Isi Konseling : Penulis mengajak konseli untuk berbincang-bincang seputar kegiatan di kelas. Penulis menanyakan apakah konseli senang belajar di kelasnya sekarang. Dengan suara yang pelan konseli menjawab lumayan. Penulis bertanya siapa teman dekatnya, yang suka diajak main atau cerita. Ternyata tidak ada teman yang dekat dengannya. Selain itu konseli juga tidak suka bermain dengan teman-temannya. Konseli lebih suka menyendiri dan tidak mau bergabung dengan teman-temannya. Penulis menanyakan mengapa konseli jarang bicara dan bermain dengan teman-teman. Konseli menjawab dengan pelan bahwa suaranya jelek dan kacau. Penulis menanyakan siapa yang mengatakan suara konseli jelek dan kacau, konseli hanya geleng-geleng dan tidak menjawab. Ketika penulis membuka hp untuk melihat info dari group sekolah, konseli berusaha ingin tahu. Penulis sengaja membiarkan konseli untuk mendekat karena rupanya dia tertarik dengan isi hp penulis. Kemudian dia melihat aplikasi game di hp penulis, tanpa penulis tanya, konseli langsung berkomentar tentang game tersebut. Tenyata konseli tahu banyak tentang game karena sehari-hari dia sering bermain hp di rumah. Penulis melihat konseli sudah mulai membuka diri dan tidak canggung lagi, sehingga penulis mulai menanyakan hal lain lagi seputar keluarganya. Penulis menanyakan pekerjaan orang tua konseli, konseli hanya tahu ibunya kerja di kantor yang letaknya agak jauh dari rumahnya, tetapi konseli tidak tahu nama kantor ibunya. Ketika ditanya pekerjaan ayahnya, konseli juga tidak tahu, konseli hanya tahu kalau ayahnya kerjanya menggunakan hp. Untuk itu penulis menyarankan agar konseli mencari tahu nama kantor ibunya dan pekerjaan ayahnya, sehingga muncul sikap peduli pada diri konseli tentang orang tuanya. Konseli juga mau menceritakan tentang kakaknya. Dengan suaranya yang sangat pelan dia mengatakan bahwa kakaknya sekarang sudah SMA dan masuk jurusan IPA. Dan dia mengatakan juga kalau nanti SMA, dia juga akan masuk jurusan IPA. Ketika penulis menanyakan Mengapa ingin masuk IPA. Konseli menjawab bahwa ibunya mengatakan kepada kakaknya harus masuk IPA karena kalau 45
masuk IPS biasanya jadi miskin. Penulis meluruskan kepada konseli bahwa semua jurusan baik, tidak ada hubungannya sama miskin atau kaya. Asal belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta rajin berdoa pasti hidupnya akan berhasil. Di akhir pertemuan penulis menyarankan konseli untuk ikut bermain dengan teman-teman saat istirahat. Belajar bicara dan bercerita kepada teman yang lain. Penulis meminta konseli punya teman dekat setidaknya ada satu teman yang bisa diajak dan dipercaya oleh konseli. Penulis berjanji meminjamkan permainan ular tangga kepada konseli untuk dipakai bermain bersama temannya. Dan konseli harus bertanggungjawab untuk menyimpan alat permainan itu dengan baik. Konseli menganggukkan kepala. Kendala yang dihadapi : Awalnya konseli masih takut dan bingung ketika diajak oleh penulis untuk konseling di ruang ekstra, sehingga masih berpikir lama saat menjawab pertanyaan konseling. Setelah penulis membuat suasana santai, konseli mulai lebih terbuka. Konseling II Hari,tanggal : Kamis, 8 Agustus 2019 Pukul : 12.30 – 13.45 Tempat : Ruang Perpustakaan Isi Konseling : Di awal pertemuan penulis menanyakan kabar konseli, apakah suka dengan pelajaran hari ini, konseli menjawab bahwa hari ini tidak enak karena banyak menulis. Penulis menanyakan kepada AD apakah sudah mencari tahu nama kantor ibunya, awalnya AD tidak mau menjawab, tetapi akhirnya dia mengatakan nama kantor ibunya. Ketika ditanya apakah sudah tahu tentang pekerjaan ayahnya, AD mengatakan tidak tahu, dia hanya mengatakan bahwa kantor ayahnya kotor dan dia tidak suka di situ karena kantor papanya jorok. Tanpa ditanya oleh penulis AD mengatakan bahwa waktu kelas satu dan kelas dua AD selalu dititipkan ke neneknya (ibu dari ayahnya 46
AD) tapi AD tidak suka dengan neneknya. AD bercerita kalau neneknya menciumnya maka AD akan segera mencuci mukanya atau mengelapnya. Ibu AD juga melarang AD untuk tidak makan makanan di rumah neneknya. Ketika penulis menanyakan mengapa tidak boleh makan makanan di tempat nenek katanya neneknya ada roh setannya. Penulis menangkap bahwa keluarga neneknya masih belum percaya Tuhan Yesus sehingga seringkali ada makanan sesaji yang di taruh dan ibunya melarang AD untuk makan makanan tersebut. Penulis menanyakan apakah AD rajin ke gereja, AD menjawab kalau dia sering ke gereja bersama orang tuanya dan kakaknya. Kadang ia di suruh orang tuanya ikut sekolah minggu, sementara orang tuanya mengikuti kebaktian. Tetapi AD tidak suka ikut sekolah minggu karena mengantuk saat sekolah minggu. Alasaannya mengantuk karena tidurnya terlalu malam karena main game. AD bukan termasuk anak yang peduli sekitar, ketika penulis menanyakan gereja tempat dia bersekolah minggu, AD mengatakan tidak tahu nama gerejanya dan tempatnya di mana. Penulis menanyakan AD lebih sayang ibu atau ayahnya, AD menjawab dia lebih sayang ibunya karena ibunya lebih kaya dan punya banyak uang. Sedangkan ayahnya miskin dan kadang ayahnya minta uang ibunya. Penulis menanyakan kegiatan AD dan keluarganya di rumah. AD mengatakan kalau ibunya tidak pernah masak karena ibunya tidak bisa masak. Pagi hari ayahnya akan membeli makanan untuk sarapan mereka, siang hari AD membawa uang untuk membeli makanan di sekolah, malam hari mereka akan memesan makanan lewat gofood atau ayahnya akan membeli makanan di luar. Siang hari ada pembantu yang datang hanya untuk mencuci, setrika, dan membersihkan rumah. Sepulang dari sekolah AD akan dijemput oleh sopir ibunya menuju kantor ibunya kemudian dia les pelajaran dekat kantor ibunya, kemudian pulang ke rumah bersama ibu dan kakaknya. Sampai di rumah AD akan bermain game di hp-nya atau nonton TV. Ibunya biasanya akan tidur atau melanjutkan pekerjaan kantornya sampai malam di rumah. Kadang- 47
kadang AD akan bermain game bersama ayahnya. Sementara kakaknya bermain hp sendiri di kamarnya. Penulis kembali mengingatkan kepada konseli untuk selalu menghormati orang tuanya, termasuk ayah dan keluarga neneknya. AD harus menyayangi mereka, karena mereka adalah bagian dari keluarga AD. Tidak boleh menghina mereka karena mereka miskin. Penulis mengingatkan supaya AD mengurangi bermain game di HP-nya karena menurut penulis, konseli sudah berlebihan dalam bermain game dan bahkan sudah mempengaruhi pikirannya. Menutup pertemuan penulis mengingatkan agar konseli berusaha untuk mengajak bicara paling tidak satu orang temannya, berani berbicara dengan suara yang lebih lantang, dan ikut bermain dengan teman yang lain saat istirahat. Kendala yang dihadapi : Suara konseli yang terlalu kecil sehingga kadang penulis tidak bisa mendengar jelas saat konseli bicara. Ketika konseli bercerita terkadang susah dimengerti, penulis harus mengurai sedikit-sedikit ceritanya untuk memperjelas yang disampaikan oleh konseli. Konseling III Hari,tanggal : Senin. 12 Agustus 2019 Pukul : 12.30 – 12.30 Tempat : Ruang Ekstra SDK Isi Konseling : Pada pertemuan ini penulis mengajak konseli (AD) berbincang- bincang tentang kegiatan sehari-harinya di rumah. Ketika ditanya tentang kegiatan sehari-harinya, AD menjawab bahwa setiap pagi konseli akan diantar ke sekolah oleh ibu atau ayahnya. Kemudian jam setengah tiga dari sekolah dijemput oleh sopir atau karyawan ibunya menuju kantor ibunya. Sampai di sana dia akan les di tempat les dekat kantor ibunya. Lalu kembali ke kantor ibunya, lalu pulang ke rumah bersama ibu dan kakaknya yang sekolahnya kebetulan dekat dengan kantor ibunya. 48
Saat ditanya apa yang dilakukan setelah sampai di rumah, AD menjelaskan bahwa dia akan mainan sendiri karena ibunya akan sibuk lagi di kamar, dan kakaknya juga sibuk sendiri. Dia jarang bicara dengan ibunya atau kakaknya. Namun kalau besoknya AD ada ulangan, ibunya kadang membantu AD untuk persiapan ulangan dengan cara menebaki AD dengan materi-materi ulangannya. Kata AD di rumah dia juga tidak pernah main dengan tetangganya. Katanya tetangga di sekitar rumahnya tidak ada yang anak kecil. Jadi dia tidak pernah bermain ke luar rumah. Dan kata AD dia tidak mau punya teman. Dia lebih suka nonton video dari you tube. Dia juga pingin buat video you tube tapi belum berhasil. Ketika penulis tanya apakah ada video yang sudah dibuat dan bisa ditunjukkan ke penulis dengan cara di share ke penulis, AD mengatakan kalau videonya belum jadi. Kadang penulis menangkap bahwa AD bicaranya sesuka hatinya. Penulis menangkap kesan bahwa sebenarnya AD butuh teman untuk diajak bicara, tapi dia tidak tahu bagaimana harus memulai untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan apa yang harus dibicarakan. Tanpa ditanya AD langsung cerita tentang game yang dia suka mainkan. Ketika ditanya kapan dia main game, AD menjawab kalau tidak ada ulangan dia main game, bahkan terkadang main game sampai malam. Saat ditanya apa cita-citanya dia menjawab ingin menjadi you tuber. Dia menanyakan ke penulis apakah you tuber bisa kaya. Penulis menjawab kalau jadi you tuber harus kreatif, pandai bicara, dan banyak teman, supaya yang di upload bagus dan banyak yang nonton, semakin banyak yang nonton semakin terkenal dan bisa jadi kaya. Penulis memakai kesempatan ini untuk menasehati AD, apapun pekerjaan seseorang butuh berkomunikasi dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri tetapi butuh berteman dan pertolongan orang lain. Jadi AD harus punya teman dan membiasakan diri untuk berbicara dengan orang lain untuk bisa menyampaikan perasaan kita, keinginan kita, dan menyampaikan pesan kepada orang lain. Penulis meminta kepada AD untuk mau bicara dengan teman sebangkunya atau satu teman yang dia ingin untuk ajak bicara, penulis juga minta AD untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat istirahat. 49
Kendala yang dihadapi : AD kadang tidak bicara yang sebenarnya. Ketika dia tidak mau menjawab pertanyaan, maka dia akan menjawab bahwa dia tidak tahu. Terkadang AD hanya menjawab dengan gelengan dan anggukan kepala, sehingga penulis selalu mengingatkan agar AD mengeluarkan suaranya untukmenjawab pertanyaan. Konseling IV Hari,tanggal : Kamis, 15 Agustus 2019 Pukul : 12.30 – 13.30 Tempat : Ruang Olimpiade SDK Isi Konseling : Hari ini penulis menjemput konseli di ruang kelasnya. Saat sebagian besar teman-temannya bermain di luar ruang karena memang sedang jam istirahat, konseli masih duduk di dalam kelas untuk menyelesaikan tugas menyalin jawaban dari papan tulis. Sepertinya AD ketinggalan menyalin karena dia agak lama dalam menulis dan memang dia juga tidak suka menulis. Penulis lalu membawa AD keluar dan meminta teman-temannya untuk mengajak AD bermain. Teman-teman AD semangat menjajaknya bermain tetapi sekali lagi AD susah diajak main, dia masih berdiam diri dan tidak beranjak, padahal teman-temannya sudah lari berkejar- kejaran. Sekali lagi penulis meminta salah satu teman yang sangat disukai AD untuk mengajak AD bermain. Dengan agak canggung, ragu- ragu, dan malu AD mau bergabung, dia mulai memperhatikan teman- temannya bermain, tetapi masih terlihat menahan diri untuk ikut kejar- kejaran dengan temannya. Setelah bergabung dengan teman-temannya, penulis mengajak AD untuk berbincang-bincang di ruang olimpiade. Penulis menanyakan kepada AD apakah sudah melakukan janjinya untuk bicara dengan salah seorang teman, ternyata hari ini, dari pagi sampai jam setengah satu siang, AD sama sekali tidak bicara dengan temannya. 50
Penulis lalu mengajak AD untuk bermain ular tangga. Dalam permainan kadang melihat ketidakjujuran dari AD, saat berhitung seharusnya dia berhenti di bagian kepala ular dan harus turun ke ekor, tetapi dia menghitungnya sering dikurangi satu sehingga berhenti disebelum kepala ular. Penulis memberi contoh bahwa ketika harus berhenti dikepala ular itu seru sekali, karena harus turun dan harus semangat kembali untuk maju lagi. AD mulai bisa lebih jujur dalam permainan ini. Dari permainan ular tangga itu penulis mengajak AD untuk mengambil suatu pelajaran. Penulis mengatakan kepada AD bahwa : i. Punya teman itu asyik dan menyenangkan, bisa bermain bersama, bisa bermain, bisa cerita-cerita, dan melakukan banyak hal ii. Permainan itu butuh kejujuran, karena kejujuran membuat suasana hati jadi lebih damai dan tenang, iii. Dalam hidup ini ada kegagalan dan keberhasilan. Kalau gagal tidak boleh marah, tidak boleh menyerah, harus tetap semangat dan tetap berusaha. Kalau berhasil tidak boleh sombong dan mengejek yang kalah. iv. Dalam hidup ada yang miskin dan yang kaya. Yang miskin tidak boleh mengeluh, tetapi harus tekun berusaha, rajin bekerja supaya tidak berkekurangan. Kalau kaya tidak boleh sombong dan mengejek yang miskin, tidak boleh pelit, tetapi harus mau menolong sesama yang membutuhkan. Di akhir pertemuan penulis mengingatkan kepada AD untuk mau menyapa guru atau teman, mengajak bicara teman sebangku, dan mau bergabung dengan teman yang lain untuk bermain bersama. Kendala yang dihadapi : Harus terus memancing konseli untuk bicara dan bercerita. Konseli suaranya terlalu pelan sehingga saat menjawab tidak terdengar, sehingga penulis minta konseli untuk mengulang kembali jawabannya. Selain itu tidak ada kendala yang berarti, Konseling V 51
Hari,tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019 Pukul : 12.30 – 13.30 Tempat : Ruang Olimpiade SDK Isi Konseling : Penulis kembali menjemput AD di kelasnya untuk konseli. Saat penulis masuk di kelasnya, murid-murid sedang beristirahat. Penulis tidak melihat AD di tempat duduknya, ternyata AD ada di kerumunan teman-temannya yang sedang membahas sesuatu. Meskipun AD hanya diam dan mengamati, bagi penulis itu suatu kemajuan karena AD mau ikut dalam kerumunan itu. Saat AD melihat penulis masuk kelas, dia segera mendekati penulis. Beberapa temannya juga menyapa penulis dan mengajak cerita penulis tentang mainan yang baru saja mereka beli dari bazar sekolah. Penulis mencoba memancing AD untuk buka suara dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar mainan yang dibeli temannya. AD mulai ikut bicara meskipun hanya kalimat pendek dan suaranya sangat pelan seperti orang berbisik. Penulis mengajak AD ke ruang olimpiade untuk kembali berbincang-bincang. Penulis menanyakan kepada AD apakah hari ini sudah mengajak bicara atau bermain temannya. AD menjawab kalau dia sudah mengajak temannya bicara tentang game. Penulis sengaja berbicara kepada konseli dengan suasana santai dan selalu mengarahkan konseli pada pentingnya hidup pertemanan dan berkomunikasi dengan orang lain. Target penulis adalah menolong konseli untuk bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya, berkomunikasi dengan orang-orang yang ditemuinya tanpa rasa malu dan takut. Penulis berharap bahwa konseli bisa mengubah pikirannya yang selama ini selalu bilang tidak mau punya teman karena menurutnya teman akan membuatnya jadi bodoh, dia merasa tidak berguna berteman karena bisa bermain lewat game. Pada pertemuan ini konseli mulai banyak bicara, dia menanyakan banyak hal, tentang apakah nanti akan ada acara camp (menginap di sekolah bersama teman-teman) lagi. Ketika penulis tanya apakah dia 52
suka acara camp, ternyata dia menjawab bahwa dia suka acara camp itu. Dia juga menanyakan apakah nanti kalau masuk SMA akan ada kakak kelas yang memarahi (ospek), apakah ada kegiatan chear leader, jurusan IPA ada tidak. Ternyata semua yang dia tanyakan itu berhubungan dengan kakaknya, karena tahun ajaran ini kakaknya baru saja masuk SMA. Konseli selalu mengikuti pembicaraan kakak perempuan dan ibunya tentang kegiatan kakaknya di SMA, dan pembicaraan itu diingat oleh konseli. Pemahaman konseli tentang kaya dan miskin juga tidak jelas, dari percakapannya dia tidak suka kalau kulitnya jadi hitam, karena kalau hitam itu seperti orang miskin. Dia tidak suka rambut berwarna hitam, sehingga dia mau ubah warna rambutnya. Ternyata ketika penulis menanyakan warna rambut ibu dan kakaknya juga tidak hitam karena sudah di semir warna. Sepertinya konseli selalu terinspirasi oleh perkataan dan aktivitas ibu dan kakaknya. Penulis kembali mengarahkan pembicaraan bahwa AD harus mengerti bahwa berteman itu penting dan memberi manfaat, seperti saling menolong, bisa diajak bercerita, bermain bersama, bekerja sama, dan saling mendoakan. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. AD tidak boleh takut masa depan, tidak boleh menghina orang miskin, kalau mau jadi orang berhasil harus rajin belajar dan bekerja, dan juga harus punya banyak teman. Di akhir pertemuan penulis kembali mengingatkan AD untuk mengajak teman sebangkunya bicara dan bergabung dengan teman lain saat istirahat. Berani berbicara dan menyampaikan pendapatnya saat sedang berdiskusi dengan kelompok belajarnya. Kendala yang dihadapi : Tidak ada kendala yang berarti. Penulis harus lebih konsisten dan terus- menerus untuk mendorong konseli mau berkomunikasi dan bergabung teman-temannya. Konseling VI Hari,tanggal : Senin, 26 Agustus 2019 53
Pukul : 12.30 – 13.30 Tempat : Ruang Olimpiade Isi Konseling : Pada pertemuan ini penulis mengawali dengan menanyakan kondisi konseli (AD). AD hanya diam saja. Penulis menanyakan apakah dari pagi sampai setengah satu siang ini AD sudah berbicara dengan salah satu temannya, AD menjawab belum. Penulis mengingatkan kembali kepada AD bahwa kemarin AD sudah berjanji kepada penulis bahwa dia akan berbicara dengan temannya, minimal satu orang. Penulis menanyakan alasan AD tidak mau bicara kepada temannya, dan AD pun menjawab bahwa dia tidak suka berteman. Penulis kembali dari awal menanyakan alasan AD tidak suka berteman. AD tidak langsung menjawab, setelah agak lama baru AD menjawab bahwa ia tidak suka berteman karena mereka nakal. Menurut penulis itu bukan alasan utama AD tidak mau berteman. AD pun bertanya kepada penulis apakah teman sekelasnya ada yang naik motor. Penulis-pun menanyakan mengapa AD bertanya demikian, menurut AD kalau orang yang naik motor itu adalah orang miskin. Dan kelihatannya dia selalu menilai segala sesuatu dan membandingkan antara orang kaya dan miskin menurut ukuran dia. Selama pembicaraan AD lebih banyak bertanya, sementara ketika ditanya oleh penulis dia tidak langsung menjawab, terkadang dia menjawab lupa atau tidak tahu, dan langsung bertanya. Penulis menasehati kalau AD mau bertanya maka harus gantian AD harus menjawab pertanyaan penulis dulu baru nanti kalau AD bertanya maka penulis juga akan menjawab. Tanpa ditanya AD mengatakan kalau dia suka berteman dengan teman dari luar negeri karena dia tidak pandai berbahasa Indonesia. Dia merasa bahwa dia sekarang pandai berbahasa Inggris. Ketika penulis tanya apakah dia les bahasa Inggris, dia menjawab tidak. Dia mengatakan kalau dia bisa bahasa Inggris sendiri karena sering menonton video dari you tube. Saat ditanya tentang cita-citanya, AD mengatakan ingin menjadi you tuber. Dia ingin membuat video dan membuat game. Dia 54
menanyakan tentang Attha Halilintar, AD bertanya apakah Athha Halilintar kaya. Penulis menjawab bahwa Attha sangat kaya karena dia you tubers yang banyak follower dan viewers-nya. Attha bisa berhasil menjadi you tuber karena dia punya banyak teman dan suka bicara. Kemudian penulis menasehati AD kalau AD mau jadi you tuber AD harus punya banyak teman dan banyak bicara dengan banyak orang. AD menanyakan apakah nanti di kelas enam ada acara camp, penulis menjawab nanti kelas enam ada friendship camp menginap dua hari tiga malam. Langsung AD bertanya lagi menginapnya di hotel apa? Hotelnya bintang berapa? Kamarnya bagus atau tidak? Tempat tidurnya besar atau kecil? Sepertinya AD juga selalu ingin menunjukkan bahwa dia maunya yang bagus-bagus. Dia bercerita waktu liburan kemarin menginap di hotel yang mahal. Ketika penulis menanyakan nama hotelnya, AD menjawab lagi tidak tahu. Penulis kemudian menasehati agar AD belajar untuk peduli pada sekitar, belajar mengingat-ngingat sesuatu yang penting, spesial, yang tidak biasa. Tetapi malah AD mengatakan spontan bahwa ia tidak punya brain jadi tidak bisa ingat. Dan penulis tahu bahwa AD asal menjawab, dan sengaja bercanda tapi tanpa ekspresi. Penulis menanyakan kembali aktivitas AD di rumah, dia bercerita bahwa dia lebih sering bermain HP, dia juga jarang berbicara sama ibu, ayah, ataupun kakak perempuannya karena masing-masing punya kegiatan sendiri-sendiri. Kadang AD lebih sering mendengar percakapan ibu dan kakaknya. Percakapan itu kadang justru terekam oleh AD, padahal terkadang AD tidak mengerti maksud pembicaraan mereka, tapi AD menganggap perkataan ibu dan kakaknya itu berlaku juga untuk dirinya, dan itu menimbulkan kesan pada AD. Di akhir pertemuan penulis kembali bahwa AD harus belajar berteman karena teman itu penting buat hidup manusia. Teman dekat itu yang akan menolong saat kita mengalami kesulitan, butuh teman untuk mendengarkan cerita, untuk menghibur kita, menguatkan kita, dan teman bermain. Kendala yang dihadapi : 55
Penulis harus selalu membuat konseli fokus pada pertanyaan yang diajukan, dan tidak bertanya dulu sebelum menjawab pertanyaan. Penulis memberi semangat dan mengingatkan kepada konseli untuk berkomunikasi dengan teman, meskipun hanya sebentar namun harus dilakukan setiap hari, supaya menjadi suatu kebiasaan penulis. 56
BAB IV PENUTUP 4.1. Hasil Pelayanan Konseling di Rumah Pemulihan Efata Penulis mendapat pengalaman yang luar biasa melalui kesempatan praktek di Rumah Pemulihan Efata Salatiga. Pengalaman pertama sekaligus pengalaman yang sangat berkesan bagi penulis bisa berada di sebuah rumah pemulihan, yang sebelumnya tidak pernah penulis bayangkan. Pertama kali masuk di Rumah Pemulihan Efata, penulis merasa antusias, ada rasa ingin tahu dan penasaran, meskipun ada juga rasa takut dan bingung untuk merespon segala sesuatu yang bisa saja terjadi selama ada di dalam RPE. Beruntungnya penulis tidak sendiri ketika berkunjung di RPE, ada beberapa teman yang bersama penulis, membuat penulis lebih berani dan lebih merasa nyaman. Setelah memasuki RPE, penulis mulai mengamati situasi sekitar RPE, penulis melihat beberapa pasien yang sedang melakukan aktivitas masing- masing. Beberapa pasien menatap kami, dan penulispun berusaha untuk menyapa mereka dan menebarkan senyum. Dalam perjalanan menuju ke kantor RPE, kami diikuti oleh seorang pasien yang merengek minta kami mengantar mereka pulang ke rumahnya. Pasien itupun membujuk kami untuk menelponkan keluarganya agar dijemput pulang. Kami tidak langsung menanggapi karena kami takut salah, kami menjawab dengan ramah bahwa kami harus ke kantor dulu, dan akan berbicara nanti setelah dari kantor. Sesampai di kantor penulis mendapat banyak masukan biodata pasien yang tinggal di RPE. Dan penulis harus memilih satu dari sejumlah pasien dalam RPE untuk menjadi obyek dari tugas praktik pelayanan konseling. Berdasarkan biodata yang penulis baca dan tambahan dari pengurus RPE, penulis mendapatkan banyak sekali tambahan pengetahuan dan wasasan tentang berbagai jenis gangguan perilaku. Hal ini semakin menguatkan apa yang sudah penulis dapatkan dalam mata kuliah psikologi konseling dan mata kuliah lainnya. Beberapa kali pertemuan konseling dengan konseli di RPE membuat penulis menyadari betapa hebatnya Tuhan yang sudah menciptakan manusia 56
dengan hati dan pikirannya yang tidak mudah terselami. Hanya Tuhan yang tahu isi hati dan pikiran manusia. Betapa istimewa dan berharganya manusia ciptaan Tuhan. Dan ketika manusia yang segambar dan serupa dengan Allah itu mengalami masalah maka perlu ditolong agar kembali menemukan citra dirinya dan bisa bersosialisasi lagi sesuai kodratnya, menjadi manusia seutuhnya. Penulis menyadari pentingnya rumah pemulihan bagi para pasien yang mengalami gangguan perilaku. Pasien yang tinggal di rumah pemulihan mendapat perawatan dan pendampingan secara teratur baik secara medis ataupun terapi. Pengenalan lebih akan Tuhan melalui aktivitas kerohanian yang diadakan oleh RPE juga semakin membuat para pasien bisa segera dipulihkan. 4.2. Hasil Pelayanan Konseling di SD Kristen Tri Tunggal Selama melakukan praktek pelayanan konseling di SD Kristen Tri Tunggal, penulis mendapatkan banyak pengalaman. Beberapa hal yang penulis dapatkan antara lain adalah : 1. Ternyata ada beberapa siswa yang memiliki masalah dalam perilaku dan butuh untuk ditolong. 2. Guru harus peka dalam melihat kondisi siswa yang memiliki perilaku tidak seperti siswa pada umumnya. 3. Siswa-siswa yang memiliki masalah dalam perilaku bisa disebabkan oleh berbagai faktor. 4. Siswa yang memiliki masalah perilaku ini biasanya akan berdampak pada emosi mereka, prestasi belajarnya, maupun kemampuan bersosialisasinya. 5. Siswa yang memiliki masalah ini perlu segera ditolong agar tidak semakin parah dan semakin sulit untuk proses pemulihannya. 6. Diperlukan kasih dan kesungguhan hati untuk membantu siswa bermasalah tersebut bisa dikonseling dan dipulihkan. 4.3. Manfaat Praktik Pelayanan Konseling Adapun manfaat yang penulis dapatkan melalui praktik pelayanan konseling ini adalah : 57
1. Penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan melalui perkuliahan. 2. Penulis semakin menyadari betapa hebat dan luar biasanya manusia ciptaan Tuhan. 3. Penulis belajar menghargai bahwa semua manusia ciptaan Tuhan adalah istimewa, butuh kasih sayang, butuh perhatian, dan butuh penghargaan. 4. Penulis mulai betapa rumitnya perasaan dan pikiran seseorang, sehingga kita harus menjaga perasaan dan pikiran orang lain. 5. Penulis semakin menyadari bahwa Allah sungguh luar biasa, Dia Maha Kuasa dan mampu melakukan segala perkara. 6. Penulis belajar mengamati berbagai macam gangguan kejiwaan yang dialami oleh seseorang. 7. Penulis belajar bagaimana menghadapi dan memperlakukan orang- orang yang sedang menderita gangguan kejiwaan atau gangguan perilaku. 8. Penulis belajar untuk membantu orang-orang yang sedang bermasalah dengan perilakunya untuk bisa memiliki perilaku yang lebih baik. 9. Penulis mendapatkan banyak pengalaman baru dan semakin bertambah wawasan dalam bidang pastoral konseling. 4.4. Saran dan Rekomendasi untuk Rumah Pemulihan Efata Menurut penulis pelayanan pihak Rumah Pemulihan Efata sudah cukup bagus, penulis sangat setuju proses pemulihan (terapi) terhadap para pasien dengan mneyenyuh kehidupan rohani setiap pasien. Melalui aktivitas kerohanian, seperti renungan pagi, doa bersama, ibadah bersama, dan persekutuan, pasien yang tinggal di dalam Rumah Pemulihan Efata bertumbuh iman mereka, semakin merasakan kasih Tuhan, dan semakin mengerti kehendak Tuhan dalam hidup mereka. Pasien juga memiliki kebiasaan baik menjadi rajin membaca Firman Tuhan dan rajin berdoa. Saran dan rekomendasi penulis untuk Rumah pemulihan Efata adalah : 58
1. Pendampingan dari hati ke hati terhadap pasien semakin ditingkatkan dan tetap menegakkan kedisiplinan dan tata tertib atau aturan yag berlaku di RPE. 2. Memberi kesempatan pasien untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan banyak orang melalui kegiatan-kegiatan dalam RPE maupun di luar RPE sehingga mereka bisa belajar untuk membawakan diri dengan baik dan wajar dalam kehidupan bersama sebagai makhluk sosial. 4.5. Saran dan Rekomendasi untuk SD TT Menurut penulis guru-guru di SD TT cukup peka dalam melihat perkembangan perilaku siswa. Guru juga sudah mencoba bekerja sama dengan orang tua siswa dengan memberitahukan kondisi siswa. Namun terkadang orang tua kurang meresponnya dengan baik, bahkan tidak suka atau tidak mau mengakui kenyataan yang terjadi pada anaknya. Ketika disarankan untuk konsultasi dengan ahli-pun, orang tua tidak segera menindaklanjuti, karena merasa anaknya tidak bermasalah dan tidak perlu berkonsultasi. Saran dan rekomendasi penulis untuk SD TT adalah : 1. Psikolog sekolah terus memantau perkembangan siswa yang bermasalah dengan perkembangan perilaku. 2. Guru kelas dapat meluangkan waktu secara teratur mendampingi siswa yang bermasalah untuk bisa berperilaku seperti siswa pada umumnya. 3. Agar guru kelas bisa fokus pada kelas, sekolah bisa menunjuk guru atau staf yang berkompeten untuk bisa membantu siswa menemukan permasalahannya. 4. Sekolah lebih tegas meminta orang tua untuk menindaklanjuti saran yang diberikan oleh sekolah karena kalau tidak segera ditindaklanjuti kondisi si anak akan semakin sulit untuk diubah, dan beresiko tinggi. 59
60
` DAFTAR PUSTAKA 1. Amar Suteja, Learn and Share About Everything, Jurnal : Masalah pada Anak Autis , Rabu, 8 May 2013 . 2. Anantasari, S.Psi., M.Si., Menyikapi Perilaku Agresif Anak, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2006. 3. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009. 4. Baharuddin dan E. Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran , Yogyakarta : Ar-Rush Media, 2007. 5. Danim Sudarmawan, Khiril, Psikologi Pendidikan, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2010. 6. Dosen Psikologi.com, Autisme pada Anak-Gejala-Perawatan, Jurnal, September 2017. 7. Jeffrey, Spencer and Beverly, Psikologi Abnormal, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2002. 8. Mochlis Solichin, Psikologi Belajar, Surabaya : Pena Salsabila, 2013. 9. Rochelle Semmel Albin, Emosi-Bagaimana Mengenal, Menerima, dan Mengarahkannya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1986. 60
Hal : Permohonan ijin Praktek Pelayanan Konseling Lampiran : Proposal Kepada Yth. Waket 5/Kaprodi Pastoral Konseling Pascasarjana S2 STEFA Pdt. Dr. David Wibisono di Salatiga Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Mahasiswa Program Pasca Sarjana Pastoral Konseling STEFA Nama : Yayuk Lestari NIM : 18.213.103.2.061 Mengajukan permohonan untuk melaksanakan Praktek Pelayanan Konseling untuk memenuhi tugas dan persyaratan dari mata kuliah PPK (Praktek Pelayanan Konseling) dari program studi yang diwajibkan. Adapun waktu pelaksanaan praktek adalah bulan April 2019 sampai Mei 2019. Demikian permohonan kami. Atas perhatian dan persetujuannya, kami ucapkan terima kasih. Semarang, 20 Maret 2019 Hormat saya, Yayuk Lestari
Hal : Permohonan ijin Praktek Pelayanan Konseling Lampiran : Proposal Kepada Yth. Kepala SD Kristen Tri Tunggal Ibu Arta Fransiska di Semarang Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Pastoral Konseling STEFA Salatiga Nama : Yayuk Lestari NIM : 18.213.103.2.061 Mengajukan permohonan untuk melaksanakan Praktik Pelayanan Konseling untuk memenuhi tugas dan persyaratan dari mata kuliah PPK (Praktek Pelayanan Konseling) dari program studi yang diwajibkan. Adapun waktu pelaksanaan praktek adalah bulan Juli sampai Agustus 2019. Demikian permohonan kami. Atas perhatian dan persetujuannya, kami ucapkan terima kasih. Semarang, 20 Juni 2019 Hormat saya, Yayuk Lestari
Search