Biodiversity of Perum Perhutani Enam Dekade Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Perum Perhutani di Pulau Jawa
Pengantar Kontribusi dan Pengelolaan Aspek lingkungan hidup Perum Perhutani diwujudkan melalui pemantauan dan pengelolaan keanekaragaman hayati dan kawasan bernilai konservasi tinggi. Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman hayati Perum Perhutani umumnya disusun pada masing-masing Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) setiap tahunnya. Untuk itu, Kami merasa perlu memberikan gambaran pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman hayati yang telah dilakukan Perum Perhutani sebagai satu kesatuan perusahaan. Buku ini disusun berdasarkan kegiatan monitoring dan pengelolaan keanekaragaman hayati yang dilakukan yang dilakukan di 57 KPH yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta hasil penelitan dari Akademisi, NGO dan pemerhati lingkungan yang dilakukan di kawasan Perum Perhutani. Selain memuat informasi pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman hayati (kehati). Dalam buku ini akan memuat dan mengulas secara ringkas pengelolaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) yang dilakukan masing-masing KPH sampai dengan Desember 2021. Ekosistem yang terdapat di dalam kawasan pengelolaan Perum Perhutani terbagi menjadi ekosistem alami dan ekosistem budidaya, dimana ekosistem alami terdiri atas hutan lindung dan kawasan perlindungan yang dicadangkan sebagai perlindungan ekologis sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan edengan pengelolaan intensif budidaya hutan dan agroforestry. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian manifestasi flora dan fauna telah mendapatkan pengaruh dari aktivitas manusia. Pada buku ini akan dideskripsikan gambaran umum ekosistem yang terdapat di kawasan Perhutani beserta keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya. Dalam hal ini dimungkinkan keanekaragaman flora dan fauna yang ada adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan suatu komunitas atau ekosistem alami yang dikonservasi, seperti pada kawasan Taman Nasional dan Cagar Alam. Biodiversity of Perum Perhutani 1
Pengantar Secara umum, buku ini disusun untuk memberikan gambaran kegiatan pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman hayati di areal pengelolaan Perum Perhutani yang telah diupayakan berjalan efektif. Adanya informasi mengenai pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman hayati ini diharapkan mendapat umpan balik terhadap efektifitas pelaksanaan pengelolaan keanekaragaman hayati yang telah dilakukan dalam rangka pelestarian lingkungan. Kami mencoba memberika gambaran kontribusi Perum Perhutani yang telah selama 60 tahun mengelola hutan Pulau Jawa beserta keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar di dalamnya. Penyusunan buku ini melalui proses yang cukup panjang, untuk itu kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian buku ini serta pelaksanaan kegiatan pengelolaan pemantauan keanekaragaman hayati dan penyelesaian laporan di areal wilayah kerja Perum Perhutani, kami mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta 20 Maret 2022 Penyusun Biodiversity of Perum Perhutani 2
Chairman Statement “WOW!” “Luar biasa!” Saat saya ditugaskan sebagai Direktur Utama Perum Perhutani, saya berasumsi bahwa Perum Perhutani dalam mengelola hutannya lebih banyak fokus pada aspek produksi. Mungkin bukan hanya saya, hampir semua orang berasumsi hal yang sama. Hal ini disebabkan minimnya informasi dan publikasi tentang aspek pengelolaan lingkungan, khususnya keanekaragaman hayati (biodiversity) di Perhutani. Perhutani mengelola 2,4 juta Ha di pulau Jawa dan Madura namun sangat sedikit informasi dan dokumen yang berbicara tentang biodiversity didalamnya. Setelah saya membaca buku ini saya menjadi tertegun, termenung dan terselip rasa bangga dan haru bahwa kawasan hutan yang kami kelola ini bukan hanya menjadi tempat kami bekerja tapi juga menjadi rumah bagi lebih dari 885 jenis flora dan 621 jenis fauna baik itu dikawasan hutan lindung maupun kawasan hutan produksi. Dari jumlah itu ternyata tidak sedikit yang saat ini berada dalam status perlindungan yang cukup tinggi bahkan beberapa diantaranya merupakan spesies endemik. Tentu saja data ini tidak muncul begitu saja. Dengan proses sertifikasi pengelolaan hutan lestari yang diikuti oleh Perum Perhutan sebagai pemicu utama, Saya yakin proses identifikasi keanekaragaman hayati ini telah dilakuan dalam waktu yang cukup lama di 57 KPH Perum Perhutani melalui survey biodiversity yang juga merupakan bagian dari proses mengidentifikasi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang ada dialam kawasan hutan Perum Perhutani. Saya sangat bangga dan mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada tim penyusun yang telah berhasil membukukan informasi biodiversity di Perum Perhutani ini. Well done. Dengan buku ini saya berharap informasi tentang biodiversity di kawasan hutan yang saat ini dikelola oleh Perum Perhutani lebih banyak diketahui oleh masyarakat sehingga muncul kesadaran untuk bersama sama menjaga dan melestarikan keanekaragaman Biodiversity of Perum Perhutani 3
Chairman Statement hayati disekitarnya. Data-data ini juga sangat berguna bagi Perhutani dalam menyusun perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan kedepan agar pengelolaan sumberdaya hutan betul betul memperhatikan 3 aspek kelestarian yaitu Produksi, Ekologi dan Sosial. Keanekaragaman hayati tentu mengalami tekanan besar akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan wilayah. Dengan identifikasi ini tentunya akan membuat kita lebih arif dan bijaksana dalam merencanakan dan melakukan pengembangan wilayah termasuk pengelolaan hutan. Semoga kita semua dapat memegang amanah sebagai rahmatan lil alamin sehingga akan memberikan kemanfaatan tidak hanya bagi manusia namun juga makhluk tuhan lainnya termasuk yang berada didalam hutan. SALAM LESTARI Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro Biodiversity of Perum Perhutani 4
Executive Summary Kelola Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) di Perum Perhutani kurang banyak terekspose. Perlu adanya sajian informasi yang mampu menggambarkan kekayaan biodiversity Perum Perhutani dan bagaimana perannya dalam mendukung kelestarian biodiversity Pulau Jawa. Serta bagaimana perjalanan pengelolaan keanekaragaman hayati yang dimiliki Perhutani dan habitatnya selama enam dekade. Pulau Jawa mengalami dinamika perkembangan ekologi dikarenakan erupsi gunung berapi yang cukup bayak dimiliki. Hal tersebut menyebabkan kandungan kesuburan tanah yang mendukung keberagaman tipe tegakan hutan, khususnya di wilayah pegunungan. Setidaknya terdapat 897 jenis fauna dengan 148 jenis endemik, serta 6000 jenis flora dengan 4.100 jenis endemik yang hidup di Pulau Jawa. Perhutani sebagai BUMN Kehutanan indonesia, mengelola kawasan hutan seluas 2.437.087 Ha yang terdiri atas Hutan Lindung seluas 637.323 ha, Hutan Produksi efektif seluas 1.306.722 ha serta Kawasan Perlindungan seluas 332.871 ha dimana keseluruhan kawasan pengelolaan Perhutani tersebut mengakomodir 52% Important bird area (IBA) di Pulau Jawa. Untuk menjaga kualitas lingkungan dan keberlangsungan pengelolaan hutan, Perum Perhutani melakukan pengelolaan lingkungan meliputi evaluasi dampak kegiatan operasional Perhutani melalui pemantauan dan pengukuran aspek lingkungan yang dilaporkan dalam laporan Rencana Kelola dan Rencana Pemantauan Lingkungan, Laporan Monitoring Biodiversity serta Laporan monitoring Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF) dan Kawasan Perlindungan. Dalam 4 ruang lingkup tersebut, upaya yang dilakukan meliputi perlindungan tumbuhan dan satwa liar, perlindungan habitat, pengkayaan jenis, rehabilitasi kawasan rusak dan peningkatan awarness masyarakat Pengelolaan keanekaragaman hayati Perhutani dilakukan pemantauan melalui monitoring keanekaragaman hayati pada 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang dilaksanakan setiap tahun dengan pelaksanaan pada lokasi lokasi sampling yang stersebar di Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi (HP) dan Hutan Alam Sekunder (HAS). Pelaksanaan monitoring dilakukan setahun sekali untuk mengetahui keragaman jenis, jumlah, kondisi habitat satwa; Biodiversity of Perum Perhutani 5
Executive Summary mencakup fragmentasi habitat, keragaman habitat, isolasi habitat dan pengaruh daerah tepi. Kekayaan spesies dan sebaran populasi binatang yang termasuk dalam kategori langka, jarang dan terancam punah. Obyek pengamatan dalam kegiatan monitoring keanekaragaman hayati meliputi Vegetasi, Mamalia darat, Herpetofauna (Reptil dan Amfibi) dan jenis Aves (Burung). Berdasarkan data yang dihimpun teridentifikasi 680 spesies satwa liar terdiri dari 60 Jenis Mamalia (35% Jenis mamalia di Jawa), 90 jenis Herpetofauna (45% jenis herpetofauna di Jawa), 357 jenis Burung (75% dari burung di Jawa) dan 111 jenis kupu-kupu serta 41 jenis gastropoda dan 18 jenis serangga. Jumlah tersebut belum termasuk jenis-jenis migran yang tidak selalu teridentifikasi pada saat pengambilan data. Dari jumlah tersebut teridentifikasi 55 jenis endemik Jawa (55% dari total satwa liar endemik Jawa). dengan rincian 80 % jenis burung endemik Jawa, 25% mamalia endemik Jawa dan 30% herpetofauna endemik Jawa. Untuk status konservasi ditemukan 10 spesies Kritis, 17 spesies terancam dan 25 spesies rentan dan 35 spesies mendekati terancam, serta teridentifikasi sebanyak 49% (306 jenis) memiliki tren populasi menurun secara global. Berdasarkan verifikasi status perlindungan 95 jenis satwa dilindungi permen LHK no 106 tahun 2019 dan 26 jenis satwa Perhutani dilindungi CITES. Keragaman tumbuhan berdasarkan data yang dihimpun telah teridentifikasi 885 yang berasal dari 152 famili dari total 1.779 jenis tumbuhan yang dijumpai dalam monitoring biodiversity. meliputi pohon berkayu 400 jenis, Herba 457 jenis dan epifit 24 jenis. Terdapat 36 spesies RTE (4,2% dari total jenis tumbuhan) yang terddiri dari 5 spesies kritis, 13 spesies terancam dan 9 spesie rentan. Berdasarkan verifikasi status perlindungan 9 jenis tumbuhan dilindungi permen LHK no 106 tahun 2019 dan 25 jenis masuk dalam Appendix II CITES. Jenis-jenis tersebut kebanyakan dijumpai di kawasan pegunungan terutama di hutan lindung. Dalam survey dan monitoring biodiversity, dilakukan penghimpunan data potensi gangguan yang dapat berdampak pada keanekaragaman hayati. Biodiversity of Perum Perhutani 6
Executive Summary Potensi gangguan yang ditemukan antara lain: Perambahan di dalam kawasan hutan lindung, Pencurian/ illegal logging, Perburuan satwa liar, Bencana alam, Aktivitas wisata dan Penggunaan kawasan diluar sektor kehutanan. Kondisi tersebut bervariasi pada setiap KPH bergantung pada kondisi sosial dan bentang lansdkap kawasan hutan. Setiap KPH melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan potensi gangguan, yang efektifitasya akan dievaluasi pada monitoring biodiversity tahun selanjutnya. Upaya dan proses yang dilakukan tentu tidak lepas dari kendala. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keanekaragaman hayati Perum Perhutani, antara lain meningkatkan kualitas pemantauan melalui peningkatan kecakapan personil untuk identifikasi dan validasi, Penghimpunan data dan informasi hasil penelitian pihak lain dan penambahan aspek pemantauan pada kegiatan non forestry. Selain pemantauan perlu juga peninkatan fungsi dan kualitas kawasan sebagai output pengelolaan yang baik memalui penetapan spesies kunci yang reliable serta meningkatkan fungsi koridor satwa yang telah dibangun. Pengembangan jangka menengah yang potensial dilakukan Perhutani antara lain Pembentukan Sustainability Departement mengkoordinir semua kegiatan operasional yang berfokus pada kontribusi lingkungan Perum Perhutani. Kemudian dilanjutkan dengan penguatan kerjasama antar stakeholder hingga pembangunan bisnis baru berbasis keanekaragaman hayati seperti Pengembangan wisata berkelanjutan; Penyusunan project adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta memaksimalkan Potensi bioprospeksi sumberdaya hutan. Pengembangan yang juga dapat ditindaklanjuti adalah reengineering Konsep TJSL yang lebih terencana untuk meningkatkan kontribusi Perhutani dalam pembangunan berkelanjutan (SDGs) pilar Lingkungan. Biodiversity of Perum Perhutani 7
Daftar isi Daftar isi Hal Pengantar 1 Chairman Statement 3 Executive summary 5 Ekosistem Pulau Jawa 9 Kawasan Hutan Perhutani 13 Kinerja Lingkungan Perhutani 20 Monitoring Biodiversity 29 Keanekaragaman Fauna 33 Keanekaragaman Flora 45 Risiko Gangguan dan Penanganan 57 Review dan Rekomendasi 61 Peluang Pengembangan 72 Potential Biodiversity Icon 99 Stakeholder Aspiration Daftar Pustaka 100 Daftar Jenis Satwa Liar 101 Daftar Jenis Tumbuhan 107 133 Jl. TB Simatupang No.22, RT.1/RW.8, Jati Padang, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540 E-mail : [email protected] www.Perhutani.co.id
Ekosistem Pulau Jawa Pulau Jawa memiliki keunikan tersendiri dalam pengelolaan keanekaragaman hayati indonesia. Pulau yang merupakan satu-kesatuan dengan paparan sunda ini memiliki sejarah geografis panjang yang membentuk keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dengan kekayaan spesies endemik tertinggi di Indonesia setelah Pulau Sulawesi dan Papua. Secara geologi Pulau Jawa memiliki banyak gunung vulkanik yang mengakibatkan dinamisnya perkembangan ekologi dikarenakan erupsi yang terjadi. Hal tersebut menyebabkan kandungan kesuburan tanah yang mendukung kebutuhan berbagai tipe tegakan hutan cukup tinggi, khususnya di wilayah pegunungan. Setidaknya terdapat 897 jenis fauna dengan 148 diantaranya merupakan jenis endemik serta 6.000 jenis flora dengan 4.100 diantaranya merupakan jenis endemik. BIODIVERSITY PULAU Jawa 206 29 jenis Mamalia Endemik Jenis 507 54 jenis Burung 6.000 Endemik Jenis Jenis Flora 184 11 jenis Amfibi 6 jenis Reptil 4.100 Endemik Endemik Jenis Jenis endemik Dengan luas daratan 12,96 Juta Ha, Pulau Jawa dan Madura hanya memiliki tutupan hutan seluas 3,135 juta Ha yang terdiri dari Kawasan Konservasi seluas 0,69 Juta Ha, dan kawasan Perhutani 2,43 Juta Ha (BPKH IX, 2012). Artinya, bagaimana Perhutani mengelola kawasan hutan menjadi begitu penting, karena kawasan hutan Pulau Jawa cenderung berkurang, baik hutan dataran rendah maupun pegunungan diakibatkan pemenuhan kebutuhan manusia baik pangan, industri dan hunian. Kondisi ini mengakibatkan risiko ancaman menurunnya keanekaragaman hayati menjadi semakin tinggi akibat hilangnya habitat dan Biodiversity of Perum Perhutani 9
Ekosistem Pulau Jawa eksploitasi oleh manusia secara tidak berkelanjutan. Praktis distribusi kekayaan biodiversity Pulau Jawa akan terpusat di kawasan hutan yang mana 2/3 dari total kawasan hutan di Pulau Jawa dikelola oleh Perhutani meliputi hutan produksi dan hutan lindung. Risiko penurunan keanekaragaman hayati tidak hanya dialami oleh jenis satwa liar endemik Pulau Jawa, karena selain menopang kehidupan jenis-jenis lokal, kawasan hutan Pulau Jawa juga merupakan lokasi migrasi jenis satwa migran dari belahan dunia sub tropis (terutama jenis burung) serta habitat eksitu jenis- jenis flora dilindungi. Kawasan kawasan penting ekosistem di Pulau Jawa salah satunya dipetakan oleh Burung Indonesia melalui Important Bird Area (IBA) dan Endemic Bird Area (EBA). kawasan tersebut adalah kawasan yang disepakati secara internasional sebagai kawasan penting secara global untuk konservasi populasi burung. IBA dikembangkan dan dimonitor secara berkala oleh BirdLife International. Saat ini ada lebih dari 225 IBA dan 38 EBA di indonesia. Situs-situs ini cukup kecil untuk menjadi tempat pelestarian dibandingkan habitat aslinya dan berbeda dalam karakter, habitat, atau kepentingan ornitologinya, sehingga hilangnya habitat dan eksploitasi oleh manusia secara berlebihan dan tidak berkelanjutan akan banyak berdampak pada keragaman jenis burung di Pulau Jawa. Atas-bawah : Peta Endemic Bird Area, Peta Important Bird area oleh Birdlife menunjukkan sebagian besar lokasi penting penunjang kehidupan jenis burung berada di kawasan pengelolaan Perhutani. Biodiversity of Perum Perhutani 10
Ekosistem Pulau Jawa Berkurangnya jenis burung pada kawasan tertentu juga akan berdampak pada jenis satwa liar lain yang memiliki interaksi dengan jenis burung seperti reptil dan mamalia karnivor. Keterancaman akibat hilangnya habitat dan eksploitasi tidak berkelanjutan yang semakin tinggi juga dirasakan oleh jenis satwa liar lainnya. Sebut saja jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan-tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), yang menjadi jenis prioritas untuk dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Indonesia. Tidak hanya ancaman hilangnya habitat dan perburuan, perdagangan satwa liar juga mengancam populasi jenis-jenis terancanm maupun jenis populer. Tren memelihara satwa liar yang memiliki kesan unik meningkatkan perburuan karena dirasa lebih mudah daripada budidaya ditengah upaya konservasi satwa liar. Kucing hutan (Prionailurus bengalensis), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Tupai Jawa (Tupaia javanica) merupakan jenis satwa liar yang populer sebagai binatang peliharaan dengan pembudidayaan yang minim. Selain itu juga terdapat dua burung endemik Jawa, yaitu Ekek-geling Jawa (Cissa thalassina) and Poksai kuda (Garrulax rufifrons), dikategorikan kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah IUCN karena tingginya tekanan perburuan liar terhadap populasi alaminya untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. Pulau Jawa merupakan area yang bergunung-gunung, dari tepian pantai - berbukit kemudian naik ke ketinggian maksimum 3.676 mdpl. Pulau Jawa memiliki banyak gunung berapi aktif dan punah, dan tanah vulkanik yang subur mendukung beberapa pertanian paling intensif di dunia-dan sekitar 60% dari total populasi Indonesia (FAO 1982a, RePPProT 1990). Bagian barat Jawa, kecuali jalur pantai utara, memiliki curah hujan yang sangat tinggi hampir sepanjang tahun dan vegetasi alaminya adalah hutan hujan tropis. Bali dan bagian timur Jawa dipengaruhi oleh bayangan hujan Australia, dan banyak daerah memiliki curah hujan musiman yang lebih banyak, dan vegetasi alaminya adalah hutan musim gugur. Namun, sisi selatan pegunungan menerima curah hujan yang relatif tinggi dari angin darat, sehingga ada kantong-kantong hutan hujan yang terisolasi di dataran tinggi Jawa bagian tengah dan timur dan Bali, dan secara lokal di dataran rendah di sepanjang Pantai selatan Jawa ( Whitmore 1984, A.J. Whitten in litt. 1993). Biodiversity of Perum Perhutani 11
Ekosistem Pulau Jawa Sebagian besar spesies burung dengan sebaran terbatas di EBA berasosiasi dengan hutan hujan, terutama hutan pegunungan, meskipun beberapa muncul di dataran rendah dan di tipe hutan yang lebih kering. Jenis-jenis tersebut dijumpai di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan mungkin Yogyakarta. Hutan pegunungan menjadi penting karena sebagian sebagian besar hutan di bawah ketinggian ini telah mengalami interaksi lebih dengan manusia bahkan beberapa diantaranya terbuka. Akan tetapi hutan dataran rendah bukan berarti tidak penting untuk spesies burung dengan sebaran terbatas. Kawasan EBA pada dataran rendah dijumpai pada beberapa lokasi. Burung-burung di EBA tersebut umumnya terbatas pada habitat pesisir dimana sebagian besar merupakan kawasan non-hutan. Sebagian besar spesies dengan kisaran terbatas sekarang hampir terbatas pada hutan pegunungan, meskipun ada catatan sejarah beberapa dari mereka dari dataran rendah yang menunjukkan bahwa sebelum deforestasi dataran rendah yang luas terjadi, mereka mungkin juga mendiami (setidaknya secara lokal) di hutan dataran rendah. Sebut saja Tepus dada putih (Stachyris grammiceps) dan Ciung-air Jawa (Macronous flavicollis) secara beragam ditemukan di dataran rendah di bawah 1.000 mdpl. Tepus Dada Putih dijumpai di bagian-bagian hutan yang tersisa sedangkan Ciung-air Jawa dijumpai juga di berbagai habitat non-hutan. Dengan demikian nilai kawasan hutan dataran rendah hingga pantai Pulau Jawa tetap memegang peranan penting untuk kelestarian burung maupun jenis satwa lainnya. Kawasan Hutan Pulau Jawa yang merupakan Kawasan Penting Burung (IBA) Kiri-kanan : KPH Kebonharjo, Perhutani: TN Alas Purwo Biodiversity of Perum Perhutani 12
Kawasan Hutan Perum Perhutani Nilai penting kawasan hutan Perhutani Perum Perhutani sebagai perusahaan yang mengelola sumberdaya hutan, memiiki tujuan menjaga keseimbangan pertumbuhan perusahaan (Profit), kelestarian SDH (Planet), dan kesejahteraan masyarakat (People). Saat ini Perum Perhutani Mengelola kawasan hutan seluas 2.437.087 Ha yang terdiri atas Hutan Lindung seluas 637.323 ha, Kawasan Perlindungan seluas 332.871 ha berupa Hutan alam Sekunder (HAS) & Kawasan perlindungan Setempat (KPS), Kawasan Penggunaan Lain seluas 160.171 ha serta Hutan Produksi efektif seluas 1.306.722 ha. Hutan Lindung 637.323 Ha Kawasan Perlindungan 332.871 Ha Penggunaan Lain 160.171 Ha Hutan Produksi 1.306.722 Ha 26% Hutan Lindung 54% Kawasan Perlindungan Penggunaan Lain 14% Hutan Produksi 6% Untuk membuktikan kinerja pengelolaan sumber daya hutan yang baik,, Perum Perhutani telah menyandang predikat “BAIK” untuk Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahkan beberapa kali mendapatkan sertifikat Sustainable Forest Management dari FSC sebagai pembuktian kinerja pengelolaan sumber daya hutan yang baik. Komitmen Perhutani untuk mengelola lingkungan dengan baik dimulai pada tahun 1990 dengan mengikuti “Certificate of Rain Forest Alliance for Sustainable Forest Management” untuk seluruh kawasan hutan Perhutani Jawa dan Madura. Pada tahun 2011 Perhutani memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan lestari dari FSC dimana salah satu indikator standar mensyaratkan bahwa tidak ada konversi hutan alam sejak tahun 1994, sebagaimana diverifikasi oleh lembaga sertifikasi. Untuk membuktikan komitmen kami terhadap konservasi, kami dialokasikan untuk konservasi yang difungsikan untuk perlindungan sungai, jurang dan koridor Biodiversity of Perum Perhutani 13
Kawasan Hutan Perum Perhutani satwa liar untuk mendukung fungsi hutan lindung. Perhutani mencadangkan lebih dari 20% Areal Produksi untuk pelestarian ekosistem. Komitmen menjaga kualitas sumberdaya hutan dilaksanakan melalui pemetaan dan identifikasi Kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (KBKT/HCV) pada 57 Kesatuan pemangkuan hutan yang diverifikasi melalui audit penilikan PHPL dan FSC setiap tahun. Berdasarkan identifikasi tersebut, Perum Perhutani mengelola 321.690,54 ha Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam atau penyebaran terbatas atau dilindungi. Nilai Konservasi Tinggi (HCV) Luas (Ha) Jumlah Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi 657.045,00 - pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan / konservasi Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi Spesies 321.690,54 4 Provinsi terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi Kawasan atau ekosistem yang penting Sebagai Penyedia Air 37.491,06 1.458 Mata Air Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal 3.591,10 790 Situs Selain itu Perum Perhutani juga mengelola kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia Air seluas 37.491,06 ha sebagai kawasan perlindungan mata air pada 1458 titik mata air yang dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih di 4 Provinsi di Jawa. Artinya Perhutani telah mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) indonesia poin ke 6 : Memastikan masyarakat mendapatkan air bersih dan sanitasi layak. Selain itu Perum Perhutani juga mengidentifikasi sebanyak 790 Identitas Budaya Tradisional / Lokal (Situs) yang terdapat di dalam kawasan hutan meliputi kawasan budaya yang aktif digunakan untuk ritual/kegiatan adat, maupun cagar budaya dan monumen prasejarah. Keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) tersebut membuktikan peran penting pengelolaan hutan Perhutani dalam menunjang keberlangsungan kehidupan baik keanekaragaman hayati maupun manusia di Pulau Jawa. Dengan keluasan kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung (NKT 1.1) seluas 657.045 Ha. Perhutani memiliki total sejumlah 109 species tumbuhan dan satwaliar kategori NKT 1.2. Dalam kaitan tersebut, kemampuan jenis-jenis pada Biodiversity of Perum Perhutani 14
Kawasan Hutan Perum Perhutani NKT 1.2 untuk dapat melangsungkan hidupnya Hutan Lindung KPH Bandung Selatan (HCV dapat ditentukan dari jumlah dan daya dukung 1.1 & 1.3) Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat habitat (carrying capacity) yang ditemukan di dalam sebuah lansekap dimana unit pengelolaan Hutan Lindung KPH Kendal (HCV 1.1 & 1.3), berada. Hal tersebut dijabarkan pada NKT 1.3 Kab. Kendal, Provinsi Jawa Tengah yang diidentifikasi sebagai kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies Hutan Lindung KPH Malang, (HCV 1.1, 1.3 & 5) terancam, memiliki persebaran terbatas atau Kab. Malang, Provinsi Jawa Timur dilindungi seluas 321.690,54 Ha. 15 Sehingga dalam hal ini kawasan NKT 1.1 dan NKT 1.3 Perhutani menunjang setidaknya 45% dari total jenis satwa liar endemik Jawa. Selain itu, nilai penting kawasan Perum Perhutani ditunjukkan dengan keberadaan NKT 1.4 yaitu kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer baik sebagai tempat untuk berkembang biak, bersarang, jalur migrasi utama, atau jalur pergerakan lokal satwa dimana individu dapat bergerak di antara ekosistem yang berbeda yang digunakan secara musiman. Perum Perhutani mengelola kawasan NKT 4 seluas 28.637 Ha meliputi kawasan gua karst serta kawasan lintasan dan singgah burung- burung migran. Pengelolaan kawasan NKT dilakukan berbasis pengelolaan ekosistem dengan tujuan mempertahankan daya dukung kawasan untuk menunjang kehidupan tumbuhan dan satwa liar prioritas. Hal tersebut selaras dengan nilai penting ekosistem yang pada kawasan penggelolaan Perum Perhutani berdasarkan telaah data Birdlife international. Biodiversity of Perum Perhutani
Kawasan Hutan Perum Perhutani Berdasarkan Birdlife internasional, saat Daftar Important Bird Area ini indonesia memiliki 38 Endemic Bird Area di Kawasan Perhutani (EBA) dimana kawasan endemik burung di Jawa dan kepulauan meliputi Java and Bali No Kode Lokasi forest; Javan coastal zone; Kangean; IBA Masalembu dan Seribu Islands. Artinya hampir seluruh kawasan hutan di pulau Jawa 1 ID066 Gunung Karang merupakan kawasan endemik burung, termasuk Hutan Produksi dan Hutan Lindung 2 ID067 Gunung Aseupan yang dikelola Perhutani. Berdasarkan identifikasi terdapat 50 Important bird area 3 ID072 Gunung Pancar (IBA) di Pulau Jawa, dimana lebih dari setengahnya berada di kawasan pengelolaan 4 ID073 Telaga Warna-Cibulao Perhutani. Kawasan penting bagi burung yang berjumlah 28 lokasi di areal Perhutani terbagi 5 ID077 Cikepuh atas 24 IBA Terestrial dan 4 IBA Riparian (perairan), dimana IBA terestrial berupa 6 ID078 Gunung Sanggabuana kawasan hutan pegunungan bagian tengah Pulau Jawa memanjang dari Gunung Malabar 7 ID079 Gunung Malabar di Jawa Barat ke timur meliputi Gunung Tampomas kemudian Gunung Slamet- 8 ID080 Gunung Tampomas Ungaran-Lawu-Kelud-Kawi hingga Gunung Raung di Banyuwangi. Sebagian besar spesies 9 ID082 Gunung Tilu-Simpang burung dengan jangkauan terbatas di EBA ini berasosiasi dengan hutan hujan, terutama 10 ID083 Gunung Burangrang - hutan pegunungan, karena hutan pegunungan Tangkuban Perahu di atas 1.000 mdpl merupakan habitat terpenting bagi burung-burung endemik dan 11 ID084 Gunung Papandayan-Kamojang terbatas serta dengan kondisi sebagian besar hutan di bawah ketinggian ini lebih terbuka, 12 ID089 Gunung Cikuraiy meskipun beberapa jenis endemik muncul di dataran rendah seperti di Telaga Warna- 13 ID090 Gunung Manglayang Cibulao ataupun Teluk Lenggasana - Pulau Sempu, Segara anakan, Muara Cimanuk dan 14 ID091 Gunung Segara Muara Gembong. 15 ID093 Gunung Slamet 16 ID094 Pegunungan Dieng 17 ID095 Gunung Ungaran 18 ID097 Gunung Muria 19 ID098 Gunung Lawu 20 ID099 Gunung Liman-Wilis 21 ID100 Gunung Kawi-Kelud 22 ID105 Teluk Lenggasana - Pulau Sempu 23 ID109 Gunung Raung 24 ID110 Gunung Ijen 25 ID071 Muara Gembong - Tanjung Sedari 26 ID086 Muara Cimanuk 27 ID092 Segara Anakan - Nusa Kambangan 28 ID107 Pasir Putih - Gn. Besar - Gn. Ringgit EBA Pulau Kangean Biodiversity of Perum Perhutani 16
Kawasan Hutan Perum Perhutani Important bird area Pulau Jawa yang berada di kawasan hutan Perhutani tersebar dalam 21 Kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani. meliputi KPH Sukabumi, KPH Sumedang, KPH Banten, KPH Bogor, KPH Purwakarta, KPH Garut, KPH Bandung Utara, KPH Bandung Selatan, KPH Banyumas Timur, KPH Banyumas Barat, KPH Surakarta, KPH Kedu Utara, KPH Pekalongan Barat, KPH Pati, KPH Pekalongan Timur, KPH Madiun, KPH Lawu DS, KPH Kediri, KPH Malang, KPH Bondowoso, KPH Banyuwangi Barat. Birdlife Indonesia mengkategorikan IBA mejadi 4 meliputi A1, A2, A3 dan A4 berdasarkan kriteria yang berbeda. Kategori A1 yang merupakan kawasan yang memiliki sejumlah besar spesies yang terancam punah secara global. Kategori A2 merupakan kawasan yang diketahui atau diperkirakan memiliki populasi signifikan dari setidaknya dua spesies yang memiliki persebaran terbatas. Kemudian A3 yaitu kawasan yang memiliki komponen penting dari kelompok spesies yang distribusinya sebagian besar atau seluruhnya terbatas pada satu ranah bioma, dan terakhir A4, kawasan Situs ini diketahui atau diperkirakan menampung 1% dari populasi global satu atau lebih spesies secara teratur atau dapat diprediksi. Delapan puluh persen dari IBA di kawasan Perhutani merupakan kategori A1, A2 dan A3 artinya kawasan-kawasan tersebut selain merupakan habitat jenis burung yang terancam punah secara global juga menyimpan jenis-jenis yang memiliki distribusi yang terbatas. Hanya terdapat 4 kawasan yang tidak termasuk dalam kategori A1 (namun masuk kategori A3) meliputi kawasan Gunung Karang yang berlokasi di KPH Banten, Gunung Sanggabuana yang berlokasi di Kabupaten Karawang - KPH Purwakarta, Gunung Manglayang di Kabupaten Bandung - KPH Bandung Utara & KPH Sumedang, serta Gunung Lawu yang merupakan kawasan pengelolaan KPH Surakarta & KPH Lawu Ds. Kawasan -kawasan tersebut bukan merupakan habitat dari jenis yang terancam punah secara global, namun kawasan tersebut merupakan komponen penting untuk kelompok spesies yang distribusinya terbatas pada bioma tersebut. Kemudian kawasan dengan kategori A4 dimana Telaga Warna-Cibulao yang masuk dalam pengelolaan KPH Bogor; Pegunungan Dieng di KPH Kedu Utara dan Banyumas Timur; Muara Gembong - Tanjung Sedari dan Muara Cimanuk pada KPH Indramayu; Segara Anakan - Nusa Kambangan yang masuk pengelolaan KPH Banyumas Barat. Biodiversity of Perum Perhutani 17
Kawasan Hutan Perum Perhutani Selain 28 Important Bird Area terdapat 1 Kawasan Endemik Burung (EBA) yang secara utuh masuk dalam pengelolaan Perhutani KPH Madura. Karakteristik umum Kepulauan Kangean berada di Laut Jawa, berada pada gugusan kepulauan madura di sebelah timur bersama Pulau Sepanjang dan beberapa pulau kecil lainnya. Kawasan tersebut merupakan habitat tiga spesies dengan jangkauan terbatas: yaitu Cerek Jawa (Charadrius javanicus) yaitu burung pantai berpasir dan dataran lumpur yang juga terdapat di zona pesisir Jawa (EBA 161); Pergam Katanjar (Ducula rosacea) dan Ciung-air Jawa (Macronous flavicollis) yang merupakan burung hutan terbuka dan semak belukar yang juga hidup di hutan Jawa dan Bali (EBA 160) dan merupakan subspesies endemik tersendiri di Kepulauan Kangean ditunjukkan dengan subspesies prillwitzi. Keindahan alam pulau kangean menyimpan kekayaan alam yang mendukung kehidupan jenis tumbuhan, satwa liar dan biota perairan Pulau Kangean sendiri juga memiliki keaekaragaman hayati bawah laut yang baik, sehingga secara ekosistem pulau ini memiliki memiliki kekayaan yang kompleks ditambah dengan keberadaan situs gua arca yang menunjukkan indikasi sebagai hunian dan tempat aktivitas manusia pada masa prasejarah. Gua Arca terletak di Desa Dandung, Kecamatan Kangayan berada di bagian tengah Pulau Kangean sisi utara. Penggalian arkeologis pertama dilakukan dengan temuan arkeologi berupa pecahan gerabah, artefak berbahan batu (serpih, bilah dan lancipan), artefak berbahan tulang, fragmen tulang binatang, fragmen cangkang kerang dan tulang manusia berupa satu ruas jari dan satu gigi taring. Situs semacam ini masuk dalam Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) dan merupakan salah satu target kelola koservasi Perhutani. Biodiversity of Perum Perhutani 18
Kawasan Hutan Perum Perhutani Tidak hanya melakukan konservasi jenis maupun ekologi, Perhutani mempertimbangkan interaksi budaya dan masyarakat terhadap hutan untuk mengetahui bagaimanaketerikatan sosial dengan konservasi kawasan serta mitigasi seberapa besar dampak interaksi tersebut pada keanekaragaman hayati. Perhutani mengidentifikasi kawasan dengan interaksi sosial yang bernilai konservasi pada NKT 5 dan 6. Kawasan dengan identitas budaya tradisional komunitas lokal seperti Gua Arca Kangean masuk dalam kategori NKT 6. Tercatat setidaknya 970 situs budaya maupun ekologi yang diproteksi Perhutani melalui kawasan perlindungan khusus seluas 3.591,10 ha. Kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air ( NKT5) teridentifikasi seluas 37.491,06 ha dengan sebanyak 1.458 titik mata air yang menunjang hidup masyarakat Pulau Jawa. Kawasan NKT 5 dan 6 memiliki peran tersendiri dalam bentang ekologi dan interaksinya untuk menunjang kehidupan manusia. Perhutani melakukan pengelolaan kawasan bernilai konservasi tinggi sejalan dengan standar-standar pengelolaan hutan lestari yang diterapkan. “Tidak hanya melakukan konservasi tumbuhan dan satwa liar, Perhutani melakukan konservasi bentang alam unik maupun situs-situs budaya yang menjadi salah satu elemen ritus masyarakat. Meskipun bukan merupakan lokasi penting kehati, situs situs tersebut menunjang kelestarian tumbuhan dan satwa liar karena kondisinya yang alami.” Bledug Kesongo, NKT 5 KPH Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah Petirtaan Jalatunda, NKT 6 KPH Pasuruan, Trawas, Kab. Mojokerto, Jawa Timur Biodiversity of Perum Perhutani 19
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Kawasan hutan lindung Perhutani Kegiatan Rutin Pengelolaan lingkungan dan kekayaan di Penerapan pengelolaan lingkungan Perhutani dilakukan dalamnya : secara terus-menerus sebagai implementasi visi dan misi a. Burung Ibis Perhutani sebagai Perusahaan Pengelola Hutan berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan pada setiap unit Roko-roko kerja Perhutani dikoodinir oleh Divisi Pengelolaan b. Tanaman Epifit Sumberdaya Hutan. Komitmen Perhutani dalam kepatuhan c. Kuntul Besar lingkungan, ditunjukkan dalam pengukuran aspek fisik dan d. Kantong semar biologis lingkungan dengan tujuan : 1. Pemastian dampak atas kegiatan pengelolaan terhadap 20 keanekaragaman hayati sebagai bentuk tanggungJawab peruahaan. 2. Memastikan kualitas ekosistem berdasarkan jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan hutan, untuk membantu dalam penyusunan prioritas kegiatan pengelolaan lingkungan dan perlindungan kawasan 3. Sebagai dasar melakukan zonasi kawasan pangkuan hutan sebagai kawasan yang akan diperuntukkan sebagai kawasan pelestarian keanekaragaman hayati 4. Komitmen Perusahaan dalam implementasi regulasi perlindungan tumbuhan dan satwa liar yang berlaku sebagaimana peran perusahaan kehutanan yang telah tersertifikasi nasional maupun global Biodiversity of Perum Perhutani
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Pengelolaan lingkungan didasarkan pada Laporan Lingkungan yang dokumen lingkungan hidup Perhutani dimana disusun Kesatuan Pemangkuan telah dilakukan pengukuran rona lingkungan Hutan (KPH) Perum Perhutani awal. sehingga perlu dilakukan evaluasi : dampak dari kegiatan operasional Perhutani. Laporan RKL RPL KPH, Indikator dampak yang diukur dan rencana Laporan Monitoring & Evaluasi pengelolaannya tertuang dalam rencana kelola Biodiversity Lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan/RPL) dimana implementasi RKL- RPL tersebut dilaporkan pada dinas lingkungan hidup setempat setiap semester. Parameter yang diukur dalam Rencana kelola dan pemantauan lingkungan meliputi : Pemantauan curah hujan, Pemantauan erosi, Pemantauan debit dan sedimentasi sungai, Pemantauan satwa liar, Pengelolaan B3, Rehabilitasi dan pengkayaan kawasan perlindungan, Uji air dan tanah serta upaya konservasi tanah dan air yang dilakukan. Selain dokumen tersebut, setiap tahunnya Perum Perhutani melakukan survey monitoring keanekaragaman tumbuhan dan satwa liar yang dilaporkan dalam Laporan Monitoring Biodiversity yang memuat segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan flora fauna di masing-masing KPH meliputi hasil identifikasi jenis, informasi status keterancaman dan perlindungan, analisis habitat, implementasi pengelolaan selama satu tahun terakhir, peta distribusi satwa dan rekomendasi pengelolaan tahun berikutnya. Biodiversity of Perum Perhutani 21
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Kegiatan monitoring keanekaragaman Laporan Lingkungan yang tumbuhan dan satwa liar tersebut dilakukan disusun Kesatuan Pemangkuan secara simultan dengan monitoring Kawasan Hutan (KPH) Perum Perhutani Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF). Dua : kegiatan ini saling berkaitan, karena dalam salah Laporan Monitoring dan satu kriteria KBKT memiliki parameter Evaluasi HCVF, Laporan “keberadaan spesies terancam atau dilindungi” Monitoring dan Evaluasi artinya apabila terdapat perubahan pada ruang Kawasan Perlindungan jelajah jenis satwa liar tertentu maka komposisi dan batas dari areal KBKT/HCVF terdapat perubahan. Informasi yang tersaji di Laporan monitoring HCVF antara lain deskripsi kondisi masing-masing kriteria HCVF, evaluasi pengelolaan setahun terakhir, rencana pengelolaan dan peta sebaran HCVF. Hasil dari monitoring biodiversity dan HCVF disosialisasikan kepada stakeholder dan masyarakat untuk mendapatkan feedback meliputi : 1. Kawasan-kawasan bernilai konservasi yang mungkin belum terdata 2. Konfirmasi perjumpaan jenis satwa tertentu yang belum teridentifikasi 3. Irisan pengelolaan pada kawasan bernilai konservasi yang memilikiinteraksi intensif dengan masyarakat 4. Masukan dalam pengelolaan HCVF dan Biodiversity kedepan 5. Keberatan atau aduan dalam implementasi pengelolaan biodiversity maupun HCVF Biodiversity of Perum Perhutani 22
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani 23 Kepatuhan dalam pengelolaan hutan lestari diwujudkan Perhutani dalam keikutsertaannya pada skema sertifikasi dan meraih 3 Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dengan Predikat BAIK untuk 3 Divisi Regional serta 3 Sertifikat SVLK untuk seluruh Industri kayu. Tidak hanya mandatory certification, saat ini Perhutani memiliki 1 sertifikat FSC® Forest Management (FM) dengan scope 8 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yakni KPH Banten, Ciamis, Cepu, Kendal, Kebonharjo, Randublatung, Madiun dan Banyuwangi Utara, Satu sertifikat FSC Controlled Wood (CW) dengan scope 49 KPH, dan 3 Sertifikat Chain of Custody (CoC/Lacak Balak) FSC® untuk Industri Kayu Brumbung, Industri Kayu Cepu, Industri Kayu Gresik, dan tentu saja sertifikasi wajib yaitu PHPL untuk seluruh KPH dan VLK Industri untuk seluruh industri kayu. Perhutani berusaha meningkatkan cakupan produk bersertifikasi FSC. Kedepan Perum Perhutani telah menyusun rencana perluasan ruang lingkup sertifikasi Getah Pinus, Daun Kayuputih dan Kayu Glirisidae sebagai bahan baku Gumrosin, Cajuput Oil dan Wood Pellet ber FSC. Biodiversity of Perum Perhutani
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Bulan Desember 2020, Perum Perhutani mendapatkan apreasiasi dari FSC® Indonesia sebagai pemegang sertifikat FSC® pertama di Indonesia. Dalam keikutsertaan sertifikasi FSC® Perhutani melalui proses yang panjang dan tidak mudah hingga sampai ke titik ini. Pada tahun 1990, Perhutani adalah perusahaan kehutanan pertama di dunia yang mendapat pengakuan internasional melalui “Certificate of Rain Forest Alliance for Sustainable Forest Management” dari Smartwood Rain Forest Alliance Amerika Serikat, dengan ruag lingkup sertifikat pada seluruh kawasan hutan Perhutani di Pulau Jawa dan Madura. Namun pada tahun 2002 sertifikat FSC tersebut dicabut paska maraknya penjarahan hutan era reformasi tahun 1998-2001. Tidak menyerah ataas kondisi tersebut, Perhutani kembali menginisiasi Sertifikasi FSC di tahun 2006 dan pada tahun 2011 Perhutani memperoleh kembali sertifikat pengelolaan hutan lestari (Forest Management) standard FSC® untuk KPH Kendal dan KPH Kebonharjo kemudian KPH Ciamis, Randublatung dan Cepu di tahun 2012, KPH Madiun dan Banyuwangi Utara di tahun 2013, KPGH Banten di tahun 2015 hingga saat ini Perhutani memperluas ruang lingkup sertifikasi pada produk HHBK meliputi Getah Pinus dan Daun Kayu Putih dimana Perhutani merupakan unit manajemen hutan pertama dengan komoditas HHBK ber-FSC di Indonesia. Sertifikat FSC Forest Management Perum Perhutani pada 8 Kesatuan Pemangkuan Hutan. Sertifikat ini merupakan salah satu dari 12 Sertifikat bidang pengelolaan hutan yang dimiliki Perhutani. Kiri : Sertifikat PHPL, ISO 9001, dan ISO 37001 Biodiversity of Perum Perhutani 24
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Kegiatan kerjasama dalam aspek konservasi Dalam upaya konservasi tumbuhan dan satwa liar, inisiasi yang dilakukan Perum Perhutani tidak selalu mandiri. Berbagai upaya konservasi tumbuhan dan satwa liar diakukan juga bersama para pihak dan stakeholder yang berperan dalam kegiatan konservasi baik dari privat sector, NGO, lembaga masyarakat maupun institusi akademik. Perhutani membuka peluang bagi para pihak yang ingin berkontribusi pada kegiatan konservasi di kawasan pengelolaan maupun Desa sekitar hutan. Berikut upaya konservasi yang dilakukan tiga tahun terakhir. 1. Perhutani melakukan kegiatan konservasi Owa Jawa dengan menggandeng Yayasan Owa Jawa untuk kegiatan konservasi ini sejak 2012, meliputi kegiatan, kegiatan reintroduksi Owa Jawa, rehabilitasi, pelepasliaran dan pemantauannya di kawasan Hutan Lindung Gn. Malabar/ Puntang, Jawa Barat. 2. Sejak 2013, Perhutani bersama dengan Yayasan Swara Owa bekerjasama dalam project konservasi kopi dan primata yang bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi yang ditanam di bawah tegakan serta konservasi Owa Jawa di hutan lindung Petungkriyono yang merupakan kawasan kelola KPH Pekalongan Timur. 3. Bersama BBKSDA Jatim, Perhutani melepasliarkan 19 ekor lutung Jawa (Trachypithecus auratus) dan Javan Langur Centre (JLC), The Aspinall Foundation Indonesia Program di Coban Talun, Kota Batu, Jawa Timur. Kawasan tersebut merupakan kawasan pangkuan KPH Malang yang berbatasan dengan Taman Hutan Raya R. Soerjo, Biodiversity of Perum Perhutani 25
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani 4. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Road to Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2021 Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah melaksanakan pelepasliaran Kukang Jawa (Nyticebus javanicus) Curuk Onje, Kawasan Hutan Alam Sekunder (HAS) BKPH Candirito, Desa Duren, Bejen, Kab. Temanggung. 5. Turut serta Pengelolaan serta Perumusan Strategi Kawasan Ekosistem Esensial Pantai Taman Kili-Kili, Teluk Pangpang dan Petung kriyono 6. PT Pertamina EP bekerja sama dengan Perum Perhutani dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta merintis pengembangang biakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di KPH Parengan, Bojonegoro, Jawa Timur. Mendukung Birdlife Indonesia dalam kegiatan survey keanekaragaman satwa liar di 7 gunung pulau Jawa bagian selatan meliputi Gunung Patuha, Gunung Masigit, Gunung Cikuray, Gunung Slamet, Gunung Malabar dan Gunung Wayang Windu dengan hasil identifikasi lebih dari 500 jenis satwa liar dan sejumlah satwa endemik seperti Elang Jawa, Owa Jawa, Ekek-geling Jawa dll 7. Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) SDM Perhutani bekerjasama dengan Burungnesia dan Pemerintah daerah membangun konservasi Burung Gelatik Jawa di area Arbotretum Pusdikbang Madiun - TPK Madiun dan Kompleks Perkantoran Perhutani yang merupakan salah satu ruang terbuka hijau perkotaan terbesar di madiun. 8. Pembangunan konservasi Kupu-kupu di wana wisata Curug Cilember, 9. Penganggaran dana tanggung Jawab sosial dan lingkungan untuk kegiatan konservasi dan survey biodiversity Biodiversity of Perum Perhutani 26
Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani 10. Mendukung Birdlife Indonesia dalam kegiatan survey keanekaragaman satwa liar di 7 gunung pulau Jawa bagian selatan meliputi Gunung Patuha, Gunung Masigit, Gunung Cikuray, Gunung Slamet, Gunung Malabar dan Gunung Wayang Windu dengan hasil identifikasi lebih dari 500 jenis satwa liar dan sejumlah satwa endemik seperti Elang Jawa, Owa Jawa, Ekek-geling Jawa dll 11. Perhutani KPH Malang bersama dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), FORKOPIMDA Kabupaten Malang dan masyarakat desa penyangga TNBTS, melepasliarkan satu ekor Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 12. Mensupport Pertamina EP dan Bisa Indonesia dalam Pembangunan baseline konservasi desa Paliran di Kabupaten Banyuwangi yang merupakan desa hutan KPH Banyuwangi utara 13. Bekerjasama dengan Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk penangkaran monyet berekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil dan Pulau Deli yang merupakan wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani KPH Banten BKPH Malingping. 14. Pengelolaan mandiri penangkaran Rusa di Cariu Kabupaten Bogor dan Penangkaran Rusa di Wana Wisata Maliran, Kabupaten Blitar bersama BKSDA setempat 15. Penganggaran dana tanggung Jawab sosial dan lingkungan untuk kegiatan konservasi dan masyarakat Biodiversity of Perum Perhutani 27
Biodiversity of Perum Perhutani Rantai Proses Kelola Biodiversity Perhutani Dilaksanakan Oleh 57 KPH setiap tahun Kinerja Kelola Lingkungan Perhutani Survey Lapangan Monitoring & Identifikasi Perlunya kesinambungan antara RKL-RPL DPPL; PDE 15; Rencana Kelola Biodiv; Rencana Kelola HCVF dan RTT Lingkungan • Menentukan lokasi sampling berdasarkan prioritas. Review dan penentuan Survey lapang • Melakukan survey lapangan menggunakan metode • Mereview efektivitas strategi yang tepat dan efisien. • Mereview kegiatan pengelolaan hutan oleh Perhutani dalam sati tahun 1• Pengambilan data-data tematik penunjang lain. 5 berjalan untuk mengetahui lokasii- lokasi mana yang terdampak sebagai Analisis Data dan Review Kondisi 2 • prioritas lokasi sampling mengidentifikasi laporan keberadaan • Penentuan distribusi, kelangkaan, 4 satwa atau kean tertentu sensitivitas, species payung dan interest. 3 Implementasi Strategi • Implementasi kegiatan pengelolaan • Analisis dampak pengelolaan tahun berjalan terhadap keberadan jenis habitat, • analisis tren dan evaluasi • Pengkayaan Kawasan Biodiversity implementasi kegiatan konservasi • Perlindungan jenis, • kolaborasi kegiatan serta 28 Penyusunan Strategi Konservasi pengembangan lain yang menentukan rencana kegiatan dan skala memungkinkan dilaksanakan dalam prioritas berdasarkan hasil analisis pengelolaan biodiversity (Sasaran, Budged, Mitra, publikasi)
Monitoring Biodiversity 29 Perum Perhutani melakukan kegiatan monitoring sebagai langkah pemantauan tahunan tumbuhan dan satwa liar di kawasan pengelolaan. Monitoring keanekaragaman hayati dilaksanakan pada 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) setiap tahun dengan pelaksanaan pada lokasi lokasi prioritas sampling pada Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi (HP) dan Hutan Alam Sekunder (HAS). Pelaksanaan monitoring dilakukan setahun sekali untuk mengetahui keragaman jenis, jumlah, kondisi habitat satwa; mencakup fragmentasi habitat, keragaman habitat, isolasi habitat dan pengaruh daerah tepi. Kekayaan spesies dan sebaran populasi binatang yang termasuk dalam kategori langka, jarang dan terancam punah. Obyek pengamatan dalam kegiatan monitoring keanekaragaman hayati antara lain : 1. Vegetasi, terdiri dari pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah 2. Mamalia darat 3. Herpetofauna (Reptil dan Amfibi) 4. Aves (Burung) Mekanisme pengamatan dilakukan secara systematic sampling pada lokasi survey yang ditentukan berdasarkan fungsi dan kelas hutan serta dan kelas ketiggian Lokasi : Altitude 0 - 1000 mdpl dan > 1000 mdpl, dengan intensitas sampling yang dapat digunakan sebesar 1%, - 2,5% Biodiversity of Perum Perhutani
Monitoring Biodiversity Sedangkan untuk pengamatan perjumpaan, dilakukan bulanan oleh petugas patroli. hasil laporan petugas digunakan sebagai input dalam rencana kelola kehati terutama berkaitan dengan catatan gangguan keamanan hutan. Catatan tersebut juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penentuan lokasi perjumpaan apabila terjapat perjumpaan jenis yang diluar record. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sampling dan pengambilan data sesuai dengan kebutuhan masing-masing objek pengamatan. kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh minimal 3 orang. Data yang didapat dilapangan dilakukan analisis di kantor KPH oleh KSS pembinaan lingkungan. Hasil pengamatan dituangkan dalam peta distribusi flora dan fauna serta rencana pengelolaan flora dan fauna dilindungi. Metode pengamatan yang dilakukan disampaikan sebagai berikut. A. Pengumpulan Data Keanekaragaman Tumbuhan Vegetasi Hutan Tanaman Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan unit contoh berbentuk lingkaran berdiameter 17,8 m. Unit contoh diletakkan secara sistematik pada jalur pengamatan dengan jarak antar unit contoh 100 m. Metode ini digunakan haya pada kelas hutan produktif untuk produksi, tidak digunakan untuk pengambilan data pada KPS (Kawasan Perlindungan Setempat) , HAS (Hutan Alam Sekunder) maupun Kawasan perlindungan lain yang ditujukan untuk konservasi ekosistem alami. Biodiversity of Perum Perhutani 30
Monitoring Biodiversity Vegetasi Hutan Alam (HL / HAS) Pengamatan vegetasi dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi ke dalam petak-petak berukuran 20x20 m2, 10x10 m2, 5x5 m2 dan 2x2 m2. Petak berukuran 20x20 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan pohon (diameter ≥20 cm), petak berukuran 10x10 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan tiang (diameter 10 – <20 cm), petak berukuran 5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan pancang (anakan pohon dengan tinggi >1,5 dan diameter <10 cm), dan petak berukuran 2x2 m2 untuk vegetasi tingkat pertumbuhan semai (anakan pohon dengan tinggi <1,5 m; diameter <3 cm). Tumbuhan Bawah Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan unit contoh yang didasarkan atas pendekatan metode garis berpetak. Setiap unit contoh memiliki dimensi panjang 100 m dan lebar 1,0 m. Setiap unit contoh akan dibagi-bagi dalam petak ber-ukuran 1x1 m2, yang diletakkan pada setiap jarak 10 m dari titik pusat petak. B. Pengumpulan Data Keanekaragaman Satwa Liar Pengamatan Mamalia Pengamatan dilakukan pada unit contoh berbentuk garis, yakni metode transek garis (line transect) sepanjang 500m untuk setiap unit contoh. Pengumpulan data mamalia dilakukan melalui perjumpaan langsung (direct count) yangberarti perjumpaan fisik dengan jenis mamalia; maupun perjumpaan tidak langsung, yakni melalui pencatatan tanda-tanda, jejak, feses, cakaran, sarang dan sebagainya. Pengamatan dilakukan dengan penyusuran transek secara perlahan dan Identifikasi satwa tidak langsung pada rentang 20 meter kiri kanan transek. Data yang dikumpulkan meliputi jenis, jumlah individu dan jarak setiap jenis yang dijumpai berdasarkan tipe penutupan lahan Biodiversity of Perum Perhutani 31
Monitoring Biodiversity Pengamatan Burung Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan unit contoh kombinasi transek garis dengan variable circular plot (VCP). Pengamatan dilakukan menyusur transek yang ditetapkan kemudian berhenti pada plot pengamatan pada interval yang ditentukan. Jarak antar titik pusat plot yang satu dengan lainnya adalah 100 m, sedangkan panjang setiap transek adalah 500 m. Data yang dicatat meliputi: jenis yang ditemukan, jumlah individu setiap jenis yang ditemukan Pengamatan Amphibia & Reptilia Pengumpulan data amphibia dan reptilia dilakukan dengan menggunakan metode visual encounter survey (VES) pada transek pengamatan sepanjang 500 m dan lebar 20 m, baik di habitat terestrial maupun riparian. Pengumpulan data dilakukan pada malam hari (19:00 hingga 23:00). Untuk kebutuhan identifikasi dapat dilakukan pengambilan spesimen hidup untuk pengukuran dan detil morfologi dan dilakukan pengembalian spesimen lokasi pengamatan. Pencatatan dilakukan juga pada jenis-jenis yang dijumpai pada saat pengamatan burung maupun mamalia jika terdapat perjumpaan. Data yang dicatat meliputi: jenis dan jumlah individu spesies. Proses pengamatan burung dan mamalia Identifikasi menggunakan buku panduan lapangan r 100 m 500 m gambaran metode sampling satwa liar Biodiversity of Perum Perhutani Identifikasi dan pengamatan morfologi herpetofauna 32
Keanekaragaman Fauna Berdasarkan data yang dihimpun dari 57 Kesatuan Pangkuan Hutan teridentifikasi 680 spesies satwa liar dimana 55 jenis diantaranya merupakan jenis endemik Jawa (55% dari total satwa liar endemik Jawa). Hal tersebut merupakan catatan penting dimana kawasan hutan produksi dan lindung memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Tentu hal ini menepis gambaran awam tentang kawasan yang dianggap memiliki keanekaragaman yang tinggi selama ini hanya Taman Nasional. Hasil identifikasi masing-masing kelas ditemukan 60 Jenis Mamalia, 56 jenis Reptil, 34 Jenis Amfibi, 357 jenis Burung dan 111 jenis kupu-kupu serta 41 jenis gastropoda dan 18 jenis serangga. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan Perhutani merupakan habitat dari 75% burung, 35% mamalia dan 45% jenis Herpetofauna dari seluruh jenis yang teridentidifikasi di Pulau Jawa.Komposisi masing-masing kelas Satwaliar endemik tersebut meliputi 7 jenis mamalia , 5 jenis herpetofauna dan 43 jenis burung. Hal tersebut menggambarkan pentingnya kawasan hutan Perhutani untuk keberlangsugan kehidupan 80 % jenis burung, 25% mamalia dan 30% herpetofauna endemik Jawa. Jumlah tersebut belum termasuk jenis-jenis migran yang tidak selalu teridentifikasi pada saat pengambilan data. 680Mamalia 60 Jenis, 7 Endemik * Reptil 55 Jenis, 1 Endemik Amfibi 34 Jenis, 4 Endemik Spesies Aves 361 Jenis, 43 Endemik Satwa 111 jenis Kupu-Kupu 55 endemik * Termasuk jenis Gastropoda & Insecta lain teridentifikasi sebanyak 59 jenis Jenis satwa liar yang teramati kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan status konservasi/kelimpahan di alam, status perlindungan berdasarkan regulasi serta tren populasi pada jenis tersebut. Status perlindungan nasional didasarkan pada Peraturan Menteri LHK no 106 tahun 2019 sedangkan status perdagangan global didasarkan pada appendix CITES (Convention on International Trades on Biodiversity of Perum Perhutani 33 33
Keanekaragaman Fauna Jenis satwa liar yang teramati kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan status konservasi/kelimpahan di alam, status perlindungan berdasarkan regulasi serta tren populasi pada jenis tersebut. Status perlindungan nasional didasarkan pada Peraturan Menteri LHK no 106 tahun 2019 sedangkan status perdagangan global didasarkan pada appendix CITES (Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna) terkini. Saat ini teridentifikasi 95 jenis satwa dilindungi meliputi 75 jenis burung, 14 jenis mamalia dan 6 Jenis Herpetofauna, artinya 20% dari jenis satwa liar yang teridentifikasi di kawasan Perhutani merupakan jenis satwa liar dilindungi pemerintah Indonesia. Untuk status perlindungan berdasarkan konvensi perdagangan internasional terdapat 26 jenis diindungi dengan Appendiks I sejumlah : 8 jenis, Appendix II : 15 jenis dan Appendix III 3 jenis. Appendix I merupakan daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Sedangkan untuk Appendix II dan III merupakan jenis dengan risiko kepunahan yang dipantau agar dapat dinaikkan ke Appendix I. Jenis satwa liar dilindungi yang teridentifikasi masuk dalam strategi pengelolaan keanekaragaman hayati sebagai jenis-jenis prioritas yang dipantau keberadaan dan keterancamannya Kelas Cites IUCN P. 106 Endemik EN VU D Amfibi API APII APIII CR 23 NT Aves 2 11 16 Mamalia -1 - 5 58 22 4 Reptilia 2 -3 26 - - 18 30 29 75 43 Total 9 54 3 2 14 7 14 - 24 6 8 15 3 35 95 63 Berdasarkan status konservasinya Perhutani Owa Jawa ( Hylobates moloch) memfokuskan perhatian pengelolaan pada Status : Endangered- Endemik kategori RTE : Rare, threatened & endagered dimana pada status Redlist IUCN merupakan kategori kritis (critically endangered), Terancam (Endangered) dan Rentan (Vulnerable). Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 57 spesies RTE (18% dari total spesies satwa di Perhutani) Biodiversity of Perum Perhutani 34
Keanekaragaman Fauna Luntur Jawa (Apalharpactes reinwardtii) Status : Vulnerable - Endemik dengan rincian 10 critically endangered species, 17 endangered species dan 25 vulnerable species. Selain itu teridentifikasi kategori yang perlu diwaspadai karena status konservasinya mendekati terancam (near threatened) sejumlah 35 species. Berdasarkan analisis IUCN terdapat sebanyak 49% (306 jenis) merupakan jenis dengan tren populasi menurun secara global. Persentase jenis satwa liar berdasakan status perlindungan dan tren populasi kami sampaikan sebagai berikut : 5% 19% 81% 95% TIDAK Dilindungi P106 Tidak Masuk CITES 18% Gelatik Jawa (Padda oryzivora) Status : Endangered - Endemik-Dilindungi 14% 31% 6% 82% 49% RTE LC Stable Decreasing Increasing Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) Status : Endangered - Endemik-Dilindungi Biodiversity of Perum Perhutani 35
Keanekaragaman Fauna Jenis satwa liar yang masuk dalam kategori kritis (CR) pada kawasan pengelolaan Perum Perhutani meliputi satwa amfibi, burung dan mamalia. Sembilan jenis satwa liar kritis (CR) kami sampaikan pada tabel berikut. Kelas No Nama Lokal Nama Ilmiah Amfibi 1 Kodok Merah Leptophryne cruentata Aves 2 Penyu sisik Eretmochelys Imbricata Mamalia Cucak rowo/ Pycnonotus zeylanicus 3 Cangkurileung emas Cissa thalassina 4 Ekek-geling Jawa Acridotheres melanopterus 5 Jalak penyu/putih Garrulax rufifrons 6 Poksai kuda Alcedo euryzona 7 Raja-udang kalung-biru Nycticebus javanicus 8 Kukang Jawa Manis javanica 9 Trenggiling Catatan perjumpaan terkini ditemui untuk jenis Ekek geling Jawa, Raja udang kalung- biru dan Kukang Jawa oleh survey Burung Indonesia pada ekspedisi Pegunungan Jawa bagian barat,dimana kawasan tersebut masuk dalam pengelolaan Perhutani. Untuk satwa liar dalam kategori terancam (Endangered) terdapat jenis-jenis ikonik Jawa seperti Elang Jawa, Cucak Jawa, Gelatik Jawa, Owa Jawa. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis endemik dengan persebaran yang terbatas. Di kawasan pengelolaan Perhutani, jenis-jenis tersebut perjumpaan lebih tinggi di areal hutan lingung terutama di kawasan Gunung/perbukitan Kelas No Nama Lokal Nama Ilmiah Amfibi 1 Kodok Merah Ciremai Leptophryne javanica Aves 2 Penyu hijau Chelonia Mydas 3 Anis kembang Zoothera interpres 4 Bangau bluwok Mycteria cinerea 5 Cica-daun Jawa Chloropsis cochinchinensis 6 Cucak Hijau/Cica-daun besar Chloropsis sonnerati 7 Cucak jenggot/ Koress Alophoixus bres 8 Elang Jawa Nisaetus bartelsi 9 Empuloh Janggut/Karuang Alophoixus bres Biodiversity of Perum Perhutani 36
Keanekaragaman Fauna Kelas No Nama Lokal Nama Ilmiah Aves 10 Gajahan timur Numenius madagascariensis 11 Gelatik Jawa Padda oryzivora Mamalia 12 Merak hijau Pavo muticus 13 Pelatuk Batu Meiglyptes tristis 14 Anjing hutan Cuon alpinus 15 Bedul Sus verrucosus 16 Kucing bakau Prionailurus viverrinus 17 Lutung Surili Presbytis comata 18 Owa Jawa Hylobates moloch Untuk jenis-jenis yang masuk dalam kategori vulnerable / rentan teridentifikasi lebih banyak dari jenis kritis dan terancam. Jenis ini masuk daam kategori rentan karena dengan terbatasnya populasi di alam, tren pertambahannya cenderung menurun (decrease). Penurunan populasi dan terbatasnya habitat dapat meningkatkan status jenis vulnerable menjadi Endangered. Jenis vulnerable bersama dengan jenis kritis dan terancam (RTE) dikelola berbasis habitat dengan penetapan prioritas pengelolaan pada beberapa spesies yang memiliki cakupan ekologis yang luas sehingga jenis-jenis yang berada didalamnya terlidungi. Kelas No Nama Lokal Nama Ilmiah Amfibi Katak pohon mutiara/ Nyctixalus margaritifer Aves 1 Bangkok beureum Lepidochelys olivacea 2 Penyu lekang Amyda cartilaginea 3 Perci/Labi-labi Jawa/ Bulus Leptoptilos javanicus 4 Bangau buthak/tong-tong Centropus nigrorufus 5 Bubut Jawa/But-but Otus angelinae 6 Celepuk Jawa/ Jeguk Cochoa azurea 7 Ciung-mungkal Jawa Pycnonotus dispar 8 Cucak kuning/Peor Anthracoceros albirostris 9 Kangkareng perut-putih Calidris ferruginea 10 Kedidi besar Biodiversity of Perum Perhutani 37
Keanekaragaman Fauna Kelas No Nama Lokal Nama Ilmiah Aves 11 Kerak Kerbau/ Jalak Kebo Acridotheres javanicus Mamalia 12 Luntur Jawa Apalharpactes reinwardtii Reptilia Kupu-Kupu 13 Pelatuk Punggung-emas Chrysocolaptes strictus 14 Punai besar/Joan Treron capellei 15 Rangkong badak Buceros rhinoceros 16 Rangkong/julang emas Rhyticeros undulatus 17 Serak Jawa/ Burung Hantu Putih Tyto alba 18 Sikatan Sunda/Sulingan Cyornis caerulatus Berang-berang cakar kecil / Aonyx cinereus 19 Sero ambrang 20 Cecurut Suncus murinus 21 Kelelawar-pedan Jawa Nycteris javanica 22 Lutung Jawa/Budeng Trachypithecus auratus 23 Macan tutul Jawa Panthera pardus 24 Monyet ekor panjang/Kra Macaca fascicularis 25 Pithecheir Pithecheir melanurus 26 Rusa timor Rusa timorensis 27 Kadal Terbang Draco fimbriatus 28 Ular king kobra Ophiophagus hannah 29 Ular Sowo Macan/ Sanca Bodo Python molurus 30 Kupu-Kupu Raja Helena Troides helena 31 Kupu-Kupu Raja Malaya Troides amphrysus Beberapa jenis yang cukup menarik masih dijumpai dikawasan hutan Perhutani, yang selama ini dinilai cukup banyak interaksi dengan manusia. Ekek- geling Jawa (Cissa thalassina) misalnya, burung yang merupakan spesies endemis Pulau Jawa dengan distribusi terbatas pada Jawa bagian barat. Sejak tahun 2001, spesies ini telah ditemui hanya di empat kawasan lindung: Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Halimun-Salak dan Gunung Gede Pangrango/ Megamendung, dan Hutan Lindung/Cagar Alam Parahyangan Selatan (BirdLife International, 2018a). Catatan yang lain di Jampang Kulon, Hutan Lindung Gunung Slamet dan Hutan Lindung Parahyangan Utara (van Balen et al. 2013 dalam BirdLife International, 2018). Meskipun demikian spesies ini diyakini telah punah dibeberapa area distribusinya terdahulu disebabkan minimnya catatan terbaru spesies ini dari wilayah lainnya. Biodiversity of Perum Perhutani 38
Keanekaragaman Fauna Kemudian Macan tutul yang mengokupasi hampir Ekek-geling Jawa (CR) seluruh wilayah hutan di kawasan pengelolaan Perhutani. (Cissa thalassina) Hal ini berarti perubahan pada struktur habitat hutan secara langsung dapat berdampak pada luasan wilayah Lutung surili (EN) okupasi Macan tutul (Jacobson et al., 2016). Kondisi (Trachypithecus auratus tersebut tidak hanya berdampak untuk Macan tutul, tetapi juga untuk mamalia terancam punah lainnya seperti Kukang ) Jawa /Nycticebus javanicus (CR), Owa Jawa /Hylobates moloch (EN) Lutung surili /Presbytis comata (EN), dan Owa Jawa (EN) Lutung Budeng/Trachypithecus auratus (VU), mengingat (Hylobates moloch) keberadaan spesies tersebut sangat bergantung pada keberadaan habitat hutan. Spesies Kukang dan Owa Jawa 39 terutama hanya diketahui tercatat di Jawa bagian barat termasuk Provinsi Banten dan Jawa Barat. Spesies tersebut telah tercatat memiliki kepadatan yang sangat rendah (0,02- 0,20 / km) (Nekaris et al., 2013). Bahkan beberapa survey di blok-hutan yang lebih luas (Ujung Kulon, Halimun Salak, Gede Pangrango, Masigit Kareumbi, Slamet, Dieng) mengungkapkan bahwa kukang semakin sulit dijumpai bahkan tidak ditemui sama sekali. Beberapa populasi kecil yang terisolasi bertahan di kebun dan lahan pertanian memiliki resiko perburuan tinggi. Hal tersebut dikarenakan spesies ini sangat mudah diburu sehingga sangat rentan terhadap penangkapan untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. Konservasi yang dilakukan untuk jenis-jenis tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai pola, salah satunya dengan bisnis yang berorientasi kelestarian. Kopi Owa misalnya, dimana budidaya kopi dioptimalkan untuk pengelolaan koservasi Owa Jawa. Peluang lain yang lebih saintek misalnya pengembangan magainin yang merupakan senyawa peptida linear yang diisolasi dari kulit katak dikembangkan sebagai antibiotik yang mampu memicu timbulnya sistem pertahanan tubuh tanpa inflamasi yang biasa terjadi seperti pada imunisasi. Biodiversity of Perum Perhutani
Keanekaragaman Fauna Distribusi Jenis Penting di Kawasan Perhutani Jenis satwa liar yang masuk dalam kategori RTE dipetakan distribusinya di masing masing KPH sebagai dasar pengelolaan dan referensi prioritas perhatian dalam kegiatan perlindungan. Secara corporate kami mengidentifikasi distribusi jenis- jenis RTE yang berdasarkan masing-masing status konservasinya. Kategori paling rentan untuk jenis satwa teridentifikasi memiliki distribusi terbatas, bahkan enam dari delapan jenis dalam kategori critically endangered memiliki catatan perjumpaan di lokasi yang sangat terbatas sebagai berikut : Nama Lokal Lokasi Perjumpaan Kodok Merah Di kawasan Gunung Slamet dan Gunung Ijen* Penyu sisik Dijumpai di pantai kawasan Kabupaten Malang dan Ekek-geling Jawa Trenggalek Jalak penyu/putih Teridentifikai hanya di Gunung Patuha dan Gunung Masigit Ditemukan di KPH Saradan dan Kedu utara, (dimungkinkan Poksai kuda jenis peliharaan yang lepas) Ditemui di Gunung Malabar, Gunung Wayang Windu, Raja-udang Gunung Slamet, Gunung Lawu, Gunung Cikuray dan Gunung kalung-biru Patuha Ditemukan di Gunung Wayang Windu, Slamet dan Cikuray * need to be confirmed karena berdasarkan studi literasi persebaran kodok merah tidak mencapai Jawa timur Selain jenis-jenis dalam kategori kritis, Perhutani juga memfokuskan pengelolaan pada jenis interest tertentu, yang menjadi perhatian khusus sesuai dengan kondisi kawasan pengelolaan KPH. Terdapat beberapa spesies menarik karena memiliki keunikan tersendiri seperti jenis Elang Jawa, Kukang Jawa, Owa Jawa, Surili, Macan tutul Jawa, Gelatik Jawa dan Trenggiling Jawa. Jenis-jenis tersebut menarik karena selain merupakan jenis endemik Jawa, jenis tersebut juga merupakan jenis-jenis yang memiliki identitas yang kuat baik dari sisi socio-cultural maupun ekologi. Kami tampilkan distribusi jenis-jenis tersebut tercatat pada halaman berikutnya. Biodiversity of Perum Perhutani 40
Keanekaragaman Fauna Distribusi Kukang Jawa Kukang Jawa merupakan jenis mamalia nokturnal dan arboreal, mengandalkan tanaman merambat dan liana. Spesies ini hanya ditemukan di bagian barat dan tengah dari pulau Jawa di Indonesia. sering kali hanya ditemukan pada tempat yang memiliki sedikit gangguan manusia sampai ketinggian 1.600 m. Di Perhutani jenis ini hanya dijumpai di Bandung Selatan, Kedu Utara, Garut, Sukabumi, Majalengka, Pekalongan timur dan Tasikmalaya. Terdapat catatan di Jawa Timur pada KPH Malang dan KPH Kediri, namun perlu dilakukan verifikasi lebih lanjut. Distribusi Elang Jawa Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang dari keluarga Accipitridae dan genus Nisaetus yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Elang Jawa memiliki persebaran cukup terbatas di pulau Jawa dan Bali. Satwa endemik yang merupakan ikon negara ini dijumpai di Gunung wilayah kelola Perum baik kawasan Lindung maupun produksi. Tercatat perjumpaan di 26 wilayah kelola Perhutani yang tersebar pada 24 KPH di tiga provinsi di Pulau Jawa. Biodiversity of Perum Perhutani 41
Keanekaragaman Fauna Distribusi Owa Jawa Dengan populasi tersisa antara 1.000 – 2.000 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa Jawa menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat. Owa Jawa telah dilindungi oleh Undang-undang Perlindungan Binatang Liar (Dierenbescherming-ordonnantie) semenjak tahun 1931. Jenis ini dijumpai di 11 titik pengamatan pada 8 KPH Perhutani di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Termasuk lokasi pelepasliaran Owa Jawa bersama mitra konservasi Perhutani Distribusi Surili Surili (Presbytis comata) merupakan hewan endemik pulau Jawa yang memiliki ciri morfologi mirip dengan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), perbedaannya terletak pada bentuk kepala Surili yang bulat, perut besar, dan berhidung pesek. Dapat ditemukan mulai dari bagian barat hingga bagian tengah Pulau Jawa mulai dari ketinggian 600 mdpl hingga diatas 2500 mdpl. Terdapat 12 titik perjumpaan di kawasan Perhutani. Biodiversity of Perum Perhutani 42
Keanekaragaman Fauna Distribusi Macan Tutul Jawa Macan tutul Jawa / Macan kumbang adalah salah satu subspesies dari Macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan dataran rendah Pulau Jawa. Macan tutul ini memiliki dua variasi warna kulit yaitu berwarna terang dan gelap. Jenis ini dijumpai hampir di sebagian besar KPH Perhutani. Macan tutul Jawa merupakan satwa indentitas Provinsi Jawa Barat. Distribusi Merak Hijau Merak hijau (Pavo muticus) adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Karena distribusinya sangat terpencar, merak hijau dikategorikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Jenis ini dijumpai pada 28 KPH di kawasan Perhutani di tiga Divisi Regional. Biodiversity of Perum Perhutani 43
Keanekaragaman Fauna Distribusi Trenggiling Sunda Trenggiling sunda, juga dikenal sebagai trenggiling malaya atau Jawa adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Trenggiling Sunda (Manis javanica) merupakan salah satu satwa yang memiliki risiko kepunahan tinggi. Kepunahan ini terjadi akibat satwa ini diburu dan diperdagangkan secara ilegal untuk dimanfaatkan sisik, hingga organ tubuhnya.Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Pada kawasan Perhutani di jumpai pada 27 lokasi dengan intensitas pertemuan relatif jarang (tidak selalu dijumpai setiap tahun). Distribusi Gelatik Jawa Gelatik Jawa merupakan jenis burung endemis Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Karena kemampuan adaptasinya yang baik, ia tersebar luas mulai dari Sulawesi, Maluku, Malaysia, Sri Lanka, Filipina, hingga Australia. Keterancaman burung ini karena dijadikan sebagai satwa peliharaan yang menyebabkan aktivitias perburuan tinggi, selain itu semakin menyempitnya habitat akibat alih fungsi lahan. Di kawasan Perhutani dijumpai sebagian besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama KPH-KPH Jati yang didominasi hutan musim dataran rendah. Biodiversity of Perum Perhutani 44
Keanekaragaman Flora Proses penghimpunan data keanekaragaman 152 Famili tumbuhan di kawasan Perum Perhutani memiliki teridentifikasi tantangan berbeda. Keterbatasan literasi dan pengenalan jenis membuat jumlah jenis yang dapat Fabaceae 71 teridentifikasi baru 50%. Berdasarkan data yang Poaceae 49 dihimpun dari 57 Kesatuan Pangkuan Hutan Malvaceae 37 teridentifikasi 885 dari 1.779 jenis tumbuhan yang Asteraceae 36 tercatat dalam kegiatan monitoring biodiversity. Dari Moraceae 30 jenis yang telah teridentifikasi dapat dikategorikan Rubiaceae 29 menjadi 3 habitus meliputi pohon berkayu 400 jenis, Euphorbiaceae 27 Herba 457 jenis dan epifit 24 jenis. Arecaceae 25 Myrtaceae 21 Jenis tanaman teridentifikasi dapat Lamiaceae 20 diklasifikasikan dalam 152 famili dengan 5 famili terbanyak meliputi Fabaceae sebanyak 71 jenis keluarga polong-polongan dengan bermacam-macam kegunaan baik biji, buah, bunga, kulit kayu, batang, daun, umbi, hingga akarnya digunakan manusia seperti Secang, Berangan, Kedelai, Kacang panjang. Jenis Fabaceae yang ditemui di Perhutani juga meliput tanaman pertukangan yang diproduksi seperti Sengon, Johar dan Jengkol. Pada kelompok keluarga Fabaceae dijumpai juga jenis yang merupakan endemik Jawa dan memiliki tren poppulasi menurun 885 401 Jenis Pohon Berkayu Jenis Flora 460 Jenis Herba teridentifikas 24 Jenis Epifit i 894 jenis belum teridentifikasi Biodiversity of Perum Perhutani 45
Keanekaragaman Flora Jumlah terbanyak selanjutnya adalah family Poaceae yang merupakan keluarga rumput dan padi-padian. Perjumpaan kelompok Poaceae meliputi jenis- jenis rumput yang dianggap gulma dan jenis-jenis tanaman pangan yang menopang kebutuhan pokok masyarakat seperti Padi, Jagung dan Sorgum. Posisi ketiga ditempati Malvaceae sebanyak 37 jenis. Kelompok ini mencakup sejumlah tanaman budidaya penting, khususnya sebagai penghasil serat tekstil, minyak, tanaman hias, farmasetika dan kayu perdagangan. Jenis yang dijumpai dari kelompok ini seperti Waru, Kepuh dan Durian. Terbanyak ke empat adalah famili Asteraceae dengan jumlah catatan 36 jenis dimana kelompok ini merupakan keluarga terbesar tanaman berbunga seperti Kenikir, Bunga matahari dan Edelweis. Kemudian di posisi kelima dengan jumlah catatan 30 jenis yaitu family Moraceae yang merupakan suku ara-araan yang terdiri dari jenis tanaman keras penghasil pangan manusia seperti Nangka dan Sukun hingga pakan burung seperti jenis Beringin, Poh-pohan dan Lo. Jenis yang dijumpai di kawasan Perhutani beberapa memiliki catatan menarik contohnya Bunga Edelweis yang hampir dapat dijumpai di area puncak gunung diatas 1600 Mdpl pada kawasan pengelolaan Perhutani seperti Gn. Slamet, Gn. Cikuray, Gn. Lawu dan Gn. Sindoro. Kemudian jenis Castanopsis yang beragam yang ternyata bijinya dapat dikonsumi, buah jenis ini di daratan Asia dikenal sebagai cheesenut yang mudah dijumpai sebagai cemilan. Temuan lain yang menarik berupa tanaman hias seperti jenis Anggrek kasut (Paphiopedilum javanicum) dan Kantong semar (Nephentes sp.). Jenis tanaman native idonesia; Kiri-kanan : Saninten /Kihiur (Castanopsis javanica)- Endangered, Edelwies Jawa (Anaphalis javanica)-Critically Endangered, Anggrek Kesut (Paphiopedilum javanicum) - Vulnerable Biodiversity of Perum Perhutani 46
Keanekaragaman Flora Berdasarkan analisis lebih lanjut kami membagi jenis tanaman berkayu menjadi kategori native dan introduksi. pengkategorian ini didasarkan pada informasi yang disajikan dalam plantoftheworld.com. Terdapat 249 jenis native/asli indonesia dan 152 jenis introduksi. Adapun jenis native yang dimaksud di sini merupakan jenis-jenis asli indonesia, tidak terbatas pada jenis endemik Jawa. Untuk jenis native yang persebaran alaminya berasal dari pulau Jawa sendiri teridentidikasi sebagai berikut : Anaphalis javanica (Pasak lingga); Diospyros aurea (Kayu Ireng); Ficus padana (Hamerang); Lithocarpus crassinervius (Pasang Jawa); Parinari sumatrana (Kitoke); Protium javanicum (Trenggulun); Pterospermum javanicum (Bayur); Saurauia bracteosa (Lotrok); Shorea javanica (Meranti Jawa); Vatica bantamensis (Kokolokeceran) dan Lithocarpus kostermansii (Pasang batoe). Jenis native Jawa tersebut lebih banyak dijumpai dikawasan dengan ekosistem alami seperti Hutan lindung, Hutan alam sekunder dan kawasan perlindungan setempat. Jenis native Protium javanicum (Trenggulun) Jenis introduksi Swietenia macrophylla (Mahoni) 249 152 Jenis Native Jenis Introduksi Fun fact, dari 10 jenis produksi kayu utama Perhutani hanya Jati, Sonokeling dan Pinus merkusii yang merupakan native Jawa. Jenis budidaya lainnya seperti Mahoni berasal dari africa dan amerika latin; Johar berasal dari Laos dan Burma; sedangkan Sengon, Akasia dan Jabon berasal dari indonesia timur. Biodiversity of Perum Perhutani 447
Keanekaragaman Flora Jenis tumbuhan yang teramati kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan status konservasi di alam serta status perlindungan berdasarkan regulasi. Berdasarkan status konservasinya (IUCN Redlist, sama seperti pengelolaan satwa liar, Perhutani memfokuskan perhatian pengelolaan pada kategori RTE : Rare, threatened & endagered dimana pada status Redlist IUCN merupakan kategori Kritis (critically endangered), Terancam (Endagered) dan Rentan (Vulnerable). Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 36 spesies RTE (4,2% dari total spesies) dengan 5 critically endangered species, 13 endangered species dan 9 vulnerable species. Untuk jenis kritis dan terancam seluruhnya bukan merupakan tanaman yang diproduksi Perhutani ataupun jenis komersial yang diperjual belikan sebagai tanaman hias hasil buruan oleh masyakat. Sehingga risiko gangguan berupa pencurian dapat diasumsikan sangat minim. Beberapa penyebab populasinya menurun dikarenakan : Terhambatnya regenerasi alami, distribusi yang menyebar dan tidak didukung keberadaan jenis polinator, Perubahan iklim, Alih Fungsi Lahan, Penebangan Liar, Pencemaran Ekosistem, Hilangnya kebudayaan berkaitan dengan pemanfaatan jenis hingga dgangguan invasif dari beberapa species yang beradaptasi pada ekosistem. Biodiversity of Perum Perhutani 48
Keanekaragaman Flora Selain itu teridentifikasi kategori yang perlu diwaspadai karena status konservasinya mendekati terancam (near threatened) sejumlah 9 species. Terdapat jenis tanaman budidaya Perhutani pada kategori status konservasi tinggi antara lain : Eucalyptus (EN) , Damar (VU), Pinus (VU), Sonokeling (VU) dan Mahoni (VU). Jenis yang dibudidayakan di Perhutani merupakan komoditas tetap sehingga upaya budidaya jenis tersebut merupakan salah satu upaya konservasi eksitu. CR EN VU NT 5 13 9 9 Jenis Jenis Jenis Jenis 473 jenis Unknown Status AP I2I C5ITES 9P.106 Jenis Jenis Berdasarkan verifikasi status perlindungan baik permen LHK no 106 tahun 2019 dan appendix CITES teridentifikasi 9 jenis tumbuhan dilindungi secara nasional meliputi 2 jenis tanaman berkayu Saninten/Berangan Jawa/Sarangan (Castanopsis arganteae) dan Resak Jawa (Vatica pauciflora) dan 7 jenis herba seperti Edelwis, Kantong semar dan Raflesia. Jenis-jenis tersebut kebanyakan dijumpai di kawasan pegunungan terutama di Hutan Lindung. Untuk status perlindungan berdasarkan konvensi perdagangan internasional terdapat 25 jenis dilindungi yang seluruhnya masuk dalam Appendix II. Jenis dalam kategori ini sangat dibatasi perdagangannya dikarenakan merupakan jenis dengan risiko kepunahan sehingga perlu dilakukan pembatasan peredarannya. Terdapat dua jenis tumbuhan berkayu yang diproduksi Perhutani yang masuk kategori ini, yaitu Sonokeling dan Mahoni. Peredaran kayu tersebut telah dilaksanakan sesuai ketentuan regulasi disertai dengan budidaya yang dilakukan terus menerus untuk menjaga produktivitas kelestarian jenis tersebut. Biodiversity of Perum Perhutani 49
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174