Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc.

Published by satriamadangkara, 2021-08-30 23:23:04

Description: 27 Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc.

Search

Read the Text Version

PENGELOLAAN GULMA DAN HERBISIDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN SECARA BERKELANJUTAN Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma dan Herbisida Fakultas Pertanian Universitas Lampung 14 Oktober 2010 Penerbit Universitas Lampung Bandar Lampung 2010

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI: KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. PENGELOLAAN GULMA DAN HERBISIDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN SECARA BERKELANJUTAN Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung 2010, vii, 80 hlm, 16 x 21 cm ISBN 978-602-8616-52-2 Copy right pada penulis Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak isi buku ini dengan Cara apapun tanpa ijin tertulis dari penulis Computer Lay out : Dedi Priyanto, S.I.Kom. Design Cover : Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.Si. Penerbit Universitas Lampung Bandar Lampung 2010

PENGELOLAAN GULMA DAN HERBISIDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN SECARA BERKELANJUTAN Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma dan Herbisida Fakultas Pertanian Universitas Lampung 14 Oktober 2010 Penerbit Universitas Lampung Bandar Lampung 2010

For my husband If there were no words, no way to speak, I would still hear you If there were no tears, no way to feel inside, I’d still feel for you And even if the sun refuses to shine Even if romance run out of rhymes You would still have my heart until the end of time (My Valentine, Martina Mc Bridges)

PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr. wb., keselamatan dan kesejahteraan semoga menyertai kita semua pada hari ini. Yang saya hormati: 1. Ketua dan anggota Dewan Penyantun Universitas Lampung 2. Rektor Universitas Lampung beserta para pembantu rektor 3. Para pimpinan fakultas, program pascasarjana, biro, lembaga, dan UPT di lingkungan Universitas Lampung 4. Para guru besar dan anggota senat Universitas Lampung 5. Rekan-rekan dosen, mahasiswa, dan alumni 6. Ibu-ibu pimpinan dan anggota Dharma Wanita Universitas Lampung 7. Para undangan sipil dan militer serta hadirin lain yang terhormat Sungguh karena ijin dan kasih sayang Allah yang luar biasalah saya bisa berdiri di sini di depan Bapak Ibu sekalian untuk menyampaikan pidato ilmiah pada acara pengukuhan guru besar ini. Pada hari ini, saya lihat banyak sekali mereka yang sangat besar artinya bagi saya hadir pada acara ini: teman sejawat, sahabat, dosen, alumni, murid, keluarga, dan tetangga, yang selama ini telah memberikan bantuan dan dorongan, maupun menjadi inspirasi saya untuk berkarya. Kehadiran bapak/ibu dan rekan semua adalah suatu kehormatan bagi saya. Terimakasih atas hadirnya, semoga membawa manfaat dan menyambung silaturahim kita semua. Bapak/ibu/hadirin sekalian, pada kesempatan ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan pidato ilmiah berjudul ”Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan”. Bidang pengelolaan gulma dan herbisida adalah bidang yang telah secara konsisten saya tekuni dari ketika saya penelitian untuk S1, S2, S3, maupun melalui berbagai penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat selama saya mengabdi di Universitas Lampung. Dampak dari keberadaan gulma sering tidak kita fahami, baik dampak ekonomis maupun dampaknya terhadap lingkungan. Pengelolaan gulma yang bijak juga sering diabaikan dan hanya mengandalkan kebiasaan yang ada tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang mungkin terjadi, khususnya terhadap kualitas dan keberlanjutan produktivitas lahan pertanian. Saya berharap pidato singkat ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana cara mengelola gulma dan herbisida dengan bijak sehingga dapat menjaga bahkan meningkatkan produktivitas lahan pertanian secara berkelanjutan, tanpa mengabaikan kesejahteraan bagi pelaku utama sektor pertanian, yaitu para petani. Terimakasih atas waktu dan kesabaran bapak/ibu/hadirin semuanya. Semoga bermanfaat. Bandar Lampung, 14 Oktober 2010. Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc.

DAFTAR ISI PRAKATA I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 II. GULMA DALAM AGROEKOSISTEM 3 Definisi Gulma ............................................................................. 4 Peran Gulma dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem 6 Hubungan Gulma dengan Organisme Pengganggu Tanaman Lain III. DAMPAK GULMA TERHADAP KEPENTINGAN MANUSIA DAN PRODUKTIVITAS LAHAN 7 Kerugian yang Ditimbulkan oleh Gulma ..................................... 10 Keuntungan Adanya Gulma ....................................................... IV. UPAYA PENGELOLAAN GULMA 11 Pengelolaan Gulma dalam Budidaya Tanaman .......................... 12 Metode Pengendalian Gulma ..................................................... 17 Pemanfaatan Gulma: Upaya Lain Pengelolaan Gulma ............... V. PERAN HERBISIDA DALAM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN Herbisida dalam Ekosistem ........................................................ 19 Bioassay Sebagai Metode untuk Mendeteksi Herbisida ............... 20 Pengelolaan Penggunaan Herbisida ............................................ 21 VI. PENUTUP ................................................................................... 24 VII. DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 25 LAMPIRAN UNGKAPAN TERIMAKASIH ...................................................................... RIWAYAT HIDUP .................................................................................

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan PENGELOLAAN GULMA DAN HERBISIDA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN SECARA BERKELANJUTAN Oleh Nanik Sriyani Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar dalam bidang Pengelolaan Gulma dan Herbisida Fakultas Pertanian Universitas Lampung 14 Oktober 2010 I. PENDAHULUAN ”The history of weeds is the history of man” (J. D. Anderson, 1954) Gulma dan pengelolaannya telah menjadi bagian sangat penting dari kegiatan pertanian sejak manusia beralih dari budaya pengumpul dan perladangan berpindah ke budaya menanam dan memanen (Harlan, 1975). Pada saat manusia mulai menanan dan memanen, atau dengan kata lain, melakukan kegiatan budidaya pertanian, maka saat itulah manusia mulai menggolongkan jenis tumbuhan di lahannya ke dalam dua kelompok: tumbuhan yang sengaja ditanam dan tumbuhan lain yang ditemui tetapi tidak sengaja ditanam. Kelompok tumbuhan yang pertama disebut dengan tanaman sedangkan kelompok yang kedua, tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya, disebut dengan gulma. Dari sinilah konsep gulma lahir, konsep yang berpusat pada pandangan dan kepentingan manusia atau disebut sebagai konsep antropogenik (Radosevich, 1977). Ribuan juta dolar atau ratusan triliun rupiah dihabiskan setiap tahunnya untuk mengendalikan gulma di seluruh dunia, baik untuk pembayaran tenaga kerja, pembelian alat pengendalian, maupun untuk pembelian herbisida. Di Amerika Serikat, sekitar 6.500 juta dolar AS (atau kira-kira 260 triliun rupiah) telah dihabiskan untuk pembelian herbisida pada tahun 2001 (US EPA, 2009), sedangkan di Inggris angka tersebut mencapai lebih dari 250 juta dolar AS (kira-kira 2,5 triliun rupiah) pada tahun 1990 (Adkins, 1997). Di Indonesia, pengeluaran untuk pembelian herbisida mencapai lebih dari 99 juta Euro atau kira-kira 1,4 triliun rupiah pada tahun Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 1 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan 2006 (CropLife Asia, 2007). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa gulma menempati kedudukan penting dalam budidaya tanaman sehingga banyak sumber daya yang harus dicurahkan untuk pengendaliannya. Jika kita bersedia mengeluarkan biaya begitu tinggi untuk mengendalikan gulma, pasti karena gulma menyebabkan kerugian ekonomi yang jauh lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Kerugian tersebut belum termasuk kerugian lain yang sulit dihitung nilai rupiahnya seperti masalah lingkungan, kesehatan, dan keindahan. Tujuan dari pengendalian gulma yang utama adalah untuk mencegah turunnya produksi tanaman. Namun demikian, langkah atau metode yang dipergunakan sering mendapat sorotan publik terkait isu degradasi lingkungan, khususnya erosi tanah, polusi lingkungan karena residu herbisida, serta isu kesehatan dan keamanan manusia, ternak, dan satwa liar. Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru dalam perbaikan sistem budidaya tanaman dengan memasukkan peubah sustainability atau keberlanjutan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan. Terkait dengan pengelolaan gulma, isu keberlanjutan memunculkan pendekatan baru mengenai kedudukan gulma ekologis dalam suatu agroekosistem. Keberadaan gulma tidak hanya dipandang dari sudut kepentingan manusia, khususnya produksi tanaman, tetapi juga dipandang sebagai salah satu elemen penting penjaga keseimbangan ekologis. Studi mengenai penilaian resiko gulma (weed risk assessment) berkembang sangat pesat secara eksponensial dalam dua dekade terakhir ini, ketika kita mulai menyadari bahwa gulma, sebagai bagian terbesar tumbuhan asing invasif, mempunyai kemampuan untuk menimbulkan dampak ekologis yang sama seriusnya dengan dampak ekonomis yang ditimbulkan (Rejmanek, 2001). Keberlanjutan dalam produksi pertanian mempunyai 3 mandat, yaitu mandat ekonomis, lingkungan, dan sosial (Cuperus dkk., 2004). Agar sistem pertanian dapat berkelanjutan (sustainable), syarat berikut juga harus dipenuhi: sumberdaya tanah tidak boleh terdegradasi melalui erosi, salinasi, atau kontaminasi oleh bahan beracun, sumberdaya air harus dikelola dengan baik, sistem produksi harus menguntungkan secara ekonomi, dan harapan sosial harus terpenuhi (Benbrook, 1990). Dengan demikian, jika bidang pengelolaan gulma ingin berperan dalam upaya menjaga keberlanjutan sistem Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 2 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan produksi pertanian, diperlukan cara pandang dan inovasi baru dalam pengelolaan, pengendalian, atau pemanfaatan gulma. Cara pandang dan inovasi baru tersebut diharapkan dapat menjaga kualitas lingkungan sebagai salah satu persyaratan bagi keberlanjutan dan peningkatan produktivitas lahan pertanian. II. GULMA DALAM AGROEKOSISTEM ”In the beginning there were no weeds” (A. S. Crafts, 1974) Definisi Gulma Gulma sering didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak diinginkan, salah tempat, tidak diketahui manfaatnya, atau tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan. Definisi gulma ini sudah sejak lama dianut oleh para pelaku pertanian dan mencerminkan subyektivitas dari manusia, sehingga tergantung dari latar belakang dan kepentingan manusia, definisi gulma ini bisa sangat beragam. Radosevich dkk. (1997) menyebut pandangan seperti ini sebagai antropogenik, yaitu pandangan yang berpusat pada manusia. Bridges (1999) menyebutkan pandangan ini sebagai perspektif sosial dari gulma, sehingga tumbuhan yang dianggap gulma bagi sekelompok manusia, mungkin adalah tanaman penting bagi sekelompok manusia yang lain. Weed Science Society of America (WSSA) juga mendefinisikan gulma sebagai semua tumbuhan yang tidak diinginkan atau mengganggu kegiatan atau kepentingan manusia. Kelompok yang lain mendefinisikan gulma dari perspektif ekologi, sehingga gulma sering dipandang sebagai tumbuhan pionir, pengoloni lahan, atau tumbuhan yang oportunistik (mengambil keuntungan dari keadaan yang ada). Suatu tumbuhan, baru akan disebut gulma apabila populasinya sudah melampaui level tertentu sehingga perlu diperhatikan (Crawley, 1997). Selain dua kelompok di atas, terdapat kelompok lain yang mencoba mengompromikan dua pandangan tersebut, yang diwakili oleh Navas (1991) dan Ross dan Lembi (2008). Navas mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang mampu mengembangkan populasinya sehingga dapat masuk dalam habitat budidaya tanaman yang diganggu atau dikuasai oleh manusia dan Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 3 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan mempunyai potensi untuk menurunkan atau menggantikan populasi tumbuhan yang sengaja dibudidayakan atau secara ekologis atau estetika tumbuhan tersebut memang diinginkan. Sementara itu Ross dan Lembi (2008) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai daya saing (kompetisi) tinggi, persisten, merugikan, dan merusak, sehingga mengganggu kegiatan manusia, dan sebagai akibatnya manusia berkepentingan untuk mengendalikannya. Pandangan ini menggabungkan pandangan gulma sebagai bagian dari ekosistem, termasuk ekosistem dalam lahan budidaya, tetapi juga melihat gulma dari kepentingan manusia. Dari semua pandangan di atas akhirnya dapat disimpulkan bahwa suatu tumbuhan tertentu baru akan menjadi gulma pada kondisi spesifik sesuai kepentingan manusia. Suatu tumbuhan dapat menjadi gulma atau bukan gulma tergantung di mana dan dalam kondisi apa tumbuhan tersebut tumbuh. Pengelompokan suatu tumbuhan sebagai gulma dilakukan berdasarkan persepsi dan kepentingan manusia, sehingga suatu spesies tumbuhan tertentu tidak dapat selalu dianggap sebagai gulma, karena perannya yang berbeda dalam kondisi dan budaya yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, maka keputusan untuk menyatakan bahwa suatu tumbuhan adalah gulma atau tidak bisa sangat kompleks (Booth dkk., 2003). Peran Gulma dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem Komposisi spesies suatu komunitas tumbuhan akan berubah dengan berlalunya waktu, suatu proses yang disebut suksesi. Tahapan akhir suksesi disebut dengan klimaks yang saat itu komunitas tumbuhan mempunyai komposisi spesies yang konstan (Radosevich dkk., 1997). Secara alami gulma merupakan bagian dari ekosistem, keberadaannya merupakan bagian dari proses suksesi komunitas tumbuhan. Suksesi gulma umumnya juga merupakan indikator status kesuburan tanah suatu area. Jika suatu area terganggu, baik karena aktivitas manusia seperti budidaya tanaman, penebangan hutan, atau karena penyebab alami seperti kebakaran atau kekeringan yang panjang, maka komunitas tumbuhan akan mengalami suksesi, yang sering digolongkan sebagai suksesi sekunder. Sebagai contoh, Sajise (1972) mengemukakan bahwa dalam suksesi alang-alang (Imperata cylindrica) menuju hutan sekunder terdapat 2 jalur yang berbeda. Yang Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 4 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan pertama adalah asosiasi Imperata-Solanum-Nephrolepsis dengan Paspalum dan Ageratum sebagai tumbuhan subordinasi, sedangkan yang kedua adalah asosiasi dengan Ficus-Macaranga-Solanum-Histiopheris. Faktor lingkungan yang akan mempengaruhi laju perubahan dalam suksesi tersebut antara lain adalah konsentrasi N, P, Ca, Mg, dan K dalam tanah. Dengan demikian, kecepatan suksesi komunitas tumbuhan yang diindikasikan dengan perubahan spesies gulma dapat menggambarkan status kesuburan tanah pada daerah tersebut. Banyak gulma merupakan tumbuhan pionir atau tumbuhan pengoloni karena sifat pertumbuhannya yang cepat, kekuatan menyebar yang luas, dan daur hidup yang pendek. Sebagai contoh, satu rumpun alang-alang akan menghasilkan kurang lebih 44 rimpang baru sepanjang 13 m dengan mata tunas sebanyak 646 buah dalam 18 minggu pertumbuhannya (Sriyani, 1993). Daya tumbuh gulma yang cepat umumnya diyakini sebagai akibat dari efisiennya pemanenan dan pemanfaatan energi surya dibanding tanaman budidaya. Dalam kenyataannya, 8 dari 10 gulma terburuk (sangat merugikan) di dunia adalah tumbuhan C4, sebaliknya dari 10 tanaman penting dunia, hanya 1 yang merupakan tumbuhan C4, sisanya adalah tumbuhan C3 (Tabel 1). Tumbuhan C4 umumnya mempunyai laju, efisiensi, dan suhu optimum untuk fotosintesis yang lebih tinggi dibanding tumbuhan C3. Kapasitas pertumbuhan gulma yang luar biasa tersebut akan menjadikan gulma mudah tumbuh dan menempati ruang kosong terlebih dahulu dibanding jenis tumbuhan lain. Dengan demikian gulma akan selalu ditemui di setiap ekosistem alami maupun agroekosistem sebagai bagian dari suksesi alami. Tabel 1. Sepuluh gulma terburuk (sangat merugikan) dan sepuluh tanaman terpenting di dunia berdasar jalur fotosintesisnya (FS). Gulma Terburuk/Terpenting Tanaman Terpenting Jenis Jalur FS Jenis Jalur FS Cyperus rotundus (Teki) C4 Gandum C3 Cynodon dactylon (Grintingan) C4 Padi Echinochloa crus-galli (Jajagoan) C4 C4 Jagung C3 Echinochloa colonum (Jagoan leutik) C4 Kentang C3 Eleusine indica (Lulangan) C4 Ubi jalar C3 Imperata cylindrica (Alang-alang) C4 Singkong C3 Sorghum halapense (Glagah) C4 Kedelai C3 Eichornia crassipes (Eceng gondok) Barley C3 C3 Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 5 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Lantana camara (Tembelekan) C3 Oat C3 Panicum maximum (Lempuyangan) C4 Anggur C3 Sumber: Holm dkk. (1977) dan Ziska (2003) Berdasarkan perannya dalam komunitas tumbuhan, maka keberadaan gulma sebagai tumbuhan pionir dan sebagai bagian dari proses menjaga keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem tidak dapat diabaikan. Sejarah telah menunjukkan bahwa penyebaran gulma di seluruh penjuru dunia banyak yang diawali dengan masuknya gulma ke suatu daerah untuk tujuan konservasi lahan. Sebagai contoh, alang-alang yang merupakan tumbuhan asli endemik daerah tropika, dibawa ke Amerika Serikat dari Filipina dengan tujuan untuk mencegah erosi dan longsor tetapi kemudian menjadi gulma yang serius di beberapa negara bagian di Amerika Serikat seperti Florida dan Lousiana (Tabor, 1949). Acacia nilotica (Prickly Acacia) yang merupakan tumbuhan asli daerah subtropika Afrika, Timur Tengah dan India dibawa ke Australia sebagai tanaman hias dan kemudian dijadikan sebagai tanaman peneduh bagi ternak di padang penggembalaan, tetapi kemudian menjadi gulma yang serius dan ancaman bagi ternak (Bolton, 1989). Di Indonesia, Acacia nilotica juga menjadi gulma serius di Taman Nasional Baluran di Jawa Timur, sedangkan gulma Meremia peltata menginvasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di daerah Lampung Barat sehingga mengancam keberadaan tumbuhan asli. Invasi gulma Acacia nilotica akan merusak keseimbangan ekosistem, menurunkan keragaman hayati yang ada, dan mengancam populasi banteng (Bos javanicus) sebagai salah satu fauna yang dilindungi (Siregar dan Tjitrosoedirdjo, 1999). Setelah meneliti dampak dari 13 spesies tumbuhan invasif pada berbagai komunitas tumbuhan, Hejda dkk. (2009) menyimpulkan bahwa tumbuhan invasif, yang sebagian besarnya adalah gulma, akan menurunkan jumlah, keragaman, dan kemerataan spesies yang ada dalam suatu komunitas tumbuhan. Oleh karena itu, introduksi suatu tumbuhan ke suatu wilayah, termasuk ke wilayah Indonesia, haruslah disertai dengan studi yang intensif tentang biologi dan fisiologi tumbuhan tersebut, walaupun introduksi tersebut mempunyai tujuan yang baik. Jika ini tidak dilakukan, maka di masa yang akan datang, tumbuhan tersebut mungkin akan berubah menjadi gulma di Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 6 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan lahan budidaya atau merupakan tumbuhan asing invasif dan menimbulkan masalah yang jauh lebih banyak dari manfaat yang diperoleh. Hubungan Gulma dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Lain Di dalam budidaya tanaman, gulma sering dikelompokkan sebagai salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) atau pest, bersama dengan OPT yang lain, yaitu hama dan penyakit. Interaksi antara ketiga OPT ini akan selalu terjadi dalam suatu ekosistem, khususnya agroekosistem, karena banyak gulma merupakan inang bagi hama, penyakit, maupun musuh alami dari hama dan penyakit tanaman. Gulma Ageratum conyzoides dan Synedrella nodiflora, dua dari gulma yang paling umum ditemui di perkebunan di Lampung dan di Indonesia, merupakan inang bagi virus Ruga tabaci yang menyebabkan penyakit kerupuk pada tembakau, gulma Solanum carolinense merupakan inang bagi patogen yang menyebabkan penyakit karat daun pada tomat, sedangkan gulma Lantara camara adalah inang bagi hama penggerek batang kentang Amale insulata. Keadaan sering menjadi lebih rumit karena beberapa kesamaan antara gulma dengan tanaman budidaya. Sebagai contoh, pada budidaya padi yang merupakan tumbuhan famili Poaceae, beberapa gulma yang dominan juga dari golongan Poaceae antara lain Panicum repens, Leersia hexandra, dan Paspalum sp. yang juga merupakan inang bagi hama penggerek padi Pachydiplosis oryzae. Pengelolaan gulma tersebut harus lebih hati-hati karena kemiripan karakter fisiologis dan pertumbuhannya dengan padi sebagai tanaman budidaya. Namun demikian, jika pengelolaan gulma dapat dilakukan dengan baik, maka bukan hanya akan mengendalikan gulma tersebut, tetapi juga akan mengurangi bahkan dapat mengendalikan hama penggerek padi yang hidupnya tergantung pada keberadaan gulma tersebut. Sebaliknya, jika gulma tidak dikelola dengan baik, maka pengendalian hama penggerek padi akan menjadi lebih sulit karena tetap tersedianya inang bagi hama tersebut. III. DAMPAK GULMA TERHADAP KEPENTINGAN MANUSIA DAN PRODUKTIVITAS LAHAN ”The unlike is joined together, and from differences 7 Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan results the most beautiful harmony” (Heraclitus, 5 abad S.M.) Kerugian yang Ditimbulkan oleh Gulma Gulma mempengaruhi kepentingan dan aktivitas manusia melalui berbagai cara. Kerugian yang disebabkan oleh gulma meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, bersifat langsung maupun tidak langsung, antara lain: menurunkan jumlah hasil (kuantitas produksi) maupun mutu hasil (kualitas) tanaman, meracuni tanaman (alelopati), menurunkan nilai tanah, menghambat penggunaan alat mekanik maupun pemanenan, serta menjadi inang bagi hama penyakit tanaman (Sembodo, 2010). Gulma juga dapat mengganggu daerah konservasi dan rekreasi, menurunkan estetika lahan, selain dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia, ternak, maupun makhluk liar. Keberhasilan dalam mengelola gulma akan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma tersebut, sehingga produktivitas lahan akan meningkat. Dampak yang ditimbulkan oleh gulma dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek: Dampak Ekonomi. Dari semua kerugian yang disebabkan oleh gulma, dampak ekonomi gulma barangkali adalah yang paling penting. Sekitar 80% dampak ekonomi dari gulma terjadi pada sektor produksi pertanian, sisanya dari sektor kehutanan, padang penggembalaan, lahan rekreasi, dan real estate (Bridges, 1999). Dalam kenyataannya, mungkin kehilangan karena gulma bisa lebih tinggi daripada yang diprediksi karena sulitnya menilai (dalam nilai uang) dampak negatif gulma terhadap sektor non-pertanian. Kehilangan karena gulma bisa disebabkan karena dua hal: turunnya pendapatan dan naiknya biaya produksi. Turunnya produksi dan kualitas tanaman akan berdampak langsung terhadap turunnya pendapatan petani karena turunnya jumlah produk dan harga jualnya, sedangkan naiknya biaya produksi dikarenakan biaya untuk pengendalian gulma, termasuk biaya tenaga kerja dan pembelian herbisida, serta naiknya biaya panen. Di Amerika Serikat, kehilangan karena gulma diprediksi mencapai 25 miliar dolar setiap tahunnya (Bridges, 1999). Dampak terhadap Lingkungan. Dampak gulma terhadap lingkungan belum begitu menjadi perhatian sampai dekade terakhir ini, terutama di Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 8 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Indonesia, walaupun dampak ini sangat penting. Gulma di suatu daerah tertentu, yang sebagian besar merupakan tumbuhan bukan-asli, dapat menggantikan kedudukan spesies asli, sehingga dapat mengubah habitat, mengganggu keseimbangan flora dan fauna di dalamnya, baik pada habitat darat maupun pada habitat perairan. Tergesernya tumbuhan asli oleh gulma bisa menimbulkan dampak ekologis berantai yang mungkin baru bisa dirasakan atau dilihat setelah bertahun-tahun. Sebagai contoh, di hutan Kalimantan spesies asli Melastoma beccarianum terancam oleh Acacia mangium yang sengaja diintroduksi ke daerah tersebut. Biji Acacia mangium dapat berkecambah lebih dahulu dan tumbuh lebih cepat dibanding spesies asli, sehingga memenangkan kompetisi terutama pada kondisi intensitas cahaya yang tinggi (Osunkoya dkk., 2005). Kemampuan gulma untuk menggantikan tumbuhan lain, selain karena sifat pertumbuhannya yang kompetitif dan cepat serta produksi biji dan alat perkembangbiakan vegetatif yang melimpah, juga dapat disebabkan kemampuan dari beberapa jenis gulma untuk menimbulkan efek alelopati. Alang-alang secara luas dicurigai mempunyai kemampuan mendominasi lahan karena adanya pengaruh alelopati. Studi in vitro menunjukkan bahwa alang-alang dapat menekan kemampuan berkecambah biji jagung, tinggi dan panjang akar kecambah jagung dan kacang panjang, serta menekan bobot kering jagung (Sriyani dkk., 1996). Dampak lingkungan yang lain menyangkut aspek pengendalian gulma. Penggunaan herbisida, pengolahan tanah, pembakaran dan penyiangan gulma, maupun penggunaan agen pengendali hayati, dapat menimbulkan dampak ekologi yang serius. Dampak ekologi ini termasuk di antaranya residu dan pencucian herbisida di lingkungan, tertekannya spesies non-target, terutama predator dan parasit dari hama atau patogen tanaman, polusi udara, serta erosi karena pengolahan tanah dan penyiangan gulma yang tidak terkendali. Bridges (1999) menyatakan bahwa alasan utama pengolahan tanah pada banyak sistem budidaya adalah pengendalian gulma. Praktek ini banyak mengakibatkan erosi, terutama jika dilakukan di lahan miring tanpa sistem konservasi tanah yang memadai. Di perkebunan kopi rakyat di Lampung Barat, erosi pada lahan yang menerapkan sistem kored bersih untuk mengendalikan gulma bisa mencapai lebih dari 25 ton/ha/6 bulan, suatu Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 9 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan jumlah yang luar biasa, yang tentu akan menurunkan kualitas dan produktivitas lahan dalam jangka panjang (Sriyani dkk., 1999). Dampak terhadap Keindahan. Dampak gulma terhadap estetika tidak boleh dipandang sebelah mata, karena banyak tenaga dan biaya terbuang setiap tahunnya dalam upaya pengendalian gulma yang tidak diinginkan hanya karena penampilannya yang mengganggu keindahan. Contoh yang paling nyata adalah pengendalian gulma di taman rekreasi dan di padang golf. Kerugian karena gulma terhadap keindahan ini mungkin sulit dinilai langsung dengan jumlah uang, tetapi rusaknya nilai estetika suatu taman rekreasi pasti akan menurunkan nilai jual taman tersebut dan adanya gulma pada padang golf akan menaikkan biaya perawatan yang tidak sedikit, mengingat toleransinya terhadap keberadaan gulma sangat rendah. Dampak lain yang sulit diukur nilainya tapi mudah untuk dirasakan adalah rusaknya nilai estetika lingkungan di sekitar kita karena adanya gulma di pinggir jalan, sekitar gedung, kantor, kampus, lapangan olah raga, di sepanjang rel kereta api, di saluran air, dll. Selain menurunkan nilai keindahan, yang pasti keberadaan gulma tersebut akan menaikkan biaya perawatan. Dampak terhadap Kesehatan dan Keamanan. Meskipun dampaknya cukup luas dan serius, tetapi dampak gulma terhadap kesehatan manusia, ternak, dan makhluk hidup lain, mungkin paling sedikit didokumentasi dan dipelajari. Dampak ini termasuk diantaranya: reaksi alergi karena gulma (Ambrosia artemisiifolia dan Rhuss spp.) dan keracunan ternak karena gulma (Solanum nigrum dan Rhuss spp.). Data dampak gulma terhadap kesehatan masih terbatas di Indonesia, tetapi sebagai gambaran, di bagian barat Amerika Serikat saja diprediksi tidak kurang dari 280.000 sapi dan 264.000 domba mati setiap tahunnya karena memakan gulma yang beracun, dengan nilai lebih dari 234 juta dolar AS setiap tahunnya. Nilai ini tidak termasuk produktivitas manusia yang turun karena keracunan atau alergi karena gulma. Beberapa gulma golongan rumputan seperti Cynodon dactylon (grintingan), Eleusine indica (lulangan), dan Sorgum halapense (glagah), beserta dengan gulma Mimosa invisa (kucingan) dan Cyperus rotundus (teki) dapat menimbulkan alergi atau luka pada ternak, sedangkan gulma Ipomoea triloba (mantangan) dapat mengakibatkan diare pada kambing (Sembodo, 2010). Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 10 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Keuntungan Adanya Gulma Telah disinggung sebelumnya bahwa sebagai bagian dari ekosistem dan bagian dari suksesi alami, maka gulma mempunyai peran dalam menjaga kesimbangan ekosistem. Selain manfaat tersebut, keberadaan gulma juga mempunyai beberapa manfaat lain, yaitu: dapat mencegah erosi tanah, menambah bahan organik ke dalam tanah, berperan dalam daur ulang unsur hara, sebagai bahan makanan ternak, tempat berlindung burung, satwa liar dan predator hama penyakit tanaman, serta menjadi sumber bahan genetik untuk tujuan pemuliaan tanaman (Adkins, 1997). Selain itu banyak gulma yang diteliti sebagai bahan baku obat dan biopestisida, contohnya adalah Imperata cylindrica (alang-alang), Oxalis corniculata (blimbingan), Centella asiatica (pegagan), serta Chromolaena odorata (kirinyuh). Keberadaan gulma sebagai penutup tanah juga dapat meningkatkan aktivitas enzim tanah fosfatase asam dan β–glukosidase, yang berkorelasi dengan peningkatan jumlah P-tersedia dalam tanah (Salam dkk., 2001). Tingginya aktivitas enzim tanah pada lahan yang ditutup dengan gulma Paspalum conjugatum maupun gulma alami disebabkan oleh rendahnya tingkat erosi tanah pada lahan yang tertutup gulma dibandingkan pada lahan yang terbuka, tidak diberi penutup tanah. Bukti bahwa keberadaan gulma dapat menurunkan erosi tanah dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriyani dkk. (1999) pada perkebunan kopi rakyat di Lampung Barat. Pada lahan yang dibersihkan dengan cara dikored manual seperti umumnya dilakukan petani, total erosinya adalah 25.270 kg/ha/6 bulan, tetapi jika lahan ditutup dengan gulma alami yang ada pada lahan tersebut, maka erosinya akan turun menjadi 124 kg pada periode yang sama. Tingkat erosi yang terjadi akan semakin rendah apabila permukaan lahan ditutup dengan satu jenis gulma yaitu Paspalum conjugatum, menjadi hanya 28,5 kg/ha/6 bulan, penekanan erosi lebih dari 99%, suatu angka yang sangat signifikan (Tabel 2). Tabel 2. Penurunan tingkat erosi tanah (Oktober 1996 – April 1997) pada perkebunan kopi rakyat di Lampung Barat karena pengaruh penutupan permukaan lahan oleh gulma. Metode Konservasi Tanah Erosi Tanah Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 11 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Tanpa gulma penutup kg/ha/6 bulan % (kored bersih cara petani) 25.270 100 Tertutup Paspalum conjugatum 29 0.11 Tertutup Gulma Alami 124 0.49 Sumber: Sriyani dkk. (1999) IV. UPAYA PENGELOLAAN GULMA ”This is an age of much knowledge and little wisdom” (A. Szent-Gyorgi, 1975) Pengelolaan Gulma dalam Budidaya Tanaman Mengingat luasnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh gulma, maka upaya pengelolaan gulma menjadi keharusan dalam suatu sistem budidaya tanaman, apa saja dan di mana saja. Istilah pengelolaan gulma mencakup semua hal atau cara yang dipergunakan untuk menjaga agar pengaruh buruk gulma tidak terjadi, baik pengaruh buruk terhadap produksi, kualitas, atau kegiatan manusia yang lain. Istilah lain yang juga sering dipergunakan adalah pengendalian gulma yang merujuk pada cara atau metode untuk menghilangkan atau menurunkan populasi gulma pada suatu lahan tertentu. Dalam konteks ini maka pengendalian gulma, sebagai cara untuk menekan populasi atau jumlah gulma, hanyalah salah satu komponen penting dalam pengelolaan gulma. Bridges (1999) mengemukakan bahwa pengelolaan gulma seharusnya mencakup aspek berikut: penggabungan prinsip ekologi, pemanfaatan dari sifat kompetisi gulma-tanaman, pertimbangan ambang ekonomis dan kerusakan, integrasi dari semua cara pengendalian yang ada termasuk penggunaan herbisida selektif, serta aspek pengawasan pengelolaan gulma oleh tenaga yang profesional. Sementara itu Sembodo (2010) berpendapat bahwa pertimbangan utama dalam pengendalian gulma adalah pertimbangan aspek ekonomis, bukan aspek lainnya, sehingga efisiensi biaya dan waktu penting untuk dipertimbangkan. Selama penambahan hasil akibat tindakan pengendalian gulma masih lebih rendah daripada biaya pengendaliannya, maka tindakan pengendalian gulma tersebut tidak perlu dilakukan. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 12 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Metode Pengendalian Gulma Para ahli gulma umumnya sepakat menggolongkan pengendalian gulma ke dalam beberapa metode, yaitu: metode pengendalian preventif, kultur teknik, mekanik fisik, hayati, kimiawi, dan pengendalian terpadu. Masing-masing metode pengendalian ini tentu saja mempunyai kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Pengendalian gulma secara preventif. Prinsip dari pengendalian secara preventif adalah membatasi investasi gulma, pertumbuhan dan penyebarannya sehingga pengendalian gulma tidak perlu dilakukan atau paling tidak dapat diminimalkan. Langkah yang termasuk pengendalian preventif antara lain adalah pemakaian bibit atau benih bebas gulma, pemakaian alat pertanian dan sarana produksi lain yang bebas gulma, sanitasi area sekitar lahan budidaya, serta penerapan undang-undang lalu lintas dan karantina tanaman atau binatang/ternak. Pengendalian gulma secara kultur teknik. Prinsip dari pengendalian secara kultur teknik adalah menciptakan lingkungan tumbuh yang optimum bagi tanaman budidaya tetapi tidak optimum bagi gulma sehingga pertumbuhan gulmanya tertekan. Langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian secara kultur teknik ini sangat terkait dengan praktek budidaya tanaman yang baik seperti: penggunaan bibit atau benih yang baik; pemilihan varietas tanaman yang berdaya saing tinggi; pengaturan cara, jarak, dan waktu tanam yang menguntungkan bagi pertumbuhan cepat tanaman; rotasi tanaman untuk mencegah dominasi gulma tertentu; penggunaan mulsa, tanaman penutup tanah, atau tanaman pendamping (companion crops); penanaman tanaman sela dan tumpang sari; serta pemeliharaan tanaman yang memadai, seperti pemupukan dan irigasi yang tepat. Termasuk dalam sistem pengendalian ini adalah penggunaan tanaman toleran herbisida, sehingga memberikan keleluasan bagi petani untuk melakukan aplikasi herbisida pada saat yang tepat bagi gulma tanpa khawatir mengenai kondisi tanamannya. Pengendalian secara kultur teknik, bersama dengan cara preventif, umumnya dianggap sebagai pertahanan pertama masuknya gulma dalam sistem budidaya. Secara ekonomis, pengendalian ini menguntungkan karena sudah termasuk dalam proses persiapan budidaya tanaman. Kelemahan cara pengendalian ini adalah perlunya perencanaan dan koordinasi yang baik, Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 13 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan perlunya pengetahuan dasar tentang ekologi dan sifat gulma yang ada dalam area budidaya, dan hasilnya yang tidak dapat langsung terlihat. Tetapi jika langkah preventif dan kultur teknis dalam pengendalian gulma dapat dilakukan dengan baik, maka masalah gulma yang muncul selama periode budidaya tanaman akan minimal sehingga hanya diperlukan langkah pengendalian lain yang terbatas atau mungkin tidak diperlukan sama sekali karena populasi gulma yang ada tidak signifikan. Pengendalian gulma secara mekanik-fisik. Prinsip dari pengendalian secara mekanik-fisik adalah merusak atau menghilangkan fisik gulma sehingga pertumbuhan gulma terhambat atau mati. Metode ini barangkali adalah metode yang paling mudah dan umum dilakukan petani karena hasilnya dapat dengan seketika terlihat. Ditambah dengan budaya dan kebanggaan petani mempunyai lahan yang bersih, maka metode ini menjadi sangat populer. Yang termasuk dalam cara pengendalian ini antara lain: pencabutan gulma dengan tangan atau diinjak dengan kaki; pembersihan (pengoredan) gulma dengan alat bantu sepeti sabit dan cangkul; pembakaran dan penggenangan gulma; serta pengolahan tanah. Walaupun metode ini populer dan mudah dilakukan petani, tetapi sebetulnya ada beberapa kelemahan yang perlu dicermati, antara lain potensi rusaknya perakaran tanaman dan potensi terjadinya erosi tanah selama proses pembersihan gulma, seperti telah dikemukakan sebelumnya (Tabel 1). Pengendalian gulma dengan pembakaran juga menimbulkan potensi polusi udara yang besar, dan kita beberapa kali mendengar complain dari negara tetangga atas asap tebal yang menganggu penerbangan atau kualitas udara kota yang disebabkan oleh pembakaran hutan/gulma pada saat pembukaan lahan pertanian. Kelemahan lain cara pengendalian mekanik fisik adalah mudahnya gulma tumbuh kembali setelah dikendalikan, terutama gulma dengan siklus hidup tahunan seperti alang-alang dan Asystasia sp. dan gulma yang memproduksi biji dalam jumlah banyak seperti Ageratum conyzoides. Gambar 1 menunjukkan bahwa 8 minggu setelah dilakukan pengendalian, lahan yang dikored bersih telah menunjukkan pertumbuhan kembali gulma yang jauh lebih tinggi, dibandingkan dengan lahan yang diaplikasi dengan herbisida. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 14 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Gambar 1. Kondisi pertumbuhan kembali gulma 8 minggu setelah disiang bersih (kiri) dan kondisi pada lahan yang diaplikasi herbisida sistemik (kanan). Pengendalian gulma secara hayati (biologis). Penggunaan musuh alami dalam pengendalian OPT, khususnya gulma, disebut sebagai pengendalian secara hayati atau biologis. Metode ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa setiap organisme mempunyai musuh alami di habitat asalnya untuk menjaga keseimbangan populasinya. Di daerah baru yang bukan habitat aslinya, tumbuhan cenderung menjadi gulma karena ketiadaan musuh alami. Pengendalian hayati, yang umumnya dilakukan dengan mendatangkan musuh alami gulma, diharapkan akan mengembalikan keseimbangan populasi antara gulma dan musuh alaminya, sehingga gulma tidak lagi menjadi masalah. Contoh klasik dari pengendalian hayati adalah pengendalian kaktus Opuntia oleh Dactylopius ceylonicus di Australia pada tahun 1800an. McFadyen dan Wilson (1997) melaporkan bahwa terdapat 391 pelepasan agen pengendali hayati dengan target 150 spesies gulma pada tahun 1990 di 5 negara yang paling aktif kegiatan pengendalian hayatinya, yaitu Amerika serikat, Australia, Afrika Selatan, Kanada, dan Selandia Baru. Di Indonesia, pelepasan agen pengendali hayati gulma juga telah dilakukan antara lain: ulat Parauchaetes pseudoinsulata untuk pengendalian gulma Chromolaena odorata (kirinyuh), kumbang Neochetina bruchi dan Neochetina eichorniae untuk pengendalian Eichornia crassipes (eceng gondok), kumbang Cyrtobagous salviniae untuk pengendalian Salvinia molesta (kiyambang), serta penggerek batang Carmenta mimosa untuk pengendalian Mimosa pigra (putri malu). Pengendalian gulma secara kimiawi. Cara pengendalian gulma yang sangat populer tetapi juga banyak mendatangkan pro dan kontra adalah Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 15 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan pengendalian kimiawi menggunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia, organik atau inorganik, yang dipergunakan untuk mengendalikan atau mematikan gulma. Penggunaan herbisida modern pertama diawali dengan penemuan herbisida 2,4-D pada tahun 1940an. Sejak saat itu penggunaan herbisida di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik jumlah, frekuensi, maupun jenisnya. Di Indonesia, penggunaan herbisida baru mulai populer pada tahun 1970an ketika herbisida glifosat mulai masuk pasaran dan sejak saat itu penggunaannya terus mengalami kenaikan. Di Inggris, dari tahun 1988 sampai 2008, kurang lebih 50% dari total pestisida yang dipakai adalah herbisida (Defra, 2010), sedangkan di Amerika Serikat kurang lebih 70% dari total pestisida yang digunakan adalah herbisida (Bridges, 1999). Di Indonesia, pada tahun 2006, total penjualan pestisida mencapai 246.8 juta Euro (kurang lebih 3.5 trilyun rupiah), dari angka tersebut 43% adalah penjualan insektisida, 15% adalah penjualan fungisida, sedangkan penjualan herbisida hampir sama dengan insektisida sebesar 40% atau kira-kira 99.1 juta Euro (kurang lebih 1.4 trilyun rupiah) (Croplife Asia, 2007). Angka ini menunjukkan bahwa pengeluaran bidang pertanian untuk pestisida, khususnya untuk herbisida sangat tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian gulma secara kimiawi menjadi bagian penting dari budidaya tanaman, dan jika aspek ini dapat dikelola dengan baik maka akan banyak dana yang dapat dihemat dari pembelian herbisida. Populernya penggunaan herbisida karena beberapa alasan, antara lain efisiensi penggunaan waktu dan tenaga kerja, ekonomis (biaya pengendalian relatif murah), pilihan banyak tersedia di pasar dan mudah didapat, dapat mengendalikan gulma yang sulit, hasil cepat terlihat, dengan daya kendali yang baik. Berbagai data penelitian menunjukkan bahwa herbisida mampu menekan pertumbuhan gulma dalam jangka waktu yang cukup lama, sampai 12 minggu atau 3 bulan setelah aplikasi, dengan daya kendali yang seringkali sebanding dengan cara penyiangan manual yang memerlukan lebih banyak waktu, tenaga dan biaya. Tabel 3 memperlihatkan bahwa herbisida glifosat 620 AS dan 480 AS mampu menekan bobot kering gulma pada tanaman kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao sampai 12 minggu setelah aplikasi (MSA), dibandingkan dengan petak kontrol. Herbisida sulfosat 480 AS dan 240 AS serta paraquat yang dipergunakan dalam persiapan tanam budidaya padi gogo Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 16 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan secara tanpa olah tanah (TOT) juga mampu menekan bobot gulma sampai 6 MSA, begitu juga penggunaan herbisida siklosulfamuron dan sihalofop butil pada padi sawah. Tabel 3. Daya kendali berbagai jenis herbisida pada berbagai jenis tanaman pada 6 atau 12 minggu setelah aplikasi (MSA). Bobot Kering Gulma Total (g/0.5 m2) Disiang Jenis Herbisida Komoditas Kontrol Diaplikasi Manual Herbisida atau OTS Glifosat 620 AS Kelapa Sawit 119 8 – 22 8 Karet 61 20 – 39 11 Kopi 32 1 – 6 5 Kakao 56 17 – 38 6 Glifosat 480 AS Kelapa Sawit 118 12 – 33 10 Karet 41 1 – 4 2 Sulfosat 480 AS Padi gogo TOT 87 13 – 52 27 Sulfosat 240 AS Padi gogo TOT 46 14 -37 26 Paraquat Padi gogo TOT 90 50 -104 65 Siklosulfamuron Padi sawah 160 37 44 Sihalofop butil Padi sawah 160 28 44 Keterangan: dosis aplikasi herbisida adalah 480–1400 g/ha; data untuk glifosat diamati pada 12 MSA; data untuk sulfosat, paraquat, siklosulfamuron, dan sihalofop butil diamati pada 6 MSA. (Sumber: Sriyani dkk. 1998; Sriyani 1999; Sriyani dkk. 2001; Sriyani dkk. 2003; Sriyani dkk. 2004) Pengendalian gulma secara terpadu. Pengendalian gulma terpadu didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian gulma yang didasari pertimbangan lingkungan dan dinamika populasi gulma, menggunakan kombinasi metode pengendalian yang tepat dan cocok satu dengan yang lain, untuk menjaga populasi gulma di bawah tingkat yang dapat menyebabkan kerugian ekonomis. Dalam pelaksanaannya, pengendalian terpadu harus memperhatikan beberapa aspek berikut: 1. mengombinasikan beberapa metode pengendalian; 2. memperhatikan dinamika populasi gulma dengan melakukan identifikasi, pemantauan, dan peramalan populasi gulma; 3. memanfaatkan musuh alami dalam pengendalian gulma; 4. menunda pelaksanaan pengendalian sampai ambang ekonomi tercapai, sehingga biaya pengendalian akan lebih kecil dibanding keuntungan yang diperoleh; serta 5. memperhatikan aspek lingkungan yang meliputi: munculnya gulma sekunder, dampaknya terhadap hama, penyakit, predator dan parasit hama penyakit, dampaknya Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 17 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan terhadap satwa liar; serta dampaknya terhadap kualitas tanah, air, dan udara. Sembodo (2010) menyimpulkan bahwa pada dasarnya pengendalian gulma secara terpadu adalah cara pengendalian gulma yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, dan secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan. Pemanfaatan Gulma: Upaya Lain Pengelolaan Gulma Salah satu manfaat gulma yang tumbuh alami pada lahan budidaya adalah dapat mencegah erosi tanah. Sifat gulma ini banyak dieksplorasi dan dimanfaatkan dalam upaya konservasi tanah. Upaya untuk menjaga produktivitas dan keberlanjutan lahan produksi umumnya dilakukan melalui upaya teknologi konservasi tanah yang meliputi tanpa olah tanah, rotasi tanaman, pengaturan pola dan jarak tanam, pemulsaan, pembentukan teras, atau penanaman tumbuhan penutup tanah (cover crop). Untuk menekan erosi, tumbuhan penutup tanah dapat ditanam di lapang dalam bentuk alur (strip) seperti dilaporkan oleh Takashi dkk. (2001), dicampur dengan pupuk pada tanaman seledri seperti dilaporkan oleh Charles dkk. (2006), atau dikombinasikan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT) seperti dilaporkan oleh Nagumo dkk. (2006) yang menggunakan Mucuna sebagi cover crop. Penggunaan tumbuhan penutup tanah merupakan salah satu cara perbaikan manajemen budidaya yang relatif mudah dan murah dalam upaya mempertahankan kualitas lahan, khususnya dalam mencegah atau menurunkan laju erosi tanah, dibanding upaya lain yang lebih sulit dan mahal. Gulma, terlebih gulma alami yang ada di lahan, karena sifatnya yang cepat tumbuh, mudah didapat, dan murah, menjadi kandidat yang baik sebagai tumbuhan penutup tanah dibanding tanaman lain yang harus didatangkan karena petani tidak perlu membeli atau mendatangkan bibit atau benih yang diperlukan. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pemanfaatan gulma P. conjugatum dan vegetasi/infestasi gulma alami sebagai penutup tanah dapat menurunkan tingkat erosi secara dramatis pada perkebunan kopi rakyat dibandingkan lahan yang dikored bersih seperti kebiasaan petani (Tabel 1). Namun demikian, penutupan lahan secara total dengan gulma menimbulkan persoalan perawatan yang rumit karena petani harus lebih intensif menjaga Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 18 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan agar gulma yang menutupi lahan tidak mengganggu tanaman, munculnya lebih banyak hama dan penyakit karena kondisi lahan yang lebih lembab dan rimbun, dan sulitnya melakukan pemanenan tanaman. Membatasi penutupan gulma pada daerah tertentu seperti dalam alur atau lingkaran tertentu merupakan solusi yang baik, karena dengan terbukanya sebagian permukaan tanah memudahkan pemanenan serta perawatan tanaman seperti pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Walaupun penekanan erosinya tidak sedramatis jika dilakukan penutupan tanah secara menyeluruh dengan gulma, penggunaan berbagai jenis penutup tanah dalam strip/alur (satu strip tiap 3 baris tanaman) dapat menekan tingkat erosi yang terjadi pada perkebunan kopi rakyat di Lampung Barat (Gambar 2). Tingkat erosi yang terjadi pada lahan yang diberi strip Arachis pintoi dari golongan kacang-kacangan, Axonopus compressus dari golongan rumputan, serta Cymbopogon citrates dari golongan sereh-serehan dapat ditekan 70-80% dibandingkan tingkat erosi pada lahan tanpa strip penutup tanah. Jika lahan diberi strip dari gulma/vegetasi alami yang tumbuh di lahan, maka akan terlihat perbedaan cukup mencolok antara gulma/vegetasi alami yang dipotong secara periodik setinggi 40 cm dengan yang tidak dipotong. Strip gulma/vegetasi alami yang dipotong menekan erosi 2 kali lipat lebih baik daripada yang tidak dipotong (Gambar 2). Data ini menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik maka potensi pemanfaatan gulma dalam rangka menjaga kualitas lahan budidaya, khususnya untuk menekan erosi tanah, sangat besar dan dapat diterapkan pada tingkat petani dengan cukup mudah dan murah. Erosi Tanah (g/24m2) 8000 6000 AC CC GA GA-P TS 4000 Jenis Strip Penutup Tanah 2000 0 AP Gambar 2. 19 Tingkat erosi tanah pada perkebunan kopi rakyat dengan berbagai strip penutup tanah (September 2009 – Maret 2010). Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan AP Arachis pintoi, AC Axonopus compressus, CC Cymbopogon citrates, GA gulma alami tanpa dipotong, GA-P gulma alami dipotong, TS tanpa strip (Sumber: Sriyani dkk., 2009). Sebagai tumbuhan pionir, gulma umumnya dapat tumbuh dan mengakumulasi biomasa dengan cepat, selain mudah untuk beradaptasi pada lahan kritis. Sifat ini dimanfatkan dalam upaya pemugaran lahan kritis yang menggunakan gulma sebagai sumber bahan organik (Sembodo dkk., 2009). Pemulihan kesuburan tanah dengan penanaman atau pembenaman gulma yang berpotensi tinggi dalam menghasilkan bahan organik akan mempercepat proses pemulihan kesuburan lahan yang selama ini dilakukan dengan sistem bera. Dari beberapa spesies gulma yang mudah ditemui di daerah tropika, khususnya di Lampung, beberapa gulma dari golongan daun lebar, yaitu Crotalaria lappacea, Asystasia gangetica, Chromolaena odorata, dan Widelia sp. mempunyai potensi sebagai penghasil biomasa yang tinggi bersama dengan beberapa gulma dari golongan rumput: Imperata cylindrica, Setaria plicata, dan Paspalum conjugatum (Gambar 3). Namun demikian, dampak keberadaan masing-masing spesies gulma tersebut terhadap perbaikan sifat kimia tanah, khususnya N-total, P-tersedia, C-organik, dan KTK terlihat berbeda (Tabel 4). Gulma Crotalaria lappacea dan Asystasia gangetica, selain menghasilkan biomasa tinggi juga dapat memperbaiki C-organik dan KTK tanah, sementara Widelia sp. secara signifikan memperbaiki P-tersedia. Dengan demikian, jika keberadaan gulma bukan saja dapat memberikan sumbangan bahan organik ke dalam tanah tetapi juga mempunyai dampak terhadap perbaikan sifat fisik maupun kimia tanah, maka pemanfaatan gulma untuk memperbaiki kualitas lahan kritis akan mempunyai potensi tinggi untuk berhasil karena teknologinya mudah diterapkan, gulmanya mudah didapat, dan murah. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 20 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Bobot Kering (g/pot/3 bulan) 200 160 120 80 40 0 IC PC SP AG BA CO CL LC MM MP WS JENIS GULMA Gambar 3. Jumlah biomasa yang dihasilkan oleh berbagai spesies gulma yang ditanam pada lahan kritis. IC Imperata cylindrica, PC Paspalum conjugatum, SP Setaria plicata, AG Asystasia gangetica, BA Borreria alata, CO Chromolaena odorata, CL Crotalaria lappacea, LC Lantana camara, MM Mikania micrantha, MP Mimosa pudica, WS Widelia sp. (Sumber: Sembodo dkk., 2009). Tabel 4. Dampak beberapa spesies gulma yang ditanam selama 3 bulan terhadap beberapa sifat kimia tanah kritis yang berasal dari PT GGPC Lampung Tengah. Jenis Gulma N-total P-tersedia C-organik KTK (%) (ppm) (%) (me100 g) Kontrol (tanpa gulma) 0.10 11.07 0.71 0.12 7.09 1.08 4.78 Crotalaria lappacea 0.09 9.16 1.10 5.13 10.13 0.77 6.65 Asystasia gangetica 0.10 18.36 0.90 4.68 7.29 0.84 5.58 Chromolaena odorata 0.10 9.69 0.95 4.75 7.90 0.96 4.93 Widelia sp. 0.09 5.23 Imperata cylindrica 0.10 Setaria plicata 0.10 Paspalum conjugatum Sumber: Sembodo dkk. (2009) PERAN HERBISIDA DALAM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ”Pesticides are key part of modern agriculture, contributing to the dramatic increases in crop yields in recent decades” (P. Moore, 2006) Herbisida dalam Ekosistem Semenjak 2,4-D, sebagai herbisida pertama, diproduksi secara masal untuk tujuan komersial pada tahun 50an sampai saat ini, penggunaan herbisida masih terus meningkat. Peran herbisida belum dapat sepenuhnya Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 21 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan tergantikan oleh bahan atau cara pengendalian lain. Peningkatan intensitas dan jumlah herbisida yang dipergunakan dalam bidang pertanian menimbulkan kekhawatiran yang cukup beralasan mengenai bahaya pencemaran yang berasal dari residu herbisida yang tertinggal di lingkungan, khususnya dalam tanah dan air. Residu herbisida yang berlebihan, selain dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia dan hewan, juga dikhawatirkan dapat meracuni pertumbuhan tanaman budidaya pada musim berikutnya. Penggunaan herbisida yang terus menerus, terutama dengan bahan aktif yang sama, juga dapat memicu timbulnya resistensi gulma terhadap herbisida, yang kemudian memperumit pengelolaan gulma yang harus dilakukan. Sebetulnya ketika sejumlah herbisida masuk ke dalam sistem tanah, tanah mempunyai kemampuan untuk menetralisasi atau menurunkan jumlah herbisida yang ada melalui beberapa proses kimia dan fisika, yaitu adsorpsi oleh koloid tanah, pencucian, erosi, penguapan, penyerapan oleh tumbuhan, serta degradasi yang disebabkan oleh mikroba tanah atau degradasi kimia (Hiltbold, 1984). Hanya jika laju masukan herbisida melebihi laju degradasinya maka penggunaan herbisida dapat menjadi masalah. Untuk herbisida residual yang diaplikasikan ke tanah, persistensi herbisida yang cukup panjang diperlukan karena periode ketika herbisida masih utuh dan aktif secara biologi menentukan bagaimana efektivitasnya dalam mengendalikan gulma. Tetapi persistensi herbisida melebihi masa kritis untuk mengendalikan gulma menyebabkan masalah residu (Hiltbold, 1984). Penggunaan herbisida secara terus menerus dan dalam interval yang pendek juga akan memperparah masalah residu karena jumlah yang dimasukkan ke dalam tanah dapat melebihi kecepatan degradasi herbisida. Bioassay Sebagai Metode Untuk Mendeteksi Herbisida Kekhawatiran akan adanya residu herbisida menimbulkan kebutuhan untuk dapat memonitor keberadaan herbisida dalam tanah dan air secara periodik dengan cepat dan akurat, sehingga dapat segera diambil langkah pengelolaan yang diperlukan. Tim kami telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teknik untuk mendeteksi keberadaan herbisida dalam tanah dan air dengan cara yang sederhana, cepat, mudah, dan Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 22 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan murah, tetapi cukup akurat, melalui metode bioassay. Bioassay adalah suatu metode yang mengukur respon suatu organisme hidup untuk menentukan keberadaan atau konsentrasi bahan kimia pada suatu substrat (Santelmann, 1987). Bioassay untuk mendeteksi herbisida biasanya menggunakan spesies tanaman yang sensitif terhadap herbisida yang ingin dideteksi. Selain digunakan untuk mendeteksi jumlah herbisida atau memprediksi persistensi herbisida, metode bioassay juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya resistensi gulma terhadap herbisida, misalnya resistensi gulma Setaria viridis terhadap herbisida trifluralin (Beckie dkk., 1990) serta digunakan pada penelitian mengenai fenomena alelopati, misalnya untuk mempelajari pengaruh bahan alelokimia ubi jalar dalam menghambat pertumbuhan gulma Cyperus esculentus (Harrison dan Peterson, 1994) dan Cyperus rotundus (Peterson dan Harrison, 1995). Karena perbedaan karakter fisiologis herbisida maupun gulma, tidak mengherankan jika diperlukan tanaman indikator yang berbeda untuk mendeteksi jenis herbisida yang berbeda. Residu herbisida diuron paling baik dideteksi dengan mentimun sebagai tanaman indikator, sedangkan deteksi herbisida ametrin lebih tepat dilakukan menggunakan caisim sebagai tanaman indikator (Sriyani dkk., 2005 dan Sriyani, 2008). Sementara itu untuk mendeteksi herbisida glifosat, paraquat, dan 2,4-D, baik mentimun maupun padi dapat digunakan sebagai tanaman indikator (Sriyani, 2003, Sriyani, 2004, dan Sriyani, 2007). Metode yang dikembangkan juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan herbisida, baik herbisida pascatumbuh paraquat dan 2,4-D, maupun herbisida pratumbuh ametrin dan diuron, dalam tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Latosol Coklat (Sriyani dan Salam, 2008). Pengelolaan Penggunaan Herbisida Dampak negatif pengggunaan herbisida, baik terhadap lingkungan maupun makhluk hidup, umumnya disebabkan karena penanganan dan penggunaan herbisida yang tidak tepat atau tidak sesuai anjuran. Perlengkapan keamanan yang diabaikan pada waktu aplikasi, penghitungan dosis dan konsentrasi herbisida yang keliru, waktu aplikasi yang tidak tepat, serta tidak sesuainya antara herbisida dengan gulma targetnya, merupakan hal yang umum terjadi, sehingga penggunaan herbisida selain tidak efektif juga Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 23 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan meningkatkan resiko terhadap lingkungan dan makhluk hidup, khususnya terhadap petani pengguna. Oleh karena itu, penggunaan herbisida harus memenuhi apa yang disebut sebagai prinsip lima tepat, yaitu: 1. tepat sasaran gulmanya, 2. tepat jenis herbisida, 3. tepat dosis dan konsentrasi herbisida, 4. tepat waktu aplikasi, dan 5. tepat cara aplikasi. Tepat sasaran gulma artinya petani harus dapat mengidentifikasi gulma yang menjadi masalah pada lahan budidayanya. Identifikasi gulma ini penting karena berhubungan dengan ketepatan pemilihan herbisida untuk jenis gulma yang ada. Ada berbagai jenis bahan aktif herbisida yang masing-masing mempunyai karakter fisiologis dan keefektifan terhadap gulma yang berbeda. Sebagai gambaran, pada tahun 2008, di Indonesia saja terdaftar 1.082 nama dagang pestisida untuk pertanian dan lebih dari 200 diantaranya adalah nama dagang herbisida dengan lebih dari 30 jenis bahan aktif (Komisi Pestisida Indonesia, 2008). Dengan demikian, diperlukan kejelian dan pengetahuan dalam menentukan pilihan herbisida yang paling tepat untuk dipergunakan pada kondisi yang ada. Tepat berikutnya adalah tepat dosis dan konsentrasi herbisida, artinya jumlah herbisida yang diaplikasi ke suatu lahan harus sesuai dengan rekomendasi pada label herbisida karena kekurangan atau kelebihan dosis dua-duanya akan merugikan. Kekurangan dosis menyebabkan turunnya keefektifan pengendalian, sedangkan kelebihan dosis akan merupakan pemborosan dan menambah jumlah herbisida yang masuk ke dalam lingkungan secara mubazir. Waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat pertumbuhan gulma yang paling rentan terhadap jenis herbisida yang digunakan dan kondisi lingkungan yang mendukung. Umumnya diperlukan beberapa jam (2 sampai 5 jam) bagi absorbsi herbisida ke dalam tumbuhan, sehingga dalam periode tersebut turunnya hujan tidak dikehendaki. Oleh karena itu aplikasi herbisida umumnya paling tepat dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tidak berangin kencang. Tepat yang terakhir adalah tepat cara, hal ini terkait pemilihan alat aplikasi yang tepat untuk kondisi lahan dan gulma yang ada dan terkait ketrampilan operator dalam mengoperasikan alat aplikasi dengan baik sehingga hasil penyemprotan merata. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa keberhasilan dan keamanan pengendalian kimiawi menggunakan herbisida tergantung pada banyak hal Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 24 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan yang semuanya terkait dengan pengetahuan dan ketrampilan petani pengguna di samping kemauan mereka untuk memperhatikan aspek keselamatan dalam penanganan dan aplikasi herbisida. Namun demikian pengalaman menunjukkan bahwa sebagian petani menginginkan lahan yang bersih total secara terus menerus, sehingga aplikasi herbisida dilakukan berulang dengan frekuensi yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan. Kelemahan lain yang masih sering terjadi adalah kesalahan penghitungan dosis dan konsentrasi herbisida, kurangnya pemahaman perbedaan cara kerja tiap herbisida yang ada di pasar, dan kurangnya kesadaran akan dampak penggunaan herbisida dalam jangka panjang terhadap kualitas lahan, produktivitas tanaman, maupun kemungkinan munculnya resistensi gulma terhadap herbisida (Sriyani, 2009) Untuk itu, edukasi adalah sarana penting yang harus terus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta untuk menyadarkan akan pentingnya memperhatikan aspek keselamatan diri dan lingkungan, tentunya tanpa mengorbankan produktivitas lahan. Upaya untuk melarang atau mencegah petani agar sama sekali tidak memakai herbisida adalah tidak masuk akal sehingga umumnya tidak berhasil karena pada kondisi tertentu dengan sumberdaya yang terbatas, herbisida dapat menjadi alat yang sangat membantu petani. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan pengelolaan pemakaian herbisida yang lebih terencana dengan meningkatkan pemahaman petani terhadap cara kerja masing-masing herbisida. Dengan demikian petani dapat mengelola pengendalian gulma dengan lebih efektif dengan cara mengatur atau merotasi jenis herbisida yang digunakan atau mengombinasikan penggunaan herbisida dengan metode pengendalian lain sehingga keefektifan pengendalian gulma tetap tinggi tetapi sekaligus dapat meminimalkan dampak negatif dari pemakaian herbisida dan membantu mencegah erosi tanah, terutama di musim hujan. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan terlihat bahwa tanpa mengubah frekuensi pengendalian dan cara pengendalian yang umumnya biasa dilakukan petani, mengatur kombinasi dan rotasi cara pengendalian dapat menekan erosi tanah cukup signifikan pada budidaya kopi rakyat di Lampung Barat (Sriyani dkk., 2009). Gambar 3 memperlihatkan jika pengendalian dilakukan dua kali dalam masa tujuh bulan (September-Maret), maka pemakaian herbisida sistemik saja atau herbisida kontak saja, atau Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 25 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan mengombinasikan herbisida sistemik dengan herbisida kontak, maupun mengombinasikan pemakaian herbisida dengan cara penyiangan manual, semuanya akan dapat menekan tingkat erosi tanah dibandingkan cara pengendalian gulma secara manual yang dilakukan dua kali berturut-turut. Data ini memberikan gambaran bahwa upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dapat dilakukan dengan memodifikasi beberapa kebiasaan tanpa harus merombak total hal-hal yang yang telah umum atau biasa dilakukan petani. Dengan demikian, inovasi atau alternatif baru yang ditawarkan akan lebih mudah untuk diterima petani sebagai pelaku dan penyandang kepentingan utama bidang pertanian. Erosi Tanah (g/24 m2) 4000 3000 2000 1000 0 S-S S-K K-K M-S M-M (kored Kombinasi Cara Pengendalian Gulma bersih) Gambar 4. Tingkat erosi tanah pada perkebunan kopi rakyat dengan berbagai kombinasi cara pengendalian gulma (September 2009 – Maret 2010). S-S herbisida sistemik – sistemik, S-K herbisida sistemik – kontak, K- K herbisida kontak – kontak, M-S manual – herbisida sistemik, M-M pengendalian manual - manual (Sumber: Sriyani dkk., 2009). Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 26 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan VI. PENUTUP ”Allah yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung dan sungai di atasnya. Dia menjadikan semua buah-buahan berpasangan, Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang yang berfikir” (Q. S. Ar-Rad: 3) Beban sektor pertanian semakin berat, bukan hanya karena semakin banyaknya jumlah dan semakin tingginya kualitas bahan pangan yang harus disediakan, tetapi juga adanya tuntutan untuk menjaga kualitas lingkungan budidaya tanaman dan menjaga keseimbangan agroekosistem dalam rangka menjaga keberlanjutan bahkan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Gulma sebagai bagian penting dari ekosistem mempunyai peran signifikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem tersebut. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, kehadiran gulma, terutama yang bukan merupakan tumbuhan asli, tidak hanya akan menurunkan produksi dan kualitas tanaman, tetapi juga dapat berubah menjadi invasif dan berpotensi untuk menggantikan tumbuhan asli yang ada, sehingga akan berdampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem. Cara yang dilakukan dalam mengelola dan mengendalikan gulma juga mempunyai potensi untuk merusak kualitas lingkungan selain merugikan tanaman budidaya. Dampak negatif tersebut antara lain disebabkan oleh rusaknya sistem perakaran tanaman, timbulnya erosi tanah, menumpuknya residu herbisida dalam tanah dan air, matinya predator hama dan penyakit, dan terpengaruhnya kesehatan manusia dan hewan. Namun demikian, dengan berbagai inovasi dalam cara pengendalian atau pemanfaatan gulma kualitas lahan dapat diperbaiki melalui penurunan erosi tanah, tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya, sehingga diharapkan produksi tanaman dan pendapatan petani tidak akan terpengaruh, bahkan mungkin dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan salah satu mandat sistem pertanian berkelanjutan, yaitu terjaganya sumberdaya tanah dan air dari degradasi dalam sistem produksi yang tetap harus menguntungkan secara ekonomi. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 27 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan VII. DAFTAR PUSTAKA Adkins, S. 1997. Introduction to Weed Science. Dalam Biological Control of Weeds: Theory and Practical Application, M. Julien and G. White (Editor). ACIAR Monograph Series, Canberra, Australia. Hlm.: 23-38. Beckie, H. J., L. F. Friesen, K. M. Nawolsky, dan I. A. Morrison. 1990. A rapid bioassay to detect trifluralin-resistant green foxtail (Setaria viridis). Weed Technology 4 (3): 505 – 508. Benbrook, C. M. 1990. Society’s stake in sustainable agriculture. Dalam Sustainable Agricultural Systems, C.A. Edwards, R. Lal, P. Maiden, R. H. Miller, dan G. House (Editor). St Lucie Press, Florida. Hlm.: 68-76. Bolton, M.P. 1989. Biology and ecology of prickly acacia. Report of Richmond Prickly Acacia Field Day, 19 September 1989. Brisbane, Australia: Queensland Department of Lands. Hlm.: 21-25. Booth, B. D., S. D. Murphy, dan C. J. Swanton. 2003. Ecology of Weeds. Dalam Weed Ecology in Natural and Agricultural Systems, B. D. Booth, S. D. Murphy, dan C. J. Swanton (Editor). CABI Publ., Wallingford, UK. Hlm.: 1-13. Bridges, D. C. 1999. General overview of weeds in crop systems. Dalam Handbook of Pest Management, J. R. Ruberson (Editor). Marcel Dekker, Inc., New York. Hlm.: 547 – 567. Charles, K. S., M. Ngouajio, D. D. Warncke, K. L. Poff, dan M. K. Hausbeck. 2006. Integration of cover crops and fertilizer rates for weed management in celery. Weed Science 54 (2): 326-334. Crawley, M. J. 1997. Biodiversity. Dalam Plant Ecology, M. J. Crawley (Editor). Blackwell Scientific, Oxford, UK. Hlm. 595-632. CropLife Asia. 2007. CropLife Asia Annual Report. 26 hlm. Cuperus, G. W., R. C. Berberet, dan R. T. Noyes. 2004. The essential role of IPM in promoting sustainability of agriculture production systems for future generations. Dalam Integrated Pest Management, O. Koul, G. S. Dhaliwal, dan G. W. Cuperus (Editor). Hlm.: 265 – 280. Department for Environment Food and Rural Affairs. 2010. Observatory Monitoring Framework. Indicator C3: Pesticides Use. http://w.w.w.defra.gov.uk. Dipublikasikan Juni 2007, diupdate terakhir 17 September 2010. Diunduh 1 Oktober 2010. Harlan, J. R. 1975. Crops and Man. American Society of Agronomy, Crop Science Society of America, Madison, Wisconsin, USA. 295 hlm. Harrison Jr., H. F. dan J. K. Peterson. 1994. Sweet potato periderm compound inhibit yellow nutsedge (Cyperus esculentus) growth. Weed Technology 8 (1): 168 – 171. Hejda, M., P. Pysek, dan V. Jarosik. 2009. Impact of invasive plants on the species richness, diversity and composition of invaded communities. Journal of Ecology 97: 393 – 403. Hiltbold, A. E. 1984. Persistance of pesticides in soil. Dalam Pesticides in Soil and Water, W. D. Guenzi (Editor). Soil Science Society of America Inc. Publisher, Madison, Wisconsin - USA. Hlm.: 203 - 222. Holm, L. G., D. L. Plucknett, dan J. V. Pancho. 1977. The World’s Worst Weeds: Distribution and Biology. Univ. of Hawaii Press, Honolulu, USA. 609 hlm. Kogan, M. dan P. Jepson. 2007. Ecology, sustainable development and IPM: the human factor. Dalam Perspectives in Ecological Theory and Integrated Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 28 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Pest Management, M. Kogan dan P. Jepson (Editor). Cambridge Univ. Press, New York. Hlm.: 361 - 389. Komisi Pestisida Indonesia. 2008. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Koperasi Ditjen BSP, Jakarta. 490 hlm. McFadyen, R. dan B. Wilson. 1997. A history of biological control of weeds. Dalam Biological Control of Weeds: Theory and Practical Application, M. Julien dan G. White (Editor). ACIAR Monograph Series, Canberra, Australia. Hlm.: 17-22. Nagumo, F., R. N. Issaka, dan A. Hoshikawa. 2006. Effects of tillage practices combined with Mucuna fallow on soil erosion and water dynamics on Ishigaki Island, Japan. Soil Sci. Plant Nutrition 52(6): 676-685. Navas, M. L. 1991. Using plant population biology in weed research: a strategy to improve weed management. Weed Resaerch 31: 171-179. Norris, R. F. 2007. Weed ecology, habitat management and IPM. Dalam Perspectives in Ecological Theory and Integrated Pest Management, M. Kogan dan P. Jepson (Editor). Cambridge Univ. Press, New York. Hal:. 361 - 389. Osunkoya, O. O., F. E. Othman, dan R. S. Kahar. 2005. Growth and competition between seedlings of an invasive plantation tree, Acacia mangium, and those of a native Borneo heath-forest species, Melastoma beccarianum. Ecology Research 20: 205 – 214. Peterson, J. K. dan H. F. Harrison, Jr. 1995. Sweet potato allelopathic substance inhibits growth of purple nutsedge (Cyperus rotundus). Weed Technology 9 (2): 277 –280. Radosevich, S., J. Holt, dan C. Ghersa. 1997. Weed Ecology. Implications for Management. John Wiley & Sons, Inc., New York. 589 hlm. Rejmanek, M. 2001. What tools do we have to detect invasive plant species? Dalam Weed Risk Assessment, R. H. Groves, F. D. Panetta, dan J. G. Virtue (Editor). Hal: 3-9. Ross, M. A. dan C. A. Lembi. 2008. Applied Weed Science: Including Ecology & Management of Invasive Plants (Edisi ke-3). Prentice Hall, USA. 339 hlm. Sajise, P. E. 1972. Evaluation of Cogon (Imperata cylindrica) as a Seral Stage in Philippine Vegetational Succession. II. Autecological Studies on Cogon. Ph.D. Thesis, Cornell University, Ithaca, N.Y. 152 hlm. Salam, A. K., Afandi, dan N. Sriyani. 2001. Soil enzymatic activities in a hilly coffee plantation in Lampung Province, South Sumatra, Indonesia, under plant cover management. Soil Sci. Plant Nutrition 47(4): 695-702. Santelmann, P. W. 1987. Herbicide bioassay. Dalam Research Method in Weed Science, B. Truelove (Editor). Southern Weed Science Society of America. Hlm.: 79 – 87. Sembodo, D. R. J., N. Sriyani, dan Afandi. 2009. Kajian Pemanfaatan Gulma In Situ Sebagai Sumber Bahan Organik yang Berpotensi untuk Memperbaiki Kualitas Lahan Kritis. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Sesuai Prioritas Nasional. Lembaga Penelitian, Universitas Lampung. 33 hlm. Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu, Yogyakarta. 166 hlm. Siregar, C. A. dan S. Tjitrosoedirdjo. 1999. Acacia nilotica invasion in Baluran National Park East Java Indonesia. Dalam Integrated Weed Management in Managed and Natural Ecosystem, S. Tjitrosoedirdjo dan I. C. Stuckle (Editor). Biotrop Special Publication no. 61: 101-109. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 29 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Sriyani, N. 1993. Studies of Imperata cylindrica Vegetative Reproduction System and The Effects of Glyphosate Absorption, Translocation, and Exudation on The Reduction and Pattern of Rhizome Bud Sprouting. Ph.D. Thesis, University of Wisconsin-Madison, Madison, Wisconsin. 119 hlm. Sriyani, N., Yusnita, dan D. R. J. Sembodo. 1996. Tanggap beberapa jenis tanaman terhadap pengaruh alelopati alang-alang (Imperata cylindrica) secara in vitro. Pros. Konferensi Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI), Bandar Lampung, 5-7 November 1996. Hlm. 260–266. Sriyani, N., A. Zubair, dan D. R. J. Sembodo. 1998. Efikasi herbisida pratumbuh siklo-sulfamuron, sinmetilin/2,4-D, dan sihalofop butil untuk mengendalikan gulma padi sawah sistem tapin dan tabela. Pros. Sem. Peningkatan Produksi Padi Nasional, Bandar Lampung 9-10 Desember 1998. Hlm.: 190-194. Sriyani, N. 1999. Sulphosate, paraquat, and combination of paraquat and diuron herbicides for land preparation in no-tillage upland rice (Oryza sativa). Proc. 17th Asian-Pacific Weed Science Society (APWSS) Conference, Bangkok-Thailand, 22-27 November 1999. Hlm.: 282-287. Sriyani, N., H. Suprapto, H. Susanto, A. T. Lubis, and Yoko Oki. 1999. Weed population dynamics in coffee plantation managed by different soil conservation techniques. Dalam Integrated Weed Management in Managed and Natural Ecosystem, S. Tjitrosoedirdjo and I. C. Stuckle (Editor). Biotrop Special Publication no 61: 93-99. Sriyani, N., D. Mawardi, A. T. Lubis, Indarto, dan Sugiatno. 2001. Efikasi herbisida glifosat 48% terhadap gulma pada perkebunan kelapa sawit dan karet. Prosiding Konferensi Nasional XV Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI), Surakarta 17-19 Juli 2001. Hlm. 326-333. Sriyani, N., D. R. J. Sembodo, Sunyoto, dan K. Simanjuntak. 2001. Penggunaan herbisida sulfosat 24% untuk penyiapan lahan tanaman padi gogo sistem tanpa olah tanah (TOT). Prosiding Konferensi Nasional XV Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI), Surakarta 17-19 Juli 2001. Hlm. 504-514. Sriyani, N. 2003. Penggunaan teknik bioassay untuk deteksi residu herbisida pascatumbuh glifosat dan paraquat dalam tanah dan air. J. Agrotropika VIII (2): 40-45. Sriyani, N., D. Mawardi, dan M. V. Rini. 2003. Evaluasi penggunaan herbisida glifosat formulasi baru (K-glifosat) untuk mengendalikan gulma pada perkebunan besar karet dan kelapa sawit. J. Agrotropika VIII (1): 31-36. Sriyani, N., D. R. J. Sembodo, dan M. V. Rini. 2004. Evaluasi penggunaan herbisida glifosat formulasi baru (K-glifosat) untuk mengendalikan gulma pada perkebunan rakyat kopi dan kakao. J. Stigma XII (1): 71-77. Sriyani, N. 2004. Penggunaan teknik bioassay untuk mendeteksi herbisida 2,4-D dalam tanah dan air. J. Agrotropika IX(1): 8-12. Sriyani, N., S. Ramadiana, dan A. K. Salam. 2005. Penggunaan teknik bioassay untuk mendeteksi herbisida pratumbuh ametrin dan diuron dalam tanah dan air. J. Stigma XIII (1): 1-6. Sriyani, N. 2007. Keakuratan metode bioassay untuk mendeteksi herbisida pascatumbuh paraquat dan glifosat dalam tanah dan air. J. Tanaman Tropika 10(1): 11-20. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 30 Herbisida

Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan Sriyani, N. 2008. Keakuratan metode bioassay dalam mendeteksi herbisida pratumbuh ametrin dan diuron dalam tanah dan air. J. Agrista Edisi Khusus Dies Natalis Fakultas Pertanian Unsyiah: 186-192. Sriyani, N. dan A. K. Salam. 2008a. Penggunaan metode bioassay untuk mendeteksi pergerakan herbisida pratumbuh ametrin dan diuron dalam tanah. J. Agrista 12 (2): 90-100. Sriyani, N. dan A. K. Salam. 2008b. Penggunaan metode bioassay untuk mendeteksi pergerakan herbisida pascatumbuh paraquat dan 2,4-D dalam tanah. J. Tanah Tropika 13 (3): 199-208. Sriyani, N. 2009a. Herbisida: Ketepatan dan Keamanan Aplikasinya. Dalam Penyuluhan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Pubian Lampung Tengah dalam Bidang Pertanian dan Peternakan (A. K. Salam, M.A.S. Arif, S. Yusnaini, Erwanto, N. Sriyani, dan Alimuddin). Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Lampung. Sriyani, N. 2009b. Cara Aman Aplikasi Herbisida. Dalam Penyuluhan Ketepatan dan Keamanan Penggunaan Herbisida pada Budidaya Berbagai Varietas Jagung Hibrida di Natar, Lampung Selatan (N. Sriyani, D.R.J. Sembodo, dan F. Yelli). Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Lampung. Sriyani, N., Sugiatno, dan D. R. J. Sembodo. 2009. Pengelolaan Gulma Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Menjaga Keberlanjutan Produktivitas Lahan pada Budidaya Kopi Rakyat. Laporan Akhir Penelitian Tahun ke-1 Hibah Strategis Unila. Lembaga Penelitian Unila. 65 hlm. Sullivan, P. 2003. Principles of Sustainable Weed Management for Croplands. Appropriate Technology Transfer for Rural Areas (ATTRA), Agronomy Systems Series, 2003. Fayetteville, Arkansas. Tabor, P. 1949. Cogongrass, Imperata cylindrica in the Southeastern United States. Agronomy J. 41: 270. Takashi, U., M. Machito, J. Sang-Arun, dan D. Yukiko. 2001. Effects of grass strips on reduction of sediment loss from upland field. J. Japanese Society of Soil Physics 88: 11-18. United States Environmental Protection Agency (US EPA). 2009. Report on 2000-2001 Pesticide Market estimates: Sales, Usage, Producers and Users, Historical Data. Http://www.epa.gov. Diupdate terakhir 30 January 2009. Diunduh 12 Februari 2009. Ziska, L. H. 2003. Rising carbon dioxide: implication for weed-crop competition. Dalam Rice Science: Innovations and Impacts for Livelihood, T. W. Mew, D. S. Brar, S. Peng, D. Dawe, dan B. Hardy (Editor). Proc. the Int. Rice Research Conference, 16-19 September 2002, Beijing, China. IRRI, Manila, Filipina. Hlm.: 615-634. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & 31 Herbisida

UNGKAPAN TERIMAKASIH Bapak/Ibu/Saudara sekalian yang saya hormati, pada kesempatan yang bahagia ini perkenankanlah saya untuk mengungkapkan terimakasih kepada mereka yang telah mengantarkan, memotivasi, dan membantu dengan tulus, sehingga saya dapat mencapai tahapan jabatan guru besar ini. Berkaitan dengan pencapaian jabatan guru besar saya, ingin saya sampaikan terimakasih kepada Pemerintah RI melalui Mendiknas, Dirjen Dikti, Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Sugeng P. Hariyanto, Ketua LP Unila Dr. Admi Syarief, mantan Ketua LP Unila Prof. Dr. John Hendri, Ketua LPM Unila Dr. Budi Kustoro, Dekan Fakultas Pertanian Unila Prof. Dr. Wan Abbas Zakaria, Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, segenap anggota Senat Fakultas Pertanian dan Senat Universitas Lampung, serta Bagian Kepegawaian khususnya Bapak Yadi dan Agus di Fakultas Pertanian serta Bpk Dirson, Bpk Bustami, Mas Riswan, dan mBak Iin di Rektorat Unila. Terimakasih tak lupa juga saya sampaikan pada reviewer makalah ilmiah saya: Prof. Dr. Muhajir Utomo dari Universitas Lampung, Prof. Dr. Jody Moenandir dari Universitas Brawijaya, dan Prof. Dr. Dennie Kurniady dari Universitas Padjadjaran. Kepada segenap rekan sejawat di Jurusan BDP, terimakasih atas seringnya pertanyaan ’Kapan profesornya?’ ditujukan kepada saya, sehingga lama-lama saya betul-betul ingin menjadi profesor karena terteror oleh pertanyaan itu....... Kepada teman-teman ’panitia sukarelawan’ yang dikomandani oleh Dr. Dwi Hapsoro, yang tulus dan bersemangat dalam membantu berjalannya acara ini, saya berhutang terimakasih yang tak ternilai. Khusus kepada Bapak Sahbudin dan Ibu Nuraini, S.Sos. dari BDP, saya ucapkan terimakasih atas ketulusannya dalam membantu saya selama ini, baik dalam mempersiapkan kuliah, praktikum, penelitian, kepanitiaan, kenaikan pangkat/jabatan, serta selama proses pengajuan guru besar ini. Hormat dan penghargaan saya sampaikan kepada guru-guru saya, di SD Al Iman, SMP Negeri II, dan SMA Negeri I Magelang Jawa Tengah. Merekalah yang telah membuka gerbang ilmu untuk saya dan menuntun saya memasuki dan mencintai dunia ilmiah. Ketika saya mendapat kesempatan studi di Institut Pertanian Bogor, sungguh beruntung saya memasuki atmosfir akademik yang baik dan dibimbing oleh banyak dosen yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi saya, khususnya Prof. Dr. M. H. Bintoro, Prof. Dr. M. A. Chozin, Prof. Dr. Andi Hakim Nasution (alm.), dan Prof. Dr. Yayah Koeswara. Pengalaman saya bersekolah pascasarjana di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat dengan tradisi dan standar ilmiah yang tinggi, juga kesempatan berinteraksi dengan mahasiswa dan dosen dari seluruh dunia, merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga. Untuk itu terimakasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Margono Slamet, Prof. Dr. H. G. Love, Prof. Dr. H. F. Massey, Dr. Mintarsih Adimihardja, Bapak Al Husniduki Hamim, S.E., M.Sc. (alm.), dan semua mentor bahasa Inggris saya di Lembaga Bahasa Universitas Lampung dan Universitas Sriwijaya, yang telah melapangkan jalan saya menuju U.W.–Madison. Terimakasih saya haturkan kepada major advisor saya ketika ber-S2 dan S3 yaitu Prof. Herbert J. Hopen, beserta seluruh komitte pembimbing dan penguji: Prof. Larry K. Binning, Prof. Nelson E. Balke, 1

Prof. Jerry D. Doll, Prof. David E. Stoltenberg, dan Prof. Elden J. Stang. Merupakan sebuah kehormatan yang menginspirasi dibimbing oleh tim advisor yang penuh dedikasi dengan pengalaman dan wawasan internasional. Di samping itu terimakasih dan kenangan indah saya kirimkan kepada Dr. Alan Brian Miller, teman ’senasib sepenanggungan’ selama 6 tahun saya menjadi mahasiswa pascasarjana penghuni Crop Science Building di UW-Madison; juga kepada Prof. Dan G. Schilling dari University of Florida Gainesville, Prof. Dr. Sutarmi S. Tjitrosomo dari Biotrop Bogor, serta keluarga Alan dan Kurt Olson dari Tomah, Wisconsin, yang telah membantu menyediakan bahan penelitian untuk thesis dan disertasi saya. Berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai tenaga pengajar di Universitas Lampung sejak tahun 1986an, pertama saya harus berterimakasih kepada Ir. Agus Tagor Lubis, M. S. Beliaulah orang pertama yang saya temui, saya mintai nasehat dan bantuan sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Lampung sampai saat ini. Beliau bukan saja merupakan sumber inspirasi kearifan tetapi juga sumber informasi dan keceriaan bagi peer grup kami (Ilmu Gulma) dengan berbagai cerita beliau yang lucu tapi penuh makna dan seringkali juga mengharukan. Pak Tagor, saya mohon maaf keinginan saya untuk ’membukukan’ berbagai cerita Bapak belum terwujud sampai saat ini..... Saya beruntung ada dalam kelompok peer grup Ilmu Gulma, yang dengan segala suka-duka dan pertengkaran-kekompakan, tetap dapat eksis sampai saat ini. Untuk itu terimakasih saya sampaikan kepada kepada: Ir. Hermanus Suprapto, M.Sc. dan Ir. Herry Susanto yang setia membantu menakhodai peer grup Gulma; Ir. Darmaisam Mawardi yang setia berbagi ’apa saja’ dengan saya: pekerjaan, informasi, saling curhat, nasehat agama, bahan kuliah subuh, sampai resep kue dan kesempatan mencicipinya; serta Ir. Hidayat Pujisiswanto, M.S. sebagai anggota termuda peer grup kami yang memberikan warna dan gairah baru. Terimakasih yang tulus takkan mungkin terlupa saya sampaikan kepada Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S., teman yang setia dalam berbagi ide, menginspirasi, saling membantu dalam kegiatan penelitian, kepanitiaan, & berbagai kegiatan lain, serta konsisten meyakinkan bahwa saya telah pantas menyandang jabatan guru besar ini. Kenekatan dan kerja keras peer grup kami untuk mencoba hal baru, yang awalnya diragukan banyak pihak, akhirnya membuahkan hasil yang baik, antara lain: kepercayaan Komisi Pestisida kepada Peer Grup Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Unila sebagai partner dalam registrasi herbisida dan kepercayaan dari teman-teman formulator untuk menguji herbisida mereka melalui peer grup kami. Saya juga harus berterimakasih kepada Dr. Paul B. Timotiwu dan Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S. yang pada tahun 1996 bersama-sama telah nekad dan bekerja keras demi terwujudnya impian mempunyai jurnal ilmiah pertama di Universitas Lampung yang terakreditasi yaitu JURNAL AGROTROPIKA. Kepada teman-teman yang sekarang mengelola jurnal ini, khususnya pada Dr. Nyimas Sa’diyah dan Fitri Yelly, S.P, M.Sc., selamat bekerja, percayalah walaupun reward materi tidak ada, reward dan kepuasan dalam bentuk lain pasti akan didapat. Bapak/Ibu/saudara hadirin yang terhormat, jabatan guru besar ini tentu tidak akan terwujud tanpa kegiatan penelitian yang harus berlangsung konsisten. Untuk itu terimakasih saya haturkan ke begitu banyak pihak, karena tanpa bantuan mereka semua saya hanyalah seorang peneliti yang tidak dapat berbuat banyak. Untuk itu perkenanlah saya menyebutkan nama-nama 2

berikut ini sebagai ungkapan terimakasih & penghormatan saya atas bantuan waktu, tenaga, dan pemikiran teman-teman yang pernah bersama-sama dalam satu tim penelitian, diawali dengan hibah kompetitif dari Indonesia Toray Fondation pada 1995 hingga Hibah Strategis pada 2010: Dr. Yusnita Said dan Dr. Dwi Hapsoro, sahabat saya selama hampir 30 tahun, Prof. Abdul Kadir Salam, Dr. Sri Djuniwati, Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S., Ir. Sugiatno, M.S., Ir. Indarto, M.S., Ir. Sri Ramadiana, M.S., Dr. Maria Viva Rini, Ir. Sunyoto, M. Agr, Dr. Afandi, serta seluruh anggota peer grup Ilmu Gulma. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada ’tim lapangan’ kami yang sungguh luar biasa dan penuh dedikasi: Mas Slamet dan Mas Kirno dari Polinela, Mas Khoiri, Kang Sarim, Mas Yono, Ibrahim Dani A. Md., Pak Yadi (alm.), Pak Saino, serta banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan semuanya di sini. Kepada Dr. Soekisman Tjitrosoedirdjo, Dr. Sri Sudarmiyati Tjitrosemito, Drs. Imam Mawardi dan Ir. Sri Widayanti dari BIOTROP Bogor, saya sampaikan terimakasih atas bantuan, informasi, dan komunikasi hangat yang terjalin selama ini. Kepada Prof. Sutopo G. Nugroho dari Jurusan Ilmu Tanah Unila, Prof. Makoto Kimura dari Nagoya University, dan Prof. Yoko Oki dari Okayama University Jepang, terimakasih telah memberi kesempatan pada saya untuk selama 5 tahun bergabung dalam tim penelitian yang luar biasa di proyek Sumberjaya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada teman-teman di tim kerjasama penelitian Unila–PT Gunung Madu Plantation: Dr. Hamim Sudarsono, Dr. Dwi Hapsoro, Dr. Yusnita, Dr. Nyimas Sa’diyah, Dr. Afandi, Dr. Maria Viva Rini, Ir. Titik Nuraini, M.Sc., Dr. Udin Hasanudin, Ir. Otik Nawansih, M.S., Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S. dan Dr. Warsono. Kepada tim dari Gunung Madu, khususnya Bapak Ir. Koko Widyatmoko, M.S., Ir. Sunaryo, Ir. Herman Riyanto, Ir. Heru Gunito, Ibu Norma Mulyani B.Sc., Drs. Broto Cahyono, Bpk. Haryoso, serta Bpk. Bambang Sukartono, merupakan suatu kehormatan dan pengalaman berharga bagi saya dapat bekerjasama dengan Bapak dan Ibu semua. Kepada rekan-rekan dari agrochemical companies, teristimewa untuk Ir. Mia Rusmiati, terimakasih atas kepercayaan dan persahabatan yang begitu lama terjalin. Juga kepada Ir. Legina Ramadanti, Ir. Nanin Noorhayati, Ir. Joko Sunindyo, Ir. Danang Dwijanarko, Ir. Sidi Asmono, Ir. Kifly Simanjuntak, M.S., Bpk Hiskia Juana Ginting, Ir. Ferry Antameng, Ir. Alwi Assegaf, Ir. Achmad Lutfi, Ir. Yongki Pamungkas, Ir. Sudaya, Ir. Dedi Djunaedi, Ir. Hendi Abdurahman, Drh. Ali Usman, Anton Cahyadi, S.Si., Mahlukil Khasan, S.T., Ir. Edin Saefudin, M.M., Ir. Charles Butar Butar, Ir. Harry Rohimat Hidayat, Ms. Connie Tan, serta pihak lain yang mungkin terlewat saya sebutkan di sini, saya ucapkan terimakasih atas kepercayaan Bapak/Ibu selama ini dalam bekerjasama mendanai dan melaksanakan penelitian tanpa mengabaikan etika dan kejujuran ilmiah yang sama-sama kita junjung tinggi. Dalam melakukan berbagai penelitian selama lebih dari 15 tahun terakhir, tentu ada banyak sekali pihak yang telah mendanai kegiatan tersebut, baik melalui program hibah kompetitif maupun melalui program kerjasama yang terjalin. Untuk itu perkenankanlah saya menghaturkan terimakasih kepada pihak atau lembaga berikut: Lembaga Penelitian Universitas Lampung melalui program Hibah Dosen Muda dan Hibah Strategis, Dirjen Dikti melalui program Hibah Berbagai Bidang Ilmu (BBI) dan Hibah Bersaing, LIPI-KMNRT melalui program Riset Unggulan Terpadu, Japan Society for the Promotion of Science 3

(JSPS), Indonesia Toray Science Fondation (ITSF), serta Huntsman Performance Products, Malaysia, yang telah mempercayakan dana untuk penelitian kepada saya melalui hibah kompetitif yang memungkinkan saya berinteraksi dengan peneliti lain dari dalam maupun luar Indonesia. Terimakasih juga saya sampaikan kepada Komisi Pestisida Indonesia, PT Gunung Madu Plantation, PT Syngenta Indonesia, PT Zeneca Agriproducts Indonesia, PT Monagro Kimia, PT Dow AgroScience, PT Petro Kimia Kayaku, PT BASF Indonesia, PT Pioneer Indonesia, PT DuPont Indonesia, PT Nufarm Indonesia, PT Bayer Indonesia, PT Agricon, PT Dwitama Sembada, PT Golden Agin, PT Andal Hasa Prima, PT Mitra Kreasi Dharma, PT Catur Agrodaya Mandiri, PT CBA Chemical Industry, dan PT Biotek Saranatama, yang telah sekian lama memberikan kepercayaan dalam menjalin kerjasama penelitian, khususnya dalam melakukan uji efikasi herbisida dalam proses untuk mendapatkan ijin dari Komisi Pestisida Indonesia. Bapak/Ibu/saudara hadirin yang saya hormati, sebagai dosen dan peneliti, hari-hari kita tentu tidak pernah terlepas dari kehadiran mahasiswa, baik mahasiswa bimbingan penelitian, praktek umum, maupun bimbingan akademik. Untuk itu kepada seluruh mahasiswa bimbingan saya yang sampai saat ini berjumlah sekitar 158 orang dan seluruh mahasiswa yang pernah berinteraksi dengan saya di dalam maupun di luar kelas, saya sampaikan terimakasih yang tak ternilai atas bantuan yang kalian berikan serta semangat dan kerja keras yang kalian tunjukkan. Itu semua memotivasi dan menimbulkan semangat saya untuk tidak boleh berputus asa dalam bekerja dan memberi yang terbaik. Kepada keluarga besar saya, khususnya kepada Ibunda Hj. Ganti Suwarni dan Ayahanda Drs. Hi. Sardjono Diyat Pranoto (alm.) saya sampaikan hormat dan bakti saya yang tak terhingga. Ibu dan ayah telah mewariskan harta yang tidak ternilai bagi saya: petunjuk agama, kebaikan, pengorbanan, doa, dan cinta yang terus mengalir. Ayah selalu mempercayai langkah saya dan selalu mengingatkan saya untuk bersyukur dan ingat bahwa dalam kesuksesan kita terdapat jasa dan peran orang lain yang sangat besar dan dalam harta kita terdapat hak orang lain yang harus diberikan. Ibu selalu memberi dorongan dan motivasi untuk mencapai yang terbaik, percaya diri, dan pantang berputus-asa. Kepada kedua mertua saya, Ibu Mujiati dan Bapak Salam (alm.), terimakasih telah menerima saya sebagai bagian dari keluarga selama 26 tahun terakhir dan atas doa dan dukungan Bapak/Ibu selama ini. Kepada ke-lima adik saya: Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, Yayuk Sri Rohmani, S.K.M., Drg. Evi Nurhayati, Nurhidayah Setyowati, S.E., M.M., dan Rochmah Fitriyani, S.P. beserta dengan kelima adik ipar saya, Ir. Muaz Djunaidi, Tuntas Bagyono, S.K.M., M.Si., Bangkit Cahyono, S.E., Najib Jauhari, S.H., dan Ir. Endriyanto Bambang Purbowo, juga Mas Dian Sri Budoyo dan Mbak Ekan, serta kakak dan adik ipar saya: Mas Mahas Salju dan mBak Fatimah, mBak Muryani & Mas Bambang Sumitro, serta adik Nesti Heryanti, S.E dan Rudy Worek, S.E., terimakasih atas persahabatan dan dukungan kalian semua. Semoga keceriaan dan kekompakan akan selalu bersama keluarga besar kita. Saya juga ingin menghaturkan terimakasih dan penghormatan kepada om dan tante di Jakarta dan Magelang, khususnya kepada Om Soedradjad R.S. dan Tante Yati, serta Om dan Tante Muhson yang begitu banyak memberi bantuan 4

dan dukungan sejak saya masih mahasiswa di IPB yang sering kekurangan uang di tanggal tua, sampai ketika kami akan berangkat tugas belajar ke Amerika dan memerlukan bantuan dana, bahkan sampai saat ini, masih terus saya rasakan cinta dan dukungan beliau semua. Tak lupa saya berterimakasih kepada Mbak Sri Mlesen, Mbak Sarmi, Mbak Asih, dan Mbak Sri, yang selama bertahun-tahun telah setia membantu saya mengelola segala urusan rumah sehingga memudahkan dan memungkinkan saya menyisihkan waktu untuk berkarier. Akhirnya, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih saya kepada orang- orang terdekat saya: suami dan anak-anak. Kedua anak saya, Agung Taufiqurahman, S. Komp. (Fiqi) dan Rahma D. Haifani (Rahma), adalah sumber kebahagiaan, kekuatan, inspirasi, dan kebanggaan saya sebagai seorang ibu. Apapun yang telah Ibu berikan kepada kalian, telah kalian bayar lunas dengan kesungguhan, kebaikan, bakti, dan cinta kalian. Bagian tersulit dari tulisan ini adalah bagaimana menyampaikan terimakasih kepada sahabat terbaik, teman terdekat, suami saya, Prof. Dr. Abdul Kadir Salam. Kata-kata tidak ada yang dapat mewakili apa yang ingin saya ucapkan, semua yang telah saya berikan padanya selama ini rasanya belum cukup untuk membalas semua motivasi dan dorongan untuk maju yang tanpa bosan selalu ia berikan, tanggungjawab sebagai kepala keluarga yang selalu ia tunjukkan, juga penghormatan, kesabaran, kebaikan, dan cinta kasih yang selalu ia limpahkan untuk kami sekeluarga, khususnya untuk saya. Kehadirannya dalam hidup saya adalah karunia yang tidak dapat digantikan oleh apapun juga. Kami berdua memulai dengan tidak punya dan tidak tahu apa-apa pada tahun 1984, dan kini setelah 26 tahun kami bersama, Allah telah melimpahi keluarga kami dengan begitu banyak kebahagiaan dan anugerah. Semoga Allah juga akan melanggengkan cinta dan kebahagiaan ini. Sungguh, saya tidak dapat membayangkan kemana dan bagaimana hidup dan hari-hari saya mengalir tanpa kehadiran suami dan anak-anak saya..... Bapak/Ibu/saudara hadirin yang terhormat, pengalaman hidup dan interaksi saya dengan guru, dosen, pembimbing, kolega, sahabat, dan keluarga besar di atas, telah mengajari saya tentang luasnya cakrawala ilmu yang tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari, indahnya pencarian ilmiah, dan terhormatnya integritas ilmiah. Akhir kata, saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh Bapak Mario Teguh: ”Bertuhanlah dengan ikhlas, jadikanlah diri kita berguna bagi orang lain”. Semoga apa yang telah dan akan saya kerjakan merupakan hal yang mendatangkan manfaat bagi orang dan lingkungan di sekitar saya. Amien. Terimakasih atas kesabaran, perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara sekalian. Wassalamu’alaikum wr. wb. 5

RIWAYAT HIDUP JATI DIRI Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc. NIP : 19620101 198603 2 001 (131612209) Tempat/Tanggal Lahir: Magelang, 01 Janurai 1962 Agama : Islam Unit Kerja : Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Suami : Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M. Sc. Anak : 1. Agung Taufiqurrakhman, S. Komp. (PT Berca, Jakarta) 2. Rahma D. Haifa (SMA Al-Kautsar) Ayah : Drs. Hi. Sardjono Diyat Pranoto (Alm.) Ibu : Hj. Ganti Suwarni Alamat kantor : Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145 Telf./Fax 0721-783454 Email: [email protected] [email protected]; Alamat Rumah : Jl. Kavling Raya III no. 1, Rajabasa, Pramuka, Bandar Lampung, 35144 Telf. 0721-704111; HP 08127907140 PENDIDIKAN FORMAL 1993 Doctor of Phillosophy, Fisiologi Tumbuhan dengan Konsentrasi Ilmu 1989 Gulma, University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. 1984 Master of Science, Hortikultura dengan Konsentrasi Ilmu Gulma, 1980 University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. 1976 Sarjana Pertanian, Agronomi, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. 1973 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I, Magelang, Jawa Tengah. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri II, Magelang, Jawa Tengah. Sekolah Dasar (SD) Al-Iman, Magelang, Jawa Tengah. JABATAN FUNGSIONAL 2010 Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma & Herbisida, SK Mendiknas 2005 No. 49290/A4.5/KP/2010, tanggal 30 Juni 2010. 2001 Lektor Kepala (Angka Kredit 670), SK Mendiknas No. 44986/A2.7/KP/2005, tanggal 1 Agustus 2005. Lektor Kepala (Angka Kredit 434), SK Mendiknas No. 44743/A2.III.1/KP/2001, tanggal 1 Maret 2001. 1

2000 Lektor, SK Mendiknas No. 36111/A2.IV.1/KP/2000, tanggal 30 1997 Juni 2000. 1995 Lektor Madya, SK Mendikbud No. 486/J26/KP/1997, tanggal 31 1993 Mei 1997. 1987 Lektor Muda, SK Mendikbud No. 25/PT38.H/C/1995, tanggal 31 Maret 1995. Asisten Ahli, SK Mendikbud No. 061/PT38.H/C/1993, tanggal 27 Februari 1993. Asisten Ahli Madya, SK Mendikbud No. 146/PT38.H15.2/C/1987, tanggal 27 April 1987. JABATAN NON-FUNGSIONAL 2006 – saat ini Anggota Senat Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2005 – 2007 Tim Kerja Pembantu Rektor I Universitas Lampung. 2000 – 2004 Tim Kerja Pembantu Rektor IV Universitas Lampung. 1996 – 2007 Kepala Laboratorium Ilmu Gulma, Fakultas Pertanian, 1996 – saat ini Universitas Lampung. 1997 – saat ini Ketua Peer Grup Ilmu Gulma, Jurusan BDP, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Peneliti Independen, Mitra Komisi Pestisida Indonesia untuk Uji Efikasi Herbisida. PENGALAMAN MENGAJAR 1. Dasar Fisiologi Tumbuhan (S1), 1994 – saat ini. 2. Ekologi Tumbuhan( S1), 1994 -1997. 3. Bahasa Inggris (S1), 1994 – 1996. 4. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (S1), 1995 – saat ini. 5. Ilmu & Teknik Pengendalian Gulma (S1), 1998 – saat ini. 6. Fisiologi Herbisida (S1), 2000 – 2005. 7. Herbisida dan Lingkungan (S1), 2005 – saat ini. 8. Seminar (S2), 2000 – 2001. 9. Fisiologi Tanaman (S2), 2000 – saat ini. 10. Fisiologi Herbisida (S2), 2001 – saat ini. 11. Kimia Lingkungan dan Pencemaran (S2), 2009 – saat ini BUKU & BAHAN PERKULIAHAN/PRAKTIKUM 1. Weed of Southern Sumatra: Identification Book. Dalam proses penulisan. 2. Panduan Praktikum Herbisida dan Lingkungan (Nanik Sriyani dan Dad R. J. Sembodo). Revisi terakhir tahun 2010. 3. Panduan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma (Peer Grup Ilmu Gulma). Revisi terakhir tahun 2009. 4. Panduan Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Peer Grup Ilmu Gulma). Revisi terakhir tahun 2007. 2

5. Pengembangan Metode Pembelajaran Inovatif Berbasis Web (Web-Based Hybrid Learning) untuk Mata Kuliah Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma (Nanik Sriyani, Dad R. J. Sembodo, & Darmaisa Mawardi). Tahun 2008. PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA 2008 Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden 1999 Republik Indonesia. Jakarta, 2 Mei 2008. 1997 Makalah dan Pemakalah Poster Terbaik pada 17th Asian-Pacific Weed Science Society (APWSS) Conference. 1996 Bangkok, Thailand, November 22-27, 1999. 1.Dosen Teladan Nasional Harapan I Tahun 1997. 1994 Jakarta, 16 Agustus 1997. 1990 2.Dosen Teladan I Universitas Lampung Tahun 1997. 1984 Bandar Lampung, 19 Juni 1997. 3.Dosen Teladan I Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tahun 1997. Bandar Lampung, 19 Juni 1997. 1.Makalah dan Pemakalah Terbaik I pada Konferensi Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Bandar Lampung, 7 November 1996. 2.Certificate of Recognition dari United States Agency for International Development (USAID) Indonesia untuk keberhasilan program kerjasama teknis dalam bidang Fisiologi Tumbuhan. Jakarta, 1 Mei 1996. Certificate of Achievement dari United States Agency for International Development (USAID) Indonesia untuk keberhasilan program kerjasama teknis dalam bidang Fisiologi Tumbuhan. Jakarta, 8 Juli 1994. The Honor Society of Agriculture: Gamma Sigma Delta, University of Wisconsin Chapter. Madison, Amerika Serikat, 18 April 1990. Lulusan Terbaik Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Wisuda Desember 1984. Bogor, 17 Desember 1984. PENGALAMAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF 2010 1.Judul: Kajian Pemanfaatan Gulma In Situ Sebagai Sumber Bahan 2009 Organik Yang Berpotensi untuk Memperbaiki Kualitas Lahan Kritis, Tahun Ke-1. Sumber Dana: Hibah Strategis Batch II, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Pengelolaan Gulma Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Menjaga Keberlanjutan Produktivitas Lahan Pada Budidaya Kopi Rakyat, Tahun Ke-1. Sumber Dana: Hibah Strategis Batch I, Dirjen Dikti, Depdiknas, melalui DIPA Unila. (Peneliti Utama) 2.Judul: Kajian Pemanfaatan Gulma In Situ Sebagai Sumber Bahan Organik Yang Berpotensi untuk Memperbaiki Kualitas Lahan Kritis, 3

2007 Tahun Ke-1. Sumber Dana: Hibah Strategis Batch II, Dirjen Dikti, 2006 Depdiknas. (Peneliti Anggota) 2005 1.Judul: Efficacy Study of Several Glyphosate Formulations to Control 2004 Natural Weed Population in Oil-Palm Plantation. Sumber Dana: 2003 Huntsman Performance Products, Malaysia. (Peneliti Utama) 2000 1.Judul: Screening Test of ADS-0011 - ADS-0030 to Control Major 1999 Weeds of Oil-Palm. Sumber Dana: Huntsman Performance Products, Malaysia. (Peneliti Utama) 1998 1.Judul: Pengembangan Teknik Bioassay sebagai Metode Deteksi Residu Herbisida Dalam Tanah dan Air, Tahun Ke-3. Sumber 1997 Dana: Hibah Bersaing XIII Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Utama) 1.Judul: Pengembangan Teknik Bioassay sebagai Metode Deteksi Residu Herbisida Dalam Tanah dan Air, Tahun Ke-2. Sumber Dana: Hibah Bersaing XIII Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Utama) 1.Judul: Pengembangan Teknik Bioassay sebagai Metode Deteksi Residu Herbisida Dalam Tanah dan Air, Tahun Ke-1. Sumber Dana: Hibah Bersaing XIII Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Utama) 1.Judul: Pemanfaatan Hara Limbah Industri Sebagai Pupuk untuk Pertanian. Sumber Dana: Riset Unggulan Terpadu, Dewan Riset Nasional Indonesia. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Application of Several Weed Control Methods to Reduce Soil Erosion in Sustainable Coffee Plantation System of Sumberjaya, West Lampung, Tahun ke-5. Bagian dari penelitian Basic Research on Developing Techniques for Sustainable Biological Production in the Region of Red Acid Soil. Sumber Dana: Japan Society For the Promotion of Science (JSPS), kerjasama antara Nagoya University Jepang dan Universitas Lampung. (Peneliti Utama) 2.Judul: Manipulasi Sifat Kimia Tanah untuk Mengurangi Dampak Negatif Logam Berat Asal Limbah Industri Terhadap Tanah, Air, dan Tanaman, Tahun ke-4. Sumber Dana: Hibah Bersaing IV Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Application of Several Weed Control Methods to Reduce Soil Erosion in Sustainable Coffee Plantation System of Sumberjaya, West Lampung, Tahun ke-4. Sumber Dana: Japan Society For the Promotion of Science (JSPS), kerjasama antara Nagoya University Jepang dan Universitas Lampung. (Peneliti Utama) 2.Judul: Manipulasi Sifat Kimia Tanah untuk Mengurangi Dampak Negatif Logam Berat Asal Limbah Industri Terhadap Tanah, Air, dan Tanaman, Tahun ke-3. Sumber Dana: Hibah Bersaing IV Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Application of Several Weed Control Methods to Reduce Soil Erosion in Sustainable Coffee Plantation System of Sumberjaya, West Lampung, Tahun ke-3. Sumber Dana: Japan Society For the 4

1996 Promotion of Science (JSPS), kerjasama antara Nagoya Univ. Jepang 1995 dan Unila. (Peneliti Utama) 2.Judul: Manipulasi Sifat Kimia Tanah untuk Mengurangi Dampak Negatif Logam Berat Asal Limbah Industri Terhadap Tanah, Air, dan Tanaman, Tahun ke-2. Sumber Dana: Hibah Bersaing IV Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Identifikasi Pengaruh Alelopati Alang-alang dengan Metode Kultur Jaringan. Sumber Dana: Hibah Kompetitif Berbagai Bidang Ilmu (BBI), DP3M, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Utama) 2.Judul: Application of Several Weed Control Methods to Reduce Soil Erosion in Sustainable Coffee Plantation System of Sumberjaya, West Lampung, Tahun ke-2. Sumber Dana: Japan Society For the Promotion of Science (JSPS), kerjasama antara Nagoya Univ. Jepang dan Unila. (Peneliti Utama) 3.Judul: Manipulasi Sifat Kimia Tanah untuk Mengurangi Dampak Negatif Logam Berat Asal Limbah Industri Terhadap Tanah, Air, dan Tanaman, Tahun ke-1. Sumber Dana: Hibah Bersaing IV Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Depdiknas. (Peneliti Anggota) 1.Judul: Factors Affecting Induction and Release of Dormancy and Apical Dominance in Alang-alang (Imperata cylindrica) Rhizome Buds. Sumber Dana: Hibah kompetitif dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF). (Peneliti Utama) 2.Judul: Application of Several Weed Control Methods to Reduce Soil Erosion in Sustainable Coffee Plantation System of Sumberjaya, West Lampung, Tahun ke-1. Sumber Dana: Japan Society For the Promotion of Science (JSPS), kerjasama antara Nagoya Univ. Jepang dan Unila. (Peneliti Utama) 3.Judul: Pemanfaatan Ekstrak Alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai Bioherbisida. Sumber Dana: Lembaga Penelitian Unila. (Peneliti Utama) PENGALAMAN PENELITIAN KERJASAMA (TIM PENELITI MITRA KOMISI PESTISIDA INDONESIA) 2010 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Bioxone Terhadap 2009 Gulma pada Tanaman Kelapa Sawit, Karet, Kakao, dan Lahan Tanpa Tanaman. Kerjasama dengan PT Biotek Saranatama, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Biochoice Terhadap Gulma pada Tanaman Kelapa Sawit, Karet, Kakao, dan Lahan Tanpa Tanaman. Kerjasama dengan PT Biotek Saranatama, Jakarta. 3.Judul: Pengujian Seed Treatment Cruiser 350 FS untuk Tanaman Jagung, Kedelai, dan Padi Sawah. Kerjasama dengan PT Syngenta, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Laboratorium Sifat Aktifitas Campuran (Sinergistik) Herbisida Broadnet 17/480 SL (garam aminopyralid 5

2008 potasium + garam glifosat). Kerjasama dengan PT Dow 2007 AgroSciences Indonesia, Jakarta. 2006 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Broadnet 17/480 SL pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Dow AgroSciences Indonesia, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Efikasi Herbisida Starane 480 EC (fluroksipir) dan Tordon 101 (2,4-D+picloram) terhadap Gulma Umum pada Perkebunan Karet Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Dow AgroSciences Indonesia, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Efikasi Herbisida Topstar 50/300 EW (fluroksipir+glifosat) terhadap Gulma Umum pada Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Dow AgroSciences Indonesia, Jakarta. 3.Judul: Eradikasi Gulma Teki pada Perkebunan Tebu PT GMP. Kerjasama dengan PT Gunung Madu Plantation. 4.Judul: Efikasi Herbisida Paraquat (Gramoxone) dan Kombinasi Paraquat+Diuron (Paracol) terhadap Gulma pada Tanaman Kedelai. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 5.Judul: Efikasi Herbisida Glifosat (Touchdown 480 SL) terhadap Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Belum Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 6.Judul: Efikasi Herbisida 2,4-D (CBA-6) terhadap Gulma Daun Lebar pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT CBA, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Efikasi Herbisida Fluroksipir (Starane 480 EC) terhadap Gulma Semak dan Daun Lebar pada Tanaman Kelapa Sawit. Kerjasama dengan PT Dow AgroSciences Indonesia, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Efikasi Herbisida 2,4-D (Abolisi) terhadap Gulma Daun Lebar pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT Dharma Guna Wibawa, Jakarta. 3.Judul: Efikasi Herbisida Paraquat (Spectra) terhadap Gulma pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 4.Judul: Efikasi Beberapa Herbisida Pascatumbuh terhadap Gulma Jamuan dan Teki (Cyperus rotundus). Kerjasama dengan PT Gunung Madu Plantation. 5.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Pascatumbuh Sankuat 276 SL terhadap Gulma Utama Terutama Jenis Rumput- rumputan pada Tanaman Tebu di Lahan Kering. Kerjasama dengan PT Dwitama Sembada, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Sankuat 276 SL terhadap Gulma pada Padi Sawah, Padi Gogo, dan Padi Pasang Surut Tanpa Olah Tanah (TOT). Kerjasama dengan PT Dwitama Sembada, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Sankuat 276 SL terhadap Gulma pada Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan dan Belum Menghasilkan, serta Kopi Belum Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Dwitama Sembada, Jakarta. 6

2005 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Paraquat (Sankuat 2003 276 SL) terhadap Gulma pada Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 2002 Menghasilkan dan Belum Menghasilkan, dan Kopi Belum 2001 Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Dwitama Sembada, Jakarta. 2000 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Logran 75 WG terhadap Gulma Umum, Gulma Semak-semak, dan Gulma Pakisan pada Tanaman Karet dan Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 3.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Fusilade 150 EC terhadap Gulma pada Kacangan Penutup Tanah di Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Sulfosat (Touchdown 620 AS dan Toupan IQ 220 AS) terhadap Gulma pada Budidaya Tanaman Karet, Kelapa Sawit, dan Kopi Belum Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Syngenta Indonesia, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Lindas 240 AS untuk Pengendalian Gulma Umum pada Budidaya Kelapa Sawit Belum Menghasilkan dan untuk Persiapan Tanam Budidaya Jagung Tanpa Olah Tanah (TOT). Kerjasama dengan PT Petro Kimia Kayaku, Surabaya. 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Godam 520 AS dan Starmin 865 AS untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT Petro Kimia Kayaku, Surabaya. 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Saber 720 EC, Nufarmin 865 AS, dan Rajamine 433 AS untuk Mengendalikan Gulma pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT Nufarm Indonesia, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Tupormin 865 AS terhadap Gulma Daun Lebar pada Tanaman Tebu. Kerjasama dengan PT Pentagro Fertila Utama, Jakarta. 3.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Toupan 240 AS untuk Penyiapan Lahan Tanaman Padi Sawah dan Padi Gogo Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Kerjasama dengan PT Zeneca Agri Products, Jakarta. 4.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Staris 240 AS dan Sprag 160 AS terhadap Gulma Alang-alang pada Lahan Tanpa Tanaman. Kerjasama dengan PT Golden Sari, Jakarta. 5.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Sprag 160 AS terhadap Gulma pada Perkebunan Kopi, Kakao, Karet, dan Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Golden Sari, Jakarta. 1.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Staris 240 AS terhadap Gulma pada Perkebunan Kopi, Kakao, Karet, dan Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Golden Sari, Jakarta. 2.Judul: Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Swanup 480 AS terhadap Gulma pada Perkebunan Kopi, Kakao, Karet, dan Kelapa Sawit Menghasilkan. Kerjasama dengan PT Golden Sari, Jakarta. 7


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook