Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BAB 1 ASAS JATI DIRI

BAB 1 ASAS JATI DIRI

Published by Rio Felano, 2022-11-30 02:01:24

Description: BAB 1 ASAS JATI DIRI

Search

Read the Text Version

["pertama, membela agama Allah kedua, membela anak isterinya ketiga, membela orang tuanya keempat, membela bangsanya kelima, membela negerinya keenam, membela hak miliknya ketujuh, membela yang hak delapan, membela yang benar sembilan, membela yang adil sepuluh, membela yang teraniaya sebelas, membela tuah dan marwah dua belas, membela adat lembaga tiga belas, membela saudara mara empat belas, membela janji amanah lima belas, membela aib malu enam belas, membela soko pusaka tujuh belas, membela harkat dan martabat diri Dalam tunjuk ajar Melayu juga disebutkan bagaimana buruknya sifat pengecut, tidak berani membela agama, takut membela keadilan dan kebenaran, tidak berani membela yang lemah, dan sikap sejenisnya. Orang yang tidak memiliki keberanian untuk membela yang hak serta tidak berani membela keadilan dan kebenaran lazim disebut \u201cdayus\u201d serta dihina oleh masyarakatnya. Dalam ungkapan, keburukan orang pengecut ini dikatakan: apa tanda orang terkutuk, membela yang benar ia menyuruk apa tanda orang pengecut, membela yang hak ianya takut apa tanda orang celaka, membela yang hak putihlah muka R. Kejujuran Tunjuk ajar Melayu amat banyak menyebut keutamaan sifat jujur, taat, setia, ikhlas, dan bersih hati. Orang tua-tua mengatakan, \u201csiapa jujur, hidupnya mujur\u201d. Orang Melayu berusaha menanamkan sifat jujur kepada anak-anaknya sejak dini. Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang jujur, ikhlas, lurus, dan bersih hati dihormati dan disegani oleh masyarakat. Kejujuran selalu dijadikan teladan bagi anak-anak mereka. Cerita-cerita rakyat lazim mencerminkan pula keberuntungan orang yang jujur dan keburukan orang yang tidak jujur. Dalam 51","untaian ungkapan tunjuk ajar Melayu, keutamaan kejujuran digambarkan antara lain dengan: apa tanda Melayu jati, lurus dan jujur sampai ke hati apa tanda Melayu jati, jujurnya tidak berbelah bagi apa tanda Melayu jati, hidupnya jujur sampailah mati apa tanda Melayu jati, lidahnya jujur hatinya suci apa tanda Melayu jati, jujur di mulut, lurus di hati apa tanda Melayu jati, karena jujurnya bau melati apa tanda Melayu jati, kepada kejujuran maulah mati apa tanda Melayu jati, membela kejujuran berani mati apa tanda Melayu terbilang, hatinya jujur dadanya lapang Tunjuk ajar Melayu juga banyak menggambarkan keburukan orang-orang yang tidak jujur, tidak ikhlas, tidak cacat, dan khianat yang disebut sikap celaka atau dikatakan, \u201cmenggunting dalam lipatan, telunjuk lurus kelingking berkait, angguk tidak geleng ya, lidah bercabang, lain di mulut lain di hati, lain di muka lain di belakang, bermuka dua\u201d, dan sebagainya. Dalam ungkapan disebut: apa tanda orang yang keji, lain di mulut lain di hati apa tanda orang terkutuk, hati berbulu, lidah berkelok apa tanda orang terlaknat, mulut busuk, lidah berkarat apa tanda orang durjana, lain kerja, lain bicara apa tanda orang munafik, hati busuk, lidah terbalik apa tanda orang mungkar, tak pernah jujur dalam menakar S. Hemat dan Cermat Hemat dan cermat adalah sifat terpuji dalam kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan, \u201csiapa hemat mendapat, siapa cermat selamat\u201d. Acuan ini menyebabkan orang Melayu berusaha menanamkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan hemat dan cermat kepada anggota masyarakatnya. Mereka menyadari benar tentang manfaat berhemat dan cermat. Dengan berhemat, mereka terhindar dari sikap boros, berfoya-foya, berbuat mubazir, dan sebagainya yang tidak bermanfaat. Dengan berhemat, mereka dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan sehingga kehidupan dan ekonominya dapat berjalan lancar, memadai, dan mencukupi. Sikap cermat mendorong mereka untuk bersikap hati- hati dan penuh perhitungan dalam hidupnya. Dengan sikap cermat, mereka mampu melakukan, merancang, dan berusaha dengan baik dan benar. Kecermatan lazimnya menyebabkan seseorang tidak berbuat semena-mena, tidak berbuat tanpa pengetahuan, tanpa pengetahuan, tanpa pertimbangan, dan sebagainya. Dalam 52","ungkapan adat dikatakan, \u201corang hemat takkan melarat, orang cermat takkan sesat\u201d. Dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan hemat dan cermat ini digambarkan dengan ungkapan sebagai berikut: apa tanda Melayu jati, hemat cermat sebarang pekerti apa tanda Melayu jati, hemat cermat pakaian diri apa tanda Melayu jati, hemat cermat duduk berdiri apa tanda Melayu jati, hemat cermat memelihara budi apa tanda Melayu bertuah, hemat cermat dalam melangkah apa tanda Melayu bertuah, hemat cermat sebarang tingkah Ungkapan tunjuk ajar menunjukkan pula keburukan orang yang hidupnya tidak mau berhemat, tidak cermat, tidak pandai berjimat, tidak pandai berhitung dan sebagainya. Orang tua-tua mengatakan, \u201csiapa tak mau berhemat cermat, alamat susah dunia akhirat\u201d. Orang yang tidak mau berhemat, apalagi hidup berfoya-foya atau bermewah-mewah, bekerja ceroboh, dan tidak memperhitungkan berbagai kemungkinan secara cermat dan jimat, oleh masyarakat dianggap sebagai orang yang \u201cberfikiran pendek\u201d, \u201ckurang akal\u201d, \u201cbebal\u201d, \u201clupa diri\u201d, dan sebagainya yang dibenci masyarakat. Mereka percaya, orang seperti ini hidupnya tidak akan selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Di dalam ungkapan tunjuk ajar dikatakan: tidak hemat, hidup terjerat tidak cermat, hidup berulat tidak hemat, lumat tidak cermat, kiamat kalau tidak berhemat cermat, kerja yang baik menjadi mudarat kalau tidak berhemat cermat, banyak usaha takkan selamat kalau tidak berhemat cermat, karam di laut sesat di darat kalau tidak berhemat cermat, kawan menjauh rezeki tersumbat P. Rendah Hati Salah satu sifat terpuji dalam budaya Melayu lainnya adalah sifat rendah hati. Sikap ini secara turun temurun dikekalkan dalam kehidupan mereka sebagai jati dirinya. Konon, istilah \u201cMelayu\u201d itu pun berasal dari \u201cmelayukan diri\u201d, yakni merendahkan hati, berlaku lemah lembut, dan berbuat ramah tamah. Oleh karenanya, orang Melayu umumnya menjauhi sifat angkuh, mengelakkan 53","sombong dan pongah, menghindari berkata kasar, dan tidak mau membesarkan diri sendiri. Orang tua-tua mengatakan, \u201cadat Melayu merendah selalu\u201d. \u201cMerendah\u201d yang dimaksud di sini ialah merendahkan hati, bermuka manis, dan berlembut lidah, tidak \u201crendah diri\u201d atau pengecut. Sifat rendah hati adalah cerminan dari kebesaran hati, ketulusikhlasan, tahu diri, dan menghormati orang lain. Dengan sifat \u201crendah hati\u201d ini orang Melayu lazim terlihat sederhana, baik dalam berpakaian maupun dalam kelengkapan rumah tangganya. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat yang suka memamerkan kekayaan. Orang yang sengaja menonjolkan kekayaan harta, pangkat, kepandaian, keturunan, dan kedudukan, lazim disebut sebagai orang besar kepala, bengak, sombong, pongah, besar mulut, tinggi hati, tak tahu diri, dan sebagainya. Orang seperti ini tidak disenangi oleh masyarakat, bahkan mereka diejek serta direndahkan dalam pergaulan. Orang tua-tua mengatakan pula, \u201csiapa suka berlagak sombong, dadanya hampa kepalanya kosong\u201d. Sebaliknya, orang yang rendah hati disanjung, dipuji, dan dihormati oleh masyarakatnya. Sikap orang Melayu yang mengutamakan sifat \u201crendah hati\u201d dapat disimak dari ungkapan tunjuk ajar berikut: apa tanda Melayu jati, budi halus dan rendah hati apa tanda Melayu jati, lemah lembut sebarang pekerti apa tanda Melayu jati, sesama umat ia hormati apa tanda Melayu jati, pantang baginya membesarkan diri apa tanda Melayu jati, sifatnya tidak tinggi hati apa tanda Melayu jati, lidahnya lunak pantang meninggi apa tanda Melayu terbilang, hatinya rendah dadanya lapang Tunjuk ajar Melayu menyebutkan pula keburukan orang yang suka membanggakan diri, besar kepala, sombong, angkuh, bercakap besar, dan merendahkan orang lain. Sikap yang bertentangan dengan rendah hati amat dibenci orang Melayu. Jika ada orang yang berperilaku buruk, ia akan disisihkan dan dilecehkan oleh masyarakat. Dalam ungkapan dikatakan: apa tanda orang celaka, sifatnya sombong bercampur pongah apa tanda orang yang keji, suka membesarkan diri sendiri apa tanda orang tak senonoh, kemana pergi sifatnya angkuh apa tanda orang merugi, cakap besar lagak meninggi apa tanda orang tercela, tinggi hati besar kepala apa tanda orang terkutuk, sifat sombong perangai pun buruk 54","apa tanda orang terlaknat, membanggakan diri ke laut ke darat apa tanda orang yang hina, suka melagak semena-mena apa tanda orang yang nista, cakap besar dadanya hampa kalau hidup suka menyombong, lambat laut perut pun gembung kalau hidup angkuh dan sombong, alamat badan ditimpa tembung kalau hidup suka melagak, lambat laun kepala bengkak kalau hidup besar kepala, lambat laun ditimpa bala kalau hidup bersikap angkuh, lambat laun kena pelupuh R. Baik Sangka Tunjuk ajar Melayu mengajarkan pula agar setiap anggota masyarakat selalu bersangka baik terhadap sesama makhluk. Orang tua-tua mengatakan, \u201cadat orang baik-baik, selalu bersangka baik\u201d. Mereka menjelaskan, bahwa dengan bersangka baik persatuan dan kesatuan masyarakat dan bangsa serta kerukunan dalam sehari-hari akan terpelihara. Sebaliknya, bila hidup penuh dengan kecurigaan dan bersangka buruk hanya akan menumbuhkan fitnah memfitnah, tomah menomah, iri mengiri, dengki mendengki, dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Hal ini dapat pula menggoyahkan persatuan, kesatuan dan kerukunan masyarakat. Mereka menjelaskan lagi bahwa kehidupan bersangka baik menyebabkan tali persaudaraan antara sesama bangsa, kaum, dan sahabat tetap kokoh. Bersangka baik mencerminkan perilaku terpuji yang menjadi darah daging orang Melayu. Mereka dengan ikhlas menyambut siapa saja yang tiba. Sikap inilah yang sejak dahulu menyebabkan orang Melayu dikenal ramah-tamah dan terbuka. Sikap bersangka baik ini pula yang kadangkala dimanfaatkan orang lain untuk \u201cmenipu\u201d orang Melayu. Orang tua-tua mengingatkan, walaupun orang bersangka buruk, tetapi orang Melayu hendaklah tetap bersangka baik tanpa memandang suku dan bangsa. Ungkapan adat mengatakan, \u201capa tanda orang mulia, berbaik sangka sesama manusia\u201d. Dalam ungkapan lain dikatakan, \u201csiapa hidup berbaik sangka, dunia akhirat hidup sentosa\u201d. Sebaliknya, orang yang selalu bersangka buruk terhadap orang lain amatlah dibenci dan dipantangkan. Orang tua-tua mengatakan, \u201csiapa hidup bersangka buruk, dunia akhirat kena kutuk\u201d. Acuan di atas menyebabkan orang Melayu selalu bersangka baik kepada siapa saja. Mereka dengan ikhlas dan berlapang dada menyambut kedatangan orang lain dan berusaha untuk membantu dan menyenangkan. Sikap orang Melayu yang menjunjung tinggi sifat bersangka baik ini dapat dilihat dari ungkapan tunjuk ajar berikut: 55","apa tanda Melayu jati, bersangka baik berlurus hati apa tanda Melayu jati, bersangka buruk ia jauhi apa tanda Melayu bertuah, bersangka baik pada manusia apa tanda Melayu bertuah, berbaik sangka pada makhluk Allah apa tanda Melayu terbilang, berbaik sangka kepada orang apa tanda Melayu terbilang, berbaik sangka muka belakang apa tanda Melayu beradat, berbaik sangka sesama umat apa tanda Melayu beradat, bersangka baik jauh dan dekat Orang tua-tua melalui tunjuk ajarnya mengingatkan pula tentang keburukan sifat orang yang bersangka buruk dan berhati jahat terhadap sesama manusia. Dalam ungkapan dikatakan: siapa suka bersangka buruk, lambat laun kepalanya pesuk siapa suka bersangka buruk, budinya jahat hatinya busuk siapa suka bersangka buruk, orang melaknat, hidup pun teruk siapa suka bersangka buruk, ke dalam majelis tidak kan masuk siapa suka bersangka buruk, ke tengah ke tepi orang mengutuk siapa suka bersangka buruk, dunia akhirat akan terpuruk S. Sifat Perajuk Sifat perajuk adalah cerminan dari sifat lemah semangat, rendah hati, berpikiran sempit, pemalu, cepat putus asa, dan tidak memiliki keberanian serta harga diri. Orang Melayu amat memantangkan anggota masyarakatnya memiliki sifat perajuk. Dalam tunjuk ajar Melayu amat banyak ungkapan yang melarang anggota masyarakatnya menjadi perajuk dan menggambarkan berbagai keburukan sifat perajuk itu. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat perajuk dianggap hina dan tidak bertanggung jawab. Selain dijadikan bahan ejekan, bahan cemooh, dan dilecehkan, orang perajuk lazim tidak diikutsertakan dalam berbagai kegiatan. Orang perajuk, sadar atau tidak, akan tersingkir dari kehidupan masyarakatnya. Orang tua-tua mengatakan, \u201corang perajuk mati hanyut\u201d, \u201corang perajuk hidupnya teruk\u201d, atau \u201corang perajuk mati terpuruk\u201d. Dalam ungkapan tunjuk ajar Melayu disebut: apa tanda Melayu jati, daripada merajuk eloklah mati apa tanda Melayu jati, sifat perajuk ia jauhi apa tanda Melayu jati, rajuk merajuk ianya benci apa tanda Melayu budiman, sifat merajuk ia haramkan apa tanda Melayu budiman, daripada merajuk biar tak makan 56","apa tanda Melayu budiman, daripada merajuk biar terlendan apa tanda Melayu budiman, menjadi perajuk ia pantangkan apa tanda Melayu beriman, rajuk merajuk ia jauhkan apa tanda Melayu beriman, daripada merajuk biar terhumban apa tanda Melayu terbilang, daripada merajuk rela terbuang apa tanda Melayu terbilang, daripada merajuk biarlah hilang apa tanda Melayu berbangsa, daripada merajuk biar binasa apa tanda Melayu beradat, daripada merajuk biar melarat apa tanda Melayu beradat, daripada merajuk biar terkebat apa tanda Melayu beradat, sifat perajuk ia melaknat Dalam untaian pantun tunjuk ajar disebutkan: pucuk putat batangnya bungkuk di bawah bukit tumbuh menjemba buruklah sifat orang perajuk salah sedikit lari ke rimba apalah tanda batang keduduk bila dipatah tunas tak tumbuh apalah tanda orang perajuk bila disanggah lari menjauh apalah tanda batang keduduk tumbuh di bukit berbunga ungu apalah tanda orang perajuk hatinya sempit akal pun beku apalah tanda pindang terubuk kuahnya banyak perisa rasanya apalah tanda orang perajuk olahnya banyak lemah jiwanya Di dalam untainan ungkapan selanjutnya dikatakan: orang perajuk, hatinya bengkok orang perajuk, akalnya busuk orang perajuk, hidupnya teruk orang perajuk, dimakan kutuk 57","orang perajuk, perangainya buruk Bila menyimak ungkapan tunjuk ajar di atas dengan teliti, tampak bahwa pada hakikatnya orang Melayu sangat menjauhi sifat perajuk itu. Gambaran keburukan sifat perajuk yang tersirat di dalam ungkapan-ungkapan tersebut menunjukkan bahwa orang Melayu membenci perilaku perajuk dalam bentuk apa pun juga. Dengan demikian, tentulah keliru bila ada anggapan bahwa orang Melayu bersifat perajuk atau suka merajuk. Kalaupun benar ada orang Melayu yang perajuk, tentu ia sudah meninggalkan tunjuk ajarnya dan sudah tercabut dari akar nilai-nilai luhur budayanya. Kalau pun ada orang perajuk, tentu berkait dengan kepribadiannya, bukan budayanya. Jadi amat berlebihan bila menyamaratakan orang Melayu sebagai perajuk, padahal yang merajuk hanya sebagian kecil saja. Orang tua-tua mengatakan, \u201ckarena nira setitik, rusak santan sebelanga\u201d, karena ada beberapa orang Melayu yang dianggap perajuk, lalu semua orang Melayu dianggap perajuk. Hal ini tentu tidak benar dan perlu diluruskan. T. Tahu Diri Pada hakikatnya yang dimaksud dengan sifat \u201ctahu diri\u201d dalam acuan budaya Melayu adalah kesadaran diri pribadi terhadap hakikat hidup, tujuan hidup, akhir hidup, serta berbagai hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya, baik sebagai bagian masyarakat maupun sebagai hamba Allah. Orang tua-tua mengatakan, orang tahu diri memiliki kesadaran tinggi dalam hidupnya. Dengan tahu diri, ia akan tahu menempatkan diri dalam pergaulan berumah tangga maupun bermasyarakat. Orang tahu diri akan berkelakuan terpuji, karena ia telah memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Orang yang tahu diri sadar akan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negaranya. Di dalam ungkapan adat disebut: yang dikatakan tahu diri tahu hak dan kewajiban tahu hutang beserta beban tahu adat jadi pegangan tahu syarak jadi sandaran tahu sunnah jadi pedoman tahu pusaka jadi warisan tahu ico jadi pakaian tahu adab dengan sopan 58","tahu dimana tempat makan tahu dimana tempat berjalan tahu hidup berkesudahan tahu mati berkekalan Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tahu diri akan memperlihatkan kelakuan yang terpuji, menunjukkan budi pekerti mulia, rendah hati, mentaati agama, beriman, bertenggang rasa, suka menolong, rajin bekerja, jujur, dan setia, dan sebagainya yang secara keseluruhan memperlihatkan perilaku yang baik. Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan dan kelebihan orang yang tahu diri ini digambarkan dalam ungkapan sebagai berikut: apa tanda melayu jati, tahu kepada diri sendiri tahu syarak dan sunnah Nabi tahu asal mula jadi tahu hidup akan mati tahu pelabuhan tempat berhenti tahu jalan yang akan diteliti tahu hidup membalas budi tahu setia mentaati janji tahu beban hidup dan mati tahu hutang yang akan diisi apa tanda Melayu jati: tahu dirinya menjadi hamba tahu dunia tempat singgah tahu akhirat tempat berpindah tahu benar tahu kan salah tahu kerja membawa faedah tahu bergaul berelok tingkah tahu berkata memelihara lidah tahu berjalan memelihara langkah Di dalam ungkapan lain dikatakan: adat hidup orang berbudi, hati bersih dan tahu diri adat hidup orang berilmu, tahu diri beraib malu adat hidup orang terbilang, tahu diri dada pun lapang adat hidup orang terpuji, tahu diri elok pekerti 59","adat hidup orang terpandang, tahu diri pikiran panjang adat hidup orang bertuah, tahu diri hati pun rendah adat hidup orang bermarwah, tidak iri sikap peramah adat hidup orang terpilih, tahu diri amal pun saleh adat hidup orang mulia, tahu diri hati pemurah adat hidup orang berbangsa, tahu diri mengenang jasa adat hidup orang bangsawan, tahu diri teguh beriman Sifat tak tahu diri seseorang dalan tunjuk ajar Melayu lazim disebut tak beradat, tak tahu malu, tak tahu adat, tak beraib, tak sadar diri, tak tahu untung, dan sebagainya. Orang tua-tua mengatakan, bahwa orang yang tak tahu diri pasti hidupnya akan tercela, menyalah, dan sebagainya yang umumnya mendatangkan keburukan bagi diri, keluarga, dan kaum kerabatnya. Orang ini tentu akan dijauhi atau dilecehkan oleh masyarakatnya. Di dalam ungkapan disebut: apa tanda tak tahu diri, orang bebal mengaku ahli orang dungu mengaku guru orang murtad mengaku ustad orang zalim mengaku alim orang tua berlagak muda apa tanda tak tahu malu, orang ke hilir awak ke hulu duduk beramai memandai-mandai tegak bersama mengada-ada dalam berunding tengking menengking dalam mufakat umpat mengumpat dalam majelis tekis menekis dalam helat cacat mencacat di bawa ke tengah ia menyanyah di bawa ke tepi ia mengiri apa tanda tak tahu untung, diri bebal lagak menyombong ke tengah menyalah ke tepi bingung hidup meninggi kepala kosong 60","U. Keterbukaan Orang melayu menjunjung tinggi sifat terbuka, yang mereka sebut sebagai sikap berterus-terang, buka kulit tampak isi, atau dikatakan sifat berbuka-bukaan. Sikap terus terang atau terbuka ini dianggap sebagai cerminan dari kejujuran, niat baik, berbaik sangka, bertanggungjawab, lurus hati dan ikhlas. Oleh karenanya, sikap ini harus melekat dalam diri setiap insan melayu. Orang tua-tua Melayu mengatakan, \u201ckalau hidup berterus-terang, bala menjauh sengketa pun hilang,\u201dbuka kulit tampak isi, tanda sudara sehidup semati\u201d atau \u201ckalau runding berbuka-bukaan, beban berat menjadi ringan\u201d. Dengan ungkapan lain dikatakan,\u201dkalau suka berterus-terang, alam yang sempit menjadi lapang\u201d. Sebaliknya, sifat tertutup sering disebut sebagai sikap menutup diri atau menyurukkan hati. Orang yang memiliki sikap ini lazim dianggap tidak baik, diragukan kesetiaan dan keikhlasannya, serta diragukan itikad baiknya. Orang tua- tua melayu mengatakan, \u201dsiapa suka menutup diri, taat setianya belum pasti\u201d atau \u201ckalau tak mau berterus terang, walaupun lurus disangka melintang\u201d atau \u201cbila tak mau berterus terang, sahabat setia berbalik belakang\u201d. Adat dan tradisi Melayu mengatur agar keterbukaan disesuaikan dengan keputusan dan kelayakan. Dalam keterbukaan tetap dipelihara nilai-nilai luhur yang berlaku dan dihormati masyarakatnya, tidak bersifat mengaib-malukan orang, tidak berniat buruk dan berlebih-lebihan, dan sikap lain yang tidak dibenarkan oleh agama, adat, dan norma-norma sosial masyarakatnya. Orang tua- tua mengatakan, \u201cberterus terang menurut patutnya, berbuka-buka menurut layaknya\u201d, \u201dkalau hendak berterus terang, niatnya jangan menghina orang\u201d, atau \u201cbila hendak berbuka-bukaan, jangan membawa kebinasaan.\u201d Dalam ungkapan lain dikatakan, \u201dbuka kulit tampak isi, jangan membuang budi pekerti\u201d. Selanjutnya juga dikatakan, \u201dterbuka jangan hina menghina, terus terang jangan menganiaya orang\u201d. Orang tua-tua Melayu menganjurkan agar keterbukaan hendaklah dilakukan secara arif dan bijaksana. Sikap ini hakikatnya juga dilandasi oleh iktikad baik yang bermanfaat bagi kepentingan umum dan berfaedah bagi kehidupan pribadi. Keterbukaan dilakukan untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi masyarakat serta menjauhkan salah paham atau prasangka buruk. Selain itu, keterbukaan dapat meluruskan kekeliruan atau memperbaiki kesalahan serta menyepurnakan kekurangan. Ungkapan-ungkapan yang berkaitan dengan keterbukaan antara lain: Apa tanda Melayu jati, buka kulit tampaklah isi Apa tanda Melayu jati, berterus terang berikhlas hati 61","Apa tanda Melayu jati, berbuka-buka ia fahami Apa tanda Melayu bertuah, niat lurus hati terbuka Apa tanda Melayu amanah, pertama setia, kedua terbuka Apa tanda Melayu berbudi, berterus terang berlapang hati Apa tanda Melayu beradat, lidah terbuka hatinya taat Apa tanda Melayu beradat, dalam terbuka memegang amanat Apa tanda Melayu beradat, terbuka tidak karena khianat Apa tanda Melayu beradat, terbuka tidak umpat mengumpat Dalam ungkapan selanjutnya dikatakan: Adat hidup orang terpuji, lurus lidah terbuka hati Adat hidup orang terpandang, ikhlas bercakap muka belakang Adat hidup orang beriman, ikhlas bercakap lurus berkawan Adat hidup orang beradat, membuka diri sesama umat Adat hidup sama sekampung, sama terbuka dalam menghitung Adat hidup dengan saudara, tulus iklas sebarang bicara Adat hidup sama sebangsa, berterus-terang apa dirasa Apabila hidup berterus terang, silang sengketa tidak kan datang Apabila hidup berterus terang, kusut selesai sengketa hilang Apabila hidup berterus terang, sangkaan buruk sama dibuang Dalam melakukan keterbukaan, orang diingatkan supaya tetap kokoh memelihara nilai-nilai luhur yang mereka anut, seperti menjunjung tinggi sikap tenggang menenggang atau bertenggang rasa, mempertimbangkan baik dan buruknya, memikirkan untung dan ruginya, memikirkan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat, memikirkan akibat keserasian dan kerukunan masyarakatnya, dan sebagainya. Oleh karenanya, keterbukaan hendaknya dilakukan secara arif dan bijaksana serta dilandasi oleh niat yang terpuji. Di dalam ungkapan dikatakan: Kalau mau berbuka-bukaan, Aib dan malu sama ditahan Kalau mau berterus terang, Niat ikhlas dada pun lapang Kalau mau berterus terang, Mulut manis akal pun panjang Berbuka kulit tampak isi, Niat tidak sakit menyakiti 62","V. Pemaaf, Pemurah, Dermawan Sifat pemaaf dan pemurah amat dimuliakan dalam kehidupan masyarakat Melayu. Orang tua-tua mengatakan, bahwa sifat ini mencerminkan kesetiakawanan sosial yang tinggi, menggambarkan rendah hati, ikhlas, tidak pendendam, bertenggang rasa, dan berbudi luhur. Dalam ungkapan adat dikatakan, \u201csiapa taat memeluk agama Islam, dendam kesumat ia haramkan\u201d atau \u201csiapa setia memegang adat, dendam kesumat ia pantangkan\u201d. Ungkapan lain menyebutkan \u201csiapa pemurah hidup bertuah\u201d dan \u201csiapa pemaaf beroleh berkah\u201d. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Melayu memelihara kerukunan masyarakatnya dengan berdada lapang, pemaaf, pemurah, dan bertenggang rasa untuk menjauhkan munculnya bibit permusuhan antar sesama. Oleh karenanya, setiap terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan hendaklah cepat diredam dengan cara saling memaafkan. Secara arif, orang Melayu mengatakan,\u201dbunga api jangan dibiarkan merebak membakar negeri\u201d, maksudnya bibit permusuhan ataupun dendam kesumat jangan dibiarkan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat supaya tidak menimbulkan kebiasaan buruk bagi kehidupan masyarakatnya. Acuan ini menyebabkan sifaat pemaaf, sikap pemurah, sikap tenggang rasa, dan sikap kesetiakawanan amat dimuliakan. Sebaliknya, sifat yang membangkang, tidak mau memaafkan, mau menang sendiri, dan keras kepala dianggap sebagai sifat-sifat buruk dan menyalahi ajaran agama serta adat istiadatnya. Tunjuk ajar Melayu mengatakan : Apa tanda Melayu jati, dendam kesumat ia jauhi tulus ikhlas bermurah hati kesalahan orang ia ampuni Apa tanda Melayu jati, hidup pemaaf dan murah hati Apa tanda Melayu jati, hidup tidak benci membenci 63","Apa tanda Melayu jati, dendamnya tidak dibawa mati Apa tanda Melayu terbilang, pemaaf pemurah muka belakang Apa tanda Melayu bertuah, pertama pemaaf kedua pemurah Apa tanda Melayu bermarwah, memberi maaf ia pemurah Apa tanda Melayu beradat, pantang hidup berdendam kesumat Apa tanda Melayu beriman, hati pemaaf pemurah tangan Apa tanda Melayu berbangsa, hidupnya rukun sepanjang masa Apa tanda Melayu berbudi, maafnya kekal sampai ke mati, pemurahnya tidak terbelah bagi Apa tanda Melayu pilihan, hidup mau bermaaf-maafan hati pemurah dalam berkawan dendam dan loba ia jauhkan Apa tanda Melayu berakhlak, memberi maaf pantang mengelak hati pemurah budinya banyak Tunjuk ajar Melayu menunjukkan pula keburukan orang yang tidak mau memaafkan orang lain, pendendam, dan tidak mau menyadari kesalahan sendiri. Dalam ungkapan dikatakan : Siapa tak mau memaafkan orang, tanda akalnya masih kurang 64","Siapa tak mau memaafkan orang, tanda imannya masih berguncang Siapa tak mau memaafkan orang, tanda dadanya belum lapang Siapa tak tahu kesalahan sendiri, lambat laun hidupnya keji Siapa salah tak minta ampun, alamat putus takkan bertampun Siapa tak sadar dosa dirinya, alamat hidup akan aniaya Kalau hidup berdendam kesumat, saudara menjauh sahabat tak dekat Orang Melayu juga menjunjung tinggi sifat pemurah yang disebut murah hati. Orang pemurah tidak mementingkan dirinya sendiri, tapi tahu kepada penderitaan orang lain, serta mau melihat dan merasakan perasaan dan kesusahan orang lain. Di dalam ungkapan dikatakan, \u201dorang pemurah tanda bermarwah\u201d, \u201corang pemurah hidupnya berkah\u201d, \u201corang pemurah dikasihi Allah\u201d, dan \u201corang pemurah membawa tuah\u201d. Sebaliknya, orang loba, tamak, dan tidak mau memperhatikan orang lain akan selalu diejek dan dijauhi masyarakatnya. Dalam ungkapan dikatakan, \u201corang tamak hatinya kemak\u201d, \u201corang bakhil hatinya jahil\u201d, dan \u201corang kedekut hatinya berlumut\u201d. Orang tua-tua selalu menyampaikan tunjuk ajarnya agar anggota masyarakat menjauhi sifat loba, tamak, kedekut, serakah, dan sejenisnya. Hal ini dilakukan supaya mereka dapat hidup tolong- menolong, rasa-merasa, tenggang-meneggang, dan maaf-memaafkan. Cara inilah yang mampu mewujudkan kehidupan yang aman, tertib, dan sejahtera. Dalam ungkapan dikatakan : Adat hidup Melayu jati, hati pemurah elok pekerti Adat hidup Melayu terbilang, tangan pemurah menolong orang Adat hidup Melayu budiman, tahu kepada kesusahan teman Adat hidup Melayu berbudi, banyaklah unjuk serta memberi Adat hidup Melayu terpilih, memberi dengan bermuka jernih Adat hidup Melayu beradat, hati pemurah amal pun taat Adat hidup Melayu pilihan, penderitaan orang ia rasakan 65","Adat hidup Melayu terpuji, memberi dengan ikhlas hati Adat hidup Melayu beriman hati pemurah laku pun sopan Adat hidup Melayu berakhlak, hati pemurah lidah pun lunak Di dalam bait-bait syair dikatakan : Wahai ananda cahaya mata, Dengarlah pesan ayah dan bunda Supaya hidupmu selamat sejahtera Murahkan hati lapangkan dada Wahai ananda cahaya negeri, Dengar olehmu bunda berperi Supaya hidupmu kelak terpuji Berlaku pemurah jangan berhenti Wahai ananda cahaya rumah, Pakai olehmu sifat pemurah Kepada orang beramah-tamah Menolong memberi jangan berlengah Wahai ananda intan terpilih, Sifat pemurah yang dialih Nampakan sayang beserta kasih Jangan berkira pahit dan pedih Orang yang tidak mau mengulurkan tangan untuk menolong orang lain, tidak mau merasakan penderitaan orang lain, tamak, dan lobak disebut kedekut dan terkunci tangan. Orang seperti ini dianggap buruk, sebagaimana tercermin dalam ungkapan: Orang kedekut, mati hanyut Orang kedekut, matinya sempot Orang kedekut, matinya mengerekot Orang kedekut, mati takut Orang tamak, matinya kemak 66","Orang tamak, mati terpijak Orang tamak, matinya di semak Orang tamak, matinya menyalak Orang tamak, matinya linyak Orang tamak, matinya tercampak Orang serakah, mati berdarah Orang serakah, mati meranggah Orang serakah, mati terlapah Orang serakah, mati melukah Orang serakah, takkan semenggah Orang serakah, aib terdedah Orang serakah, hidup menyampah W. Amanah Sifat amanah, taat, setia, teguh pendirian, dan terpercaya amat dihormati orang Melayu, orang tua-tua Melayu mengatakan, bahwa sifat amanah mencerminkan iman dan takwa, menunjukan sikap terpercaya, dan menunjukan tahu tanggungjawab, jujur dan setia. Oleh karenanya, setiap anggota masyarakat dituntut memiliki sifat-sifat tersebut, supaya hidupnya beroleh berkah dan sejahtera. Dalam ungkapan dikatakan, \u201cOrang amanah membawa tuah\u201d, \u201cOrang amanah membawa marwah\u201d, dan \u201cOrang amanah dikasihi Allah\u201d. Ungkapan lain menyebutkan, \u201cSiapa hidup memegang amanah, dunia akhirat beroleh berkah\u201d, dan \u201cSiapa hidup memegang amanah, kemana pergi tidak kan susah\u201d. Sebaliknya, orang yang tidak amanah dianggap ingkar, tak dapat dipercaya, dan tidak bertanggungjawab. Orang ini tidak mendapat tempat yang layak dan dijauhi masyarakat. Dalam ungkapan dikatakan,\u201dSiapa tidak memegang amanah, tanda dirinya tidak semenggah\u201d dan \u201cSiapa hidup tidak amanah, hidup celaka mati menyalah\u201d. Dalam tunjuk ajar Melayu dikatakan : Apa tanda Melayu jati, memegang amanah sampai mati Apa tanda Melayu jati, karena amanah berani mati Apa tanda Melayu jati, amanah melekat di dalam hati Apa tanda Melayu jati, sifat amanah pakaian diri Apa tanda Melayu terbilang, membela amanah berputih tulang Apa tanda Melayu terbilang, amanah melekat sampai ke tulang Apa tanda Melayu terbilang, taat memegang amanah orang Apa tanda Melayu bertuah, taat sedia memegang amanah Apa tanda Melayu bermarwah, hidup dan mati dalam amanah 67","Apa tanda Melayu bermarwah, mentaati janji memelihara amanah Apa tanda Melayu berbudi, memegang amanah menahan uji Apa tanda Melayu terpuji, petuah amanah ia taati Apa tanda Melayu beradat, petuah amanah dipegang erat Apa tanda Melayu pilihan, amanah orang ia peliharakan Apa tanda Melayu terpilih, karena amanah rela disembelih Apa tanda Melayu bijak, memegang amanah pantang berganjak Dalam untaian syair dikatakan : Wahai ananda kekasih ibu, Amanah orang pelihara olehmu Peganglah dengan sepenuh hatimu Supaya hidup tak dapat malu Wahai ananda kekasih ayah, Taatlah engkau memegang amanah Amanah orang jangan dilengah Nasehat orang jangan dilapah Wahai ananda kekasih hati, Petuah amanah engkau taati Membela amanah biarlah mati Supaya hidupmu ada berarti Dalam pantun tunjuk ajar dikatakan : Apa tanda pasanglah surut Air timpas tampaklah tanah Apa tanda orang patut-patut Hati ikhlas memegang amanah Apa tanda pasang menyenak Air laut mudik ke hulu Apa tanda orang yang bijak Amanah diikut mati pun mau Berbuah pisang di belakang rumah Tandannya lebat jantungnya besar Bertuah orang memegang amanah 68","Pengajaran dapat pahalanya besar Pisang lidi batangnya rendah Masak setandan dimakan tupai Orang berbudi memegang amanah Adabnya sopan elok perangai Dalam untaian ungkapan dikatakan : Adat hidup orang Melayu, Memelihara amanah sejak dahulu Adat hidup orang beradat, Memelihara amanah ianya taat Adat hidup orang terpandang, Janji diturut amanah dipegang Adat hidup orang terbilang, Janji ditunggu amanah disandang Adat hidup orang pilihan, Sifatnya amanah serta beriman Adat hidup orang berbudi, Petuah amanah dijunjung tinggi Adat hidup orang budiman, Petuah amanah jadi pegangan Adat hidup orang mulia, Petuah amanah dipelihara Adat hidup orang bertuah, Taat setia memelihara amanah X. Menghargai dan Memanfaatkan 69","\u201cApa tanda orang berilmu, ianya tahu memanfaatkan waktu\u201d. Ungkapan ini menunjukkan bahwa orang Melayu pada hakikatnya menyadari pentingnya pemanfaatan waktu. Dalam ungkapan adat dikatakan,\u201dpantang Melayu membuang waktu\u201d, \u201dsiapa suka menyia-nyiakan masa, alamat hidupnya akan binasa\u201d. Dalam ungkapan lain dikatakan, \u201cbarang siapa berlalai-lalai, anak bininya akan kebelai\u201d, \u201cbarang siapa suka berlengah, alamat hidupnya tidakkan semenggah\u201d. Ungkapan-ungkapan ini secara tegas menunjukkan pandangan orang Melayu yang sangat menghargai waktu. Waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, agar mereka dapat hidup sejahtera. Siapa saja yang tidak tahu atau tak mau memanfaatkan waktu, hidupnya akan sengsara dan penuh penderitaan. Ungkapan yang mengandung nilai pemanfaatan waktu cukup banyak dalam sastra lisan Melayu. Kebaikan orang yang pandai memanfaatkan waktu diperbandingkan dengan orang yang membuang waktu, sehingga masyarakat dapat mengambil teladan mana yang baik dan mana yang buruk. Orang-orang tua dengan arif memberi keteladanan pemanfaatan waktu dengan melakukan berbagai kegiatan. Seorang petani harus dapat memanfaatkan musim, memanfaatkan waktu di ladang, di kebun dan lain-lain. Seorang nelayan juga harus memberi contoh dengan memanfaatkan musim untuk turun ke laut. Itulah sebabnya, kebanyakan orang Melayu hidup di laut dan hidup di darat. Mereka berprofesi sebagai petani sekaligus menjadi nelayan, atau nelayan yang juga petani. Pola hidup ini mencerminkan pemanfaatan waktu yang telah diwarisi turun temurun. Sikap orang Melayu yang memandang waktu penting dengan memanfaatkan sebaik mungkin dapat disimak dari ungkapan berikut : Apa tanda Melayu jati, terhadap waktu berhati-hati Apa tanda Melayu terbilang, terhadap waktu ianya sayang Apa tanda Melayu terpandang, pantang baginya waktu terbuang Apa tanda Melayu berilmu, memanfaatkan waktu ianya tahu Apa tanda Melayu beradat, terhadap waktu ianya ingat Apa tanda Melayu beradat, menghabiskan waktu pada yang bermanfaat Apa tanda Melayu beradat, menggunakan waktu secara tepat Apa tanda Melay beriman, enghabiskan waktu dengan perhitungan Apa tanda Melayu berakal, memanfaatkan waktu mencari bekal Apa tanda Melayu berbangsa, hidupnya pantang membuang masa Apa tanda Melayu bijak, membuang masa ia tah hendak Apa tanda Melayu budiman, memanfaatkan waktu untuk amalan Apa tanda Melayu budiman, membuang waktu ia pantangkan Di dalam untaian syair dikatakan: 70","Wahai ananda kekasih ibu, Janganlah engkau membuang waktu Memanfaatkan masa hendaklah tahu Supaya kelak selamat hidupmu Wahai ananda kekasih ayah, Terhadap waktu jangan berlengah Memanfaatkan umur selagi muda Supaya kelak hidupmu sentosa Wahai ananda sibiran tulang, Masa hidupmu jangan dibuang Bekerjalah engkau pagi dan petang Beramal saleh jangan berkelang Wahai ananda buah hati bunda, Gunakan waktu selagi muda Tuntutlah ilmu banyaklah bekerja Supaya hidupmu kelak sejahtera Wahai ananda intan karang, Masa mudamu jangan dibuang Tuntutlah ilmu lunasi hutang Supaya tua hidupmu tenang Orang Melayu menyebutkan pula berbagai keburukan orang yang tidak mau memanfaatkan waktu dengan baik dan cermat. Orang yang menyia-nyiakan usia, membuang-buang waktu, bermalasan, dan berlalai-lalai disebut \u201corang tak ingat mati\u201d, orang merugi, dan sebagainya yang menunjukkan sifat tidak baik. Di dalam ungkapan dikatakan : Apa tanda orang aniaya, waktunya habis sia-sia Apa tanda orang merugi, waktu terbuang tak ada arti Apa tanda orang celaka, waktunya habis tak ada faedah Apa tanda orang terlaknat, waktunya habis pada maksiat Apa tanda orang yang malang, waktunya habis terbuang-buang Apa tanda orang yang sesat, waktunya habis tak ada manfaat Apa tanda orang yang bebal, waktunya habis karena membual 71","Apa tanda orang yang dungu, waktunya habis tak menentu Y. Berpandangan Jauh ke Depan Orang Melayu diharapkan berpandangan jauh ke depan dan berpikiran panjang. Hidup tidak hanya untuk masa silam dan hari ini, tetapi juga amat penting untuk masa mendatang, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan memandang jauh ke depan, seseorang diharapkan memiliki wawasan luas, pikiran panjang, dan perhitungan semakin cermat. Berpandangan jauh ke depan akan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap anak cucu (generasi mendatang), sehingga tindakan yang dilakukan tidak semata-mata untuk kehidupan masa kini, tetapi juga memikirkan nasib anak cucunya. Orang-orang Melayu sangat menganjurkan agar masyarakat mampu mempersiapkan bekal bagi anak cucu, memikirkan kehidupan layak bagi anak cucu, dan sebagainya. Pikiran ini menyebabkan masyarakat tidak boleh bersikap serakah atau tamak, yakni tidak boleh menghabiskan kekayaan alam tanpa memikirkan nasib anak cucunya. Dalam ungkapan dikatakan, \u201cmakan jangan menghabiskan, minum jangan mengeringkan\u201d. Dalam ungkapan lain dikatakan, \u201cmakan ingat ke anak cucu, minum ingat ke anak menantu\u201d. Mereka menjelaskan, bahwa kalau \u201cmakan menghabiskan\u201d dan \u201cminum mengeringkan\u201d bermakna akan memunahkan kekayaan alam dan harta kaum serta bangsanya. Kepunahan itu tentunya menimbulkan kesengsaraan bagi anak cucunya di kemudian hari. Dalam ungkapan dikatakan, \u201ckalau makan menghabiskan, anak cucu kelaparan\u201d atau \u201ckalau minum mengeringkan, anak cucu hidupnya bentan\u201d. Mereka menjelaskan bahwa dengan berpandangan jauh ke depan dan dengan mengingat nasib anak cucu di kemudian hari diharapkan akan muncul gagasan yang dapat menjamin kelangsungan hidup anak cucunya serta dapat menyadarkan masyarakat untuk bersiap diri. Dalam ungkapan dikatakan, \u201ckalau memandang jauh ke depan banyaklah bekal perlu disiapkan\u201d atau \u201csiapa memandang jauh ke muka, hilanglah sifat loba serakah\u201d. Tunjuk ajar Melayu menunjukkan pula keburukan sifat orang-orang yang tidak mau memandang jauh ke muka. Dalam ungkapan dikatakan \u201csiapa tak mau memandang ke muka, hidupnya sesat anak cucu celaka\u201d, \u201cbila sempit pandangan, akal pendek, hidup menyeman\u201d, atau \u201csiapa berpandangan sempit, dirinya hina anak cucu terhimpit\u201d. Acuan ini mendorong orang Melayu untuk berpandangan jauh ke depan, berusaha untuk mencukupi hidupnya, dan berupaya untuk menyejahterakan kehidupan anak cucunya di belakang hari. Ungkapan yang berkaitan dengan sikap berpandangan ke depan ini antara lain: 72","Apa tanda Melayu jati, Memikirkan hidup kemudian hari Apa tanda Melayu jati, Masa lalu ia tahu Masa sekarang ia timang Masa mendatang ia kenang Apa tanda Melayu jati, masa depan ia fikiri Apa tanda Melayu beradat, ke anak cucu ianya ingat Apa tanda Melayu beradat, ke anak cucu ianya ingat Apa tanda Melayu terbilang, jauh memandang ke masa datang Apa tanda Melayu berbudi, membaca zaman ianya ahli Apa tanda Melayu berbudi, masa depannya ia kaji Apa tanda Melayu bertuah, Tahu berguru pada yang sudah tahu berbuat pada yang ada tahu memandang jauh kemuka Di dalam untaian pantun dikatakan : Apa tanda pinang berbuah Banyak burung menyeri mayangnya Apalah tanda orang bertuah Bijak menghitung hari depannya Apa tanda si pinang ketai Isinya keras bila dimakan Apalah tanda orang yang pandai Berfikiran luas ke masa depan Apa tanda batang tebu Ada buku ada ruasnya Apa tanda orang berilmu Mengkaji waktu dengan cerkasnya Di dalam ungkapan dikatakan : Kalau ingat ke masa datang 73","Banyak kerja dapat dirancang Kalau memandang jauh ke muka, Banyak kerja dapat dijangka Kalau memandang jauh ke muka, Musim beralih takkan terlena Kalau memandang jauh ke depan, Siaplah ia menghadapi perubahan Orang Melayu dalam tunjuk ajarnya menyebutkan pula keburukan dan kerugian orang yang berpikiran singkat dan sempit. Orang tua-tua mengatakan, \u201csiapa berfikiran pendek, banyaklah kerja yang tidak baik\u201d, \u201csiapa berfikiran singkat, lambat laun akan terjerat\u201d, dan \u201csiapa berfikiran sempit, lambat laun akan terjepit\u201d. Oleh karenanya, orang tua-tua menganjurkan agar setiap anggota masyarakat mampu berpikiran luas, berpandangan jauh ke depan, dan menyimak peredaran zaman, serta memperhatikan secara cermat perubahan di dalam masyarakatnya. Orang Melayu menganggap rendah orang yang berpikiran sempit dan tidak memperhatikan hari depan dirinya dan hari depan bangsanya. Dalam ungkapan dikatakan: Apa tanda orang yang sesat, hati sempit fikiran singkat Apa tanda orang merugi, hidup memikirkan diri sendiri Apa tanda orang yang malang, tak mau memikirkan masa mendatang Apa tanda orang nista, tidak memikirkan anak cucunya Apa tanda orang celaka, mati tidak meninggalkan pusaka Siapa berfikiran singkat, hari depannya pasti melarat Siapa berfikiran sempit, sesudah mati anak cucunya menjerit Siapa tak mau berfikiran panjang, anak cucunya dililit hutang Z. Hidup Sederhana Tunjuk Ajar Melayu memberikan acuan mengenai hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan apalagi bermewah-mewah dan mubazir. Orang tua-tua selalu mengingatkan, agar anggota masyarakat hidup dengan sederhana sesuai dengan kemampuan masing-masing dan menjauhi gaya hidup yang terlalu berlebih- lebihan yang dapat menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial. Mereka juga mengingatkan agat anggota masyarakat \u201ctahu diri\u201d, maksudnya menyadari sejauh mana kepatutan hidup di dunia ini, agar mereka tidak terpuruk dalam nafsu serakah, loba, tamak, membesarkan diri, dan sebagainya yang hanya akan 74","membawa bala bencana. Dalam ungkapan dikatakan, \u201csiapa hidup berlebih- lebihan, di situlah bersarang setan\u201d. Ungkapan lain mengatakan, \u201csiapa yang bermegah-megah, di situlah tempat tercampak marwah\u201d dan \u201capabila terlalu bermewah-mewah, tumbuhlah sifat gah dan serakah\u201d. Hidup sederhana atau disebut hidup pertengahan dianggap cerminan sikap hidup orang Melayu yang tahu diri dan tidak bermewah-mewah, tetapi tidak pula melarat, miskin atau melupakan tanggung jawab duniawi. Masyarakat Melayu senantiasa menjaga keseimbangan antar kebutuhan lahiriah dan kebutuhan batiniah serta menjaga keserasian anatara hidup di dunia dan hidup di akhirat nantinya. Dalam ungkapan dikatakan, \u201ckalau hidup mabuk dunia, di akhirat badan celaka\u201d dan \u201ckalau hidup melupakan dunia, di akhirat bala menimpa\u201d. Ungkapan ini bermakna bahwa kalau seorang hidup semata-mata karena mementingkan dunia, di akhirat akan mendapat siksa. Sebaliknya, bila hidup melupakan kewajiban selaku manusia yang berkeluarga, berkaum bangsa, dan bernegara, di akhirat ia akan dimintai pertanggungjawaban dan akan mendapat siksa pula. Oleh karenanya, hidup hendaklah serasi dan seimbang antara dunia dan akhirat. Sikap inilah yang mewujudkan pola hidup sederhana. Acuan mengenai hidup sederhana dalam tunjuk ajar Melayu dapat disimak dari ungkapan berikut : Apa tanda Melayu jati, Bermewah-mewah ia tak sudi Apa tanda Melayu jati, Tahu dunia, akhirat mengerti Apa tanda Melayu jati, Dunia akhirat hidup serasi Apa tanda Melayu terpuji, Berlebih-lebihan ianya benci Apa tanda Melayu terpuji, Hidup sederhana sampai mati Apa tanda Melayu bertuah, Hidup sederhana mengikuti sunnah Dalam untaian syair dikatakan: 75","Wahai ananda dengarlah pesan, Hidupnya di dunia wajib difikirkan Hidup di akhirat wajib siapkan Supaya hidupmu diridhoi Tuhan Wahai ananda dengarlah peri, Bermewah-mewah jangan sekali Hidup sederhana tahukan diri Dunia dapat akhirat berisi Wahai ananda kekasih ibu, Hidup berlebihan hendaklah malu Mengejar dunia jangan terlalu Kehidupan akhirat wajiblah tahu Pola hidup sederhana tidaklah berarti sama sekali menafikan dunia atau hidup miskin. Hidup sederhana adalah hidup tak berlebih-lebihan, tidak bermewah-mewahan, dan tidak melupakan kewajibannya selaku hamba Allah. Hidup sederhana adalah hidup yang serasi dengan kemampuan masing-masing sesuai dengan kesanggupannya dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar. Dalam ungkapan dikatakan, \u201chidup pertengahan, sesuai pasak sesuai tiangnya, sejudu tubuh dengan bayang-bayangnya\u201d. Ungkapan lain menyebutkan , \u201chidup sederhana, tidak tinggi tidak rendah\u201d. Orang Melayu juga tidak menyukai kemiskinan, kemelaratan, dan penderitaan. Kemiskinan bukan saja menyebabkan orang menderita dan melarat, tetapi dapat pula menghilangkan harga diri, tuah dan marwah diri dan anak cucunya. Namun demikian, mereka menganjurkan bahwa ketakutan akan kemiskinan tidak sampai menyebabkan mereka melakukan perbuatan apapun tanpa mempertimbangkan halal dan haram, dan tanpa mempedulikan orang lain. Dalam ungkapan dikatakan, \u201ctakut melarat, jangan membuang ajaran adat\u201d atau \u201ckarena hendak hidup senang, pantang berbuat sewenang-wenang\u201d. Keburukan hidup miskin dan melarat disadari benar oleh orang Melayu. Oleh karenanya, mereka menganjurkan agar anggota masyarakat bekerja keras, rajin, dan tekun dalam hidupnya. Dalam ungkapan dikatakan, \u201ckalau hidup melarat, orang baik menjadi jahat\u201d, \u201cbila hidup miskin dan papa, alamat badan menjadi nista\u201d, atau \u201ckalau hidup minta sedekah, diri hina bangsa pun rendah\u201d. 76","Acuan ini menyebabkan setiap orang Melayu wajib berusaha mengangkat harkat dan martabatnya dan meningkatkan kesejahteraan hidup dan kecerdasannya, agar mereka mampu hidup layak dan tidak terlena sekali melakukan hal-hal melanggar hukum, agama, adat dan sebagainya. Dalam ungkapan adat dikatakan, \u201cmencari nafkah jangan serakah, mencari rezeki jangan mendengki, mencari makan jangan menyetan\u201d. Di dalam untaian ungkapan adat dikatakan: Adat mencari rezeki, pantang sekali lupakan budi Adat orang berusaha, pantang berbuat tak semenggah Adat hidup mencari makan, pantang sekali melupakan iman Mencari rezeki pada yang suci, mencari makan mengikut aturan Mencari nafkah di jalan Allah, mencari makan diridhoi Tuhan Kalau hendak mencari makan, jangan turutkan hasutan setan Kalau hendak mencari nafkah, jangan turutkan nafsu serakah 77"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook