Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Prof. WASINTON SIMANJUNTAK

Prof. WASINTON SIMANJUNTAK

Published by wisataonline, 2021-09-01 04:51:01

Description: 36 Prof. WASINTON SIMANJUNTAK

Search

Read the Text Version

Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia Prof. Drs. Wasinton Simanjuntak, M.Sc, Ph.D Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Kimia Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung 18 September 2014 Penerbit Universitas Lampung Bandar Lampung 2014

TEKNOLOGI BERSIH BERBASIS PROSES ELEKTROKIMIA Prof. Drs. Wasinton Simanjuntak, M.Sc, Ph.D Disampaikan pada Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Kimia Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung 18 September 2014 Hak Cipta dilindungi undang-undang: Dilarang memperbanyak isi buku ini dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis Disain Sampul : Leni A, Faradilla S, dan Hanif A. Computer lay out : Penerbit: Universitas Lampung 2014 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 2

3

KATA PENGANTAR Selamat pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati Bapak/Ibu/Saudara : -Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Lampung -Rektor sekaligus Ketua Senat Universitas Lampung -Para Guru Besar dan Anggota Senat Universitas Lampung -Para Pembantu Rektor, Ketua Lembaga, Kepala Biro dan Kepala UPT di Lingkungan Universitas Lampung -Ketua dan anggota Tim Verifikasi Karya Ilmiah Universitas Lampung -Para Dekan, Pembantu Dekan, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, dan Kepala Bagian di seluruh Fakultas di Lingkungan Universitas Lampung -Para Dosen, Pegawai/Karyawan, Dharma Wanita, dan Mahasiswa Universitas Lampung -Para Tamu Undangan, Sanak Keluarga, Handai Taulan dan hadirin yang saya muliakan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas berkat-Nya lah kita dapat berkumpul di Gedung Serba Guna Universitas Lampung ini, untuk menghadiri Sidang Senat Terbuka Universitas Lampung dalam rangka pengukuhan saya sebagai Guru Besar. Kehadiran Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian adalah suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya, dan untuk itu sekali lagi saya ucapkan terimakasih. Para hadirin yang saya hormati, Pada forum akademis yang terhormat ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Kimia Fisk, dengan judul : Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 4

Dalam kesempataan ini saya akan mengemukakan aplikasi proses elektrokimia dalam beberapa bidang, berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan lebih dari sepuluh tahun belakangan ini. Dalam kurun waktu tersebut, saya bersama anggota kelompok penelitian saya, telah melakukan serangkaian penelitian dalam bidang elektrokimia yang difokuskan pada dua bidang aplikasi. Bidang pertama adalah pengolahan air dengan dua sasaran, yakni penyisihan bahan/polutan organik dengan metode elektrokoagulasi dan pemusnahan mikroorganisme dalam air dengan metode elektrodisinfeksi. Bidang kedua adalah preparasi alumina dan zeolit sintetik dengan metode elektrokimia (elektrosintesis) dan pemanfaatan zeolit sintetik yang dihasilkan sebagai katalis heterogen untuk pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel Bidang elektrokimia saya pilih sebagai topik penelitian karena proses elektrokimia memiliki lingkup aplikasi yang sangat luas dan sifat yang sangat unik, yakni memanfaatkan elektron, sehingga tidak menghasilkan polutan yang berbahaya terhadap lingkungan. Dengan demikian teknologi berbasis proses elektrokimia pada hakekatnya merupakan teknologi bersih, dalam artian sangat ramah lingkungan. Dikaitkan dengan pembangunan bangsa kita, yang sangat sarat dengan industrialisasi, pengembangan teknologi yang ramah lingkungan sesungguhnya harus menjadi perhatian kita semua agar dampak merugikan dari industrialisasi dapat ditekan sekecil mungkin. Harapan saya, orasi ilmiah ini menjadi penggugah bangsa kita untuk semakin berupaya mengembangkan teknologi yang bukan hanya demi peningkatan kesejahteraan, tetapi sekaligus menjaga kelestarian alam sebagai kekayaan yang tidak ternilai harganya. Bandar Lampung, 18 September 2014 Prof. Drs. Wasinton Simanjuntak, M.Sc, Ph.D. 5

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................... 4 DAFTAR ISI ................................................................................ 6 DAFTAR TABEL ......................................................................... 7 DAFTAR GAMBAR ..................................................................... 8 I. PENDAHULUAN ........................................................... 9 1.1 Teknologi Bersih .................................................................... 9 1.2 Teknologi Berbasis Proses Elektrokimia ............................... 10 II. PENGOLAHAN AIR DENGAN METODE ELEKTROKIMIA ................................................................... 10 2.1 Metode Umum Pengolahan Air .............................................. 11 2.2 Pengolahan Air Dengan Metode Elektrokimia ....................... 13 III. ELEKTROSINTESIS ............................................................. 23 3.1 Elektrosintesis Alumina .......................................................... 23 3.2 Elektrosintesis Zeolit .............................................................. 25 IV. PENUTUP ............................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................. 36 1. Ucapan Terimakasih ........................................................ 37 2. Riwayat Hidup .................................................................. 43 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 6

Tabel 1 DAFTAR TABEL Tabel 2 Halaman Jumlah limbah sekunder yang dihasilkan dari pemakaian satu kilogram koagulan ...................... 14 Komponen biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa menggunakan zeolit sintetik sebagai katalis ...................................................... 34 7

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Skema pengendapan polutan dengan proses Gambar 2 koagulasi ............................................................. 13 Gambar 3 Gambar 4 Proses elektrokoagulasi dan pengapungan endapan oleh gas O2 dan H2 ................................ 16 Gambar 5 Gambar 6 Contoh air payau sebelum diolah (a), dan setelah diolah dengan proses elektrokoagulasi ... 20 Gambar 7 Gambar 8 Contoh hasil elektrodisinfeksi air. (a) populasi mikroba dalam air baku, (b) populasi mikroba Gambar 9 setelah elektrodisinfeksi ........................................ 24 Gambar 10 Contoh hasil elektrosintesis. (A) aluminium hidroksida, (B) alumina ......................................... 25 Difraktogram sampel zeolit yang disintering pada suhu yang berbeda. (a) 350 oC, (b) 450 oC. (F= Faujasit, PDF #430168) ................................. 27 Mekanisme reaksi pembentukan zeolit dengan metode elektrosintesis .......................................... 29 Proses pembentukan zeolit secara elektrosintesis. (A) pembentukan zeolit dalam reaktor, (B). zeolit yang masih basah, (C) zeolit kering .................................................... 29 Morfologi permukaan zeolit sintetik yang dihasilkan dengan metode elektrosintesis ............ 30 Kromatogram biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa menggunakan zeolit sintetik sebagai katalis ................................................................... 34 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 8

Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia Prof. Drs. Wasinton Simanjuntak, M.Sc, Ph.D Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Kimia Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, 18 September 2014 I. PENDAHULUAN 1.1. Teknologi Bersih Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita dewasa ini karena tidak ada lagi aspek kehidupan yang tidak bersentuhan dengan teknologi. Di satu sisi, industrialisasi dalam segala bidang sebagai buah dari perkembangan teknologi telah memberikan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain harus diakui pula bahwa teknologi juga telah memampukan manusia untuk mengeksploitasi alam hampir tanpa batas dan justru menjadi ancaman bagi kelestarian alam. Perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan pencemaran udara, tanah, serta air merupakan contoh nyata dari dampak negatif teknologi yang menjadi ancaman serius dan berskala global. Dalam menyikapi permasalahan yang timbul dari penerapan teknologi, sejak awal tahun 2000, pengembangan teknologi bersih menjadi pusat perhatian di berbagai negara, khususnya negara maju. Istilah teknologi 9

bersih diperkenalkan untuk membedakannya dengan teknologi konvensional yang sudah umum digunakan, dan secara sederhana diartikan sebagai teknologi yang menekankan pada (1) penggunaan bahan yang lebih sedikit, (2) penggunaan energi yang lebih kecil dan penggunaan sumber energi terbarukan, (3) produksi limbah yang lebih sedikit, dan (4) kerusakan lingkungan yang minimum. Dari penekanan teknologi bersih yang dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa teknologi ini diarahkan untuk berbagai tujuan, diantaranya adalah (1) pelestarian bahan baku, (2) optimasi proses produksi, (3) penggunaan bahan baku dan energi yang rasional, dan (4) minimalisasi kerusakan lingkungan. Dalam lingkup teknologi bersih, proses elektrokimia menjadi salah satu cabang ilmu kimia yang mendapat perhatian sangat besar sekarang ini. 1.2. Teknologi Berbasis Proses Elektrokimia Elektrokimia merupakan cabang ilmu kimia yang secara khusus mempelajari reaksi atau proses yang melibatkan elektron, dengan dua skema dasar yakni reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pemanfaatan elektron dalam proses elektrokimia telah menjadikan ilmu ini menjadi sangat menarik karena elektron merupakan pereaksi tanpa menghasilkan limbah, sehingga teknologi berbasis elektrokimia digolongkan sebagai teknologi bersih. Keunikan elektron dan topangan kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong pengembangan beragam teknologi berbasis proses elektrokimia dengan cakupan aplikasi yang sangat luas. Sederetan teknologi yang memanfaatkan proses elektrokimia dewasa ini telah Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 10

dikenal. Tiga kelompok aplikasi yang mengalami perkembangan pesat adalah bidang energi, bidang lingkungan, dan bidang sintesis senyawa kimia. Dalam bidang energi, reaksi elektrokimia merupakan dasar utama produksi berbagai jenis baterai kering dan aki yang sudah sejak lama dikenal sebagai sumber energi listrik. Di samping kedua sumber energi tersebut, teknologi yang terus dikembangkan dewasa ini adalah sel bahan bakar (Irwan dkk, 2009; Irwan dkk, 2010). Dalam bidang lingkungan, khususnya pengolahan air, sederetan teknologi elektrokimia telah dikenal dan diaplikasikan untuk penanganan polutan organik, polutan anoganik, serta mikroorganisme. Untuk penanganan polutan organik, dua metode elektrokimia yang sudah dimanfaatkan adalah metode elektrokoagulasi dan metode elektrodegradasi. Untuk penanganan polutan anorganik, metode elektrokimia yang telah dimanfaatkan adalah metode elektrokoagulasi dan metode elektrodeposisi, sementara penanganan mikroorganisme dilakukan dengan metode elektrodisinfeksi. II. PENGOLAHAN AIR DENGAN METODE ELEKTROKIMIA. 2.1. Metode Umum Pengolahan Air. Salah satu masalah serius yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah semakin sulitnya memperoleh air, baik untuk konsumsi maupun berbagai kebutuhan lain. Laju pertambahan penduduk yang masih relatif tinggi merupakan faktor penting karena berdampak bukan hanya pada 11

peningkatan kebutuhan akan air secara langsung, tetapi juga pada semakin besarnya alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, seperti pemukiman, pertanian/perkebunan, dan kegiatan industri. Alih fungsi lahan mengakibatkan jumlah lahan yang berperan sebagai penyimpan cadangan air tawar menurun dengan tajam, khsusnya di daerah perkotaan dan industri, dengan luas lahan hijau yang sangat terbatas. Faktor penting lainnya adalah pencemaran air sebagai dampak langsung perkembangan industri yang dalam banyak kasus belum disertai dengan sistim pengolahan limbah yang tepat untuk menjamin keamanan limbah ketika dilepas kembali ke lingkungan. Pada umumnya industri membutuhkan air dalam berbagai proses pengolahan yang terlibat dan menghasilkan limbah cair dengan jenis polutan yang tergantung pada bahan baku, produk, dan proses pengolahan yanag diterapkan. Seiring dengan industrialisasi yang terus berkembang dengan pesat, bukan hanya jumlah limbah cair yang meningkat dengan tajam, tetapi jenis polutan yang terkandung didalamnya juga semakin beragam dan semakin berbahaya. Dengan demikian, pengolahan air mutlak diperlukan sebelum digunakan. Secara garis besar, berbagai metode pengolahan air yang sudah dikenal sekarang ini dapat digolongkan menjadi empat metode yakni (1) metode biologi, (2) metode fisika, (3) metode kimia, dan (4) metode elektrokimia. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 12

2.2. Pengolahan Air Dengan Metode Elektrokimia 2.2.1. Metode elektrokoagulasi Metode pengolahan air, khususnya untuk penanganan polutan organik, yang paling umum digunakan adalah metode koagulasi (Chow et al., 1999; Edzwald and Tobiason, 1999; Holt et al., 2002). Koagulasi merupakan proses pengendapan partikel tersuspensi dalam air akibat penetralan muatan partikel oleh muatan berlawanan yang dimiliki suatu koagulan. Akibat penetralan muatan tersebut, gaya tolak menolak antar partikel menjadi hilang sehingga gaya kohesi antar partikel akan bekerja. Dengan bekerjanya gaya kohesi, partikel-partikel kecil akan bergabung membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang dikenal sebagai flok. Dalam kenyataannya, polutan organik dalam air pada umumnya memiliki muatan negatif, sehingga untuk pengendapannya diperlukan kation yang dihasilkan oleh suatu koagulan. Secara sederhana, proses koagulasi dapat dilihat dalam Gambar 1. Mn+ Mn+ Mn+ Mn+ Mn+ Mn+ Mn+ Gambar 1. Skema pengendapan polutan dengan proses koagulasi Dalam metode koagulasi konvensional, koagulan yang umum digunakan adalah garam kimia yang jika ditambahkan ke dalam air akan mengalami hidrolisis menghasilkan kation. Kation yang dihasilkan inilah yang 13

selanjutnya berinteraksi dengan molekul polutan organik dalam air menghasilkan endapan/koagulat yang tidak bermuatan dan berukuran besar sehingga dapat dipisahkan dari air olahan dengan proses yang relatif sederhana. Di antara senyawa-senyawa kimia yang mempunyai kemampuan sebagai koagulan, tiga senyawa yang paling umum digunakan adalah Al2(SO4)3 FeCl3, dan ZnCl2 (Holt et al., 2002; Vilge-Ritter et al., 1999). Jika koagulan di atas ditambahkan ke dalam air, maka senyawa tersebut akan mengalami hidrolisis seperti ditunjukkan dalam reaksi di bawah ini. Al2(SO4)3 2 Al3+ + 3 SO42− (1) FeCl3 Fe3+ + 3 Cl− (2) ZnCl2 Zn2+ + 2 Cl− (3) Dalam tiga reaksi di atas terlihat bahwa selain menghasilkan kation yang bermanfaat untuk proses koagulasi, koagulan tersebut juga menghasilkan anion yang tidak bermanfaat untuk proses koagulasi. Anion tersebut secara umum dikenal sebagai limbah sekunder, yang jumlahnya cukup besar. Sebagai gambaran, jumlah limbah sekunder yang dihasilkan dari pemakaian satu kilogram koagulan ditunjukkan dalam Tabel 1. Table 1. Jumlah limbah sekunder yang dihasilkan dari pemakaian satu kilogram koagulan. Koagulan Kation (g) Limbah Sekunder (g) Al2(SO4)3 158 842 FeCl3 345 655 ZnCl2 478 522 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 14

Data dalam Tabel 1 menunjukkan dengan jelas bahwa meskipun koagulan sudah terbukti efektif, namun jumlah kation yang dihasilkan jauh lebih kecil dibanding limbah sekunder. Dengan demikian, metode koagulasi konvensional sebenarnya tidak dapat digolongkan sebagai teknologi bersih. Untuk mengatasi masalah limbah sekunder, dewasa ini telah dikembangkan metode koagulasi dengan bantuan proses elektrokimia, yang secara umum dikenal sebagai metode elektrokoagulasi (Mollah et al., 2001). Perbedaan paling penting antara kedua metode adalah dalam proses pembentukan kation. Dalam metode elektrokoagulasi, kation yang diperlukan dihasilkan langsung dari logam yang digunakan sebagai anoda (elektroda tumbal), sehingga tidak menghasilkan limbah sekunder berupa anion seperti dalam metode konvensional. Selain itu, metode elektrokoagulasi dapat dirancang untuk melangsungkan proses pengolahan secara kontinu (mengalir) dengan unit pengolahan yang berukuran jauh lebih kecil dari kolam pengolahan yang digunakan dalam metode konvensional. Pembentukan kation dalam metode elektrokoagulasi pada hakekatnya melibatkan reaksi elektrokimia dimana logam dioksidasi menjadi kation disertai dengan reaksi elektrolisis air. Untuk penggunaan logam Al, reaksi yang terjadi dapat dirinci seperti dalam persamaan reaksi di bawah ini. Reaksi pada anoda: Al Al3+ + 3 e (4) 2 H2O O2 + 4 H+ + 4 e (5) Reaksi pada katoda: 2 H2O + 2 e H2 + 2 OH− (6) 15

Seperti terlihat dalam reaksi di atas, kation Al3+ yang dibutuhkan dihasilkan langsung dari logam Al yang digunakan sebagai anoda (elektroda tumbal) melalui reaksi oksidasi. Dengan demikian proses elektrokoagulasi tidak menghasilkan limbah sekunder. Hal ini menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi jauh lebih bersih dibanding metode koagulasi konvensional. Selain tidak menghasilkan limbah sekunder, dalam proses elektrokoagulasi juga terbentuk gas oksigen dan gas hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis air. Pembentukan kedua gas ini merupakan keuntungan penting lain dari metode elektrokoagulasi, karena keduanya akan mengangkat endapan ke permukaan (Holt et al., 2002; Jiang et al., 2002), seperti digambarkan dalam Gambar 2. Gambar 2. Proses elektrokoagulasi dan pengapungan endapan oleh gas O2 dan H2 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 16

Dengan keunggulan yang dimiliki, belakangan ini metode elektrokoagulasi terus mendapat perhatian dan telah dimanfaatkan untuk pengolahan air minum, maupun pengolahan berbagai jenis limbah cair industri. Pesatnya perkembangan metode elektrokoagulasi tergambar dengan jelas dari deretan penelitian tentang aplikasinya untuk pengolahan beragam limbah cair, antara lain limbah industri tekstil (Daneshyar et al., 2003), industri kimia (Panizza et al., 2000), dan limbah cair restoran (Chen et al., 2000). Dalam bidang elektrokoagulasi ini, penulis telah melakukan penelitian untuk penanganan zat warna tekstil (Pandiangan dan Simanjuntak, 2004), pengolahan limbah cair industri tahu (Simanjuntak dan Irwan, 2007a), dan pengolahan limbah cair industri kecap (Simanjuntak dan Irwan, 2007b). Penelitian di atas dilakukan dengan penekanan pada kajian pada pengaruh sejumlah variabel dasar, yakni jenis elektroda, potensial, dan waktu kontak, terhadap unjuk kerja elektrokoagulasi. Secara garis besar, peranan ke empat variabel yang diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Peranan elektroda. Untuk maksud ini sejumlah percobaan telah dilakukan dengan tiga logam yakni Zn, Fe, dan Al. Hasil penelitian menunjukkan adanya kaitan antra jenis limbah cair dengan jenis elektroda yang digunakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis elektroda yang akan digunakan harus mempertimbangkan jenis limbah yang akan diolah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari ketiga logam yang diteliti, logam Al merupakan elektroda terbaik karena tidak terkendala 17

dengan korosi (perkaratan) yang ditemukan pada penggunaan dua logam lainnya. 2. Peranan potensial. Selain elektroda, potensial merupakan variabel dasar elektrokimia, dan atas dasar ini serangkaian percobaan telah dilakukan dengan menerapkan potensial yang berbeda dalam rentang 2 hingga 20 volt. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa hingga potensial 14 volt, proses elektrokoagulasi menunjukkan peningkatan efektifitas, namum potensial lebih besar menunjukkan terjadinya destabilisasi floks (pecahnya flok yang berukuran besar menjadi partikulat yang lebih kecil dan terdispersi kembali dalam limbah) yang terbentuk sehingga menurunkan unjuk kerja proses. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa potensial yang terbaik untuk proses elektrokoagulasi adalah dalam rentang 2 hingga 14 volt. 3. Peranan waktu kontak. Selain dua variabel dasar di atas, variabel dasar lainnya yang sangat berperan dalam proses elektrokimia adalah waktu kontak. Untuk mengkaji peranan variabel dasar ini, serangkaian percobaan telah dilakukan dengan waktu kontak yang berbeda dalam rentang 30 hingga 180 menit. Seperti halnya dengan peranan potensial, waktu kontak juga mempunyai nilai optimum yang harganya tergantung pada jenis limbah yang diolah. Namun demikian, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu kontak yang lebih lama dari 120 menit dapat mengakibatan terjadinya destabilisasi. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 18

4. Jenis limbah. Dalam proses elektrokoagulasi, karakteristik polutan organik yang terdapat dalam limbah juga merupakan faktor yang harus diperhitungkan, karena terkait langsung dengan kemampuan molekul polutan untuk berinteraksi dengan muatan positif yang dihasilkan dari proses oksidasi anoda. Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari percobaan tersebut adalah bahwa metode elektrokoagulasi mempunyai efektifitas yang potensil untuk penanganan polutan organik dalam limbah cair, dengan indikator penurunan warna, kekeruhan, COD dan BOD yang mencapai kisaran 70 hingga 85%, tergantung pada jenis limbah dan kondisi proses elektrokoagulasi yang diterapkan. Penelitian lain yang telah dilakukan untuk mempelajari aplikasi metode elektrokoagulasi adalah penyisihan bahan organik dari air payau (Simanjuntak et al., 2011). Penelitian ini digagas karena dewasa ini salah satu sumber air bersih alternatif adalah air laut, yang diolah dengan metode desalinasi atau penghilangan garam. Dalam konteks penyediaan air bersih, air payau sebenarnya merupakan bahan baku yang sangat potensil karena kandungan garamnya yang jauh lebih rendah dibanding dengan air laut (Simanjuntak et al., 2011), sehingga dari sisi kandungan garam, air payau jauh lebih mudah diolah dibanding air laut. Masalah mendasar yang menghambat desalinasi air payau secara langsung adalah adanya kandungan bahan organik dengan kadar yang tinggi. Keberadaan bahan organik ini menjadi kendala karena dalam metode desalinasi penyisihan garam umumnya dilakukan dengan cara 19

filtrasi menggunakan membran. Jika air baku mengandung bahan- bahan organik, maka pori-pori membran akan tertutup oleh bahan organik, mengakibatkan membran akan kehilangan fungsi dengan cepat. Untuk mengatasi kendala di atas, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menyisihkan bahan organik terlebih dahulu kemudian dapat dilanjutkan dengan metode desalinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi sangat efektif untuk tujuan di atas, seperti terlihat dalam contoh hasil penelitian yang disajikan dalam Gambar 3. Hasil ini menunjukkan bahwa air payau pada hakekatnya dapat diolah menjadi air bersih dengan memadukan proses elektrokoagulasi dan metode desalinasi. (a) (b) Gambar 3. Contoh air payau sebelum diolah (a), dan (b) setelah diolah dengan proses elektrokoagulasi. Hasil penelitian di atas (Gambar 3) menunjukkan dengan jelas bahwa bahan organik yang terkandung dalam air payau mampu dihilangakn dengan proses elektrokoagulasi. Keberhasilan ini ditandai dengan perubahan warna air yang awalnya kuning kecoklatan (Gambar 3a) menjadi praktis tidak berwarna dan jernih (Gambar 3b). Hasil tersebut Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 20

mencerminkan bahwa metode elektrokoagulasi berpeluang besar untuk dikembangkan hingga skala yang lebih besaar. 2.2.2. Metode elektrodisinfeksi Aplikasi metode elektrokimia lainnya yang juga terus dikembangkan adalah metode elektrodisinfeksi sebagai alternatif disinfeksi kimiawi dalam pengolahan air minum. Disinfeksi merupakan tahap penting dalam pengolahan air, khususnya air minum, yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa air bebas dari mikroorganisme fatogen sehingga aman untuk digunakan. Dewasa ini disinfeksi air pada umumnya dilakukan menggunakan disinfektan bahan kimia, antara lain klorin (Cantor et al., 1999), dikloroamin (Kim et al., 2002), dan ozon (Camel and Bermond, 1998). Meskipun telah terbukti mempunyai kemampuan yang tinggi, pemanfaatan disinfektan di atas diketahui menghasilkan beragam senyawa berbahaya sebagai hasil samping yang dihasilkan dari reaksi antara disinfektan dan bahan organik yang terdapat dalam air secara alami (Hildesheim et al., 1998; Joll et al., 2002). Sebagai contoh, disinfeksi air dengan klorin (klorinasi) diketahui menghasilkan senyawa trihalometan dengan konsentrasi yang cukup tinggi (Simanjuntak, 2005). Senyawa ini tidak diinginkan terdapat dalam air minum karena merupakan senyawa berbahaya. Selain itu, disinfektan kimia pada umumnya merupakan senyawa berbahaya (Hildesheim et al., 1998; Zhang et al., 2000) sehingga penggunaannya harus dilakukan dengan cermat. Adanya kelemahan disinfektan kimiawi telah mendorong pengembangan metode disinfeksi non-kimiawi, yang salah satunya adalah metode 21

elektrodisinfeksi. Metode ini mendapat perhatian karena medan listrik yang dibangkitkan dalam suatu sel elektrokimia diketahui mampu membunuh beberapa jenis mikroorganisme yang umum terdapat dalam air baku maupun limbah cair (Kerwick et al., 2005; Feng et al., 2004; Drees et al., 2003). Dibanding dengan penggunaan disinfektan kimia, metode elektrodisinfeksi memiliki beberapa keunggulan, karena tidak terkendala oleh masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan disinfektan kimiawi, sehingga memiliki tingkat keamanan yang lebih baik. Dalam penelitian sebelumnya, metode elektrodisinfeksi telah dicobakan terhadap beberapa air baku dari sumber yang berbeda dengan target mikroorganisme alami yang terdapat dalam sampel (Simanjuntak dan Irwan, 2007a; Simanjuntak dan Irwan, 2007b). Contoh hasil penelitian disajikan dalam Gambar 4. (a) (b) Gambar 4. Contoh hasil elektrodisinfeksi air. (a) populasi mikroba dalam air baku, (b) populasi mikroba setelah elektrodisinfeksi. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode elektrodisinfeksi mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan hingga membunuh mikroorganisme, tergantung pada kondisi proses yang Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 22

diterapkan. Seperti terlihat dalam Gambar 4, mikroorganisme yang terdapat dalam air praktis sudah terbunuh seluruhnya setelah melalui pengolahan dengan proses elektrodisinfekis. Hasil ini menunjukkan dengan jelas bahwa metode elektrodisinfeksi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti metode disinfeksi konvensional yang menggunakan disinfektan kimia, seperti klorin. Selain menunjukkan potensinya untuk disinfeksi air, hasil penelitian juga mencerminkan bahwa metode elektrodisinfeksi berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai metode pengawetan makanan segar, misalnya ikan, sehingga penggunaan pengawet berbahaya seperti formalin dapat ditekan. III. ELEKTROSINTESIS Aplikasi lain dari metode elektrokimia yang terus dikembangkan sampai sekarang adalah produksi senyawa secara sintesis, baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Sebagai contoh, berbagai senyawa karbonat organik telah mampu disintesis dari bahan baku karbon dioksida (Nevin et al., 2011), sementara untuk senyawa anorganik dua contoh senyawa yang telah berhasil disintesis adalah alumina dan aluminosilikat. 3.1. Elektrosintesis Alumina Aluminium oksida (alumina) adalah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3. Alumina merupakan material 23

penting dan memiliki aplikasi yang sangat luas karena senyawa ini memiliki sifat fisis yang baik antara lain, daya tahan panas yang tinggi, penghambat listrik yang baik, tahan terhadap abrasi, dan daya tahan terhadap korosi yang tinggi (Kagaku et.al., 2007). Di alam, alumina terdapat dalam mineral bauksit yang mengandung alumunium dalam bentuk hidroksida, yakni boehmit (γ-AlO(OH)) dan gibsite Al(OH)3, dengan kadar sekitar 30-54%. Bauksit umumnya diolah menjadi alumina dengan proses Bayer, yang sudah digunakan dalam industri sejak lama. Karena pemanfaatannya yang sangat luas, metode lain untuk produksi alumina terus dikembangkan, antara lain metode ball milling (Wu, 2001), dan metode sol–gel (Rogajan et al., 2011). Di samping dua metode alternatif di atas, metode lain yang berpeluang untuk dikembangkan adalah metode elektrosintesis. Dikaitkan dengan peluang ini, dalam penelitian sebelumnya (Liani, 2014) telah dipelajari pembuatan alumina secara elektrosintesis. Dari sisi bahan baku, metode ini sangat menguntungkan karena alumina dihasilkan dari logam aluminium, sehingga dapat digunakan untuk mengolah logam aluminium bekas menjadi produk yang bermanfaat. Prinsip dasar elektrosintesis alumina dari logam aluminium adalah reaksi elektrokimia, dimana akan terjadi reaksi oksidasi pada anoda dan reduksi pada katoda sesuai dengan persamaan di bawah ini. Reaksi pada anoda: Al Al3+ + 3 e (7) Reaksi pada katoda: 2 H2O + 2 e H2 + 2 OH− (8) Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 24

Ion Al3+ selanjutnya bereaksi dengan OH− menghasilkan Al(OH)3 sesuai dengan persamaan reaksi; Al3+ + 3OH− Al(OH)3 (9) Untuk proses selanjutnya, Al(OH)3 dipanaskan untuk menghasilkan alumina melalui pelepasan air sesuai dengan persamaan reaksi: Al(OH)3 Al2O3 + H2O (10) Contoh hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam Gambar 5. AB Gambar 5. Contoh hasil elektrosintesis. (A). Aluminium hidroksida, (B) Alumina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini cukup efektif dan membutuhkan biaya produksi yang jauh lebih murah, karena proses produksinya dilakukan dalam air yang suasanya dibuat menjadi asam atau basa. Dari penelitian ditemukan juga bahwa laju pembentukan alumina dapat dikendalikan dengan dua variabel utama, yakni potensial dan pH. 3.2. Elektrosintesis Zeolit Zeolit merupakan material anorganik lain yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Zeolit merupakan material komposit yang pemanfaatannya 25

terus berkembang untuk berbagai aplikasi, baik dalam industri maupun untuk lingkungan (Ackley, et.al, 2003; Bogdanov, et.al, 2009; Georgiev, et al., 2009). Pada awalnya zeolit yang banyak dimanfaatkan adalah zeolit alam, namun dalam perkembangannya zeolit ini semakin digantikan oleh zeolit sintetis karena zeolit alam memiliki sejumlah kelemahan, seperti komposisinya yang sangat bervariasi tergantung pada lokasi dimana zeolit tersebut didapatkan, sehingga sifatnya sangat beragam dan memiliki homogenitas yang rendah. Di samping itu, zeolit alam tidak ditemukan sebagai zeolit murni, tetapi mengandung berbagai pengotor alami, sehingga memerlukan proses pemurnian yang berdampak pada biaya. Karena kelemahan zeolit alam seperti disebutkan di atas, dewasa ini pengembangan zeolit sintetik menjadi salah satu bidang penelitian yang terus berkembang. Pembuatan zeolit sintetik ini dimungkingkan karena zeolit terbentuk dari alumina dan silika, sehingga zeolit dapat dihasilkan dengan cara mencampur alumina dan silika dan memanaskan campuran. Dewasa ini, beberapa metode pembuatan zeolit sintetik telah dikembangkan, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi metode hidrotermal dan metode sol-gel (Htun, et.al., 2012; Christidis and Papantoni, 2008). Pembuatan zeolit dengan metode hidrotermal pada dasarnya dilakukan dengan mencampur bahan baku padat dalam suatu pelarut. Campuran kemudian diaduk agar bahan baku dapat tercampur secara merata, kemudian pelarut diuapkan dan padatan dipanaskan. Seperti dipaparkan di atas, salah satu pemanfaatan alumina adalah sebagai bahan baku pembuatan zeolit sintetik. Atas dasar ini, dalam Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 26

penelitian sebelumnya (Liani 2014), alumina yang dihasilkan dengan metode elektrokimia telah digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan zeolit sintetik faujasit dengan metode hidrotermal. Zeolit selanjutya disinterring pada suhu yang berbeda, yakni 350, 450, dan 550 oC, kemudian dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar x (XRD) untuk mempelajari proses pembentukan fasa zeolit. Contoh hasil karakterisasi disajikan dalam Gambar 6. (a) (b) Gambar 6. Difraktogram sampel zeolit yang disintering pada suhu yang berbeda. (a) 350 oC, (b) 450 oC. (F= Faujasit, PDF #430168) 27

Hasil penelitian dalam Gambar 6 di atas menunjukkan faujasit terbentuk seperti yang diharapkan, dan tidak ada fasa lain yang terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa yang dihasilkan adalah faujasit murni. Terlihat juga bahwa kedua difraktogram memiliki pola yang praktis sama, yang mengindikasikan bahwa pembentukan faujasit sudah mencapai tahap sempurna pada suhu 350 oC. Suhu pembentukan zeolit yang tergolong rendah ini mengindikasikan bahwa alumina yang dihasilkan secara elektrokimia dan silika sekam padi yang digunakan sebagai bahan baku kedua memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga keduanya mampu bereaksi dengan energi yang kecil. Terlepas dari keberhasilan yang dijelaskan di atas, salah satu kendala teknis dalam penerapan metode hidrotermal adalah waktu yang relatif panjang, karena melibatkan beberapa tahap, yakni pencampuran dan homogenisasi bahan baku, kristalisasi dalam autoclave, penuaan, dan pencucian berulang, sebelum proses termal dapat dilakukan. Dalam upaya pengembangan metode yang lebih efektif, dalam penelitian sebelumnya (Simanjuntak, et al., 2013; Amirollah, 2014) telah dilakukan pembuatan zeolit sintetik dengan metode elektrosintesis. Selain didasarkan pada metode, penelitian tersebut digagas untuk sekaligus memanfaatkan silika sekam padi yang terdapat dalam jumlah melimpah di Indonesia. Limbah pertanian ini merupakan potensi yang sangat menarik untuk dimanfaatkan karena selain didukung oleh kelimpahan dan keterbaruan sekam padi, silika sekam padi juga memiliki sifat-sifat yang baik sebagai bahan baku produksi material berbasis silika. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 28

Secara garis besar, dalam metode ini silika sekam padi dilarutkan dalam larutaan NaOH dan dielektrolisis dengan menggunakan logam Al sebagai anoda. Proses yang berlangsung dapat dijelaskan dengan Gambar 7. Gambar 7. Mekanisme reaksi pembentukan zeolit dengan metode elektrosintesis. (a) (b) (c) Gambar 8. Proses pembentukan zeolit secara elektrosintesis. (a). pembentukan zeolit dalam reaktor, (b). zeolit yang masih basah, (c) zeolit kering. 29

Dibanding dengan metode konvensional, metode elektrosintesis ini memiliki sejumlah keunggulan praktis. Keunggulan pertama adalah prosesnya yang sangat cepat, dimana dalam waktu sekitar 30 menit telah dihasilkan zeolit yang cukup banyak, seperti tercermin dari hasil penelitian yang disajikan dalam Gambar 8. Keunggulan kedua adalah dimungkinkannya untuk mengatur komposisi zeolit, khususnya nisbah Si/Al yang merupakan parameter paling menentukan unjuk kerja dan kesesuaian pemanfaatan zeolit sesuai dengan peruntukannnya. Disain komposisi ini dapat dilakukan dengan mengatur variabel elektrokimia, misalnya pH, potensial, dan waktu yang digunakan untuk pembuatannya. Di samping itu, karena dalam proses elektrosintesis, reaksi yanag berlangsung adalah reaksi dalam tingkat molekuler, produk yang dihasilkan memiliki homogenitas yang tinggi seperti tercermin dari morfologi permukaan zeolit yang ditunjukkan dalam Gambar 9. Gambar 9. Morfologi permukaan zeolit sintetik yang dihasilkan dengan metode elektrosintesis. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 30

Seperti terlihat dalam Gambar 9, zeolit memiliki partikel dengan ukuran nano dan relatif seragam, terdistribusi secara merata menghasilkan permukaan yang cukup homogen. Dua karakteristik dasar di atas merupakan parameter penting dalam bidang material, karena ukuran nano menghasilkan luas permukaan yang besar sementara homogenitas bermakna bahwa material memiliki unjuk kerja yang konsisten. Di samping itu, terlihat juga bahwa zeolit memiiliki struktur berpori, yang juga berperan penting dalam proses yang berlangsung pada permukaan material, misalnya reaksi katalitik. Dalam industri, reaksi katalitik merupakan reaksi yang sangat penting, dan salah satu aplikasinya adalah produksi biodiesel sebagai sumber energi alternatif dan terbarukan. Secara kimiawi, biodiesel adalah produk transesterifikasi minyak nabati atau lemak hewan menjadi ester yang lebih sederhana dengan mereaksikan bahan baku di atas dengan alkohol sederhana, terutama metanol dan etanol. Kedua reaktan di atas dikenal sebagai senyawa yang tidak reaktif dan reaksi keduanya merupakan reaksi reversibel. Karena sifat tersebut, pembuatan biodiesel harus dilakukan dengan bantuan katalis untuk memacu laju reaksi dan mendorong keseimbangan ke arah pembentukan produk. Pada awalnya, katalis yang digunakan untuk tujuan di atas adalah katalis homogen, baik asam kuat (Schuarddt et al., 1998; Al-Widyan and Al- Shyoukh, 2002) maupun basa kuat (Frenzer and Maier, 2006). Dari sudut pandang rendemen, kedua jenis katalis homogen di atas diakui cukup efektif, namun penggunaannya tidak terlepas dari sejumlah kendala teknis. Penggunaan katalis asam diketahui membutuhkan waktu 31

reaksi yang cukup lama dan katalis terlarut dalam produk sehingga sangat sulit dipisahkan. Di samping itu, reaksi harus dilangsungkan tanpa air karena adanya air akan meningkatkan pembentukan asam karboksilat sehingga mengurangi rendemen reaksi. Dibanding dengan asam, katalis basa menghasilkan reaksi dengan laju yang lebih tinggi. Namun demikian, penggunaan katalis ini dapat menghasilkan air dari reaksi antara hidroksida dan alkohol. Pembentukan air ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis ester yang sudah terbentuk, menghasilkan sabun yang tidak hanya mengurangi rendemen reaksi akan tetapi juga menyulitkan pemisahan gliserol akibat pembentukan emulsi. Di samping itu, asam dan basa kuat merupakan senyawa korosif. Karenanya katalis harus dihilangkan dari biodiesel dengan cara pencucian berulang, sehingga menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Karakteristik lain reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan metode konvensional adalah bahwa sifatnya yang endotermis, seperti ditunjukkan hasil penelitian dimana reaksi pada umumnya dilangsungkan pada suhu yang relatif tinggi, yakni pada kisaran 100oC. Kenyataan ini menunjukkan bahwa reaksi mempunyai energi aktifasi yang besar sehingga berdampak pada besaran biaya produksi. Dalam upaya menanggulangi kelemahan katalis homogen di atas, belakangan ini teknologi produksi biodiesel telah diarahkan pada penggunaan katalis heterogen. Secara teknis, jenis katalis ini memiliki sejumlah kelebihan dibanding dengan katalis homogen. Katalis heterogen merupakan zat padat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari produk dan berpeluang untuk digunakan secara berulang. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 32

Selain itu, katalis heterogen tidak bersifat korosif dan sisa katalis lebih mudah ditangani. Akhir-akhir ini banyak penelitian untuk produksi biodiesel telah dilakukan dengan berbagai sistim katalis heterogen (Pandiangan dkk, 2010; Pandiangan dan Simanjuntak, 2012; Pandiangan dan Simanjuntak, 2013). Dari sederetan sistim katalis heterogen yang sudah dikenal, katalis heterogen berbasis zeolit dianggap sebagai katalis dengan unjuk kerja yang baik, sehingga aplikasinya sudah banyak diteliti. Mankidy and Goff (2004) membandingkan unjuk kerja katalis zeolit dan katalis oksida logam dalam pengolahan minyak kedele menjadi biodiesel dan menemukan bahwa zeolit lebih unggul, baik dalam persen konversi maupun suhu reaksi. Dengan bahan baku yang sama, Lotero et al. (2004) melakukan penelitian menggunakan katalis zeolit ETS-10 dan melaporkan persen konversi sebesar 80% dengan suhu reaksi 60 °C dan waktu reaksi 24 jam. Dalam penelitian lain (Noiroj et al.,2004) dilaporkan bahwa pengolahan minyak kelapa dengan katalis zeolit Na-Y dapat berlangsung efektif pada suhu 66 °C dan waktu 8 jam dengan persen konversi hingga 91%. Hasil ini lebih baik dari capaian menggunakan oksida logam, yang dilaporkan memberikan persen konversi antara 70 hingga 94%, namun memerlukan suhu 300 °C (Furuta et al., 2004). Berdasarkan karakteristik zeolit sintetik yang dihasilkan dengan metode elektrosintesis dan penggunaan zeolit sebagai katalis yang sudah banyak diteliti, zeolit tersebut telah digunakan sebagai katalis untuk mengolah minyak kelapa menjadi biodiesel. Contoh hasil penelitian berupa 33

kromatogram biodiesel yang diperoleh disajikan dalam Gambar 10, dan komponen biodiesel yang diidentifikasi dengan sepetroskopi massa disajikan dalam Tabel 2. Gambar 10. Kromatogram biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa menggunakan zeolit sintetik sebagai katalis. Tabel 2. Komponen biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa menggunakan zeolit sintetik sebagai katalis. No Waktu retensi (menit) Nama senyawa Rumus kimia 1 8,838 Metil Heksanoat C7H14O2 2 16,117 Metil Oktanoat C9H18O2 3 22,286 Metil Dekanoat C11H22O2 4 27,746 Metil Laurat C13H26O2 5 32,462 Metil Miristat C15H30O2 6 36,812 Metil Palmitat C17H34O2 7 40,115 Metil Linoleat C19H34O2 8 40,309 Metil 9 Oktadekanoat C19H36O2 9 40,772 Metil Stearat C19H38O2 10 48,549 Etil Laurat C14H26O2 Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 34

Hasil penelitian di atas menunjukkan dengan jelas bahwa zeolit sintetik yang digunakan mampu bekerja dengan baik untuk mendorong reaksi pengubahan asam lemak menjadi esternya. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya senyawa selain ester yang terkandung dalam biodiesel yang terbentuk, seperti terlihat dari data spektroskopi massa yang disajikan dalam Tabel 2. Hasil penting lainnya yang patut untuk dicatat adalah waktu reaksi yang hanya berkisar antara 30 hingga 60 menit untuk mencapai rendemen mendekati 100%. Waktu ini lebih singkat dari waktu yang umumnya dilaporkan dengan menggunakan berbagai jenis katalis yang sudah umum digunakan, yakni berkisar antara 90 hingga 120 menit. Hasil ini juga menunjukkan bahwa metode elektrosintesis bukan hanya lebih bersih, tetapi sekaligus menghasilkan zeolit dengan aktivitas katalitik yang jauh lebih tinggi dibanding dengan zeolit sintesis yang dihasilkan dengan metode lain. IV. PENUTUP Informasi dan hasil-hasil peneitian yang dipaparkan dalam tulisan ini pada intinya saya maksudkan untuk memberi gambaran tentang potensi metode elektrokimia untuk dikembangkan menghasilkan teknologi bersih, yang telah menjadi kebutuhan di tengah derasnya arus industrialisasi sekarang ini. Kiranya paparan dalam tulisan ini mampu menggugah bangsa kita untuk semakin terpacu dalam mengembangkan teknologi bersih agar mampu bersaing dengan negara lain, tanpa melupakan pentingnya menjaga kekayaan dan kelestarian alam yang kita miliki. 35

DAFTAR PUSTAKA Ackley, M. W., Rege, S. U., Saxena, H. (2003). Application of Natural Zeolites in the Purification and Separation of Gases, Micropororous and Mesoporous Materials, 61, 25-42. Al-Widyan M. I., and Al-Shyoukh (2002). Experimental evaluation of the transesterification of waste palm oil into biodiesel, Bioresource Technology, 85, 46-53. Amirollah, H. (2014). Sintesis Zeolit Berbasis Silika Sekam Padi Dengan Metode Elektrokimia Sebagai Adsorben Rhodamin B, Skripsi, Universitas Lampung Bogdanov, B., Georgiev, D., Angelova, K., Hristov, Y. (2009). Synthetic Zeolites and Their Industrial and Environmental Applications: Review. Natural and Mathematical Science, 4, 1-5. Camel, V. and Bermond, A. (1998). The use of ozone and associated oxidation processes in drinking water treatment, Water Research, 32, 3208-3222. Cantor, K. P., Hildesheim, C. F., Dosemeci, M., Lubin, J., Alavanja, M., and Craun, G. (1999). Drinking water source and chlorination by-products in Iowa. Risk of brain cancer, American Journal of Epidemiology, 150, 552-560. Chen, X., G.Chen, and P.L.Yue. (2000). Separation of pollutans from restaurant wastewater by electrocoagulation, Separation and Purification Technology, 19, 65-67. Chow, C. W. K., van Leeuwen, J. A., Drikas, M., Fabris,R., Spark, K. M., and Page, D. W. (1999). The Impact of The Character of Natural Organic Matter In Conventional Tretament With Alum, Water Science and Technology, 40, 9, 97-104. Christidis and Papantoni. 2008. Synthesis of FAU Type Zeolite Y from Natural Raw Materials: Hydrothermal SiO2-Sinter and Perlite Glass, The Open Mineralogy Journal, 2, 1-5. Daneshvar, N., Ashassi-Sorkhabai, H., and Tizpar, A. (2003). Decolorization of orange II by electrocoagulation method, Separation and Purification Technology, 31, 153-162. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 36

Drees, K. P., Abbaszadegan, M., and Maier, M. R. (2003). Comparative electrochemical inactivation of bacteria and bacteriophage, Water Research, 37, 2291-2300. Edzwald, J.K. and Tobiason, J. E. (1999). Enhanced coagulation: US Requirements and A Broader View. Water Scinece and Technology, 40, 9, 63-70. Feng, C., Suzuki, K., Zhao, S., Sugiura, N., Shimada, S., and Maekawa, T. (2004). Water disinfection by electrochemical treatment, Biosource Technology, 94, 21-25. Frenzer, G and Maier, W. F. (2006). Amorphous Porous Mixed Oxides: Sol-Gel Ways to a Highly Versatile Class of Materials and Catalysts. Annual Review of Materials Research. 36, 281-331. Furuta, S., H. Matsuhashi and K. Arata. (2004). Biodiesel fuel production with solid superacid catalysis in fixed bed reactor under atmospheric pressure. Catalysis Communications . 5, 721 – 723 Georgiev, D., Bogdanov, B., Angelova, K., Markovska, I., Hristov, Y. 2009. Synthetic Zeolites: Structure, Clasification, Current Trends In Zeolite Synthesis Review. Technical Studies, 7, 1-5. Hildesheim, M. E., Cantor, K. P., Lynch, C. F., Dosemeci, M., Lubin, J., Alavanja, M., and Craun, G. (1998). Drinking water source and chlorination by-products, Risk of colon and rectal cancer, Epidemiology, 9, 29-35 Holt, P.K., Barton, G.W., Wark, M., and Mitchell, C.A. (2002). A quantitative comparison between chemical dosing and electrocoagulation, Colloid and Surfaces, 211, 233-248. Htun, M. M. H., Htay, M. M., Lwin, M. Z. (2012). Preparation of Zeolite (NaX,Fajausite) from Pure Silica and Alumina Sources. International Conference of Chemical Processes and Environment Issues (ICCEEI’ 2012), 15-16. Irwan, G. S., Rif’an, M., Pandiangan, K. D., Simajuntak, W., dan Dewi, E. L. (2009). Sulfonasi Membran Poliakrilonitril Butadiena Stirena (ABS) Sebagai Membran Polimer Elektrolit Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Jurnal Sains MIPA, 15, 1, 28 – 34. 37

Irwan, G. S., Simanjuntak, W dan Dewi, E. L. 2010. Pembuatan Membran Polimer Elektrolit Berbasis Polistiren Akrilonitril (SAN) Untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell, Jurnal Natur Indonesia, 13, 1, 1 – 6. Jiang, J.Q., Nigel, G., Cecile, H., Geoof, K., and Nigel, B. (2002). Laboratory study of electro-coagulation-flotation for water treatment, Water Research, 36, 4064-4078. Joll, C. A., Simanjuntak, W., Heitz, A., Kristiana, I., and Kagi, R. I. (2002). Catchment distributions to disinfection by-product in a surface water source, ENVIRO 2002, Melbourne, Australia. Kagaku, S., Shinji, F., Yasuaki, T., Hajime, M., Norifumi, A., Yoshiaki, T., and Sumitomo. (2007). Journal of Chemical Science, 1, 87- 93. Kerwick, M. I., Reddy, S. M., Chamberlain, A. H. L., and Holt, D. M., (2005). Electrochemical disinfection, an environmentally acceptable method of drinking water disinfection?, Electrochimica Acta, 50, 5270-5277. Kim, B.R., Anderson, J.E., Mueller, S. A., Gaines, W. A., and Kendall, A. M. (2002). Literature review of efficacy of various disinfectants against Legionella in water systems, Water Research, 36, 4433-4444. Liani, P. H. (2014). Karakateristik Struktur dan Mikrostruktur Zeolit X Yang Disisntesis Dari Silika Sekam Padi Dan Alumina Dengan Metode Hidrotermal, Skripsi, Universitas Lampung. Lotero, E., Goodwin Jr., J.G., Bruce, D.A., Suwannakarn, K., Liu, Y. and Lopez, D.E. (2006). The Catalysis of Biodiesel Synthesis. Catalysis. Royal Society of Chemistry. 19, 41-83 Mankidy, P.J. and Goff, M.J. (2004). Transesterification of soybean oil with zeolite and metal catalysts. Applied Catalysis A: General. 257, 213-223. Mollah, M.Y.A., Schennach, R., Parga, J.R., Cocke, D.L., (2001). Electrocoagulation (EC): science and applications, Journal of. Hazardous Materials, 84, 1, 29–41. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 38

Nevin, K. P., Hensley, A. S., Franks, A. E., Summers, Z. M., Ou, J., Woodard, T. L., West, O. L. S, and Lovley, D. R. (2011). Electrosynthesis of Organic Compounds from Carbon Dioxide Is Catalyzed by a Diversity of Acetogenic Microorganisms, Applied and Environmental Microbiology, 77, 9, 2882-2886. Noiroj, K., Intarapong. P., Luengnaruemitchai, A., Jai-In, S. (2009). A comparative study of KOH/Al2O3 and KOH/NaY catalysts for biodiesel production via transesterification from palm oil. Renewable Energy. 34, 4: 1145-1150. Pandiangan, K.D., dan Simanjuntak, W. (2004). Penanganan Zat Warna dalam Air Secara Elektrokimia. Prosiding Seminar Nasional Kimia, Bandar Lampung. Pandiangan, K.D., Simanjuntak, W., Irwan G.S, dan Soni S. (2010). Studi Pendahuluan Transesterifikasi Minyak Kelapa dengan Katalis Ti-silika dan Ni-silika sebagai Langkah Awal Pengembangan Teknologi Produksi Biodiesel dengan Katalis Heterogen. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi (SATEK III) Bagian I. Universitas Lampung, 249 – 257. Pandiangan, K.D. dan Simanjuntak, W. (2012). Uji Pendahuluan Transesterifikasi Minyak Kelapa Menggunakan Katalis Heterogen NiO/SiO2 dan Dimetil Sulfat sebagai Donor Gugus Metil Non-alkohol. Jurnal Sains MIPA. 18, No.2. Hal: 45 – 50. Pandiangan, K.D. and Simanjuntak, W. (2013). Transesterification of Coconut Oil Using Dimethyl Carbonate and TiO2/SiO2 Heterogeneous Catalyst. Indonesian Journal of Chemistry. 13, 1: 47 – 52. Panizza, M., Bocca, C., Cerisola, G., (2000). Electrochemical treatment of wastewater containing polyaromatic organic pollutants.Water Research, 34, 2601–2605. Rogajan, R., Andronescu E., Cristina G., Ştefan, S. (2011). Synthesis And Characterization Of Alumina Nano-Powder Obtained By Sol-Gel Method, Science Bulletin, 73, 12-18. Schuchardt, U., Serchel, R., Vargas, R.M. (1998). Trans esterification of vegetable oils: A review, Brazilian Quimica, 9, 199-210. 39

Simanjuntak, W. (2005). The relationship between structural characteristics of natural organic matter and the formation of disinfection by-products, Ph.D Dissertation, Curtin University of Technology, Australia Simanjuntak, W., dan Irwan, G. S (2007a). Pengaruh Variabel Dasar Elektrokimia Terhadap Elektrokoagulasi Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal Sains MIPA, 13, 2, 89-94. Simanjuntak, W dan Irwan, G. S. (2007b). Pengolahan Limbah Cair Industri Kecap Dengan Metode Elektrokoagulasi. Jurnal Sains MIPA, 14, 2, 87-92 Simanjuntak, W., Irwan, G. S., Pandiangan, K. D dan Sarjono, J. H. (2009). Pengaruh Jumlah Elektroda dan Potensial Elektrokimia Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Dalam Air Sumur Tertutup, Jurnal Ilmiah MIPA BKS-PTN WILAYAH INDONESIA BARAT, 10, 2, 61–67. Simanjuntak, W., Irwan, G. S dan Pandiangan, K. D. 2010. Removal of Natural Organic Matter Using Electrocoagulation as a First Step for Desalination of Brackish Water, Indonesian Journal of Chemistry, 11, 1, 103-107. Simanjuntak, W., Sembiring, S., Manurung, P., Situmeang, R.,and Low, I.M. (2013). Characteristics of aluminosilicates prepared from rice husk silica and aluminum metal, Ceramics International 39, 8, 9369–9375 Vilge-Ritter, A., Rose, J., Masion, A., Bottero, J.-Y., and Laine, J.-M. (1999). Chemistry and structure of aggregates formed with Fe- salts and natural organic matter, Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 147, 297–308. Wu, J.M. (2001). Nano Sized Amorphous Alumina Particles Obtained by Ball Milling of ZnO and Al Powder Mixture. Journal of Material Science, 48, 324–330. Zhang, X., Echigo, S., Minear, R. A., Plew, M.J. (2000). Characterization and comparison of of disinfection by-products of four major disinfectants. In: Barrett, S. E., Krasner, S. W., Amy, G. L. (eds). Natural organic matter and disinfection by-products. Characterization and control in drinking water, ACS Symposium Series, 761, 299-314. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 40

LAMPIRAN 41

UCAPAN TERIMAKASIH Bapak, Ibu, Saudara hadirin yang saya muliakan,… Pada bagian akhir orasi ini, perkenankanlah saya mewakili seluruh keluarga besar kami untuk menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak ternilai harganya sehingga saya mampu mencapai posisi sebagai Guru Besar di Universitas Lampung yang kita cintai ini. Pertama-tama, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayan RI, atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan kepada saya untuk menduduki jabatan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Fisik pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, terhitung mulai 1 Juni 2014, melalui penetapan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.66649/A4.3/KP/2014. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi saya kekuatan untuk mengemban amanah ini dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab saya sebagai seorang pendidik. Dengan hati yang tulus saya menyampaikan rasa hormat dan ucapkan terimakasih kepada seluruh Senat Universitas Lampung yang telah berkenan membantu saya dalam banyak hal dan atas persetujuaan untuk usulan Guru Besar saya. Ucapan terimakasih, penghargaan, dan rasa hormat yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, MS, yang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas Lampung, dan sebelumnya beliau sebagai Dekan FMIPA Universitas Lampung, atas semua dukungan dalam proses pengusulan Guru Besar saya hingga upacara pengukuhan saya pada hari ini. Dengan beliau, saya memiliki kesan pribadi yang sangat mendalam, karena tidak akan pernah saya lupakan pertanyaan beliau “kapan jadi guru besar?”, pada setiap kesempatan saya bertemu dengan beliau. Bagi saya, pertanyaan sederhana dari beliau adalah sebuah “cambuk kasih sayang” yang tidak ternilai harganya dan terus memotivasi saya untuk mencapai posisi sebagai guru besar. Ucapan terimakasih dan Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 42

penghargaan yang tulus juga saya sampaikan kepada Pembantu Rektor I, Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, Pembantu Rektor II, Bapak Dr. Dwi Haryono, dan Pembantu Rektor III, Bapak Prof. Dr. Sunarto, S.H, M.H, atas semua bantuan dan dukungan yang diberikan kepada saya selama ini. Secara khusus saya menyampaikan ucapan terimakasih dan pengharagaan setinggi-tingginya kepada seluruh Tim Verifikasi Karya Ilmiah Universitas Lampung, yang dipimpin oleh Bapak Prof. Ali Kabul Mahi, atas ketulusannya dalam memverifikasi karya ilmiah saya, serta memberikan saran-saran yang sangat berharga sehingga proses pengajuan saya berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Ungkapan terimakasih saya sampaikan kepada segenap pimpinan Lembaga yang ada di lingkungan Universitas Lampung. Bapak Dr. Eng. Admi Syarif dan Bapak Damanhuri Warganegara, S.H, M.H selaku pimpinan Lembaga Penelitian Unila , Bapak Dr. Supomo Kandar selaku Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat serta seluruh staf lembaga atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan baik secara moril dan materil. Terimakasih yang tulus juga saya sampaikan kepada Dekan FMIPA, Bapak Prof. Suharso, Ph.D, Pembantu Dekan Ibu Dwi Asmi Ph.D (PD I), Ibu Dr. Netti Herawati (PD II), dan Bapak Tugiyono, Ph.D (PD III), serta seluruh staf atas bantuannya dalam mempersiapkan berkas-berkas pengajuan. Secara khusus ucapan terimakasih yang tulus saya sampaikan kepada Bapak Prof. Jhon Hendri yang telah berkenan mereview artikel ilmiah saya, sebagai langkah awal dari keseluruhan proses pengajuan. Saya juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman semua anggota Senat di FMIPA, Prof. Ida Farida Rivai, Prof. Jhon Hendri, Prof. Tati Suhartati, Prof. Sutopo Hadi, Prof. Warsito, Prof. Buhani, Prof. Yandri, Prof. Simon Sembiring, Endang Linirin, Ph.D, Dr. Kurnia Muludi, Mustofa Usman, Ph.D, Warsono Ph.D, atas bantuannnya dalam memverivikasi karya ilmiah saya di tingkat fakultas. Secara khusus terimakasih dan rasa hormat saya sampaikan kepada Ibu Prof. Ida Farida Rivai, yang telah memperlakukan saya tidak sekedar sebagai teman sejawat, tetapi sebagai anak yang dikasihi dan disayangi serta diberi kepercayaan, khususnya ketika mempersiapkan proposal DUE Project semasa beliau memimpin FMIPA Unila, yang memungkinkan saya dan banyak teman yang lain untuk menempuh pendidikan S3. Ucapan 43

terimakasih juga saya sampaikan kepada para ketua jurusan dan ketua program studi di lingkungan FMIPA Unila atas ketulusan dalam mendukung saya dalam banyak hal. Kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat erat di Jurusan Kimia FMIPA Unila merupakan kebanggaan saya yang tidak akan pernah saya lupakan. Sungguh, Jurusan Kimia FMIPA Unila adalah sebuah keluarga besar yang saling asih dan asuh dan tak pernah lupa untuk bergandengan tangan serta saling membantu. Untuk semuanya itu, saya juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada seluruh dosen dan staf yang mengabdi di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Terimakasih dan penghargaan yang tulus juga saya sampaikan anggota peer group Kimia Fisik, yakni Prof. John Hendri, Dr. Rudy T. M. Situmeang, Dra Ilim, M. S, Kamisah D. Pandiangan, M.Si. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada tim penelitian saya di Jurusan Kimia, Prof. Irwan Ginting Suka (Alm), Kamisah D. Pandiangan, M.Si, Heri Satria, M.Si dan Dra Nurul Utami, serta Prof. Simon Sembiring dari Jurusan Fisika FMIPA Unila. Tidak lupa saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan karyawan di lingkungan FMIPA Unila, yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini, namun semua bantuan, dorongan, dukungan dan persahabatan yang telah terjalin sungguh sangat saya hargai. Perjalanan saya hingga mencapai guru besar ini tidak terlepas dari jasa dan pengabdian para guru saya di jenjang pendidikan sekolah dasar hingga strata 3. Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada para guru saya di SD, yang telah membina saya untuk mengawali pemahaman saya akan pendidikan dan maknanya, para guru saya di SMP yang telah memperkenalkan Bahasa Inggris untuk pertama kalinya, para guru saya di SMA yang telah memperkenalkan ilmu kimia untuk pertama kalinya dan membekali saya untuk meneruskan studi ke jenjang pendidikan tinggi. Saya juga mengucapkaan terimakasih dan penghargaan kepada para dosen saya di FMIPA USU, dan secara khusus kepada pembimbing skripsi saya, Dr. Asril Darussamin dan Drs. Saut Nainggolan. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Prof. Daniel A. Butry selaku pembimbing saya ketika menempuh pendidikan S2, serta Prof. Robetrt Ian Kagi dan Dr. Cynhtia Joll selaku pembimbing saya ketika menempuh pendidikan S3. Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 44

Pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan kerendahan hati dan penuh rasa syukur, saya sampaikan sembah sujud, hormat, dan bangga kepada kedua orang tua saya, atas seluruh kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan untuk membesarkan dan mendidik delapan orang anak hingga menyelesaikan pendidikan tinggi. Sujud saya kepada ayah saya K. Simanjuntak (Alm) yang telah mempersembahkan seluruh hidupnya bagi keluarga, khususnya bagi anak-anaknya. Sebagai seorang guru SD, beliaulah sesungguhnya orang pertama yang menginspirasi saya menjadi seorang guru mengikuti jejaknya, bahkan darah sebagai guru ternyata mengalir turun kepada anak-anaknya sehingga enam orang dari delapan anak sekarang menjadi guru. Meskipun hanya lulusan pendidikan Sekolah Guru Bawah (SGB), beliau dengan tekad membaja mendorong semua anaknya untuk mencapai jenjang pendidikan tinggi. Dorongan beliaulah yang membulatkan tekad saya untuk menempuh pendidikan S3, meskipun karenanya ketika beliau dipanggil Tuhan saya berada sangat jauh di Australia, sehingga tidak sempat ikut untuk upacara pemakaman. Saya masih ingat pesan beliau ketika saya akan berangkat ke Australia sementara saat itu kesehatan beliau sudah menurun. “Terbanglah setinggi mungkin, meskipun itu berarti kita harus berpisah selamanya tanpa peluk cium, saya sudah ikhlas”. Sujud saya kepada Ibunda tercinta, P. Sitorus, seorang wanita tangguh yang tidak mengenal kata menyerah dan tetap masih menjadi tonggak dan pemersatu keluarga kami yang kokoh hingga sekarang, meskipun beliau telah berusia hampir 80 tahun. Sejujurnya, saya menyadari bahwa sebagai seorang anak, tidak akan pernah memiliki kata yang cukup dan untaian kalimat yang sempurna untuk menggambarkan kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu. Sungguh benar ungkapan yang mengatakan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Ucapan terimakasih, rasa hormat dan penghargaan juga saya sampaikan kepada bapak mertua saya, Soeroto H. S, dan ibu mertua saya Sudarwati atas seluruh kasih sayang dan pengorbanannya dalam mendampingi keluarga kami Lampung, memberi nasehat dan dorongan, bahkan menjadi tempat kami bersandar ketika menghadapi masa-masa sulit. Saya juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada adik-adik saya beserta keluarga. Adik saya Drs. Jannus Simanjuntak, M.Pd sekeluarga untuk seluruh bantuan dan dukungannya, teristimewa kerelaan dan ketulusan hatinya untuk mengambil alih tanggungjawab saya sebagai anak paling tua ketika keluarga menghadapi masa-masa sulit dikala saya tidak ada. Adik saya Drs. Lalo Hartono Simanjuntak, M.Si sekeluarga 45

untuk semua bantuan baik materi maupun doa dan dorongan serta pengorbanannya untuk keluarga besar, terutama menjaga dan mendampingi ibunda kami di masa tuanya, adek saya Drs. Usman Kernedi Simanjuntak sekeluarga yang dengan setia membantu dan mendampingi saya di Bandar Lampung, adik saya Tribuana Simanjuntak, SH sekeluarga atas dukungannya yang tulus , adek saya Dra. Estelita Simanjuntak sekeluarga yang juga menjadi pendukung dan pendamping kami di Bandar Lampung, adek saya Dra. Permina Simanjuntak sekeluarga yang dengan tulus ikhlas menjaga ibunda kami bersama- sama dengan adik saya Dra. Rohani Simanjuntak sekeluarga. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada abang ipar saya, mas Rudy sekeluarga, adik ipar saya Daniel Sarjana, A.Md sekeluarga, adik ipar saya Gideon sekeluarga, serta adik ipar saya Andreas sekeluarga, yang selalu cepat tanggap dan bersedia memberikan bantuan dan dorongan yanag saya dan keluarga butuhkan. Dalam masa-masa awal saya memulai kehidupan di Bandara Lampung, saya mendapatkan sambutan yang hangat dan bantuan yang tidak ternilai harganya dari sanak-saudara dan handai taulan yang berasal dari Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir. Untuk semua kebaikan yang saya terima saya mengucapkan terimakasih yang tulus. Secara khusus, saya berterimakasih kepada kakak saya Nyonya J.Simanjuntak (alm) boru Silaen, yang sampai sekarang tetap menjadi kakak yang mengasihi dan mengayomi keluarga saya. Demikian juga dengan keluarga S. Sitorus (alm) dan keluarga T. Silaen (alm), serta banyak lagi sanak-saudara yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dalam kesempatan ini. Dalam kesempatan ini, saya juga menyampaikan terimakasih kepada seluruh anggota organisasi sosial, dimana saya dan keluarga telah menjadi bagiannya, Gereja GPIB Marturia Bandar Lampung, Punguan Simanjuntak Sitolu Sada Ina, Boru, Bere, Ibebere, Bandar Lampung, Punguan Sitorus, Boru, Bere, Ibebere, Bandar Lampung, dan STM Dos Ni Roha, Rajabasa Sekitarnya, dan banyak lagi pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu. Secara khsus saya mengucapkan terimakasih yang tulus kepada istri saya Endah Sri Kinasih, S.Si, yang dengan setia telah mendampingi hidup saya dikala susah dan senang. Bagi saya, istri saya adalah seorang wanita tangguh dan pantang menyerah dalam memperjuangkan Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 46

anak-anak. Seorang istri yang selalu ikhlas dan tidak pernah menuntut apapun di luar kepantasan dan kemampuan saya, seorang istri yang selalu mendorong saya untuk tidak pernah melalaikan atau meremehkan tugas dan tanggungjawab sebagai pendidik, yang tidak pernah lupa mendampingi saya juga dengan doanya, dan selalu ikhlas dan tulus mengemban tanggungjawab sebagai menantu paling tua di tengah- tengah tradisi orang Batak, meskipun dia sendiri adalah seorang putri Jawa. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada putra saya, Prima Prasetyo Simanjuntak atas segala pengorbanan serta doanya, dan yang telah membuat saya bangga dengan prestasinya di sekolah. Terimakasih juga kepada putri saya Anggun Cahyanti Simanjuntak, atas pengorbanan dan doanya, serta kasih sayangnya yang sangat istimewa kepada papanya, yang selalu membuat saya tersenyum dengan ucapannya bahwa papanya ganteng meskipun kalau dilihat dari Hongkong. Untuk mengakhiri orasi ini, dengan kerendahan hati saya memohon doa restu kepada seluruh hadirin agar saya dimampukan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk melaksanakan tanggung jawab saya sebagai Guru Besar demi kemajuan pendidikan di Universitas Lampung yang kita cintai ini khususnya, dan di Indonesia pada umumnya, Tuhan kiranya memberkati kita semua. Sekian dan terimakasih. 47

RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI Nama dan gelar : Prof. Drs. Wasinton Simanjuntak, M.Sc, Ph.D NIP : 195907061988111001 Tempat/tgl Lahir : Sigumbang, 6 Juli 1959 Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Dosen Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Lampung Pangkat/Golongan : Pembina Tingkat I/IVb Jabatan Fungsional : Guru Besar (Angka kredit = 904,16) Alamat Kantor : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Alamat Rumah : Jl. Mawar 268, Perum Bataranila, Hajimena, Lampung Selatan. Nama Istri : Endah Sri Kinasih Sitorus, S.Si. Nama Anak : 1. Prima Parsetyo Simanjuntak 2. Anggun Cahyanti Simanjuntak Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 48

II. PENDIDIKAN No Tingkat pendidikan Institusi Tahun lulus 1972 1 Sekolah Dasar SD Negeri Lumban 1975 Ruhap 1979 2 Sekolah Menengah 1987 Pertama SMP Negeri 1994 Parsoburan 3 Sekolah Menengah 2005 Atas SMA Negeri 2 Pematang Siantar 4 Strata 1 Universitas Sumatera Utara 5 Strata 2 The University of Wyoming, USA 6 Strata 3 Curtin University of Technology, Australia III. RIWAYAT PEKERJAAN TMT No Status/Jabatan Pangkat/Golongan 1 CPNS IIIa 01/11/1988 01/01/1990 2 Asisten Ahli Madya Penata Muda/IIIa 01/09/1996 3 Asisten Ahli Penata Muda/IIIa 01/10/1999 4 Lektor Penata Muda Tk I 01/04/2000 /IIIb 01/10/2005 01/04/2009 5 Lektor Penata Tk I /IIIc 01/10/2011 01/06/2014 6 Lektor Penata Tk I/IIId 7 Lektor Kepala Pembina/IVa 8 Lektor Kepala Pembina Tk I/IVb 9 Guru Besar Pembina Tk I/IVb 49

IV. KEGIATAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Penelitian Susunan Judul Penelitian Skema No Tahun Peneliti Penelitian Simon Integrasi Sistem Sembiring Pengolahan Asap Wasinton Menjadi Natrium Unggulan Simanjuntak Karbonat Untuk Realisasi Universitas 1 2013 Wan Abbas Teknologi Pengolahan DIKTI Zakaria Arang Tempurung Kamisah D. Kelapa Yang Ramah Pandiangan Lingkungan Dan Bernilai Tambah. Wasinton Inovasi Teknologi Stranas Simanjuntak Peningkatan Produksi DIKTI Heri Satria Bioetanol Dari Hidrolisat 2 2013 Nurul Utami Limbah Padat Industri Tapioka Menggunakan Mikroba Endofitik Kayu Raru Simon Integrasi Sistem Unggulan Sembiring Pengolahan Asap Universitas Wasinton Menjadi Natrium DIKTI Simanjuntak Karbonat Untuk Realisasi 3 2012 Wan Abbas Teknologi Pengolahan Zakaria Arang Tempurung Kamisah D. Kelapa Yang Ramah Pandiangan Lingkungan Dan Nilai Tambah Teknologi Bersih Berbasis Proses Elektrokimia 50


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook