatas. Yang tergolong dalam sarana utuk membantu pengajaran biasanya terbagi atas : (a) media komunikasi bahasa dan (b) media komunikasi verbal. Yang termasuk kedalam media bahasa ialah bahasa lisan dan bahasa tulis. Sedangkan yang tegolong kedalam yang non verbal misalnya gambar, diagram dan sebagainya. Sedangkan pembagian media menurut perkembangannya adalah sebagai berikut: a. Media pengajaran yang sifatnya umum dan masih pada tingkat tradisional, misalnya papan tulis, buku- buku ( baik buku teks, buku rujukan maupun majalah). b. Media yang sifatnya “canggih” yang misalnya digolongkan media audiovisual. Akan tetapi ada yang hanya bersifat visual saja, misalnya benda asli, model, gambar, lukisan, diaroma, foto, carta, diagram, grafik, poster, dan lain- lain. Juga ada yang bersifat auditif belaka, misalnya radio, dan tape recorder. c. Yang bersifat pembaharuan, dengan melibatkan bebagai sarana permesin yang memungkinkan siswa belajar mandiri. Dalam kelompok ini mungkin penggabungan computer dengan televisi dan lain-lain. Jadi buat sekolah kita pada saat media ini seperti itu masih cukup jauh. Masing – masing alat media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi secara umum dapat pula kita menelaah beberapa kriteria yang dapat dijadikan pegangan dalam memilih media pengajaran. Sehubungan dengan ini Preston dan Herman menyodorkan beberapa pegangan dalam memilih media pengajaran. Dibawah ini akan diuraikan beberapa jenis media yang penting dalam pengajaran IPS. Seperti telah disebutkan terdahulu hendaknya dipilih media yang mendorong pencapaian tujuan pengajaran. Dari uraian terdahulu kita menyadari bahwa bahan belajar pun diturunkan dari tujuan pengajaran. Sifat bahan belajar yang dapat diturunkan dari tujuan pengajaran adalah bertali dengan sejarah maka mungkin gambar-gambar yang agak mendekati. Apabila mungkin karena bahan belajar yang menyangkut daerah yang dekat mungkin kita memilih kunjungan sebagai alat pendorong menghidupkan belajar. Dalam belajar yang menjadi arah adalah pengembangan berfikir. Sehubungan dengan hal ini pilihlah media yang dapat membangkitkan berfikir diskusi. Gambar, guntingan Koran atau majalah (klippings) agaknya dapat dipakai. Apabila ada sarana mungkin dapat melihat film. Misalnya memutar video tape yang berhubungan kejadian tersebut. Bahkan dalam beberapa hal mungkin anak-anak dianjurkan menonoton film di bioskop. Akan tetapi hal ini agak merepotkan, karena menimbulkan masalah waktu kunjung dan perizinan. 31

Pilihlah media yang memingkinkan memenuhi kebutuhan siswa yang beraneka ragam. Seperti yang diungkapkan dalam bab sebelum ini anak- anak diantaranya perlu mengalami sesuatu yang memberikan pengembangan diri. Media yang dipilih ada yang dapat memberikan pengembangan tingkat belajar yang bermakna, untuk masing- masing sisw yang berbeda. Media yang dipilih adalah media yang dapat mendorong penggunaan sarana yang telah ada. Dengan demikian apabila terdapat media yang dapat mendorong penggunaan sarana yang telah ada. Dengan demikian media yang baru lebih unggul akan tetapi harganya lebih mahal. Maka kita perlu mempertimbangkan penggunaan media yang kurang unggul tetapi lebih murah, lebih mudah dn cocok enga sarana yang telah ada. Biasanya kecanggihan yang unggul hanya bidang tertentu. Biasanya jarang ada media yang serba cocok untuk segala kebutuhan. Yang menjadi ukuran terakhir dalam hal seperti ini adalah tujuan yang hendak dicapai. Kita tidak boleh mempergunakan media hanya karena media tersebut sangat populer dan tersedia. Apabila hal ini terjadi maka segi kemanfaatannya mendorong mencapai tujuan terabaikan. Apa yang diuraikan diatas dpatalah diringkas dan disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media adalah: 1. Dapat mencapai tujuan secra efektif dan efesien 2. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis 3. Dapat melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda 4. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih dan atau populer. Selanjutnya kesimpulan lain dari uraian diatas adalah pembagian media. Dengan melihat indera yang mana yang paling dipasu kita memperoleh:  Media audio-visual , dapat juga hanya bersifat audio saja atau visual saja  Media taktik, terutama melalui rabaan dan sejenisnya. Apabila yang dijadikan dasar pembagian adalah bagaimana bentuk pesan kita memperoleh:  Media verbal, menggunakan bahasa baik lisan maupun tertulis (tulis tangan atau cetak, terutama cetak)  Media non verbal Tampak kiranya bahwa dalam belajar yang diharapkan adalah supaya terasa konkret dan lebih bermakna. Dengan melibatkan media akan belajar akan lebih konkret, sehingga diharapkan menjadikan hasil belajar yang lebih keras berbekas pada siswa. C. Alasan Penggunaan Media Pembelajaran Mengapa kita perlu menggunakan media dalam pembelajaran IPS? Seperti telah diungkapkan bahwa belajar akan mendapat dorongan dengan adanya alat atau sarana media yang cocok. Dalam kaitan ini Leonard, Fallon dan non arx (1972) menyampaikan beberapa hal yang penting tentang media. Pendapat mereka akan disebut sebagai berikut :  Media memungkinkan kita dapat mencapai peristiwa yang langka dan sukar dicapai. Misalnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 akan sulit disaksikan. Akan 32

tetapi dengan adanya foto- foto waktu peristiwa itu berlangsung kita dapat merasa lebih dekat, seolah- -seolah kita menyaksikan sendiri. Bahkan ada penulis yang mencoba menganalisis bayangan pada poto penarikan bendera merah putih. Dari sudut bayangan pada foto tersebut dia dapat memperkirakan jam berapa saat penarikan bendera tersebut.  Alasan berikutnya ialah media dapat lebih memungkinkan pengamatan. Contohnya mengamati suatu wilayah sukar memberikan gambaran yang menyeluruh. Hal ini karena wilayah tersebut terlalu luas untuk dapat diamati langsung. Akan tetapi dengan menggunakan peta kita dapat memperoleh gambaran keseluruhan tentang wilayah yang diteliti. Dalam hal ini peta merupakan usaha “memperkecil”.  Alasan lainnya ialah, mirip hal diatas, dengan media penelitian tidak terhalang oleh waktu. Dengan mengamati foto- foto misalnya kita melihat cepatnya perkembangan kemajuan kota. Kita tidak perlu menunggu sejak kota dibangun sampai kota mencapai kemajuan sekarang D. Jenis-jenis Media Dari pembagian atau klasifikasi diatas dapatlah diikatkan bahwa media terderi dari berbagai ragam dan bentuk. Dibawah ini diuraikan beberapa jenis media yang dikenal atau diharapkan dapat kita pergenukan. Jenis -jenis media tersebut dapat bersifat visual, audio, verbal ataupun non verbal, juga mungkin bersifat taktik. Dibawah ini tedapat daftar beberapa jenis media pengajaran dalam lingkup yang luas. Dari daftra tersebut tampak bahwa sebagian besar media itu bukanlah media itu bukanlah media yang khas untuk IPS semata-mata. Memang tidak satupun jensi media yang hanya diperuntukkan bagi sesuatu mata pelajaran. Pada umumnya media dapat dipergunakan untuk lebih dari satu mata pelajaran. Dalam hal IPS maka yang dapat dikatakan media pengajaran ialah media yang dapat disiapkan untuk mengektifkan dan mengefesienkan memperkenalkan, memperluas cakrawala pandangan dan memperkaya khasanah pengajaran IPS. Daftar Media Pembelajaran: 1. Alat Pengajaran; Papan tulis, papan pamer, mesin pengganda. 2. Mesin Cetak; Buku-buku, majalah, surat kabar. 3. Media Visual; Slide dan transparan, Film strip, model dan realita, carta dan grafik, gambar, peta dan globe. 4. Media Audio; pita suara, piringan hitam. 5. Media Audio Visual; radio, film suara, Siaran Televisi, Kit media ganda 6. Masyarakat sebagai Sumber Belajar; sumber masyarakat, kunjungan studio 7. Nara sumber E. Penggunaan Media Pembelajaran IPS 1. Papan Tulis Papan tulis masih memegang peranan yang sangat penting di Sekolah Dasar kita. Oleh karena itu pula biasanya guru sering menggunakannya “asal” jadi saja. Pada hal pemakaiannya perlu 33

dipikirkan secara mendalam supaya dapat turut berperan sesuai dengan kemampuannya dalam peristiwa belajar dikelas. Ada yang menceritakan pengalamannya mengikuti ceramah dari penceramah yang menarik. Dari sekian kali ia mengikuti ceramah, pencerama ternyata memulai menulis disebelah kanan papan tulis. Setelah selesai ceramah ternyata bahwa dipapan tulis terhidang ikhtisar ceramah yang jelas. Lain kali penceramah yang sama memulai menulis di tengah-tengah. Sedangkan beberapa kali lain biasa ia memulai tulisan dari sebelah kiri. Disimpulkannya bahwa penceramah kita ini sudah merancang dengan baik apa yang akan dituliskannya pada waktu ia berceramah. Saran berikut baik sekali untuk dipertimbangkan (lueck, 1986): a. Rancangan dengan baik tentang isi dan pola (lay out) bahan belajar yang akan ditulis di papan tulis. Kalau isi dan pola letak bahan sudah ditata, kita akan melakukan seperti digambarkan tentang pencemaran diatas. b. Hindari menuliskan iktisar dan sajian yang panjang. Pilihlah pokok- pokok pikiran yang penting dan pola pikiran antar pokok harus jelas. Sajian yang panjang sangat memakan waktu. c. Usahakan agar papan tulis tidak terlalu penuh berjejal dengan tulisan. d. Tulisan dan gambar harus cukup besar supaya dapat terlihat dengan jelas dari belakang. e. Usahakan papan tulis tetap bersih. Juga kita perlu memikirkan letak papan tulis didepan kelas. Yang baik papan tulis terletak ditengah kelas di depan. Juga sewaktu- waktu kita menghadap papan tulis sebaiknya tidak berbicara. Bicara kita akan terdengar kurang jelas. Penjelasannya sebaiknya disampaikan pada saat kita menghadap kearah anak-anak. 2. Papan Pamer Pengisian papan pamer telah disinggung diatas. Isi papan pamer seyogyanya mendorong anak- anak untuk berdiskusi. Jadi harus penuh dengan informasi yang menantang. Isi papan pamer perlu direncanakan lama. Oleh karena itu sebaiknya setiap awal catur wulan sudah mulai direncanakan apa yang perlu dan pantas dimasukkan kedalam papan pamer. Keterlibatan anak - anak penting sekali. Kejadian penting dimasyarakat dapat menarik. Banyak kejadian yang dapat menjadi bahan isi papan pamer. Diharapkan isi papan pamer dapat memperkaya bahan belajar IPS. Diskusi tentang apa yang akan menjadi isi papan pamer juga dapat mendorong keaktifan siswa. Disamping itu hal inipun secara tidak langsung mendoorong kreativitas mereka. 3. Media Pengganda Pada umumnya sekolah dasar kita belum memiliki alat pengganda. Baisanya pengganda rancangan atau sajian dilakukan dengan cara foto copy, diluar sekolah. Biasanya dapat diatur sedemikian rupa. Mungkin sekolah dapat membiayai atau dengan beriuran antara anak-anak. Ada beberapa sekolah yang memiliki mesin stensil. Penggandaan dapat dilakukan dengan baik. Yang digandakan ialah bahan belajar IPS yang tidak terdapat dalam buku pelajaran. Mesin 34

pengganda tugas utama ialah menunjang media belajar lainnya supaya kegiatan belajar lebih bermakna. Perencanaan yang matang dan teliti harus diarahkan kepada bahan yang akan digandakan. 4. Buku-buku Buku adalah media yang paling sering dijadikan acuan dalam pengajaran apapun, termasuk pengajaran IPS. Biasanya buku pelajaran yang layak disekolah harus mendapat izin labih dahulu dari depdikbud. Di Depdikbud biasanya buku ditelaah oleh satu tim yang ditugaskan menelaah buku- buku yang layak isi dan susunannya. Jadi dari segi ini kita dapat melihat apakah buku tersebut sudah dnlai atau belum. Biasanya buku yang sudah disahkan pemakaiannya diberi catatan dan tanda pengesahan. Walaupun demikian perlu ditelaah nam buku yang paling cocok dengan lingkungan sekolah. Sudah barangtentu ialah buku-buku yang sudah mendapat pengesahan dari Depdikbud. Isi buku tersebut menunjang pencapaian tujuan pengajaran khususnya dan tujuan Sekolah Dasar umumnya. Isinya jelas dapat dipercaya kesahannya, tepat dan tidak ketinggalan zaman. Juga isisnya tidak menyinggung masalah “SARA”. Gayanya jelas menarik, merangsang, berfikir dan sesuai dengan kemampuan siswa. Ilustrasi, peta, gambar, foto, tepat, jelas, menarik, dan memadai. Buku pelajaran tidak luput dari keterbatasan. Tingkat kecernaan bahan belajar yang disajikan jadi masalah yang tidak kecil. Juga perwajahan buku dapat mengurangi daya tarik buku sehingga isi bacaan kurang mampu memancing perhatian anak. Buku pengajaran juga biasanya dipersiapkan dalam waktu yang lama sehingga kebaruan agak terbatas. Oleh karena itu guru perlu memikirkan bahan pemabaruan dan pelengkap. Karena IPS menyangkut kehidupan manusia dan lingkungan maka guru bersama siswa dapat menghubungkan pokok-pokok uraian dan diskusi dalam buku pelajaran dengan kehidupan diligkungan tempat hidup anak dan guru. Dengan demikian kebaruan buku dapat terus diimbangi. Sedangkan perubahan dalam lingkungan internasional berita koran dan media massa lainnya dapat dijadikan bahan pembaru. Hal ini menunjukkan juga bagaimana masing – masing media saling terkait satu sama lain. Data yang disajikan dalam bentuk pelajaran juga perlu dperbaharui terus menerus. Disamping pembaruan isi juga pengayaan isi perlu mendapat perhatian. Sekarang sudah ada ensiklopedi yang dapat dijadikan bacaan pengayaan untuk pengajaran IPS. Repotnya ensiklopedia biasanya harganya mahal sehingga sekolah belum dapat menyediakannya. Dan hal pengaturan perlu jadwal yang ketat. Ensiklopedi termasuk buku referensi yang mahal. Disamping kemampuan guru unutuk mencari bahan pengajaran IPS tidak dapat diabaikan. Jadi mendalami kriteria buku-buku y ng memenuhi syarat perlu menjadi perhatian guru. Buku fisik pun dapat dipakai untuk bahan pengayaan. Bahkan siaran media massa tidak dapat diabaikan sebagai bahan pengayaan untuk pengajaran IPS. 35

5. Majalah dan Surat Kabar Majalah untuk anak- anak sekarang sudah cukup banyak. Demikianlah maka anak- anak kita sudah terbiasa membaca dan mempelajari majalah. Dalam isinya terdapat bahan yang dapat memperkaya bahan belajar. Sura kabar sering menyediakn ruangan khusus yang penting untuk pengajaran IPS. Keuntungan majalah dan surat dari buku pelajaran ialah keduanya dapat mengikuti perkembangan baru. Bahan dari majalah dan surat kabar dapat menjadi bahan guntingan korang. Ada satu sekolah dasar yang menggerakkan anak-anaknya untuk menggunting bahan darii surat kabar dan majalah. Guntingan tersebut dijilid dan dihimpun menjadi bahan bacaan di perpustakaannya. Isinya digolongkan mengikuti penggolongan buku di perpustakaan. 6. Slide dan Transparan Walau bahan proyektor berbeda, namun kedua bahan ini mempunyai persamaan fungsi. Pembuatannya sangat berbeda, slide dengan pengambilan foto. Film yang digunakan khusus untuk slide. Transparannya dibuat dengan jalan menulis kertas transparan yang bersangkutan. Akan tetapi baik slide maupun transparan dapat diproyeksikan sehingga seluruh kelas dapat menyaksikan. Gambar yang tersaji dapat dipelajari dengan teliti oleh para siswa. 7. Film Strip Film strip mirip dengan slide, bedanya ialah merupakan lembaran film yang terpisah. Sedangkan fim strip merupakan rangkaian film. Film strip mirip gulungan film hidup. Akan tetapi jumlah filmnya terbatas karena hanya potongan demi potongan yang terpisah. Penggunaannya bergantung pada tujuan kita memperkaya bagian mana dari bahan belajar. Jadi seandainya segulungannya terdiri dari 25 buah film mungkin yang terpakai saat ini itu hanya 6 atau 7 buah saja. 8. Model atau Realita Model adalah alat- alat yang sangat dekat (mirip sekali) dengan kenyataannya (Lueck, et, al, 1968). Ukurannya dapat lebih besar atau lebih kecil dari bedanya sendiri, bergantung kepada tujuan penggunaannya. Dengan model dimaksudkan supaya benda yang dipelajari dapat ditangani dengan tepat dan mudah. Dalam IPS banyak benda asing yang sulit diterangkan dengan kata- kata. Akan tetapi dengan memperlihatkan modelnya para siswa dapat mempunyai gambaran yang terang. Realita merupakan representasi dari suatu benda yang sebenarnya. Wujudnya dapat berupa benda, objek, sisa-sisa pakaian, dan lainnya. Misalnya keris pangeran Diponegoro atau tiruannya adalah contoh realita. Apabila benda asli sendiri yang dipergunakan sebagai media maka akan memberi pengalaman yang khas bagi siswa. Benda- benda seperti itu mungkin dapat dipinjam dari orangtua siswa yang pernah mengunjungi sesuatu daerah yang khas kebermaknaan benda- benda seperti itu melekat pada setiap keseluruhan lingkungan budaya. Oleh karena itu dalam menyajikan realita perlu diperhatikan setting budayanya. Hal ini akan menuntut para siswa 36

menciptakan kembali suasana sedekat mungkin. Seringkali benda seperti ini termasuk langka yang penanganannya perlu sangat hati-hati. 9. Carta dan Grafik Carta sering kali dianggap meliputi arti yang luas yang diantaranya meliputi grafik, peta, tabel, dan diagram. Disini disebutkan karena kita sering membaca carta alur, misalnya. Disini dipakai dalam arti sempit, misalnya carta alur tersebut. Dalam menggunakan carta perlu diingat tentang ketepatan, kemudahan untuk melihat dan kemuktahirannya. Organisasi dalam suatu perusahaan dapat digambrakan dengan carta. Penggunaan grafik telah disinggung dimuka. Ada bermacam grafik misalnya grafik garis, grafik batang dan histogram. Pembacaan dan penafsiran grafik agak sulit. Oleh karena itu pemakaiannya lebih baik dikelas V dan VI. Sedangkan untuk anak kelas III misalnya hanya grafik batang. Banyak gejala dalam kehidupan dimasyarakat yang dapat disajikan dalam grafik. Dengan grafik ditampilkan data statistik. Dengan menyajkan melalui grafik anak-anak akan memperoleh gambaran ringkas tetapi tepat. Berbagai gejala dalam masyarakat, seperti perpindahan atau banyak hasil pertanian, dapat disajikan dalam grafik. 10. Gambar Gambar yang mengandung bahan belajar IPS banyak sekali. Oleh karena itu dalam memilihnya perlu pertimbangan yang matang. Seperti untuk media mana saja maka tujuan pengajaran menjadi acuan untuk memilih dan menggunakannya. Ukuran gambar perlu pertimbangan supaya sesuai dengan benda aslinya. Juga ukuran gambar akan memungkinkan kemudahan dilihat dari jarak dikelas atau tidak. Mutu gambar tidak kurang pentingnya. Supaya gambar tetap awet perlu laminating khusus. Cukup dengan melapisinya dengan plastik secara biasa. Supaya dapat disajikan dengan baik mungkin memerlukan pemegang dari benda keras. Supaya dapat mencapai hasil yang lebih baik judul dan penjelasan gambar perlu juga dipertimbangkan dengan matang. Bahkan kalau gambar tentang pengajaran IPS sudah banyak tentu perlu pula pengelompokan supaya mudah mencari kembali bila waktu memerlukannya. Gambar yang sudah dipersiapkan seperti tersebut diatas mudah dipakai. Guru tinggal merancang dalam kesempatan mana gambar itu dipergunakan. Bagaimna menerapkannya dalam belajar. Apabila gambarnya kecil mungkin terpaksa diperbanyak dahulu sehingga semua siswa dapat mempelajarinya. Hal itupun perlu rencana yang terarah. Supaya gambar memberi manfaat yang sebesar-besarnya gambar tersebut harus dapat “dibaca” (Dunfee dan Sagl, 1996). Dengan membaca gamar, para siswa dapatmenyimpulkannya, misalnya apakah penduduk setempat makmur atau tidak. Apabila kesimpulan itu diperoleh melalui perbandingan dengan melalui sumber lain maka anak- anak akan menyadari pentingnya membaca gambar. 37

11. Peta dan Globe Tentang pemakaian peta telah disinggung dimuka. Juga telah disinggung bahwa peta mempunyai kekeliruan, karena peta merupakan representasi bentuk tiga dimensi (bulat) menjadi permukaan dasar dua dimensi. Oleh karena itu guru perlu secara cermat memilih peta yang akan dipakai tidak terlalu menonjol kekeliruannya. Seperti diketahui misalnya pada peta dengan proyeksi Mercator, Pulau Hijau sama luasnya dengan Amerika Serikat. Proyeksi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menggambarkan permukaan lengkung menjadi permukaan datar. Pada dasarnya mungkin bidang lengkung atau bola itu diproyeksikan kepada silinder, kerucut atau bidang rata (datar). Masing-masing mempunyai kekeliruan tersendiri. Akan tetapi proyeksi peta lebih banyak ditentukan menurut perhitungan matematika, bukan murni penggambaran proyeksi langsung. Globe adalah model yang mirip betul dengan bumi. Dengan globe kita dapat melihat arah, jarak dan bentuk wilayah yang digambarkan sesuai dengan yang sebenarnya. Kesukaran dengan globe ialah harganya cukup mahal. Oleh karena itu kita hanya memperoleh globe dengan ukuran kecil. Akibatnya globenya dipenuhi oleh keterangan tentang tempat-tempat sehingga tampak agak rumit. Dengan peta dan globe yang ditunjukkan lokasi pada permukaan bumi dengan jelas. Karena peta dapat digambarkan dengan besar maka menurut skala tertentu peta akan dapat menggambarkan bentuk morfologi lebih tepat dari globe. Sedangkan untuk gambaran bumi secara keseluruhan globe lebih unggul. Akan tetapi peta dan globe dapat menyajikan “kediaman” dengan baik. Salah satu kegiatan yang baik misalnya menggambarkan pada peta tentang transmigrasi. Jumlah transmigran dapat digambarkan dengan panah lebar menuju tempat tujuan. Gambar seperti itu dapat dibuat oleh siswa kelas V, misalnya. Dengan peta seperti itu dapat diberikan gambaran ringkas dari mana saja transmigrasi berasalnya. Kemana saja daerah tujuan. Bagaimana perbandingan jumlah perpindahan tersebut ke daerah tujuan masing-masing. Dalam penggunaan peta, anak-anak perlu: a. mempersiapkan diri secara mental, b. memperoleh informasi yang dibutuhkan dan c. bila perlu, mendiskusikan hasilnya ( Luesk, 1968 : 215 ). Manfaat globe disamping dapat memberikan pandangan keseluruhan juga diharapkan dapat meluruskan kekeliruan yang timbul dari distorsi peta. 12. Pita Suara dan Piringan Hitam. Pita suara (kaset audio, audio cassette) dapat dipakai untuk merekam suara khas. Misalnya untuk menggambarkan hiruk pikuk dipasar, keramian waktu panen di suatu daerah atau upacara tradisional yang khas. Apabila suara itu dijelaskan dengan kata-kata saja mungkin suasananya akan hilang. Mungkin juga ada nara sumber yang menyampaikan penjelasan yang bertalian dengan masalah kemasyarakatan dalam suatu acara. Supaya isi pidato dapat ditelaah perlu 38

direkam. Rekamannya nanti dapat disampaikan kepada anak-anak. Hal ini memberikan bahan diskusi yang cukup hidup dan menarik. Piringan hitam pada saat ini umumnya hanya memuat acara musik. Akan tetapi mungkin ada musik yang dapat dijadikan ancang-ancang pembahasan pokok dalam pengajaran IPS. Hal ini akan mendorong minat anak mempelajari bahan belajar. 13. Radio Dalam siaran radio acara yang sangat penting untuk pelajaran IPS. Apa bila jadwal siaran acara tersebut sesuai dengan jadwal jam pelajaran IPS acara tersebut dapat langsung di manfaatkan. Akan tetapi kita perlu menyiapkan anakanak terlebih dahulu. Persiapan secara mental mungkin berupa kerangka bahan belajar yang sudah di kuasai. Kerangka ini juga berisi ikhtisar dari apa yang sudah di kuasai. Tanpa persiapan yang matang pelajaran dengan melibatkan radio akan kurang mencapai sasaran. Kerangka dan ikhtisar dilengkapi dengan pernyataan yang di carikkan jawabannya dari siaran radio. Dalam melibatkan radio sepertiini anak-anak di latih untuk membuat catatan dengan demikian pemanfaatan media radio memiliki manfaat ganda. Acara siaran waktunya tertentu sehingga kemungkinan tidak cocok dengan jadwal pelajaran IPS. Dalam hal seperti ini maka siaran dapat direkam selanjutnya penyajian hasil rekaman dilakukan seperti telah direkam dalam pemanfaatan audio kaset. Supaya acara radio memberikan manfaat yang optimal untuk pembelajaran maka pertimbangan berikut ini perlu di ikuti dengan seksama (Lueck, 1968) : a. Apakah acara siaran tersebut membantu para siswa mencapai tujuan pegajaran? b. Apakah bahan pelajaran yang disajikan bersifat autentik, tepat dan jujur dari bisa pribadi? c. Apakah bahan belajar dan sajiannya dengan kemampuan anak? d. Apakah acara tersebut mendorong kegiatan tambahan atau memptivasi belajar lebih lanjut? 14. Film Suara Pada saat ini banyak film suara yang dijadikan sumber belajar IPS. 15. Siaran Televisi Siaran TV pendidikan waktu siarannya masih sangat terbatas. Sebenarnya banyak acara siaran TV umum yang cukup baik dijadikan sebagai bahan belajar IPS. Catatlah acara-acara siaran itu. Acara siaran TV pendidikan pada masaini masih dalam bentuk siaran yang sifatnya percobaan jadi acara siaran ini dapat dijadikan bahan pengajaran dalam pembelajaran IPS kesukaran yang dihadapi dalam pemanfaatan siaran TV ialah umumnya sekolah kita belum banyak yang memiliki sarana rekaman. Jadi penggunaan siaran TV masih terbatas yang dapat dilakukan misalnya menugasi anak-anak mencatat apa yang diperoleh dalam siaran tertentu. 16. Sumber Masyarakat Dalam pengajaran IPS yang bahan telaahnya adalah manusia dan lingkungan, masyarakat adalah sumber belajar yang baik. Untuk pengajaran IPS masyarakat dapat merupakan bahan pengajaran yang sangat kaya dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana : (a) tempat, orang, masyarakat, (b) kunjungan study, dan (c) narasumber. Sumber masyarakat member pengalaman langsung 39

kepada siswa arti sebenarnya. Pengalaman langsung mendorong atau memotivasi anak untuk belajar. Siaran TV dalam batas tertentu membawa peristiwa di masyarakat ke dalam kelas. Akan tetapi menyaksikan sendiri atau mengalami sendiri jauh lebih bermakna. Apa yang diangkat melalui siaran TV hanya yang kasat mata, pada hal kejadian yang di dalam masyarakat lebih dari itu dan bukan yang tampak saja disaksikan. Suasana dan aroma kejadian sesungguhnya tidak terekam oleh perekam TV. Padahal yang memberikan arti yang lebih dalam, tidak terjangkau oleh media manapun. Anak-anak perlu mendapat informasi tentang masyarakat secara tepat dan bertanggung jawab. Nantinya dapat diharapkan menjadi warga masyarakat berguna bagi diri dan masyarakatnya. Hal ini menjadi arah salah satu yang dituju pengajaran IPS. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber bergantung kepada tujuan dan hakikat pokok bahasan dalam pengajaran IPS. Agar dapat memperoleh hasil yang baik pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar perlu dirancang sangat hati-hati dan teliti. Izin yang perlu diperoleh bukan hanya dari sekolah melainkan juga dari pemerintah setempat. Anak sendiri memperoleh kesempatan untuk menunjukkan keterampilannya dalam berkomunikasi di kantor yang dituju. Yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar bukan hanya kantor tetapi juga perorangan yang dianggap tepat. 17. Kunjungan Studi Kunjungan atau wisata studi dapat memberikan pengalaman belajar yang mengesankan kepada anak-anak. Kunjungan studi jangan sampai dianggap sebagai usaha untuk memberikan suasana santai atau selingan dalam belajar. Apabila hal ini yang menjadi tujuan maka namanya bukan kunjungan studi. Hal ini benar-benar hanya wisata biasa. Kunjungan studi jelas dari namanya adalah untuk penelitian studi. Niat kunjungan studi harus tumbuh dari kebutuhan yang berasal dari kesadaran anak sendiri. Maksudnya dari pembahasan atau diskusi atau pemecahan masalah anak-anak tentang untuk mencari penyelesaian yang sumbernya harus digalih dari suatu tempat. a. Perencanaan Persiapan pertama ialah menyelesaikan perizinan, baik dari sekolah, dari orangtua maupun pemerintah setempat. Tujuan kunjungan harus jelas dan tegas. Jadwal berangkat dan kembali ditentukan dengan tepat. Guru harus men-survei terlebih dahulu rute yang akan ditempuh dan tempat tujuan dengan seksama. Apa yang akan dilihat disepanjang rute perjalanan. Apa hubungannya dengan yang akan dipelajari di tempat studi. Dengan mengetahui apa yang akan diamati disepanjang perjalanan para peserta sudah disiapkan. Apabila ada tempat yang pantas untuk diamati lebih rinci supir perlu diberi tahu dimana perlu berhenti lebih dulu. Kira-kira berapa lama ditempat persinggahan, berhenti untuk mengadakan pengamatan. Dengan demikian dapat diperkirakan lama waktu kunjungan seluruhnya, sehingga tidak terlambat pulang. Perencanaan apa yang akan dilakukan ditempat pengamatan, menuntut perhatian khusus. Yang baik bahan amatan itu lahir dalam 40

diskusi dikelas pada saat kita membahas sesuatu masalah yang pemecahannya memerlukan kunjungan studi. b. Pelaksanaan Setelah sampai ditempat tujuan para peserta tidak boleh berkeliaran. Mereka perlu mendapat penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan. Peserta perlu diperingatkan tentang buku catatan dan alat tulis. Pulpen ball point kurang baik untuk mencatat dilapangan karena kadang tulisannya membelobor. Oleh karena itu menggunakan pensil yang kesannya sedang lebih baik. Buku catatan yang mudah dipakai ialah ukuran buku saku. c. Diskusi Hasil Kunjungan Selama ditempat para peserta diminta untuk membuat catatan secukupnya. Supaya hasil kunjungan studi member pengayaan kepada bahan telaah IPS dikelas hasilnya perlu didiskusikan. Masing-masing peserta secara perseorangan diharapkan mempunyai pokok atau masalah yang akan disampaikan dalam diskusi. Hasil diskusi dicatat. d. Manfaat Kunjungan Studi Connel et al.(1968) menjelaskan manfaat kunjungan studi sebagai berikut : a. Memberikan pengalaman langsung yang sukar diperoleh dengan cara lain. b. Mendorong perhatian lebih tinggi pada pokok yang dipelajari. c. Kunjungan studi dapat menjembatani antar studi di kelas dengan keadaan masyarakat yang menjadi sumber telaah. d. Dapat member kesempatan menerapkan pengetahuan dan mendapat informasi baru. e. Memberi kesempatan berlatih dalam pengalaman sosial. f. Dalam mendorong insiatif, memperluas wawasan dan menghargai bebrapa segi situasi kehidupan 18. Nara Sumber Nara sumber memberikan kepada para siswa memperoleh pengalaman lain yang tidak kalah dari studi kunjungan. Dalam studi lapangan para siswa mengenal lingkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan isi lingkungan. Yang dapat menjadi nara sumber adalah mereka yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang mendapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Pemanfaatan nara sumber pada sekolah kita belum banyak. Seperti dengan semua pemanfaatan sumber belajar mana pun maka persiapan untuk ini harus matang. Nara sumber yang di undang kira-kira cocok dengan bahan belajar yang akan di bahas pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan dari berbagai segi (Lueck, 1968). a. Narasumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak. Narasumber diundang karena pengetahuan yang khusus yang dimilikinya. b. Narasumber tidak perlu melawak. Narasumber diundang untuk mendorong belajar, bukan untuk memberikan suguhan hiburan. c. Nara symber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian efektif dapat mendorong tumbuhnya prhatian. d. Narasumber yang diundang adalah mereka yang mempunyai pandangan luas dan terbuka, tidak berat sebelah dalam menjelaskan 41

tentang masyarakat. e. Narasumber adalah mereka yang tertarik kepada anak- anak Nah, itulah berbagai sumber yang dapat dijadikan sarana pembantu mendorong belajar IPS lebih kita perlu menggabungkan beberapa sumber belajar supaya lebuh efektik membangun suasana pendorongan suasana. 42

BAB VI KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS DI KELAS TINGGI. A. Karakteristik Pembelajaran IPS Kelas Tinggi. Apabila kita perhatikan dengan teliti dan cermat bahwa inti proses pembelajaran siswa kelas tinggi ( kelas IV, V, dan VI) di Sekolah Dasar (SD) adalah merupakan suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi) dapat dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi Sekolah Dasar (SD). Dalam proses pembelajaran di kelas tinggi Sekolah Dasar (SD) dapat digunakan dan dilakukan berbagai strategi dan metode mengajar. Metode mengajar yang dapat digunakan dan dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran kepada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) diskusi, 4) simulasi dan bermain peran, 5) pemecahan masalah, 6) karya wisata, 7) penugasan, 8) proyek, 9) studi kasus, 10) proyek, 11) observasi dan pengamatan, 12) studi kasus. Kemampuan-kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator dari setiap penggunaan metode mengajar pada proses pembelajaran IPS kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD), maka berikut ini akan disajikan penggunaan metode mengajar dan kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator. Metode mengajar dan kemampuan yang dicapai, yang telah disajikan pada uraian sebelumnya yaitu pembelajaran IPS di kelas rendah tidak diulang lagi, sehingga sajian berikut ini hanya menjelaskan metode mengajar yang belum ada pada proses pembelajaran di kelas rendah. Contohnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan observasi dan pengamatan dapat juga diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas tinggi. Dengan mengidentifikasi berbagai metode mengajar ini, tujuannya adalah agar guru dapat menggunakan berbagai jenis metode mengajar dan sebagai acuan dalam menetapkan metode dan strategi mengajar yang akan dilakukannya di kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD). Di bahwa ini ada beberapa metode mengajar dan kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator pada proses pembelajaran IPS kelas tinggi Sekolah Dasar (SD). No Jenis Metode Mengajar Kemampuan yang dapat dicapai sesuai Indikator 1 Simulasi Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis suatu konsep dan prinsip 2 Pemecahan Masalah Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep atau prosedur tertentu. 3 Studi Kasus Menganalisis dan memecahkan masalah 4 Bermain Peran Menerapkan suatu konsep/ prosedur yang harus dikerjakan 5 Penugasan Melakukan sesuatu tugas 43

6 Karya Wisata Penyajian di luar kelas ke objek materi 7 Proyek Melakukan sesuatu/ menyusun laporan Pemilihan metode pembelajaran oleh guru dan calon guru pada proses pembelajaran materi IPS ataupun pada materi pembelajaran IPS yang lain perlu mempertimbangkan jumlah siswa, alat, fasilitas, biaya, dan waktu. Pada pembelajaran IPS siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) guru dapat membimbing siswa dengan menggunakan pembelajaran Konstruktivisme yaitu mencari, menemukan, menggolongkan, menyusun, melakukan, mengkaji, dan menyimpulkan sendiri atau berkelompok dari substansi apa yang sedang dipelajarinya. Menurut Piaget bahwa siswa kelas 6 (enam) Sekolah Dasar (SD) yang telah mencapai usia 11 (sebelas) tahun telah memahami fase perkembangan operasional formal. Artinya, suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan berpikir tinggi atau bepikir ilmiah. Dengan demikian siswa kelas V dan VI pembelajaran kepadanya sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan mengajukan pertnyaan- pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki tingkah laku dan sikap jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Pada proses pembelajaran IPS kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) sesungguhnya menghadapkan siswa pada konsep dan generalisasi, sehingga penerapannya yaitu meliputi penyelesaian tugas-tugas, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, mendesain, mengekspresikan, menderetkan, menafsirkan, memprediksi, menyimpulkan, dan mengumpulkan data. Demikian pula halnya dengan pengembangan sikap ilmiah, maka dalam proses pembelajaran IPS diupayakan agar siswa mampu melakukan pemecahan masalah melalui kerja saintifik, menghasilkan teknologi bermanfaat yang ramah lingkungan, serta melakukan kreatifitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Guru dapat meningkatkan sikap ilmiah dengan memperhatikan saling keterkaitan antar sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat yang produktif dan ekonomis. Hal- hal berikut ini merupakan contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam pembelajaran IPS kepada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD), yaitu: 1. Mendeskripsikan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan keluarga; 2. Mendiskripsikan pertuturan atau silsilah dalam lingkungan keluarga; 3. Membandingkan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat; 4. Melakukan diskusi kelompok tentang terjadinya jual beli; 5. Menafsirkan peninggalan- peninggalan sejarah; 6. Menyajikan hubungan antar sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; 7. Mendeskrifsikan pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui; 44

8. Memahami sejarah kebangkitan nasional, sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan; 9. Melakukan diskusi tentang makna sistem perekonomian koperasi bagi kehidupan kelompok di masyarakat; 10. Menggambarkan denah lingkungan tempat tinggal siswa dan lingkungan sekolah dan lain-lain. Sesuai dengan penjelasan di atas tergambarlah bahwa pembelajaran IPS kepada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) banyak menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di samping masih tetap menggunakan metode-metode mengajar seperti: ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Jadi Karakteristik pembelajaran IPS kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) adalah menuntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti melakukan proses penyelidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya; maka guru harus mengarahkan siswa untuk memiliki sikap ilmiah. Hal inilah yang menyebabkan guru IPS itu kaya akan pengalaman dan kemampuan mengajar serta mampu mengarahkan belajar siswa agar dapat dicapai secara efektif melalui pembelajaran di Sekolah Dasar (SD). B. Peristiwa Pertama marilah kita bicarakan pengertian peristiwa dalam ilmu pengetahuan sosial secara sederhana peristiwa atau kejadian adalah hal-hal yang pernah terjadi, apakah yang terjadi itu? Yakni semua kejadian di atas muka bumi ini (bahkan di alam semesta) yang menyangkut kehidupan manusia. Peristiwa atau kejadian ada yang bersifat alamiah, seperti gunung meletus, banjir, tsunami, gempa bumi, gerhana matahari, dan sebagainya. Juga terdapat peristiwa yang bersifat insaniah, yakni peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas umat manusia, seperti pembangunan jembatan, skandal korupsi, pemilu, krisis moneter, inflasi, reformasi dan sebagainya. Sungguhpun peristiwa merupakan suatu kejadian yang benar-benar dan pernah terjadi, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarannya. Hal ini dikarenakan peristiwa biasanya sudah menjadi sejarah, yakni kejadian yang sudah terjadi di masa lalu. Peristiwa yang telah diuji kebenarannya itulah yang disebut fakta. Sebagai guru perlu kiranya mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian peristiwa ini dengan cara sederhana kepada anak didik kita yang masih di bangku sekolah tingkat SD, misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, seperti berikut ini: 1. Coba kamu sebutkan kejadian yang terjadi di rumahmu pada hari kemarin? 2. Siapakah yang menonton acara televisi pada hari kemarin, ada berita kejadian apa raja? 3. Untuk anak laki-laki, tahun berapakah disunat? 4. Ceritakan pengalamanmu ketika masa liburan sekolah, ada kejadian apa saja? 5. Apakah tugas kamu dirumah? 6. Dan seterusnya. C. Fakta 45

Secara harfiah kata “Fakta” berarti sesuatu yang telah diketahui atau telah terjadi benar, ada. Bisa juga diartikan bahwa itu adalah sesuatu yang dipercaya atau apa yang benar dan merupakan kenyataan, realitas yang real, benar dan juga merupakan kenyataan yang nyata. Tentu ada pertanyaan mengapa fakta itu penting sehingga tidak dapat diabaikan? Pertanyaan ini diajukan dalam kaitannya dengan pembahasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Didalam sains, fakta mempunyai makna tersendiri. Fakta merupakan hasil observasi yang bisa dibuktikan secara empiris karena itu sifat fakta bukan hasil perolehan secara acak, memiliki relevansi dan berkaitan dengan teori. Perkembangan ilmu pengetahuan, jadi juga perkembangan Studi Sosial, terjadi karena adanya interaksi antara fakta dan teori. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru, fakta juga dapat merupakan alasan untuk menolak teori baru, fakta juga dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang telah ada. Di pihak lain, teori dapat membatasi fakta dalam rangka mengarahkan penelitian, teori merangkum fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip- prinsip agar fakta lebih mudah dapat dipahami. Bahkan lebih jauh dari itu, teori dapat meramalkan fakta-fakta yang akan terjadi berdasarkan prediksi keilmuan. Menurut Banks (1985:81) fakta merupakan pernyataan positif dan rumusannya sederhana. Fakta juga adalah data actual, contohnya berikut ini: 1. Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia; 2. Jarak antara kota A ke B adalah 150 Km; 3. Bumi berputar mengelilingi matahari. Ada kalanya guru perlu mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian fakta ini dengan cara sederhana, misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa: 1. Coba kamu hitung berapa jumlah murid kelas yang hadir hari ini! 2. Siapakah nama Kepala Sekolah kita? 3. Ada berapa ruangan belajar yang dimiliki sekolah ini? 4. Coba perhatikan keadaan cuaca di luar, bagaimana keadaannya? 5. Apakah tugas kamu dirumah? 6. Dan seterusnya. Jawaban-jawaban siswa itu merupakan fakta. Misalnya, berikut ini : 1. Siswa yang hadir sekarang ini ada 31 orang. 2. Kepala Sekolah kita namanya Ibu Nani 3. Sekolah kita memiliki 6 ruangan belajar 4. Keadaan cuaca di luar cukup cerah 5. Tugas saya di rumah adalah membantu ibu, antara lain membersihkan rumah, menyapu halaman. Anak-anak menyadari bahwa fakta itu amat banyak, tak terhitung jumlahnya. Ada faktor berupa data-data, misalnya keadaan penduduk di sebuah desa, ada fakta yang tampak sebagaimana keadaannya, misalnya kondisi jalan, kondisi bangunan, dan sebagainya. Ada juga fakta sebagai hasil pengamatan secara lebih khusus, misalnya tentang pendapatan rata-rata penduduk sebuah kampung, mata pencaharian desa Adalah dan seterusnya. Namun demikian, perlu disadari bahwa 46

fakta bukan tujuan akhir dari pengajaran IPS. Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab: 1. Kemampuan kita untuk mengingat sangat terbatas; 2. Fakta itu bisa berubah pada suai waktu, misalnya tentang perubahan iklim suatu kota, perubahan bentuk pemerintahan dan sebagainya; 3. Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus. D. Konsep Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu (benda), gagasan atau peristiwa. Misalnya, kita katakana binatang klasifikasi dari jenis-jenis makhluk yang disebutkan di atas. Jika kita sebutkan kata “keluarga” maka ke dalam konsep keluarga itu termasuk bapak, ibu, anak-anak, saudara, dan sebagainya. Bagaimana dan mengapa kita mempelajari konsep? Pertanyaan ini penting dikemukakan dalam kajian Ilmu Pengetahuan Konsep Sosial. Membentuk konsep merupakan tugas intelektual, dan itu tidak mudah. Namun demikian, perlu disadari bahwa sesungguhnya anak telah belajar konsep sejak sebelum masuk sekolah, sesuatu dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikirnya. Tentu saja berbeda dengan belajar konsep disekolah. Di sekolah mereka belajar konsep yang semakin abstrak sifatnya atau simbolis. Misalnya, mereka belajar tentang konsep keluarga. Di kelas tinggi mungkin menggunakan diagram, dengan menggunakan bermacam symbol untuk mempolakan keluarga dalam kaitan yang lebih luas. Telah dikemukakan di atas bahwa membentuk konsep pada diri anak tidaklah mudah. Hal itu disebabkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemampuan memilih kelompok yang diobservasi berdasarkan satu atau lebih karakteristik umum, agar dapat mengabstraksikan dan membuat generalisasi. Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi adalah proses mengkategorisasikan, dan memberi nama pada sekelompok objek. E. Generalisasi Dan bagan hubungan antar peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi dapat disimpulkan, bahwa konsep menghubungkan fakta-fakta, dan generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah pola hubungan yang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang lebih tinggi. Hasil pemikiran tersebut bisa merupakan kemungkinan yang akan terjadi atau kepastian. Kita dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang generalisasi jika diperbandingkan dengan konsep, yaitu berikut ini: 1. Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat tidak di dalam kalimat yang sempurna; 2. Generalisasi memiliki dalil, konsep tidak; 3. Generalisasi adalah objektif dan impersonal, sedangkan konsep subjektif dan personal (berbeda antara seseorang dan lainnya); 47


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook