Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Dilan 1991

Dilan 1991

Published by perpus neswa, 2023-02-23 07:10:31

Description: Dilan 1991

Search

Read the Text Version

ada maksud mau menghebat-hebatkan diriku. Ini adalah cara yang memalukan ketika orang memuji dirinya sendiri. Aku tahu itu. Tapi, mudah-mudahan kamu mengerti dan menganggap apa yang kukatakan ini cukup penting untuk hanya sekadar info. Kemudian, Piyan bicara: Kata Dila , dia suka e ek kayak Lia, Ya, iya, lah! Ca tik, kata Wati. Kayak Lia, aksud ya gi a a? kuta ya. Lalu, Piyan cerita, intinya bahwa: Kata Dilan, Lia itu orangnya tidak kuno. Orangnya asyik. Gaul. Santai. Seru. Modern. Bisa nerima ide liar. Kalau tidak, Lia mungkin akan menolak hadiah TTS yang sudah Dilan isi. Kalau tidak, Lia mungkin akan menganggap remeh cokelat yang Dilan sampaikan melalui orang-orang yang Dilan suruh untuk itu. Hahaha. Itu hadiah ya g ter aik ya g Lia dapatka , kataku. Ke aya g, ka , gi a a Dila harus gisi TT“ itu de i Lia? Pe gor a a ! Hahaha. Hahaha. Ke aya g, ka , gi a a ara ya Dila yuruh petugas PLN, gimana caranya nyuruh tukang koran, ga teri okelat uat Lia? kataku. Ke aya g gi a a cara ngomongnya sampai orang itu mau nganterin. Hahaha. Da , au. Hahaha, kata Piya . Iyaaaaaa!! Itu ya g Lia suka dari Dila . Hahaha! Piyan juga cerita, intinya bahwa: Kata Dilan, Dilan suka cewek cantik. Semua orang pasti suka cewek cantik, tapi katanya gak cuma itu. Kalau Lia belagu, ~42~ pustaka-indo.blogspot.com

kalau Lia merasa paling cantik, sok suci, sok iye, Dilan gak akan tertarik ke Lia. gera al Dila juga asyik, kataku. Berarti, jodoh, kata Wati keta a. Aa iii . Tau gak, a al ke ala ya dia pake sok gitu, kataku terse yu . Hahaha! Iya. Piya tau. Ka , pas istirahat, ka i ke ka ti , tapi ka u ya gak ada, kata Piya . Hahaha. Kasiha . Apa kata Dila pas aku gak ada di ka ti ? kuta ya. Apa, ya? Kata ya, Lia susah dira al. Hahaha. Lia mah gak bisa diramal katanya. Harus dila ar. Hahaha. Aku dan Wati ketawa. Dia tau a aku dari siapa? kuta ya Piya . ~43~ pustaka-indo.blogspot.com

Ah, se-sekolah udah pada tau a a ka u, laaah, kata Wati. Co ok-cowok pada ngomongin kamu tau gak? Aku ketawa. Iya. Gak tau, tuh, Dila tau a a ka u dari siapa, kata Piyan. Terus, aku cerita tentang Dilan yang datang malam hari ke rumahku dan mengaku sebagai Utusan Kantin Sekolah. Wati ketawa. Piyan senyum. Dia per ah data g ke ru ahku, kata Piya . Masuk ke rua g ta u sa a otor ya! Hah? Terus, pas udah duduk, dia bilang: Yan, kayaknya otorku e di ga disi pe di luar aja, ya? Hahaha. Ya, iya, atuuuh! kata Wati erseru. Aku ketawa, Piyan juga. Piyan menceritakannya dengan penuh semangat. Entah gimana, senang rasanya kalau udah cerita tentang Dilan. Mungkin, kamu tidak, tapi aku suka. dipe at, Maka ya, aku pasti sedih kalau Dila kataku. Na ti, di sekolah gak aka ra e. Iya, sih. 3 Malamnya, Aku merasa risau lagi. Aku takut Dilan dipecat. Perasaanku diliputi oleh rasa putus asa. Tidak tahu apa yang harus kulakukan dan merasa kewalahan oleh ketidakberdayaanku sendiri. ~44~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku tidak bisa berbuat banyak. Aku betul-betul merasa belum siap kalau seandainya Dilan dipecat! Dan, kucoba juga melihat jauh ke dalam diriku, untuk bertanya siapa aku, dan apa yang aku inginkan. Ya, aku adalah Milea, Milea Adnan Hussain, yang sudah resmi menjadi pacar Dilan, dinyatakan secara lisan dan ditulis di atas selembar kertas yang dibubuhi oleh meterai, sebagai alat bukti tentang adanya perbuatan dan kenyataan. Ya, aku adalah Milea, Milea Adnan Hussain, pacar Dilan, dan menginginkan yang terbaik buat Dilan, untuk kehidupan dan masa depannya! Sehingga, keputusan sekolah yang akan memecat Dilan, pasti akan langsung memberi efek mendalam dan begitu sangat kupikirkan! Ya, aku adalah Milea, Milea Adnan Hussain, pacar Dilan, dan berhak melarang Dilan melakukan hal-hal yang akan berisiko buruk pada dirinya! Berhak melarang apa-apa yang Dilan lakukan yang akan menghancurkan masa depannya!!! 4 Kemudian, ada Kang Adi nelepon, katanya pengen curhat. Ada dua e ek di ka pus, ya g pe ge ke Ka g Adi euy. Ti ggal pilih satu, ka ? kuja a datar. Iya, kalau Ka g Adi ya au. Ka g Adi gak suka! Oh. Kalau Ka g Adi gak ke ka pus, pasti aja elepo ke rumah. Pake ngerayu-rayu gitu. Katanya, Kang Adi ~45~ pustaka-indo.blogspot.com

orangnya ngayomi. Hahaha. Ah gak tau, deh. Gombal, lah. Pokoknya, ngejar- gejar terus gitu. Kalau aku boleh shuudzon, aku langsung bisa nebak, dengan Kang Adi ngomong gitu sebenarnya dia sedang mempromosikan dirinya bahwa dia itu banyak yang mau. Dia itu laku. Digemari banyak wanita, yang tidak boleh disia-siakan. Halo? Iya, kuja a . Ya, gitu, Ka g Adi jadi pusi g. Sama, Kang, aku juga pusing ngadepin Kang Adi yang ngejar-ngejar aku! Kataku dalam hati. Perasaan, Kang Adi juga gitu, deh, ke aku. Ngerepotin. Enggak nyadar apa? Aku diem karena gak tahu harus ngomong apa. Ka g Adi juga hera . Kok, au sa a Ka g Adi. Iya, sih, Kang Adi IP-nya tinggi, tapi masa, sih, karena itu. Sama Kang Adi pernah, sih, ditanya kenapa mau sama Kang Adi. Katanya karismatik. Hahaha. Ngarang, deh, kayak ya, kata Kang Adi. Kata ya, tadi kare a gayo i? kuta ya. Ooooh!! Ce ek ya g ila g kharis atik itu, e ek ya g satu ya lagi. Oh. Ka g Adi gak gerti pere pua hehehe, kata Kang Adi. Aku diam. Kalau Lia suka o ok ya g gi a a, sih? tanya Kang Adi. Aku? ~46~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya. Aku …, kataku datar de ga ada seperti ora g seda g ikir. Aku suka o ok ya g tidak gayo i. “uka o ok ya g tidak karis atik. Hehehe. Aku diam. Sunyi sejenak. Ka g Adi juga ikir, kok, Ka g Adi dibilang ngayomi, ya? Kayaknya enggak, deh. Karismatik dari mananya coba? Biasa aja padahal. Masa, Kang Adi karismatik? E ggak, lah! kata Kang Adi. Oh, tadi, tuh, Ka g Adi a ya Lia suka o ok ya g gi a a? ta yaku. Iya, jawab Kang Adi. Oh. Kirai ! Lia, sih, suka cowok yang ngayomi, lah, yang bisa ngelindungi. Lia juga suka cowok yang karis atik. Biki a gga. Kata ya tadi e ggak? E ggak apa? kuta ya alik. Kata ya tadi gak suka o ok gayo i. Gak suka o ok karis atik. Gi a a, ah? Hehehe. Lupa. “alah go o g, kataku. Oh. Aku diem. Dan saat itu ingin rasanya aku ngomong ke Ka g Adi ah a: Aku gak peduli erapa a yak perempuan yang suka ke Kang Adi. Betul-betul gak peduli, Kang, bahkan jika semua wanita di Bumi, dan di planet yang lain pada a tre i gi Ka g Adi. I gi rasa ya aku go o g ke Ka g Adi ah a: Aku hanya ingin Dilan, meskipun semua orang akan bilang aku bodoh karena memilihnya, tapi aku ingin bersama ~47~ pustaka-indo.blogspot.com

orang yang selalu bisa membuat aku merasa senang dengan apa yang dia katakan. Aku ingin bersama orang yang bisa membuat aku suka dengan apa yang dia ucapkan! Aku ingin bersama orang yang bisa membawa hal baru, yang lain dari umum dan menyenangkan, sehingga rasanya semakin lama duduk dengannya malah semakin ingin ditambah lagi waktu ya. I gi rasa ya aku go o g ke Ka g Adi ah a: Asal tau aja, ya, Kang Adi, waktu Kang Adi suka membanggabanggakan kampus Kang Adi, aku gak begitu peduli di kampus mana Kang Adi kuliah. Aku hanya ingin Dilan. Dia cuma anak SMA kelas 2 dan bandel, tapi ketika aku duduk dengannya, dia bisa membuat aku gembira. Dia bisa membuat aku merasa seolah-olah dia itu bukan cuma Utusan Kantin, tetapi entah dari mana, datang ke Bumi untuk menghapus segala rasa sedihku dan bisa membuat aku menjadi merasa sangat baik da seru setiap hari. I gi rasa ya aku go o g ke Ka g Adi ah a: Aku juga gak peduli berapa nilai IP Kang Adi, toh, Dilan juga selalu mendapat ranking pertama, tapi Kang Adi harus tahu bahwa yang lebih aku butuhkan adalah seseorang yang bisa membuat aku merasa nyaman, yang bisa membuat aku merasa aman, ketika aku percaya bahwa di dunia ini penuh dengan aneka macam bahaya, ter asuk Ka g Adi salah satu ya. Ingin rasanya aku ngomong ke Kang Adi bahwa: Mu gki tidak se ua pere pua seperti aku, tetapi itulah aku! Bahkan, awalnya aku tidak menganggap Dilan memiliki kemungkinan untuk kupilih jadi pacarku, ~48~ pustaka-indo.blogspot.com

apalagi diawal-awal aku sudah berpikir bahwa Dilan itu anak berandalan, tapi seiring waktu, dia berhasil menunjukkan siapa asli dirinya dan kemudian aku jatuh i ta de ga kepri adia diri ya itu. Ingin rasanya aku ngomong gitu ke Kang Adi, tapi tidak aku lakukan, entah gimana. Halo? Ya, Ka g? Kirai tidur, hehehe. E ggak. Ka g Adi eli uku aru, lho, katanya. Aku diam. Judul ya Nyonya Bovary, karya Gustave Flaubert. Bagus, deh. Novel roman gitu. Cinta-cintaan gitu, lah. Setting-nya jaman perang di Prancis. Tapi, ujungnya tragis. Si tokohnya bunuh diri. Ah, pokoknya sedih aja. Ka g Adi sa pai au a gis. Ka g, Lia au aka dulu, ya? Oh? Iya, iya, jawab Kang Adi. Na ti, deh, erita ya, pas Ka g Adi ke ru ah. Aku aka dulu, ya, Ka g? Iya, jawab Kang Adi. Dah. Dadah. Uuuh! Habis itu, aku langsung telepon Dilan, tapi yang ngangkat si Bibi. Ada Dila , Bi? Dila ? ~49~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya. Ada, katanya. Maaf, dari siapa, ya? Lia, Bi, ja a ku, Milea. Oh, Teh. Be tar, ya. Selagi kutunggu Dilan, kupejamkan mataku untuk membiarkan pikiranku mengalir. Hey! Hey! kusa ut. I i Lia a a, ya? Dilan nanya. Belu tidur? ku alik ta ya. Be tar, kata Dilan. Lia a a dulu, i i? Aku! Heh?! kataku: Milea! Apaa suara doa g? Gak ada ora g ya? tanya Dilan seperti kepada dirinya sendiri. Boho g, yaaa? Dila , please! Be tar, katanya. Aku serius. Ja ga serius, katanya. Biar Neil Ar strong aja yang serius mah. Hehehe. Neil Ar stro g adalah astro aut A erika. Menurut Amerika, dia adalah orang pertama yang menginjakkan kakinya di bulan. Gak kelihata juga, gak apa-apa, deh. Aku pasti bisa e ak, katanya. Apa ya? Aku isa e ak siapa ka u! “iapa? kuta ya. Ka u pasti a tik, ya? Hehehe. Mata ya agus, ya? ~50~ pustaka-indo.blogspot.com

Makasih, kuja a . Terus? Perhatikan, bagaimana aku selalu berusaha memancing dia untuk terus bicara karena aku suka mendengar apa yang dikatakannya. ‘a ut ya pa ja g, tebal, agak kepirang-pirangan, ya? Terus? “ekara g, pake kaos erah, ka ? “alah! kuja a sa il se yu . Hah? “alah! kataku. Kok dijad al ya pake kaos erah ya? Hahaha. “alah ih ya g iki jad al! Hahaha. “iapa ya g iki jad al? Gak apa-apa deh salah juga. Hehehe. Buka apa-apa. Aku takut ada yang ngaku-ngaku Milea. Pas udah dirinduin ternyata palsu. Bisa kecewa gue! kata Dila . Aku ketawa, termasuk karena mendengar Dilan bilang gue. Aku takut ada ya g gaku-ngaku Milea, pas meluk, gak tau ya dia erua g. Bisa rugi a dar. Hahaha. Nah sekara g tau, ka u Milea asli. Tau ya? Keta a ya agus. ~51~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku ketawa. Dilan juga. Besok jadi je put? kutanya. “iap grak! Ja erapa? kutanya. Terserah ko su e . E a g ka u tuka g ojek? Ya g pe ti g pa ar ya ka u, ja a ya. Hehehe, kataku. Dila , aku ri du. Masa? Iya. Kalau gitu, e tar, kata Dila . Ke udia , dia teriak: Bu da, ada ya g ri du aku. Rupanya, dia teriak ke si Bunda. Heh? Aku kaget karena gak nyangka dia akan lapor. “iapa? tanya Bunda, kudengar suara Bunda teriak dari jauh. Heh? Ke apa ila g ke Bu da? kuta ya. Nih! kata Dilan, sepertinya dia langsung menyerahkan gagang telepon itu ke si Bunda. Pe aka lu a-lu a, kata Dilan. Helloo , kata Bu da enyapaku dengan suara yang lembut dan manis. Bu daaa!!!! kataku de ga teriak pe uh se a gat. Hey! jawab Bunda. I i ya g ri du Dila ? Hahaha. Iya, Bu da, kuja a . ‘i du Bu da juga. “a a, kata Bunda. Tau gak? Barusa tadi Bu da arahi dia. “iapa, Bu da? Dila u itu, jawab Bunda. Maaf, ya! Oh, ke apa, Bu da? Bera te lagi dia, ka ? Iya, Bu da, kuja a . ~52~ pustaka-indo.blogspot.com

Bu da gak i gi se ua itu! Apa tidak ada ara lai yelesei asalah selai era te ? Iya, Bu da, kuja a . Apa kata Dila , Bu da? Kata ya, uka dia ya g ulai, jawab Bunda, Kata ya, dia kepaksa kare a ora g gelu jak. Aku diam. Sesaat itu, tiba-tiba aku merasa ikut bersalah karena faktanya Dilan berantem disebabkan oleh gara-gara aku berantem dengan Anhar. Tapi, ka , gak harus era te , kata Bunda lagi. Iya, Bu da. Masa gara-gara berdebat, jadi era te ? Berde at gi a a, Bu da? kuta ya. Dilan pasti tidak bilang ke Bunda apa yang menjadi alasan sebenarnya sehingga dia berantem dengan si Anhar. Entah mengapa. Tadinya, mau aku jelasin duduk persoalan yang sebenarnya, tapi gak jadi. Aku ikuti apa kata Dilan aja. Kata ya, erde at soal ka u. A har ila g ka u gak cantik, Dilan bilang kamu cantik. Masa, gitu aja era te ? Asli, kalau gak kutahan, aku pasti langsung ketawa mendengar si Bunda bilang begitu. “i A har itu, hai, kau tau? Iri, laaah, dia! Dia itu pe ge ka u! kata Bunda seperti orang sedang emosi. Ora g a tik di ila g e ggak, cemana itu?! Sakit jiwa dia! Hahaha. Akhirnya, aku gak bisa nahan ketawa. Kamu harus denger, deh, intonasi si Bunda pas dia bicara gitu. Lucu! Ya, udah, lah, Bu da, kataku ke udia , de ga masih ada sisa ketawa. ~53~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku merasa harus bilang begitu ke Bunda, biar tidak terus membahas soal Dilan berantem karena aku khawatir Dilan akan menyangka aku yang ngadu ke si Bunda. Aku takut Dilan gak suka ke aku karena menganggap aku ngadu ke Bunda, walau sebetulnya tentu saja aku ingin ada waktu khusus berbicara dengan Bunda, membahas soal Dilan yang akan dipecat oleh sekolah. Juga, membahas bagaimana caranya supaya Dilan tidak lagi terlibat dengan hal-hal yang akan merugikan diri dan masa depannya. Kasia ka u. Pasti ka u pusi g pu ya pa ar suka era te , kata Bunda. Udah res i pa ara , ka ? Udaaah, Bu da, kataku terse yu . Dila sudah ila g ke Bu da. Lia se a g. Nah, sekara g Lia oleh egur dia. Boleh arahi dia kalau salah. Dila juga oleh arahi Lia. Boleh egur Lia kalau salah, kataku. Berarti, Dila harus egur ka u. Ke apa, Bu da? kuta ya. Kare a Lia salah, udah au ke Dila . Hahaha. Masa, se a tik ka u au ke Dila ? Dila juga salah, harus ditegur, Bu da. Ke apa, tuh? nada suara Bunda seperti sedang tersenyum. Masa, se aik Dila au ke Lia. ~54~ pustaka-indo.blogspot.com

Ya, au, laaah! kata Bunda langsung. Ora g bodoh, laaah, kalau gak mau ke perempuan cantik a a ka u, ih! Berarti Dila pi tar, Bu da. Ka , udah au ke Lia? Hahaha, Bunda ketawa. Ala ak! Rupa ya Bu da pu ya alo e a tu ya g erdas. Hahaha. Belajar dari Dila , Bu da. Dibilang calon menantu sama si Bunda, senaaang sekali rasanya waktu itu. Kata ya ri du, tapi alah i ara sa a Bu da? tanya Bunda. Ka , sa a Bu da juga ri du. “ekara g, ka u au a ggil Bu da atau Ca er? tanya Bunda, nadanya seperti sedang menahan untuk tidak ketawa. Camer yang dimaksud oleh Bunda adalah akronim dari Calon Mertua. Tahu bahasa gaul juga rupanya. Hahaha. Ma ggil apa, ya? aku alik a ya. Bi gu g Ya, sesekali kau pa ggil, lah, Bu da: Ca er, kata Bunda sambil ketawa. Hahaha, siap, Bu da. Oke. Bu da au eres-beres kerjaan dulu, ya? Iya, Bu da. Ke Dila lagi, ya? Iya, Bu da. Bu da, Bu da terus! Kapa a ggil Ca er- ya i i? Hahaha, iya, Ca er. Hahaha. Oke, jawab Bunda. La gsu g ke Dila , ya? ~55~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya, kataku de ga ada sisa keta a. Bunda yang rame! Terima kasih, IKIP (UPI) Bandung, alumnimu keren! Terus, aku ngobrol lagi dengan Dilan: Ha is di arahi Bu da, ya? kuta ya Dila . Tadi, Bu da ila g. Iya. arah ke ka u kalau ka u Aku juga oleh era te ? kuta ya. “i Bu da kalau au arah, dia itu pasti ila g dulu. Bila g au arah? Iya. Bu da au arah ke ka u, siap-siap, dikasih aktu e it, hahaha. Iya? Iya. “e elu e it ha is, aku duduk di a gku rua g te gah. Itu arti ya aku udah siap, kata Dilan sambil ketawa. Nu ggui gitu? kuta ya. Iya. Kadang-kadang, pas udah ditungguin si Bundanya malah gak datang. Lupa dia, pas dicari, eh lagi go rol sa a ta u. Hahaha. Terus? Aku per ah. Jadi, terus aku data gi si Bu da, a ya jadi gak, Bu da? Kata ya au arah? Hahaha. Apa kata Bu da? Na ti. Male aja! Bu da ada perlu dulu! Hahaha. Bu da ya g a eh, kata Dilan. ~56~ pustaka-indo.blogspot.com

Terus kalau a ak-anak Bunda belum siap dimarahi, gi a a? kuta ya serius. Maksud ya? Iya, ka Bu da kalau au arah ila g: Bu da au marah, siap-siap! Terus kalau anaknya belum siap, gi a a? Kalau elu siap, ya, ti ggal ila g. Bila g elu siap, gitu? Iya. Hehehe. Kalau gak per ah siap? Kalau gak per ah siap, erarti a ti ayahku ya g akan turun. Kalau udah sampai gitu, kami suka bilang: Wah, si Bunda minta bantuan TNI AD! jawab Dilan ketawa. Aku juga ketawa. Mi ta a tua uat arahi ? Iya, ja a Dila . Biasa ya dia le ih keras. Entah mengapa, saat itu obrolan jadi kerasa cukup serius. Enggak seperti biasanya. Ke Disa juga egitu? Ke se ua, jawab Dilan. Harus ta ggu g ja a kalau salah kata ya. Iya, kataku. Ka u suka ara Bu da egitu? Gi a a si Bu da aja. Kupikir, dia sedang bercanda. Tapi, ternyata dia cukup serius. Kok, ka u isa go o g serius? Hehehe, kuta ya. Ka , ka u ya g gajari , jawab Dilan. Hehehe. Ka u suka ila g: Hei, aku serius! Hahaha. ~57~ pustaka-indo.blogspot.com

Kalau serius terus, la a-lama aku jadi Neil Amstrong deh, kata Dilan. Bagus, ka ? Iya. Tapi, per u a, kata Dilan. Ke apa? kuta ya. Per u a jadi Neil Ar stro g kalau e ggak pa ara sa a ka u. Hahaha. Neil Ar stro g pasti ke e a, udah ape-capek jadi Neil Armstrong, eh, gak pacaran sama kamu. Ngapain jauh-jauh ke ula ? Hahaha. Neil Ar stro g, sekara g pasti i gi jadi aku, kata Dilan. Biar isa pa ara de ga ku? Biar isa diacak-a ak ra ut ya, jawab Dilan. Hahaha. Mala i i, tidur are g, yuk? tanya Dilan tiba-tiba. Eh? Aku kaget. Iya, ka u tidur di ru ah u. Aku tidur di ru ahku, katanya. Kita tidur are g aktu ya. Oh. Kirai , kataku setelah aku e gerti aksudnya. “ekara g? “ekara g, jawab Dilan. Kita a ti tidur ja : , katanya. Bisa? Ayo, kataku se yu de ga perasaa ya g gira g. “a ai ja ya dulu, kata Dilan serius. “ekara g di ru ahku ja : . ~58~ pustaka-indo.blogspot.com

Di si i ja : , kataku setelah elihat jam di di g. Beda se e it. Pukul : , kita tidur are g, ya, kata Dilan. Hahaha, siap, kataku, Berarti kalau di si i tidur ya pas ja : , ya? Iya, jawab Dilan. Na ti, pas udah ulai au tidur, masing- asi g ila g “ela at Tidur, ya? Hehehe, iya. Ya, udah, ka u siap-siap sekara g, kata Dilan. Iya, Dila . Laksa aka ! kata Dilan. “iap grak, Ko a da ! Dadah, Lia. Dadah, Dila . Setelah itu, sambil melihat ke jam dinding, aku pergi ke kamar mandi untuk segera bersih-bersih. Ini sedang berpacu dengan waktu, jangan sampai telat karena pukul 21:01 aku harus segera naik ke kasur kalau memang mau tidur bareng dengan Dilan. Setelah selesai urusan di kamar mandi, aku bergegas masuk ke kamar tidur. Kulihat lagi jam dinding kamarku, waktu sudah menunjukkan pukul 20:51. Ah, sepuluh menit lagi. Berlekas kuganti pakaian, lalu duduk di kursi, menunggu waktu tepat pukul 21:01, dan ketika saatnya ti a, aku la gsu g aik ke kasur, u tuk tidur de ga Dilan. Kupeluk bantalku dan menggumam sambil senyum di dalam selimut: “ela at tidur, Dila . Dila ku, “aya g. Aku ri du. ~59~ pustaka-indo.blogspot.com

Itu adalah ala perta a aku tidur de ga Dila di tempatnya masing-masing pada waktu yang sama. Ah, Dilan, kau masih ingat itu? --ooo- ~60~ pustaka-indo.blogspot.com

1 Hari Sabtu-nya, pagi-pagi, orang-orang di rumah pada sibuk dengan perbuatannya masing-masing. Ibu sedang meracik roti tawar, untuk dibubuhi susu dan mentega. Aku sudah berseragam sekolah dan duduk di kursi makan, untuk mengenakan kaus kaki. Ayah pula g hari i i, Bu? kuta ya I u. ~61~ pustaka-indo.blogspot.com

Bila g ya gitu, ja a I u. Airi ! Cepeta a di! Ibu teriak. Iya! ja a Airi dari dala ka ar ya. Tak lama kemudian, Airin keluar membawa handuk. Na ti sore, I u, Ayah, sa a Airi ke ru ah di as Ayah, kata I u ke aku. Asyiiik, ja a Airi . Ngi ep di sa a? ta ya Airi . Iya, ja a I u. Cepet sa a a di Airin bergegas pergi ke kamar mandi. Gak jadi ke ru ah Ta te A is? kuta ya. Jadi, ja a I u. Bera gkat dari ru ah di as Ayah. Na ti, ka u dije put Ba g Fariz, ya. Iya, ja a ku sa il i u susu. Tadi, Dila elepo , kata I u. Oh. Apa kata ya? Iya, ila g au je put ka u, ja a I u. Iya. “e ale dia ila g. Kata ya asih yiapi sound dulu, kata I u. Hah? aku kaget. Sound uat apa? Buat i u-i u se a ha il kata ya. Hahaha. Itu e era ? ta ya I u. Hahaha. Tak lama, terdengar suara motor. Itu jelas Dilan. Senangnya hatiku. Segera kupakai sepatuku. “arapa aja dulu! Takut telat, kataku. ~62~ pustaka-indo.blogspot.com

Kubersihkan tanganku dengan lap yang ada di atas meja, lalu berjalan keluar seraya membawa setangkup roti berisi susu cokelat. Ba a uat Dila , kata I u e yuruh aku a a roti untuk Dilan. I i juga ukup, ja a ku. Assala u alaiku ! Alaiku sala , ja a I u. Hati-hati. Iya. Dilan sudah sedang berdiri di teras rumah ketika aku membuka pintu. Dia memakai baju seragam yang dibalut oleh jaket jeans-nya. Gak tahu mengapa, padahal dia tidak sekolah karena masih diskors. Hey! kusapa Dila . Ma a I u? ta ya Dila . Di dala . Dilan bergerak, untuk melongok ke dalam rumah. Bu, era gkat dulu! Dila teriak. Iya! ja a I u di dala ru ah. Hati-hati! Habis itu, dia berdiri di sampingku. Mau? ta yaku. Kutawari Dilan roti, sesaat sebelum berjalan pergi menuju motor. Apa itu? ta ya Dila . ‘oti okelat kesukaa u, ja a ku. Aaa! Ku i ta Dilan mangap. ~63~ pustaka-indo.blogspot.com

Saat mulutnya kebuka, langsung kujejalkan roti itu ke mulutnya. Dilan mengunyahnya sambil jalan denganku menuju motornya. Ge gster kok disuapi ! kataku setelah erada di atas motor. Dia senyum. Ngurus i u-i u se a ha il juga lagi, kataku Ge gster apaa ? Hahaha. Kata siapa? ta ya Dila . I u. Tadi kata ya ka u elepo ila g ke i u au nyiapin sound. Dilan ketawa. Aku juga. 2 Motor sudah meninggalkan halaman rumahku, ketika Dilan masih ketawa. Ge gster telada . Mau a tu i u-ibu, kataku. ~64~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku, ka , GA“IBU. Apa itu? Ge gster asli saya g I u. Aku ketawa. GASIBU yang sebenarnya adalah sebuah nama tanah lapang yang terletak persis di seberang Gedung Sate Bandung, Aku, sih, si uk, kata Dila . “i uk ri du ka u juga. Hehehe. “i uk e i tai ka u juga. Makasih, hehehe, kataku. “i uk sekali aku i i, ya? ta ya Dila seolah kepada dirinya sendiri. Iya, yaaa? Hahaha. Saat itu, sebenarnya aku ingin membahas soal serius, yaitu soal kemungkinan Dilan akan dipecat. Tapi, aku tidak ingin merusak suasana dan sepertinya Dilan juga tidak ingin membicarakan soal itu. Terserah Dilan, deh! “e ala tidur ja se ila ? kuta ya. Iya. Ngo o g apa pas au tidur? kuta ya lagi. Ngo o g: Iya, iya, aja. Kok? Ka , geja a o o ga ka u, ja a Dila . E a g ka u tau aku go o g apa? kuta ya. Dila , aku ri du. Iyaaaaaa!!! Aku ketawa. ~65~ pustaka-indo.blogspot.com

Kira-kira sebelum sampai di perempatan Jalan BKR, kutanya Dilan, karena mendadak laju motornya melambat: gak gerti apa Ke apa? ‘oti ya ha is, ja a Dila . ‘oti apa!? ta yaku kare a maksudnya. il ‘oti ya ha is ... Dila e u juk ulut ya. Oh! Hahaha, aku keta a. Nih! Kataku sa nyodorin roti yang tinggal sedikit ke mulutnya dan langsung dia makan. Setelah itu, motor maju lagi dengan kecepatan yang normal sampai mau masuk ke arah jalan sekolah. Ketika motor berhenti tepat di depan gerbang sekolah, aku turun dan memberikan uang seribu ke Dilan yang masih duduk di motornya. Itu adalah uang yang sudah aku siapkan sebelum sampai. il Apa i i? ta ya Dilan, meraih uang itu. O gkos ya, Maaaaaa g!!! kataku terse yu sa berjalan pergi untuk masuk ke sekolah, meninggalkan Dilan yang ketawa karena sudah kuperlakukan sebagai tukang ojek. Yaitu, tukang ojek yang mencintaiku! Aku hampir yakin, selain aku, tak ada orang di sekolahku yang punya otoritas melakukan hal itu kepada Panglima Tempur. Lu aya ! kata ya sa il pergi u tuk o gkro g di warung Bi Eem. Hahaha. ~66~ pustaka-indo.blogspot.com

3 Hari itu, di sekolah, tidak ada kegiatan belajar karena guru-guru sedang rapat untuk persiapan pembagian rapor yang akan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 Desember 1990. Kasus Dilan pasti masuk dalam agenda rapat guru, tapi sampai hari itu belum ada kabar yang pasti, apakah Dilan akan dipecat atau tidak. Aku hanya bisa pasrah dan tetap berdoa mudah- mudahan mereka masih bisa memberi toleransi ke Dilan. Mudah-mudahan, hari itu mereka semuanya mendadak amnesia sehingga jadi lupa dengan kejadian Dilan berantem. Di kelas, aku ngobrol sebentar dengan Rani dan Wati, soal kejadian Dilan berantem dengan Anhar. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Ya, udah, aku au ke aru g Bi Ee , kataku. Ada Dila ? ta ya Wati. Tadi, aku ke sekolah are g dia, kataku setelah mengangguk. Ya, udah, kata Wati. “ela at erpa ara . Hehehe. Ikut? kuajak mereka. Eh? Udah jadia ? ta ya ‘a i ke Wati, seperti kaget. Terus memandangku. il se yu . Na ti, aku erita, ya, kataku ke ‘a i sa Atau, Wati deh, ya g erita. Wati ketawa. i ta ua g. Pe ge ikut, sih, kata Wati, Mau Hehehe. Aku ke sa a, ya. Iya. ~67~ pustaka-indo.blogspot.com

Waktu mau pergi ke warung Bi Eem, Nandan datang. Dia ngajak aku ngobrol menyangkut rencana membuat kaos kelas untuk dipakai pas Porseni. Okelah kalau begitu. Tapi, jangan lama-lama karena aku rindu ketemu Dilan. Ja ga diga ggu atuh, mau pacara ! kata Wati ke Nandan dari jauh karena Wati duduk dengan Rani di bangku yang ada di belakang kelas. Aku senyum. Nandan diam aja sampai dia duduk di bangkunya. Sedangkan, aku duduk di bangku sebelahnya. Lalu, kami ngobrol membahas dana untuk membuat kaus Porseni. Memang harus denganku karena aku adalah seksi bendahara. Beberapa menit setelah ngobrol dengan Nandan, kemudian datang Piyan. Dia tidak masuk, hanya berdiri di pintu kelas seperti orang habis dikejar hantu: Lia! kata ya erseru. Aku menoleh kepadanya. Dila ! kata Piya lagi. Ke apa? Bera te ! Hah? Aku terkejut. Jantungku berdebar. Aku tidak bisa menahan diri, kutinggalkan Nandan, dan segera lari ke warung Bi Eem bersama Piyan. Wati juga ikut. Kalau kamu punya situasi yang sama denganku, pasti kamu juga akan panik. Sesampainya di sana, aku melihat sudah ada sekitar empat orang di warung Bi Eem, termasuk Akew, yang sedang berusaha mengobati luka pada wajah Dilan. ~68~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku duduk mencoba mendapatkan lebih dekat dengan Dilan. Tanganku gemetar membersihkan bercak darah di mukanya. Bera te sa a siapa?! ta yaku pada ora g-orang yang ada di situ. Gak tau siapa, ja a Ake . Kulihat mata kanannya lebam. Ada luka kecil di beberapa bagian. Itu benar-benar mengerikan dan aku nyaris merasa bahwa tak pernah ada hal buruk dari itu. Walaupun tidak terlalu parah, tetapi itu luka, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selain bingung. Atas dasar apa mengeroyok? Itu adalah hal yang besar bagiku dan menakutkan meski Dilan bersikap sebagai hal biasa baginya. e e tak. “a a siapa? kuta ya Dila . Age CIA, ja a Dila asal. Aku serius! kataku yaris seperti Aku benar-benar ingin tahu siapa yang sudah ngeroyok Dilan, seolah-olah saat itu aku ingin segera membunuh pelakunya. Bi Ee , era te sa a siapa? kuta ya Bi Ee ya g keluar dari dalam rumahnya. Kemudian, Bi Eem menjelaskan. Katanya, Dilan sedang sendiri saat itu, tiba-tiba datang empat orang memasuki halaman. Mereka menggunakan dua motor, kemudian menyerangnya. Bi Eem ingin menolong, tapi yang bisa ia lakukan hanya sembunyi di balik meja dagangan. “iapa? kuta ya Dila Udah ku ila g age CIA, ja a Dila . ~69~ pustaka-indo.blogspot.com

Bi Ee ke al? kuta ya Bi Ee . Gak ke al, ja a ya. Gak per ah lihat. Ka u ke al? kuta ya Dila . E ggak, ja a Dila sa il erogoh saku bajunya, mengeluarkan uang seribu: I i, ua g u, kata ya, sa il erusaha u tuk se yu . Gak usah ayar, kata ya lagi. Maksud ya, dia mau mengembalikan ongkos ojek yang tadi pagi kuberikan kepadanya. Aku tidak percaya dia masih sempat melakukannya. Aku hanya menggelengkan kepala. Aku betul-betul masih bingung dan sangat emosional saat itu. Kutepis tangannya untuk meyakinkan dia bahwa bukan saatnya untuk bercanda. Udah selesai? Dila ta ya, u tuk i gi tahu apakah aku sudah selesai sekolahnya atau belum? Kalau udah selesai, hayu pula g, kata ya lagi, sambil berdiri. Entah bagaimana, aku berhasil mengangguk. Aku akan izin untuk pulang, untuk sekalian membawa Dilan ke rumah sakit. Kebetulan, hari itu sekolah sedang bebas. 4 Setelah selesai dari Rumah Sakit Muhammadiyah, kami pulang, menyusuri Jalan Banteng, yang dulu masih sepi. Sejak kejadian Dilan dikeroyok, aku mulai khawatir tentang apa yang akan terjadi kepadanya. Bagiku, dia adalah bagian besar dari hidupku dan sulit untuk membiarkan hal itu terjadi kepadanya. ~70~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku serius. “iapa ya g geroyok u? kuta ya. Aku gak tau. Kok? Ka gak go rol dulu, kata ya. Masalah ya apa? kuta ya. Tau-tau geroyok? Harus go rol sa a ereka kalau au tau, kata Dilan. A eh. A eh apa? ta ya Dila . Iya, la gsu g ai pukul aja. Masa, ila g dulu: Punten-ya, Dilan. Aku mau mukul ka u. Boleh? Aku serius!!! kataku, terde gar seperti e e tak, membuat Dilan langsung diam. Tetapi, aku merasa harus begitu, biar dia tahu aku sedang serius. Aku suka kalau dia bercanda, tapi saat itu aku sedang ingin serius. Aku tahu, Dilan sedang mencoba untuk mengabaikan kebingunganku. Aku tahu, Dilan sedang berusaha untuk mengabaikan kekhawatiranku. Aku tahu, Dilan sedang mencoba membatalkan perasaanku yang risau. Tapi aku juga ingin tahu, siapa yang sudah ngeroyok Dilan. Ka u tau aku e as?! kataku seperti teriak ya g ditahan, seperti sangat memohon agar Dilan bisa mengerti dan paham. Dilan masih diam. Aku e as, Dila ! sa u gku, de ga suara memelan, nyaris seperti mau menangis karena kesal ke Dilan yang tidak mau ngasih tahu siapa pelakunya. ~71~ pustaka-indo.blogspot.com

Kamu pasti mengerti, mengapa aku ingin tahu siapa yang sudah ngeroyok Dilan. Sebab, dari situ akan bisa ketahuan atas dasar apa mereka sampai ngeroyok. Dilan tetap diam. Motor melewati rumahku, tapi tidak berhenti. Mau ke a a? kuta ya Dila . Ka u elu selesai go o g, kata ya. Motor maju terus dan belok ke arah Jalan Palasari, terus masuk ke Jalan Lodaya, terus belok ke arah Jalan Banteng Dalam. Langit mendung. Angin sore berembus mengatur dunianya. Sepanjang jalan itu, aku bicara ke Dilan tentang banyak hal yang aku cemaskan. Aku cemas dengan keselamatan Dilan. Aku juga cemas Dilan akan dipecat dari sekolah. Aku juga pasti sedih kalau gak ada ka u, kataku. Ka , asih ada di Bu i. Ka u tadi dikeroyok! kataku de ga ada ya g je gkel. Gi a a kalau ada apa-apa de ga u? kataku lagi. Dilan diam. Aku diam. Lalu, kata Dilan: Kalau dipe at, aku isa data g ke sekolah u. Tiap hari, la jut Dila . Biari gak sekolah juga. Asal aku bisa antar jemput kamu ke sekolah. Sampai kamu lulus, sa pe ka u sukses, aik haji da a rur. Aku diam. Kuliah juga. Kalau a ti ka u kuliah, iar aku juga ya g a tar je put, kata Dila . ~72~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku juga i gi ka u sekolah, kataku seperti menahan mau a gis, Aku juga i gi ka u kuliah, Dila . Dilan diam. Aku diam dan tidak mau meluk Dilan karena aku merasa seperti lagi jengkel ke dia. 5 Setelah itu, kami tiba di rumahku. Kusuruh Dilan untuk lebih baik langsung pulang, maksudku biar dia bisa istirahat. Iya, kata ya, asih di atas otor, seperti se gaja nunggu dan baru akan pergi kalau akunya sudah masuk ke rumah ke rumah. kataku sa il sekilas O at ya i u ! memandangnya dan berlalu membuka pintu pagar. Sebetulnya, aku masih ingin dengan Dilan meskipun sedang kesal kepadanya. Lia, ti a-tiba aku mendengar Dilan manggil. Aku menoleh. Kulihat kaki Dilan menurunkan standar motornya dan lalu turun. Be tar, kata ya. Dia berjalan mendekat. Saat itu aku sudah berdiri menghadap ke arah luar, bertumpu dengan kedua belah tanganku yang kusimpan di atas pintu pagar rumahku, menunggu dia mendekat. Ikuti kata-kataku, ya? kata Dila ketika sudah berdiri di depanku. Itu bisa dikatakan terlalu dekat untuk saling bicara. Aku mengira dia akan menciumku, atau setidaknya itulah yang aku pikirkan. Semua pikiran dan perasaan soal itu berkumpul di kepalaku. ~73~ pustaka-indo.blogspot.com

Kata-kata apa? kuta ya, e tah e gapa terde gar suaraku agak parau. Angin sore bertiup mengenai rambut kami. Ikuti ya g aku kataka , kata Dila de ga kedua ta ga ya e ega g pi tu pagar. Oke? Aku mengangguk setelah mendorong helaian ram-but ke belakang telingaku. Angin memang sedang besar saat itu. Aku …, kata Dila sedikit er isik. Dia erkata menatapku. Ikuti? kuta ya. Iya, ja a Dila . Oke. Aku, kata Dila , e gula g dari a al. Aku …, kataku, e gikuti apa ya g dia kataka . Kutatap lembut matanya, sebagaimana dia juga begitu kepadaku. Me i tai …. Me i tai …, kataku sa il se yu . Rasa jengkel ke Dilan bagai mendadak sedang lenyap. Ka ... u .… Ka ... u …! kataku e gikuti u apa ya. Aku senyum bahagia, lalu kupandang wajah Dilan dengan lebih saksama. Kulihat lagi di bagian matanya terdapat luka lebam dan plester menempel di bagian pelipisnya. Aku ingin bilang lagi ke Dilan bahwa aku benarbenar mengkhawatirkan dirinya, mengkhawatirkan keselamatannya. Tapi, gak jadi, mungkin karena aku takut membuat Dilan jadi runyam, walau sungguh ~74~ pustaka-indo.blogspot.com

peristiwa pengeroyokan di warung Bi Eem itu betul- betul sudah menyiksa pikiran dan perasaanku saat itu. Kok, a gis? ta ya Dila . Kuseka air mataku dengan punggung tangan kananku. Gak apa-apa, kataku e atap ya, sa il kusibakkan lagi helaian rambut di wajahku. Ke apa? ta ya Dila sa il e ega g dua bahuku. Hati-hati, Dila , kataku pela . Iya, kata ya. Tapi, ja ga a gis. E ggak …. Aku pula g, ya, kata ya le ut. Aku diam. “aat itu aku i gi ila g: Ja ga pula g, Dila . Di sini aja, Dila . Tapi gak jadi. Be era gak apa-apa? ta ya Dila . Gak apa-apa. Ja ga terlalu dipikiri . Aku diam, memandangnya. Aku pula g ya? kata Dila . Iya, kuja a . “u ta ga dulu gak? ta ya Dila . Sun tangan yang dimaksud oleh Dilan adalah ciuman yang dilakukan oleh tangan, seperti yang pernah kami lakukan kemarin. Kujawab dengan senyum dan serta-merta kuangkat tangan kananku yang jemarinya sudah kumonyongkan. Kemudian, Dilan juga melakukan hal yang sama sambil senyum, lalu dia sentuhkan ujung tangannya itu ke ~75~ pustaka-indo.blogspot.com

ujung tanganku untuk melakukan seolah-olah sedang melakukan ciuman. Tiba-tiba, ujung tangannya itu dia sentuhkan juga ke bibirku. Heh?! kataku terse yu . Pela ggara ! kataku berseru. Di akili dulu pake ta ga , kata ya terse yu . Aku ra al, a ti aka la gsu g. Aku mengerti maksudnya dan lalu tersenyum. Aku pula g ya? kata Dila . Kujawab dengan anggukan. ulai Ja ga a gis. E ggak, kuja a . Hati-hati. “iap, kata ya. Hati-hati, Dila , kataku lagi ketika Dila sudah berjalan ke motornya. Iya. “ala uat Bu da. Iya. Disa juga. Iya. Ka u juga. Iya. Hati-hati. Assala u alaiku ja ga ? ta ya Dila ketika sudah menaiki motornya. Assala u alaiku ! kuja a sa il se yu . Alaiku sala , kata ya terse yu . Dilan pulang, untuk membuat aku langsung merasa sunyi sendirian di Bumi! ~76~ pustaka-indo.blogspot.com

Maafkan aku, Dilan, kalau aku terlalu mencemaskan dirimu! Itu karena aku mencintai dirimu! Kamu mengerti kan, Dilan? 6 Setelah Dilan pergi, si Bibi menyambutku, dan memberi aku surat dari Beni, tapi baru bisa kubaca setelah aku mandi. Isinya tentang dia yang rindu kepadaku dan bertanya soal kabarku. Ada puisi juga di dalamnya, tapi aku tahu itu karya Kahlil Gibran, meskipun tidak ia cantumkan sumbernya. Dan itu, bagiku, adalah satu perbuatan tercela yang membuat dirinya menjadi rendah di dalam pandanganku. Hal lain dari isi surat itu adalah tentang Beni yang ngajak aku untuk kembali berpacaran dengannya. Kamu harus tahu aku punya hak untuk memilih dengan siapa aku ingin, dan kamu juga harus tahu aku tetap gak mau kembali ke Beni. Apalagi kalau ingat dia per ah e ye ut aku Pela ur, kayak ya eraka menjadi jauh lebik baik dibanding dengan dirinya! Tapi, dipikir-pikir, biar bagaimanapun, aku tetap harus berterima kasih atas semua yang pernah kudapatkan dari Beni. Aku harus menghargai apa-apa yang sudah dulu Beni berikan kepadaku, termasuk berupa kesempatan duduk berdua di restoran, pergi bowling, atau diving bersama keluarganya ke Pulau Seribu. Atau, membawaku ke tempat favoritnya, di mana aku dapat menikmati aneka macam minuman yang mahal, yang harus membuat Beni mengeluarkan uang banyak. ~77~ pustaka-indo.blogspot.com

Atau, pergi ke Ancol, menikmati sore berdua dengannya, membicarakan banyak hal termasuk film dan musik. Tapi, aku tidak mau kembali ke Beni. Apalagi, aku sudah resmi berpacaran dengan Dilan, yaitu Dilanku, yang meskipun cuma membawa aku nongkrong di warung kopi, tetapi aku senang. Di warung kopi itu, gak ada Fruity Lemon Squash, gak ada Milk Shake, gak ada Mashed Potatoes. Gak ada! Tetapi, aku suka karena aku di sana bersama Dilan yang selalu bisa membuat aku riang, yang selalu bisa membuat aku ketawa. Rasanya, dunia bukan lagi Panggung Sandiwara, tetapi Panggung Hiburan! Oke. Beni juga romantis, termasuk pas ketika dia buka jaketnya untuk aku kenakan agar tidak merasa kedinginan. Wah, dulu, hal itu rasanya keren sekali, kayak di film, tapi kemudian jadi biasa setelah aku bertemu dengan Dilan, yaitu Dilan yang ketika sedang naik motor denganku, dia bilang jaketnya harus tetap dia pake. Katanya, dia harus berusaha tetap sehat. Aku diam. Kalau aku sakit, a ti siapa ya g aka jaga ka u, katanya. Mendengar itu, membuat aku langsung tersenyum, membuat aku semakin kuat memeluknya. Kalau aku ya g sakit? kuta ya. Seperti biasa, aku selalu berusaha memancing dia untuk terus bicara. Kalau ka u ya g sakit, aku aka uriga. Kok, uriga? ~78~ pustaka-indo.blogspot.com

Curiga, sakit ya pasti pura-pura, kata ya, iar aku data g e e gok u Hahaha. Iyaaa!!! Hahaha. --ooo- ~79~ pustaka-indo.blogspot.com

1 Malam Minggu, kira-kira pukul setengah tujuh, aku sedang bicara dengan Dilan di telepon. Entah mengapa, lagi-lagi yang kubahas adalah soal aku yang cemas karena merasa khawatir bahwa Dilan akan dipecat oleh pihak sekolah. ~80~ pustaka-indo.blogspot.com

Aku tahu, aku tidak harus seperti itu terus. Tapi, selalu saja kepikiran. Kamu jadi aku, deh, biar kamu juga bisa ngerasain apa yang aku rasain waktu itu! Dilan menyuruh aku untuk tenang bahwa aku harus yakin semuanya akan baik-baik saja. Mending bicara tentang yang lain, katanya. Iya, kataku. Aku senang kalau sudah ngobrol dengan Dilan. Walaupun aku sedang merisaukan dirinya, tapi kalau sudah ngobrol dengannya berasa hidup ini jadi ringan. Rasanya, hidup ini menjadi begitu sederhana. Aku bilang ke Dilan bahwa kemarin waktu Piyan dan Wati ke rumahku, mereka cerita banyak tentang Dilan, dan aku senang. Apa kata ya? Dilan nanya. Ya, gitu aja. Piya erita gak, aktu “D dia akep? E ggak, hehehe, kuja a . Emang sekarang e ggak? ta yaku terse yu . “ekara g? Dilan bagai mikir. Kasia . “ekara g jadi gitu. Jadi gitu gi a a? Hahaha. Harus di odif lagi. Udah, ah, gak oleh go o gi ora g, kataku. Ka , ereka juga go o gi , kata Dilan. Maksud ya i i au ales de da ? ta yaku sa il senyum. Tapi, gak dijawab, malah terus ngomongin Piyan. Piya itu kalau lari pagi, pa tes ya a a aya . Ke apa a a aya ? ~81~ pustaka-indo.blogspot.com

Ya, iar disa gka yuri aya , katanya. Dia, sih, le ih pa tes jadi ali g. Hahaha. Kalau Wati, tau gak? Waktu masih kecil pernah mau dititipi ke I u ya Mali Ku da g? Ke apa e a g ya? kataku terse yu . Nitip aja, iar kalau I u Mali Ku da g gutuk, isa la gsu g sepaket, sekaligus dua. Hahaha. Tau gak dulu Laut Merah ter elah uat siapa? tanya Dilan. Buat Firau ? Buat Wati juga, tapi dia ya elu lahir. Jadi, di akili sa a Firau , deh, Hahaha. Hahaha. Bila gi , ah, ke Wati. Ja ga . Ke apa? Na ti, dia jadi tau. Hehehe. Bu da kalau arah ke ka u gi a a, sih? tanyaku. Enggak tahu kenapa, cerita bahwa si Bunda marahin Dilan karena berantem, bikin aku penasaran, jadi pengen tahu gimana cara marahnya. Barangkali ada yang bisa aku ikutin. Gi a a, ya? Dilan bagai mikir. Dulu, aktu ke il, Dilan mengenang. Aku yuruh Disa ngambil tas di kamar. Terus, si Bunda bilang, jangan nyuruh-nyuruh, kata ya, kerjai se diri. Itu, sih, egur, uka arah. ~82~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya. Nah, aktu si Bu da yuruh aku shalat, aku jawab aja: Bunda, jangan nyuruh-nyuruh! Kerjain se diri Hahaha. Serius, aku senang kalau Dilan sudah cerita. Ngawur, sih, tapi aku tahu dia sedang berusaha menghiburku dengan membuat aku ketawa. Mala i i apel gak? kuta ya Dila sa il keta a. Mulai ja erapa? tanya Dilan sok serius. Mulai ja erapa, ya? kataku agai erta ya. pada diriku se diri da se yu . Eh, tapi, ka , ka u lagi sakit? kataku, e gi gat dia asih luka oleh kare a dikeroyok. Udah se uh, jawab Dilan. Kalau asih sakit, gak usah. Gak apa-apa. Tiba-tiba, pintu rumah ada yang ngetuk. Bi! Ada ta u, kataku teriak ke si Bibi. Si Bibi berjalan untuk segera membuka pintu. Ternyata tamunya adalah Kang Adi. Kulihat dia masuk dan duduk di ruang tamu sambil tersenyum kepadaku. Aku anggukkan kepala, memberi isyarat bahwa, ya, aku tahu ada dia, tapi sebentar, akunya sedang nelepon. Aku hanya sedang berusaha bisa bersikap baik kepada siapapun. Ada Ka g Adi, kataku ke Dila de ga suara ja ga sa pai Ka g Adi de gar. Aku ales e ui, kataku lagi dengan nada mengeluh. Oh. Ka u arah- arah, deh, ke aku, kata Dilan. Ke apa? ~83~ pustaka-indo.blogspot.com

Pura-pura arah aja. Iya, ke apa? ta yaku de ga suara pela . Biar Ka g Adi de ger, terus dia ya jadi gak e ak hati kalau tau kamunya marah- arah. Maksud ya? kuta ya, asih de ga suara ya g pelan. Aku masih belum mengerti maksudnya. Iya, kalau tau ka u ya lagi arah-marah, nanti dia jadi ser a gak e ak. Oh. Ngerti. Ngerti! kataku pela . Oke. La gsu g, kata ya. “ekara g? kuta ya er isik. Iya. Aku diam sebentar, menyiapkan diriku untuk mulai ber-acting seolah-olah sedang marah ke orang yang sedang meneleponku. Dasar, aji ga ! kataku ke udia de ga ada tinggi. Kulakukan itu benar-benar seperti orang sedang marah. Volume suaranya kubikin agak keras supaya Kang Adi bisa denger. Dilan diam. Ka u pikir aku e ek apaa ?!!! kataku ke Dila Ce ek idola, jawab Dilan ketawa. Mendengar Dilan bilang gitu nyaris membuat aku ketawa, tapi untunglah bisa kutahan. Dia ! kataku. Dilan membuat suara seperti orang nangis karena dimarah. Gak tau alu! kataku. ~84~ pustaka-indo.blogspot.com

Gak tau alu! Data g pake ela a pu ya teta gga! kata Dilan nun jauh di sana. Dilan ikut pura-pura marah juga. Diaaa ! kataku sa il aha u tuk tidak keta a. Pa asila! kata Dila . “uara ya seperti ora g ya g sedang membaca teks Proklamasi pada waktu upacara bendera. Dia ! kataku e e tak. “atu! Dia ! Dua! Ka u gak de ger aku ila g dia ?!!! kataku agai orang menghardik. Ka u gak tau apa, aku i i pa ar ya Dila ? kata Dilan kemudian, dengan nada seperti orang marah. Tadi ya au kuja a : Dia ! tapi alah ilang Iya! . Lupa! Dila keta a. Udah la gsu g tutup aja telepo ya, kata Dilan. Dia !!! Eh. Be era , kata Dilan La gsu g tutup telepo ya. Setelah sadar itu perintah, langsung kututup teleponnya. Habis itu, kutemui Kang Adi. Aku duduk di bangku ya g agak jauh dari dia. Ke apa? ta ya Ka g Adi karena ingin tahu kenapa aku marah-marah. Kang Adi mengatakannya dengan nada suara bagai orang yang sedang hati-hati bicara. Dia pasti menyangka aku sedang sensitif malam itu. Hatiku tersenyum, tapi mukaku kupasang dengan wajah yang sedang kesal. ~85~ pustaka-indo.blogspot.com

Gak apa-apa, ja a ku si gkat de ga sikap seperti masih menyimpan rasa kesal kepada orang yang aku marahi di telepon. Co ok? ta ya Ka g Adi pela . Dia bungkukkan badannya, memandangku. Dua lengan tangannya tersimpan di kedua lututnya. Itu seperti lagak orang yang sedang mengayomi. Lalu, kujawab dengan cara mengangkat dua bahuku. “ekara g a yak o ok ya g ye eli , kata ya. Aku diam. Terus, kuambil majalah yang ada di bawah meja, tapi itu lebih karena aku bingung harus ngapain. Kang Adi Aku merasa seperti terjebak di dalam waktu dan tidak tahu harus ngapain. Mestinya, Kang Adi bisa melihat kondisiku sedang betul-betul tidak bagus untuk diajak bicara. Tapi, kayaknya dia kurang peka, deh! ~86~ pustaka-indo.blogspot.com

Ya, udah. Gak usah elajar, kata ya. I i, Ka g Adi bawa novel Nyonya Bovary. Kang Adi ceritain deh. Kalau baca sendiri mah apek, hehehe. Na ti aja, deh, Ka g, kataku. Oh. Ya, udah, kata ya. Aku diam. Gi a a kalau jala -jala ? Mala Mi ggu ih. E ggak, Ka g, kuja a . Kayaknya, Lia harus istirahat. Ne a gi pikira . Di a a sa tai aja dulu, kata ya. Aku diam sambil membuka-buka halaman majalah yang sedang kupegang. Aku diam, bukan karena gak tau harus ngomong apa, tapi lebih karena memang lagi males mau ngomong. Iya, o ok e a g harus digalaki , kata ya lagi. Biar gak gelu jak. Lalu, kataku sambil memindahkan pandangan dari majalah ke dia. Ter asuk ke Ka g Adi? Sejenak, Kang Adi diam. Yaaa, e ggaklah, kata ya. Ka , Ka g Adi juga o ok, kataku, agai ora g yang sedang nyerang di dalam acara debat. dia sa il Ya, e ggak se ua o ok, lah, ja a se yu . Co ok ya g ere gsek aja. Ka g e tar ya, kataku sa il erdiri. Lalu, aku pergi, berjalan ke kamarku. Sebetulnya, pikiranku saat itu tidak tahu ke mana ingin pergi. Aku juga gak tahu mau ngapain pergi ke kamar. Kukira kulakukan hal itu lebih karena aku ingin ~87~ pustaka-indo.blogspot.com

melarikan diri dari terus duduk bersamanya, dan juga karena bingung tidak tahu harus ngapain. Atau cuma ingin mengulur-ngulur waktu agar tidak terus duduk bersamanya. Habisnya, satu menit saja dengan dia seperti sedang ada pertemuan resmi. Kang Adi memang tipe orang yang datar dan kurang eksperimental. Jika mengingat tentang keadaan saat itu, aku akan menyebutnya menyebalkan. Rasanya, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik tanpa dia. Maksudku selain kecoak dan tikus. Aku benci untuk mengatakan hal-hal ini, tetapi itulah yang dapat kurasakan. Coba kau pikir bagaimana rasanya harus melewati semua itu bersama dengan orang yang sudah menyebabkan aku berantem dengan Anhar, terus membuat Dilan jadi marah ke Anhar dan kemudian menghajarnya. Di mana ujung dari semuanya adalah menyebabkan pacarku jadi dipecat! Sudah lama pengin bilang ke Kang Adi, untuk tidak usah membimbing aku lagi. Tapi, aku merasa, untuk hal itu terlebih dulu harus bilang ke Ayah dan Ibu. Aku gak bisa memutuskannya sendiri. Rasanya, aku begitu kekanak-kanakan dan lemah waktu itu. Aku merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu harus gimana. Dan, aku tidak tahu kapan Dilan akan datang. Ah! Waktu tampaknya berjalan lebih lambat dari yang kumau. ~88~ pustaka-indo.blogspot.com

Mi u dulu, kata Ka g Adi, ketika aku data g lagi dan duduk di bangku tempat aku duduk tadi. Aku hampir berharap tidak wajib untuk menjawab, tetapi tetap kulakukan. Oh, Ka g Adi au i u ? Buka , kata ya. Lia i u dulu. Biar te a g. Bi! kataku, e a ggil si Bi i. Eh? kata Ka g Adi. Aku pasti sedang menjadi orang yang cukup menyebalkan malam itu. Kukira kalau kita tidak menyukai seseorang pasti akan berdampak pada sikap kita kepada orang tersebut. Bukankah kamu juga akan begitu? Aku tahu bahwa di mana pun, sepanjang jalan hidup, kita hendaknya bisa menghargai dan saling menghormati, tapi saat itu, rasanya susah. Untunglah, tak lama kemudian, Dilan datang memberi aku perasaan terbaik yang pernah bisa kurasakan. Itu adalah hari pertama Dilan apel, tapi dia datang tidak sendiri. Dia datang sama Bowo, Akew, dan banyak lagi yang lainnya. Aku kaget. Betul-betul aku kaget karena memang banyak sekali yang datang. Kata Dilan, semuanya ada 18 orang. Sebagian besar membawa motor sendiri. Mendadak, malam itu, halaman depan rumahku menjadi seperti lapangan parkir. Dilan masuk, diikuti oleh Piyan, Akew, Bowo, dan beberapa yang lainnya. Aku berdiri dan bingung harus ~89~ pustaka-indo.blogspot.com

gimana karena gak semua bisa duduk. Sisanya hanya bisa berdiri. Male , Ka g, sapa Dila ke Ka g Adi ya g tetap duduk di tempatnya. Male , ja a Ka g Adi. Kukira, Kang Adi juga kaget oleh tiba-tiba jadi begitu banyak orang yang datang. Aku sudah berdiri, ketika kutarik tangan Dilan untuk kubawa ke ruang tengah. Orang-orang yang ada di ruang tamu tidak akan dapat melihat aku sedang berdiri berhadapan dengan Dilan di ruang tengah. Demikian pula sebaliknya karena bangunan antara ruang tamu dan ruang tengah berbentuk leter L. Ruang tengah itu cukup panjang kira-kira 3 meter kali 7 meter. Ke belakangnya adalah ruang makan. Kalau dari ruang makan kemudian kamu jalan lagi, kamu akan sampai di dapur. Kamar Ayah dan Ibu menghadap ke ruang tengah. Kamarku juga. Kamar Airin juga. Kalau kamar si Bibi menghadap ke ruang makan. Di sana, di ruang tengah itu, aku berdiri nyandar ke tembok. Dua tanganku memegang kedua tangan Dilan. Aku memandang matanya sebagaimana dia juga begitu kepadaku. Masing-masing tersenyum. Jantungku berdenyut-denyut. Ba yak sekaliiiiii, kataku ke Dilan dengan suara menekan, tetapi pelan berbisik. Dilan senyum. Kulihat si Bibi keluar dari kamarnya. Bi! kupa ggil dia. Bisa yiapi i u a ? ~90~ pustaka-indo.blogspot.com

Gak usah, kata Dila . Aku a a, kata ya lagi ke aku. Oh, gak usah kata ya, Bi. I u sa a Airi udah tidur? ta ya Dila . I u sa a Airi gi ep di ru ah di as Ayah, kujawab. Oh. Ngapai a a a yak ora g? kuta ya. Mau gerayai kita jadia , ja a Dila . Mendengar Dilan bilang begitu, langsung kututup mulutku dengan tangan bagai orang yang kaget karena mendengar kabar tak terduga. Tidak terbayang olehku, bagaimana rasanya jadi Kang Adi seandainya menyaksikan acara itu. Tapi, ada Ka g Adi?! kataku pela . Bagus lah, ja a Dila . Dia saksi ya. Aku senyum. Kupandang Dilan sambil menggelenggelengkan kepalaku. Dia senyum penuh berani dengan masih ada plester di bagian pelipisnya. Hayu, ke sa a, ajak Dila , sa il ia a gkat ta ga kanannya dan memonyongkan semua jari-jarinya. Habis itu, ia patukkan ke keningku, ke pipi, dan bibirku. Aku tersenyum. Kutatap matanya, kemudian kulakukan hal yang sama, tetapi tanganku hanya mematuk bagian bibirnya saja. Dilan ketawa. Kulepaskan tanganku yang tadi kupakai untuk memegang tangan Dilan, lalu kami kembali ke ruang tamu. ~91~ pustaka-indo.blogspot.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook