MODUL PEMBELAJARAN Menganalisis Struktur Keruangan Desa Dan Kota, Interaksi Desa dan Kota, serta Kaitannya dengan Usaha Pemerataan Pembangunan Jenjang SMA/MA Kelas XII Oleh: Nurhidaya Dakris,S.Pd NIP: 19870708 201505 2 00 1 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMA NEGERI 1 LONG PAHANGAI TAHUN 2021
PENGESAHAN Pengembangan diri dalam bentuk karya inovasi berupa modul pembelajaran dengan judul menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan kelas XII di SMA Negeri 1 Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur Oleh Nurhidaya Dakris,S.Pd NIP:19870708 201505 2001 Dibuat untuk digunakan dalam proses pembelajaran pada kelas XII di SMA Negeri1 Long Pahangai Telah disetujui dan disahkan pada/oleh Hari : Senin Tanggal : Juli 2021 Kepala SMA Negeri 1 Long Pahangai Sutrisna S.Pd NIP: 19740331 200212 1 004
DAFTAR ISI COVER PENGESAHAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PETA KONSEP PENDAHULUAN A. Identitas Modul B. Kompetensi Dasar C. Tujuan Pembelajaran D. Deskripsi Singkat Materi E. Petunjukpenggunaan Modul RANGKUMAN EVALUASI DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala petunjuk dan berkahnya sehingga Modul Pembelajaran ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari kata sempurna. Laa ‘ilma Lanaa illa Maa “allamtanaa Ucapan terima kasih penulis juga haturkan ke semua pihak yang telah membantu dalam penyususuna modul ini,baik secara langsung maupun tidak langsung Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam penyusunan modul ini,masih jauh dari kata sempurna,untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan,sebelum dan sesudahnya diucapkan terima kasih. Harapan penulis Modul ini dapat berguna maksimal dalam proses pembejaran khususnya untuk kelas XII tingkat SMA/SMK. Mahakam Ulu, Januari 2021 Penulis
PETA KONSEP KARATERISTIK KLASIFIKASI DESA STRUKTUR PERMASALAHAN Pola keruangan desa kota INTERAKSI POLA FAKTOR DAMPAK KOTA USAHA PEMERATAAN KARATERISTIK KLASIFIKASI STRUKTUR PERMASALAHAN
A. Identitas Modul PENADAHULUAN Mata Pelajaran Kelas/Semester : Geografi Alokasi/Waktu : XII/Ganjil Materi Pembelajaran : 12 X 45 menit ( 3 Pertemuan) : DESA KOTA B. Kompetensi Dasar 3.1.Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan. 4.1. Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan/atau diagram C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu Menganalisis struktur keruangan desa dan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya dengan usaha pemerataan pembangunan serta mampu Membuat makalah tentang usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan/atau diagram D. Deskripsi Singkat Materi Modul ini dibuat untuk membantu peserta didik dalam mempelajari Desa Kota beserta interaksi antar keduanya,bagaimana struktur desa dan kota itu serta perkembangan keduanya yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Diharapkan setelah mempelajari modul ini peserta didik memiliki pemgetahuan terkait dengan desa kota sehingga dapat memberikan peran terhadap pembangunan Negara kita Indonesia.
Petunjuk Penggunaan Modul 1. Berdoalah terlebih dahulu sebleum memulai pelajaran 2. Bacalah petunjuk kegiatan pembelajaran yang ada pada modul 3. Baca dengan cermat tiap materi yang dijabarkan 4. Tandai setiap kata – kata yang dianggap sulit 5. Kerjakan soal latihan yang ada pada pada modul ini 6. Perbanyak sumber belajar dari berbagai sumber 7. Cocokan jawaban kalian dengan kunci jawaban
STRUKTUR DAN POLA KERUANGAN DESA A. PENGERTIAN DESA Desa memiliki banyak sebutan di masyarakat di Indonesia. Di daerah Sunda, desa kerap disebut dengan kampung. Sementara, di Madura desa disebut dengan kanpong. Lalu, di Aceh desa dikenal dengan nama gampong dan di Padang disebut dengan nagari. Selain penyebutannya yang beragam, para ahli juga mendefinisikan desa dengan beragam pengertian. Dalam bukunya yang berjudul “Desa” (1953)Sutardjo Kartohadikusumo mendefisinikan desa sebagai suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Dalam buku berjudul “Desa-Kota dan Permasalahannya” (1983), Bintarto, Mantan Guru Besar Fakultas Geografi UGM, menyebut bahwa desa adalah sebuah perwujudan geografis (wilayah) yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, politik, dan kultural dalam hubungan dan pengaruh timbal baliknya dengan daerah-daerah lain di sekitarnya. Selain dua pengertian tersebut, definisi desa juga disebutkan dalam “Encyclopaedia Britannica” (2015). Dalam buku disebutkan, desa didefinisikan sebagai komunitas yang tidak terlalu padat penduduk, dengan kegiatan ekonomi utama berupa produksi pangan dan bahan-bahan mentah. Sementara itu, menurut Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Desa memliki ciri ciri seperti: Menurut Soerjono Soekanto berikut ini ciri-ciri wilayah pedesaan: 1. Proses sosialnya berjalan lambat 2. Sifat gotong royong masih kuat 3. Tingkat pendidikannya relatif rendah 4. Golongan orang-orang tua kampung umumnya memegang peranan penting 5. Masyarakanya masih memegang norma-nomra agama secara kuat 6. Warga masyarakatnya memiliki hubungan kekerabatan erat karena berasal dari satu keturunan 7. Corak kehidupannya bersifat paguyuban 8. Struktur ekonominya agraris 9. Cara bertaninya sebagian besar masih tradisional
Menurut Rouceck dan Warren berikut ini ciri-ciri masyarakat pedesaan: 1. Hubungan masyarakat bersifat kekeluargaan 2. Mobilitas penduduk rendah, baik mobilitas horizontal (perpindahan tempat) dan mobilitas sosial (status sosial) 3. Keluarga di pedesaan yang masih tradisional memiliki banyak fungsi, khususnya sebagai unit ekonomi 4. Kelompok penduduk yang bermata pencaharian utama di daerah tertentu dan mempunyai peran yang cukup besar 5. Komunikasi keluarga terjadi secara langsung, mendalam, dan informal 6. Suatu kelompok dibentuk berdasarkan faktor geografis UNSUR – UNSUR DESA 1. Penduduk Penduduk yang dimaksud adalah kualitas dan kuantitasnya. Kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, dan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran.Sedangkan kuantitas penduduk meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan, kepadatan, persebaram, mobiltias, dan sebagainya 2. Perilaku Meliputi pola tata kehidupan atau kelakuan, tata pergaulan masyarakat desa, adat istiadat, dan norma-nomra yang berlaku di daerah tersebut. Perilaku masyarakat desa ditunjukkan oleh adanya ikatan antarwarga yang sangat erat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya sikap gotong-royong yang mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi 3. Wilayah Wilayah merupakan tempat bagi manusia untuk bisa melakukan berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Adanya perbedaan kondisi fisik antarwilayah menyebabkan terjadinya perbedaan perkembangan wilayah.Misalnya daerah yang relatif datar dan terletak di dekat perkotaan akan berkembang lebih cepat daripada daerah pegunungan.
POTENSI DESA 1) Potensi Fisik a) Iklim Pada ketinggian tertentu suatu desa menjadi maju karena kecocokan iklimnya bagi pengembangan tanaman dan pemanfaatan tertentu. Seperti perkebunan, pertanian sayur, tempat rekreasi, tempat peristirahatan, dan sebagainya. b) Flora dan Fauna Di desa masih banyak lahan yang dikembangkan untuk usaha pertanian. Berbagai tanaman pangan dan hewan ternak banyak dibudidayakan di pedesaan. c) Lahan Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman, tetapi juga sebagai sumber bahan tambang dan mineral. Lahan memiliki jenis tanah yang menjadi media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis tanah aluvial cocok bagi tanaman padi, jagung, dan kacang. Pada lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi bahan tambang seperti batu bara, batu kapur, pasir kuarsa, batu marmer, dan sebagainya. d) Air. Pada umumnya desa memiliki potensi air yang bersih dan melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau mata air. Air digunakan untuk keperluan minum, irigasi, mencuci, memasak, dan keperluan lainnya. 2) Potensi Non Fisik a. Lembaga dan Organisasi Sosia Yaitu lembaga pendidikan dan organisasi sosial yang dapat memberikan bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat. Contoh: Koperasi Unit Desa, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan sebagainya. b. Aparatur atau Pamong Desa Aparatur bertugas menjaga kelancara administrasi desa dan menggerakkan sumber daya manusia di desa. Contoh: kepala desa, kepala adat, dan sebagainya c. Masyarakat Desa Masyarakat desa yang hidup gotong royong merupakan suatu kekuatan berproduksi atau kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling pengertian. E. KLASIFIKASI DESA a. Berdasarkan Luas Wilayah 1. Desa terpencil, yaitu desa yang luasnya kurang dari 2 km2 2. Desa kecil, yaitu desa yang luasnya 2-4 km2 3. Desa sedang, yaitu desa yang luasnya 4-6 km2 4. Desa besar, yaitu desa yang luasnya 6-8 km2 5. Desa terbesar, yaitu desa yang luasnya 8-10 km2 b. Berdasarkan Jumlah Penduduk 1. Desa terkecil, yaitu desa yang jumlah penduduknya kurang dari 800 jiwa 2. Desa kecil, yaitu desa yang jumlah penduduknya 800-1.600 jiwa 3. Desa sedang, yaitu desa yang jumlah penduduknya 1.600-2.400 jiwa
4. Desa besar, yaitu desa yang jumlah penduduknya 2.400-3.200 jiwa 5. Desa terbesar, yaitu desa yang jumlah penduduknya lebih dari 3.200 jiwa c. Berdasarkan Kepadatan Penduduk 1. Desa terkecil, yaitu desa yang kepadatan penduduknya kurang dari 100 jiwa/km2 2. Desa kecil, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 100-500 jiwa/km2 3. Desa sedang, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 500-1.500 jiwa/km2 4. Desa besar, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 1.500-3.000 jiwa/km2 5. Desa terbesar, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 3.000-4.500 jiwa/km2 d. Berdasarkan Perkembangan Masyarakat 1. Desa Swadaya Ciri-ciri desa swadaya, antara lain: ➢ Tergantung pada adat istiadat dan budaya setempat ➢ Ekonomi masyarakatnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ➢ Sebagian besar mata pencaharian sebagai petani ➢ Produktivitas rendah ➢ Lembaga-lembaga sosial belum berfungsi sebagaimana mestinya ➢ Administrasi desa belum terlaksana dengan baik ➢ Belum mampu mandiri ➢ Tingkat pendidikan rendah ➢ Penduduknya jarang 2. Desa Swakarya Ciri-ciri desa swakarya, antara lain: ❖ Mata pencaharian beranekaragam dan tidak tergantung hanya pada sektor pertanian ❖ Lembaga-lembaga sosial mulai berfungsi sebagaimana mestinya ❖ Tingkat pendidikan dan kesehatan cukup tinggi ❖ Pola pikir mulai berubah (terbuka)
❖ Administrasi pemerintahan desa terlaksana dengan baik ❖ Mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri ❖ Mulai mendapat pengaruh dari luar 3. Desa Swasembada Ciri-ciri desa swasembada, antara lain: ✓ Masyarakatnya mulai lepas dari adat istiadat dan tradisi ✓ Tingkat pendidikan dan keterampilan sudah tinggi ✓ Mata pencaharian penduduk sebagaian besar di bidang jasa dan perdagangan ✓ Sarana dan prasarana lengkap ✓ Administrasi desa terlaksana dengan baik ✓ Mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada ✓ Lembaga-lembaga sosial berfungsi sebagaimana mestinya dan mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan ✓ Teknologi mulai digunakan ✓ Masyarakatnya mulai maju e. Berdasarkan Mata Pencaharian Masyarakat 1. Desa nelayan, yaitu desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan 2. Desa industri, yaitu desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pekerja di bidang industri 3. Desa pertanian, yaitu desa yang sebagaian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani
STRUKTUR DAN POLA DESA Struktur dan Pola Ruang Penggunaan Lahan Desa a. Berdasarkan lahan desa/ letak geografis 1) Desa pedalaman Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat. 2) Desa Pegunungan Desa Terdapat di daerah pegunungan, Pemusatan tersebut didorong kegotong royongan penduduknya. 3) Desa Dataran Tinggi Desa yang berada di daerah pegunungan. 4) Desa Dataran Rendah Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian. 5) Desa Pesisir/ Pantai Desa yang berada di daerah pantai yang landai b. Berdasarkan pola pemukiman Menurut Soekandar Wiriaatmadja, pola pemukiman desa dibagi menjadi 1) Pola Permukiman Menyebar Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian,orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal didalam lahan mereka. 2) Pola Permukiman Memanjang Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing-masing.
3) Pola Permukiman Berkumpul Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung. 4) Pola Permukiman Melingkar Bentuk pemukiman dimana rumah-rumah penduduk melingkar mengikutitepi jalan, sedangkan tanah pertain annya berada di belakangnya. c. Berdasarkan kegiatan ekonomi 1) Desa Pesisir/Nelayan (DNL) Desa pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari dan atau lainnya yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau desa pulau) dengan corak kehidupan masyarakatnya, baik tergantung maupun tidak tergantung pada potensi laut. 2) Desa Persawahan (DPS) Desa yang bila sebagian besar penduduknya tergantung dari usaha persawahan. 3) Desa Perladangan (DPL) Desa yang bila bagian terbesar penduduknya hidup tergantung dari usaha pertanian ladang (palawija/padi gogo/hortikultural) 4) Desa Perkebunan (DRS) Desa yang bila sebagian besar penduduknya hidup tergantung kepada usaha perkebunan (karet, kelapasawit, cengkeh, dll) 5) Desa Peternakan (DPT) Desa yang merupakan desa dimana penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai peternak. 6) Desa Perdagangan (DJP) Desa dimana orang-orang dari berbagai jurusan dapat bertemu satu dengan yang lain untuk menjual dan membeli barang-barang yang dihasikan masyarakat sehingga terjadilah pasar. 7) Desa Pertambangan (DPG) Desa yang tumbuh di dekat wilayah yang menghasilkan hasil-hasil pertambangan.
8) Desa Industri Kecil dan kerajinan (DIK) Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil kerajinan. 9) Desa Industri Sedang dan Besar (DIB) Desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri sedang dan besar. B. PERMASALAHAN DESA. Desa merupakan wilayah yang penting bagi kota. Apabila wilayah desa mengalami masalah kaitannya dengan produk pertanian, perkebunan dan perikanan akan berpengaruh pada wilayah kota. Oleh karena itu berbagai permasalahan yang ada di desa harus diselesaikan supaya pembangunan desa maupun kota dapat berjalan lancar. a) Permasalahan di Desa 1) Kaitannya dengan Kondisi Geografis Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan merupakan potensi sekaligus masalah yang harus dihadapi bersama. Misalnya distribusi penduduk yang tidak merata menyulitkan proses pembangunan. Sebagian besar desa yang tertinggal berada di lokasi berbukit dan terpencil seperti pulau- pulau yang jauh dari pusat pemerintahan. 2) Kaitannya dengan Kondisi Masyarakat Kemampuan penduduk desa dalam memenuhi hidupnya sangat bervariasi,ada mampu memenuhi dan ada yang kurang mampu. Permasalahan tersebut seperti kurang gizi, distribusi tidak merata, penduduk jarang,fasilitas pendidikan dan kesehatan rendah, dan kesadaran masyarakat yang minim. 3) Kaitannya dengan Pemerintahan dan Kelembagaan Dari pemerintah desa, kabupaten maupun provinsi belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini ditambah dengna belum maksimalnya koordinasi pelayanan pemerintah dari pemerintahan terkecil sampai pusat. Dengan demikian, perencaaan pembangunan kurang maksimal, kebijakan yang diambil sulit diterapkan sehingga pembangunan terganggu.
b) Upaya Pembangunan Desa Upaya pemerintah dalam mengembangkan desa adalah sebagai berikut. 1) Menempatkan penduduk desa dalam kedudukan sebagai warga desa yang sebenarnya, artinya dalam pembangunan tidak membedakan antara penduduk desa dengna penduduk kota. Semua penduduk merupakan sama sebagai warga negara Indonesia yang harus dilindungi dari aspek apapun 2) Menguasakan supaya corak kehdiupan penduduk desa dapat meningkat 3) Mengusahakan supaya penduduk desa dapat lebih kreatif, inovatif, dinamis, dan fleksibel dalam menghadapi tantangan yang ada. Dengan demikian penduduk lebih semangat dalam melakukan pembangunan. STRUKTUR DAN POLA KERUANGAN KOTA A. Pengertian Kota ✓ Menurut UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. ✓ Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun 1980 Kota terdiri dari 2 bagian. Pertama, kota sebagai sebuah wadah yang punya batasan administrasi, sebagaimana diatur dalam perundang- undangan. Kedua, kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang punya ciri nonagraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan, serta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan permukiman. ✓ Louis Wirth “Kota merupakan pemukiman yang relatif besar, permanen, dan padat. Kota adalah pemukiman yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen atau beragam kedudukan sosialnya ✓ Bintarto ”Bintarto mengatakan bahwa kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi, struktur sosial ekonomi heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Faktor Pembentuk Kota Ada dua faktor yang bisa menjadi pembentuk kota, yakni faktor fisik dan faktor nonfisik. • Faktor fisik letak yang strategis, topografi halus, tanah subur, iklim mendukung, SDA seperti pertanian, perkebunan, tambang, dan keindahan alam. • Faktor nonfisik kondisi penduduk, fasilitas sosial, pusat pelayanan, pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat industri, dan lainnya
CIRI CIRI KOTA Secara garis besar, menurut Bintarto ciri kota dikelompokkan menjadi dua, yaitu ciri fisik dan ciri sosial. a. Ciri fisik 1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket. 2) Tempat parkir yang memadai. 3) Tempat rekreasi dan olahraga. 4) Alun-alun. 5) Gedung-gedung pemerintahan b. Ciri-Ciri Sosial 1) Masyarakatnya heterogen. 2) Bersifat individualistis dan materialistis. 3) Mata pencaharian nonagraris. 4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar). 5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin. 6) Norma-norma agama tidak begitu ketat. 7) Pandangan hidup lebih rasional. 8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas. Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut: a. Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. b. Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya. c. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan. d. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. e. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi. f. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar. g. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam berinteraksi. Ciri Masyarakat Kota a. Egois. Tumbuhnya sikap egois disebabkan karena adanya pengaruh individualis sehingga melahirkan persaingan antar warga. b. Memiliki pekerjaan yang beraneka ragam. Pekerjaan masyarakat kota pada umumnya bergerak di bidang jasa dan perdagangan. c. Masyarakat kota berfungsi sebagai agent of change (agen perubahan) karena pola pikir masyarakat kota terbuka dalam menerima budaya pengaruh dari luar. d. Kehidupan keagamaan masyarakat kota sudah berkurang karena kesibukan kerja, masyarakat menjadi materialistis, memiliki kontrol sosial rendah, dan emosi keagamaan berkurang. e. Kota memiliki kesempatan kerja yang luas. Pekerjaan di kota meliputi pekerjaan formal dan non formal dengan berbagai bidang kehidupan yang ada. f. Penduduk kota tidak mengenal gotong-royong dalam menyelesaikan
permasalahan seperti halnya warga desa. g. Kehidupan penduduk kota bersifat glamour (mewah) karena masyarakat kota memiliki banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. h. Antar masyarakat kota terdapat kesenjangan sosial tinggi. Perbedaan antara kaya dan miskin sangat mencolok dan memberi status sosial bagi masyarakat. i. Penduduk kota umumnya memiliki tingkat pendidikan tinggi karena kesadaran untuk memenuhi kualifikasi lapangan pekerjaan yang tersedia. j. Sebagian besar masyarakat kota bekerja di bidang industri. Tidak terdapat pekerjaan bidang agraris di wilayah kota. Pola Keruangan Kota Kota berkembang membentuk pola tertentu. Pola kota tersebut di antaranya adalah: a. Pola sentralisasi Merupakan pola dimana kota pola persebaran kegiatan kota yang cenderung mengelompok pada satu wilayah utama. b. Pola desentralisasi Merupakan pola persebaran yang cenderung menjauhi pusat atau inti kota. c. Pola nukleasi Merupakan pola persebaran kegiatan kota yang menyerupai pola sentralisasi, tetapi skala ukuran lebih kecil. Inti kegiatan perkotaan berada di daerah utama d. Pola segresi Merupakan pola persebaran kota yang terpisah-pisah berdasarkan keadaan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya
Struktur Keruangan Kota a. Teori Konsentris, kota dibagi menjadi 5 zona yaitu 1) Daerah pusat kegiatan (central business district) Merupakan pusat kehidupan soaial, ekonomi, budaya, dan politik sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Jaringan transportasi semuanya memusat ke zona ini, sehingga zona ini memiliki aksesibilitas yang tinggi. 2) Zona peralihan (transition zone) Zone pada lapisan ini banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah, para migran yang datang dari desa, sehingga kawasan ini berkembang sebagai kawasan sesak atau slum area. 3) Daerah tempat tinggal para pekerja (zones of Working men’s home) Perumahan pada zone ini pada umumnya lebih baik serta sudah mulai teratur. Kebanyakan penghuninya adalah bekas penghuni zona kedua sebagai pekerja pabrik, buruh dan lain sebagainya. 4) Daerah tempat tinggal kelas menengah (zone of middle class dwellers) Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang profesional, pemilik sendiri, pengusaha, para pegawai dsb. Perumahan penduduknya terdiri dari rumah-rumah pribadi, rumah bangsa rendah dan terdapat pusat perniagaan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga setempat. 5) Daerah tempat tinggal para penglaju (zone of commuters) Merupakan bagian terluar dari suatu kota dan merupakan kawasan perumahan mewah. Pada lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang mempunyai kendaraan pribadi yang mampu berulang alik ke tempat kerja di pusat kota, zona ini berkembang sebagai kawasan subur da nada yang berkembang sebagai
kota-kota satelit, tergantung waktu dan luas dan aktivitas penduduknya. Gambar: b. Teori Ketinggian Bangunan Teori ketinggian bangunan diusulkan oleh Bergell (1955). Bergell berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan. Variabel ini menjadi perhatian bagi negara maju, karena berkaitan dengan hak setiap orang menikmati sinar matahari dari tempat tertentu. Pada teori konsentris menekankan bahwa kota merupakan perwujudan dua dimensi secara horizontal saja. Sementara ketinggian bangunan diabaikan. Hubungan ketinggian bangunan dengan penggunaan lahan sebaiknya diperhatikan dalam merumuskan pola penggunaan lahan yang akan datang sehingga kesemrawutan kota dapat dihindari. c.Teori Sektor Munculnya ide mempertimbangkan variabel sektor pertama kali dikemukakan oleh Yot (1939). Teori sektor membagi wilayah menjadi lima, yaitu sebagai berikut. 1) Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan budaya. 2) Zone of wholesale light manufacturing terdiri atas industri kecil dan perdagangan. 3) Zona permukiman kelas rendah merupakan tempat tinggal bagi pekerja industri di kota dengan penghasilan rendah. 4) Zona permukiman kelas menengah merupakan daerah yang ditinggali oleh penduduk dengan penghasilan tinggi. 5) Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan atas
Gambar: d. Teori Inti Ganda atau Pusat Kegiatan Banyak Teori inti ganda dikembangkan pertama kali ole C.D. Harris dan F.L.Ullmann (1945). Mereka beranggapan bahwa struktur ruang kota tidka tumbuh dalam ekspresi keruangan yang hanya ada satu pusat kegiatan saja. Namun,terbentuk secar terus-menerus sehingga terhadap beberapa pusat kegiatan baru yang terpisah.Pada teori inti ganda struktur ruang kota tidak ada urutan-urutan yang teratur, tidak seperti teori konsentris yang tertata rapi. Kondisi ini menyebabkan adanya beberapa inti kota dalam suatu wilayah perkotaan, misalnya kompleks pemerintahan, pelabuhan, kompleks kegiatan ekonomi (pasar dan mall), dan sebagainya. Struktur ruang kota menurut teori inti ganda adalah sebagai berikut. 1) Pusat kota atau CBD 2) Kawasan niaga dan industri ringan 3) Kawasan murbawisma atau permukiman kualitas rendah 4) Kawasan madyawisma atau permukiman kualitas sedang. 5) Kawasan adwisma atau tempat tingga kualitas tinggi 6) Pusat industri berat 7) Pusat niaga atau perbelanjaan lain di pinggir kota 8) Upakota (Suburban) kawasan industri.
INTERAKSI DESA DAN KOTA DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN Seiring perkembangan zaman, interaksi desa dan kota menjadi hal biasa yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat dunia. Tingginya permintaan dan penawaran antar masyarakat menjadi salah satu faktor pendorong interaksi desa dan kota. Fenomena ini muncul seiring dengan keterkaitan desa dan kota dari berbagai hal, antara lain arus orang, barang dan jasa. Menurut pakar Geografi Indonesia, Bintarto, interaksi merupakan kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau masalah baru. Masalah baru ini juga ditemukan pada pola interaksi desa dan kota. Saat ini desa dan kota menjadi bagian sistem kehidupan yang saling berhubungan satu sama lain. Contohnya kita amati misalnya pada kasus ini: Ada sebuah desa dengan sarana dan prasarana yang buruk, segala aktivitas terbatas, sehingga berpengaruh pada produktivitas masyarakat. Sementara masyarakat desa sering mendengar kabar bahwa kota besar memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk mencari peruntungan. Kota juga dianggap sebagai tanah impian yang menyajikan peluang dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Persepsi ini kemudian tumbuh di masyarakat, yang pada akhirnya kota dianggap memiliki daya tarik ekonomi yang tinggi, sehingga menimbulkan gejala urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Contoh kasus lainnya adalah gejala ruralisasi. Fenomena perpindahan penduduk dari kota ke desa ini semakin sering terjadi belakangan ini. Penyebab utamanya adalah rasa jenuh masyarakat perkotaan terhadap kondisi kota yang semakin tidak layak huni.Polusi udara, kemacetan, pencemaran lingkungan hingga kriminalitas yang tinggi menjadi salah satu hal ruralisasi. Harga lahan perkotaan yang mahal juga turut mendorong keinginan masyarakat kota untuk kembali tinggal di desa. Dampak Interaksi Penduduk Desa dan Kota Dari fenomena di atas, kamu tentu sudah menebak jika interaksi yang terjadi antara desa dan kota akan menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif. Berikut merupakan dampak yang umum terjadi: Dampak Positif Interaksi Desa Kota • Terjadinya urbanisasi membuat kota menerima pasokan tenaga kerja dari desa. • Tersedianya pasokan bahan pangan yang memadai seperti beras, sayuran, buah-buahan hingga hewan ternak dari desa ke kota. • Meningkatnya pendapatan daerah akibat banyaknya penduduk yang pindah ke kota.
• Terjadinya ruralisasi penduduk kota yang memberikan lapangan pekerjaan di desa. • Tingkat pendidikan kesehatan masyarakat desa mulai membaik karena adanya ruralisasi. • Terjadi peningkatan ekonomi desa dari transaksi jual beli dengan penduduk kota. • Pembangunan desa yang semakin maju karena dihuni penduduk kota. • Adaptasi teknologi dan informasi yang semakin berkembang di desa Dampak Negatif Interaksi Desa Kota Selain dampak positif terdapat beberapa dampak negatif diantaranya: • Banyaknya pemukiman kumuh di pinggiran kota karena urbanisasi yang terlalu tinggi. • Lahan semakin sempit dan kemacetan tidak terhindarkan. • Polusi udara semakin meningkat. • Potensi kriminalitas semakin tinggi. • Minimnya tenaga produktif di desa akibat urbanisasi. • Modernisasi yang terlalu bebas merusak tatanan kehidupan tradisional masyarakat desa. • Berkurangnya lahan produktif yang dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman penduduk kota
RANGKUMAN
EVALUASI SOAL PILIHAN GANDA. 1. Berikut ini ciri-ciri yang melekat pada kehidupan masyarakat desa, kecuali .... a. Bersifat agraris b. Hubungan kekerabatan sangat erat c. Mata pencaharian relatif homogen d. Kelompok masyarakat terbentuk atas faktor kesamaan geografis e. Bersifat materialistis 2. Dibawah ini yang termasuk potensi fisik desa adalah .... a. Kepala desa b. Lembaga Keamanan Desa c. Gotong Royong d. Adat Istiadat e. Hewan ternak 3. Fungsi dari desa adalah sebagai daerah penyokong di sekitarnya atau sering disebut juga dengan istilah .... a. Hinterland b. Boulevard c. Linked in d. Urbanisasi e. Landuse
4. Desa yang masih sangat tradisional dan kehidupan masyarakatnya sangat bergantung dengan alam dinamakan desa .... a. Swakarya b. Swasembada c. Waisya d. Swadaya e. Linier 5. Pola desa memanjang (linier) biasanya mengikuti objek berikut, kecuali .... a. Rel kereta b. Jalan c. Sungai d. Pantai e. Hutan 7. Salah satu kota di Indonesia yang berkembang dari daerah perkebunan adalah .... a. Jakarta b. Yogyakarta c. Surabaya d. Banjarmasin e. Bandung
8. Desa yang merupakan transisi antara desa tradisional dan maju disebut desa .... a. Swadaya b. Swakarsa c. Swasembada d. Inpres e. Hinterland 9. Manakah diantara faktor berikut yang merupakan faktor pendorong urbanisasi? a. Lapangan kerja luas b. Adat istiadat tidak ketat c. Banyak sarana hiburan d. Upah kerja yang kecil e. Gaya hidup yang bebas 10. Teori inti ganda dikemukakan oleh .... a. Christaller b. Haris Ullman c. Hoyt d. Burgess e. Bintarto
SOAL ESSAY 1. Jelaskan 3 perkembangan desa beserta cirinya! 2. Sebutkan dampak positif dan negatif urbanisasi bagi desa! 3. Mengapa petani di desa Indonesia masih banyak yang miskin! 4. Jelaskan ciri fisik dan sosial dari kota! 5. Lengkapi zona ruang kota menurut teori di bawah ini!
LEMBAR PENILAIAN SIKAP DIRI SENDIRI ( INDIVIDU) Pedoman Penskoran: Skor 100/A jika Selalu Skor 75/B jika Sering Skor 50/C jika Jarang Skor 25/D tidak pernah
DAFTAR PUSTAKA Yasinto Sindhu (2006).Geografi untuk SMA/SMK kelas XIIJakarta.Erlangga https://www.sekolahmuonline.com diakses 2022. https://www.zenius.net/blog/mitigasi-bencana-geografi-kelas-11.2022 Bing.Picture.2022
Search
Read the Text Version
- 1 - 31
Pages: