Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Prof. Bujang Rahman

Prof. Bujang Rahman

Published by wisataonline, 2021-09-02 01:00:45

Description: 45 Prof. Bujang Rahman

Search

Read the Text Version

MEMPERSIAPKAN GURU PROFESIONAL Suatu Pendekatan Komprehensif Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung, 5 November 2015

‐ ‐

Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua Tabik Pun Yang saya hormati, Gubernur Lampung Para Bupati dan Walikota se-Provinsi Lampung dan Para Pejabat Sipil dan Militer Rektor Universitas Lampung Pimpinan dan Anggota Senat Universitas Lampung Para Wakil Rektor, Para Dekan, Direktur Pascasarjana, Wakil Dekan, dan Wakil Direktur Para Ketua dan Sekretaris Lembaga Para Kepala Biro, Kepala Bagian Para Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi di Lingkungan Universitas Lampung Para Rektor/Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Para Professor, Para Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa di Lingkungan Universitas Lampung Para Tamu Undangan, Bapak, Ibu hadirin dan hadirat Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang. Atas izin-Nya pada hari ini kita dapat hadir dalam rapat luar biasa Senat Universitas Lampung, dalam acara Pengukuhan Profesor, dalam keadaan sehat wal’afiat. Shalawat dan salam mari kita sanjungkan ke haribaan Rasulullah SAW, semoga kita semua diakui sebagai umatnya. Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru besar/profesor dalam bidang Manajemen Pendidikan. Pidato pengukuhan ini saya beri judul: Mempersiapkan Guru Profesional (Suatu Pendekatan Komprehensif). Hadirin yang saya muliakan,

DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................ v Daftar Isi.................................................................................................................. vi Daftar Gambar......................................................................................................... vii Daftar Tabel............................................................................................................. viii I. Pendahuluan..................................................................................................... 1 II. Peran LPTK ........................................................................................................ 4 III. Peran Pemerintah ............................................................................................. 7 IV. Peran Sekolah ................................................................................................... 12 V. Peran Masyarakat ............................................................................................. 15 VI. Menyinergikan Unsur Pengembangan Profesionalitas Guru ............................ 18 VII. Penutup ............................................................................................................ 19 Daftar Pustaka......................................................................................................... 22 Ucapan Terima Kasih ............................................................................................... 26 Riwayat Hidup ......................................................................................................... 30

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Kerja Model TBS yang Disempurnakan ................................. 10 Gambar 3.2 Siklus Technical Asistance (TAC) pada TBS ............................................. 11 Gambar 5.1 Dual Mode Partnership (DMP) dalam Konteks Good Governance di Sekolah............................................................................................... 16 Gambar 5.1 Kerangka kerja DMP............................................................................... 17

Tabel 4.1 DAFTAR TABEL Item Survey dengan Skor Rata-Rata di Bawah 2,50 ....................... 14

MEMPERSIAPKAN GURU PROFESIONAL Suatu Pendekatan Komprehensif Oleh Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung, November 2015 I. PENDAHULUAN Negara yang kuat adalah negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Presiden ketiga Indonesia, Bacharudin Jusuf Habibie, pernah mengatakan “… sumber daya manusia berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan takwa akan menjadikan Indonesia menjadi negara unggul...” (Detiknews, 5 Februari 2011). Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia harus menjadi fokus utama dalam pembangunan bangsa (Umeh, 2008). Di sinilah letak pentingnya pendidikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh produk pendidikan, terutama, sumber daya manusia karena manusia merupakan pelaku utama dalam proses pembangunan sekaligus menjadi tujuan akhir pembangunan (Rahman, 2013: 1). Kita bisa melihat bahwa kekuatan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, Finlandia, dan Singapura ditopang oleh sistem pendidikan yang kuat dan mapan. Kaitannya dengan urgensi pendidikan dalam pembangunan suatu bangsa, di dalam buku Workforce 2000: Work and Workers for the Twenty-first Century dinyatakan “… Education and training are the primary systems by which the human capital of a nation is preserved and increased…” (Jonston dan Packer, 1987). Pendidikan dan pelatihan merupakan cara utama dan paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pentingnya peran pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa telah disadari oleh bangsa Indonesia sejak dini. Indonesia termasuk negara yang memiliki komitmen yang kuat terhadap pendidikan, sebagaimana dinyatakan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, bahwa salah satu tujuan didirikannya negara Indonesia (tujuan

nasional) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pernyataan mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung makna bahwa pendidikan bukan hanya mempersiapkan tenaga kerja yang terampil, melainkan juga sebagai usaha membangun peradaban bangsa di masa yang akan datang. Keberhasilan penyelenggaraan sistem pendidikan, khususnya, pendidikan formal (di sekolah) ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu siswa, guru, staf, sarana dan prasarana, serta lingkungan. Dari beberapa unsur tersebut, guru merupakan unsur utama (main element) karena guru merupakan pelaku utama pendidikan di sekolah. Tugas utama seorang guru adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dalam rangka membantu pertumbuhannya ke arah kedewasaan. Prestasi belajar siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas guru, meskipun faktor yang paling menentukan adalah siswa itu sendiri. Guru memberikan kontribusi sebesar 30 persen terhadap keberhasilan belajar siswa, kemudian 50 persen ditentukan oleh diri siswa itu sendiri. Selanjutnya, 20 persen dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu lingkungan sekolah tersebut, kepemimpinan di sekolah, teman dan lingkungan rumah (Hattie, 2013). Hasil riset mengindikasikan bahwa jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan profesionalitas guru harus menjadi prioritas utama. Sejak tahun 2005, melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, guru ditetapkan sebagai tenaga profesional, dalam hal ini, sebagai pendidik profesional. Lebih lanjut ditegaskan bahwa untuk mendapat pengakuan sebagai pendidik profesional, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (PP No. 19 Tahun 2005). Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan belum semua guru memenuhi tuntutan tersebut, terutama persyaratan kualifikasi akademik minimal Strata Satu (S-1) atau Diploma Empat (D-4) dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pendidik. Dilihat dari kualifikasi akademik, sebagian guru masih tergolong tidak memenuhi kualifikasi (under qualification). Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh Pusat Data dan Statistik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, bahwa pada tahun 2013 dari 3.015.315 orang guru masih terdapat 855.166 atau setara 28,4 persen yang belum berkualifikasi S-1 atau D-4. Apabila dilihat dari kesesuaian mata pelajaran dengan bidang keahlian, data 2014 menunjukkan, khususnya, untuk sekolah menengah hanya 29,0 persen guru yang bidang keahliannya sesuai dengan mata pelajaran (Kemendikbud, 2015).

Dari sisi kompetensi guru, hasil uji kompetensi guru tahun 2012, yang diikuti 518.026 orang guru dari 33 provinsi, ternyata nilai rata-rata nasionalnya 45,82, dengan nilai tertinggi 97,0 dan nilai terendah 1,0. Dari 33 provinsi asal guru peserta tes, provinsi yang berada di atas nilai rata-rata nasional hanya 7 provinsi, sisanya 26 provinsi berada di bawah nilai rata- rata nasional (BPSDM-Kemendikbud, 2015). Selain itu, kondisi kualitas guru juga dapat dilihat dari pengembangan karier. Sebagai contoh, di provinsi Lampung, data tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 30.131 guru yang memiliki golongan/ruang IV/a, hanya 1.444 guru yang berhasil naik ke golongan/ruang IV/b. Itu pun setelah memiliki masa tugas (golongan) lebih dari 4 tahun (LPMP Lampung, 2014). Semua itu, menggambarkan bahwa Indonesia masih dihadapkan pada persoalan serius dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama, dilihat dari kualitas dan profesionalitas guru. Permasalahan profesionalitas guru tidak bisa didekati secara parsial, melainkan harus didekati secara komprehensif dan integral. Kualitas guru bukan variabel yang berdiri sendiri, tetapi sangat terkait dengan variabel-variabel lain, dan keterkaitan antarvariabel itu bersifat sekuensi. Kualitas guru merupakan produk dari sebuah proses panjang dari hulu sampai ke hilir. Proses itu tidak bisa dilihat secara parsial karena setiap tahapan dalam proses itu menentukan tahapan selanjutnya. Keseluruhan proses itu melibatkan beberapa unsur mulai dari institusi yang menghasilkan calon guru, pembinaan guru di lapangan sampai dengan kesadaran diri guru untuk mengembangkan profesinya. Oleh karena itu, bagian selanjutnya orasi ilmiah ini akan menguraikan secara teoretik dan empirik beberapa permasalahan dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru, yang disertai dengan beberapa rekomendasi sebagai alternatif pemecahannya. II. PERAN LPTK Upaya menciptakan guru yang berkualitas sebagai pendidik profesional dimulai dari tahapan mempersiapkan calon guru. Pemenuhan kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-4 dan penguasaan kompetensi guru dimulai dari proses transformasi yang dilaksanakan di perguruan tinggi, dalam hal ini, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Pemerintah telah menetapkan LPTK sebagai perguruan tinggi yang diberi tugas untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Nomor 14 Tahun 2005). Artinya, kualitas calon guru sangat dipengaruhi oleh kualitas LPTK. Salah satu permasalahan dalam penyelenggaraan LPTK saat ini, antara lain, bagaimana sistem pengendalian dan penjaminan mutunya, mengingat jumlah LPTK sangat

4 banyak. Data Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang disajikan pada Majalah Dikti Tahun 2013 Vol. 3, mengungkapkan bahwa pada tahun 2010 jumlah LPTK di Indonesia mencapai 241. Jumlah itu berkembang pesat menjadi 429 pada 2013. Dirjen Dikti, Joko Santoso, pada Seminar Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya memaparkan temuannya bahwa dari 429 LPTK yang ada, sekitar 60 persen kualitasnya masih belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan (Suara Merdeka, 8 Juli 2013:9). Oleh karena itu, sangat tepat jika Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yang bertanggung jawab terhadap sistem pendidikan tinggi termasuk di dalamnya LPTK, berkeinginan untuk melakukan reformasi terhadap LPTK (Berita Satu, 16 Juni 2015). Dalam kaitannya dengan pengadaan guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, salah satu unsur yang harus mendapat perhatian secara serius adalah komponen dasar pembelajaran yang harus dikuasai oleh lulusan LPTK. Sekurang-kurangnya terdapat tujuh komponen dasar pembelajaran yang harus dikuasai oleh calon guru dalam program pendidikan guru (pre-service teachers). Ketujuh komponen tersebut meliputi (a) Technology Knowledge (TK), (b) Content Knowledge (CK), (c) Pedagogical Knowledge (PK), (d) Pedagogical Content Knowledge (PCK), (e) Technological Content Knowledge (TCK), (f) Technological Pedagogical Knowledge (TPK), dan (g) Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) (Angeli dan Valanides, 2015; Schmidt dkk., 2009). Ketujuh komponen di atas berasal dari sebuah kerangka kerja (framework), yaitu Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). TPACK tidak lain adalah suatu kerangka kerja yang menjelaskan hubungan dan kompleksitas antara tiga komponen dasar pembelajaran yang harus dimiliki oleh guru, yaitu teknologi, pedagogi, dan konten (Abbitt, 2011). TPACK merupakan optimalisasi Technology Knowledge (TK) yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengintegrasikan Content Knowledge (CK), Pedagogical Knowledge PBFaiadkn(dauPdatKlpaot)a,artPdsLeamaKnnmeegPngpuegudhukaarnugushgiolakg,anaiNncnadolGapvCurneoornmsIuetlesmbBneteuprKsePn2maoer0bwne1Bllde5aiddjiadgareiankn(gaPnCyMKa, )nUagmnneiaevnfjjeeeakrdmtsiifie,stanatesufPisLkeieeannsmadtipdudaauinnknayglanenbgih utmuhenyaarnikg. Pembelajaran yang dimaksud bukan hanya mengutamakan penguasaan kognitif, melainkan juga sikap dan pembentukan karakter peserta didik. Keutuhan TPACK menjadi prasyarat seorang guru dapat mengimplementasikan PCK sehingga pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran dapat disesuaikan dengan spesifikasi substansi konten yang diajarkan. Secara operasional, ketujuh komponen pembelajaran tersebut dapat diimplementasikan sebagai berikut:

1. Melalui penguasaan Technology Knowledge calon guru dapat menguasai pemanfaatan teknologi secara optimal dalam proses pembelajaran, dimulai dari teknologi tingkat rendah seperti pensil dan kertas sampai teknologi digital seperti jaringan internet, video digital, papan tulis interaktif, dan perangkat lunak komputer. 2. Content Knowledge merupakan penguasaan konten keilmuan (substansi materi) yang akan diajarkan kepada peserta didik secara spesifik yang membedakannya dengan pengetahuan lainnya. 3. Pedagogical Knowledge ditunjukkan oleh penguasaan calon guru terhadap ketepatan dalam memilih dan menggunakan perangkat pembelajaran yang terdiri atas pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran dalam proses transformasi pengetahuan kepada peserta didik. 4. Pedagogical Content Knowledge diimplementasikan pada kejelian calon guru dalam memilih dan menggunakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan substansi materi tertentu. Oleh karena itu, tidak semua jenis dan karakteristik perangkat pembelajaran dapat digunakan untuk semua materi pembelajaran. 5. Technological Content Knowledge mengacu kepada ketepatan dalam menentukan dan menggunakan teknologi untuk menciptakan representasi baru dalam proses transfer materi pembelajaran yang memiliki karakteristik khusus sehingga mampu mengubah mindset peserta didik. 6. Technological Pedagogical Knowledge ditandai oleh kemampuan calon guru dalam memilih dan memanfaatkan teknologi guna mendukung penerapan berbagai perangkat pembelajaran yang digunakan. 7. Technological Pedagogical Content Knowledge ditunjukkan oleh kemampuan calon guru dalam mengintegrasikan komponen teknologi dan pedagogi untuk setiap substansi materi pembelajaran tertentu. Hal inilah yang membedakan kedalaman penguasaan kompetensi bagi setiap guru mata pelajaran. Hadirin yang saya hormati, Proses transformasi TPACK kepada calon guru di LPTK harus didukung oleh sistem pengelolaan LPTK yang baik (good LPTK Governance). Sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi, tugas pokok LPTK meliputi tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga dharma tersebut harus dioptimalkan dalam rangka memperkuat proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menghasilkan produk berupa lulusan LPTK sebagai calon guru yang qualified. Paradigma pengelolaan LPTK harus berbasis pemenuhan kebutuhan mahasiswa sebagai peserta didik (student need-based governance). Oleh karena itu, prestasi belajar mahasiswa (student achievement) merupakan indikator utama produktivitas LPTK. Prestasi belajar itu dapat diukur sekurang-kurangnya dari dua faktor, yaitu ketepatan waktu menyelesaikan studi (masa mukim) dan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi sebagai calon guru (Rahman, 2013). Produktivitas LPTK, sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi, dipengaruhi oleh beberapa variabel. Paling tidak ada lima variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas LPTK, yaitu tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas manajemen, manajemen fasilitas, manajemen administratif, perilaku kepemimpinan, dan kinerja akademik dosen (Rahman, 2013). Variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produktivitas LPTK adalah tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pengelolaan LPTK. Selanjutnya, variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap tingkat kepuasan mahasiswa adalah kinerja akademik dosen. Terdapat tiga variabel yang memengaruhi kinerja akademik dosen. Dari ketiga variabel tersebut, manajemen fasilitas merupakan variabel yang paling memberikan pengaruh di samping manajemen administratif dan perilaku kepemimpinan. Perbaikan pengelolaan LPTK harus dimulai dengan penguatan muatan akademik yang diimplementasikan ke dalam kurikulum yang berbasis kompetensi. Kerangka kerja TPACK dapat dijadikan sebagai salah satu formulasi penguatan muatan akademik LPTK. Langkah berikutnya perbaikan manajemen LPTK yang mampu memfasilitasi peningkatan sumber daya manusia, utamanya, tenaga edukatif (dosen), optimalisasi infrastruktur dan fasilitas pembelajaran, serta ditopang oleh kepemimpinan yang kuat. III. PERAN PEMERINTAH Indonesia adalah negara besar baik dilihat dari luas wilayah maupun dari jumlah penduduknya. Meskipun sejak awal pemerintah Indonesia telah menjadikan pertumbuhan dan pemerataan sebagai pilar pembangunan nasional, sampai saat ini kita masih mengalami disparitas kualitas pembangunan antarwilayah, termasuk disparitas mutu

pendidikan. Demikian pula, kualitas guru sebagai ujung tombak sistem pendidikan nasional masih sangat bervariasi. Berbagai program pembinaan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru, mulai dari memberikan pelatihan sampai dengan program sertifikasi guru, yang mulai diluncurkan pada tahun 2007 dan direalisasikan tahun 2008. Sampai tahun 2014 sebanyak 1.579.838 dari jumlah guru 3.015.315 sudah memiliki sertifikat pendidik (Kemendikbud, 2014). Artinya, lebih dari 50% guru di Indonesia telah memenuhi kualifikasi, baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Untuk mencapai kondisi tersebut tentu saja tidak sedikit anggaran yang sudah dikeluarkan. Kita patut memberikan apresiasi terhadap berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas guru. Namun, kita juga perlu menilai efektivitas dan efisiensi program-program tersebut. Hasil penelitian World Bank (2013), mengenai reformasi guru di Indonesia, mengindikasikan bahwa program sertifikasi guru belum mampu meningkatkan proses pembelajaran, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi guru (baik kompetensi substantif maupun kompetensi pedagogik) antara guru yang tersertifikasi dan tidak tersertifikasi (Chang dkk., 2013). Meskipun hasil penelitian Bank Dunia ditanggapi secara kontroversial oleh banyak pihak, termasuk para akademisi, setidaknya hal ini mengisyaratkan perlunya upaya secara terus-menerus untuk menemukan strategi dan metode yang lebih tepat dalam meningkatkan kompetensi guru. Model in-service training seperti pelatihan dengan mengumpulkan guru secara sentralistik, yang dilakukan selama ini, ternyata cenderung menggeneralisasi disparitas kualitas guru sehingga kurang mendatangkan hasil yang optimal. Mengapa hasil-hasil pelatihan yang menelan biaya yang tidak sedikit itu sulit diimplementasikan guru di tempat tugasnya? Jawabannya, antara lain, karena metode dan konten pelatihan tidak relevan dengan kondisi riil sekolah masing-masing guru. Selain itu, peserta pelatihan seringkali tidak tepat sasaran waulaupun program pelatihan disusun berdasarkan peta kompetensi guru. Pemerintah melalui Kemendikbud telah berusaha memetakan kompetensi guru melalui uji kompetensi guru. Hasil pemetaan itu menjadi dasar penyusunan program pembinaan profesionalitas guru. Hal ini sangat positif karena dengan mengintegrasikan recognizing prior learning (RPL) berupa kompetensi apa yang sudah dimiliki oleh guru, apa yang diharapkan guru, hambatan yang dihadapi guru, dapat menghilangkan gap antara kebijakan pembinaan profesionalitas guru dan apa yang dibutuhkan oleh guru (Rahman, 2015b; Chval dkk., 2008). Kegagalan dalam memahami dan mengakomodasi kebutuhan

guru di lapangan merupakan indikator lemahnya implementasi kebijakan dalam pembinaan profesionalitas guru (Jordan dan Tosun, 2013). Dalam upaya menyesuaikan program pembinaan profesionlisme guru dengan kondisi riil di sekolah, maka dikembangkan model pelatihan yang berbasis kebutuhan guru secara individual, yaitu model Scaffolding Berbasis Kebutuhan Guru (Teacher-Based Scaffolding). Istilah scaffolding dalam dunia pendidikan pertama kali dikenalkan oleh Wood, Bruner and Ross pada tahun 1976. Scaffolding merupakan sebuah metafor (asistance) yang diperlukan untuk membangun konsep dan berfungsi sebagai stagger dalam pencapaian kompetensi pada level tertentu. Bilamana kompetensi sudah tercapai, stagger secara bertahap dapat dihilangkan. Scaffolding banyak digunakan sebagai model pembelajaran di kelas-kelas (Engin, 2014, dan Smit et al., 2013). Hasil penelitian Rahman dkk. (2015a) model Scaffolding yang semula hanya digunakan untuk pembelajaran di kelas, ternyata sangat efektif juga sebagai salah satu model pembinaan profesionalitas guru. Model ini diberi nama Teacher-Based Scaffolding (TBS), dikembangkan untuk meningkatkan profesionalitas guru yang berbasis pada kondisi riil guru atau kebutuhan guru. Model ini dapat mengakomodasi disparitas kompetensi yang dimiliki oleh guru secara individual. Karenanya, treatment scaffolding secara khusus diberikan untuk menutupi competence deficiency (kekurangan kompetensi) guru. Kekurangan kompetensi tersebut bisa berupa kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian atau kompetensi sosial. Model TBS telah diimplementasikan terhadap 47 guru yang bersamaan dengan implementasi model Reguler Trainig (RT) terhadap 49 orang guru dan model Reguler Scaffolding (RS) terhadap 51 orang guru. Model RT adalah model pelatihan secara konvensional berupa pemberian materi secara langsung diikuti dengan latihan (direct instruction). Model RS merupakan model pelatihan yang diawali dengan diagnosis kompetensi guru, kemudian diikuti dengan analisis kebutuhan guru yang dijadikan dasar untuk melakukan scaffolding. Guru yang dilatih dengan model TBS ternyata lebih berhasil dibandingkan dengan guru yang dilatih dengan model lain, yaitu model Reguler Trainig (RT) dan model Reguler Scaffolding (RS). Implementasi model TBS terdiri atas tiga langkah, yaitu praprogram, yang meliputi kegiatan orientasi dan induksi, identifikasi konsep kunci. Langkah kedua adalah aktivitas scaffolding, meliputi diskusi kelompok terarah (FGD), peer mentoring, asesmen dan umpan balik (feedback). Langkah ketiga adalah refleksi hasil asesmen. Keunggulan model TBS, guru secara individual memperoleh bimbingan intensif untuk menemukan kekurangan kompetensi dan kebutuhan pelatihan guna mengatasi kekurangan kompetensinya tersebut.

Dengan demikian, perlakuan dalam pelatihan bersifat technical assistance dengan memperhatikan disparitas kompetensi antarindividu guru. Adapun, kelemahan model TBS, jumlah mentor dan fasilitator lebih banyak dibandingkan dengan model konvensional. Demikian pula, waktu pelatihan lebih panjang dan dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat mengganggu tugas guru di sekolah. Menyadari kelemahan implementasi model TBS yang telah dilakukan, dikembangkanlah model TBS yang disempurnakan. Model terakhir ini menekankan tatanan proses, guru didampingi oleh fasilitator dan peer dalam membangun konsepsinya melalui siklus TAC (Technical Assistance Cycle), yang terdiri atas kegiatan technical assistance (TA), tes, dan refleksi. Siklus ini dapat dilakukan secara repetitively continual sampai tercapai level kompetensi tertentu. Level ini disebut sebagai Zone Proximal Development (ZPD). Kerangka kerja model TBS tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.1. Kerangka Kerja Model TBS yang Disempurnakan (Rahman dkk., 2015a). Model TBS dilakukan dengan pendekatan in house training, dalam arti, kegiatan pelatihan dilakukan di dalam kelas yang riil, kegiatannya dilakukan secara langsung di sekolah. Melalui model TBS, guru tidak diposisikan sebagai objek pasif dalam kegiatan

pelatihan, tetapi difungsikan secara aktif sebagai bagian dari pelaku pelaksanaan program pelatihan. Guru dilibatkan secara aktif dalam keseluruhan program pelatihan, mulai dari tahap praprogram sampai pada kegiatan-kegiatan pascaprogram. Pada tahap praprogram guru berfungsi sebagai bagian dari desainer program pelatihan melalui kegiatan analisis kebutuhan guru untuk menentukan existing condition (EC) sebagai gambaran kemampuan awal yang dimiliki guru. Berdasarkan EC dilakukanlah pengelompokan (grouping) guru ke dalam cluster untuk mendapatkan TAC secara spesifisik. Dengan demikian, disparitas kemampuan awal guru menjadi dasar dalam mendesain dan melaksanakan aktivitas pelatihan. Evaluasi programnya dilakukan dengan sistem 4-P, yaitu evaluasi praprogram, program, proses, dan produk. Berdasarkan hasil evaluasi 4-P guru merumuskan sendiri rencana pengembangan dan implementasi program lanjutan. Dengan hal ini, tindak lanjutnya adalah rencana pengembangan dan implementasi program. Kegiatan ini bisa dilakukan secara individual maupun melalui kelompok seperti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau KKG (Kelompok Kerja Guru). Hasil evaluasi akhir model ini menjadi dasar rekomendsi kepada pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan pembinaan profesionalitas guru. Aktivitas TAC sebagai kegiatan inti model TBS dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.2. Siklus Technical Assistance (TAC) pada TBS (Rahman dkk., 2015a). TAC merupakan kegiatan inti dalam model TBS, yang dilakukan oleh fasilitator yang diambil dari guru yang telah lulus TOT dan diawasi oleh narasumber yang diambil dari dosen LPTK. Metode TAC diawali dengan kegiatan technical assistance pertama (TA1) atau bantuan

teknis yang didasarkan pada rekomendasi hasil analisis kebutuhan yang telah dirumuskan pada tahap praprogram. Kegiatannya dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan guru. Setelah TA1 selesai, guru dites (test 1) dengan instrumen asesmen yang sudah disiapkan oleh mentor atau fasilitator. Selesai asesmen, guru bersama fasilitator atau mentor melakukan refleksi terhadap kegiatan di TA1. Hasil refleksi TA1 ini akan menjadi rekomendasi untuk TA2, dan seterusnya. Jika kompetensi guru belum mencapai standar minimal yang dipersyaratkan atau pada level Zone Proximal Development (ZPD), perlu dilakukan TA secara terus-menerus sampai guru memperoleh skor melampaui ZPD. IV. PERAN SEKOLAH Program pembinaan profesionalitas guru akhirnya akan bermuara pada penciptaan atmosfir akademik di sekolah. Inti kegiatan pendidikan formal adalah proses belajar- mengajar yang terjadi di dalam kelas dalam arti yang luas. Seluruh kebijakan pendidikan harus diorientasikan pada peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, kualitas kelas, yang merupakan gambaran dari kualitas guru, kualitas infrastruktur sekolah, kualitas sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan yang kondusif, dapat dijadikan indikator tingkat komitmen semua pihak yang terkait. Kondisi sekolah secara keseluruhan dapat dijadikan salah satu indikator kualitas pendidikan. Peningkatan mutu sekolah tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi harus dilakukan secara simultan karena kualitas pembelajaran merupakan interaksi semua elemen di sekolah. Di samping elemen-elemen kualitas fisik dan lingkungan sekolah, salah satu unsur yang sangat menentukan kualitas sekolah adalah unsur kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Dalam perspektif teoretik, kualitas kepemimpinan kepala sekolah memengaruhi hasil belajar siswa karena melalui fungsi leadership kepala sekolah dapat menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk kegiatan pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Pinto, 2014). Kepemimpinan kepala sekolah bersifat multi dimensional, terdiri atas dimensi-dimensi kepemimpinan yang harus diperankan secara simultan. Dimensi kepemimpinan itu meliputi dimensi manager (manajerial), dimensi administrator (administratif), dimensi educator (edukasi), dan dimensi supervisor (supervisi), yang saling terkait satu dengan yang lainnya (Rahman, 2015a). Melalui dimensi manajerial, tugas utama kepala sekolah adalah optimalisasi keseluruhan sumber daya sekolah, baik manusia maupun bukan manusia untuk mewujudkan tujuan sekolah. Dimensi administratif diwujudkan dalam kemampuan

menyusun kebijakan (policy formulation), pengambilan keputusan (decision making), pencatatan (record keeping), dan penerapan peraturan (implementation of rules and regulations) yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Dimensi edukasi menuntut kepala sekolah sebagai pemimpin kegiatan pembelajaran (instructional leader). Tugas utama kepala sekolah pada dimensi ini adalah memfasilitasi guru untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai pendidik profesional. Di samping itu, kepala sekolah membantu para guru mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dimensi supervisi menuntut kepala sekolah untuk mampu melakukan pembinaan terhadap semua warga sekolah agar dapat melaksanakan tugas secara maksimal. Keempat dimensi kepemimpinan kepala sekolah ini harus diperankan secara maksimal dan simultan. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut menampilkan perilaku kepemimpinan yang mumpuni, dapat menjadi referensi bagi warga sekolah, sekaligus sebagai sumber inspirasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan betapa tidak mudah memerankan keempat dimensi kepemimpinan tersebut secara simultan dan seimbang. Fakta ini terungkap pada hasil studi cross sectional (cross sectional studies) terhadap 128 guru dari 16 madrasah, dengan menggunakan instrumen penelitian kuisioner/angket mengenai persepsi guru tentang empat dimensi kepemimpinan kepala madrasah. Instrumen tersebut berisi 35 pernyataan berbentuk skala Likert dengan skor 1 sampai 5 yang berturut-turut menyatakan persepsi yang negatif (sangat tidak setuju) ke persepsi positif (sangat setuju). Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas empat dimensi kepemimpinan kepala madrasah masih lemah. Ternyata, dimensi yang paling lemah adalah dimensi kepemimpinan edukasi, sedangkan dimensi kepemimpinan yang paling kuat adalah dimensi administratif. Hal ini dapat dimaknai bahwa kepala madrasah lebih berkonsentrasi pada urusan-urusan administratif sehingga sangat kurang pada kegiatan edukatif. Sebagai suatu gambaran, skor yang rendah (rata-rata di bawah 2.50) yang disajikan pada tabel 4.2 menunjukkan kelemahan utama dari dimensi kepemimpinan edukasi dalam memotivasi dan menginspirasi semua warga sekolah untuk menciptakan budaya mutu, terutama mutu proses pembelajaran. Tabel 4.1. Item Survey dengan Skor Rata-Rata di Bawah 2,50 (Rendah) Komponen Item Pernyataan Mean Standar

Kepemimpinan Deviasi 1,18 Manager Kepala madrasah bijak dalam 2,17 1,19 mengambil keputusan terhadap hasil evaluasi program-program madrasah 0,98 Administrator Kepala madrasah memiliki jurnal 2,15 1,12 harian kegiatan dan aktivitas budaya mutu di sekolah dan menyosialisasi- kannya kepada warga sekolah Educator Kepala madrasah memotivasi dan 1,93 menginspirasi semua warga sekolah untuk menciptakan budaya mutu, terutama mutu proses pembelajaran Supervisor Kepala madrasah memberikan 2,48 informasi atau keilmuan yang up to date (mutakhir) kepada guru dan siswa Sumber: Rahman (2014b) Hasil studi di atas paling tidak mengisyaratkan bahwa untuk memperkuat profesionalitas guru di sekolah perlu peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, terutama pada dimensi kepemimpinan edukasi. Kepala sekolah perlu mendapat otoritas yang lebih luas dalam mengembangkan suasana akademik di sekolah, dengan cara mengurangi beban administratif yang berlebihan, agar dapat mengimplementasikan peran sebagai pemimpin edukasi dan sebagai supervisor. V. PERAN MASYARAKAT Selain elemen kepemimpinan kepala sekolah, masyarakat juga turut memengaruhi implementasi pembinaan profesionalitas guru karena sekolah merupakan sistem sosial terbuka. Sebagai sistem sosial, sekolah memiliki ciri-ciri penting, yaitu 1) terdiri atas sejumlah orang yang berkomitmen, 2) adanya tujuan yang mengarahkan semua pelaku pendidikan, 3) adanya upaya-upaya terkoordinasi untuk mencapai tujuan, dan 4)

berinteraksi dengan lingkungan eksternal secara sinergis (Rahman, 2014b). Proses pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh guru yang kompeten, fasilitas yang memadai, kurikulum yang membelajarkan, tetapi juga ditentukan oleh peran masyarakat sebagai pemangku kepentingan (stakeholder). Sekolah efektif (effective schools) sangat bergantung pada besaran keterlibatan masyarakat, terutama orang tua siswa, terhadap program-program sekolah. Semakin tinggi frekuensi dan kualitas keterlibatan masyarakat semakin baik kinerja sekolah (Lonsdale & Anderson, 2012). Oleh karena itu, sekolah harus menempatkan masyarakat sebagai bagian integral dalam pengambilan keputusan akademik guna pengembangan institusinya (DiPaola & Tschannen-Moran, 2014). Kemajuan sekolah menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak hanya sekolah, tetapi juga masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan terkait (Klem & Connell, 2004). Selanjutnya, hasil depth interview terhadap 18 orang tua siswa dan 6 orang guru dari 6 Sekolah Dasar Negeri di Kota Metro Provinsi Lampung menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan harapan orang tua terhadap kompetensi yang dimiliki oleh anaknya dengan bekal yang diperoleh anak dari guru di sekolah. Para orang tua mengharapkan perubahan ke arah kedewasaan anak lebih cepat terjadi seperti disiplin, kesantunan, tanggung jawab, dan kemandirian. Di sisi lain, guru di sekolah juga merasa sangat membutuhkan orang tua sebagai partner untuk meningkatkan kompetensi siswa. Artinya, keterlibatan orang tua yang selama ini terbatas pada memberikan bantuan dan bimbingan anak di rumah diharapkan mulai bergeser ke sekolah. Sebagai contoh temuan, beberapa guru mengharapkan adanya peningkatan keterampilan orang tua (parenting skills) dalam melakukan pembimbingan dan pengawasan terhadap anak. Kegiatan itu bisa dimediasi oleh Komite Sekolah dan dilakukan secara terjadwal. Titik temu harapan orang tua dan guru tersebut divisualisasikan ke dalam model Dual Mode Partnership (DMP) antara orang tua dan guru di sekolah sebagai berikut.

Gambar 5.1. Dual Mode Partnership (DMP) dalam konteks Good Governance di Sekolah. (Rahman dkk., 2014) Interkoneksi pihak sekolah dengan masyarakat akan mempertajam relevansi perencanaan pengembangan sekolah dengan kebutuhan masyarakat, yang akan menghasilkan suatu proses transformsi pendidikan yang menjadi milik bersama antara sekolah dan masyarakat, sebagaimana disajikan pada gambar 5.2. Gambar 5.2. Kerangka kerja DMP (Rahman dkk., 2014) Dengan perkataan lain, perlu diciptakan sekolah menjadi milik masyarakat. Kaitannya dengan pembinaan profesionalitas guru, kerja sama antara pihak sekolah dan masyarakat, khususnya, orang tua dapat meningkatkan kepercayaan (trust) dan kepuasan (satisfaction) masyarakat terhadap kinerja guru, yang ditunjukkan oleh perubahan yang terjadi pada diri anak didik.

Hasil FGD di atas menunjukkan bahwa untuk memperkuat profesionalitas guru peran masyarakat sangat menentukan. Melalui kerja sama antara pihak sekolah dan masyarakat diperoleh kesamaan persepsi antara guru dan orang tua tentang kompetensi yang harus dikuasai oleh anak didik. Dengan demikian, akan lahir masyarakat yang terdidik (educated society). Kesamaan persepsi itu, di satu sisi akan memperkuat keberterimaan masyarakat terhadap hasil belajar anak didik, di sisi lain pihak sekolah dapat memperkuat hasil belajar anak didik karena terjadi kesesuaian antara apa yang diperoleh oleh anak di sekolah dengan harapan orang tua dan masyarakat. VI. MENYINERGIKAN UNSUR PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU Usaha-usaha mempersiapkan guru profesional yang telah dilaksanakan selama ini sangat parsial, belum terjadi koordinasi yang baik antarmasing-masing pihak yang terkait. Pihak LPTK seakan melepaskan tanggung jawab pasca meluluskan peserta didiknya. Pemerintah dengan sangat leluasa menyusun dan melaksanakan program pembinaan guru tanpa melihat dari mana guru itu berasal (dari LPTK). Sementara itu, sekolah seperti institusi yang kurang berdaya karena kepala sekolah lebih fokus pada tugas-tugas administratif sehingga kinerja kepala sekolah sebagai educative leader sangat lemah. Akibatnya, pengembangan profesionalitas guru tidak utuh karena tidak ada keterpaduan program antarunsur yang terkait. Belajar dari kelemahan dan juga kelebihan masa lalu, perlu dilakukan perubahan paradigma pembinaan profesionalitas guru dari paradigma parsial kepada paradigma yang bersinergi. Semua pihak yang terkait dengan upaya mempersiapkan guru profesional harus bersinergi sehingga baik program maupun implementasinya dilakukan secara terpadu. Masing-masing pihak saling mengisi dan saling melengkapi sesuai dengan perannya. Sebagai contoh, pihak LPTK tidak boleh lepas tangan terhadap persoalan-persoalan pembinaan profesionalitas guru di lapangan. Pemerintah, utamanya pemerintah daerah, tidak bisa melakukan pembinaan profesionalitas guru secara sepihak, tetapi harus bersinergi dengan pihak lain seperti LPTK dan organisasi profesi yang relevan. Sementara itu, sekolah harus dijadikan sebagai institusi edukasi atau institusi akademik. Nuansa birokrasi dalam kehidupan sekolah harus dikurangi, guru dan kepala sekolah diberi keleluasaan untuk bekerja sama dengan pihak yang kompeten dalam pembinaan

profesionalitas guru. Demikian juga, masyarakat harus diberi kemudahan akses yang memadai agar dapat melakukan evaluasi sebagai bahan masukan bagi pengembangan akademik di sekolah. Paradigma baru pembinaan profesionalitas guru yang berlandaskan sinergi antarsemua pihak yang terkait, akan melahirkan tuntutan perlunya di tingkat daerah sebuah wadah yang memediasi semua pihak untuk terlibat dalam program dan implementasi secara terpadu. Kita boleh membayangkan wadah itu semacam “konsorsium” yang beranggotakan pihak-pihak yang berkompeten dalam pembinaan profesionalitas guru seperti LPTK, pemerintah daerah, pihak sekolah, unsur masyarakat, dan organisasi profesi. Melalui wadah tersebut dapat diinventarisasi ide-ide segar mengenai usaha pembinaan profesionalitas guru. Semua pihak yang terkait akan duduk bersama untuk memformulasikan semacam kerangka acuan pembinaan guru profesional yang dapat dijadikan acuan bersama oleh semua pihak dalam memainkan peran masing-masing. Dengan demikian, guru sebagai subjek yang mendapatkan perlakuan pembinaan akan merasa lebih nyaman karena melihat semua pihak berada dalam suasana harmonis, damai, dan bersinergi. Tidak ada keraguan bagi guru untuk berinteraksi dengan semua pihak karena semua memiliki visi, misi, dan persepsi yang sama terhadap pembinaan profesionalitas guru. Diharapkan paradigma baru ini dapat melahirkan self efficacy bagi guru, yang akan memperkuat kesadaran profesi sebagai guru dan menumbuhkan semangat dari dalam diri guru untuk mengembangkan dirinya. Dengan perkataan lain, melalui paradigma baru ini kita menanamkan sebuah kesadaran baru bagi guru bahwa pembinaan profesionalitas itu merupakan kebutuhan guru, tuntutan profesi guru, wujud tanggung jawab guru sebagai pendidik profesional, dan bukan menjadi beban bagi guru. VIII. PENUTUP Sebagai penutup orasi ilmiah ini, saya ingin mengemukakan bahwa guru bukanlah objek untuk merealisasikan program yang berorientasi sekadar mempertanggungjawabkan anggaran yang dikeluarkan. Akan tetapi, guru adalah subjek pendidikan yang turut menentukan masa depan bangsa dan negara sehingga pembinaan profesionalitasnya menjadi kewajiban kita bersama. Oleh karena itu, janganlah menyakiti hati guru dengan menuding mereka sebagai satu-satunya unsur penyebab rendahnya mutu pendidikan. Kita harus bekerja sama, bersinergi untuk membantu guru dalam meningkatkan kapasitasnya agar menjadi pendidik profesional.

Secara khusus, perlu diketahui oleh semua guru bahwa pada akhirnya kualitas guru sangat ditentukan oleh kesadaran dan kemauan guru itu sendiri untuk mengembangkan profesinya. Hasil penelitian Rahman (2014c) terhadap 120 orang guru SD di Provinsi Lampung menunjukkan bahwa refleksi diri yang dilakukan oleh guru secara signifikan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku dan pengembangan profesionalitasnya.

PUISI UNTUK GURU (Bujang Rahman) Jangan jadikan guru bagaikan potongan kue yang berserakan yang masing-masing potongan dikuasai oleh pihak-pihak berkepentingan. Jadikanlah guru laksana bunga melati yang harum mewangi nan indah menghiasi kehidupan semesta. Jika banyak yang ingin ikut andil menumbuhsuburkan bunga melati bersinergilah dalam mempersiapkan bibit yang unggul pupuk yang baik air yang menyejukkan dengan tindakan-tindakan pemeliharaan dan perlindungan. Labuhan Ratu, 22/10/2015, 23.00 WIB

DAFTAR PUSTAKA Abbitt, J. T. (2011). Measuring Technological Pedagogical Content Knowledge in Preservice Teacher Education: A Review of Current Methods and Instruments. Journal of Research on Technology in Education, 43(4), 281-300. Angeli dan Valanides. (2015). Technological Pedagogical Content Knowledge: Exploring, Developing, and Assessing TPCK. Springer Science+Business Media. New York. Berita Satu. 16 Juni 2015. “Kemristekdikti Lakukan Reformasi Total LPTK”. Diakses dari: http://www.beritasatu.com/pelangi-ramadan/kesra/283041-kemristekdikti-lakukan- reformasi-total-lptk.html, pada tanggal: 23 Oktober 2015. BPSDM Kemendikbud. (2015). Uji Kompetensi Guru (UKG) Online. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses dari http://ukg.kemdikbud.go.id/info/?id=grafik-hasil&jenis=nprof&jenjang=J. Pada 25 Oktober 2015 Chang, M. C., Al-Samarrai, S., Ragatz, A. B., Shaeffer, S., De Ree, J., & Stevenson, R. (2013). Teacher Reform in Indonesia: the Role of Politics and Evidence in Policy Making. World Bank Publications. Chval, K., Abell, S., Pareja, E., Musikul, K., & Ritzka, G. (2008). Science and Mathematics Teachers’ Experiences, Needs, and Expectations Regarding Professional Development. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1), 31-43. Detiknews. 5 Februari 2011. “Habibie: 48 Ribu Tenaga Ahli Indonesia Dipanen Negara Lain”. Diakses dari: http:// news.detik.com / berita/ 1560780 / habibie-48-ribu-tenaga-ahli- indonesia-dipanen-negara-lain, pada tanggal: 23 Oktober 2015. DiPaola, M., & Tschannen-Moran, M. (2014). Organizational Citizenship Behavior in Schools and Its Relationship to School Climate. Journal of School Leadership, 11(5), 424. Engin, M. (2014). Macro-Scaffolding: Contextual Support for Teacher Learning. Australian Journal of Teacher Education, 39(5), 26-40. Hattie, J. (2013). What is the Nature of Evidence that Makes a Difference to Learning?. Form@ re-Open Journal per la formazione in rete, 13(2), 6-21.

Johnston, W. B., & Packer, A. E. (1987). Workforce 2000: Work and Workers for the Twenty- First Century. Hudson Institute, Indianapolis, Indiana: DIANE Publishing. Jordan, A. and J. Tosun. (2013). Policy implementation, in Environmental Policy in the EU. Actors, Institutions and Processes, eds. A. Jordan and C. Adelle. Abingdon: 247-66. Kemdikbud. (2015). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015- 2019. Sekretariat Negara. Jakarta. Klem, A. M., & Connell, J. P. (2004). Relationships Matter: Linking Teacher Support to Student Engagement and Achievement. Journal of school health, 74(7), 262-273. Lonsdale, M., & Anderson, M. (2012). Preparing 21st Century Learners: the Case for School- Community Collaborations. Australian Council for Educational Research. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lampung. (2014). Data Padamu Negeri 2014. Pinto, D. A. (2014). \"Effective Principal Leadership Behavior: The Student Perspective\". Electronic Theses, Projects, and Dissertations. Paper 11. Pusat Data dan Statistik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Indonesia Educational Statistics In Brief (Ringkasan Statistik Pendidikan Indonesia 2012/2013). Jakarta. Rahman, B. (2013). Manajemen Mutu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan: Teori dan Praktik Melejitkan Produktivitas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahman, B., & Fanany, R. (2013). Academic Quality Management as a Means for Improving Institutional Productivity: Strategic Factors in Teacher Training in Lampung, Indonesia. Asian Journal of Education, 14(1), 375-390. Rahman, B. (2014a). Good Governance di Sekolah: Teori dan Praktik Menggairahkan Partisipasi Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahman, B. (2014b). Kepemimpinan Multidimensi Kepala Madrasah dari Perspektif Guru. ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, 14(2), 431-453. Rahman, B. (2014c). Refleksi Diri dan Peningkatan Profesionalitas Guru di Provinsi Lampung. Paedagogia, Jurnal Penelitian Pendidikan, 17(1). Rahman, B., Abdurrahman, & Kadaryanto, B. (2014). Pengembangan Model Good Governance Sekolah Dasar di Kota Metro. Laporan Akhir Hibah Bersaing DIKTI 2014.

Rahman, B. (2015). Aplikasi Manajemen 3E dalam Pengembangan Profesionalitas Guru. Jurnal Aplikasi Manajemen, 13(2), 247. Rahman, B., Abdurrahman, Kadaryanto, B., & Irawan, S. (2015a). Pengembangan Model Scaffolding pada Program Peningkatan Kompetensi Guru. Laporan Riset Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2015. Rahman, B., Abdurrahman, Kadaryanto, B., & Eko., N. (2015b). Teacher-Based Scaffolding as a Teacher Professional Development Program in Indonesia. Australian Journal of Teacher Education. Volume 40(11). Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sekretariat Negara. Jakarta. Schmidt, D. A., Baran, E., Thompson, A. D., Mishra, P., Koehler, M. J., & Shin, T. S. (2009). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Journal of Research on Technology in Education, 42(2), 123-149. Smit, J., van Eerde, H. A. A., & Bakker, A. (2013). A Conceptualization of Whole‐Class Scaffolding. British Educational Research Journal, 39(5), 817-834. Suara Merdeka. 8 Juli 2013. “Kualitas 60 Persen LPTK Jelek”, hal 9. Umeh, O. J. (2008). The Role of Human Resource Management in Successful National Development and Governance Strategies in Africa and Asia. Public Administration Review, 68(5), 948–950. Wood, D., Bruner, J. S., & Ross, G. (1976). the Role of Tutoring in Problem Solving. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 17(September 1974), 89–100.

UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama saya memanjatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelancaran, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya dapat menjalani kehidupan ini dengan baik sampai mencapai karier tertinggi di bidang akademik. Bagi saya jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Ucapan terima kasih yang pertama saya sampaikan kepada Pemerintah R.I melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mnengangkat saya sebagai Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2015, berdasarkan surat keputusan nomor 1126/SJ/IX/2015 tanggal 30 September 2015. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan juga kepada Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S. atas bantuan dan dukungan yang diberikan sehingga saya dapat mencapai jabatan profesor. Saya juga ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Rektor Unila periode 1998 – 2007, atas motivasinya sehingga saya dapat berkarier di Universitas Lampung, yang saya cintai ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh wakil rektor; Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Hasriadi Mat Akin, M.P., Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Dr. Dwi Haryono, M.Si, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Sunarto.DM., S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Prof. Dr. John Hendri, M.Sc., yang sekarang digantikan oleh Ibu Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A., Ketua LP2M, Dr. Eng. Admi Syarif, beserta jajarannya, Ketua LP3M, Dr. Ir. Murhadi, M.Si., beserta jajarannya, dan seluruh kepala biro, kepala bagian di lingkungan Universitas Lampung. Secara khusus saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Verifikasi Karya Ilmiah Unila, yang telah memeriksa dengan teliti karya-karya ilmiah saya sehingga memudahkan proses penilaian di Kemenristek Dikti, tidak terkecuali kepada Kepala Bagian Kepegawaian, Dirzon, S.E., M.M. yang telah memproses usulan kenaikan jabatan saya. Pada kesempatan yang mulia ini, tidak lupa saya ingin mempersembahkan jabatan profesor ini kepada kedua orang tua saya. Ayahanda, Abdul Mu’in bin Ademat (almarhum) dan Ibunda, Sa’diyah binti Jitab (almarhumah). Mereka berdualah orang yang paling berjasa dalam hidup saya, yang melahirkan, membesarkan, memelihara, mendidik, dan atas doa merekalah saya bisa berhasil seperti sekarang ini. Saya juga menyampaikan rasa hormat

dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah dan ibu mertua saya, yaitu Ayahanda, Hasbi Hamid (almarhum) dan Ibunda, Hj. Masroh binti Sirot (almarhumah). Doa dan keberkahan mereka juga yang mengantarkan keluarga kami pada keadaan sekarang ini. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, saya sampaikan kepada istri saya, Dra. Hj. Diana Dewi Hasbi, yang penuh kesetiaan, kesabaran, dan ketabahan dalam mendampingi saya meniti karier di Universitas Lampung yang tercinta ini, khususnya, dan di masyarakat pada umumnya. Semoga Allah tetap menyatukan kami di dunia dan di akhirat. Amin. Dalam suasana bahagia ini juga saya tak lupa menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada sumber inspirasi saya, yaitu anak-anak saya yang sangat saya cintai: 1. Ananda, Rahmah Dianti Putri, S.E, M.Pd. beserta suaminya, Muhammad Ahadi Nouvan, S.E., yang saat ini telah dikarunia dua orang putra, yaitu Muhammad Rasyad Rava dan Muhammad Najwan Ravi. 2. Ananda, Rosydalina Putri, S.E., A.Kt., M.S.Ak.C.A., dosen di Perguran Teknokrat. 3. Ananda, Muhammad Riyadhi Saputra, yang sedang duduk di semester 7 Jurusan Akuntansi FEB Unila. 4. Ananda, Raudhah Diara Putri, siswi kelas X SMA Al-Kautsar Bandar Lampung. Masih ada orang-orang yang tidak sedikit pengabdiannya, mengantarkan kepada kesuksesan saya, yang memberi dukungan, bantuan, dan doa yang tak pernah terputus, yaitu kakak-kakak dan adik-adik saya: 1. Ayunda, Hj. Bali’ah, beserta suaminya, H. Suparjoyo, S.Pd. 2. Ayunda, Dra. Hj. Nurhawati, beserta suaminya, Drs. H. Sudirman Husin, M.Pd. 3. Adinda, Dra.Hj. Mirawati, beserta suaminya, H. Datarman. S.Sos. 4. Ayunda, Mali’ah. 5. Ayunda, Kartini. 6. Kakanda, Drs. H. Jusnandar Hasbi, M.M., beserta istrinya, Hj. Neng Isnah. 7. Adinda, Jaswani Hasbi, beserta istrinya, Raudhatul Jannah. 8. Adinda, Jauhari, S.H., M.M., beserta istrinya, Mutia Aliun, S.E., M.M. 9. Adinda, Darmala Sari, S.Pd., beserta suaminya, Taufik Usman.

10. Adinda, H. Demsi Aswan, S.E., M.M., beserta istrinya, Hj. Minarni, S.Ag. Selanjutnya, tidak lupa saya juga menyampaikan terima kasih kepada Dekan FKIP Unila periode 2002 – 2010 sekaligus kakak dan senior saya, Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., dan senior, pembimbing saya, Prof. Dr. H. Bambang Sumitro, M.S. atas motivasi, bimbingan dan kerja sama yang sangat harmonis sampai saat ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh anggota Senat FKIP Unila, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala Unit, Kabag. dan Kasubbag. di lingkungan FKIP Unila; Drs. H. Edi Marsono, H. Nurmansyah, S.Pd., Joko Setiaji, S.Pd., Hj. Mulyana, S.H., dan Srimiati, S.Pd., atas bantuan dan kerja samanya sehingga di samping menyelesaikan tugas sebagai pimpinan fakultas, saya tidak meninggalkan kegiatan tri dharma perguruan tinggi. Secara khusus dan istimewa, pada kesempatan yang mulia ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim kerja saya, yang telah mendampingi saya baik dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan fakultas maupun sebagai dosen, yaitu Dr. Abdurrahman, M.Si., Budi Kadaryanto, S.Pd, M.A., Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., Prof. Ag. Bambang Setiyadi, M.A., Ph.D., Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., Hasan Hariri, S.Pd., M.B.A., Ph.D., Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.Ed., Drs. Nengah Maharta, M.Si., Drs. H. Tontowi Amsia, M.Si., Drs. H. Arwin Achmad, M.Si., Dr. Sunyono, M.Si., Sugeng Widodo, S.Pd., M.Pd., Amarullah, S.T., M.Kom., Andrian Saputra, S.Pd., M.Sc., Siti Amalina Santi, S.Pd., Sumirat Dyah Wulandari, S.Pd. Semoga amal baik dan semua bantuan dinilai ibadah di hadapan Allah Swt. Pada kesempatan ini juga, saya menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada guru-guru saya ketika saya di SD, guru-guru saya di PGAN Kotabumi dan PGAN Tanjungkarang, para dosen ketika saya mengambil S1 di FKIP Unila; Prof. Dr. Madrie (alm), Drs. H. A. Kantan Abdullah (alm), Drs. H. Dulhadi (alm), Drs. H. Baichaki Nawawi (alm), Drs. H. Edy Santoso, M.Pd., Drs. H. M Saleh Arbie, Dr. H. Sultan Djasmi, M.Pd., Dr. H. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., dan para dosen saya lainnya yang tidak mungkin bisa saya sebutkan satu per satu. Demikian juga, para dosen ketika saya mengambil S2 di Program Kajian Ketahanan Nasional UI dan para profesor serta para dosen saya di Program Doktor Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, khususnya para promotor saya, Prof. Dr. Abin Syamsuddin, M.Pd., Prof. Dr. Nanang Fattah, M.Pd., Prof. Dr. Akdon, M.Pd., Prof. Dr. Udin Saifuddin Sa’ud, M.A. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor IAIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Mukri, M.Ag., beserta jajarannya, khususnya para pengelola Jurnal Analisis. Secara istimewa, saya juga menyampaikan terima kasih dan salam ta’dzim kepada yang sangat

saya hormati dan cintai, KH. Hayatun Nufus (alm). Tidak terkecuali kepada Bapak Drs. Josep Edyanto, S.E., Direktur Graha Ilmu, yang telah menerbitkan buku-buku saya. Tidak ketinggalan, kepada para Bupati dan Walikota, yang telah memberikan kesempatan dan izin bagi saya dan tim kerja untuk melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di wilayah yang bapak-bapak pimpin. Secara khusus saya sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kota Metro beserta jajarannya, khususnya kepada Bpk. H. Lukman Hakim, S.H., M.M., mantan Wali Kota Metro, atas kerja sama yang telah terbangun selama ini. Akhirnya, kepada seluruh undangan yang telah berkenan menghadiri rapat luar biasa Senat Universitas Lampung, dalam acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan, saya tak lupa memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Bujang Rahman RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DIRI : Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. : 19600315 198503 1 002 Nama : Dosen FKIP Universitas Lampung NIP : Dekan FKIP Universitas Lampung Pekerjaan : Prandipo, 15 Maret 1960 Jabatan : Islam Tempat/Tanggal Lahir : Jl. Untung Suropati Gg. Famili I No. 2A Agama Alamat RT 04/RW 02 Labuhan Ratu Bandar Lampung No.Telp : 081369997658 E-mail : [email protected]; [email protected] Alamat Kantor : Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar

Status Lampung Istri : Menikah Anak : Dra. Hj. Diana Dewi : 1. Rahmah Dianti Putri, S.E, M.Pd. Menantu Cucu 2. Rosydalina Putri, S.E., Akt., M.S.Ak.CA. 3. Muhammad Riyadhi Saputra 4. Raudhah Diara Putri : Muhammad Ahadi Nouvan, S.E. (Suami Rahmah Dianti Putri) : Muhammad Rasyad Rava Muhammad Najwan Ravi B. PENDIDIKAN TAHUN INSTANSI BIDANG ILMU JENJANG LULUS Universitas Administrasi Strata 3 (S-3) 2010 Pendidikan Pendidikan/Manajemen Indonesia Pendidikan Strata 2 (S-2) 1993 Universitas Kajian Ketahanan Indonesia Nasional Strata 1 (S-1) 1983 Universitas Administrasi Pendidikan Lampung Pendidikan Guru Agama 1979 PGA Negeri 6 (PGA – SMA) 1976 Tahun Pendidikan Guru Agama 1973 PGA Negeri 4 (PGA – SMP) Tahun Kotabumi Sekolah Dasar (SD) SDN Pradipo C. RIWAYAT PEKERJAAN/JABATAN NO TAHUN JABATAN

1. 2010 - Sekarang Dekan FKIP Universitas Lampung 2. 2006 – 2010 Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung 3. 2002 - 2006 Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung 4. 2000 - 2003 Anggota Senat Universitas Lampung 5. 2000 - 2003 Anggota Majelis Pendidikan Provinsi Lampung 6. 1998 - 2002 Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung 7. 1995 - 1998 Sekretaris Pusat Studi Kependudukan Universitas Lampung 8. 1988 - 1989 Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Lampung 9. 1985 - Sekarang Dosen FKIP Universitas Lampung D. JABATAN FUNGSIONAL DAN PANGKAT NO JABATAN TMT PANGKAT/ GOLONGAN 1. CPNS 1 Maret 1985 Penata Muda III/a 2. PNS 1 April 1986 Penata Muda III/a 3. ASISTEN AHLI MADYA 1 April 1986 Penata Muda Tk.I III/a 4. ASISTEN AHLI 1 November 1987 Penata Muda Tk.I III/b 5. LEKTOR MUDA 1 April 1990 Penata Muda Tk.I III/b 6. LEKTOR MADYA 1 Juli 1998 Penata III/c 7. LEKTOR KEPALA 1 April 2003 Penata Tk.I III/d 8. LEKTOR KEPALA 1 September 2006 Pembina IV/a 9. LEKTOR KEPALA 1 Oktober 2006 Pembina Tk.I IV/b 10. PROFESOR 1 Agustus 2015 Pembina Tk.I IV/b E. PENGAMPU MATA KULIAH JENJANG S1 NO PENGAMPU MATA KULIAH S1 1. Dasar-Dasar Pendidikan 2. Manajemen Pendidikan

3. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi S2 4. Manajemen Mutu Pendidikan S2 5. Pendidikan Nilai, Moral, dan Karakter Bangsa S2 6. Wawasan Pendidikan S2 7. Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan S2 F. RIWAYAT ORGANISASI: JABATAN NO TAHUN Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Pimpinan FKIP Negeri se-Indonesia 1 2015 – Sekarang Sekretaris Forum Komunikasi (Forkom) Pimpinan FKIP Negeri se-Indonesia 2 2013 – 2015 Ketua Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Lampung 3 2012 – Sekarang Ketua Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI) Lampung 4 2011 – Sekarang Anggota Dewan Penasihat PGRI Provinsi Lampung Ketua Bidang Pendidikan PW Mathla’ul Anwar Prop. 5 2011 – Sekarang Lampung 6 2011 – Sekarang Anggota Majelis Pendidikan Provinsi Lampung Pengurus ICMI Provinsi Lampung 7 2000 – 2003 Pengurus Dewan Masjid Indonesia Provinsi Lampung 8 1982 – 1983 Ketua Ikatan Alumni PGA Provinsi Lampung 9 2015 – Sekarang Ketua Himpunan Jurusan Universitas Lampung 10 2014 – Sekarang Sekretaris BPM Universitas Lampung 11 1982 – 1983 Pengurus Senat Mahasiswa Unila 12 1979 – 1983 13 1979 – 1983 G. PUBLIKASI ILMIAH Tahun Jenis Kategori 2015 Australian Journal International No Judul of Teacher (Accepted) 1 Teacher-based Scaffolding: 2015 Education Jurnal Aplikasi Nasional Teacher Professional 2014 Manajemen (JAM) Terakreditasi Development in Indonesia 2 Aplikasi Manajemen 3E dalam Journal of Internasional Pengembangan Profesionalitas Guru 3 The Implementation of Policies

No Judul Tahun Jenis Kategori in Developing Four Dimensions 2014 Education and Nasional of Teacher's Professionalism Practice Nasional Jurnal Pendidikan Nasional 4 Kemitraan Orang Tua dengan Progresif Nasional Sekolah dan Pengaruhnya Internasional terhadap Hasil Belajar Siswa 2014 Jurnal Analisis IAIN Radin Intan Nasional 5 Kepemimpinan Multidimensi Terakreditasi Kepala Madrasah dari 2014 Jurnal Paedagogia Perspektif Guru Nasional 2013 Jurnal Pendidikan 6 Refleksi Diri dan Peningkatan Progresif Nasional Profesionalisme Guru di Nasional Provinsi Lampung 2013 Asian Journal of Education Nasional 7 Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Prestasi 2006 Jurnal Pendidikan Siswa: Analisis Persepsi Guru 2006 & Pembelajaran Lintas Jenjang ISSN 1693-2463 Vol.4 8 Academic Quality Jurnal PIPS Management as a Means for Improving Institutional 2005 Jurnal Ilmu Productivity: Strategic Factors 2005 Pendidikan in Teacher Training in Jurnal Penelitian & Lampung, Indonesia Pengetahuan Sosial 9 Strategi Pelaksanaan KBK dalam Pembelajaran PKn 2005 Nuansa Pendidikan LPMP 10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Usia Sekolah Dasar tidak Bersekolah (Studi kasus di Kelurahan Kampung Baru kec. Kedaton Bandar Lampung) 11 Sosialisasi KBK dalam Perspektif ketahanan budaya Kompetensi Guru PKn Dalam 12 Pengelolaan Kelas (Research to Teacher of PKn SMU of Private Sector of All Bandar Lampung City of The Year 2004-2005) Analisis Kesulitan Guru dalam 13 Implementasi KBK di Sekolah

No Judul Tahun Jenis Kategori Dasar 2005 Nuansa Pendidikan Nasional Profil Mutu Pendidikan di 2013 LPMP 2012 Makalah Lokal 14 Provinsi Lampung 2010 Nasional Pendekatan, Strategi, Metode, 2012 Makalah Nasional 2011 Makalah Nasional 15 Teknik dan Model 2010 Prosiding Nasional Pembelajaran Prosiding Nasional 2009 16 Redesain Pembangunan Guru 2008 Publikasi Ilmiah Nasional Berkarakter 2007 Lokal 2007 Publikasi Ilmiah Lokal 17 Tata Kelola Perguruan Tinggi Lokal 18 Peran LPTK Dalam 2006 Publikasi Ilmiah Lokal Membentuk Karakter Bangsa 2001 Modul 19 Peranan Manajemen Pembelajaran Lokal 2000 Pemberdayaan Pendidikan dalam Masyarakat Nasional Membangun Karakter Bangsa Manajemen Mutu Akademik Pemberdayaan 20 Lembaga Pendidikan Tenaga Masyarakat Kependidikan Untuk Meningkatkan Produktivitas Publikasi Ilmiah Kelembagaan 21 Kemajemukan Masyarakat Publikasi Ilmiah dalam Hubungannya Dengan Ketahanan Nasional 22 Analisis kesulitan Guru Dalam Implementasi KBK di Sekolah Dasar 23 Menanamkan Cinta Tananh Air Melalui Pembelajaran di taman kanak-kanak 24 Pemberdayaan Penduduk Pedesaan Melalui Pendidikan Luar Sekolah Di Propinsi Lampung Pemberdayaan Pemuda 25 Pedesaan Melalui Kelompok Pemuda Pedesaan Produktif (KP3 di Propinsi lampung) 26 Profil Mutu Pendidikan Di Propinsi lampung. Sosialisasi KBK dalam Perspektif Ketahanan Budaya 27 Pengalaman Pribadi dari

No Judul Tahun Jenis Kategori Kolonisasi ke Transmigrasi, terbit dalam buku 90 Tahun Transmigrasi H. KEGIATAN ILMIAH Tahun Jenis 2015 Penelitian No Judul 2015 1 Pengembangan Model Scaffolding pada Program 2014 Workshop 2014 Peningkatan Kompetensi Guru 2014 Pengabdian Kepada 2 Workshop Pembelajaran Aktif dengan Model 2013 Masyarakat Scaffolding Bagi Guru-Guru SMA Di Kota Metro Workshop 2013 3 Pelatihan Manajemen Kelas dalam Konteks 2013 Penelitian Scientific Approach bagi Guru Madrasah di Kabupaten Pesawaran 2012 Pengabdian Kepada 4 Narasumber Workshop Pembelajaran Efektif di 2012 Masyarakat Sekolah Polisi Negara, Polda Lampung 2011 2010 Seminar 5 Pengembangan Model Good Governance Sekolah Nasional Dasar (SD) melalui Peningkatan Peran Komite Sekolah di Metro Penelitian 6 Pelatihan Penyusunan dan Pengembangan Pengabdian Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Sekolah Dasar Kepada Sesuai Kaidah Penilaian Kinerja Guru Masyarakat Berkelanjutan Pengabdian 7 Seminar Nasional Pendidikan \"Pengembangan Kepada Kompetensi Pendidik untuk Mengantisipasi Masyarakat Persaingan Global\", FKIP Universitas Lampung Pengabdian Kepada 8 Pengembangan Model Good Governance Sekolah Masyarakat Dasar (SD) melalui Peningkatan Peran Komite Pengabdian Sekolah di Metro 9 Peningkatan Skill Berpikir Kritis Melalui Pelatihan Manajemen Kelas dalam Konteks Students Centre Approach bagi Guru IPA SMP di Kabupaten Way Kanan 10 Pelatihan Manajemen Laboratorium IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) bagi Kepala Laboratorium SMAN Kota Bandar Lampung 11 Pelatihan Classroom Management Bagi Guru IPA Di Kabupaten Way Kanan 12 Peningkatan Kapasitas Manajemen Laboratorium

Bagi Kepala Laboratorium IPA SMA Se Kota Bandar 2010 Kepada Lampung Masyarakat 13 Seminar Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010 Seminar Menuju Peradaban Yang Unggul dan Mulia di FKIP Nasional Universitas Lambung Mangkurat - Banjarmasin, 2010 Kalimantan Selatan 2010 Seminar 14 Seminar Internasional \"Policy, Leadership, Internasional Educational Planning, and Quality Assurance\" 2010 Nyenrode Business Universiteit - Amsterdam, 2009 Seminar Belanda 2009 Internasional 15 Seminar Internasional \"Policy, Educational Planning, and Quality Assurance\" UNESCO - Paris, 2008 Seminar Perancis 2008 Internasional 16 Seminar Internasional \"in Doctoral School Summer 2007 Conference\" University of London, London – 2006 Workshop Inggris 2005 17 Workshop PPG Curriculum Development 2004 Seminar (kerjasama antara The University of Kentucky Nasional dengan Universitas Lampung) di Bandar Lampung, Workshop Lampung 18 Kemajemukan Masyarakat dalam Hubunganya Seminar Dengan Ketahanan Nasional Internasional 19 Workshop Teacher Education Program Planning and Evaluation (kerjasama antara The University Penelitian of Kentucky dengan Universitas Lampung) di Bandar Lampung, Lampung Pengabdian 20 Seminar Internasional Transmisi Keilmuan, Kepada Pemaknaan Agama dan Peran Keulamaan Buya Masyarakat Hamka di UHAMKA, Jakarta Pengabdian 21 Analisis kesulitan Guru Dalam Implementasi KBK di Kepada Sekolah Dasar Masyarakat 22 Pemberdayaan Penduduk Pedesaan Melalui Seminar Pendidikan Luar Sekolah Di Propinsi Lampung Nasional Penelitian 23 Pemberdayaan Pemuda Pedesaan Melalui Kelompok Pemuda Pedesaan Produktif (KP3 di Provinsi Lampung) 24 Manajemen Mutu Akademik Untuk Meningkatkan Produktivitas LPTK 25 Kompetensi Guru PKn Dalam Pengelolaan Kelas (Research to Teacher of PKn SMU of Private Sector of All Bandar Lampung City of The Year 2004-

2005) 26 Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru 2002 Kegiatan (SPMB) Penunjang 27 Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Program 2001 Kegiatan Diploma di Lingkungan FKIP Unila Penunjang 28 Panitia Pemilihan Dosen Teladan Tingkat Fakultas 2001 Kegiatan FKIP Penunjang 29 Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru D2 2001 Kegiatan PGTK FKIP Penunjang 30 Seminar Nasional Pengembangan FKIP Sebagai Seminar Lembaga Pendidikan Guru di Perguruan Tinggi di 2001 Nasional Surakarta. 31 Profil Mutu Pendidikan Di Propinsi lampung. 2001 Bimtek Sosialisasi KBK dalam Persfektif Ketahanan Budaya 32 Panitia Pemilihan Dosen Teladan Tingkat Fakultas 2000 Kegiatan FKIP Unila Penunjang 33 Panitia Pemilihan dosen Teladan Tingkat 2000 Kegiatan Universitas Lampung Penunjang 34 Tim Perencanaan dan Pengembangan FKIP Unila 2000 Kegiatan Tahun Anggaran Penunjang 35 Panitia Seleksi Mahasiswa Baru Program D2 Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Guru MI. di 2000 Penunjang FKIP Unila Tahun 36 (THINKTANK) Universitas Lampung 2000 Kegiatan Penunjang 37 Seminar Pengembangan Pend. Guru Taman 2000 Seminar Kanak-Kanak (PGTK) Nasional 38 Persiapan Pendirian Sekolah Menengah Umum 2000 FGD (SMU) bab/Unggulan FKIP Unila 39 Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa Bidang 1999/2000 Pelatihan Kependidikan pada FKIP Unila 40 Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa Bidang 1999/2000 Pelatihan Kependidikan pada FKIP Unila 41 Loka Karya Penataran dan Pemberdayaan Jurusan 1999 Lokakarya Akademik di Universitas Lampung. I. PENULISAN BUKU Judul Buku Jumlah Penerbit ISBN No Tahun Halaman

1 2013 Rekonstruksi Paradigma 30 Universitas ISBN: 978- Pendidikan Untuk Lampung 979-8510- Memperkuat Karakter 72-4 Bangsa Melalui Implementasi Kurikulum 2013 (Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis Universitas Lampung ke-48) 2 2013 Manajemen Mutu 110 Graha Ilmu Buku Lembaga Pendidikan Yogyakarta Referensi Tenaga Kependidikan : Teori dan Praktik ISBN : 976- Melejitkan Produktivitas 602-262- 027-3 3 2014 Good Governance di 135 Graha Ilmu Buku Sekolah : Teori dan Yogyakarta Referensi Praktik Menggairahkan Partisipasi Masyarakat ISBN : 978- 602-262- 347-2 J. PENGHARGAAN DALAM 10 TAHUN TERAKHIR (dari pemerintah atau institusi lainnya) No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun 1 Satya Lencana 20 tahun Presiden RI 2006 2 Dosen Teladan FKIP, Universitas Lampung 1997 Universitas Lampung K. KUNJUNGAN KE NEGARA LAIN: No. NAMA NEGARA 1 Amerika Serikat (USA) 2 Prancis

3 Inggris 4 Belanda 5 Brussel 6 Korea Selatan 7 Australia 8 Turki 9 Singapura 10 Malaysia 11 Vietnam 12 Saudi Arabia Bandar Lampung, November 2015 Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 002




Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook