Ibunya Anhar diam. Jadi, harus gi a a i i? ta ya Bu da. Ya, saya oho de ga sangat, anak ibu bisa ngejelasin ke wali kelas Anhar, gimana aja, lah, caranya. Maksud ya, iar ereka gerti A har gak salah, kata ibunya Anhar dengan bahasa yang masih belepotan. Suaranya seperti orang putus asa dan sepertinya dia juga tidak yakin dengan apa yang ia katakan. Aaah, ke situ lagi, kata Bu da. Udahlah! Bunda membuang muka. Ibunya Anhar diam. I u urus aja se diri, kata Bu da ke udia seraya memandang ibunya Anhar. Kalau au u tut a akku ke polisi, tu tut aja, lah! Kalau perlu, Ibu minta a tua PBB sa a! kata Bu da. Ibunya Anhar diam. Terus, kakak ya A har ukuli Dila ? Itu gi a a? kata Bunda lagi. I u lapor polisi gak? Na a ya juga a ak uda, Bu, ja a I u ya A har. Aaah. Ke apa pas agia a ak I u, I u i ta di aklu ? “aya udah arahi dia, ja a i u ya A har. Terus, sekara g Dila ditaha polisi, kakak ya si A har ya g geroyok dia alah e as, itu gi a a? “aya gak gerti. “aya .... Aaah, udahlah, kata Bu da e oto g. Per isi, ya, Bu. Ka i au aka dulu, kata Bu da ke ibunya Anhar sambil meraih sendoknya untuk mulai mau makan. Ya, udah, saya per isi. ~192~ pustaka-indo.blogspot.com
Ya!!! ja a Bu da ta pa e a da g ya. I u ya Anhar pergi. Ngo o g, kok, putar-putar! kata si Bu da sa il makan. Lia juga gak gerti, Bu da. Ngo o g ya gak jelas, kataku. Ora g sakit ji a! ja a si Bu da. Hahaha. Tau ke are ka u dita par si A har, Bu da gra at ru ah ya! 6 Setelah beres acara pembagian rapor, Bunda pergi untuk menemui wali kelas Dilan di ruang kepala sekolah. Tak lama kemudian, Bunda kembali, membawa rapor Dilan dan dia bilang bahwa Dilan sudah resmi dipecat dari sekolah. Aku langsung merasa kecewa, frustrasi dan sedih pada saat yang sama. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku tidak tahu apa yang harus aku pikirkan. Ja ga ke e a, kata Bu da. “a ar, “aya g. 7 Aku pulang naik mobil Bunda. Di jalan, aku berbicara dengan Bunda tentang semua hal yang ingin aku katakan kepadanya. Na ti, Dila sekolah di a a? kuta ya Bu da. Aaah .... Ba yak sekolah, ja a Bu da. Gak usah risau. Aku diam. ~193~ pustaka-indo.blogspot.com
Kalau perlu di A tartika! kata Bu da. Pasti dia bercanda. Aku senyum, menyadari bahwa di dalam hal menyikapi persoalan, Bunda itu sama dengan Dilan, tidak perlu banyak bertanya, tidak perlu banyak berpikir. Ketika kuajak Bunda untuk nengok Dilan di kantor polisi, Bunda bilang gak usah. Biari , kata ya. Biar jera dia itu. Kasiha , Bu da, kataku. Tidur ya gi a a? “e ua ora g tidur pasti ere , Nak, di a a pu tidur ya. Buka . Ka , gak ada kasur, Bu da? Bu da tau Dila , kata Bu da. Dia aka aik-baik saja. Iya, Bu da. Ka u saya g ke Dila ? Entah mengapa, mendengar Bunda bertanya itu, rasanya ingin menangis. Aku mengangguk. Lalu, hening, karena Bunda juga diam, yang terdengar hanya suara deru mobil memasuki jalan terusan Buah Batu. Dulu, Dila per ah erita ke Bu da, kata ya di sekolah ya ada a ak aru, a tik, kata Bu da kemudian, seolah sedang berusaha mengubah situasi. “iapa, Bu da? kuta ya de ga suara sedikit parau. Ya, ka u, ja a Bu da. Oh, hehehe. Kau tau? Ha is itu, dia minta doa restu ke Bunda, au deketi ka u kata ya, kata Bu da. Aaah ... Doa restu apa kau i i, kata Bu da ke dia. ~194~ pustaka-indo.blogspot.com
Hahaha. Kalau dulu tau ora g ya a tik gi i, pasti udah la gsu g Bu da restui, kata Bu da. Dulu direstui gak? kuta ya sa il sedikit senyum memandang Bunda. Apa dia, alah ga il air segelas, terus i ta Bunda bacain Al-Fatihah. Hahaha. Pas dia a a air itu, Bu da keta a. Terus, Bu da bacain Al-Fatihah. Keta a juga dia rupa ya. Hahaha. Kau pikir, Bu da ustadzah, hah?! Kata Bunda.Ketawa dia. Hahaha. Terus, air ya diapai ? kuta ya Bu da. Ah, itu dia, ora g ya er a da saja. Lia suka. Terus, aku cerita ke Bunda bagaimana awal Dilan berkenalan denganku, dari mulai meramalku sampai akhirnya jadian dengan Dilan. Bunda ketawa. Aku belum pernah lihat Bunda ketawa sampai ngakak begitu. 8 Ketika Bunda ngajak aku ke rumahnya, aku setuju. Tapi, ketika Bunda bilang aku mau dikenalin dengan ayahnya Dilan, aku langsung merasa deg-degan. Takut, Bu da, kataku se yu . Heh! Kau pikir dia hari au? Buka , hehehe. Kau harus tahu, kenapa aku deg-degan pas mau ketemu ayahnya Dilan. Karena, sebelumnya aku sudah ~195~ pustaka-indo.blogspot.com
mendapat beberapa masukan tentang ayahnya Dilan dari Wati, Piyan, dan Dilan sendiri. Katanya, ayahnya Dilan itu adalah orang yang pernah menembak lampu rumah tetangga, karena lampu itu dipasang di sudut pagar dekat rumahnya, dan oleh ayahnya Dilan dianggap cahayanya terlalu silau. “uruh dia data g ke ru ah! kata Ayah ya Dila ke si Bunda setelah menembak lampu itu. Katanya, ayahnya Dilan itu adalah orang yang pernah mendatangi Dilan diam-diam ketika Dilan sedang bermain judi remi kecil-kecilan di pos ronda dekat rumahnya. Dilan gak sadar tahu-tahu ayahnya dari belakang datang menodongkan pistol ke arah pelipis Dilan. Dilan diam tak berkutik ketika kawan-kawannya pada kabur melarikan diri. Katanya, ayahnya Dilan itu adalah orang yang pernah melempar Dilan ke kolam renang pada waktu Dilan masih duduk di bangku kelas 3 SD. Hal itu dia lakukan karena Dilan bilang tidak bisa berenang dan hanya duduk-duduk saja di tepi kolam renang. Katanya, ayahnya Dilan itu adalah orang yang akan memasukkan anak-anaknya ke dalam kamar, kemudian dikunci dari luar untuk tidak dibuka sampai berjam-jam kemudian. Kamar itu gelap karena lampunya dimatikan, kebetulan sakelarnya ada di luar. Itu, katanya, adalah hukuman bagi siapapun kalau ada anaknya yang rewel menangis. Bayangkan, dengan semua informasi tentang ayahnya Dilan yang ada di dalam kepalaku, aku akan bertemu dengan dia. Bayangkanlah. ~196~ pustaka-indo.blogspot.com
Bu da au elepo dulu, ya, kata Bu da. Mobil berhenti di daerah Jalan Terusan Buah Batu, (deket pasar Gordon). Bunda turun untuk nelepon di Telepon Umum. Entah nelepon siapa. Setelah nelepon, Bunda kembali ke mobil. Oke, kita ke ru ah “ita dulu, kata Bu da. Mobil maju lagi. “iapa, Bu da? Pa ar ya Ba ar. Kau harus ke al, ya. Iya, Bu da. Rumah Kak Sita ada di daerah Perumahan Antabaru. Saat kami tiba, Kak Sita sudah menunggu di luar rumahnya. Hey, hey, hey! kata Bu da setelah turu dari o il. Aku juga turu . La a, ya? ta ya Bu da ke Kak “ita. E ggak, ja a Kak “ita. Ma a Ma a? ta ya Bu da. Lagi ke ru ah saudara, ja a Kak “ita. Ke ali , pa ar ya Dila , kata Bu da ke Kak “ita setengah berbisik. Oh, ya? kata Kak “ita terse yu . Ca tik, ka ? tanya Bunda. Ca tik sekali, kata Kak “ita, sa il ke udia e ja at ta ga ku da e ye ut a a ya: “ita. Milea, kuse ut juga a aku sa il se yu te tu saja. “e a g ya pu ya e a tu a tik- a tik, kata Bunda Ke uali, Ba g Haki , ja a “ita terse yum. Bunda ketawa. ~197~ pustaka-indo.blogspot.com
Saat itu, aku gak tahu siapa yang dimaksud dengan Bang Hakim. Lama kemudian, aku tahu itu adalah suaminya anak sulung Bunda: Kak Nadia. La gsu g? ta ya Bu da ke Kak “ita. Hayu, jawab Kak Sita. Mobil maju lagi, setelah aku, Bunda, dan Kak Sita naik. Bunda menyuruh aku dan Kak Sita duduk di bangku depan semua. Agak sempit, sih, tapi cukup. Aku duduk di tengah. 9 Di mobil, kami ngobrol dan ketawa. Kak Sita sedikit pendiam, tetapi dia cukup menyenangkan. “ita i i, kata Bu da, e tah ke siapa. Kalau lagi ada asalah sa a Ba ar, telepo ya ke Bu da. Hehehe, Kak “ita keta a. Ba ar terus ila g: Bu da, ja ga ge elai “ita terus! Hahaha, Kak “ita keta a. Kak “ita pa ara erapa la a? kuta ya Kak “ita. Berapa la a, Bu da? Kak “ita nanya lagi ke Bunda. “etahu dua ula . Malah Bu da ya g tau, ya? kata Kak “ita ke aku. Hehehe. Bu da itu ora g ya itu ga . Hahaha, kata Bu da. Semua ketawa. 10 ~198~ pustaka-indo.blogspot.com
Ketika sudah sampai di rumah Bunda, kami masuk diiringi gonggongan anjing yang tetap duduk di kandangnya. Ketika ketemu Disa, Kak Sita memeluknya. Nampaknya mereka berdua sudah akrab. Disa juga memelukku. Cal, siapa o a i i? ta ya Bu da ke ayah ya Dila yang datang keluar dari kamarnya karena dipanggil oleh Bunda. Orang yang dipanggil Ical itu adalah ayahnya Dilan. Dia berdiri dengan menyipitkan matanya sambil memiringkan kepalanya untuk seolah-olah sedang mengamatiku. Aku langsung grogi. Jantungku sedikit berdegup. Sedetik kemudian, dia bertanya: “iapa? Pa ar ya Dila , ja a Bu da a gga. Sejurus kemudian, ayahnya Dilan berkacak pinggang, matanya disipitkan kembali, menatapku dengan tajam. Seolah-olah sedang mengamati sesuatu untuk dinilai. Ayahnya Dilan ~199~ pustaka-indo.blogspot.com
Kak Sita, Disa, dan Bunda berdiri di dekatku. Mereka pada diam memandang ayahnya Dilan. Seolah-olah sedang menunggu apa yang akan dilakukan oleh ayahnya Dilan. Ca tik, ya?! kata ayah ya Dila ke udia sa il senyum. Hehehe, akasih, kataku de ga ja tu g ya g masih berdenyut. Bunda, Kak Sita, dan Airin ketawa, seperti puas dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya Dilan. Tau gak siapa saya? ta ya ayah ya Dila ke udia dengan sikap menantang. Ayah ya Dila ? kuja a de ga ada erta ya. I i, alo ertua u! kata Bu da sa il merangkulkan tangannya di punggung ayahnya Dilan. Harus ya, saya ya g ila g gitu! kata ayah ya Dila ke Bunda. Semua orang ketawa, termasuk aku. 11 Bunda menyuruh aku untuk ngobrol dengan ayahnya Dilan di ruang tamu, membahas soal Dilan ditahan polisi. Sementara itu, Bunda, Kak Sita, Disa, dan Bang Banar (yang datang kemudian) pada kumpul di ruang tengah. Biarlah Dila u itu, ya? kata ya. Biar jera! Iya. Ka u ke erata gak? ta ya ayah ya Dila de ga senyum ditahan. E ggak, kataku de ga agak asih a ggu g. ~200~ pustaka-indo.blogspot.com
Harus ya, ke erata . Ka , ka u jadi gak ketemu dia. Biar gak gula g lagi, kataku sa il erusaha tersenyum. kata ayah ya Dila Ke apa au sa a Dila ? Ke apa, ya? Hehehe. Gak tau. Kalau udah i ta susah, ya? dengan nada sedikit becanda. Hehehe. Ayah aru pula g dari Ti ti ? kuta ya seolah sedang membelokkan pokok bahasan. Timtim itu maksudku Timor Timur (Dulu, masih menjadi bagian wilayah Indonesia, sebagai provinsi ke-27). Hey, Bu da! Dia a ggil aku ayah?!! teriak ayah ya Dilan ke si Bunda. Hehehe, aku keta a sedikit alu. Haruslaaah! ja a Bu da teriak. Ka , alo e a tu u itu! Aku keta a. Ayah ya Dilan juga. Aku cerita ke ayahnya Dilan bahwa ayahku juga seorang prajurit. Na ti, saya ajak ayah u pa o, kata ayah ya Dila sambil ketawa. “aya harus e a g. Ke apa? kutanya sambil senyum. Biar a ak ya oleh di ikahi a ak saya. Hahaha. Hahaha. Udah sa a ga u g sa a ereka, kata ayahnya Dilan menyuruhku. Aku berdiri untuk bergabung dengan Bunda, Disa, Kak Sita, dan Bang Banar. ~201~ pustaka-indo.blogspot.com
Setelah makan bersama keluarga Dilan, aku pulang diantar Bunda. Sedangkan, Kak Sita pulang diantar Bang Banar. Hari itu, aku sangat senang bisa ketemu ayahnya Dilan. Menurutku, dia itu menyenangkan dan seru. Kalau ada beberapa orang (termasuk preman di terminal) yang takut kepadanya, aku tak tahu mengapa itu bisa. --ooo- ~202~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Hari Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara Porseni di sekolahku dimulai. Porseni adalah akronim dari Pekan Olahraga dan Kesenian. Berbagai kegiatan olahraga dan kesenian diselenggarakan dalam bentuk acara perlombaan. Untuk keseniannya diadakan lomba melukis, lomba baca puisi, dan lomba menyanyi. Sedangkan, untuk cabang olahraganya diadakan pertandingan sepak bola, basket, catur, atletik, bulu tangkis, dan tarik tambang. Setiap lomba itu memiliki jadwal pelaksanaannya masing-masing. Suasana sekolah sangat meriah waktu itu, banyak tawa, teriak, dan keributan. Setiap siswa sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada juga yang cuma berkumpul di depan kelas. Aku ditunjuk menjadi seksi acara yang menangani lomba melukis dan pembacaan puisi. Sebetulnya, aku males, apalagi Hartono, ketua OSIS sekolahku, ngajak ~203~ pustaka-indo.blogspot.com
akunya dadakan, tapi Wati menyuruh aku untuk mau, akhirnya kuterima, mudah-mudahan bermanfaat untuk melepas kepenatanku selama ini. Sejak itu, di poster acara Porseni, ada tertulis nama Milea Adnan Hussain, sebagai seksi acara lomba melukis dan pembacaan puisi. Adapun kegiatan lombanya akan diselenggarakan hari Jumat. Siswa yang berminat ikut lomba melukis dan pembacaan puisi harap mendaftarkan dirinya ke aku atau ke Endah di kantin sekolah mulai pukul 10:00 karena ruangan OSIS-nya dipake untuk kegiatan yang lain. Pukul 10:00, aku dan Endah sudah ada di kantin. “iapa a a ya? ta yaku ke salah satu sis a ya g mendaftar untuk ikut acara lomba melukis. I a , ja a dia, lalu la gsung kucatat namanya dan data lain tentang dirinya. Tiba-tiba, aku mendengar ada suara: a elukis dan Milea Ad a Hussai , seksi a ara lo puisi. Hahaha. Aku mendongak untuk ingin tahu siapa yang bicara. Dia adalah Piyan, yang datang bersama Rani dan dua teman kelasnya, aku sudah lupa lagi namanya. Hey! kusapa ereka sa il se yu . Mereka duduk di kursi yang ada di sampingku. Aku, sih, pe ge ya seksi sekali, kataku. Mereka ketawa. Endah sedang mencatat orang yang daftar. Ma a Wati? kuta ya Piya . Gak asuk, ja a Piya . Ke apa? ~204~ pustaka-indo.blogspot.com
Ada a ara kata ya. Oh. Harus ya, Dila ikut lo a elukis, kata Piya . Puisi juga dia mah, ya? ta ya ‘a i, e tah ke siapa. Da , era te , kataku keta a. Endah, Rani, Piyan dan dua temannya ikut ketawa. Sesaat kemudian Nandan datang ke kantin, bersama Tatang dan Heri, lalu bergabung bersama kami. Kapa ai ya, Da ? ta ya ‘a i. ‘a i a ya kapa pertandingan basket akan dimulai. Nandan memang tim bola basket kelasku. Ja se elas, ja a Na da . Lia, o to , ya, Nandan ngajak. “iap! 2 Kami berkumpul di pinggir lapang basket. Ada Endah, Rani, Tatang, Piyan, dan lainnya, untuk menyemangati tim basket kelasku yang akan bertanding di hari itu. Di seberang sana, aku melihat Susi dan kawan-kawannya pada ikut nonton juga. Jalannya pertandingan berlangsung cukup seru. Lapangan dipenuhi oleh sorak-sorai penonton, setiap salah satu tim memasukkan bola ke ring lawan. Nandan nampak semangat dan menurutku, juga ditambah terlalu penuh gaya. Entah ada hubungannya atau tidak, dia mendapat peringatan karena telah melakukan empat kali foul! Malahan pada detik menjelang akhir pertandingan, Nandan membuat foul lagi, menyebabkan dirinya tidak bisa melanjutkan pertandingan. ~205~ pustaka-indo.blogspot.com
Tim basket kelasku tidak berhasil menambah poin sampai akhir pertandingan, akhirnya kemenangan pun diraih oleh tim lawan. Penonton kecewa, kecuali Susi dan kawan-kawannya yang saling sorak gembira merayakan kemenangan tim basket kelasnya yang berhasil maju ke babak semifinal. 3 Kegiatan Porseni selesai pukul 15:00. Piyan menawarkan dirinya untuk mengantar aku pulang. Gak usah, Ya . kataku. Aku dije put Ba g Fariz. Mau dite e i dulu, gak? ta ya Piya . Gak usah. Ada ‘a i, kok, kuja a . Oh. Ya udah, Piya pula g dulua ya? kata Piya . Gak apa-apa e era ? Gak apa-apa, Ya . Makasih, kataku. Piyan pergi, meninggalkan aku dan Rani di kelas. Sekolah sudah mulai jadi sepi, ditinggal oleh siswa yang sudah pada pulang. Rani mengajak aku pulang bareng. Dulua aja, ‘a , kataku. Aku dije put. Belu data g? Aku ila g ya i ta dije put ja e pat. Ja erapa sekara g? ‘a i agai a ya ke diri ya se diri sa il elihat ja ta ga ya. Ja :. Masih la a. Kalau au pula g dulua . Gak apa-apa, kataku. Gak apa-apa se diri? Gak apa-apa. Masih ada guru-guru, kok. Iya. Aku pula g, ya? ~206~ pustaka-indo.blogspot.com
Hati-hati. Ketika Rani pergi, di kelas hanya tinggal aku sendiri, duduk memandang kaca jendela, mendengar suara burung senja. Kurebahkan kepalaku di atas meja dengan tanganku menjadi alasnya. Dila ..., gu a ku. Aku ri du …. 4 Bang Fariz masih juga belum datang. Daripada kesel nunggu, aku memutuskan untuk mampir ke warung Bi Eem, tapi pas sampai di sana, kulihat warungnya tutup, entah mengapa, mungkin karena sekolah sudah mulai akan libur. Tapi, kan, ada Porseni? Hanya Bi Eem yang tahu. Ruangan warung Bi Eem, yang suka dijadikan Dilan tempat berkumpul adalah ruang terbuka tanpa pintu. Aku masuk dan duduk di sana, membaca coretan di atas meja. Itu Dilan yang bikin: Happi ess Happe s Here. Cukup Tuha , Ora gtua, da Kamu (tambah nasi tutug . Dila Lo es Mo keys Ake , A har, Bo o . Do ’t Write O The Ta le. Ei stei Yesterday, Dila Today. I a Good Bad. Aku senyum. Kupejamkan mataku untuk bisa membuat seolaholah Dilan sedang bersamaku. Angin Desember berembus ~207~ pustaka-indo.blogspot.com
menerpa rambutku. Sepi sekali rasanya dan kemudian hanya itu. Aku harap, kamu mengerti dengan semua yang aku rasakan. 5 Dari warung Bi Eem, aku kembali ke sekolah, tapi Bang Fariz nampaknya belum datang. Kutanya Mang Uung, penjaga sekolahku. Ma g, ada ya g yari Lia gak? kuta ya. Lagi u ggu dije put. Dila ? Ma g Uu g alik a ya. “eje ak, aku kaget, kenapa Mang Uung bisa mengira bahwa yang akan menjemputku adalah Dilan? Buka , kataku terse yu . Dila ke a a? ta ya Ma g Uu g. “aya Dila , kujawab sambil senyum dan menepuk dadaku. Mang Uung senyum. ~208~ pustaka-indo.blogspot.com
Kalau ada ya g je put, ila g Lia tu ggu di depa , ya, kataku. Maksud ya, kutu ggu di pertigaa te pat biasa siswa turun dari angkot. Iya, Ne g. Makasih, Ma g Uu g. Aku jalan menyusuri jalan Milea. Jalan yang penuh kenangan bersama Dilan. Bumi rasanya sunyi, tetapi menekanku! Aku menyerah pada perasaanku untuk itu. 6 Di pertigaan jalan itu, dulu, ada satu toko kecil. Kalau gak salah namanya toko TOHJAYA. Aku duduk di bangku panjang yang ada di halaman toko itu, untuk menunggu Bang Fariz lewat. Tak lama kemudian, Bang Fariz lewat pake motor dan berhenti ketika aku panggil. Aku pulang dengan Bang Fariz, menyusuri Jalan Buah Batu, bersama bunyi sunyi di kepalaku. --ooo- ~209~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Cahaya pagi masuk melalui tirai kamarku. Aku menggeliat dan kemudian terduduk di kasur. Dipikir-pikir, bener juga apa yang pernah dikatakan oleh Piyan. Mungkin, semuanya adalah hal buruk, tetapi kita masih bisa bersyukur bahwa Dilan masih ada, walau sekarang di penjara, tetapi kita masih bisa bertemu ~210~ pustaka-indo.blogspot.com
dengannya. Itu lebih baik daripada Dilan masuk rumah sakit dan tidak tertolong. otor. Iya, sih, kataku. Ya, syukurlah. Lia gak suka Dila ikut-ikuta ge g Piyan diam. Lia suka erdoa iar Dila gak ikuta ge g otor lagi. Gi a a doa ya? ta ya Piya . Doa ya? Iya. Apa, ya? kataku ikir, Ya Allah, jauhka lah Dila dari ge g otor. Hahaha. Hahaha. Tapi, Dila era te uka kare a ge g otor, kata Piyan kemudian. Ka , dia era te sa a A har karena si Anhar berani a par ka u. Iya, sih. Dila ales de da , ka , kare a kakak ya A har ya g dulua geroyok dia. Ka , gak harus era te . Harus ya gi a a? Lapor polisi. Piyan ketawa, enggak tahu kenapa. Co a ila g ke Dila , kata Piya . Bila g apa? Bila g ke Dilan kalau ada yang mukul, jangan bales, tapi lapor polisi, ja a Piya de ga sedikit ada suara ketawa. ~211~ pustaka-indo.blogspot.com
2 Setelah selesai sarapan, aku segera masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Tiba-tiba, Ibu masuk, dia membawa beberapa roti yang sudah diracik dengan cokelat dan dimasukkan ke dalam Tupperware. Itu adalah roti yang sengaja Ibu siapkan untuk Dilan karena hari itu, sepulang dari sekolah, aku akan ke kantor polisi untuk membesuk Dilan. Masuki ke tas, kata I u. Dila suka isi okelat, ja a ku. Iya. I i isi okelat, ja a I u. Mi u ya? kuta ya I u. Ka u eli aja ya. Iya. “ala uat Dila , kata I u ya g sudah duduk di kursi belajarku, sambil memperhatikan aku memasukkan roti untuk Dilan ke dalam tasku. Makasih, I u, kataku, ha pir-hampir seperti mau a gis. I u aik ke Dila . Bila g ke Dila , ya g sa ar. Iya, kataku. Ya, udah. Hati-hati, kata I u sa il erdiri. Aku juga ikut berdiri. Lalu, kupeluk Ibu dan kemudian ada sedikit air mata yang meleleh di pipiku. Dila pu ya pa ar ya g kere ! kata I u terse yu memandangku sambil memegang kedua bahuku. Aku senyum. Ja ga pake air ata, kata I u e atapku. Iya, I u, ja a ku e u duk. Kuseka sedikit air di mataku. ~212~ pustaka-indo.blogspot.com
Lia au telepo Bu da dulu, kataku sa il berkemas. il ke udia erlalu Ya, udah, sa a, ja a I u sa dari ka arku. “ala uat Bu da. Iya. 3 Kutelepon Bunda. esuk Bu da, Lia au esuk Dila . esuk Kapa ? ta ya Bu da. “epula g sekolah, Bu da. Jadi gerepoti . E ggak, Bu da! kataku. Kapa Bu da au lagi? kuta ya. Pake kata lagi kare a kata ya Bu da sudah pada hari Rabu kemarin. ya de ga Kalau di esuk, a ti a ja dia. Aku a a roti uat Dila , kataku. Buat yuap, yaaa? Iya! Nyuapi Dila . Ya ya ya ya, kata Bu da. Ia e gataka sedikit bernada. lagi, ya. “ala dari I u. “i Ca tik? Oh, sala Iya, Bu da. 4 Sepulang dari sekolah, setelah menyelesaikan urusan Porseni, kira-kira pukul dua siang, aku langsung pergi ke kantor polisi untuk segera besuk Dilan. Aku pergi ~213~ pustaka-indo.blogspot.com
sendiri, tidak minta diantar Piyan atau Wati karena aku betulbetul hanya ingin ngobrol berdua dengan Dilan. Di kantor polisi, aku bertemu dengan Pak Mujadi yang baru selesai makan siang setelah bubaran shalat Jumat. Kepadanya, aku bilang mau besuk Dilan. Oh, a ak Let a I al? Iya, Pak. Pa ar ya, ya? ta ya Pak Mujadi terse yu . Iya, Pak, kuja a , juga sa il se yu . Dia ditaha kare a disuruh apak ya, kata ya berbisik. Hehehe, iya. Tadi, dia, ju ata . “udah aka dia, Pak? kuta ya. Kura g tau, tuh. Kayak ya sudah. Aku gak tahu apa yang menyebabkan Pak Mujadi bersikap baik kepadaku. Apakah pada dasarnya dia memang baik atau karena dia tahu bahwa Dilan adalah anaknya Letnan Ical? Entahlah. Ya, udah, tu ggu, ya, kata Pak Mujadi sa il erdiri untuk memanggil Dilan. Makasih, Pak. Tak lama kemudian, Pak Mujadi datang bersama Dilan. Aku berdiri menyambutnya. Hey, kata ya, e yapaku. Hey. Di luar, yuk? Dila gajak. Bisa? kuta ya. Ka , ada pi tu ya, ja a Dila sa il erjala . Maksudku, oleh? kataku erjalan di sampingnya. ~214~ pustaka-indo.blogspot.com
Boleh, asal aku e i tai u. Hehehe. Aku duduk berdua dengan Dilan di halaman kantor polisi, dekat patung Macan Kumbang, maskot kepolisian. Aku a a roti, kataku, sa il e ga il ya dari dalam tasku. Berapaa ? Gratis, hehehe. Aku au ka u. Iya, oleh. Buat Dila se ua ya, kataku se yu . Apa ya g uat aku se ua ya? Aku. “a a aju- aju ya? Ja ga . Hahaha. Dila keta a. Aku membuka Tupperware isi roti. I i I u ya g iki , kataku sa il e yodorka roti yang kemudian Dilan ambil. Di a tu ayah u? kata Dila sa il e a da gku, setelah ia suapkan rotinya. “e diri. Ka u juga iki a I u, tapi di a tu Ayah. Hahaha. Gak isa se diri, ya, kalau iki ka u, kata Dila . Hahaha. Habis itu kami ngobrol hal lain. Tiba-tiba Dilan ngomong: Aku pa ar ya g uruk, de ga suara re dah da nada yang serak. Aku diam. Cuma bisa memandangnya. Mudah uat ka u yari pa ar ya g aik, kata Dila lagi. Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. ~215~ pustaka-indo.blogspot.com
Aku gak suka ka u go o g gitu, kataku memandangnya. Ke apa ka u gak arah? ta ya Dila . Ka , aku gak urut o o ga u? Maksud ya? Ka , ka u udah gelara g aku alas de da , tapi gak urut? kata Dila . Aku diam. Aku bingung harus ngomong apa. Kita putus gak? ta ya Dila . Ka , katamu kalau aku alas de da , kita putus? Ka u e a g e era i gi putus? kuta ya. E ggak, kata ya. Dia ta pak e e a gka diri ya. Terus, ke apa a ya- a ya gitu? kuta ya lagi dengan nada kesal. Ka u e ggak epati ja ji, kata Dila . Ja ji apa? Ka , kata u kalau aku alas de da , kita putus? Ka u au? E ggak. Kok, ka u go o g gitu? kataku. Aku gak suka ka u go o g gitu. Iya, a yak ya g e ggak kau suka dariku. Buka gitu aksudku! kataku. Ke apa ka u jadi gi i? Gi i gi a a? Ka u uka Dila ya g kuke al! kataku. Aku gak per aya ka u go o g gitu. “ok ere dah. Dilan diam. Ka u se gaja alas de da , iar putus? kuta ya dengan nada sedikit kesal. ~216~ pustaka-indo.blogspot.com
E ggak. Ke apa ka u go o g gitu! kataku de ga suara ya g diteka . Aku ke si i u a au kete u ka u! Dilan diam. Aku ke si i uka au ge ahas soal itu. Dilan diam. Aku ri du! kataku. Aku juga kata Dila se yu . 7 Habis itu, akhirnya aku mulai membahas Yugo. Walaupun malas, tapi harus aku sampaikan ke Dilan. Agar Dilan tahu siapa dia dan tidak cemburu. Tapi, aku tidak membahas kejadian aku dengan Yugo di gedung bioskop karena aku khawatir, kalau Dilan tahu, dia akan marah dan melakukan tindakan yang tidak aku inginkan. Ha is ya, aku i gu g. Pas tau ka u au alas de - dam, aku harus buru-buru nyegah kamu. Tapi, bingung pake apa ke Trina-nya. Kebetulan ada si Yugo, jadi aku i ta dia ga ter, kataku. Dia saudaraku. Kirai Ji Pe da pi g. Aku gak ada hu u ga apa-apa sa a dia, kataku. Ka hu u ga saudara. Iya. Setelah pulang dari Trina itu, aku langsung takut ka u e uru. Aku gak pa dai e uru. Aku takut ka u e uru. Aku takut ka u arah. Pe akut. Be era ka u gak e uru? ~217~ pustaka-indo.blogspot.com
Aku gak pa dai e uru. Aku diam. Malaha , kalau ka u i ggali aku, aku gak bisa apa-apa, kata Dila . Aku diam. Bisaku u a e i tai u, kata ya terse yu . Aku senyum. Dilan nanya apakah aku marah karena dia tidak nurut omonganku? Ketika dia mencoba berbicara soal itu, aku bilang kali itu aku masih bisa memaafkannya. Tapi, aku minta dia janji untuk tidak akan ngulang lagi. Aku minta dia janji untuk tidak akan melakukan hal yang akan merugikan dirinya sendiri lagi. Aku e era aka pergi dari ka u kalau ka u gula g lagi, kataku. Tentu saja kamu tahu, sebetulnya aku tidak pernah ingin ninggalin Dilan. Tapi, hal itu merasa perlu kukatakan agar Dilan tidak lagi melakukan apa yang akan berisiko buruk kepadanya. Iya, kata ya. --ooo- ~218~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Hari Sabtu, tanggal 29 Desember 1990 adalah acara penutupan Porseni. Suasana di sekolah hari itu cukup ramai. Para siswa senang dengan diri mereka sendiri dan bersama yang lainnya, aku juga, tapi tentu saja tetap akan merasa kurang afdal kalau tidak ada Dilan bersamaku. Malahan, aku sedih karena Dilan tidak bisa ikut merasakan kemeriahan di hari itu. Sebagian cabang perlombaan memasuki babak final, termasuk pembacaan puisi. Sedangkan, untuk perlombaan melukis, tidak ada acara babak finalnya karena dari semua karya yang mereka ajukan hanya tinggal menunggu keputusan dari juri untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya. Aku cukup sibuk hari itu karena harus menyiapkan banyak hal agar acara final lomba baca puisi berjalan dengan lancar, termasuk harus ngurus para juri yang ~219~ pustaka-indo.blogspot.com
perlu diberi penjelasan tentang tata cara penilaian dan juga konsumsinya. Salah satu jurinya adalah Bapak Dedi, dia juga salah satu juri acara lomba melukis. Aku baru kenal Pak Dedi hari itu. Katanya, dia adalah calon guru magang di sekolahku, yang akan menggantikan posisi Pak Haris untuk mengajar Bahasa Indonesia. Na a u siapa? ta ya Pak Dedi, e a da gku. Milea, Pak. “iapa? Milea. Na ti go rol sa a Bapak ya? “oal apa, Pak? “oal se i, iar a asa u soal se i jadi luas. Ka u seksi a ara lo a se i, ka ? Iya, Pak. Ya, a ti go rol sa a Bapak. Baik, Pak, kataku. “aya au ke sa a dulu, Pak. Udah, ka u di si i. “aya harus gurus ya g lai , Pak, kataku. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari Pak Dedi menyebalkan. Ya, udah. Kalau udah eres ke si i. Baik, Pak. Aduh, aku gak ngerti apa maunya Pak Dedi itu. Tibatiba saja, aku langsung merasa gak nyaman di depannya, terutama oleh ajakannya untuk ngobrol denganku dan oleh cara dia di saat memandangku. Jadi, kalau tadi aku permisi pergi lebih karena aku ingin menghindar darinya. ~220~ pustaka-indo.blogspot.com
2 Acara final lomba pembacaan puisi dimulai. Aku duduk dengan Endah dan Wati yang mau kuajak untuk ikut menyaksikan acara itu. Kami duduk di sebelah kiri panggung. Sedangkan, para juri duduk di kursi yang ada di sebelah kanan panggung. Jumlah penonton saat itu tidak terlalu banyak, kira-kira cuma 30 orang. Itu ora g ya? ta ya Wati er isik. Orang yang Wati maksud adalah Pak Dedi. Aku memang cerita ke Wati soal Pak Dedi sebelum acara dimulai. Pak Dedi duduk di kursi juri bersama juri yang lainnya, yaitu Pak Haris dan Bu Yani. Iya, ja a ku pela . Dia elihat ke ka u terus, isik Wati. Wati benar karena aku juga tahu dan oleh karena itu, rasanya ingin segera pergi saja. 3 Ketika acara final lomba baca puisi selesai, orang-orang meninggalkan ruangan, kecuali aku dan Endah yang harus membereskan ruangan, dibantu oleh Wati. Satu orang lagi yang masih di ruangan adalah Pak Dedi. Dia masih duduk di kursi juri dan memanggilku. I i hasil ya, ya, kata Pak Dedi e a da gku sa il menyerahkan kertas berisi hasil keputusan juri. Iya, Pak. Makasih, kataku. Saat itu, aku yakin diam-diam Wati sedang memperhatikanku. Kapa go rol? ta ya Pak Dedi. ~221~ pustaka-indo.blogspot.com
Kalau ada aktu, Pak. Harus ada aktu, do g. Ka , uat a asa ka u. Diusahaka , Pak, kataku, asih sa il erdiri da ingin lekas pergi dari hadapannya. Na ti ala ikut a ara pe utupa gak? Belu tau, Pak. Bapak au ta pil solo, kata ya. Nya yi sa il ai gitar. Oh, iya, Pak? kataku, pura-pura senang mendengarnya. il erharap Pak Dedi Lagu kara ga se diri. Kere , Pak. No to , ya. Kalau isa, Pak, kataku sa lekas pergi. Ya, udah, kata Pak Dedi sa il erdiri dari duduknya. Lalu, dia pergi. Ketika Pak Dedi sudah meninggalkan ruangan, Wati ketawa. Endah juga! Belu tau Dila dia, kata Wati. Hehehe. Aku cuma bisa ketawa. Udaaah, ai i dulu! kata Wati. “a pai dia tau siapa Dila . Iya ya? kataku e giyaka ide ya. Eh. E ggak, ah. 4 Pemenang lomba melukis sudah ditentukan, acara final lomba baca puisi juga sudah selesai. Hadiah dan ~222~ pustaka-indo.blogspot.com
penghargaan akan diberikan pada acara penutupan Porseni yang akan dimeriahkan oleh aneka hiburan dan pertunjukan musik persembahan dari siswa dan guru, termasuk Pak Dedi. Pukul setengah empat, aku pulang. Maksudku, aku tidak akan ikut hadir pada acara penutupan Porseni, karena tugasku sudah selesai dan untuk hal lainnya yang tinggal membacakan pengumuman pemenang bisa diurus oleh Endah. Itu artinya, aku juga tidak akan nonton Pak Dedi. Pak Dedi boleh menyiapkan dirinya untuk tampil menawan, tapi aku lebih memilih untuk diam di rumah, membiarkan pikiranku dipenuhi oleh Dilan sambil mendengar lagu-lagu di radio. Betapa pun hal itu akan membuat aku merasa sunyi dan hanyut oleh rindu ke Dilan, tetapi itu lebih menyenangkan bagiku! --ooo- ~223~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Malam Minggu, sekitar bada Isya, Tante Anis dan Yugo datang ke rumah, menemui Ayah dan Ibu. Aku juga ikut bergabung dengan mereka. Asalnya, aku males ketemu. Hanya diam di kamar, tapi Ayah manggil. Tante Anis meminta maaf atas kekhilafan Yugo. Tante Anis bilang bahwa Yugo dididik di Belgia, di mana ~224~ pustaka-indo.blogspot.com
kebebasan adalah hal lumrah. Aku tidak percaya apa yang dikatakannya. Kupikir itu pasti cuma alasan saja, supaya aku bisa memaklumi perbuatan Yugo. Kukira, di Belgia pun, hal yang Yugo lakukan kepadaku, pasti akan dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum. Budaya Barat telah menawarkan konsep kebebasan, tetapi Yugo menggunakannya dengan tanpa kecerdasan. Tante Anis juga bilang, katanya apa yang dilakukan oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa Lia sudah menjadi pacarnya. Katanya, hal itu dimulai sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan Yugo dengan Lia di rumahnya. Katanya, Yugo memiliki prinsip bahwa dimulainya berpacaran tidak harus diungkapkan dengan pernyataan. Nyatain cinta gak penting, yang penting itu tindakan. Katanya, gak perlu meyakinkan orang dengan kata-kata, dengan tindakan juga bisa. Tadinya, mau aku bantah Tante Anis, dengan bilang: Apakah yang dimaksud dengan tindakan itu adalah seperti yang Yugo lakukan ketika ia mencoba untuk menciumku? Tapi gak jadi. Jika Tante Anis menganggap itu sebagai tindakan kasih sayang, aku mau langsung bilang bahwa bagiku hal itu adalah merupakan tindakan pelecehan yang paling buruk. Aku berharap bisa berdiri menentangnya, tapi masalahnya adalah aku merasa gak enak ke Ayah. Dan, aku merasa kalau aku tidak bisa menyingkirkan ~225~ pustaka-indo.blogspot.com
kemarahanku dan tidak bisa memaafkan Yugo, itu akan membuat Ayah kecewa. Dengan terpaksa, aku menerima permintaan maaf Yugo. Tapi, kau harus tahu sebetulnya itu hanya ucapan di mulut saja karena jauh di dalam diriku, aku tidak bisa memaafkan dan itu adalah pendirianku bahwa aku menolak berdamai dengannya. Tante Anis berterima kasih dan menganjurkan untuk menerima lagi Yugo sebagaimana biasanya. Habis itu, Tante Anis mengajak aku, Ayah, Ibu, dan Airin untuk ikut ke Ciwidey. Katanya, mereka akan menyewa villa untuk menyambut acara tahun baruan di sana. Aku minta maaf ke Tante Anis karena aku tidak bisa menerima tawarannya itu. Meskipun, Ayah, Ibu, dan Airin pergi, aku akan memilih untuk tetap tidak ikut. Tidak lama dari itu, aku mendengar pintu rumahku ada yang ngetuk. Aku berdiri untuk membukanya dan terkejut karena yang datang adalah Dilan! Dilaaaaaa !!! aku teriak agai tak isa mengendalikan diriku. Andaikan saja aku tidak menyadari bahwa saat itu ada Ayah dan Ibu, pasti sudah akan kupeluk Dilan. “ela at ala , kata Dila e yapa ora g-orang yang ada di ruang tamu. Mala , kata Ayah da I u ersa aa . Kuraih tangan Dilan dan mengajaknya untuk masuk. Ta te, ke ali , kataku, erdiri di sa pi g Dila . I i Dila . Pa ar Lia! Aku tidak menyebut nama Yugo ~226~ pustaka-indo.blogspot.com
Kulihat Ibu tersenyum sambil menggenggam kedua tangannya untuk menopang dagunya seolah-olah dia kagum kepadaku. Ayah bersikap bagai tak pernah membayangkan bahwa aku akan melakukan hal itu. Tapi, apa pun sikap Ayah, malam itu, demi Tuhan aku benar-benar gak peduli. Tante Anis hanya memandangku seolah-olah tak percaya dengan apa yang kulakukan karena aku juga heran mengapa aku bisa. Aku merasa sepertinya semua orang berpikir bahwa aku kesurupan. Aku begitu emosi! Itu tak mudah, tapi aku tahu aku sedang melakukannya! Aku tahu itu benar-benar gila, tapi aku harus melampiaskan emosiku! Sudah saatnya bagiku untuk mengakui hal-hal besar dalam hidupku. Aku menduga bahwa rasa kesalku ke Yugo dan dengan apa yang tante Anis katakan membuat aku merasa seperti mendapatkan kekuatan untuk menentang! Jadi kalau kamu berpikir bahwa yang aku lakukan terlalu emosional, kamu berarti benar-benar tidak berpikir sama seperti aku, bagiku saat itu mereka dan semua yang dikatakannya itu adalah: Sialan! Yugo menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan memandangku dengan wajah yang datar. Terserah! Setidaknya, dia tahu bagaimana aku benar-benar merasa sedang memberi tahu dia bahwa aku sudah punya pacar dan kemudian itu saja. Dia peli du gku! kataku sa il e u juk Dila da dengan berusaha menahan untuk jangan menangis. Semua diam. Dilan menunduk. ~227~ pustaka-indo.blogspot.com
Ja ga u duk, Dila ! kataku ke Dila . Itu uka ka u! kataku lagi ke Dila de ga suara yaris seperti menjerit. Dilan mengangkat wajahnya, dia benar-benar di dalam kendaliku. Nampaknya, Dilan sedang berusaha menjadi seorang lelaki yang berusaha memberi kesempatan kepada wanitanya untuk bicara menumpahkan unek- uneknya. Aku gak tahu, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Dia luka ..., aku tidak isa e eruska kata-kata karena begitu emosional. Dengan susah payah, akhirnya kula jutka . Dia luka kare a e ela Lia!!! Ibu beranjak dari duduknya, kemudian berdiri di sampingku dan menarik kepalaku untuk merebah di bahunya. Dalam keadaan macam itu, dalam keadaanku yang menangis, aku masih sempat bicara: Dila dipe at kare a e ela Lia. Habis itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ibu mengelus-elus rambutku. Harus kamu maklumi, saat itu aku memiliki hak istimewa untuk bertindak sebagai seorang remaja. “udah ... sudah, kata i u. Aku harus gi a a? ta ya Dila e tah kepada siapa tapi aku merasa itu ke aku. Bila g! Ka u pa arku! kataku erteriak kepada ya. Bila g ke seluruh du ia! Iya. Aku pa ar Lia, kata Dila ke udia . Kuangkat wajahku dari bahu Ibu. ~228~ pustaka-indo.blogspot.com
Aku au duduk di depa sa a Dila , kataku pada mereka sambil kuraih tangan Dilan dan menariknya keluar. Kuajak Dilan duduk di bangku yang ada di bawah pohon jambu. Aku sandarkan kepalaku di bahunya. Dilan meletakkan tangan kirinya di punggungku dan mengelus rambutku. Sementara itu, tangan kanannya kugenggam. Ka u ke apa? ta ya Dila , e iri gka ajah ya untuk memandangku. Aku e i dia. Dilan diam. Sesaat kemudian dia bilang: Aku au e ghip otis ka u, kata Dila . Aku diam. Dilan mengangkat tangan kanannya di depan wajahku, bagai orang sedang menghipnotis: “e yu ! kata ya. Aku diam. erhasil, erarti aku pa ar ka u, Kalau aku aika lagi ta ga ya: “e yu . kata ya. Dia la Langsung kuangkat kepalaku dari bahunya dan tersenyum kepadanya sambil menyeka air mataku. Dilan tersenyum. Nyo ya Dila , oleh aku i ta i u ? kata Dila kemudian. Aku tersenyum mendengar Dilan menyebutku Nyonya Dilan. Bersamaan dengan itu, Tante Anis dan Yugo keluar dari rumah. Mereka pamit pulang. Dilan berdiri, tapi aku tidak. ~229~ pustaka-indo.blogspot.com
Berdiri, Nyo ya Dila , kata Dila sete gah er isik sambil mengangkat tanganku untuk berdiri. Aku berdiri. Tante Anis pamit dan dengan pelan dia bilang: Maafka Yugo, ya. Kujawab hanya dengan mengangguk. Aku tak mau melihat Yugo. Jadi, aku hanya memandang kosong ke wajah Tante Anis. Ta te pula g, ya, kata ya. Aku jawab dengan mengangguk. Dila , pula g dulu, ya, kata Ta te A is ke Dilan. Iya, Ta te, ja a Dila . Huh! Dilan manggil dia tante juga. 2 Saat Ayah dan Ibu mengantar Tante Anis dan Yugo untuk masuk ke mobilnya, aku duduk lagi di bangku yang ada di bawah pohon jambu. Dilan hanya berdiri dan lalu duduk lagi denganku setelah Tante Anis dan Yugo berlalu pergi. Ayah dan Ibu datang menemui aku dan Dilan. Mau di dala atau di si i? ta ya Ayah. Di si i aja, Ayah, jawabku dengan sedikit agak gak enak hati karena apa yang sudah kulakukan waktu di depan Tante Anis tadi. Kasih air, lah, Dila u, kata Ayah terse yu . Udah a di! ja a Dila . Hahaha. Aku keta a. I u juga. Ayah hanya ketawa sedikit. Tapi, itulah Dilan, rasanya masalah apa pun di dunia tak ada yang akan dia anggap begitu membebani. Air i u , kataku. Ka u a ak Let a I al? ta ya Ayah. ~230~ pustaka-indo.blogspot.com
“iap grak! ja a Dila erdiri da sa il se yu . Ibu senyum. “ala uat ayah u, kata Ayah. Iya, O . Ja ga pa ggil: O ! kataku ke Dila de ga suara parau oleh karena menangis. Iya, Ayah! ja a Dila . Bu da sehat? ta ya I u. Lagi a yak ua g, Bu, ja a Dila . Oya? kata I u terse yu . Bagi, do g. Ya, udah. Ayah asuk dulu, ya, kata Ayah. Iya, Ayah, ja a Dila . Ayah masuk, disusul oleh Ibu yang sebelumnya sempat bilang ke aku: A ak I u ya g kere ! Hehehe. Aku merasa sepertinya ayah dan ibuku mendukung apa yang kulakukan. Dan kemudian, aku merasa baik- baik saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Angin Desember berembus, untuk Jalan Banteng yang sepi. Kapa di e asi ? kuta ya Dila ke udia de ga suara yang masih parau Dila . Harus ya, sih, Tadi. “eha is agri , ja a esok pagi. Ke apa isa? Besok, ka Mi ggu, li ur. Aku senyum. Pasti dia bercanda. Naik apa ke si i? ta yaku kare a tidak elihat motor Dilan. Naik a gkot. ~231~ pustaka-indo.blogspot.com
E ggak ke ru ah dulu? otorku dia teri polisi La gsu g ke si i. Motor u ke a a? Hari perta a aku ditaha , ke ru ah. Polisi ya g aik. 4 Karena malam itu masih pukul delapan, aku izin ke Ibu mau jalan-jalan dulu dengan Dilan. Ja ga pula g ala , kata I u. “iap, Bu, kuja a . Aku jalan dengan Dilan sambil bergandeng tangan, menyusuri trotoar Jalan Banteng, menghirup udara Bandung yang segar. Kami hanya melakukan hal-hal ringan. Senang sekali rasanya. Malam belum begitu sepi, orang-orang masih ada yang melakukan aktivitas. Dilan menawari aku untuk makan bubur di depan Rumah Sakit Muhammadiyah. Aku setuju. Akhirnya, aku dan Dilan makan bubur di sana. Aku mulai bicara ke Dilan membahas tentang apa yang terjadi di gedung bioskop BIP antara aku dengan Yugo. Aku minta Dilan untuk jangan marah ke Yugo karena semuanya sudah kuanggap selesai, sejak apa yang aku lakukan tadi di ruang tamu. Tadi, di depa mereka, aku jadi kayak pahlawan pas ka u ila g e ela ka u, kata Dila . Hahaha. ~232~ pustaka-indo.blogspot.com
Ka u tau gak? Hitler u ul se elu aku lahir. Katanya, dia bunuhin orang-ora g Yahudi, kata Dila sambil mengunyah buburnya. Hitler? Jer a ? kuta ya kare a i gi e astikan Hitler yang dimaksud oleh Dilan. Iya. Adolf Hitler, pe i pi NA)I. Oh. Terus? Nah, pas aku lahir, dia la gsu g gak ada. Kayak ya, takut ke aku, deh. Hahaha, takut disera g. Terus. Aku lahir, di are gi ka u lahir. Kayak sengaja mau bikin aku se e g di Bu i, kata Dila serius, sambil menyuapkan buburnya. Aku senyum memandangnya, tapi sambil makan bubur. Ah, Dilan. Setelah selesai makan bubur, kami pulang untuk kembali ke rumahku, menyusuri trotoar Jalan Banteng itu lagi, dan dicahayai oleh lampu penerang jalan umum. Udara Bandung sangat dingin dan itu adalah di mana angin datang dari barat. Tercium olehku bau daun-daun lembap dari pohon-pohon besar tepi jalan. Malam sudah mulai akan sepi, dari agak jauh terdengar suara mangkuk yang dipukul oleh tukang sekoteng keliling. Saat itu, aku bisa merasakan sensasi yang begitu menyenangkan, jalan berdua dengan Dilan. Tanganku seperti sengaja diciptakan hanya untuk berpegangan dengan Dilan. Aku betul-betul merasa tak perlu lagi berpikir, aku hanya ingin menikmati apa yang aku rasakan. ~233~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Malam tahun baruan dirayakan bersama Dilan di rumahku. Dilan datang bersama lima kawannya. Mereka adalah Piyan dan Wati. Bowo, Atik (pacar Bowo), dan Akew. Dilan, Piyan, Bowo, dan Akew main kartu domino di teras depan rumahku. Tak lama kemudian, Ayah datang dan bergabung dengan mereka. Sedangkan, aku sibuk membakar jagung, sosis, dan sate di halaman depan rumahku, bersama Ibu, Wati, Airin, dan Atik. Kira-kira pukul sepuluh, tetanggaku, Ibu Retno, datang. Katanya mau nitip kunci ke si Bibi. Ibu Retno memang suka nitip kunci rumahnya ke si Bibi setiap dia dan keluarganya pada mau bepergian. Bu ‘et o, kataku ke I u ‘et o, ya g seda g erdiri ersa a I u da si Bi i di teras dekat pi tu ru ah. Itu Dilan, yang ngiri surat ke I u. Aku dan Wati ketawa. Ibu pun demikian karena Ibu juga tahu perihal surat itu. Malahan, justru Ibu, lah, yang kali pertama menerima kabar dari Bu Retno bahwa Dilan ngirim surat kepadanya, kemudian dengan ketawa, Ibu serahkan surat itu ke aku. ~234~ pustaka-indo.blogspot.com
Oh? Ya g a a? ta ya Bu ‘et o. “aya, Bu, Dila ga u g sa il keta a, di uka ya ada corengan bedak putih, sebagai hukuman karena kalah main gaple (domino). “urat apa? ta ya ayahku. Ayah mendapat penjelasan dari Ibu mengenai surat itu, lalu dia ketawa. Semuanya juga ketawa. Iya … I u kaget, surat apa i i? kata Bu ‘et o aha ketawa, menjelaskan saat-saat dia menerima surat itu. Semua ketawa. Waktu eri a surat ya, I u kaget. Itu, lho, I u gak ke al Pe giri ya, sih, la jut Bu ‘et o. Semua ketawa lagi. “ekara g ke al, Bu, kata Dila sa il terus duduk main gaple. Oh, i i, toh, ora g ya? Hahaha, kata Bu ‘et o. Iya, Bu. “ala ke al, kata Dila . Waktu di a a, lho, kok, i i uat Milea? I u i gu g. Apa salah alamat gitu? Tapi, kok, buat Ibu? Hahaha. Tak lama dari itu, Bu Retno pamit pergi. Malam, beberapa menit sebelum tanggal 1 Januari 1991, sate, jagung bakar, dan sosis bakar sudah siap untuk disantap. Kami berkumpul di teras rumah untuk itu. Sayang sekali, ayahku sudah sejam yang lalu pamit tidur, katanya dia ngantuk. Airin dan Ibu juga pamit tidur. ~235~ pustaka-indo.blogspot.com
Selagi menikmati sate, jagung, dan sosis bakar, sambil berkelakar, Dilan membentuk organisasi yang dia namakan Dharma Wanian. Dia sengaja memilih nama itu, katanya biar terdengar seperti Dharma Wanita. Kata Wanian sendiri adalah diambil dari bahasa Sunda yang artinya Sangat Berani. Dharma Wanian, kata Dilan, dibikin untuk menjadi wadah yang beranggotakan pacar-pacar teman Dilan termasuk pacar Dilan sendiri, yaitu aku. Tujuannya untuk nanti bisa bikin stikernya, terus ditempel di motor. Cuma itu. Hahaha. Gak ada kegiata ya? ta ya Atik. Gak usah. Na ti apek. Hahaha. Harus ada ja ji Dhar a Wa ia , kata Dila . Apa isi ya? Apa, ya? Oh, i i: ka i a ggota DHA‘MA WANIAN, berjanji tidak akan berjanji karena takut tidak menepati ja ji. Ih! kataku. Ya g e er! Orang-orang ketawa. Pada saat itu, tiba-tiba datang si Bibi dan berbisik kepadaku, katanya Bunda nelepon. Bu da elepo , kataku ke Dila sa il ergerak untuk masuk nerima telepon dari Bunda. ulai i ara Buatku? ta ya Dila . Buat aku! kataku, lalu aku asuk da dengan Bunda. “ela at Tahu Baru, A akku!!! kata Bunda di telepon. ~236~ pustaka-indo.blogspot.com
Belu , Bu da! kataku. “epuluh e it lagi. Gak apa-apa, laaah. Daripada didului Dila , kata Bunda. Hahaha. Lagi apa dia? tanya Bunda. Maka sosis, aka jagu g, kuja a . “i i, Bu da. Be er? Bu da ke situ, ih. Iya. Iya. Asyiiik. “i i, Bu da. Ya, udah. Tu ggu, ya. Asyiiiik!!! Ajak Disa, Ba g Ba ar juga. “e ua ya. Ba g Ba ar, ya g lainnya, pada kumpul sama te e ya. Bu da diti ggal se diria ! Disa? Disa ada. Ajak Disa. Iya. Na ti ajak Disa ya? Iya. Ayah juga, kataku. Maksudku ajak juga ayah ya Dilan. Dia lagi ke Kara a g. Biasa, laaah, prajurit ya g si uk. Hehehe. “elain rindu sama kamu, Bunda nelepon karena mau astii Dila ada di situ. Bu da kha atir Dila ko oi, kata Bunda. “yukurlah kalau ada di situ. Ada ya g aka arahi . Hahaha, siap Lia arahi , Bu da. Ke apa o a Bu da au ke situ? Ke apa, Bu da? Ja ga ila g ke Dila . Bu da au yiu ka u. Hehehe. ~237~ pustaka-indo.blogspot.com
Lia auuuuuu, si i Bu da!!! Oke. Bu da ke situ, ya. Asyiiiikk! I u u ada? Udah tidur. Tapi, isa di a gu i . Ja ga . Gak usah. Ya, udah. Cepet, Bu da. Oke. Bunda akhirnya memang datang menggunakan mobil Nissan Patrolnya. Dia datang sendiri karena katanya Disa sudah tidur. Kami menyambut Bunda. Kupeluk Bunda. Bunda menciumku. Bu da telat, ya? ta ya Bu da ke udia . Maksudnya telat ngerayain tahun baruan karena sudah pukul 12 malam lebih. Iya, Bu da, kuja a sa il se yu . Tapi, ka , Bu da udah gu api dulua di telepo . Oh, iya. Ba gu i I u, ya? kataku ke Bu da. Ja ga . Ja ga . Malam itu, Bunda bergabung untuk melewati malam tahun baru bersama kami, untuk menikmati sate, sosis, dan jagung bakar sampai pukul setengah dua. --ooo- ~238~ pustaka-indo.blogspot.com
1 Kamis, tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulai masuk lagi, tapi belum ada kegiatan belajar. Saat itu, aku sedang ngobrol dengan Nandan, Tatang, dan Rani. Tiba-tiba, Wati masuk dan bilang bahwa ada Dilan ke sekolah. Oh? kataku kaget. Aku berdiri. kata Wati. Ngapai ? kuta ya Wati. Gak tau. Di a a sekara g? Tadi, sih, asuk ke rua g guru, Maksudnya, dia melihat Dilan saat Dilan masuk ke ruang guru. Segera, aku pergi untuk mencari Dilan. Aku masuk ke ruang guru dan kudapati Dilan sudah sedang ngobrol dengan Bu Rini, Pak Suripto, Pak Aslan, dan Ibu Sri. Tuh, Dila , kata Pak )ulkifli sa il se yu , ketika berpapasan denganku. Aku senyum. Hey, kata Dila ketika elihat aku data g. Ada apa? tanyaku berbisik, berdiri di sampingnya karena ingin tahu apa tujuan Dilan datang ke sekolah. ~239~ pustaka-indo.blogspot.com
Pa it. Ka , pi dah sekolah, ja a Dila se yu . Kemudian, Dilan ngobrol lagi dengan mereka. Dilan minta maaf untuk semua hal yang membuat sekolah jadi merasa repot oleh dirinya. au Kalau oleh ke ali lagi ke asa lalu, aku au elakuka hal ya g sa a, kata Dila terse yu . Heh? Ke apa? ta ya Bu ‘i i seperti yaris ketawa. Biar sa a, Bu. Ja ga sa a, do g, harus diper aiki. Na ti, deh, au ke e gkel, jawab Dilan ketawa. Bu Rini ketawa. Na ti, rua g BP pasti a ya, a a Dila , kata Pak Suripto. Semua ketawa. Bapak juga pasti ri du, kata Pak “uripto lagi. ‘i du a ggil. Hahaha, ja a Dila . Hahaha. Tak lama dari itu, Dilan pamit untuk pergi. Semuanya berdiri. Dilan mendekati Pak Suripto dan mencium tangannya, kemudian saling berpelukan. Aku tersenyum dengan sedikit merasa haru. Dilan juga bersalaman dengan guru-guru lainnya yang ada di situ. “i Pi ter! kata Bu ‘i i setelah se elu ya e eluk Dila . Na ti, I u ai , ah, ke sekolah u. Dari suaranya, aku menebak Bu Rini sedang merasa agak sedih. “iap, Bu, ja a Dila . Nitip Lia. Oh, iya, do g, ja a Bu ‘i i. Biar sa a I u. ~240~ pustaka-indo.blogspot.com
Kasih P‘ ya g a yak aja. Mau? kata Bu ‘i i e a da gku. Hehehe, e ggak, kuja a . Lepas itu, aku dan Dilan berjalan keluar meninggalkan ruang guru. Bu Rini jalan sejajar dengan Dilan. Aku di belakang Dilan. Kalau kepala sekolah a par Lia, asih au akar sekolah i i gak? ta ya Bu ‘i i, seperti ya dia se yu . Suaranya berbisik, setelah sebelumnya menengok kanan kiri dulu. Masih, ja a Dila keta a. Aku dan Bu Rini juga ketawa. Bu, pa it, ya, kata Dila ke I u ‘i i. Iya, kata Bu ‘i i ya g erdiri di pi tu rua g guru. Assala u alaiku . Alaiku sala , ja a Bu Rini. Pada saat kami sudah berjalan di lorong kelas, dari jauh aku melihat Susi bersama kawan-kawannya sedang berjalan entah mau ke mana. Dilan menolah ke arahku. Boleh aku pa it ke “usi? ta ya Dila . Ka , ka u asih ke si i je put aku. Dilan senyum. Berarti gak usah, kata ya. Terserah. Gak usah aja, ja a Dila . Kami berjalan pergi. Wati datang berlari, bergabung dengan kami. Dilan mengajak untuk pergi ke warung Bi Eem. Aku mau. La gsu g pula g aja gitu? kata aku ke Wati. Gak elajar, ka ? ~241~ pustaka-indo.blogspot.com
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327