AKUNTANSI LINGKUNGAN: SEBUAH IDEALISME MASYARAKAT AKUNTANSI UNTUK GREEN WORLD Lindrianasari Disampaikan dalam: Sidang Senat Terbuka Upacara Pengukuhan Guru Besar/Profesor Universitas Lampung November 2017
2
Kupersembahkan perjalanan ini kepada: Sheila Saraswati Fauzan Muhammad M Farid Hasby Sultan Rashia Berpijaklah, yang diatasnya kalian dapat berdiri tegak, jangan bergantung dengan satupun mahluk dunia, kecuali hanya kepadaNya. Sungguh, tak ada kata yang mampu menggambarkan kasih sayang dan cinta kasih bunda yang begitu dalam untuk kalian. Falah Maimunahar Terima kasih untuk segala pelajaran tentang hidup yang begitu dalam dan sarat makna. Sungguh, keikhlasan dan kesabaran telah menjadikan kekuatan bagiku dan menjadi tempat sandaran dalam melanjutkan hidup. Kepada keluargaku: Ayahanda Drs. H. Amsir Saidi (Alm) dan ibunda Hj. Siti Aisyah (Alm.), dengan bangga dan penuh hormat namamu tersemat di hati ananda dan ternyata kematian tidak pernah memisahkan kita, ayunda Asnaini dan kanda Jeffry, ayunda Adrianti dan Kanda M.G. Yuzal (Alm.), kanda M.H Rusdy (Alm.) dan ayunda Herlinda, ayunda Mediarti dan kanda M. Sazly Rizky, ayunda Arini dan kanda Makmur (Alm.), ayunda Lindawati dan kanda Zulkarnaen, terima kasih atas doa, dukungan, dan limpahan kasih sayang yang tiada henti, kepada adinda. Kasih sayang itu membentangkan dan memudahkan jalan hidup, memberi nafas, kesejukan, dan menemani dalam setiap perjuangan adinda. Kepada keluarga dari Yogyakarta: Ayahanda (Alm.) Eddy, ibunda (Alm.) Dasmanah, mas Ismu dan Hanifah, mbak Romzana dan mas Ria, Alfi, Aji dan Ros, terima kasih untuk dukungan dan uluran tangan yang hangat. Semua itu telah memberikan warna indah dalam perjalanan ini. 3
4
Yang saya hormati: − Ketua Senat dan Para Anggota Senat Universitas Lampung. − Rektor Universitas Lampung beserta jajaran Pimpinan Universitas, Fakultas, Jurusan dan Lembaga di Lingkungan Universitas Lampung − Segenap Civitas Akademika Universitas Lampung, khususnya rekan-rekan di Jurusan Akuntansi, Jurusan Manajemen, dan Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, − para undangan serta hadirin yang kami hormati Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Tabiik-pun… Alhamdulillahirobbil‘alamin, dengan penuh ketundukan saya persembahkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kehadirat Allah SWT, untuk nama yang saya sandang, untuk keluarga yang saling menjaga dan mencinta, untuk kesehatan jasmani dan rohani, dan untuk kesempatan dalam memaknai sebuah perjalanan hidup yang telah saya tempuh, dan yang paling utama adalah untuk keimanan dan keyakinan yang semoga tetap terjaga hingga akhir hayat, aamiin ya Rabbal’alamin. Syukur Alhamdulillah, bahwa pada hari ini saya diberiNya kesempatan untuk berdiri dihadapan hadirin semua, keluarga, guru, karib-kerabat, rekan kerja, dan anak didik saya sekalian, untuk membacakan orasi ilmiah dalam bidang kajian keilmuan yang telah saya pilih untuk didalami selama kurang lebih 15 tahun, (sejak 2002) di bidang ilmu Akuntansi, khususnya Akuntansi Lingkungan. Shalawat serta salam juga semoga senantiasa tercurah kepada Rosulullah, Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran ISLAM menjadi rahmatan lil-alamin, rahmat bagi semesta alam. Semoga Allah SWT meridhoi kita (para pengikutnya) untuk mendapat safaat beliau, kelak di yaumul akhir, aamiin yaa Rabbal’alamin. Selajutnya perkenankan saya menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar dalam bidang Ilmu Akuntansi. 5
6
Pidato Pengukuhan Guru Besar AKUNTANSI LINGKUNGAN: SEBUAH IDEALISME MASYARAKAT AKUNTANSI UNTUK GREEN WORLD Saat ini, informasi tentang kerusakan lingkungan sangat mudah kita temui, baik dari media cetak maupun media elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan yang terjadi saat ini semakin tinggi, meluas, dan menjadi topik perbincangan di masyarakat global. Salah satu sumber informasi yang terkait dengan kerusakan lingkungan menjelaskan bahwa: a) Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta hektar hutan Indonesia hilang. b) Terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan 30% dari 2,5 juta hektar. c) The IUCN Red List of Threatened Species (sebuah organisasi dunia yang memperhatikan dan mengevaluasi secara komprehensif keberadaan dan status tumbuhan dan binatang yang ada di semua negara) melaporkan: i) 76 spesies hewan dan 127 tumbuhan Indonesia berada dalam status keterancaman tertinggi (status Critically Endangered), ii) 205 jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk kategori Endangered, 7
iii) 557 spesies hewan dan 256 tumbuhan berstatus Vulnerable. d) World Bank juga menempatkan ibu kota negara Indonesia (Jakarta) sebagai kota dengan polutan tertinggi keempat setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City (dalam https://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan- hidup-di-indonesia-dan-penyebabnya/ diunduh 2016). Bapak-bapak dan ibu-ibu, hadirin majelis yang terhormat… Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2015 melaporkan indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia. Gambar 1 merupakan pola kualitas lingkungan selama periode 2011-2014. Pada gambar terlihat bahwa terdapat penurunan indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia di semua indikator pengukuran. Sehingga, secara rata-rata terjadi penurunan pada indeks kualitas lingkungan hidup ditunjukkan pada garis Ave_EQI. Sumber: KLH-Republik Indonesia (2015: pp.20) Gambar 1 Tren Indeks Kualitas Lingkungan di Indonesia 2011-2014 8
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa tanpa penanganan yang baik kualitas maka semakin lama lingkungan hidup di Indonesia akan semakin buruk. Indeks kualitas lingkungan hidup di tahun 2014 sebesar 63,42 (dari poin 100), turun dari 65,76 di tahun 2011. Penurunan kualitas lingkungan hidup ini bukanlah nilai yang diinginkan oleh masyarakat, dan jauh dari harapan dan amanah Undang-Undang Dasar 1945, yang pada Bab XA, tentang Hak Azazi Manusia, Pasal 28H ayat (1) dinyatakan bahwa: “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Secara global, ukuran Environmental Quality Index (EQI) sudah dikembangkan oleh Virginia Commennwealth University (VCU). VCU mengembangkan enam kategori pengukuran indeks kualitas lingkungan hidup, yang terdiri dari kecenderungan kualitas atau kondisi lingkungan dari media (1) air, (2) udara, dan (3) lahan, (4) beban pencemar toksik, (5) perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan (6) pertumbuhan penduduk. Dari keenam kategori pengukuran indeks kualitas lingkungan hidup yang diperkenalkan VCU, Indonesia hanya mengadopsi dua dan ditambahkan dengan ukuran tutupan hutan (the Forest Cover) sebagai pengukuran ketiganya. Oleh karena itulah, saat ini pengukuran indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia menggunakan tiga indikator, yaitu Air Quality Index (AQI), Water Quality Index (WQI), dan Forest Cover Quality Index (FCQI). Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 32 (PSAK 32) tentang Akuntansi Kehutanan melalui Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (PPSAK No. 1) oleh DSAK-IAI, membawa kekecewaan bagi para pemerhati lingkungan, termasuk akademisi akuntansi. Pencabutan PSAK 32 9
ini diduga berpotensi pada lemahnya kendali eksploitasi di bidang usaha kehutanan, meskipun Manual Pelaporan Keuangan Pengelolaan Hutan Produksi dan Pengelolaan Hutan (DOLAPKEU-PHP2H) telah disahkan oleh Peraturan Menteri Kehutanan No. P.69/Menhut-II/ 2009 (sejak dikeluarkan Manual Pelaporan Keuangan Pengelolaan Hutan Produksi dan Pengelolaan Hutan rencana Pencabutan PSAK 32 mulai digulirkan). Di sisi akuntansi, pencabutan PSAK 32 tentang Akuntansi Kehutanan ini berampak besar terhadap laporan keuangan perusahaan yang mengeksploitasi hutan. Studi pada 15 perusahaan kehutanan pada periode 2007-2013 yang dilakukan Ningsih, Lindrianasari, dan Alvia (2015) menemukan bukti empiris bahwa alokasi biaya lingkungan menurun secara signifikan pada periode setelah rencana pencabutan PSAK 32. Hasil ini sangat relevan dan sejalan dengan laporan yang diberikan KLH di atas. Bapak-bapak dan ibu-ibu, hadirin majelis yang saya hormati… Kepedulian kita sebagai kaum akademisi sangat dibutuhkan untuk memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Kerusakan lingkungan yang kita hadapi saat ini, sebagian besar disebabkan perilaku manusia yang mengonsumsi sumber daya berlebihan tanpa mempertimbangkan kelestarian sumber daya tersebut. Bahkan, sebagian kita mengonsumsi sumber daya di luar kebutuhan. Ruangan yang kosong, namun AC dan lampu berada dalam posisi menyala; pemborosan air bersih, dimana kran air terus menyala sehingga air terbuang percuma. Berapa sering tragedy “asap” akibat pembakaran hutan yang terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia? Berapa sering kita menjumpai kendaraan dan cerobong pabrik yang menyumbangkan asap hitam di langit kita. Secara nyata, semua aktivitas ini telah menyebabkan 10
peningkatan polusi udara. Asap yang menutupi permukaan bumi, mendorong peningkatan suhu bumi dan pada akhirnya berdampak pada semakin menipis lapisan ozon. Lapisan ozon yang menipis, dan bahkan sebagian lainnya telah berlubang, tentulah tidak dapat menyaring dengan baik radiasi dari sinar matahari dan akan sampai ke bumi dengan dampak negatifnya bagi kehidupan. Sebenarnya, dampak negative dari kerusakan lingkungan telah menyadarkan sebagian masyarakat dunia terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan dan sosial. Kesadaran berbagai pihak tentang isu-isu lingkungan untuk kesejahteraan manusia di masa depan terlihat dengan berbagai aktivitas yang dilakukan organisasi dunia. Konferensi tentang Lingkungan dan Pembangunan yang diselenggarakan pada KTT Bumi (Earth Summit) pada tanggal 3 – 14 Juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil yang dihadiri oleh 35.000 peserta yang terdiri dari kepala negara, peneliti, LSM, wartawan, akademisi, dan pihak terkait lainnya sebagai perwakilan dari 172 negara. Isu utama yang didiskusikan di tahun 1992 itu adalah isu lingkungan, termasuk di dalamnya pemanasan global, kerusakan hutan dan spesies langka, serta gagasan pada pengembangan industri yang ramah lingkungan. KKT Bumi di Rio de Janeiro itu tercatat sebagai salah satu diskusi penting tentang lingkungan di tingkat dunia. Keberlanjutan diskusi penting tentang lingkungan di tingkat dunia telah mencatat Conferences of the Parties- COP (konferensi tahunan dimulai di tahun 1995 untuk menilai kemajuan dalam menangani perubahan iklim); Kyoto Protocol (1997 menyimpulkan dan menetapkan kewajiban yang mengikat secara hukum bagi negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka pada periode 2008-2012); Cancún Agreement (2010, menyatakan bahwa pemanasan global di masa depan harus dibatasi tergantung pada jenis industry; Paris Agreement (2015, mengatur pengurangan emisi 11
melalui komitmen bersama negara-negara dunia – termasuk Indonesia, yang mulai berlaku pada tanggal 4 November 2016). Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, salah satunya adalah pada kenaikan permukaan laut. Untuk itu, Indonesia harus berperan aktif dalam mengurangi dampak perubahan iklim tersebut. Salah satu peran aktif Indonesia dalam isu lingkungan terlihat dari diberlakukannya Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang ratifikasi Protokol Kyoto untuk Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Undang-Undang Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 diatur di atas pertimbangan: .... c) bahwa perubahan iklim bumi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan efek buruk pada lingkungan dan kehidupan manusia yang perlu dikontrol sesuai dengan prinsip tanggung jawab bersama (common but differentiated responsibilities) dengan memperhatikan sosial dan kondisi ekonomi masing-masing negara; d) bahwa sebagai negara kepulauan, kepulauan ditandai dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut; e) bahwa sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengembangkan industri teknologi bersih dengan sangat rendah-emisi; f) bahwa negara tropis dengan hutan terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki peran penting dalam mempengaruhi iklim bumi .... \" Studi yang dilakukan Asmaranti dan Lindrianasari (2014) menginvestigasi reaksi perusahaan-perusahaan manufaktur yang besar di Indonesia (terdaftar di Bursa Efek Indonesia) atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf terdahulu, Undang-Undang 12
ini merupakan wujud Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto tentang Perubahan iklim. Asmaranti dan Lindrianasari (2014) menemukan bahwa sebelum 2004 aktivitas perusahaan untuk menurunkan emisi karbon masih rendah, namun meningkat setelah 2004. Studi ini juga menemukan perbedaan signifikan pada aktivitas perusahaan untuk melakukan upaya-upaya penurunan emisi karbon di perusahaan manufaktur di Indonesia. Studi ini memberikan bukti empiris bahwa setelah berlakunya Undang- Undang No. 17 tahun 2004 tersebut, tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan Indonesia menjadi lebih baik. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, merupakan bukti keikutsertaan dan kepedulian pemerintah pada isu lingkungan. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia selayaknya semakin baik dan diperkuat oleh regulasi tersebut. Terlebih lagi, komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, secara jelas dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Peraturan ini diterbitkan sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Melalui forum G-20 di Pittsburgh pada 25 September 2009, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020. Dari beberapa sumber juga mencatat bahwa banyak negara di dunia sangat mendukung upaya-upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Parlemen Australia meratifikasi hukum yang berhubungan dengan pajak karbon. Undang-undang ini mengatur 13
pajak karbon dari AS $ 23,78 per ton untuk 500 perusahaan yang dianggap sebagai polusi terbesar dari Juli 2012, sebelum masuk ke dalam skema pasar karbon Juli 2015 (http://www.bbc.co.uk /indonesia/dunia/2011/11/111107_australiacarbontax.shtml). Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, mendesak para pemimpin Uni Eropa (UE) untuk mengurangi jumlah emisi karbon dari masing-masing negara sebesar 30 persen. Jumlah penurun ini lebih tinggi dari yang diusulkan pada KTT Uni Eropa tentang perubahan iklim di Copenhagen, Denmark (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/112118/pm_inggris_ser ukan_ pengurangan_emisi_karbon). Organisasi Investasi Lingkungan mengungkapkan bahwa perusahaan terbesar di dunia gagal untuk melaporkan emisi gas rumah kaca dan diverifikasi dengan benar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh EIO mengungkapkan bahwa dari 800 perusahaan terbesar di dunia yang mereka pelajari, hanya 37% melaporkan data emisi GRK yang lengkap dan sesuai dengan standar global (http://www.hijauku.com/2013/05/03/inilah-rangking- pelaporan-emisi-perusahaan-dunia). Hadirin yang berbahagia, Dalam Chen dan Roberts (2010) dijelaskan bahwa teori legitimasi dan teori stakeholder dianggap teori yang berpengaruh dalam domain penelitian akuntansi sosial dan lingkungan. Pada penelitian terdahulu juga kedua teori ini telah digunakan (lihat Lindrianasari, 2007; Asmaranti dan Lindrianasari, 2014; Lindrianasari dan Asmaranti 2016. Semua penelitian di atas merujuk pada pendapat Gray et al. (1995) yang menjelaskan bahwa teori legitimasi dan teori pemangku kepentingan merupakan dua teori yang saling menjelaskan (overlapping theories) yang memiliki 14
perbedaan di level persepsi dan penyelesaian, dan bukan teori yang bertentangan. Dengan kata lain, Chen dan Roberts (2010) mencoba menyimpulkan, teori legitimasi dan teori pemangku kepentingan keduanya dapat menjelaskan dan memprediksi hubungan antara organisasi dan sosial lingkungan tapi dengan pendekatan dan dekomposisi yang berbeda. Namun begitu, keduanya memiliki manfaat yang mendalam dalam memberikan pemahaman dalam riset akuntansi sosial dan lingkungan. Teori legitimasi (diperkenalkan Lindblom, 1994; dan Suchman, 1995) lebih fokus pada sistem nilai masyarakat. Sehingga teori legitimasi memprediksi jika sistem nilai sebuah organisasi kongruen dengan sistem nilai yang ada di dalam masyarakat sekitarnya, maka organisasi tersebut akan bertahan. Oleh sebab itu, organisasi harus dapat memenuhi harapan dan selanjutnya mendapat penerimaan dari masyarakat. Sementara itu, Teori pemangku kepentingan (diperkenalkan oleh Freeman 1984) fokus pada hubungan antara organisasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang membentuk (mempengaruhi) lingkungan. Teori pemangku kepentingan memprediksi bahwa masing-masing kelompok pemangku kepentingan memiliki tuntutan dan sekaligus dampak yang tidak sama terhadap lingkungan. Di sisi lain, masing-masing pemangku kepentingan memiliki harapan yang sama antara satu dengan lainnya sering bertentangan (Chen dan Roberts, 2010). Bapak-bapak, Ibu-ibu, anggota senat Universitas Lampung, serta para hadirin yang saya hormati, Dengan menggunakan kedua teori di atas sebagai asumsi urgensi model akuntansi (manajemen) lingkungan, pembentukan forum internasional untuk mendiskusikan peran pemerintah di 15
dalam mempromosikan akuntansi managemen lingkungan (Environmental Management Accounting-EMA) telah digagas oleh lembaga internasional United Nation Division for Sustainable Development (UN DSD) (Jasch, 2003). EMA dianggap mampu merepresentasikan sebuah pendekatan yang bersifat kombinasi dan dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan lingkungan dalam peruntukan pengguna akuntansi keuangan bisnis dan akuntansi keuangan pemerintah. Campur tangan pemerintah memegang peranan penting dalam menjamin lingkungan dan sosial yang lebih baik. Studi Williams (1999), Ederington dan Minier (2003), Mobus (2005), dan Lindrianasari, Kufepaksi, Asmaranti, dan Komalasari (2017) adalah beberapa penelitian yang menyumbangkan temuan bahwa regulasi sangat mempengaruhi ketaatan pelaku usaha dalam kaitannya dengan lingkungan dan sosial. Ederington dan Minier (2003) menemukan bahwa ketika tingkat regulasi lingkungan dimodelkan sebagai variabel endogen, terdapat efek yang secara signifikan lebih tinggi pada arus perdagangan dari pada yang dilaporkan sebelumnya. Mereka juga menawarkan suatu ide tentang haruskah perjanjian perdagangan internasional diperluas kontennya hingga mencakup negosiasi kebijakan lingkungan? Saat ini, pemikiran Ederington and Minier tersebut telah menjadi topik menarik di area perdagangan internasional dan perlindungan lingkungan. Ketika World Trade Organization (selanjutnya disingkat WTO) dapat memastikan bahwa semua anggota yang bernaung di bawah WTO telah melaksanakan pembangunan dan perlindungan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, maka probabilitas pencapaian tujuan mendasar dari WTO menjadi semakin besar. WTO berkontribusi dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan melalui perdagangan terbuka, dengan menyusun aturan dan mekanisme penegakan hukum, oleh komite kerja 16
dalam tubuh WTO dari negara berbeda (https://www.wto.org/ english/tratop_e/envir_e/ envir_e.htm). Melalui aturan inilah WTO dapat mencapai tujuannya untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap lingkungan dan sosial di seluruh Negara anggotanya. Mobus (2005) dan Williams (1999) berpendapat bahwa sanksi hukum dan sistem sosial-politik dan ekonomi suatu bangsa sangat mempengaruhi pola persepsi organisasi dalam kebutuhan untuk melaksanakan pengungkapan akuntansi lingkungan dan sosial secara sukarela, sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat. Keterbukaan ini juga ditujukan untuk menghindari kebijakan yang mengarah pada kepentingan pribadi organisasi. Studi Mobus (2005) pada perusahaan industri penyulingan minyak USA, menemukan korelasi negatif antara sanksi hukum terkait dengan pengungkapan wajib lingkungan pada pelanggaran peraturan. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin berat sanksi hukum yang dikenakan terhadap lingkungan, maka akan semakin kecil pelanggaran yang terjadi. Hadirin yang saya hormati, Penelitian yang kami lakukan pada tiga negara berkembang (Indonesia, Malaysia, dan Thailand) menunjukkan hasil yang konklusif. Dalam periode 12 tahun masa amatan, kami menemukan kecenderungan yang sama pada perusahaan- perusahaan yang terdaftar di bursa saham di masing-masing negara amatan. Hasil studi kami menemukan bahwa terdapat perubahan positif pada alokasi biaya dan aktifitas lingkungan dan sosial perusahaan setelah tahun 2007. Temuan ini mengindikasikan bahwa perusahaan taat dan merespon regulasi yang dikeluarkan pemerintah (Lindrianasari et al., 2018). Temuan 17
penelitian kami ini sejalan dengan temuan penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Williams (1999), Ederington dan Minier (2003), dan Mobus (2005). Gambar 2 menunjukkan perubahan yang terjadi di Indonesia setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di Indonesia. Dalam amatan 12 tahun (2004-2015) pada keseluruhan perusahaan yang terdaftar di bursa saham, terlihat bahwa sebelum dikeluarkan UU No. 40 tahun 2007 kinerja lingkungan dan sosial di Indonesia sangat rendah, bahkan beberapa variabel bernilai null. Namun setelah dikeluarkan UU No. 40 tahun 2007, kinerja lingkungan dan sosial di Indonesia semakin baik walaupun masih ada perusahaan yang tidak merespon dengan benar peraturan pemerintah. Masih banyak ditemukan perusahaan yang tidak melaporkan alokasi biaya lingkungan. Namun demikian, secara umum terlihat bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah berdampak pada tujuan penyusunan peraturan ini. Bukti ini juga menunjukkan bahwa peraturan yang dikeluarkan terkait dengan lingkungan ini telah sesuai dengan teori kepentingan publik yang memprediksi bahwa peraturan harus dibuat untuk kepentingan masyarakat. 18
Sumber: Data mentah dari Bloomberg, 2016. Gambar 2 Kinerja Lingkungan dan Sosial Sebelum dan Setelah tahun 2007 di Indonesia. Hal sama juga terjadi di Malaysia dan Thailand. Gambar 3 dan Gambar 4 masing-masing menunjukkan perubahan yang terjadi di Malaysia dan Thailand setelah dikeluarkannya peraturan terkait lingkungan dan sosial di masing-masing negara tersebut. Pada periode sebelum dikeluarkannya peraturan terkait dengan lingkungan dan sosial, perusahaan di masing-masing negara tidak memiliki performa yang baik terhadap lingkungan, dibandingkan dengan setelah pemberlakuan peraturan. Dari ketiga negara yang diamati, perubahan alokasi biaya lingkungan rata-rata terjadi di semua negara, dengan kenaikan terbesar terjadi di Indonesia (relatif terhadap nilai satuan ukuran) adalah dari (secara rata-rata) null sebelum 2007 menjadi 22,270,000 setelah tahun 2007. Angka perubahan di masing-masing negara mencapai lebih dari 95%. 19
Sumber: Data mentah dari Bloomberg, 2016. Gambar 3 Kinerja Lingkungan dan Sosial Sebelum dan Setelah tahun 2007 di Malaysia. Sumber: Data mentah dari Bloomberg, 2016. Gambar 4 Kinerja Lingkungan dan Sosial Sebelum dan Setelah tahun 2007 di Thailand. Table 1. Test of performance of Environmental, Social, and ESG 20
Panel 1. Environmental Costing 1 Thailand Sign. t -value 0,001 -1.655 2 Malaysia 0,000 -2.144 3 Indonesia 0,244 -0.0585 Panel 2. Environmental Disclosure Score 1 Thailand 0,000 -5.61 2 Malaysia 0,000 -7.545 3 Indonesia 0,000 -5.505 Panel 3. Social Disclosure Score 1 Thailand 0,000 -6.561 2 Malaysia 0,000 -9.001 3 Indonesia 0,000 -.6.617 Panel 4. Environmental, Social, and Governance Score 1 Thailand 0,000 -8.117 2 Malaysia 0,000 -11.094 3 Indonesia 0,000 -9.786 Biaya lingkungan yang dialokasikan perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand secara rata-rata meningkat dari sebelum dan setelah dikeluarkan dan berlakunya peraturan tentang lingkungan. Dari hasil uji beda didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam alokasi dana lingkungan di Malaysia dan Thailand pada tingkat signifikansi 0,000 dan 0,001, namun, tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan untuk alokasi dana lingkungan di Indonesia (nilai-P 0,244) (lihat Tabel 1, Panel 1). Temuan ini menunjukkan bahwa walaupun ada peningkatan, namun dana perusahaan yang alokasi untuk aktivitas lingkungan tidak meningkat secara signifikan. Investigasi lanjutan yang kami lakukan terhadap temuan alokasi biaya lingkungan di Indonesia menemukan bukti bahwa ketiadaan nama akun untuk mencatat dan melaporkan biaya yang terkait dengan pengelolaan perusahaan lingkungan. Tidak adanya 21
nama akun ini mungkin saja sebagai penyebab rendahnya alokasi biaya lingkungan yang dicatat dalam laporan keuangan perusahaan. Pengadopsian akuntansi lingkungan yang terlihat dari besarnya alokasi biaya terkait dengan konservasi lingkungan secara umum, terbukti memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan. Regnier dan Tovey (2007) menemukan korelasi positif antara kinerja lingkungan dan keuangan pada tingkat perusahaan. Namun kinerja ini terlihat bias dalam proses evaluasi investasi perusahaan yang disebabkan oleh perbedaan yang sistematis antara peluang investasi di bidang lingkungan dengan investasi lainnya. Hal ini dikarenakan kemanfaatan investasi di lingkungan membutuhkan periode waktu yang relative lama dibandingkan dengan investasi lainnya. Pentingnya pemahaman akuntansi di lingkungan profesi akuntansi dipertajam oleh hasil penelitian Konar dan Cohen (2001) yang menunjukkan. bahwa angka-angka kinerja lingkungan yang buruk pada laporan keuangan. berkorelasi negatif dengan nilai aset tidak berwujud (intangible asset) perusahaan. Regnier dan Tovey (2007) dan Lindrianasari (2007) menemukan korelasi positif antara kinerja lingkungan dan keuangan, walaupun manfaatnya baru bisa diperoleh dalam jangka panjang relative pada biaya lainnya. Konar dan Cohen (2001) meneliti perusahaan kimia beracun. Rata-rata perusahaan-perusahaan dalam sampel studi Konar dan Cohen (2001) tersebut memiliki “intangible liability\" sebesar $380juta atau sekitar 9% dari nilai aset perusahaan. Studi mereka menyimpulkan bahwa bahan kimia beracun memiliki pengaruh negative yang signifikan pada kinerja perusahaan. Di sisi lain, penurunan 10% emisi bahan kimia beracun berdampak pada kenaikan nilai pasar perusahaan sebesar $ 34 juta. Namun begitu, besarnya efek ini bervariasi di seluruh industri, dengan kerugian 22
lebih besar yang diperoleh untuk industri yang secara natural mengakibatkan polusi. Investasi di bidang sosial dan lingkungan sudah terbukti memiliki keunggulan kompetitif (Wagner, 2007) dan dapat menyediakan kebutuhan informasi akuntansi bagi manajer khususnya dalam kaitan dengan kegiatan perusahaan yang mempengaruhi lingkungan secara umum, serta -dampak lingkungan terhadap korporasi (Burritt, 2004). Hubungan timbal balik ini menjadikan isu sosial dan lingkungan memerlukan perhatian serius dan khusus, khususnya dari powerfull stakeholders. Daftar Pustaka Asmaranti dan Lindrianasari. 2014. Comparation of Greenhouse Gas Emission Disclosure Before and After Establishment of The Indonesian Act No. 17 of 2004. Issues In Social and Environmental Accounting 8 (3): 225-234. Burritt, Roger L. 2004. Environmental management accounting: roadblocks on the way to the green and pleasant land. Business Strategy and the Environment 13(1): 13–32. Chen, J. C. and Roberts, R. W. 2010. Toward a More Coherent Understanding of the Organization–Society Relationship: A Theoretical Consideration for Social and Environmental Accounting Research. Journal of Business Ethics 97 (4): 651-665. Ederington, J. and Minier, J. 2003. Is environmental policy a secondary trade barrier? An empirical analysis. Canadian Journal of Economics 36(1): 137-154. 23
Freeman, R. Edward, 1984. Strategic Management: A stakeholder approach. Boston: Pitman. Gray, R., R. Kouhy and S. Lavers. 1995. Corporate Social and Environmental Reporting: A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal 8l (2): 47-77. Jasch, Christine. 2003. The use of Environmental Management Accounting (EMA) for identifying environmental costs. Journal of Cleaner Production 11: 667–676. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2015. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.69/Menhut-II/ 2009. Konar, S and MA. Cohen. 2001. The Does the Market Value Environmental Performance? Review of Economics and Statistics 83(2): 281-289. Lindblom C. K., 1994.The of Implications Organizational Legitimacy for Corporate Social Performance and Disclosure. Conference proceedings in the Critical Perspective on Accounting Conference. New York. Lindrianasari dan Asmaranti, 2016. Investigative studies on environmental disclosure and the costs of R&D as a compliance with government policy on CSR in Indonesia. International Journal of Environmental & Sustainability 5 (2): 61-71. Lindrianasari, 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia 11(2): 159-172. Lindrianasari, M Kufepaksi, Y Asmaranti, dan A Komalasari. 2018. Social and Environmental Responsibility in Developing Countries: A Theoretical Approach of Regulation. INTERNATIONAL Journal of Geomate. 15(4): 47-‐52. 24
Mobus, Janet Luft. 2005. Mandatory environmental disclosures in a legitimacy theory context. Accounting, Auditing & Accountability Journal 18(4): 492 – 517. Ningsih, N.W., Lindrianasari, dan L. Alvia (2015). Risk of environmental performance decrease after revocation of Financial Accounting Standard No. 32 Accounting for Forestry in Indonesia. Un-publish paper. Regnier, E. and C Tovey. 2007. Time horizons of environmental versus non-environmental costs: evidence from US tort lawsuits. Business Strategy and the Environment 16(4): 249–265. Suchman. 1995. Managing Legitimacy: Strategi Approaches. Academy of Management Review 20(3): 571-610 Wagner, M. 2007. Innovation and competitive advantages from the integration of strategic aspects with social and environmental management in European firms. Business Strategy and the Environment Volume 18(5): 291–306. Williams, S.Mitchell. 1999. Voluntary environmental and social accounting disclosure practices in the Asia-Pacific region: an international empirical test of political economy theory. The International Journal of Accounting 34(2): 209–238. Website: https://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di- indonesia-dan-penyebabnya http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/11/111107_australiacar bontax.shtml http://www.hijauku.com/2013/05/03/inilah-rangking-pelaporan-emisi- perusahaan-dunia http://dunia.news.viva.co.id/news/read/112118/pm_inggris_serukan_ pengurangan_emisi_karbon 25
https://www.wto.org/ english/tratop_e/envir_e/ envir_e.htm Peraturan dan Undang-undang: Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim) 26
BIODATA I. Identitas Diri : Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., CA Nama : 19700817 199703 2 002 NIP : 0017087003 NIDN : Guru Besar/IV-b (Kredit 880) Pangkat/Golongan : Dosen Universitas Lampung Pekerjaan : Palembang, 17 Agustus 1970 Tempat & Tgl Lahir : Perumahan Bukit Kencana Blok PP No. 07 Alamat Rumah Jl. Pangeran Antasari Bandar Lampung No. telepon (rumah) : 0812 7257 8320 No.KTP : 08.5012.570870.0002 E-mail : [email protected] ! II. Riwayat Pendidikan Formal dan non-formal II.a Riwayat pendidikan formal No Tingkat Pendidikan Gelar Penyelenggara Tempat dan waktu 1 SD Non-gelar SDN 18 Palembang, 1983 SMPN 17 2 SMP Non-gelar SMAN 1 Palembang, 1986 3 SMA Non-gelar Akuntansi Palembang, 1989 4 Strata 1 (S1) S.E., Akt. Akuntansi Universitas Sriwijaya / Indonesia (Sept 1989- Mei 1994) 5 Strata 2 (S2) M.Si. Universitas Gadjah Mada / 6 Strata 3 (S3) Dr. Akuntansi Indonesia (Februari 1999- September 2000) Universitas Gadjah Mada / Indonesia (September 2008- Oktober 2012) II.b. Pendidikan Non-Formal No Nama kegiatan Penyelenggara Topik Waktu 1 Fellowship Student The Australian National Research Agust-Okt University, Canberra Methodology 2005 2 Sandwich Program The Australian National Research Agust-Okt University, Canberra Methodology 2011 27
III. Riwayat Penjaminan Mutu No Nama kegiatan Penyelenggara Tempat Waktu Ditjen Belmawa Bandar Mei-Nov. 1 Sekretaris Program Asuh Lampung 2017 Perguruan Tinggi Unggul Ditjen Belmawa Universitas Malahayati, Agustus – Pendamping Dokumen Bandar Oktober 2 SPMI dan Akreditasi Lampung 2017 2016 Bandar Universitas Malahayati Lampung Agustus – September 3 Auditor internal Universitas Lampung Bandar 2017 Lampung Pemateri dalam Pelatihan Agustus Bandar 2017 4. AIMA untuk KaProdi di Universitas Lampung Lampung Bandar Agustus lingkungan Unila Lampung 2017 5. Pemateri dalam Pelatihan Universitas Lampung Bandar Agustus AIMA untuk STIE Lampung 2017 Pemateri dalam Pelatihan Universitas Lampung Bandar Mei – 6. AIMA dalam rangka Lampung Oktober 2016 Program Asuh PT Unggul Bandar Lampung 2016-2017 7. Sekretaris AIPT Universitas Universitas Lampung Bandar Lampung Lampung 2013 Nara Sumber AIPT Universitas Bandar 2013 Lampung 8. Universitas Bandar Universitas Lampung Lampung Universitas Bandar Lampung 9. Task force Akreditasi Jurusan Akuntansi Unila 10. Task force Akreditasi Jurusan Akuntansi Unila IV. Pemakalah pada seminar/konferensi Internasional No Nama kegiatan Penyelenggara Tempat Waktu USQ- 1 International Conference of University Southern of Brisbane 12-17 Nov. Science, Engineering, and Queensland Australia 2017 Environmental Kuala Lumpur Februari Conference on 2017 Solo 2 Interdisciplinary Business SIBR Nopember Ajman UAE 2016 & economics research Maret Hong Kong 2016 3 International Conference UNS 3-4 AGBA Nancy October (France) 2015 4 International University of Ajman 26-27 Environmental Conference March, 2015 Interdisciplinary Society of 5 Business & Economics Interdisciplinary Research Business Research 1st ARTEM Organizational 6 Creativity International Artem Campus Conference 28
Interdisciplinary Society of Kuala Feb. 2015 7 Business & Economics Interdisciplinary Lumpur Business Research Research Interdisciplinary Society of 8 Business & Economics Interdisciplinary Hong Kong Sepe. 2014 Research Business Research Governance & Control in 9 Finance & Banking: A new Milan-Italy Milan-Italy April 2014 paradigm for risk & performance 10 International Conference Universitas Trisakti Sari Pan 13-15 for Governance Pacific Hotel Fabruary 2014 11 JCAE Annual Symposium Journal of Contemporary Kuala 1-3 2014 Accounting & Econominc Lumpur - Januari -Monash University Malaysia 2014 Sunway Campus, Governance & Control in ISTEC (Paris) and Finance & Banking: A new International Center for Paris 18-19 12 paradigm for risk & Banking and Corporate (France) April 2013 performance Governance (Ukraina) 13 13thAsian Academic University of Kyoto Kyoto, 9-12 Accounting Association (4A) Jepang Nov.2012 14 9th Annual World Congress Ajman University of Dubai, Maret AGBA, Technology, United Arab 2012 Emirates 15 11thAsian Academic Thammasat University Bangkok November Accounting Association (4A) 2010 16 7th Asian regional Congress, International Labour and Denpasar, September International Industrial Employment Relations Bali 2010 Relations Association Association- ILERA (ILO) 17 The First Annual Indonesia University of Tainan Tainan 20 Maret Scholars Conference (Taiwan) 2010 V. Pemakalah pada seminar/konferensi nasional No Nama kegiatan Penyelenggara Tempat Waktu Universitas 1 Seminar IFRS Universitas Lampung Lampung Mei 2013 September 2 Simposium Nasional Universitas Lambung Banjarmasin 2012 Akuntansi 15 Mangkurat dan IAI Universitas Jend. Purwokerto 6 Juli 2010 3 Simposium Nasional Soedirman dan IAI Akuntansi 13 STIESIA, 4 Simposium Keuangan Surabaya April 2010 Nasional I 29
VI. Peserta pada Seminar nasional No Nama kegiatan Penyelenggara Tempat Waktu Jakarta Desember 1 Kongres Akuntansi Ikatan Akuntan 2014 Indonesia dan Surabaya 9 Diskusi Nasional Akuntan: Ikatan Akuntan November 2013 2 “Penyatuan Visi Pendidikan Indonesia dan Akuntansi & Profesi Akuntan di Universitas Indonesia Airlangga Seminar Nasional Green Corporation and the Future 26 Juni 2010 3 World of Work Oleh: FEB UGM Peserta Yogyakarta Bekerjasama dengan Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia Seminar Nasional \"Public Finance 4 Management Reform in Indonesia Peserta Jogyakarta 29 April and EU Countries: Achivements 2010 and Lessons Seminar Nasional \"Perlindungan 25 Maret 2010 5 Investor terhadap Kejahatan di Peserta Yogyakarta Yogyakarta 8 Maret Pasar Modal\" Yogyakarta 2010 Seminar Peluang dan Manfaat Yogyakarta 14-15 Desember 6 ASEAN-China Free Trade Area Peserta 2009 (ACFTA) bagi Indonesia 1 Desember Lokakarya Nasional \"Dampak 2009 7 Konvergensi IFRS pada Dunia Peserta Perbankan\" Seminar Nasional Sosialisasi Harmonisasi Perubahan UU Peserta 8 Dana Pensiun dan UU Pasar Modal Sebagai Bagian dari UU Sektoral (DepKeu RI) Seminar Nasional 26 Oktober 2009 9 \"Perkembangan APEC dan Peserta Yogyakarta Yogyakarta 17 Oktober Perannya di Indonesia\" Yogyakarta 2009 10 Seminar \"Best Paper Award\" Peserta 8 Agustus 2009 Seminar \"Perkembangan 11 Akuntansi Pemerintahan di Peserta Indonesia dalam Mendukung Good Governance\" Seminar Nasional \"Rejuvenating Our Teaching and Research in 1-3 Juli 2009 12 Financial Accounting\" Peserta Yogyakarta and\"Modeling Good Corporate Governance in Indonesia\" 13 Seminar \"Surat Utang Negara Peserta Yogyakarta 8 Mei 2009 (SUN)\" Seminar \"Investasi Sekuritas 14 Derivatif: Masih Adakah Peluang Peserta Yogyakarta 18 April Meraih Untung Dalam Krisis 2009 Global saat ini?\" 30
Seminar \"Pemberantasan 31 Januari Korupsi dan Money Laundering\". 2009 15 Tantangan, Prospek dan Peserta Yogyakarta Dampak terhadap Perekonomian VII. Peserta pada Seminar internasional No Nama kegiatan Penyelenggara Tempat Waktu 1 Conference on Interdisciplinary SIBR Kuala Februari Business & economics research Lumpur 2017 Solo 2 International Conference AGBA UNS Nopember Ajman UAE 2016 3 International Environmental University of Maret Conference Ajman Hong Kong 2016 Oktober 4 Conference on Interdisciplinary SIBR, Nancy, 2015 Business & economics research France 26-27 5 Cross-disciplinary perspectives of Artem Campus. Maret 2015 creativity and sustainability Nancy 6 Interdisciplinary Society of Kuala Feb. 2015 Business & Economics Research Interdisciplinary Lumpur Business Research 7 Interdisciplinary Society of Sept. Business & Economics Research Interdisciplinary Hong Kong 2014 Business Research April 2014 Corporate Governance: a Search 2013 8 for Advanced Standards in the Milan-Italy Milan-Italy 2012 Wake of Crisis Governance & Control in Finance Paris- 9 & Banking: A new paradigm for ISTEC France risk & performance 10 Corporate Governance and University of Kyoto Kyoto- Transparency Jepang 11 9th Annual World Congress Ajman University Dubai, Maret AGBA, of Technology United Arab 2012 Emirates 12 Four A Bangkok Bangkok Okt. 2011 International Labor 7th Asian regional Congress, and Employment Denpasar, September Bali 2010 13 International Industrial Relations Relations Association Association- ILERA (ILO) 14 Research seminar The Australian Canberra- 2011 Nastional Australia University 15 Academic seminar University of Sydney- 2011 Technology, Australia Sydney 16 Academic seminar Monash University Melbourne- 2011 Australia 31
VIII. Kontributor dalam seminar nasional No Nama kegiatan Kontribusi Tempat Waktu 1 Simposium Nasional Akuntansi 20 Pembahas dan Jember Sept. 2017 Moderator Yogyakarta April-Mei 2017 2 Simposium Nasional Akuntansi 20 Reviewer Artikel Yogyakarta Mei 2016 Bandar 3 Simposium Nasional Akuntansi 19 Reviewer Artikel Lampung Agustus 2016 Yogyakarta 4 Simposium Nasional Akuntansi 19 Pembahas dan Juni 2015 Moderator Medan September 2015 5 Simposium Nasional Akuntansi 18 Reviewer Artikel Yogyakarta September 2014 6 Simposium Nasional Akuntansi 18 Pembahas dan Mataram- September Moderator Lombok 2014 7 Simposium Nasional Akuntansi 17 Reviewer Artikel 8 Simposium Nasional Akuntansi 17 Pembahas dan Moderator Seminar Audit Internal, 9 Managemen Risiko, dan Moderator Bandar November pengendalian kualitas Otoritas Lampung 2013 Jasa Keuangan 10 Simposium Nasional Akuntansi 16 Reviewer Artikel Yogyakarta September 2013 11 Simposium Nasional Akuntansi 16 Pembahas dan Manado Moderator B. Lampung September Yogyakarta 2013 12 Lokakarya Rencana Strategis Moderator Banjarmasin Mei 2013 13 Simposium Nasional Akuntansi 15 Tim seleksi Yogyakarta Sept. 2012 14 Simposium Nasional Akuntansi 15 Moderator Aceh Yogyakarta September 15 Simposium Nasional Akuntansi 14 Tim seleksi Purwokerto 2012 16 Simposium Nasional Akuntansi 14 Moderator Juli 2011 17 Simposium Nasional Akuntansi 13 Tim seleksi Juli 2011 18 Simposium Nasional Akuntansi 13 Moderator 6 Juli 2010 6 Juli 2010 Seminar nasional dan Bedah Buku 19 dan Workshop Memahami Metoda Moderator Yogyakarta 22-23 Juli Inovatif Pembelajaran Akuntansi 2010 Keuangan Pengantar Lokakarya Nasional \"Dampak Ketua panitia Yogyakarta 14-15 20 Konvergensi IFRS pada Dunia Yogyakarta Desember 2009 Perbankan\" 30 Oktober Seminar Nasional \"Cultivating The Moderator 2009 21 Corporate Governance Auditing\" and \"CGCG UGM's Corporate 32
IX. Pengalaman reviewer/ mitra bebestari pada berkala No Peranan Nama berkala Periode Status berkala 1 Editor 2006-sekarang Nasional 2 Mitra bestari Jurnal Akuntansi dan 2011-sekarng 3 Reviewer eksternal Keuangan 2016-sekarang Nasional 4 Reviewer eksternal Fokus Ekonomi Internasional Social and Responsibility 2012 5 Reviewer eksternal Journal Internasional 2012 6 Reviewer eksternal Journal of Research in Internasional 7 Managing editor International Business and 2013 8 Mitra bestari Management 2012-sekarang Internasional International Research 2013-sekarang Nasional Journal of Accounting and Auditing terakreditasi Management Research Review Nasional The Indonesian Journal of terakreditasi Accounting Research Berkala EKUITAS – STESIA Surabaya X. Publikasi penelitian sepuluh tahun terakhir Vol. No. Nama Jurnal (Nomor): Judul Artikel Status Th 2007 hal. Nasional akreditasi 1 Jurnal Akuntansi 11 (2): Hubungan Antara Kinerja dan Auditing 159- Lingkungan dan Kualitas Indonesia 172 Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia 2 Jurnal Akuntansi 8 (1): Hubungan antara kinerja Nasional 2008 akreditasi & Bisnis 25-32 lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia 3 Akuntabilitas: 2 (2): Hubungan antara Nasional 2008 Jurnal Penelitian 81-93 pengungkapan akuntansi dan lingkungan dengan Pengembangan pemeringkatan kinerja Akuntansi lingkungan oleh pihak eksternal perusahaan di Indonesia 4 Jurnal Ekonomi 12 (1): Analisis komparatif volume Nasional 2009 Bisnis dan 49-60 perdagangan saham dan return akuntansi saham sebelum dan sesudah (Ventura) pengumuman earnings 33
No. Nama Jurnal Vol. Judul Artikel Status Th (Nomor): 5 Issues In Social and hal. Environmental Accounting 4 (1): Managerial’s Perception of the Internasional 2010 (ISEA) 74-86 Importance of Environmental (Ebsco) Accounting and its Effect on the Quality of Corporate Environmental Accounting Disclosures: Case from Indonesia 6 Journal of 13 (2): Analysis of CEO Turnover in Nasional 2010 Economics, 121- Indonesia: Does underperformed akreditasi 2011 Business, & 132 organization cause CEO 2011 Accountancy turnover? Cases of merger Internasional (Ventura) 3 (2): companies in Indonesia 97-107 The relationship between Internasional 7 Accounting & acounting performance and CEO Taxation 26 (2): turnover: evidence from 266- Indonesia 8 Journal of 276 Accounting Performance as An Indonesian Antecedent Factor Of Chief Economy and Executive Officer Turnover In Business Indonesia 9 Management 35 Antecedent and consequence Internasional 2012 Research Review (3/4): factors of CEO turnover in – Indexed: 206- Indonesia Scopus 223 (Elsevier) 10 The Indonesian 2 Corporate growth and CEO Nasional: 2012 Journal of compensation: Case from Akreditasi Accounting Indonesia Research 11 Journal for 6 (1): Change of company ownership, Internasional: Global Business 3-12 CEO turnover and the origin of Indexed: 2013 Scopus Advancement CEO (Elsevier) 12 Jurnal: Corporate 11 (4): Toughness of Indonesian Internasional, 2014 Ownership & 131- Banking Sector Facing Global Indexed: Control 140 Financial Crisis 2008: Tests on Scopus Welfare of Shareholders (Elsevier) 13 Issues In Social 8 (3): Comparation of Greenhouse Gas Index: Ebsco 2014 and 225- Emission Disclosure Environmental 234 Before and After Establishment Accounting of The Indonesian Act No. 17 of (ISEA) 2004 (Co-author) 14 International 8 (4): Corporate Governance Internasional, 2015 Journal of 385- Perception Index, Performance Indexed: Monetary 397 and Value of the Firm in Scopus Economics and Indonesia (Co-author) Finance 34
Vol. No. Nama Jurnal (Nomor): Judul Artikel Th Status hal. 15 Journal of 18 (2): Big-five personality as a Nasional 2015 terakreditasi Economics, 213- moderating variable in the Business and 230 relationship of CEO‟s perception Accountancy- and the compensation received Ventura (JEBAV) toward CEO‟s desire to leave the company voluntarily 16 International 9 (2): Good Government Governance Internasional, 2016 Indexed: Journal of 198- and Opinions the Audit Board Scopus Monetary 211 of Republik of Indonesia (Co- Economics and Author) Finance 17 International 5 (1): Environmental management Internasional 2016 Journal of 76-85 activity toward financial environmental & performance in Indonesia mining sustainability companies 18 International 5 (2): Investigative studies on Internasional 2016 Journal of 61-71 environmental disclosure and environmental & the costs of R&D as a sustainability compliance with government policy on CSR in Indonesia 19 EKUITAS. Jurnal 20 (1): Determinant of corporate social Nasional 2016 Ekonomi dan 37-52 responsibility. Case from Terakreditasi Keuangan Indonesia 20 Corporate Vol.% Management Discussion and Internasional, 2017 Ownership and 14(4):1 Analysis, Corporate Governance Indexed: Control 65-175.%% Perception Index and Market Scopus (Science Reaction Target) 21 International Vol.%10% Implementation of Corporate Internasional, 2017 Journal of (3/4):% Governance and Mandatory Indexed: Monetary 2810294 Disclosure in the Indonesian Scopus Economics and Banking Sector: Good News or Finance Vol.%10% Bad News Internasional, 2017 (3/4):% The Influence of Accounting Indexed: 22 International 2570269% Education to be a Member of Scopus Journal of Chartered Accountant Monetary 6 (2): Profession:A Study of Internasional, 2017 Economics and 205- Opportunities, Challenges and Indexed: Finance 216 Expectation of the Indonesia EBSCO Towards the ASEAN Economic 23 Review of Community Integrative Environmental Asset, Business and Environmental Quality, and the Economics Number of Exports Research 35
XI. Prestasi 1. Penerima hibah Penelitian Terapan, Pendanaan 2017 (tahun III) 2. Best 20 papers presented in Ajman 4th International Environmental Conference, 2016 3. Penerima hibah Pengabdian kepada Masyarakat Hi-Link, 2016 (tahun III) 4. Penerima hibah Bersaing, Pendanaan 2016 (tahun II) 5. Penerima hibah Pengabdian kepada Masyarakat Hi-Link, 2015 (tahun II) 6. Penerima hibah Bersaing, Pendanaan 2015 (tahun I) 7. Penerima hibah Pengabdian kepada Masyarakat Hi-Link, 2014 (tahun I) 8. Penerima hibah Disertasi, tahun 2012, Pendanaan 2013 9. Dosen berpresitasi II FEB Unila 2013 10.Invitation for publication pada Management Research Review, Emerald publisher, 2010 11.Submision award pada IBFR, Las Vegas Nevada, USA, 2010. 12.Pemakalah terbaik 1 pada Simposium Keuangan Nasional, STIESIA, Surabaya (2010) 13.Pemakalah terbaik 2 pada Seminar Nasional HEDS, Universitas Sriwijaya, Palembang (2006) Bandar Lampung, November 2017 Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt. !!!!!Biodata/Lindrianasari/ 1 36
Search
Read the Text Version
- 1 - 36
Pages: