Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore JURNAL REFLEKSI

JURNAL REFLEKSI

Published by Susi Tri Eliyani, 2023-04-15 15:51:44

Description: JURNAL REFLEKSI

Search

Read the Text Version

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN SUSI TRI ELIYANI, S.Pd CGP ANGKATAN 7 SMK MUHAMMADIYAH 2 BOJA KENDAL Facts (Peristiwa) Sebelum saya mengikuti kegiatan CGP, saya beranggapan pembelajaran itu selalu berpusat pada guru (teacher senter ), siswa ibarat gelas kosong yang diisi air. Mengabaikan karakteristik peserta didik, ada batasan interaksi peserta didik dan orang tua, berfokus pada KKM, adanya hukuman bila tidak memenuhi tugasnya. saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Saya belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, Kelas berjalan satu arah, interaksi yang terbangun tidak berjalan dengan baik. Setelah saya mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak , yang dibuka tanggal 22 Oktober 2022 oleh Mendikbudristek , didampingi pengajar praktek dan fasilitator yang kompeten, serta teman- teman CGP yang hebat, kami bersama-sama mempelajari modul 1.1 ,tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan apa saja dasar – dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, pikiran saya mulai sedikit terbuka, bahwasanya pendidikan berpusat pada anak atau menghamba pada anak. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Hingga diibaratkan anak-anak itu bagaikan benih tanaman yang tentu saja, beda jenis benih akan beda perlakuan cara menanamnya dan cara pemeliharaannya.

Sebagai seorang guru kita harus dapat mengenali bakat anak. Seperti teori tabula rasa, anak sudah membawa takdirnya masing- masing. Kodrat alam anak sudah tergambar secara samar, kita sebagai penddik tinggal menuntun dan mempertebal garis samar tersebut. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Kemudian saya mulai menyusun langkah-langkah, untuk memperbaiki pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD, yaitu dengan merencanakan pembelajaran yang berpusat pada anak, dengan cara : Membuat kesepakatan kelas, Membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan ( dengan diselingi ice breacking ), Menerapkan tutor sebaya, Bersama teman sejawat melakukan mini lesson study (MLS) mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi ketika proses pembelajaran Menyusun media pembelajaran yang menarik untuk siswa Melaksanakan pembelajaran tidak hanya didalam kelas, tetapi dapat juga dilakukan diluar kelas. Feelings (Perasaan) Perasaan saya selama pembelajaran berlangsung , saya merasa bahagia suasana pembelajaran terasa menyenangkan, interaksi belajar terjalin dua arah. Peserta didik tidak merasa bosan, waktu belajar berjalan terasa cepat , dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Findings (Pembelajaran) Ketika pembelajaran desain busana, saya menganalisis ada 3 tipe anak dalam kelas saya, yang pertama anak yang suka menggambar tetapi tidak bisa mewarnai, kemudian siswa yang pandai mewarnai tetapi tidak suka menggambar dan kategori ke 3 tidak dapat menggambar dan mewarnai tetapi memiliki ide dan gagasan cemerlang tetapi tidak dapat menuangkan dalam bentuk gambar. Untuk tugas mapel desain pada saat itu adalah membuat desain blus dengan menerapkan teknik colase.

Pada pembelajaran ini saya membagi kelompok yang beranggotakan ketiga tipe anak tersebut. Mereka berdiskusi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan tugasnya , saya hanya menuntun dan memberi penguatan pada masing-masing kelompok. Ternyata hasilnya sungguh luar biiasa Pelajaran yang saya dapatkan dari proses ini adalah ternyata pendidikan dan pengajaran itu bersifat menuntun. Seperti yang tertuang dalam Trilogi KHD “ Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani . Pendidikan merupakan pondasi yang kuat juga merupakan perubahan, yang harus terus berubah memenuhi tuntutan jamannya. Pendidikan juga berkaitan dengan segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai seorang pengajar, saya bersikap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada, tentu saja tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan terlebih dahulu, membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang. Kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa- siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak. Hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini adalah pikiran saya menjadi lebih terbuka tentang bagaimana penerapan pendidikan yang berpusat pada anak. Mulai melakukan perubahan- perubahan pada proses kegiatan pembelajaran. Dan memberi ruang pada anak untuk menuangkan segala ide, gagasan, kreatifitas yang dapat menemukan kodratnya sendiri.

Future (Penerapan) Saya memberikan penguatan dari pembelajaran yang saya berikan, yaitu menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak serta melakukan pembiasaan - pembiasaan yang baik. Dan memberikan arahan bahwa kegiatan pembeajaran yang dilakukan adalah untuk membentuk integritas pada diri anak, melatih kejujuran, disiplin, dan membiasakan kegiatan budaya kerja pada dunia usaha / dunia industri . Kesabaran dan keiklasan dalam melayani peserta didik dan mengendalikan diri jika menghadapi perubahan pada peserta didik


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook