Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Richard Dawkins - The God Delusion

Richard Dawkins - The God Delusion

Published by arhyief, 2022-06-06 12:20:11

Description: Richard Dawkins - The God Delusion

Search

Read the Text Version

Richard Dawkins The DtLUolOn

GOD DELUSION RICHARD D/WKINS Banana 2013

God Delusion Richard Dawkins H ak Cipta © Richard Dawkins, 2012 All rights reserved Cetakan pertama, Desember 2013 Penerjemah: Zaim Rofiqi Desain isi: Risdi Sampul: Rio si Tupay Banana Email: bukubanana@ yahoo.co.id 14 x 21 cm, vi + 5 2 2 him ISBN: 978-978-1079-38-9

Buku ini terbit atas b a n tu a n Dr. Ryu Hasan



RICHARD DAWKIN‫؟‬ V Daftar Isi Pendahuluan 1 1. O ra n g T ak-B erim an yan g S an g at Religius 13 2. H ipotesa-H ipotesa tentang Tuhan 37 3• A rg u m e n -A rg u m e n y an g M e n d u k u n g 99 Eksistensi Tuhan 145 4. M engapa H am pir Pasti Tidak Ada Tuhan 215 5. A sal-U sul A gam a 281 6. A sal-U sul M oralitas: M engapa K ita Baik? 315 7. B u k u ‘B a g u s’ d a n Z eitg eist 373 M oral yang Berubah 8. A pa yang Salah D engan Agam a? 413 M engapa B egitu M emusuhi? 457 9• M asa K ecil, P elecehan A nak 497 504 dan Lari dari A gam a 513 10. Celah yang Banyak D ibutuhkan? Lam piran B ib lio g rafi C atatan



RICHARD DAWKINS 1 Pendahuluan Sebagai seorang bocah, istri saya m em benci sekolahnya dan berharap ia dap at m eninggalkannya. Bertahun-tahun kem udian, k etik a ia berusia 20-an, ia m engungkapkan fakta tak m enyenangkan ini kepada orang tuanya, dan ibunya terkejut: ”Sayangku, m engapa kam u tidak m enem ui kami dan m en g atak an n y a kepada kam i?” Jaw aban Lalla bahasan kita sekarang ini: 'A ku tak tahu aku bisa m elakukannya.” A k u tak tahu aku bisa melakukannya. Saya curiga— atau, saya yakin— bahwa terdapat banyak sekali orang di luar sana yang dibesarkan dalam sebuah agam a atau yang lain, tidak berbahagia di dalam nya, tidak m eyakininya, atau khaw atir terhadap berbagai kejahatan yang dilakukan atas nam anya; orang-orang yang merasa gam ang ingin m eninggalkan agam a orangtua mereka dan berharap bisa m elakukannya, nam un sam a sekali tidak sadar bahwa ke luar dari agam a adalah sebuah pilihan. Jik a anda adalah salah sa tu di a n ta ra o ra n g -o ra n g itu , b u k u ini u n tu k anda. B uku ini dim aksudkan untuk m em unculkan kesadaran— memunculkan kesadaran terhadap kenyataan bahw a menjadi seorang atheis m erupakan suatu keinginan yang realistis, suatu keinginan yang berani dan m engesankan. A nda bisa m enjadi seorang atheis yang bahagia, w aras, berm oral, dan puas secara intelektual. Itu

2 GOD DELUSION pesan pertam a saya untuk m em bangkitkan kesadaran. Saya juga ingin m em bangkitkan kesadaran dengan tiga cara lain, yang akan saya lakukan. Pada Januari 2006, saya m em baw akan sebuah program dokum enter televisi dua-bagian di Televisi B ritish (Saluran E m pat) yang b erjudul Root of A ll Evil? Sejak aw ai, saya tid a k m enyukai ju d u l itu. A g a m a b u k a n ak ar semua k e ja h a ta n , k are n a tidak ada satu hal pun yang m erupakan akar segala hal yang lain. N a m u n saya senang d en g a n ‫؛‬klan yan g d ip a san g Saluran Em pat di surat kabar nasional. Iklan itu berisi gam bar kakilangit M anhattan dengan tulisan ”B ayangkan sebuah dunia tan p a agam a.” Apa hubungannya? M enara kem bar W orld Trade Center jelas terlihat. Bayangkan, bersama John Lennon, sebuah dunia tanpa agam a. B ayangkan ta k ada p en g eb o m b u n u h d ‫؛‬ri, tid a k ad a 9 /1 1 , tidak ada 7/7, tidak ada Perang Salib, tidak ada pem bunuhan terhadap orang-orang m urtad, tidak ada G unpow der Plot, tidak ada pemisahan India, tidak ada perang Israel/Palestina, tidak ada pem bantaian Serbia/Kroasia/M uslim, tidak ada penyiksaan terhadap orang-orang Y ahudi sebagai “P ara P em b u n u h K ristu s,” tidak ada “persoalan-persoalan” Irla n d ia U tara , tid a k ada “p em b u n u h an yang b e rm a rta b a t”, tid a k ada k au m televangelis klimis dan rapi yan g m e n ip u u an g o ran g -o ra n g bebal (“T uhan ingin anda berk o rb an h in g g a terasa sa k it”). B ay an g k an tid a k ada Taliban yang m elem pari p atu n g -p atu n g kuno, tidak ada pemancungan publik terhadap orang-orang m urtad, tidak ada hukum an cam buk terhadap perem puan karena kejahatan m em perlihatkan se:nc‫ ؛‬kulit tubuhnya. K ebetulan, kolega saya, D esm ond Morris, m em beri tah u saya bahw a lagu Jo h n Lennon yang sangat bagus itu kadang ditam pilkan di Amerika, n am u n k ata-k ata “d an juga ta k ad a ag a m a ” dihilangkan . Salah satu versinya bahkan secara lancang m engubahnya dengan m e n am b a h k an “d an hanya ada satu ag am a.\"

RICHARD DAWKINS 3 M ungkin anda m enganggap bahw a agnostisisme m erupakan suatu posisi yang m asuk akal, dan bahw a atheisme sam a dogm atisnya sebagaim ana keyakinan keagamaan? Jika dem ikian, saya harap Bab 2 akan m engubah pikiran anda, d e n g a n m e y a k in k a n an d a b ah w a “H ip o te sa T u h an ” m eru p ak an suatu hipotesa ilm iah tentang alam sem esta, yang harus dianalisa secara skeptis sebagaim ana hipotesa yang lain. M ungkin anda telah diajari bahw a para filosof dan teolog telah mengajukan alasan-alasan yang bagus un tu k percaya pada Tuhan. Jika anda berpikir dem ikian, anda m ungkin m enikm ati Bab 3 tentang “A rg u m e n -a rg u m e n u n tu k E ksistensi T u h an ”— argum en- argum en tersebut ternyata sangat lem ah. M ungkin anda berpikir sebagai sesuatu yang jelas bahw a Tuhan harus ada, karena jika tid ak bagaim ana dunia ini bisa ada? B agaim ana bisa ada k e h id u p a n , d alam se m u a k e b e ra g a m a n n y a yan g sa n g at kaya, di m a n a setiap spesies ta m p a k seolah-olah ia telah ”d idesain ”? Jik a anda m em iliki pem ikiran yang dem ikian, saya berharap anda a k a n m e n d a p a tk a n p e n c e ra h a n d ari B ab 4 te n ta n g ”M engapa H am pir Pasti Tidak A da T uhan”. B ukannya m enunjuk pada seo ran g desainer, ilusi te n ta n g desain di d u n ia k eh id u p an ini dijelaskan dengan jauh lebih sederhana dan dengan elegansi yang besar oleh seleksi alam D arw inian. D an, m eskipun seleksi alam itu sendiri terbatas un tu k m enjelaskan dunia kehidupan, ia m em bangkitkan kesadaran kita tentang kem ungkinan ”d e re k -d e re k ” p enjelasan se ru p a y an g m u n g k in m em b an tu pem aham an kita tentang kosm os itu sendiri. K ekuatan derek- derek seperti seleksi alam iah adalah pem bangkit kesadaran k edua dari em p at p em b an g k it kesadaran saya. M ungkin anda berpikir harus ada tuhan atau tuhan- tuhan karena para antropolog dan para sejarahwan m elaporkan bahw a orang-orang yang beragam a m endom inasi setiap budaya m anusia. Jik a anda m enganggap bahw a hal itu m eyakinkan, silah k an lih a t B ab 5, te n ta n g ”A kar-akar A g a m a ”, y ang

4 GOD DELUSION m enjelaskan mengapa kpercayaan sangat tersebar luas. A tau apakah anda m enganggap bahwa keyakinan keagam aan d ip erlu k an ‫تبم‬،‫اا‬- kita m em iliki m o ralitas y an g bisa d ib e n ark an ? Tidakkah kita m em erlukan Tuhan agar bisa baik? Silahkan membaca Bab 6 dan 7 untuk m engetahui m engapa tidak dem ikian halnya. A pakah ‫أآال؛‬1‫ ه‬m asih m em ilik i k e c e n d e ru n g a n melihat ag'am^ sebagai su a tu yang b aik b ag i dunia, sekalipun ‫ ل؛لس‬sendiri telah k eh ilan g an key ak in an ? B ab 8 a k a n m e n g a ja k anda untuk berpikir betapa agam a bukan suatu hal yang sedemikian baik bagi dunia. Jika anda merasa terperangkap dalam agam a masa kanak- kanak anda, akan berm anfaat untuk m enanyai diri anda sendiri bagaimana hal ini bisa terjadi. Jaw ab an n y a biasanya adalah ' indoktrinasi m asa kanak-kanak. Jik a anda sedemikian religius, sangat m ungkin bahw a agam a anda adalah agama orangtua anda. Jika anda lahir di A rkansas dan anda m enganggap agam a K risten benar dan Islam salah, dan tahu sepenuhnya bahwa anda akan berpikir sebaliknya jika anda terlahir di Afghanistan, m aka anda adalah korban indoktrinasi di m asa kanak-kanak. Mntatis mutandh jika anda lahir di A fg h an istan . Masaiah agam a dan masa kanak-kanak adalah pokok- bahasan Bab 9, yang juga m erupakan pem bangkit-kesadaran ketiga saya. Sebagaim ana kaum feminis berkerenyit ketika m erek a m en d en g ar 'he k e tim b a n g ’he a ta u she’, a ta u 'mari k e tim b a n g ’hunian’, saya in g in setiap o ran g te rse n ta k k ap an pun kita m endengar frase seperti “bocah K atolik” atau “bocah M uslim .” K atakan “bocah dengan orangtua K atolik” jika m ‫؛‬tu; n am u n jika anda m e n d e n g a r siapa p u n b erb icara te n ta n g seorang “bocah K atolik”, hentikan m ereka dan dengan sopan tunjukkan bahwa anak-anak terlalu m uda untuk tahu di m ana posisi m ereka ،lalam isu-isu seperti itu, sebagaim ana m ereka masih terlalu m uda u n tu k tahu di m ana posisi m ereka dalam

RICHAR□ DAWKINS 5 m asaJah politik atau ekonom ‫؛‬. Tepat katena tujuan saya adalah pem bangkitan-kesadaran, saya tidak akan m inta m aaf karena m e n y e b u t hal ini d alam P en d ah u lu an ini serta dalam Bab 9. A nda tid ak dap at m engatakan hal ini terlalu sering. Saya akan m en g atak an n y a lagi. Bahw a bukan seorang boeah Muslim, nam un seorang b o t ah dengan orangtua M uslim. Anak itu terlalu m u d a u n tu k tah u apakah ia seorang M uslim atau tidak. T id a k ad a itu y an g d ise b u t bocah M uslim . T id ak ‫ه‬،‫ أ؛ا‬itu bocah K risten . B ab ‫ ل‬d a n ‫ رال‬m en jelask an , d en g a n caran y a m asing- m asing, bagaim ana suatu pem aham an yang tepat tentang kebesaran dunia nyata, m eskipun tidak pernah menjadi sebuah agam a, dapat m engisi peran inspiratif yang lazim nya diambil agam a— nam un secara tidak m em adai. Pem bangkit-kesadaran keem pat saya adalah kebangaan atheis. M enjadi seorang atheis tidak mesti harus apologetik. Sebaliknya, hal itu m erupakan sesuatu yang harus dibanggakan, berdiri tegap m enatap cakraw ala yang jaun, karena atheisme ham pir selalu m enunjukkan kem andirian pikiran yang sehat d an , te n tu saja, p ik ira n yan g sehat. A da b an y ‫؛‬tk o rang yang ta h u , di k ed a la m an h ati m erek a, b ah w a m e re k a adalah ‫؛‬،theis, nam un berani tidak m engakui hal itu kepada keluarga mereka atau bahkan, dalam beberapa kasus, kepada diri m ereka sendiri. U n tu k seb ag ian , hal ini k a re n a k a ta ‘‫؛‬ith e is’ itu sendiri terus- m enerus dicitrakan sebagai suatu cap yang m engerikan dan m encem askan. Bab 9 m engutip kisah tragi-kom ik komedian Julia Sweeney tentang penem uan orangtuanya, dengan m em b aca sebuah su rat kabar, bahw a ia telah m enjadi seorang atheis. Tidak percaya Tuhan ham pir m ereka lakukan, nam un seorang atheis! Seorang A T H E IS? (Suara sang ‫ ااأإا‬ham pir berteriak). D i titik ini, saya perlu m en g atak an sc'suatu khususnya k e p a d a p ara p e m b a c a A m erika, karen a re‘lig‫؛‬u s‫؛‬tas A m erika

6 GOD DELUSION sekarang ini m erupakan sesuatu yang sangat m encolok. Pengacara Wendy Kam iner hanya sedikit m em besar-besarkan k etik a ia m engatakan bahw a m enertaw akan agam a sam a berbahayanya seperti m e m b ak a r b en d e ra ،‫ ؛ل‬A m erican L egion H all.1 Status kaum atheis di A m erika sekarang ini sam a dengan status kaum hom oseksual lim a puluh tahun yang lalu. Sekarang, setelah gerak an G ay Pride, m enjadi m u n g k in , meskipun masih tidak m udah, bagi seorang hom oseks u n tu k dipilih m enjadi pejabat publik. Sebuah polling G allup yang dilakukan pada 1999 m enanyai w arga A m erika apakah m ereka akan m em berikan suara pada seorang ahli yang adalah seorang perempuan (95% ) K atolik Roma (94%), Yahudi (92% ), kulit hitam (92% ), M orm on (79% ), hom oseksual (79% ), a t a u atheis (49%). Jelas kita m enghadapi suatu jalan panjang yang harus dilalui. N am un kaum atheis jauh lebih banyak, khususnya di kalangan elite terdidik, ketim bang yang disadari banyak orang. H al ini dem ikian bahkan di abad kesem bilan belas, ketika Jo h n S tuart M ill telah m am p u berkata: “D u n ia akan heran jika ia tahu betapa sebagian besar ornam ennya yang paling cem erlang, yakni m ereka yang paling istim ewa bahkan dalam penilaian um um akan kebijaksanaan dan keutam aan, adalah kaum yang sepenuhnya skeptis terhadap agam a.” H al ini dapat dipastikan lebih jelas terlihat sekarang ini dan, ten tu saja, saya m enyajikan b u k ti-b u k ti u n tu k hal ini dalam B ab ‫ؤ‬. Alasan begitu banyak orang tidak m elihat kaum atheis adalah bahwa banyak dari kita enggan untu k “m engaku.” Im pian saya adalah bahw a buku ini akan m em bantu orang-orang u n tu k m engaku. Tepat sebagaim ana dalam kasus g era k an g ‫؛‬،y te rseb u t, semakin banyak orang m engaku, semakin m udah bagi orang lain untu k bergabung dengan m ereka. M ungkin akan ada suatu massa yang kritis bagi perm ulaan suatu reaksi berantai. Polling-polling A m erika m em perlihatkan bahw a kaum atheis dan kaum agnostik jauh lebih banyak dari kaum Yahudi

RICHARD DAWKINS 7 religius, dan bahkan lebih banyak dari sebagian besar kelompok keagam aan terten tu . N am un, tidak seperti kaum Yahudi, yang terkenal m erupak an salah satu lobi politik paling efektif di A m erika Serikat, dan tidak seperti kaum K risten evangelis, yang m em iliki kekuasaan politik yang jauh lebih besar, kaum atheis dan agnostik tidak terorganisasi dan karena itu memiliki pengaruh ham pir nol. M em ang, m engorganisasi kaum atheis dapat dibandingkan dengan m enggem balakan kucing, karena m ereka cenderung berpikir m andiri dan tidak akan m enurut pada otoritas. N am un langkah pertam a yang baik adalah m em bentuk suatu massa yang kritis dari mereka yang mau “m e n g a k u ”, dan den g an dem ikian m endorong orang lain u n tu k m elakukan hal yang sama. M eskipun mereka tidak dapat digem balakan, kucing dalam jum lah yang cukup besar dapat m em buat keributan besar dan m ereka tidak dapat diabaikan. K a ta “delusion\" (“k h a y a la n ” ) d alam ju d u l b u k u saya ini telah m enggelisahkan beberapa psikiatris yang m enganggapnya sebagai su atu iscilah teknis, yang tidak perlu diperselisihkan. Tiga orang di antara m ereka menulis kepada saya dan menawarkan suatu istilah teknis khusus untuk khayalan keagamaan: “relmion”r M u n g k in itu a k a n kena. N a m u n u n tu k sekarang ini saya ak a n m e n g g u n a k a n “k h a y a la n ” (“delusion\"), dan saya perlu m e m b e ri alasan p e n g g u n a a n k a ta itu . Penguin English Dictionary m e n d efin isik an delusion sebagai “su a tu k eyakinan atau kesan yang salah”. Yang m engejutkan, kutipan ilustratifyang diberikan k am u s te rs e b u t berasal d ari P hillip E. Jo h n so n : “D arw inism e adalah kisah pem bebasan um at m anusia dari delusi (khayalan) bahw a nasib m ereka dikendalikan oleh suatu kekuasaan yang leb ih tin g g i k e tim b a n g diri m e re k a sendiri.” A pakah dia ini adalah Phillip E. Johnson yang sam a yang m emimpin serangan kreasionis terh ad ap D arw inism e di A m erika sekarang ini? Tentu saja, dan kutipan tersebut, sebagaim ana yang kita duga, diambil di luar konteks. Saya berharap kenyataan yang telah sering kali

8 GOD DELUSION saya kem ukakan diperhatikan, karena kebaikan yang sam a tidak diperluas kepada saya di banyak kutipan kreasionis dari karya-karya saya, yang secara sadar dan m enyesatkan diam bil di luar konteks. Apa pun m aksud Johnson sendiri, kalim atnya tersebut sebagaim ana adanya adalah suatu pernyataan yang dengan senang hati saya dukung. K am us yang disediakan oleh M icrosoft W ord m endefinisikan delusi (khayalan) sebagai “suatu keyakinan salah yan g diyak in i d ih a d a p a n b u k ti-b u k ti vang kontradiktif, khususnya sebagai suatu gejala kekacauan psikiatris.” Bagian pertam a dari definisi itu dengan sem purna m enggam barkan keyakinan keagam aan. Tentang apakah hal itu m erupakan suatu gejala kekacauan psikiatris, saya cenderung m e n g ik u ti R obert M . P irsig, p enulis Zen an d the A r t o f Motorcycle Maintenance, k etik a ia m e n g a ta k a n b ah w a, “K e tik a s a tu o ran g m enderita delusi, hal itu disebut kegilaan. K etika banyak orang m enderita delusi, hal itu disebut A gam a.” Jik a buku ini bekerja sebagaim ana saya m aksudkan, p ara pem baca yang religius yang m em bacanya akan m enjadi atheis ketika m ereka selesai m em bacanya. B etapa optim ism e yang terlalu percaya diri! Tentu saja, orang-orang yang san g at fanatik dengan keyakinan kebal terhadap argum en, perlaw anan m ereka dibentuk selama b ertah u n -tah u n indoktrinasi m asa kanak- kanak dengan m enggunakan berbagai m etode m em erlukan w aktu berabad-abad un tu k m enjadi m atang (apakah itu melalui evolusi atau desain). Salah satu alat kekebalan yang lebih efektif adalah suatu peringatan keras un tu k m enghindari buku seperti ini, m eski sekadar m em bukanya, yang jelas m erupakan karya Setan. N am un saya yakin bahw a terhadap begitu banyak orang dengan pikiran terbuka di luar sana: orang-orang yang indoktrinasi masa kanak-kanaknya tidak begitu berbahaya, atau k aren a alasan-alasan lain tid a k ‘y a k in ’, a ta u yan g inteligensi dasarnya cukup kuat untuk m elam pauinya. Jiw a-jiwa yang bebas sem acam itu hanya m em butuhkan sedikit dorongan

RICHARD DAWKINS 9 u n tu k m em bebaskan diri dari keburukan agam a. Terakhir, saya b e rh a ra p b a h w a ta k seorang p u n yan g m em b aca b u k u ini akan m a m p u b e rk a ta , “A k u ta k ta h u aku bisa m e lak u k a n n y a.” U n tu k b an tu an dalam persiapan b u k u ini, saya m engucapkan terim a kasih u n tu k banyak tem an dan kolega. Saya tidak m ungkin m enyebutkan m ereka semua, nam un m ereka antara lain ag en saya J o h n B ro ck m an , d a n p a ra ed ito r saya, Sally G am inara (untuk Transworld), dan Eam on Dolan (untuk H o u g to n M ifflin), yang k eduanya m em baca b u k u ini dengan sensitivitas d an pem aham an yang bernas, dan m em beri saya serangkaian kritik dan saran yang m em bantu. Kepercayaan d an a n tu sia sm e m e re k a y an g se p en u h h a ti te rh a d a p b u k u ini sangat m em besarkan hati saya. G illian Somerscales m erupakan copy editor te lad a n , d e n g a n sa ra n -sa ran yan g sa n g at k o n stru k tif d an berbagai p erbaikan yang sangat cerm at. Pihak-pihak lain yang m em perbaiki d raf bu k u ini— saya sangat berterim a kasih kepada m ereka— antara lain adalah Jerry Coyne, J. Anderson T hom son, R. Elisabeth Cornwell, U rsula G oodenough, Latha M enon, dan khususnya K aren O w ens, seorang kritikus yang luar biasa, yang pem aham annya terhadap setiap bagian dari draf-draf b u k u ini sam a m endetailnya sebagaim ana pem aham an saya. B uku ini banyak m endapat bantuan (dan sebaliknya) dari siaran d o k u m e n te r televisi d u a b ag ian , Root of A ll Evil?, yang saya baw akan di televisi British (Channel Four) pada Januari 2006. Saya berterim a kasih kepada sem ua orang yang terlibat dalam produksi siaran tersebut, antara lain D eborah Kidd, Russell Barnes, Tim C ragg, A dam Prescod, Alan Clement dan H am ish M ykura. U n tu k izin u n tu k m enggunakan kutipan- kutipan dari acara dokum enter tersebut saya berterim a k asih k e p a d a IW C M ed ia d a n C h an n el Four. Root of A ll Evil? M endapatkan rating yang sangat bagus di Britania, dan acara itu juga disiarkan oleh A ustralian Broadcasting Corporation.

10 GOD DELUSION Masih harus dilihat apakah ada saluran televisi A m erika Serikat yang berani menyiarkan acara tersebut. Buku ini telah ada dalam pikiran saya selam a beberapa tahun. Selama m asa itu, beberapa gagasan m uncul dalam b en tu k ceramah-ceramah, misalnya Ceram ah Tanner saya di H arvard, dan berbagai artikel di berbagai surat kabar dan m ajalah. Para pem baca kolom reg u ler saya k h u su sn y a di Free Inquiry m u n g k in akan m enem ukan beberapa bagian yang sudah akrab dengan mereka. Saya berterim a kasih kepada Tom Flynn, Editor majalah yang sangat bagus tersebut, atas berbagai dorongan yang diberikannya kepada saya ketika ia m em inta saya u n tu k menjadi kolum nis reguler. Setelah kekosongan sem entara selama penyelesaian b uku ini, saya sekarang berharap u n tu k m eneruskan kolom saya, dan ten tu saja m em anfaatkannya un tu k m erespons berbagai tan g g ap an terh ad ap b u k u ini. U ntuk berbagai alasan saya berterim a kasih kepada D an D ennet, M arc H auser, M ichael Stirrat, Sam H arris, H elen Fisher, M argaret Downey, Ib n W arraq, H erm ione Lee, Ju lia Sweeney, D an Barker, Josephine W elsh, Ian B aird dan teru tam a G eorge Scales. A khir-akhir ini, bu k u seperti b u k u saya ini tidak sem purna sam pai ia m enjadi suatu nukleus dari jaringan yang terus berkem bang, suatu forum un tu k berbagai m acam bahan, reaksi, diskusi, pertanyaan dan jaw aban— siapa yang tahu apa yang akan diham parkan m asa depan? Saya berharap bahwa w w w .richarddawkins.net/, w ebsite Richard D aw kins Foundation for Reason and Science, akan m engisi peran itu, dan saya am at sangat berterim a kasih kepada Josh Tim onen untu k keindahan, profesionalism e dan kerja keras yang ia lakukan untu k website itu. Di atas sem uanya, saya berterim a kasih kepada istri saya Lalla W ard, yang telah m em b u ju k saya di saat saya berada dalam keraguan dan penyangsian-diri, bukan hanya dengan dukungan moral dan berbagai saran yang bernas untuk perbaikan, nam un

RICHARD DAWKINS 11 juga dengan m em baca seluruh b u k u ini di hadapan saya, dalam dua tahap yang berbeda dalam perkem bangannya, sehingga saya b isa m e m a h a m i secara la n g su n g b ag a im a n a b u k u ini m u n g k in akan diterim a oleh orang lain yang bukan saya. Saya m erek o m en d asik an te k n ik terseb u t kepada p ara penulis lain, n am un saya harus m em peringatkan bahw a u n tu k hasil yang bagus sang pem baca tersebut haruslah seorang aktor profesional, dengan suara dan telinga yang sensitif terhadap m usik bahasa.



RICHARD DAWKINS 13 ORANG TAK-BERIMANYANG SANGAT RELIGIUS Saya tidak mencoba untuk membayangkan seorang Tuhan personal: cukuplab berdiri dengan perasaan terpesona di tengah-tengah struktur dunia, sejauh hal itu memungkinkan indra-indra kita yang tak- sempurna untuk mencecapnya. -A lbert Eiastein R asa H ormat yang Layak Pem uda itu tengkurap di atas rum put, kedua tangannya m en y an g g a dagu. Ia tib a -tib a m en d ap ati dirinya diliputi oleh suatu kesadaran yang sem akin besar akan beragam tangkai dan akar yang saling berkelindan, sebuah hutan mikrokosmos, suatu dunia sem ut dan serangga yang terus berubah, dan— meskipun ia tid ak akan ta h u detail-detail itu sekarang ini— bahkan dunia m ilyaran bakteria tanah, yang secara diam -diam dan tak-terlihat m enopang ekonom i dunia-m ikro. Tiba-tiba hutan-m ikro ham paran ru m p u t tersebut tam pak m engem bang dan menjadi satu dengan alam semesta, dan dengan pikiran penuh pem uda itu m erenungkannya. Ia menafsirkan pengalam an tersebut secara religius dan pada akhirnya hal itu m em bawanya pada kependetaan. Ia ditahbiskan sebagai seorang pendeta A nglikan

14 GOD DELUSION dan menjadi pendeta khusus di sekolah saya, seorang guru yang saya sukai. Terima kasih banyak kepada p endeta liberal yang sopan seperti dia sehingga tak ada seorang pun yang bisa m engatakan bahwa agam a dicekokkan ke dalam tenggorokan saya. Di w aktu dan tem p at yang lain, pem uda itu bisa jadi saya di bawah bintang-bintang, terpesona oleh O rion, Cassiopeia, dan U rsula Major, sedih karena m usik yang tak-terdengar dari Bimasakti, terpikat oleh arom a kem boja m alam dan bunga- bunga terom pet di tam an Afrika. M engapa emosi yang sam a bisa m em baw a p en d eta saya ke satu arah te rte n tu dan m em baw a saya ke arah yang lain m erupakan suatu pertanyaan yang tidak m udah dijawab. Respons kuasi-m istik terhadap alam dan sem esta merupakan suatu hal yang um um di kalangan ilm uw an dan kaum rasionalis. H al itu tidak ada kaitannya dengan keyakinan supernatural. Paling tidak di m asa kanak-kanaknya, pendeta saya tersebut m ungkin tidak tah u (dem ikian juga saya) ten tan g k alim at p e n u tu p The Origin of Species— b a g ia n \"tepian sungai yang rimbun” (entangled bank) y an g sa n g a t te rk e n a l itu , “d e n g a n burung-burung bernyanyi di semak-semak, dengan beragam serangga m elayang-layang, dan dengan ulat-ulat m erangkak di tanah basah.” Jik a ia tahu, ia jelas akan m engidentifikasi diri dengan itu sem ua dan, ketim bang m enjadi pendeta, akan sam pai pada pandangan D arw in bahw a sem ua “dihasilkan oleh hukum -hukum yang berlaku di sekitar kita”: Demikianlah, dari perang alamiah tersebut, dari kelaparan dan kematian, muncul secara langsung obyek yang paling agung yang bisa kita lihat, yakni produksi binatang-binatang yang lebih tinggi. Ada kemuliaan dalam pandangan hidup ini, dengan beberapa kekuasaannya, yang awainya ditiupkan ke dalam beberapa bentuk atau ke dalam satu bentuk; dan bahwa, m eskipun planet ini telah berputar terus m enurut hukum gravitasi yang pasti, dari suatu awai yang sedemikian sederhana berkembang bentuk-bentuk yang paling cantik dan paling mempesona.

RICHARD DAWKINS 15 C ari S agan, d alam Pale Blue Dot, m enulis: Bagaimana bisa hampir tidak satu pun agama besar yang melihat ke sains dan m enyim pulkan, “Ini lebih baik daripada yang kita pikirkan! Alam semesta jauh lebih besar dibanding yang dikatakan nabi-nabi kita, lebih agung, lebih subtil, lebih elegan? Sebaliknya mereka berkata, \"Tidak, tidak, tidak! Tuhanku adalah tuhan yang kecil, dan saya ingin dia tetap demikian.” Sebuah agama, lama atau baru, yang m enekankan keagungan Alam Semesta sebagaimana yang disingkapkan oleh ilmu pengetahuan modern m ungkin m am pu m engajukan keta’ziman dan keterpesonaan, dan tidak terserap oleh keyakinan-keyakinan konvensional. Sem ua buku Sagan m enyentuh urat-urat ketakjuban transenden yang dim onopoli agam a di abad-abad terakhir. B u k u -b u k u saya m em iliki tujuan yang sama. A kibatnya, saya m endengar diri saya sering kali digam barkan sebagai seseorang yang sangat religius. Seorang m ahasiswi m enulis surat kepada saya bahw a ia bertanya kepada profesornya bagaim ana p a n d a n g a n n y a te n ta n g saya. “J e la s ,” jaw bnya, “sains positifnya tidak d ap at didam aikan dengan agam a, nam un ia sangat terpesona d en g an alam d an sem esta. Bagi saya, itu adalah a g a m a !” N a m u n a p a k a h ‘a g a m a ’ ad alah k a ta yan g tepat? Saya kira tidak. Seorang ahli fisika (yang atheis) pem enang Penghargaan N obel, Steven W einberg, juga m engem ukakan p o in itu d a la m Dreams of a Final Theory: Sebagian orang memiliki pandangan tentang Tuhan yang sangat luas dan fleksibel sehingga dapat dipastikan bahwa mereka akan m enem ukan Tuhan di m ana pun mereka mencarinya. Orang m endengar perkataan-perkataan bahwa “Tuhan adalah yang tertinggi” atau “Tuhan adalah sifat kita yang lebih baik” atau “Tuhan adalah alam sem esta.” Tentu saja, seperti kata lain yang m ana pun. kata “T uhan” dapat diisi dengan m akna apa pun yang kita sukai. Jik a anda ingin m engatakan bahwa “Tuhan adalah energi”, m aka anda bisa m enem ukan Tuhan dalam sebongkah batu bara.

16 GOD DELUSION W einberg jelas benar bahw a, jika k ata T uhan tid ak m enjadi sepenuhnya m uspra, ia hendaknya digunakan dalam cara sebagaimana orang um um nya m em aham i kata itu: u n tu k m enunjuk pada suatu pencipta supernatural yang “layak kita sem bah.” Banyak kekacauan yang p atu t disayangkan disebabkan oleh kegagalan u n tu k m em b ed ak an apa yang bisa disebut sebagai agam a Einsteinian dari agam a supernatural. Einstein kadang m enyebut nam a Tuhan (dan dia bukan satu-satunya ilmuwan atheis yang m elakukan hal itu), yang m em ancing kesalahpaham an oleh kalangan supernaturalis yang cenderung untuk m enyalahpaham i dan m engklaim seorang pem ikir yang sedemikian terkenal di pihak m ereka. A khir yang dram atis (atau nakal?) d ari A B rief History of Time k a ry a S tep h e n H aw k in g , “M ak a k ita a k a n ta h u p ik ira n T u h a n ”, sa n g a t serin g disalahm engerti. H al ini m enjadikan orang secara salah yakin bahw a H aw king adalah seseorang yang religius. A hli biologi sel U rsula G oodenough, dalam b u k u n y a yang b erju d u l The Sacred Depth of Nature ta m p ak lebih religius d ib an d in g H aw k in g atau Einstein. Ia m enyukai gereja, m asjid, dan kuil-kuil, dan begitu banyak bagian dalam bukunya cukup m udah u n tu k dikutip di luar konteks dan dim anfaatkan sebagai am unisi u n tu k m endukung agam a supernatural. Ia bergerak lebih jauh dengan m enyebut dirinya sendiri sebagai seorang “N aturalis Religius.” N am un suatu pem bacaan yang cerm at dan hati-hati atas bukunya m em perlihatkan bahw a ia sebenarnya adalah seorang atheis yang kuat sebagaim ana saya. “N aturalis” adalah sebuah k ata yang am bigu. Bagi saya k ata itu m em bangkitkan dalam pikiran saya pahlaw an m asa kanak- kanak saya, D oktor D olittle H u g h Lofting (yang, kebetulan, m em ilik i lebih d ari sekadar s e n tu h a n “filo so f” n atu ra lis H M S Beagle). P ada ab ad k ed e la p an belas d a n k esem b ilan belas, naturalis m engandung arti apa yang sam pai sekarang ini m asih

RICHARD DAWKINS 17 dibayangkan oleh sebagian besar dari kita: seseorang yang m em pelajari dunia natural. K aum naturalis dalam pengertian ini, m ulai dari G ilbert W h ite dan seterusnya, sering kali berarti pendeta. D arw in sendiri bagi G ereja dianggap sebagai seorang pem uda yang berharap bahw a kehidupan yang m udah dari seorang p en d eta suatu wilayah akan m em ungkinkan dia untuk m em enuhi m in at dia akan k um bang. N a m u n kaum filosof m en g g u n ak an k ata “n aturalis” dalam pengertian yang sangat berbeda, sebagai law an dari supematuralis. Ju lian Baggini, d a la m Atheism: A Very Short Introduction, m enjelask an m a k n a k o m itm e n seo ran g ath eis p a d a n atu ra lism e: “A p a yan g diyakini oleh sebagian besar kaum atheis adalah bahw a m eskipun hanya ada satu jenis bahan di alam sem esta ini dan bahan itu bersifat fisik, dari bahan ini m uncul pikiran, kecantikan, emosi, nilai- nilai m oral— pendeknya, keseluruhan fenom ena yang m em beri kekayaan pada kehidupan manusia. P e m ik ira n -p e m ik ira n d an em osi-em osi m a n u sia muncul dari berbagai m acam h u b u n g an yang sangat kom pleks di antara entitas-entitas fisik di dalam otak. Seorang atheis dalam p en g ertian naturalis filosofis ini adalah seseorang yang yakin bah w a tid a k ada ap a-ap a di lu ar d u n ia n atu ral dan fisik, tid a k ad a inteligensi k reatif supernatural yang bersem bunyi di balik sem esta yang tam pak, tidak ada jiwa yang lebih abadi ketim b an g tu b u h d an tid ak ada keajaiban-keajaiban— kecuali dalam pengertian fenom ena natural yang belum kita pahami. Jik a ada sesuatu yang tam pak berada di luar dunia natural sebagaim ana yang sekarang ini dipaham i secara salah, kita berharap pada akhirnya k ita akan bisa m em aham inya dan m em asukkannya ke dalam yang-natural. Seperti ketika kita m engurai pelangi, ia tidak akan m enjadi kurang m enakjubkan. Para ilm uw an besar yang terkesan religius biasanya ternyata tidak dem ikian ketika kita m encerm ati keyakinan- keyakinan m ereka secara lebih m endalam . H al inilah yang

18 GOD DELUSION terjadi pada Einstein dan H aw king. A stronom Royal dan Presiden Royal Society sekarang ini, M artin Rees, m en g atak an kepada saya bahw a ia perg i ke g ereja sebagai seorang “A n g lik a n yang skeptis . . . . karena loyalitas pada suku itu .” Ia tidak memiliki keyakinan-keyakinan theistik, nam un percaya para naturalisme puitis yang dibangkitkan kosm os sebagaim ana para ilm uwan lain yang telah saya sebutkan. D alam sebuah percakapan televisi baru-baru ini, saya m enantang tem an saya Robert W inston, seorang dokter ahli kandungan dan seorang tokoh terhorm at Keyahudian British, un tu k m engakui bahw a Yudaisme-nya adalah Yudaisme jenis ini dan bahw a ia sam a sekali tidak m eyakini sesuatu yang supernatural. Ia sudah ham pir m engakui hal ini, nam un k em udian akhirnya enggan m engakuinya (sejujurnya, ia seharusnya m ew aw ancarai saya, bukan sebaliknya).3 K etika saya m enekannya, ia berk ata bahw a ia m enganggap agam a Yahudi m em berinya su atu disiplin yang baik untuk m em bantunya m em bentuk kehidupannya dan m enjalani suatu kehidupan yang baik. M ungkin m em ang dem ikian; nam un ten tu saja hal itu sedikit pun tidak berarti m engandaikan nilai kebenaran dari klaim -klaim supernatural agam a itu. Terdapat banyak intelektual atheis yang dengan bangga m enyebut diri m ereka orang Yahudi dan m enjalani ritus-ritus Yahudi, m ungkin karena loyalitas pada suatu tradisi tua atau pada keluarga m ereka yang terbunuh, nam un juga karena kesediaan yang tidak jelas dan m em bingungkan u n tu k m em beri label “agam a” p ad a suatu p en g h o rm atan pantheistik, yang banyak kita lakukan, dengan pelopornya yang paling terkenal, A lbert Einstein. M ereka m ungkin tidak percaya nam um , m em injam ungkapan D an D en n et, m ereka “percaya p ad a k e y a k in a n .”4 Salah satu perkataan Einstein yang paling sering dikutip adalah “Ilm u pengetahuan tan p a agam a pincang, agam a tan p a ilm u pengetahuan buta.” N am un Einstein juga berkata:

RICHARD DAWKINS 19 Tentu saja m erupakan suatu kebohongan apa yang anda baca tentang keyakinan-keyakinan keagamaan saya, suatu kebohongan yang secara sistematis diulang-ulang. Saya tidak percaya pada suatu Tuhan personal dan saya tidak pernah m enyangkal ini. Saya m engatakannya dengan jelas. Jik a ada sesuatu dalam diri saya yang dapat disebut religius, maka itu adalah keterpesonaan yang tak terbatas pada struktur dunia sejauh yang dapat disingkapkan oleh sains kita. A pakah tam pak bahw a apa yang dikem ukakan Einstein saling bertentangan? Bahwa kata-katanya dapat dirujuk sebagai k u tip a n u n tu k m e n d u k u n g k ed u a sisi dari sebuah argum en? Tidak. “A g am a” yang dim aksud Einstein adalah sesuatu yang sepenuhnya berbeda dari apa yang um u m n y a dipaham i orang. K etika saya menjelaskan pem bedaan antara agam a supernatural di satu pihak dan agam a Einsteinian di pihak yang lain, ingatlah bahw a saya han y a m en y eb u t tu h a n -tu h a n supernatural sebagai khayali. D i baw ah ini adalah beberapa kutipan dari Einstein, untuk m em beri suatu ciri pada agam a Einsteinian: Saya adalah seorang tak-berim an yang sangat religius. Ini adalah semacam jenis agama baru. Saya tidak pernah m elekatkan pada Alam Semesta suatu tujuan atau suatu arah, atau apa pun yang dapat dipahami sebagai anthropomorfis. Apa yang saya lihat dalam Alam Semesta adalah suatu struktur yang luar biasa yang dapat kita pahami hanya secara sangat tidak sempurna, dan yang pasti akan memenuhi seorang pem ikir dengan suatu perasaan rendah hati. Ini adalah suatu perasaan yang jelas-jelas religius yang tidak ada kaitannya dengan mistisisme. G agasan tentang suatu Tuhan personal sangat asing bagi saya, dan bahkan tam pak naif. Sejak kem atiannya, sem akin banyak kalangan apologis keagam aan yang m encoba untu k m endaku Einstein sebagai salah satu pendukung m ereka. Sebagian dari orang-orang

20 GOD DELUSION religius sezam annya m elih at ‫ ا؛ااا‬secara sa n g at b erbeda. P ada 1940 Einstein m em buat sebuah tulisan yang sangat terkenal yang m em benarkan p en y ataan n y a b ah w a “Saya tid a k percaya pada suatu Tuhan personal.” Pernyataan ini dan pernyataan- pernyataan lain yang serupa m em ancing suatu gelom bang surat dari kalangan ortodoks keagam aan, sebagian besar dari surat itu merujuk pada asal-usul Yahudi Einstein. Berbagai kutipan di ،‫أ؛' ااص‬1‫ل‬ini diam bil dari b u k u M ax J a m m e r y ang b erju d u l Einstein and Religion (yang ju g a m e ru p a k an su m b e r k u tip a n u ta m a saya dari Einstein sendiri tentang m asalah-m asalah keagam aan). U skup K atolik R om a K o ta K ansas m e n g a ta k a n : “M e ru p a k an suatu hal yang m enyedihkan m elihat seorang manusia, yang berasal dari ras Perjanjian Lam a dan ajaran-ajarannya, m enolak tradis‫ ؛‬besar ras itu .” Pendeta-pendeta K atolik yang lain berkata: “Tidak ada T uhan lain selain sa tu Tuhan p ersonal . . . . E instein tidak m em aham i apa yang sedang ia bicarakan. Ia sepenuhnya salah. Beberapa orang m enganggap bahw a karena m ereka telah mencapai suatu tingkat pengetahuan yang tinggi di beberapa bidang, m aka m ereka bisa m engem ukakan berbagai opini dalam semua bidang.” G agasan bahw a agam a m erupakan su atu bidang kajian yang khas, di m ana seseorang bisa m en g k laim sebagai ahli, adalah gagasan yang hendaknya dipertanyakan. P endeta itu m ungkin tidak akan m engakui keahlian seorang yang m engklaim “fairyologis” dalam hal b en tu k dan w arna yang pasti dari sayap- sayap peri. Baik pendeta m aupun uksup tersebut berpikir bahw a Einstein, karena tidak terlatih dalam m asalah teologi, telah menyalahpahami watak Tuhan. Sebaliknya, Einstein m em aham i dengan sangat baik apa yang sedang ia sangkal. Seorang pengacara K atolik Rom a berkebangsaan A m erika, yang bekerja atasnam a suatu perkum pulan gereja, m enulis surat kepada Einstein: Kam i sangat menyesalkan bahwa anda m engem ukakan pernyataan seperti itu . . . . yang di dalam nya anda m engejek gagasan tentang

RICHARD DAWKINS 21 seorang Tuhan personal. D alam sepuluh tahun terakhir tidak ada satu hal pun yang sedem ikian diperhitungkan untuk m enjadikan orang-orang berpikir bahw a H itler m em iliki suatu alasan untuk m engusir kaum Yahudi dari Jerm an sebagaim ana pernyataan anda. D engan m em berikan hak anda u n tu k bebas berbicara, saya m asih m engatakan bahw a pernyataan anda m enjadikan anda sebagai salah satu sum ber terbesar pertikaian di Amerika. Seorang rabbi N ew York berkata: “Einstein tak diragukan adalah seorang ilmuwan besar, tetapi pandangan-pandangan keagam aannya sangat bertolak belakang dengan agama Yahudi.” “Tapi”? “Tapi\"? M engapa tidak “d a n ”? Presiden sebuah m asyarakat sejarah di New Jersey menulis sebuah surat yang sedemikian kasar menyingkap kelemahan pem ikiran religius tersebut, dan layak dibaca dua kali: K am i m enghargai pengetahuan anda, D r Einstein; nam un ada satu hal yang tam paknya tidak anda pahami: bahwa Tuhan adalah suatu ruh dan tidak dapat ditem ukan m elalui teleskop atau m ikroskop, sebagaim ana pem ikiran atau emosi m anusia dapat ditem ukan dengan m enganalisa otak. Sebagaimana yang diketahui setiap orang, agam a didasarkan pada Keyakinan, bukan pengetahuan. Setiap orang yang berpikir, m ungkin, kadang disergap oleh keraguan keagam aan. K eyakinan saya sendiri telah sering kali guncang. N am u n saya tidak pernah m em beri tahu siapa pun tentang penyim pangan-penyim pangan spiritual saya karena dua alasan: (1) Saya khaw atir bahw a saya m ungkin, sem ata-m ata karena saran, m engganggu dan m erusak kehidupan dan harapan sesam a m anusia; (2) karena saya setuju dengan seorang penulis y an g m e n g a ta k a n , “A da su a tu u n su r yang hina dalam diri siapa p u n yang ingin m engh an cu rk an keyakinan orang lain .” . . . . Saya berharap, D r Einstein, bahw a anda salah ucap dan bahwa anda akan m engatakan sesuatu yang lebih m enyenangkan sejumlah besar orang Am erika yang bahagia m enghorm ati anda. B etapa surat yang sangat m enggugah! Setiap kalimat penuh dengan kepengecutan intelektual dan moral. Surat yang kurang hina nam un lebih m engejutkan ditulis oleh Pendiri Calvary Tabernacle Association di Oklahoma:

22 GOD DELUSION Profesor Einstein, saya yakin bahw a setiap orang K risten di Amerika akan menjawab anda, \"K am i tidak akan m em buang keyakinan kam i pada Tuhan kam i dan p u tran y a Yesus K ristus, nam un kami m em inta anda, jika anda tidak percaya pada Tuhan orang-orang bangsa ini, u n tu k kem bali ke tem p at asai an d a.” Saya telah m elakukan sem ua hal yang saya bisa u n tu k m enjadi suatu berkah bagi Israel, dan kem udian anda d atang begitu saja, dan dengan sebuah pernyataan dari lidah anda yang terkutuk, anda melukai perjuangan bangsa anda serta sem ua usaha yang dapat dilakukan orang-orang K risten yang m encintai Israel untuk m engenyahkan anti-Sem itism e di tanah kam i. Profesor Einstein, setiap orang K risten di A m erika dengan segera akan m em beri jaw aban k ep ad a anda, “A m bil k em b ali teo ri evolusi an d a yang gila dan salah dan kem balilah ke Jerm an tem pat asalmu, atau berhentilah m encoba m enghancurkan keyakinan suatu masyarakat yang telah m enerim a anda dengan baik ketika anda dipaksa untuk m eninggalkan tanah kelahiran anda.” Satu hal yang benar dari semua pengkritiknya yang theistik adalah bahwa Einstein bukan salah satu di antara mereka. Ia berulang kali m arah pada anggapan bahw a ia adalah seorang theis. Dengan demikian, apakah dia adalah seorang deis, seperti Voltaire dan Diderot? A tau seorang pantheis, seperti Spinoza, yang filsafatnya ia kagum i: “Saya percaya pada Tuhan Spinoza yang menyingkapkan dirinya dalam tatanan harmoni dari apa yang ada, bukan pada sebuah Tuhan yang sibuk dengan nasib dan tindakan um at manusia”? Mari m engingatkan diri kita tentang peristilahan tersebut. Seorang theis percaya pada suatu inteligensia supernatural yang, di samping kerja utam anya m enciptakan alam semesta pada awai mula, masih hadir untuk mengawasi dan mempengaruhi nasib berikutnya dari ciptaan awainya itu. Dalam banyak sistem keyakinan theistik, ketuhanan tersebut sangat terlibat dalam berbagai persoalan manusia. Ia menjawab doa; memaafkan atau m enghukum dosa-dosa; ikut campur di dunia dengan menghamparkan berbagai mukjizat; cerewet m enyangkut perbuatan baik dan buruk, dan tahu kapan kita

RICHARD DAWKINS 23 melakukan perbuatan-perbuatan itu (atau bahkan tahu kapan kita berpikir u n tu k m elakukan perbuatan-perbuatan itu). Seorang deis juga percaya pada suatu inteligensia supernatural, nam un inteligensia supernatural yang aktivitas-aktivitasnya terbatas pada m enetapkan hukum -hukum yang m enata alam semesta pada awai m ula. Setelah itu, Tuhan deis tidak pernah cam pur tangan, dan jelas tidak m emiliki m inat tertentu pada persoalan-persoalan manusia. K aum pantheis sama sekali tidak percaya pada suatu Tuhan supernatural, nam un menggunakan kata Tuhan sebagai suatu sinonim non-supernatural bagi Alam, atau bagi Alam Semesta, atau bagi keteraturan hukum yang m em andu bekerjanya alam semesta. K aum deis berbeda dari kaum theis dalam artian bahwa Tuhan m ereka tidak menjawab doa-doa, tidak tertarik pada dosa atau pengakuan dosa, tidak membaca pikiran-pikiran kita, dan tidak ikut campur dengan berbagai m ukjizat yang tak terduga. K aum deis berbeda dari kaum pantheis dalam arti bahw a Tuhan deis adalah semacam inteligensia kosm ik, dan bukan sinonim m etaforis atau puitis kaum pantheis untuk hukum -hukum alam semesta. Pantheisme m erangsang atheisme. Deisme melemahkan theisme. Terdapat banyak alasan untuk berpikir bahwa Einsteinisme- Einsteinism e terkenal seperti “Tuhan itu subtil nam un ia tidak jah a t” atau “Ia tid ak berm ain d a d u ” atau ‘A pakah Tuhan m em iliki pilihan dalam m enciptakan Alam Semesta?” adalah p antheistik, b u k an deistik, dan jelas bukan theistik. “Tuhan tidak berm ain dadu” hendaknya diterjem ahkan sebagai “K eacakan b u k an m erupakan dasar dari sem ua hal.” ‘Apakah Tuhan memiliki pilihan dalam m enciptakan Alam Semesta?” berarti “D apatkah Alam Semesta m ulai dengan cara lain?” Einstein m en g g u n ak an k ata “T uhan” dalam pengertian yang m urni metaforis dan puitis. D em ikian juga Stephen Hawking, dan dem ikian juga sebagian besar fisikawan yang kadang kala m enggunakan bahasa m etafor keagamaan. The M ind of

24 GOD DELUSION God karya Paul Davies tam pak berkisar antara pantheism e Einsteinian dan suatu bentuk deisme yang kabur— yang karena itu dia dianugerahi Templeton Prize (sejumlah uang yang sangat besar yang diberikan setiap tahun oleh Yayasan Templeton, biasanya kepada seorang ilm uw an yang siap u n tu k m engatakan sesuatu yang m enyenangkan tentang agama). Izinkan saya meringkaskan agam a Einsteinian dalam satu kutipan lagi dari Einstein sendiri: “M erasa bahw a di balik segala sesuatu yang dapat dialami terdapat sesuatu yang tidak dapat dipahami pikiran kita dan yang keindahan dan keagungannya sampai pada kita hanya secara tidak langsung dan sebagai suatu pantulan yang lemah— inilah kereligiusan. Dalam pengertian ini saya religius.” D alam pengertian ini juga saya religius, dengan syarat bahwa “tidak dapat dipaham i” tidak harus berarti “selamanya tidak dapat dipaham i.” N a m u n saya m em ilih u n tu k tidak menyebut diri saya religius karena hal ini m enyesatkan. Hal ini am at sangat m enyesatkan karena, bagi sebagian besar orang, “agam a” m engandaikan sesuatu yang “su p ern atu ral.” Carl Sagan mengem ukakan hal ini dengan baik: \" . jika dengan ‘Tuhan’ seseorang berm aksud m en g atak an serangkaian hukum fisik yang m em andu alam semesta, m aka jelas terdapat Tuhan seperti itu. Tuhan ini secara emosional tidak m em uaskan . . . . tidak masuk akal untuk berdoa kepada hukum gravitasi.” Lucunya, poin terakhir Sagan tersebut dianggap oleh Pendeta D r Fulton J. Sheen, seorang profesor di Universitas Katolik Amerika, sebagai suatu bagian dari serangan keras terhadap penolakan Einstein akan Tuhan personal pada 1940 tersebut. Sheen secara kasar bertanya apakah orang akan m au untuk menyerahkan hidupnya demi bintang Bimasakti. Ia tam paknya berpikir bahwa ia sedang m enyerang Einstein, dan bukan dirinya sendiri, karena dia menam bahkan: “H anya ada satu kesalahan pada agam a kosm iknya (cosmical religion): ia membubuhkan sebuah huruf tam bahan dalam kata itu— huruf

RICHARD DAWKINS 25 ‘s’.” T idak ada yang m enggelikan (comical) pada keyakinan- keyakinan Einstein. Meskipun demikian, saya berharap bahwa para ahli fisika berhenti m enggunakan kata Tuhan dalam pengertian metaforisnya yang khusus. Tuhan metaforis atau panteistik dari kaum fisikawan am at sangat berbeda dari Tuhan Injil, Tuhan para pendeta, para mullah, para rabbi, dan Tuhan dalam pengertian um um yang intervensionis, m em bangkitkan mukjizat, membaca pikiran, m enghukum dosa, dan menjawab doa. Secara sadar m encam puradukkan keduanya, m enurut saya, m erupakan suatu tindak pengkhianatan intelektual tingkat tinggi. P en g h o rm a ta n yang T a k -L ayak Ju d u l buku saya, The God Delusion, tidak m erujuk pada Tuhan Einstein dan Tuhan para ilmuwan lain yang tercerahkan di bagian sebelumnya. Itulah sebabnya m engapa saya perlu m em bahas agam a Einsteinian di perm ulaan buku ini: judul itu sangat m ungkin m em bingungkan. Di bagian-bagian selanjutnya dari buku ini saya hanya berbicara tentang tuhan- tuhan supernatural yang m ana yang paling akrab bagi mayoritas pem baca saya adalah Yahweh, Tuhan Perjanjian Lama. Saya akan m enyinggungnya sebentar. N am un sebelum beranjak dari bab awai ini saya perlu mengulas satu persoalan lagi yang jika tidak akan m engacaukan keseluruhan b u k u ini. Kali ini persoalan etiket. Sangat m ungkin bahw a para pem baca religius akan terganggu oleh apa yang harus saya katakan, dan akan m enem ukan dalam halam an-halam an ini penghormatan yang tak m em adai terhadap keyakinan-keyakinan tertentu mereka (jika bukan keyakinan-keyakinan yang dihargai oleh orang lain). Akan m erupakan suatu hal yang m emalukan jika gangguan seperti itu m enjadikan m ereka berhenti m em baca buku ini. Jadi saya ingin m em ilah-m ilahnya di sini, di bagian permulaan.

26 GOD DELUSION Asumsi yang um um tersebar, yang diterim a oleh ham pir setiap orang dalam masyarakat kita— term asuk m ereka yang non-religius— adalah bahwa keyakinan keagam aan sangat rentan terhadap serangan dan hendaknya dilindungi oleh suatu tembok penghorm atan yang sangat tebal, dalam jenis yang berbeda dari penghorm atan yang hendaknya diberikan setiap manusia kepada orang lain. Douglas Adam m engem ukakan hal ini dengan baik, dalam sebuah pidato m endadak yang diselenggarakan di Cambridge beberapa saat sebelum kematiannya,5 yang terus-menerus saya setujui: Agam a . . . . memiliki gagasan-gagasan tertentu yang m enjadi intinya yang k ita an ggap sakral atau suci atau apa pun . H al ini berarti, “Inilah ide atau gagasan yang terhadapnya anda tidak diizinkan untuk m engatakan sesuatu yang buruk; sem ata- m ata tidak boleh. M engapa tidak? — karena anda tidak boleh mengatakannya! Jika seseorang m em berikan suara kepada sebuah partai yang anda tidak setujui, anda bebas m em perdebatkannya sesuka anda; setiap orang akan m em iliki suatu argum en nam un tak seorang pun m erasa terluka karenanya. Jik a seseorang m enganggap bahwa pajak harus naik atau turun, anda bebas u n tu k m em perd ebatk an hal itu. N a m u n di sisi lain, jika seseorang m e n g a ta k a n b ah w a “Saya tid a k boleh m en y alak an la m p u p a d a suatu hari S ab tu ,” anda b erk ata, “Saya menghormati itu ”. M engapa sepenuhnya sah untuk m endukung partai Buruh atau partai Konservatif, kaum Republikan atau kaum D em okrat, m odel ekonom i ini vs. itu, M acintosh ketim bang W indows— nam un beropini ten tan g bagaim ana Alam Sem esta berawal, tentang siapa yang m enciptakan Alam Sem esta . . . . tidak, itu suci? . . . . K ita terbiasa u n tu k tidak m en an tan g gagasan-gagasan keagam aan, nam un sangat m enarik m elihat betapa besar kehebohan yang d itim b u lk an R ichard k etik a ia m elakukan hal itu! Setiap orang m enjadi sangat kalut karena anda tidak diizinkan u n tu k m engatakan hal-hal ini. N am u n jika anda m erenungkannya secara rasional, tidak ada alasan m engapa gagasan-gagasan tersebut tidak boleh diperdebatkan secara terbuka sebagaim ana gagasan-gagasan lain, kecuali bahwa kita bagaim anapun telah bersepakat di antara kita bahw a gagasan- gagasan tersebut hendaknya tidak diperdebatkan.

RICHARD DAWKINS 27 Inilah contoh khusus dari penghorm atan masyarakat kita yang terlalu besar bagi agama, suatu hal yang sangat penting. Tak diragukan, alasan-alasan yang paling mudah untuk m endapatkan status anti-wajib militer dalam masa perang bersifat keagam aan. A nda bisa m erupakan seorang filosof moral yang brilian dengan suatu tesis doktoral pem enang penghargaan yang m enguraikan kejahatan-kejahatan perang, meskipun demikian anda masih mengalami kesulitan karena suatu dewan wajib m iliter yang menilai klaim anda sebagai orang yang anti-wajib militer. N am un jika anda bisa m engatakan bahwa salah satu atau kedua orangtua anda adalah seorang Quaker m aka anda akan lolos dengan m udah, m eskipun anda sama sekali tidak artikulatif atau menguasai teori pasifisme atau Quakerism e itu sendiri. Pada titik spektrum yang berlawanan dari pasifisme, kita memiliki suatu keengganan untuk m enggunakan nama-nama religius bagi faksi-faksi yang sedang berperang. Di Irlandia U tara, kalangan K atolik dan Protestan dihaluskan menjadi “K aum N asionalis” dan “K aum Loyalis.” K ata “agama- agam a” itu sendiri diperm ak m enjadi “kom unitas-kom unitas”, sebagaim ana dalam “peperangan an tar-kom unitas.” Irak, sebagai akibat dari invasi Anglo-Amerika pada 2003, terpuruk ke dalam perang saudara sektarian antara um at Islam Sunni dan Syi’ah. Jelas m erupakan suatu konflik keagam aan— nam un dalam surat kabar the Independent 20 Mei 2006, kepala berita di halaman depan dan artikel utam a surat kabar itu m enggam barkannya sebagai “pem bersihan etnis.” “Etnis” dalam konteks ini m erupakan suatu eufemisme yang lain. Apa yang kita saksikan di Irak adalah pembersihan keagamaan. Penggunaan awai frase “pem bersihan etnis” di bekas Yugoslavia juga jelas m erupakan suatu eufemisme bagi pembersihan keagam aan, yang m encakup orang-orang Serbia Ortodoks, orang-orang Kroasia Katolik, dan warga Muslim Bosnia.

28 GOD DELUSION Saya sebelum nya telah m em berikan p erhatian pada keistimewaan agam a dalam berbagai diskusi publik tentang etika di media dan pem erintahan.7K apan pun suatu kontroversi muncul dalam hal moralitas seksual atau reproduktif, anda dapat bertaruh bahwa para pemimpin keagamaan dari beberapa kelompok keagamaan yang berbeda akan dihadirkan dalam komite-komite yang berpengaruh, atau dalam berbagai diskusi panel di radio atau televisi. Saya tidak m enyarankan bahwa kita hendaknya bergerak untuk menyensor pandangan-pandangan orang-orang ini. N am un m engapa m asyarakat kita sering kali mendatangi pintu mereka, seolah-olah mereka memiliki suatu keahlian yang dapat dibandingkan dengan, misalnya, seorang filosof moral, seorang pengacara keluarga, atau seorang dokter? Berikut ini adalah suatu contoh aneh yang lain tentang pengistimewaan agam a. Pada 21 Februari 2006, M ahkam ah Agung Amerika Serikat m em erintahkan bahw a sebuah gereja di New Mexico harus dibebaskan dari suatu undang-undang, yang harus patuhi oleh semua orang yang lain, karena m enggunakan obat-obatan halusinogenik.8 Para anggota setia Centro Espirita Beneficiente Uniao do Vegetal percaya bahwa m ereka dapat memahami Tuhan hanya dengan meminum teh hoasca, yang mengandung obat halusinogenik dim ethyltryptam ine yang ilegal. Lihatlah bahwa m ereka cukup m engatakan bahw a m ereka percaya obat-obatan itu m enin g k atk an p em aham an m ereka. Mereka tidak harus mem berikan bukti-bukti. Sebaliknya, terdapat begitu banyak bukti bahwa cannabis m eringankan penyakit nausea dan kesakitan para penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. N am un M ahkam ah Agung pada 2005 menitahkan bahwa semua pasien yang m enggunakan cannabis untuk tujuan medis bisa dikenai hukum an federal (bahkan di negara-negara bagian kecil di m ana penggunaan khusus tersebut dilegalkan). A gam a jelas m erupakan suatu kartu truf. Bayangkan para anggota sebuah masyarakat

RICHARD DAWKINS 29 apresiasi seni m engajukan perm ohonan di pengadilan bahwa m ereka ‘percaya’ m ereka m em erlukan suatu obat-obatan halusinogenik untuk m eningkatkan pemahaman mereka akan lukisan-lukisan Impresionis atau Surrealis. N am un, ketika sebuah gereja m engklaim k eb u tu h an yang seperti itu, ia didukung oleh pengadilan tertinggi di negeri ini. Demikianlah kekuatan agam a sebagai suatu azimat. Tujuh belas tahun yang lalu, saya adalah salah seorang tiga puluh enam penulis dan seniman yang didanai oleh majalah New Statesman u n tu k m em b u at tulisan yang m endukung pengarang terkenal, Salman Rushdie,9 yang w aktu itu dijatuhi hukum an m ati karena m enulis sebuah novel. M arah karena “sim pati” bagi “lu k a” d an “serangan” terhadap M uslim yang dikem ukakan oleh para pem im pin Kristen dan bahkan beberapa pem buat opini-sekular, saya m enulis kalim at-kalim at berikut ini: Jik a para pendukung apartheid memiliki akal m ereka akan m engklaim bahw a m engizinkan percam puran ras bertentangan dengan agam a m ereka. Sebagian besar dari oposisi tersebut dengan horm at akan m enarik diri perlahan-lahan. D an tidak ada gunanya bahw a m engklaim bahw a ini m erupakan suatu paralel yang tidak fair karena apartheid sam a sekali tidak m em iliki pem benaran rasional. K eseluruhan poin utam a dari keyakinan keagam aan— k eu tam aan d an k eag u n g an u tam an y a— adalah bahw a ia tidak didasarkan pada pem benaran rasional. Sebagian besar dari kita diharapkan untu k m em pertahankan prasangka-prasangka kita. N am u n m intalah pada seseorang yang religius untu k m em berikan alasan bagi keyakinan m ereka, dan anda m elanggar “kebebasan keagam aan.” Sedikit yang saya tahu bahwa sesuatu yang sangat mirip akan m uncul di abad kedua p uluh satu. Los Angeles Times (10 April 2006) m elaporkan bahwa banyak kelompok Kristen di kam pus-kam pus di sekitar Amerika Serikat menggugat universitas-universitas mereka karena memberlakukan aturan-aturan anti-diskriminasi, term asuk larangan untuk

30 GOD DELUSION mengganggu atau menghujat kaum homoseksual. Sebagai suatu contoh yang khas, pada 2004 Jam es Nixon, seorang pemuda berusia dua belas tahun di Ohio, m em enangkan hak di pengadilan untuk m engenakan sebuah kaos ke sekolah yang bertuliskan “Homoseksualitas adalah suatu dosa, Islam adalah suatu kebohongan, aborsi adalah suatu pem bunuhan. Beberapa persoalan jelas hitam dan p u tih !”10 Sekolah tersebut memberi tahu dia untuk tidak m engenakan kaos tersebut— dan pemuda itu dan orangtua m ereka m enggugat sekolah tersebut. Orangtua tersebut mungkin mengajukan suatu kasus yang netral jika mereka m endasarkannya pada jam inan kebebasan berbicara dalam A m andem en Pertam a. N a m u n tidak: jelas mereka tidak bisa, karena kebebasan berbicara diandaikan tidak m encakup “penyebaran kebencian”. N a m u n kebencian hanya perlu m em buktikan bahw a ia religius, dan ia tidak lagi dianggap sebagai suatu kebencian. Jadi, ketim bang kebebasan berbicara, para pengacara Nixon tersebut m erujuk pada hak konstitusional atas kebebasan beragama. T u n tu tan h u k u m yang mereka m enangkan tersebut didukung oleh Alliance Defense Fund of Arizona, yang urusannya adalah “m enekan pertarungan sah untuk kebebasan beragam a.” Pendeta Rick Scarborough, yang m endukung gelom bang tuntutan hukum Kristen serupa yang diajukan untuk meneguhkan agama sebagai suatu pem benaran legal bagi diskriminasi terhadap kaum homoseksual dan kelompok- kelompok lain, m enyebutnya sebagai perjuangan hak-hak sipil abad kedua puluh satu: “U m a t K risten harus m engam bil sikap terhadap hak u n tu k m enjadi seorang K risten.”11 Sekali lagi, jika orang-orang seperti itu m engam bil sikap dalam hal hak atas kebebasan berbicara, seseorang m ungkin akan enggan bersimpati. N am un bukan itu masalahnya. Kasus hukum yang m endukung diskriminasi terhadap kaum homoseksual tersebut dibingkai sebagai suatu gugatan-balasan terhadap apa

RICHARD DAWKINS 31 yang dianggap diskriminasi keagamaan! D an hukum tersebut tam paknya m enghorm ati hal ini. A nda tidak dapat dengan seenaknya m engatakan, “Jik a anda m encoba m enghalangi saya m engganggu kaum homoseksual, maka hal itu melanggar kebebasan berprasangka saya.” N am un anda dapat dengan seenaknya m engatakan, “H al itu m elanggar kebebasan beragam a saya.” Jika anda memikirkannya, apa perbedaannya? Sekali lagi, agam a m entruf semua hal. Saya akan m engakhiri bab ini dengan suatu studi kasus tertentu, yang dengan bagus memperlihatkan penghormatan masyarakat yang terlalu berlebihan terhadap agama, melebihi dan di atas penghorm atan terhadap m anusia biasa. Kasus tersebut m encuat pada Februari 2006— suatu peristiwa yang m enggelikan, yang dengan liar berkisar antara ekstrem komedi dan tragedi. September sebelumnya, surat kabar D enm ark Jyllands-Posten m enerbitkan dua belas kartun yang m enggam barkan nabi M uham m ad. Selama tiga bulan berikutnya, kem arahan disebarkan secara hati-hati dan sistematis di seluruh dunia Islam oleh suatu kelom pok kecil orang Islam yang hidup di D enm ark, yang dipim pin oleh dua im am yang telah diberi tem p at perlindungan di sana.12 Pada akhir 2005 para eksil yang berhati dengki ini melakukan perjalanan dari D enm ark ke Mesir dengan membawa sebuah selebaran, yang kem udian diperbanyak dan diedarkan ke seluruh dunia Islam, term asuk— ini yang penting— Indonesia. Selebaran itu m em uat berbagai kebohongan tentang dugaan perlakuan sewenang-wenang terhadap um at Islam di Denmark, dan suatu kebohongan yang tendensius bahw a Jyllands-Posten m erupakan suatu surat kabar yang didanai pemerintah. Selebaran itu juga m em uat kedua belas kartun tersebut, dan para imam tersebut juga m enam bahkan tiga gambar lain yang asal-usulnya tidak diketahui nam un jelas tidak ada kaitannya dengan D enm ark. Tidak seperti kedua belas gam bar awai

32 GOD DELUSION tersebut, ketiga gam bar yang ditam bahkan ini sangat ofensif— atau memang demikian halnya jika, sebagaimana yang diduga oleh para propagandis itu, gam bar-gam bar tersebut m elukiskan Muhammad. Dari ketiga gam bar ini, salah satu gam bar yang paling membahayakan bukan kartun sama sekali, melainkan sebuah foto yang difax yang m enggam barkan seseorang berjenggot yang mengenakan moncong babi palsu. Beberapa waktu kemudian diketahui bahwa foto itu m erupakan foto milik Associated Press yang m enggam barkan seorang Prancis yang sedang mengikuti kontes dengkingan babi dalam sebuah perayaan di Prancis.13 Foto tersebut sam a sekali tidak ada kaitannya dengan nabi M uhammad, tidak ada hubungannya dengan Islam, dan tidak ada hubungannya dengan D enm ark. N am un para aktivis Muslim, dalam pawai m ereka yang rusuh menuju Kairo, m enganggap ketiga hubungan itu ada . . . . dan akibat-akibatnya dapat ditebak. “Luka” dan “serangan” yang d ip u p u k dengan h ati-h ati itu akhirnya meledak lima bulan setelah kedua belas kartun itu dimuat. Para demonstran di Pakistan dan Indonesia m embakar bendera-bendera Denm ark (dari m ana mereka m endapatkan bendera-bendera itu?) dan berbagai tu ntutan yang sangat keras diserukan kepada pem erintah D enm ark agar m em inta maaf. (Meminta m aaf untuk apa? Mereka tidak m enggam bar kartun- kartun itu, atau m enerbitkannya. W arga D enm ark hanya hidup dalam sebuah negara yang memiliki kebebasan pers, suatu hal yang m ungkin oleh orang-orang di banyak negara Islam sulit untuk dipahami). Surat kabar-surat kabar di Norwegia, Jerm an, Prancis, dan bahkan di Amerika Serikat (nam un jelas tidak di Britania) m encetak kembali kartun-kartun itu sebagai langkah solidaritas terhadap Jyllands-Posten, yang sem akin m em perbesar api kemarahan tersebut. Kantor-kantor kedutaan besar dan kantor-kantor konsulat dirusak, barang-barang Denm ark diboikot, warga negara D enm ark dan orang-orang Barat

RICHARD DAWKINS 33 pada um um nya diancam secara fisik; gereja-gereja Kristen di Pakistan, yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan D enm ark atau Eropa, dibakar. Sembilan orang terbunuh ketika para perusuh Libya menyerang dan m em bakar kantor konsulat Italia di Benghazi. Sebagaimana yang ditulis oleh Germaine Greer, apa yang sungguh-sungguh dicintai dan dilakukan dengan sangat baik oleh orang-orang ini adalah h u ru -hara.14 H adiah 1 juta dolar diberikan kepada orang yang berhasil m em bunuh “kartunis D enm ark” itu oleh seorang imam Pakistan— yang tam paknya tidak tahu bahwa ada dua belas kartunis D enm ark yang berbeda, dan ham pir pasti tidak tahu bahwa ketiga gam bar yang paling ofensif itu sama sekali tidak pernah m uncul di D enm ark (dan, gabaimanapun, dari mana uang satu juta itu berasal?). Di Nigeria, orang-orang Islam yang melakukan protes terhadap kartun-kartun Denmark tersebut m em bum i-hanguskan beberapa gereja Kristen, dan m enggunakan golok untuk menyerang dan mem bunuh orang- orang Kristen (kulit hitam Nigeria) di jalan-jalan. Seorang Kristen ditaruh di dalam sebuah ban karet, disiram bensin dan dibakar. Para dem onstran yang tertangkap kamera di Inggris m enggelar spanduk-spanduk yang berbunyi “Bunuh orang- orang yang m en g h in a Islam ”, “Sembelih orang-orang yang m engejek Islam ”, “Eropa, kau akan m endapatkan balasan: Penghancuran akan terjadi” dan, jelas tan p a ironi, “Penggal orang-orang yang m engatakan bahwa Islam adalah agama kekerasan.” Setelah sem ua peristiwa ini, w artaw an Andrew Mueller m ew aw ancarai seorang M uslim “m o d erat” Inggris terkem uka, Sir Iqbal Sacranie.15B erdasarkan standar-standar Islam sekarang ini m ungkin ia m oderat, nam un dalam ulasan Andrew Mueller ia m asih m em egang k ata-k ata yang ia buat ketika Salman Rushdie difatw a m ati karena menulis sebuah novel: “Kematian m ungkin terlalu m u d ah baginya”— suatu pernyataan yang

34 GOD DELUSION membuatnya sangat bertentangan dengan pendahulunya yang sangat berani, alm arhum D r Zaki Badawi, seorang Muslim Inggris yang paling berpengaruh, yang m enawari Salman Rushdie tem pat berlindung di rum ahnya sendiri. Sacranie berkata kepada Mueller betapa prihatinnya dia pada kartun- kartun Denmark tersebut. Mueller juga prihatin, nam un karena alasan yang berbeda: “Saya prihatin bahw a reaksi yang menggelikan dan tak sepantasnya terhadap beberapa sketsa yang tak-lucu dalam sebuah surat kabar Skandinavia yang tak jelas tersebut m ungkin m enegaskan bahw a . . . . Islam dan Barat pada dasarnya tidak dapat didam aikan.” Sacranie, di pihak lain, memuji surat kabar-surat kabar Inggris yang tidak m em uat kartun-kartun tersebut; sementara Mueller menyuarakan kecurigaan sebagian besar bangsa tersebut bahw a “kekangan surat kabar-surat kabar Inggris tersebut kurang disebabkan oleh sensitivitas terhadap kem arahan Muslim, m elainkan lebih disebabkan oleh keinginan untuk m enghidari serangan dari orang-orang M uslim.” Sacranie m enjelaskan bahw a “Sosok N abi M uham m ad, shalawat dan salam baginya, sangat dipuja di dunia Muslim, dengan cinta dan kasih sayang yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Hal itu melebihi orangtua anda, orang- orang yang anda kasihi, anak-anak anda. Itu adalah bagian dari keyakinan. Juga ada ajaran Islam yang m enyatakan bahwa orang tidak boleh m enggam barkan sosok sang N abi.” M enurut Mueller, hal ini malah m engandaikan, bahw a nilai-nilai Islam m en tru f sem ua hal yang lain— ini m erupakan suatu hal yang diasum sikan oleh setiap penganut Islam, sebagaimana para penganut agam a apa pun yakin bahw a agam a m ereka m erupakan satu-satunya jalan, kebenaran, dan cahaya. Jika orang ingin m encintai seorang pendakw ah abad ketujuh lebih dibanding keluarga m ereka sendiri, itu terserah mereka; nam un tak seorang pun yang lain diwajibkan m enganggapnya serius . . . .

RICHARD DAWKINS 35 Kecuali jika anda tidak m enganggapnya serius dan memberinya penghorm atan yang pantas anda terancam secara fisik, dalam suatu tingkat yang tidak diinginkan agama lain sejak Abad Pertengahan. O rang dapat dipastikan akan bertanya-tanya m engapa perlu kekerasan seperti itu, melihat bahw a, sebagaim ana dikem ukakan M ueller: “Jik a siapa pun di antara anda badut-badut benar m enyangkut apa pun, para kartunis tersebut bagaim anapun akan masuk neraka— tidakkah itu cukup? Sem entara itu, jika anda ingin menjadi senang m enyangkut penghinaan-penghinaan terhadap orang Islam, baca laporan-laporan A m nesti Internasional tentang Syria dan Arab Saudi.” Banyak orang m elihat kontras antara “kesakitan” histeris yang disuarakan oleh orang-orang Islam dan begitu mudahnya media Arab m enerbitkan kartun-kartun stereotipikal anti- Yahudi. D alam sebuah demonstrasi di Pakistan menentang kartun-kartun D enm ark tersebut, seorang perempuan yang mengenakan burka hitam tertangkap kamera mengusung sebuah sp an d u k bertuliskan “Tuhan m em berkati H itler.” Sebagai tan g g ap an terhadap sem ua huru-hara gila ini, surat kabar-surat kabar liberal yang sopan menyesalkan kekerasan tersebut dan m enyuarakan kebebasan berbicara. N a m u n pada saat yang sam a m ereka m engungkapkan “rasa h o rm at” dan “sim pati\" terh ad ap “lu k a” d an “kekerasan” yang m endalam yang “dialam i” orang-orang Islam. Ingat, “luka” dan “p en d eritaan ” terseb u t ada bukan pada siapa pun yang mengalam i kekerasan atau derita nyata dalam bentuk apa pun: tidak lebih dari sekadar beberapa pulas tinta cetak dalam sebuah surat kabar yang tak seorang pun di luar Denmark pernah m endengarnya kecuali untuk sebuah kampanye sadar untuk m enghasut penganiayaan. Saya tidak m endukung tindakan menyakiti atau melukai siapa pun hanya dem i tindakan itu sendiri. N am un saya tertarik dan

36 GOD DELUSION heran pada pengistimewaan agama yang tak sepantasnya dalam masyarakat-masyarakat sekular kita. Semua politisi harus menjadi terbiasa pada kartun-kartun kurang ajar yang m enggam barkan wajah mereka, dan tak seorang pun yang akan rusuh m embela mereka. Apa yang begitu istimewa pada agama sehingga kita memberinya penghormatan khusus yang sedemikian unik? Sebagaimana yang dikem ukakan H . L. Meneken: “K ita harus menghormati agama orang lain, nam un hanya dalam pengertian dan sampai tingkat di mana kita menghormati teorinya bahwa istrinya cantik dan anak-anaknya cerdas.” Atas dasar penghorm atan yang sangat pongah terhadap agama itulah saya m em buat penyangkalan saya sendiri untuk buku ini. Saya tidak akan m enyakiti, nam un saya juga tidak akan mengenakan sarung tangan anak-anak untuk menangani agama secara lebih lem but dibanding saya m enangani hal-hal yang lain.

RICHARD DAWKINS 37 2 Hipotesa-H ipotesa tentang Tuhan Agama dari suatu masa adalah hiburan sastra masa berikutnya. —Ralph W aldo Emerson Tuhan Perjanjian Lama m ungkin m erupakan tokoh yang paling tidak m enyenangkan dalam sem ua fiksi: pencem buru dan angkuh; suatu sosok yang picik, tidak adil, dan tak pemaaf; pem basm i etnis yang haus darah dan pendendam ; suatu sosok penindas yang m isoginistik, hom ofobik, rasis, pem bunuh bayi, pem bantai, pem bunuh anak sendiri, penyebar penyakit, m egalom aniak, sadomasokistik, serta pendengki. Sebagian dari k ita yang dididik m ulai dari masa kecil untuk menerima sifat-sifat tersebut bisa menjadi tidak sensitif terhadap semua horor itu. Seseorang yang na'tf dengan pandangan yang polos m em iliki persepsi yang lebih jelas. A nak laki-laki Winston Churchill, Randolph, berusaha untuk tetap mengabaikan kitab suci sampai Evelyn W augh dan seorang petugas, dalam suatu usaha sia-sia un tu k m em buat Churchill tetap diam ketika m ereka ditem patkan bersama selama masa perang, bertaruh bahwa ia tidak bisa m em baca seluruh Bibel dalam dua minggu: “Sayangnya, itu tidak m em unculkan hasil yang kita harapkan.

38 GOD DELUSION la sama sekali ‫ دأاا؛ء‬pernah m em bacanya sebelum nya, dan sangat merasa ngeri dan terpukau; Ia terus m em baca berbagai kutipan keras-keras “K ukatakan, aku b ertaruh kau tidak tah u ini ada dalam Bibel . . . atau m enepuk-nepuk p in ggangnya dan kem udian terkekeh “Tuhan, b u k ankah Tuhan itu tai kuci ng‫ ؛'”؛‬T hom asjefferson —yang m em baca dengan lebih baik -m e m ilik i opini yang serupa: “Tuhan K risten m erupakan suatu sosok dengan w atak yang m e n g e r ik a n - k e ‫؛‬am , pendendam , plin-plan dan tidak adil.” Tidak fair menyerang sebuah target yang sedemikian mudah. Hipotesa Tuhan hendaknya tidak disejajarkan atau disamakan dengan penggam barannya yang paling tidak menyenangkan, Yahweh, ataupun lawan hambarnya dalam rupa K risten, “Yesus yang halus dan lem ah le m b u t”. (Jika m au jujur, persona orang-lem bek ini lebih d ipengaruhi oleh para pengikut Victoriannya ketim bang Yesus sendiri. Bisakah sesuatu lebih m em uakkan dibanding ungkapan M rs c. F. Alexander “Semua anak-anak K risten harus / Lem but, taat, baik seperti d ia”?) Saya tidak sedang m enyerang sifat-sifat tertentu dari Yahweh, atau Yesus, atau Allah, atau tuhan yang lain seperti Baal, Zeus, atau W otan. Sebaliknya saya akan mendefinisikan Hipotesa Tuhan secara lebih gam blang: ada ‫ء‬،‫ مح«؛‬manusia-super, suatu inteligensia supernatural yang secara sadar merancang dan menciptakan alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, termasuk kita. B uku ini akan m en dukung suatu pandangan alternatif: inteligensia kreatif apa pun, dengan kompleksitas yang memadai untuk merancang semua hal, ada hanya sebagai basil akhir dari suatu proses evolusi bertahap yang diperluas. Inteligensia-inteligensia kreatif, karena ' niscaya muncul belakangan di alam semesta, dan oleh karena itu tidak m ungkin bertanggung jawab merancangnya. Tuhan, dalam pengertian yang didefinisikan tersebut, m erupakan suatu khayalan; dan, sebagaimana yang akan d ip e rlih a tk a n bab-bab

RICHARD DAWKINS 39 selanjutnya, suatu angan-angan yang merusak. Tidak m engejutkan, karena ia didasarkan pada tradisi- tradisi lokal pewahyuan pribadi dan bukan pada bukti-bukti, H ipotesa Tuhan tersebut m uncul dalam banyak versi. Para sejarahwan agam a melihat adanya progresi dari animisme kesukuan primitif, lalu menjadi politheisme seperti yang ada pada bangsa Yunani, Romawi, dan Norsem en, dan kemudian monotheisme seperti pada agama Yahudi dan turunan- turunannya, agam a Kristen dan Islam. P o lith eism e Tidak jelas m engapa perubahan dari politheisme menjadi monotheisme dianggap sebagai suatu perkembangan yang jelas progresif. N am un asumsi itulah yang um um diterima— suatu asumsi yang m em ancing Ibn W arraq (penulis buku Why I A m Not a Muslim) un tu k dengan kocak m enebak bahwa monotheisme nantinya dikutuk untuk mengurangi satu tuhan lagi dan m enjadi atheism e. Catholic Encyclopedia menolak politheisme dan atheisme dalam satu tarikan dangkal yang sama: “A theism e d o g m atik form al m enyangkal-diri sendiri, dan secara de facto tid ak pernah m en d ap atk an persetujuan rasional dari sejumlah besar manusia. Dem ikian juga politheisme, betapapun m udahnya ia menguasai imajinasi populer, tidak pernah m em uaskan akal-budi seorang filosof.”17 Chauvinisme m onotheistik hingga belakangan ini tertulis di dalam u n d an g -u n d an g derm a (cbarity law) di Inggris m aupun Skotlandia. U ndang-undang ini mendiskriminasi agama-agama politheistik dalam status bebas-pajak, memberi kemudahan pada yayasan-yayasan derm a yang tujuannya adalah memajukan agama m onotheistik, dan memberi pengecualian pada yayasan- yayasan tersebut terhadap pemeriksaan ketat yang diwajibkan pada yayasan-yayasan sekular. Ambisi saya adalah meyakinkan

40 GOD DELUSION anggota komunitas H indu Inggris yang terhorm at untuk maju dan menggelar aksi sipil un tu k m enguji diskrim inasi terhadap politheisme yang angkuh tersebut. Tentu saja yang jauh lebih baik adalah m eninggalkan sam a sekali promosi agam a sebagai dasar-dasar status kederm aw anan. Berbagai keuntungan dari hal ini bagi masyarakat akan sangat besar, khususnya di Am erika Serikat, di m ana jum lah uang bebas-pajak yang disesap oleh gereja-gereja, dan semakin memperkaya para televangelis yang telah kaya raya, mencapai tingkat yang cukup bisa digam barkan sebagai keterlaluan. Oral Roberts, yang namanya dengan jitu m enggam barkannya, pernah berkata kepada audiens televisinya bahwa Tuhan akan m embunuhnya kecuali jika mereka m em berinya uang 8 juta dolar. H am pir tak dapat dipercaya, hal itu berjalan dengan baik. Bebas-pajak! Roberts sendiri masih menjadi sem akin kuat, demikian juga “O ral Roberts U niversity” di Tulsa, O klahom a. Bangunan-bangunannya, yang bernilai 250 juta dolar, secara langsung diberkahi oleh Tuhan sendiri dalam kata-kata berikut: “Didiklah para pelajarm u u n tu k m endengar suara-K u, u n tu k mengunjungi tem pat di m ana cahaya-Ku redup, di m ana suara-Ku tak begitu terdengar, dan kem am puan-K u untuk menyembuhkan tidak diketahui, meskipun sampai ke ujung Dunia. Kerja mereka akan m elampaui kerjamu, dan dalam hal ini Aku sangat senang.” Jika dipikirkan kembali, orang H indu yang m engajukan tuntutan hukum yang saya bayangkan tersebut akan sangat m ungkin m em ainkan k artu ‘J ik a anda tid ak bisa m engalahkan mereka, bergabunglah dengan m ereka.” Politheismenya tidak sungguh-sungguh m erupakan politheisme, melainkan monotheisme terselubung. Hanya ada satu Tuhan— Dewa Brahma sang pencipta; Dewa W isnu sang pemelihara, Dewa Shiwa sang penghancur, dan dewi-dewi seperti Saraswati, Laksmi, dan Parwati (istri Brahma, W isni, dan Shiwa), G anesha

RICHARD DAWKINS 41 sang D ewa gajah, dan ratusan dewa yang lain, semuanya hanyalah pengejawantahan atau inkarnasi yang berbeda dari satu Tuhan tersebut. O rang-orang K risten akan sangat senang dengan cara berpikir yang tidak masuk akal tersebut. Sungai-sungai tinta, untuk tidak m enyebut darah, abad pertengahan mengalir dengan sia-sia k arena ‘m isteri’ Trinitas, dan dalam m enindas berbagai penyim pangan seperti b id ’ah Arian. Arius of Alexandria, pada abad keem pat M asehi, m enyangkal bahw a Yesus consubstansial (yakni memiliki substansi atau esensi yang sama) dengan Tuhan. Apa gerangan maksud istilah itu? Demikian m ungkin anda bertanya. Substansi? “Substansi” apa? Apa sesungguhnya yang anda m aksud dengan “substansi”? “Sangat sedikit” tam paknya m erupakan satu-satunya jawaban yang paling masuk akal. N am un kontroversi itu memecah Kekristenan selama satu abad, dan Kaisar K onstantin m em erintahkan bahwa semua salinan buku Arius tersebut harus dibakar. Kekristenan yang pecah karena perselisihan yang remeh-temeh— seperti itulah yang terjadi pada teologi. Apakah kita m emiliki satu Tuhan dalam tiga bagian, atau tiga Tuhan dalam satu? Catholic Encyclopedia menjelaskan masalah tersebut pada kita, dalam sebuah karya besar pemikiran teologis: D alam kesatuan yang Ilahiah tersebut terdapat tiga Persona, sang Bapa, sang A nak, dan R uh K udus, K etiga Persona ini sam a sekali terpisah satu sam a lain. D engan dem ikian, dalam kata-kata Kredo A thanasian: “sang Bapa adalah Tuhan, sang A nak adalah Tuhan, dan Ruh K udus adalah Tuhan; dan m eskipun dem ikian tidak ada tiga Tuhan m elainkan satu Tuhan.” Seolah-olah k u tip an itu tidak cukup jelas, Encyclopedia tersebut m engutip seorang teolog abad ketiga, St Gregory the Miracle W orker:

42 GOD DELUSION Karena itu tidak ada yang diciptakan, tak ada yang tunduk pada yang lain dalam Trinitas tersebut: jug a tid ak ada sesuatu yang ditam bahkan seolah-olah hal itu sebelum nya pernah tidak ada, dan baru m uncul kem udian: oleh karena itu sang Bapa tidak pernah tanpa sang Anak, dem ikian juga sang A nak tanpa Ruh Kudus: dan Trinitas yang sam a ini tetap dan tak dap at diubah selamanya. M ukjizat-m ukjizat (Miracles) apa p u n yang m em b u at St Gregory mengenakan nama itu, semua itu bukan mukjizat kejernihan yang jujur. K ata-katanya secara khas m engandung cita rasa teologi yang obskurantis, yang— tidak seperti sains atau sebagian besar cabang ilmu pengetahuan m anusia yang lain— tidak m engalam i kem ajuan sejak abad kedelapan belas. Thom as Jefferson, sebagaim ana biasa, benar ketika ia m engatakan, “M enertaw akan adalah satu-satunya senjata yang dapat digunakan untuk melawan proposisi-proposisi yang tak dapat dipahami. Gagasan-gagasan haruslah jelas sebelum akal budi dapat memahaminya; dan tak seorang pun yang memiliki suatu gagasan yang jelas m enyangkut trinitas tersebut. Ia sekadar Abracadabra para penipu yang m enyebut diri mereka para pendeta Yesus.” Hal lain yang tidak dapat tidak saya kem ukakan adalah rasa percaya diri yang berlebihan dan congkak yang dengan itu agama menegaskan berbagai detail kecil yang m ana mereka tidak memiliki, atau tidak m ungkin memiliki, bukti-bukti. M ungkin kenyataan gam blang bahwa tidak ada bukti-bukti untuk m endukung berbagai opini teologis itulah yang mendorong perm usuhan yang begitu keras terhadap mereka yang memiliki opini yang sedikit berbeda, khususnya sebagaimana yang terjadi dalam bidang Trinitarianisme ini. Jefferson m enertawakan doktrin bahwa, sebagaimana yang ia kem ukakan, “A da tiga T uhan”, dalam k ritiknya atas Calvinisme. N am un terutam a cabang agam a K risten Katolik

RICHARD DAWKINS 43 Roma-lah yang m endorong percum buannya yang terus- m enerus dengan politheisme. Trinitas tersebut ditambah dengan M aria, “R atu Surga”, seorang dewi, yang jelas berperan sebagai Tuhan, target doa berikutnya. Kumpulan dewa- dewa tersebut semakin diperbesar oleh sekelompok santa, yang keku atan p erantaranya m enjadikan m ereka, ‫؛؛‬k‫؛‬، bukan manusia setengah dewa, layak didekati karena berbagai kekhususan mereka. Forum Komunitas Katolik dengan cermat m endaftar 5.120 sa n ta ,18 dengan berbagai bidang keahlian mereka, yang m encakup penyakit perut, korban penyiksaan, anoreksia, pem bagi senjata, pandai besi, patah tulang, teknisi bom , dan penyakit anus, u n tu k m enyebut yang tidak ‫اا‬-‫ آا؛أا‬dari Bs. D an kita tidak boleh m elupakan keem pat Choirs ofAngelic Hosts, yang disusun dalam sembilan tatanan: Seraphim, C herubim , T hrones, D om inions, v،rtues, ? ٥١١١^٢$, Principalities, Archangels (kepala semua kumpulan), dan Malaikat-Malaikat biasa, term asuk sahabat-sahabat terdekat kita, Para Malaikat Pelindung yang terus mengawasi. Apa yang sangat menarik bagi saya m en y an g k u t m ithologi K atolik sebagian adalah kitsch- nya yang hambar, dan terutam a keteledorannya yang begitu jelas saat orang-orang ini m em buat detail-detail. Ia diciptakan dengan sembrono. Paus John Paul II m enciptakan lebih banyak santa dibanding semua pendahulunya dalam beberapa abad terakhir digabungkan, dan ia m em iliki k etertarikan ‫ ةلاةلاأا؛ا‬pada sang Perawan Maria. Keinginan-keinginan politheistiknya secara dram atis diperlihatkan pada 1981 ketika ia mengalami percobaan p em b u n u h an di Roma, dan m enganggap bahwa ia selam at k arena cam pur-tangan © ur Lady of Fatima: “Sebuah tangan ibu m engarahkan peluru itu .” O rang tidak bisa tidak akan bertanya m engapa Ia tidak m em buat peluru itu meleset darinya. Yang lain m ungkin berpikir bahwa tim ahli bedah yang telah mengoperasi dia selama enam jam layak m endapatkan


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook