Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore CoretanRheikusu

CoretanRheikusu

Published by reni nuraeni, 2021-01-28 03:24:25

Description: CoretanRheikusu

Search

Read the Text Version

Assalamualaikum tante cantik nan sholihah.. Apa kabarnya? Ini bukan petuah, masukan, apalagi surat cinta,hehe. Ini adalah sajian pengingat diri sendiri yang bisa saya bagikan. Harapannya, tulisan yang khusus ditujukan untuk dirimu ini semoga bisa bermanfaat dan sedikit mengobati ketidaknyamanan di hati.

Saat kita melangkah, yakiin akan ada banyak cobaannya. Di jalan tol yang katanya tanpa hambatan aja ada saatnya macet, ada saatnya jalan rusak, setidaknya berhenti sejenak di gerbang tol untuk membayar. Kita hanya perlu belajar. Belajar memantaskan. Memantaskan menjadi ibu bagi anak-anak, menjadi istri bagi suami, menjadi anak bagi orang tua, dan menjadi warga yang baik bagi masyarakat. Beraat banget ya.. Memang tidak mudah menjadi \"kita\". Kita perempuan yang Allah titipkan rahim. Istimewa sekali kita ya.

Alhamdulillah jika kita termasuk sebagai pribadi yang suka dan siap belajar, dimudahkan dengan berbagai fasilitas pembelajaran. Karena di luar sana, banyak ibu yang tidak punya ruang dan waktu untuk belajar. Bingung belajar dari mana, bingung harus belajar apa. Atau hanya melihat dari contoh yang ada dan merasa sudah cukup. Ada kalanya kita perlu untuk flashback. Melihat apa yang sudah kita dapatkan, merasakan kebaikan apa yang telah Allah berikan melalui keluarga, kerabat, atau tetangga di sekitar. Melihat diri dengan segudang kekurangan. Tidak apa-apa, karena yang sempurna hanyalah Allah semata. Belajar menerima diri itu yang utama. Sebagai orang tua pun kita merasa banyak salahnya. Sering ngomelin, sering marahin, sering dateng malesnya saat anak minta dibuatkan ini itu. Saya tahu, setiap orang tua memiliki kesalahannya masing-masing terhadap anak- anaknya. Termasuk saya, iya saya. Banyaak banget salahnya sama anak-anak.

Bagaimana kita sebagai anak? kita sebagai adik atau kakak? Tidak mudah menerima kesalahan orang tua saat dulu. Pernah bilang \"Diam, berisik kaya suaramu bagus aja\", atau cubitan kecil yang sampai berbekas di kulit pipi atau tangan, dan mungkin banyak lagi yang lain. Pening mikiran orang tua yang tidak sesuai dengan misi kita saat ini. Melakukan sesuatu seenaknya, sampai akhirnya bercerai, nikah lagi, cerai lagi. Sedih lihatnya, kesel juga dibuatnya. Marah dan kecewa, saat kita butuh bantuan mengirimkan ASI untuk bayi yang sedang tidak berdaya, malah juga harus mengeluarkan rupiah agar bisa sampai ke RS sana. Merasa tersakiti oleh saudara sendiri. Dibully terang- terangan secara berjamaah. Lalu dibilang \"kepedean banget\" kalau itu ngomongin saya. Secara sadar mengungkit apa yang pernah dilakukan, saat saya kira itu kebaikan dengan bumbu keihklasan. Tidak mudah memaafkan semuanya. Saya manusia, mereka juga manusia. Fakta yang saya yakini bahwa tidak ada relasi dengan orang lain yang selalu menyenangkan. Ada kalanya membosankan bahkan menjengkelkan. Tidak akan pernah ada orang lain yang bisa selalu satu frekuensi dengan kita sebagai entitas yang merdeka.

Lalu bagaimana? Saya harus bisa memaafkan demi saya sendiri. Karena saya perlu kedamaian, karena saya perlu bahagia, hidup tenang dan bermakna. Dan itu perlu waktu. Tidak apa, jalani pelan-pelan. Jadi panjang ya ceritanya. Semoga coretan-coretan ini bisa meringankan ya.. Salam sayang, Mammo


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook