Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore DATUOK UBIE DARI GANTING DAMAI

DATUOK UBIE DARI GANTING DAMAI

Published by togov rabara deli, 2021-04-09 13:56:09

Description: Perjuangan seorang kakek dalam mencari jati diri untuk mendukung sebuah kemajuan daerahnya

Search

Read the Text Version

1 DESA GANTING DAMAI Ganting Damai merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Salo, Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Indonesia. Desa ini dulunya merupakan bagian dari Desa Ganting. Dengan adanya pemekaran yang dilakukan karena akses yang sulit, memacu semangat para penduduk desa berjuang keras bersama perangkat desa untuk memajukan desa tersebut. Pemekaran ini menghasilkan wilayah baru bernama Desa Ganting Damai. Salah satu kendala yang ditemui adalah adanya halangan arus Sungai Kampar dan belum terdapat jembatan untuk menghubungkan kedua wilayah ini. Kepala desa Ganting damai Ali Sadikin, akan mengadakan acara hari ulang tahun desa Ganting Damai ke-5 tahun, tepatnya tanggal 22 Oktober nanti. Bapak kades ini masih muda dan penuh dengan semangat juang yang tinggi untuk 1

memajukan desa Ganting Damai ini, tempat dimana ia lahir dan dibesarkan. Segenap pemuka masyarakat di undang ke acara rapat desa yang diadakan Minggu malam di alun-alun balai desa selepas sholat Isya pukul 20.00 WIB. “Assalamualaikum,” ucap kepala desa sebagai pembuka kata sambutan sebelum rapat dimulai. Serentak semua yang hadir menjawab salam pak Ali dengan penuh semangat. Jumlah peserta rapat yang hadir sekitar 10 orang, terdiri dari kepala desa dan jajarannya serta tokoh masyarakat Desa Ganting Damai. Meski sekarang kondisi desanya sudah mulai berkembang, namun pola pikir penduduk desa masih belum berubah. Urusan pendidikan belum diutamakan. Jarak yang jauh menjadi kendala utama dalam tahap ini. Apalagi jika cuaca sering hujan dan air sungai meluap, mengakibatkan sampan sebagai sarana penyeberangan saat ini tidak bisa digunakan. 2

Akibatnya banyak pelajar yang tidak bersekolah. Inilah yang mengganjal pikiran dia saat ini. ”Setelah saya renungkan, pembangunan jembatan ini tetap akan dilaksanakan,” pak Ali menyampaikan niatnya untuk melanjutkan pembangunan jembatan yang menghubungkan desa Ganting Damai dengan dengan desa Ganting. “Sudahlah, pak. Turuti saja kata hati bapak,” demikian kata Danang sebagai perwakilan dari generasi muda dengan penuh keyakinan. “Pak, saya mau menyarankan agar rencana ini di tunda dulu,” kata Datuok Zubir mengiba. “Bagaimana dengan nasib masyarakat yang bekerja sebagai penarik sampan nantinya?” Buk Ani sebagai bendahara desa menambahkan, “Untuk hal ini, mereka nantinya bisa bekerja dalam proyek pembangunan.” Sambil memandang ke arah Datuok Zubir dengan penuh harap semoga dia bisa mengerti. 3

Sudah diduga bahwa pernyataan bendahara desa memancing suasana ricuh malam itu. Apalagi Datuok Zubir sebagai tokoh masyarakat yang banyak bergaul dengan penduduk ekonomi menengah kebawah. “Setelah pembangunan jembatan selesai, maka perekonomian desa kita akan semakin membaik,” kepala desa kembali menyampaikan pendapatnya. “Desa kita tidak sama dengan desa yang lain, Pak.” Sahut Datuok Udin sebagai perwakilan tokoh adat. “Ah kamu itu, ada-ada saja jawabanmu, di seberang namanya Ganting, di sini namanya Ganting Damai. Apanya yang tidak sama?” ungkap pak Irwan selaku wakil kepala desa untuk menenangkan suasana. “Namanya memang sama, Pak. Tapi cara berfikirnya tidak sama.” Datuok Udin spontan mengucapkan sebuah kalimat yang membuat semuanya terdiam. 4

“Memangnya di sana bagaimana?” tanya pak Irwan. “Disana mereka berfikir bagaimana mendapatkan karet sebanyak mungkin, sementara kita disini berfikir bagaimana supaya hasil karet kita terjual sebanyak mungkin.” Ungkapnya dengan penuh percaya diri tinggi sebagai wujud rasa bangga atas hasil kebun kampungnya. Tiba-tiba pak Ali berdiri sembari bertepuk tangan mendengar jawaban Datuok Udin. Ia paham betul bahwa dengan hasil karet yang dimiliki desanya, bisa menjadi salah satu aset penghasil terbesar nantinya. Reaksi ini, diikuti oleh mayoritas peserta rapat lainnya sebagai bentuk dukungan atas pemikiran Datuok Udin. Datuok Zubir terlihat menggeleng- gelengkan kepalanya seraya menatap kearah Datuok Udin. Sama sekali ia tidak menyangkan jika temannya sesama penikmat kopi di warung tek Unyuik tidak mendukungnya. 5

6

“Jadi, apakah kita sepakat untuk melanjutkan pembangunan jembatan ini?” kepala desa kembali bertanya kepada anggota rapat, lebih dari separuh menyatakan setuju atas rencana kepala desa tersebut. “Alhamdulillah, semoga keputusan bersama ini bisa kita jalankan bersama-sama.” Harap kepala desa. “Amin?” spontan buk Lina menjawab dan disambut dengan tawa peserta rapat lainnya. Diperkirakan pembangun jembatan ini membutuhkan waktu lumayan lama lebih kurang 8 bulan lagi. Makanya jauh-jauh hari kepala desa merencanakan acara peresmian jembatan nantinya bersamaan dengan ulang tahun desa mereka. Apalagi, saat ini kepala desa sudah mendapat kabar dari pihak kabupaten akan mendapatkan bantuan tunai pembangunan jembatan untuk memperlancar perekonomian masyarakat Desa Ganting Damai nantinya. 7

Mendengar hal ini, semakin membuat peserta rapat semkain tidak sabar untuk membayangkan betapa indahnya jika ini semua bisa berjalan dengan tertib dan lancar. Dengan harapan, semoga kelak desa mereka semakin maju dan sukses dimasa depan. Banyak keuntungan yang akan mereka peroleh, jika proyek pembangunan jembatan ini bisa terlaksana, roda perekonomian akan meningkat dengan semakin mudahnya akses perdagangan antar desa. Proses pembelajaran tidak akan terganggu dengan kondisi sungai yang meluap. Selain itu, mobilisasi penduduk berjalan dengan cepat dan singkat. “Untuk kelancaran kegiatan ini, saya menunjuk Pak Irwan dan Buk Ani sebagai ketua dan bendahara dalam proyek pembangunan ini.” Semuanya tersenyum lega atas kebijaksanaan kepala desa. Hanya saja, Datuok Zubir terlihat tersenyum sinis atas keputusan rapat tersebut. Namun dia harus berlapang dada menerimanya. 8

Pak Ali menunjuk Danang sebagai ketua penanggung jawab pengajuan proposal ke beberapa proyek yang ada di sekitar desa mereka. “Kalau bisa besok sudah mulai merancang proposal tersebut ya, Danang?” harap kepala desa kepadanya. “Siap, Pak. Kapan perlu malam ini akan saya kerjakan.” Tidak sabar seolah ingin melihat kelancaran kegiatan acara ulang tahun desa mereka nantinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB, artinya acara rapat kali ini harus segera diakhiri. Kepala desa menutup acara dengan membacakan surat keputusannya sembari menghimbau kepada perwakilan warga untuk tetap saling hormat dan menghargai hasil keputusan bersama. Bagi yang belum bisa, diharapkan untuk berlapang dada demi kemajuan desa kita bersama. Akhirnya satu persatu mereka meninggalkan ruangan rapat dan kembali ke rumah mereka masing-masing. 9

“Udin,” tegur Datuok Zubir seraya menghampirinya. “Zubir, sudahlah. Kamu ikhlaskan saja pembangunan jembatan itu.” Sahut Datuok Udin seolah paham maksud dan tujuan Datuok Zubir menyapanya. “Bagaimana dengn pohon keramat yang ada dekat rumah ku itu?” terang Datuok Zubir. “Dengan Bismillah, semuanya pasti bisa kita atasi.” Sahut Datuok Udin singkat. Datuok Zubir hanya cengar-cengir mendengar jawaban sahabatnya itu. “Assalamualaikum,” ujar Datuok Zubir. Dengan perasaan kecewa diapun berlalu meninggalkan Datuok Udin dan mengambil jalan ke simpang kiri arah rumahnya yang berada lebih rendah dari jalan desa di pinggir sungai kampar. Datuok Udin menyahut “Waalaikumsalam”. Keheranan atas sikap sahabatnya itu, namun tujuan semula harus tetap diprioritaskan. 10

2 DATUOK UBIE Desa Ganting Damai terletak di pinggir sungai Kampar. Terdapat sebuah pohon besar yang rindang dan tumbuh subur, disampingnya ada sebuah rumah tua yang dihuni oleh seorang kakek bernama Datuok Zubir atau lebih dikenal dengan panggilan Datuok Ubie. Datuok Ubie hidup sebatang kara, dia ditinggalkan oleh keluarganya puluhan tahun yang lalu. Menurut kabarnya Datuok Ubie sering melakukan perbuatan yang aneh, misalnya berbicara sendiri ketika memancing ikan. Kadangkala ditengah hutan dia juga suka berbuat hal yang sama. Sikap aneh Zubir ini sering dilihat oleh masyarakat sekitar desa. Bahkan banyak yang menuding kalau Datuok Ubie sudah mulai agak kurang waras atau gila. Namun tidak ada yang berani mengatakannya secara langsung. 11

Apalagi semenjak terakhir kali dia mengikuti rapat di balai desa. Tingkahnya semakin tidak menentu. Semakin pendiam dan suka menyendiri bahkan bergaul dengan sesama temanpun sudah tidak dilakoninya lagi. Senin siang sekitar pukul 10.30 WIB, datanglah Danang untuk meminta tandatangannya. Hal ini dilakukan untuk memperkuat posisi surat proposal yang akan diajukannya nanti. Terlebih lagi, Datuok Ubie adalah salah satu perwakilan tokoh masyarakat yang dituakan. “Assalamualaikum,” sahut Danang dari depan pintu rumahnya sambil mengetuk pintu rumah Datuok Ubie. “Waalaikumsalam, silahkan duduk nak!” sapanya ramah sembari membuka pintu dan mempersilahkan Danag duduk. “Terimakasih, Pak.” Ucapnya. “Ada keperluan apa ya, nak?” tanya Datuok Ubie. 12

“Mau minta tanda tangannya, Datuok.” “Jadi begini Datuok, kami sedang mencari sponsor untuk acara ulang tahun desa kita yang akan diadakan bulan Oktober nanti.” Terangnya. “Oh, begitu nak. Jika Datuok menjadi sponsor, apakah kamu yakin, kamu dapat mengajak orang orang untuk memindahkan pembangunan jembatan jauh dari rumah saya?” tawar Datuok Ubie. Danang diam sejenak, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia kesini hanya untuk meminta tanda tangannya, bukan membicarakan soal perubahan pembangunan jembatan. Melihat perubahan wajahnya Danang, Datuok Ubie pun tersenyum dan menarik kertas yang hendak disodorkan kepadanya. Tidak lama berselang, dia mengembalikan kertas yang sudah ditanda tanganinya. Danang menarik nafas lega, tidak menyangka kalau Datuok Ubie sudah mempermainkannya. 13

Beberapa saat kemudian Danang berlalu meninggalkan rumah Datuok Ubie. 14

“Boleh aku ikut serta bersamamu mengajukan proposal ini?” tawar Datuok Ubie kepada Danang. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, Danang mencoba untuk bertanya ulang, “Maksud Datuok?” menatap ke arah bibir Datuok Ubie untuk meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah. “He, boleh saya ikut serta mengantarkan proposal ini?” lebih jelas lagi. “Tentu saja Datuok. Itu sebenarnya yang Danang inginkan.” Seolah meyakinkan supaya ada perwakilan tokoh masyarakat yang menemaninya. Apalagi kemaren sempat perang dingin antara Datuok Ubie dan Datuok Udin. Tidak lama berselang, Datuok Ubie sudah siap untuk berangkat bersama dengan Danang menuju pabrik batu kerikil yang berada tidak terlalu jauh dari desa mereka. Apalagi perlengkapan administrasi semuanya sudah utuh dan lengkap disiapkan oleh Danang. 15

Sesampainya di pabrik PT. Kencana, mereka disambut oleh satpam dan dibawa langsung menghadap pimpinan mereka bernama pak Nofri. Setelah mebaca dan mempelajarinya, terlihat pak Nofri tersenyum kecil, “Baiklah, kalau begitu saya akan menjadi sponsor dari acara ini,” jelasnya dengan muka berseri-seri. “Terimakasih banyak atas bantuan bapak, kami sangat bersyukur bapak mau mengabulkan permohonan kami ini.” Jawab Danang dengan mimik bahagia. Pak Nofri tersenyum, “Iya, sama-sama. Saya berharap kerjasama kita kedepannya tetap berjalan dengan baik dan lancar.” Harapnya. Selain untuk acara ulang tahun desa nantinya, juga akan diadakan acara tahunan HUT RI ke-48 tahun ini. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa persaudaran dan kebersamaan, serta kekompakan semua pemuda dengan unsur yang ada di masyarakat desa, yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh 16

adat. Tokoh pemuda sudah mempunyai tekad yang sangat bulat, harapan mereka supaya desa ini semakin maju kedepannya. “Tapi, perlu saya tekankan disini.” Tiba-tiba pak Nofri diam sebentar sembari memandang kepada Danang dan Datuok Ubie. “Ada apa, pak?” tanya Danang penuh tanda tanya. Melihat perubahan ekspresi wajah yang seketika berubah dari pak Nofri. Akhirnya pak Nofri menceritakan perihal penipuan yang baru beberapa minggu lalu dialaminya. Salah satu oknum mengaku dari Dinas Sosial atas nama Edi diduga melakukan penipuan kepada masyarakat Desa Ganting, Kecamatan Salo. Dari pengakuannya, salah seorang oknum mengaku datang ke perusahaan pak Nofri untuk meminta bantuan dana dengan alasan untuk mengadakan acara kegiatan bedah rumah. Namun setelah, diperiksa ulang kesana, ternyata itu hanya penipuan semata. 17

Awalnya pelaku mendata salah satu rumah warga bernama Khairunas yang akan mendapatkan bantuan bedah rumah, Setelah ditemukannya rumah Khairunas, oknum tersebut meminta uang kepada istri Khairunas untuk biaya membeli matrai tiga buah. “Tujuan dari pungutan yang dilakukan oleh oknum tersebut, dengan alasan untuk mengajukan permohonan bantuan pembangunan wc dan sumur,\" jelasnya. Tidak sampai disitu, \"Setelah itu oknum tersebut mencari Syafrizal dan Jasman untuk dimintai KTP dan KK yang akan diajukan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah.” Pak Nofri melanjutkan ceritanya, “Setelah itu, masing- masing dari mereka diminta untuk membayar sebesar Rp2.100.000,00,\" terangnya. “Astaghfiruolloh,” balas Danang mendengar cerita pak Nofri tersebut. \"Data yang diperoleh oknum itu sebanyak ribuan orang untuk yang mendapatkan bantuan 18

di Kampar.” Lanjutnya. “Motif dari pelaku untuk membangun Sumur, dan toilet untuk rumah tapi kenyataanya nol,\" bebernya. \"Disini, perusahaan kami sudah kena tipu juga dalam jumlah lumayan besar.” Ternyata sebanyak lima orang karyawannya yang berasal dari desa Ganting, telah ditipu dengan mengatas namakan pimpinan mereka yaitu pak Nofri. Dia meminta kepada mereka agar segera meyetorkan sejumlah dana untuk mendapatkan bantuan kegiatan tersebut. Spontan dengan semangatnya mereka semua berbondong-bondong untuk meminjam ke perusahaan. Setelah beberapa hari kejadian, janji yang semula hanya diberikan selama tiga hari tidak kunjung datang. Ketika nomor itu di hubungi kembali, ternyata sudah tidak aktif. “Seandainya kami menemukan oknum itu, pasti kami akan minta pertanggungjawabannya,\" tutupnya. “Amin,” balas Datuok Ubie dengan wajah tulusnya mendukung niat pak Nofri tersebut. 19

“Tapi, setelah melihat wajah Datuok Ubie, saya menjadi yakin dan percaya.” Kembali raut mukanya tersenyum lega. “Alhamdulillah,” sambut Datuok Ubie. Dia tidak menyangka ternyata kehadirannya turut meyakinkan pak Nofri sebagai pimpinan perusahaan PT. Kencana. Datuok Ubie tersenyum kecil kearah Danang dan pak Nofri. “Begini saja, 3 minggu lagi Danang silahkan datang kesini dan mengambil sejumlah dana yang telah diajukan.” Sarannya. Terang saja hal ini membuat mereka berdua ternyum lepas dan bahagia. “Iya, pak. Nanti saya akan menghubungi bapak kembali kalau hendak mampir kesini,” sahutnya. Setelah bersalaman, mereka berduapun meminta izin untuk pamit dan tidak lupa untuk turut mengundang kehadiran pak Nofri di acara ini. Ajakan ini ternyata mendapat respon positif dari pak Nofri, dan menyatakan kesiapannya untuk hadir. 20

Selama menempuh perjalanan pulang, Danang melihat adanya peruabahan sikap yang ditunjukkan oleh Datuok Ubie. Dia terlihat murung dan kurang bersemangat. Hal ini selalu diperhatikannya dari kaca spion sepeda motor miliknya. Kembali Danang teringat pesan Datuok Zubir sebelum dia memeinta tanda tangannya Datuok Ubie. Kalau dia tidak mau, jangan dipaksa. Sesungguhnya dia dalam keadaan kurang baik atau ada masalah. Ini yang menjadi teka-teki bagi Danang, ada masalah apa sebenarnya yang dialami oleh Datuok Ubie. Sehingga dia hanya bisa menyimpan pertanyaan tersebut dalam hatinya. Bagaimanapun juga Datuok Ubie telah berjasa dalam pengajuan dana proposal acara ulang tahun desa mereka. 21

3 HUTAN BUNIAN Cuaca siang ini lumayan panas, matahari sudah meninggi berdiri tepat di atas kepalanya Datuok Ubie. Sekitar pukul 12.00 WIB, ketika sedang asyik memancing ikan, tiba-tiba Datuok Ubie mendengar suara seorang perempuan memanggilnya dari pohon besar yang ada di samping rumahnya. Langsung Datuok Ubie menoleh dan memandangi wanita tersebut. Seolah sudah saling mengenal dari awal, diapun meninggalkan pancingannya dan segera berlalu menuju perempuan tersebut. “Kapan kanda akan ikut serta menemani dinda pulang?” ajaknya ramah kepada Datuok Ubie. “Kebetulan sekali, sebenarnya kanda sudah tidak nyaman lagi tinggal disini,” balasnya. Merekapun larut dalam pembicaraannya. 22

Tanpa disangka dan diduga, ternyata mereka berdua sudah sampai ke tempat kediamannya Odet. Sebuah istana megah dan besar sudah berdiri kokoh disamping sungai indah di tenagh hutan. Sementara disebelahnya terdapat beberapa rumah penduduk yang juga terlihat megah dan asri. Namun dibalik itu semua, yang lebih mengherankan lagi. Wajah keriput Datuok Ubie selama ini telah berubah menjelma menjadi seorng pemuda yang gagah dan tampan. Datuok Ubie tidak memperdulikan itu semua, yang penting baginya sekarang dia bahagia dan jauh dari segala macam beban hidupnya. Ketika mereka berdua hendak sampai di pintu istana, para pengawal segera membukakan pintu dan mempersilahkan masuk sambil membungkukkan badannya. “Silahkan masuk, tuan puteri dan pangeran.” Ucap pengawal kepada kepada mereka berdua. 23

24

Belum lagi hilang rasa penasarannya, kembali Datuok Ubie dikejutkan oleh kehadiran para pelayan yang begitu sigap menyiapkan berbagai macam hidangan enak dan lezat di meja makan. “Selamat menikmati, tuan puteri dan pangeran.” Ujar salah seorang pelayan sambil berlalu meninggalkan ruang makan dan menutup pintu. “Ayo, kita makan siang kanda,” sapanya ramah dan lembut. Belum lagi hilang rasa haru dan bahagianya, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara ketukan pintu sambil memanggil-manggil nama pangeran. “Tuan pangeran, tuan?” sahutnya dari balik pintu. Ida segera membukakan pintu dan terlihat begitu marah atas sikap mereka. “Apa kalian tidak tahu, sekarang jadwal makan siangnya pangeran,” dengan suara tegas dan lantang. “Sudahlah, dinda.” Tahan pangeran untuk meredam emosi Odet istrinya. 25

“Maafkan kami, pangeran Gobel.” Kembali dia keheranan dengan panggilan tersebut. Namun dia tetap bersikap tenang dan mendengarkan cerita pengawal tersebut. Setelah selesai, mereka dipersilahkan pergi. “Maafkan dinda, ya kanda.” Mereka telah menagganggu waktu makan siangnya kanda.” Ucap Odet dengan nada lirih ke arah Gobel. Kali ini, mereka bisa makan dengan tenang tanpa ada gangguan dari siapapun. Selepas makan siang, mereka berdua bergegas menuju ruang utama istana untuk menemui sang raja ayahnya Odet. Menurut informasi dari pengawal tadi, raja ingin menyampaikan hal yang sangat penting kepada mereka berdua. “Odet, anakku. Setelah kepergian ibumu beberapa minggu yang lalu, sudah tiba saatnya bagi ayah untuk menyerahkan tahta kerajaan ini kepada suamimu, Gobel.” Menoleh kearah Gobel dan berharap dia tidak menolaknya. 26

“Tapi, ayah,” sambung Odet dengan nada sedih. “Ini sudah hukum alam kita nak, setiap raja hutan Bunian yang sudah menyerahkan tahta ke pewarisnya, harus segera bertapa dan pergi menyendiri” terangnya singkat. “Apakah kamu bersedia, Gobel?” tanyanya sembari menunggu jawaban Gobel. “Kalau memang itu yang terbaik, saya bersedia paduka raja.” Jawabnya tegas. “Baiklah, karena pangeran dan ratu sudah bersedia. Mulai hari ini, tahta kerajaan akan aku serahkan kepada mereka.” Langsung pengumuman ini disampaikan ke khalayak ramai dan mereka semua setuju dengan keputusan raja tersebut. Bahkan dalam rangka penyambutan acara ini diadakan acara syukuran selama seminggu sebagai ritual kerajaan yang sudah turun temurun dilaksanakan. Semua penduduk turut ikut andil dan bersuka cita didalamnya. 27

Sekarang resmi sudah, Gobel menjabat sebagai seorang raja di istana hutan Bunian yang ke-19. Seluruh rakyat senang dan gembira dengan terpilihnya Gobel, sebagai raja mereka yang baru. Selain karena masih muda, dia juga mempunyai banyak ide-ide cemerlang untuk memajukan kehidupan istana dan rakyatnya. “Kanda, berjanjilah untuk tidak akan pernah meninggalkan dinda lagi seperti dahulunya.” Harap Odet kepada Gobel suaminya. Rupanya sudah sejak lama mereka saling bertemu, namun Gobel tidak mau diajak ke istana. Berbagai alasan dia kemukakan untuk menolak semua ajakan Odet tersebut. Tapi semenjak adanya permasalahan yang datang kepadanya tentang pembangunan jembatan penghubung desa mereka, diapun mengiyakan ajakan Odet untuk menemaninya ke istana dan bersedia menjadi pendamping hidupnya. Bahkan dia tetap berniat akan membantu warga desanya. 28

“Iya, dinda. Tapi jika suatu saat aku rindu dengan kampung halamanku bagaimana?” pintanya dengan sopan. “Kalau untuk hal itu, dinda tidak bisa menolak. Tapi kanda harus segera kembali, karena kanda sekarang adalah seorang raja di hutan Bunian ini.” Sahutnya lembut. Mendengar penjelasan itu, luluhlah hatinya Gobel dan mengangguk pelan sebagai rasa syukur dan hormat atas sikap lemah lembut yang ditunjukkan istrinya tersebut. Suasana berbeda semakin hari semakin dirasakan oleh Gobel. Berbagai bentuk kemajuan telah dinampakkan olehnya. Pembangunan yang semakin pesat menjadikan hutan Bunian semakin indah, dibandingkan awal mula kedatangannya kesana sebelum dipanggil dengan nama Gobel. Namun, satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah kerinduannya akan warga desanya. Kampung halamannya yang telah membesarkannya hingga saat ini. 29

Sebenarnya Gobel sadar, kalau dia saat ini sedang tinggal dialam yang berbeda dengan kehidupan aslinya. Namun dia sendiri tidak tahu, dunia apa yang sekarang dijalaninya. Setiap kali dia ingin kembali, maka kondisi tubuhnya kembali menjadi tua seperti sedia kala. Namun, semua kembali berubah setelah dia kembali ke dunia hutan Bunian. Dia menjadi pemuda yang kuat dan perkasa. Memang sulit untuk dijelaskan, tapi itulah yang dirasakan oleh beberapa masyarakat yang tinggal tidak terlalu jauh darinya. “Datuok Ubie?” sapa nenek Ongah tetangganya. Namun sahutan dia tidak mendapat balasan. Sudah beberapa hari ini, dia tidak melihat kehadiran Datuok Ubie. Bahkan pancingannya masih terletak utuh di pinggir sungai. 30

4 DUNIA LAIN Pagi ini, nenek Ongah seperti biasanya menyapu halaman rumahnya yang sudah banyak dipenuhi oleh daun-daun kering yang berguguran. Rutinitas ini sudah dia jalani semenjak dirinya sudah tidak sanggup lagi pergi ke kebun. Sekarang biaya hidup sepenuhnya ditanggung oleh anak semata wayang bernama Kucai. Ketika sedang asyik menyapu halaman, tiba-tiba sebuah dahan ranting pohon yang sudah kering jatuh disampingnya. Untung saja, nenek Ongah tidak terkena timpahan dahan ranting kering tersebut. “Astaghfirulloh, ada apa dengan Kucai anakku?” seketika dia teringat akan anaknya. Seketika, berbagai duga dan prasangka datang menghampirinya sambil berputar mengelilingi keliling kepalanya. 31

Sejenak nenek Ongah duduk dan terdiam sejenak. Beberapa menit kemudian, dia bangkit dan masuk ke dalam rumah untuk mengambil seteguk air minum. Rasa pusing yang tidak bisa dia hindari, akibat kejadian yang hampir saja mencelakakan dirinya. Belum hilang rasa pusing di kepala, tiba- tiba dia dikejutkan oleh suara dari kerumunan warga yang datang bergerombolan menuju rumahnya. Terlihat mereka sedang membopong seorang laki-laki secara bersama-sama. Melihat arah mereka menuju rumahnya, jantung nenek Ongah semakin berdetak kencang. Benar saja dugaannya, anaknya Kucai terlihat bersimbah darah dan terkulai lemas seolah tidak berdaya. Darah segar masih mengalir dari beberapa anggota tubuhnya, seperti kaki, punggung dan kepalanya. Melihat kejadian ini, hampir saja membuat nenek Ongah jatuh pingsan. Untung ada beberapa orang warga yang berdiri disamping untuk menyambutnya. 32

Rupanya Kucai jatuh dari sepeda motornya, entah apa sebabnya dia mengalami pusing dan tidak beberapa lama dia terjatuh menabrak sebatang pohon karet ketika sedang menuruni sebuah jalan yang banyak kerikil serta tumpukan pasir yang kering. Kejadian ini mengakibatkan, ban sepeda motornya oleng dan kejadian naas itu pun tidak dapat dielakkan. Warga yang sedang memanen karet melihat langsung kejadian tersebut segera memberikan pertolongan pertama kepada Kucai. Mereka membawa pulang dia ke rumah dengan bergantian, sebagai wujud kerjasama yang masih harmonis dalam suasana desa. Seminggu setelah kejadian, nenek Ongah mulai mengalami masalah dalam keuangannya. Biaya hidup yang harus ditanggung serta biaya pengobatan anaknya juga terasa berat baginya yang sudah tua renta ini. Alhamdulillah dalam biaya pengobatan Kucai, dia mendapat bantuan dari pemerintahanan desa. 33

Saat-saat sulit seperti ini, nenek Ongah sangat membutuhkan uluran tangan dari orang lain. Terutama untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari. “Assalamualaikum,” terdengar panggilan dari suara seorang laki-laki paruh baya di depan pintu rumahnya. Segera dia menghampiri, “Waalaikumusalam,” menjawab pelan dan membuka pintu. Alangkah terkesimanya nenek Ongah melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya tersebut. Sosok yang sudah tidak asing baginya, karena dia merupakan tetangganya sendiri. Ternyata dia adalah Datuok Ubie. Karena sudah lama tidak berjumpa dia melihat adanya perubahan yang cukup banyak diwajahnya. Tampak Datuok Ubie lebih segar dan terawat, dibanding selama ini kusam dan berantakan. Meskipun keriput diwajahnya tetap tidak bisa hilang karena sudah takdirnya. Segera dia mempersilahkan Datuok Ubie masuk. 34

“Kemana saja kamu, Ubie!” tanyanya penuh dengan rasa heran. “Nggak kemana-mana, Ngah.” Jawabnya singkat. Sudah seminggu lebih Datuok Ubie tidak pernah muncul di kediamannya. Pintu rumahnya selalu tertutup siang dan malam. Nenek Ongah yang selalu memperhatikan, jadi bertanya-tanya kemana perginya Datuok Ubie. Padahal dalam perhitungan Datuok Ubie, sudah lebih dari setahun dia pergi ke hutan Bunian. Sudah banyak pembangunan yang dia lakukan disana, ternyata dalam kalender manusia baru hanya seminggu dia menghilang. “Bagaimana kabarnya, Ngah?” tanya Datuok Ubie membuka pembicaraan. “Yah, beginilah Ubie. Aku sekarang dalam kesusahan,” jawabnya dengan raut muka sedih. “Aku sudah tahu, apa sebenarnya yang terjadi dengan keluargamu.” Jawab Datuok Ubie. Spontan dia membuat raut muka nenek Ongah berubah karena seolah tidak percaya. 35

36

“Dari mana kamu mendapat kabar tentang musibah yang menimpa kami?” kembali ia bertanya. “Meskipun aku tidak ada disini, tapi semua info tentang kampung ini selalu sampai kepadaku.” Jawabnya singkat. Kembali nenek Ongah menceritakan awal mula kejadian yang menimpa anaknya Kucai, sampai dia merasakan kesulitan ekonomi seperti sekarang ini. Melihat ujian yang menimpa nenek Ongah, dengan suka rela Datuok Ubie menawarkan bantuan kepadanya. Dan itu, menjadi salah satu alasannya untuk datang kerumah nenek Ongah hari ini. “Aku harap Ongah mau menerima bantuan ku ini,” seraya mengeluarkan kantong berisi uang kehadapannya. “Apa ini, Ubie.” Semakin lerut dalam kebimbangan dan keraguan. “Terimalah, kebetulan aku ada sedikit uang, untuk meringankan beban hidupmu, Ngah.” 37

Belum sempat nenek Ongah mengajukan pertanyaan lainnya, Datuok Ubie segera minta izin untuk pamit. Dia mengatakan akan pulang kembali ke rumahnya, setelah lama ditinggalkan. “Terima kasih banyak ya, Ubie.” Ucap nenek Ongah kepada Datuok Ubie dan dibalas dengan anggukan kepala. Kemudian Datuok Ubie terlihat terus berjalan meninggalkan rumah nenek Ongah menuju kediamannya. Sejenak, nenek Ongah terus melihat dan memperhatikan perubahan pada tingkah laku Datuok Ubie. Memang belakangan ini dia dikenal pendiam dan susah untuk diajak bicara. Apalagi tingkahnya yang sering membuat orang lain tidak habis pikir. Akhirnya, kehidupan normal kembali nenek Ongah jalani. Dengan bantuan yang diberikan Datuok Ubie kepadanya, dia bisa menjalani aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala. Tetangganya yang sempat hilang sekarang telah kembali. Rumah yang selama ini tertutup rapat, 38

sekarang sudah terbuka kembali. Sampai pada suatu pagi, nenek Ongah kembali melihat rumah Datuok Ubie kembali sepi seperti tidak ada penghuninya. Penasaran dengan keadaan itu, nenek Ongah kembali mencoba mengetuk pintu rumahnya Datuok Ubie. Namun kejadian beberapa hari yang lalu kembali terulang. Rumah sepi dan sunyi kembali terlihat disebelah kediamannya nenek Ongah. Tanda-tanda kehidupan mulai tidak muncul. Ketika hendak pergi berbelanja ke warung tek Unyuik, disana nenek Ongah mendengar kisah aneh lainnya tentang Datuok Ubie. Setelah mendengar dengan seksama percakapan mereka dapat ditarik kesimpulan olehnya, bahwa mereka baru saja dibantu oleh Datuok Ubie berupa uang dalam jumlah lumayan banyak. Sehingga mereka bisa menyicil pembayaran hutang mereka kepada rentenir yang selama ini semakin menjadi-jadi menggerogoti warga miskin. 39

Mendengar cerita tersebut, nenek Ongah menjadi semakin heran ada apa sebenarnya dengan Datuok Ubie. Ternyata dia semakin dermawan semenjak menghilang beberapa hari yang lalu. Pertanyaannya, dari mana dia mendapat uang sebanayk itu. Padahal selama ini, dia sendiri hidup dalam serba kekurangan. Setelah selesai membeli keperluan dapurnya, nenek Ongah kembali ke rumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada anaknya Kucai. Menanggapi kisah tersebut, rupanya Kucai juga mendapat berita tentang temannya yang tinggal di seberang sungai bernama Lintang. Lintang menceritakan bahwa beberapa hari yang lalu dia ditimpa musibah, sepeda motornya hilang dan tidak lama berselang rumahnya didatangi oleh Datuok Ubie. Dia mendoakan semoga motornya bisa kembali, dan tidak lupa dia memberikan sedikit santunan kepada Lintang ssebagai pelipur lara. 40

“Besoknya sepeda motor milik Lintang, kembali ke rumahnya terparkir dengan rapi lengkap dengan kuncinya” terang Lintang. Mendengar cerita Kucai, nenek Ongah semakin tidak menyangka ternyata kebaikan Datuok Ubie sudah terlalu banyak. Ingin rasanya mengetahui dari mana sumber kekayaan yang dimiliki oleh Datuok Ubie tersebut, namun itu bukan hal yang mudah. Ditambah dengan kehadirannya yang tidak bisa diduga-duga. Setiap ada warga kampung yang mendapat musibah, cerita tentang kebaikan Datuok Ubie semakin menyebar. Namun, seringkali ketika warga hendak datang bertamu mengucapkan terima kasih dia tidak ada di kediamannya. Bahkan rumahnya selalu terkunci, kejadian ini bahkan dibenarkan oleh nenek Ongah tetangga dekatnya. 41

5 HILANG KESADARAN Kejadian ini berlangsung beberapa bulan kedepannya. Sosok Datuok Ubie seolah menjadi misteri ditengah masyarakat pada umumnya. Kebaikannya telah membuat banyak warga menjadi penasaran dengan keberadaannya. Bahkan dia menjadi topik hangat pembicaraan warga setiap kali bertemu satu sama lainnya. Kejadian ini bahkan sampai kepada telinganya pak Nofri selaku kepala desa. Diapun merasa takjub dengan segala macam kebaikan yang telah dibuat oleh Datuok Ubie. Bahkan dia menyebut, kalau Datuok Ubie adalah sosok penyelamat bagi warga desanya. Akhirnya pembangunan jembatan mulai dilaksanakan. Masyarakat terlihat sibuk mendirikan tenda yang nantinya akan digunakan oleh bapak Bupati dan jajarannya, serta undangan lainnya. 42

Sebagai acara resmi, kegiatan ini dibuka langsung oleh bapak Bupati dengan meletakkan batu pertama sebagai awal mula pembangunan jembatan. Kegiatan ini berjalan dengan khidmat dan tertib. Terlihat bapak Bupati merasa bangga atas prestasi dan kinerja kepala desa yang terus- terusan berusaha memajukan perekonomian desanya. Dalam kata sambutannya bapak Bupati juga menambahkan, semoga kedepannya Desa Ganting Damai semakin maju dan tidak kalah dengan desa-desa lainnya yang ada di kecamatan Salo. Tepuk tangan riuh silih berganti, seolah menyatakan persetujuan atas dukungan yang telah diberikan oleh pihak kabupaten. Setelah kegiatan pembukaan selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Meskipun suasana lumayan panas, tidak menghalangi antusias warga untuk turut serta dalam jamuan tersebut. Semua menikmati hidangan yang telah disajikan dengan lahapnya. 43

“Danang, kamu ada jumpa Datuok Ubie?” tanya Datuok Udin. “Tidak, Datuok. Terkahir kali saya jumpa dengan Datuok Ubie setelah mengantarkan proposal ke PT. Kencana.” Terangnya. “Sayang sekali dia tidak hadir di sini. Coba perhatikan rumahnya tertutup rapat.” Sambil menunjuk kearah rumahnya yang sepi. “Atau, jangan-jangan dia masih marah kepadaku.” “Ah, Datuok jangan berkata seperti itu. Memangnya Datuok ada masalah apa dengan Datuok Ubie?” tanya Danang mencoba mencari tahu akar permasalahannya. Datuok Udin mulai menceritakan kejadian sebenarnya dari mula pertama kali dia mendengar cerita Datuok Ubie tentang keberadaan kaum yang tinggal di hutan Bunian. Datuok Ubie menceritakan, kalau mereka tinggal di sekitar pohon besar yang rumahnya sekarang ini. Disana, dia sering bermain dan berkumpul bersama mereka. 44

“Jadi, kita melihat dia bicara sendiri itu sebenarnya bukan karena dia gila.” Kembali melanjutkan pertanyaannya. Sebenarnya Datuok Udin tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh datuok Ubie. Apalagi dia menceritakan kalau dia disana sangat disayang bahkan ingin dipinang oleh puteri raja dan hendak diangkat menjadi seorang pangeran. “Terus, Datuok?” seolah tidak sabar ingin mendengar cerita selanjutnya. Makanya, inilah salah satu penyebab dia tidak mau adanya penebangan pohon besar untuk pembangunan jembatan di desa kita ini. Katanya, jika pembangunan dilanjutkan maka istana hutan Bunian akan hancur. “Apa yang Datuok katakan kepada Datuok Ubie?” terpancing untuk mencari duduk permasalahannya. “Aku tidak percaya dengan ceritanya, sejak itu dia mulai menjauh dariku.” Ungkapnya. 45

Sore harinya, alat-alat berat sudah mulai berdatangan di Desa Ganting seberang Desa Ganting Damai. Penanaman pondasi jembatan menggunakan perlatan canggih dan modern. Tidak lain supaya tingkat kekuatannya bisa bertahan lama dan aman bagi warga yang berlalu lalang nantinya. Sementara, di desa Ganting Damai mulai melakukan kegiatan pembersihan areal sekitar tempat ujung jembatan nantinya. Salah satunya adalah pohon besar disamping rumahnya Datuok Ubie. Warga hendak meminta izin kepadanya, namun keberadaannya tidak diketahui. Maka aparat pemerintahan desa mengambil kebijaksanaan untuk tetap melangsungkan kegiatan tersebut. Selain pohonnya yang besar dan kayunya juga bisa digunakan untuk sebagai papan alas pengecoran semen pondasi jembatan. Akhirnya proses pembangunan ini berjalan dengan semarak, apalagi dibantu warga secara sukarela. 46

Saat hendak melakukan penebangan pohon besar itu, mata Datuok Ubie tidak bisa lengah sedikitpun untuk memperhatikan proses kegiatan tersebut berlangsung. Antara percaya dan tidak dengan cerita sahabatnya Datuok Ubie, dia sendiri bimbang antara sahabat atau khayalannya semata. Dia yakin dan percaya, kalau sahabatnya itu telah dibawa oleh makhluk halus ke alam jin. Turun temurun, Datuok Udin pernah mendengar cerita tersebut dari orang tua terdahulu. Namun, dia tidak serta merta langsung mempercayainya. Pada mulanya, para pekerja kesulitan untuk melakukan penebangan pohon besar tersebut. Akhirnya alat pemotong ditambah lebih banyak lagi. Akhirnya setelah beberapa jam, pohon besar itu pun tumbang dan disambut dengan sorak warga yang bergemuruh. Datuok Udin hanya bisa berdoa semoga sahabatnya Datuok Ubie segera kembali dan selamat dari gangguan makhluk halus tersebut. 47

48

“Bagaimana dengan proses pembangunan jembatan desa kita, Pak Irwan?” tanya kepala desa kepada ketua pelaksana. “Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar, Pak.” Jawabnya. “Bagaimana dengan hak para pekerja, apa mereka mendapat sesuai dengan yang sudah kita janjikan diawal kontrak kerja mereka?” sambung pak Ali. “Semua hak mereka kita berikan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam anggaran kita, Pak.” Sahut buk Ani menimpali pertanyaan kepala desa. “Syukurlah, saya harap kita tetap menjadi pemimpin yang amanah. Ingat, semua yang kita lakukan akan kita pertanggung jawabkan kepada yang Maha Kuasa,” nasehat pak Ali kepada bawahannya. Mendengar ucapan tersebut, mereka yang ada dalam ruangan kepala desa serentak menganggukkan kepala. 49

Beberapa minggu berikutnya, ada sebuah kejadian yang cukup menggemparkan warga. Salah seorang warga bernama Mail melihat Datuok Ubie tergeletak lemas di pinggir sungai dekat kebun pohon karet miliknya. Dia ditemukan dalam keadaan lusuh dan terlihat seperti tidak pernah mandi dalam waktu cukup lama. Jambang yang panjang sampai ke janggut tumbuh liar seolah tidak pernah dirawat. Keadaannya bertolak belakang dengan cerita dari beberapa warga yang pernah didatanginya. Sekarang dia tinggal menggunakan pakaian lusuh serta bau yang tidak sedap di hidung. Setelah beberapa hari, akhirnya dia bisa duduk kembali seperti sedia kala. Meskipun masih lemas, dia tetap mencoba untuk duduk dan berjemur di halaman rumahnya. Ketika hendak dikonfirmasi tentang keberadaannya selama ini, dia mengatakan tidak ingat apa yang sudah terjadi dengannya. Bahkan, dia tidak tahu kenapa bisa sampai ke kebun karet Mail. 50


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook