0
1
2
ESSAI TENTANG GAGASAN BARU UNTUK PENGAJARAN AUD BERBASIS ICT Amalia Prastikasari, 05120025 Semester 3 PG PAUD Universitas Narotama Di era modern seeperti sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi pemicu berlangsungnya perubahan yang sangat pesat pada bebagai kehidupan baik individu maupun masyarakat umum. Kemajuan Teknologi telah menembus batas-batas Negara sehingga tidak ada lagi sekat antara satu negara dengan negara lain. Masyarakat tidak lagi terdikotomi pada status kultur dan geografi melainkan telah menyatu dengan komunitas masyarakat dunia. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mampu memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Namun sayangnya, sejauh ini pemanfaatan TIK bagi pembelajaran masih belum optimal, terlebih untuk anak usia dini. Pembelajaran aktif menjadi fokus lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pada dasarnya tokoh aliran kognitif antara lain teori Gestalt, teori Bloom, teori perkembangan Piaget, teori belajar bermakna Ausubel dan Teori Bruner, menyatakan bahwa anak usia dini belajara melalui benda kongkrit dengan menggunakan media pembelajaran secara nyata. Didasari oleh salah satu tokoh aliran kognitivisme Jean Piaget, bahwa perkembangan kognitif anak usia dini berada pada tahap pra-operational kongkrit dan David P. Ausubel yang terkenal dengan konsep belajar bermakna, oleh sebab itu pembelajaran yang dirancang pada anak usia dini membutuhkan benda-benda kongkrit, dilakukan dengan menyenangkan dan bermakna anak-anak, dapat direspon dan menstimulasi seluruh indera sehingga memproses perkembangan otak anak dengan tepat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak menutup kemungkinan hal ini dapat diterapkan secara aktif oleh seorang guru atau pendidik PAUD dalam mengembangkan pembel ajaran. Mengapa demikian ?, karena ilmu pengetahuan dan 3
teknologi yang semakin berkembang pesat memberi kemudahan, manfaat dan juga mengenalkan konsekuensi dari penggunaan tersebut. Perkembangan teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya. Menurut Rosenberg (2001)dengan berkembangnya penggunaan TIK ada 5 pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu : a) Dari pelatihan ke penampilan. b) Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja. c) Dari kertas ke on line atau saluran. d) Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja. e) Dari waktu siklus ke waktu nyata.Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, computer, internet, email dsb. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim (komunikator atau sender) menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. Arti lainnya, segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik, seperti mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca barcode, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar kerja, peralatan komunikasi dan jaringan.TIK diartikan sebagai proses penyampaian data menggunakan alat komunikasi sehingga terjadi sistem pengiriman data. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengungkapkan penerapan TIK dalam pendidikan anak usia dini ada 2 bentuk. Pertama, sebagai bahan ajar. Hal ini berdasarkan teori pendidikan yang diuraikan sebelumnya bahwa anak usia dini belajar melalui benda konkrit, menggunakan media-media komunikasi sebagai bahan pembelajaran secara kongkrit. Mengenalkan media-media komunikasi melalui tema tertentu seperti alat telekomunikasi, tujuan penerapan TIK bagian pertama adalah memberikan pengalaman langsung dalam memperoleh ilmu pengetahuan tentang 4
TIK.Anak usiadini mempelajari sesuatu secara kongkrit, bagian-bagian fisik media, mengenal fungsinya dan cara menggunakannya secara tepat. Tema- tema terkait media komunikasi dapat menjadi pilihan dalam pengenalan jenis media komunikasi antara lain telepon, komputer, internet, radio, televisiatau Handphone (telephon seluler) dan sebagainya.Berdasarkan pergeseran menurut Rosenberg (2001), maka media komunikasi ini mengalami pergeseran strategi pembelajaran yang awalnya guru hanya melakukan pembelajaran di dalam kelas, dengan perkembangan TIK maka penerapan TIK dalam pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas atau dimana saja, seperti di labor komputer, kantor telkom, atau tempat yang mendukung pembelajaran TIK lainnya. Ini menunjukkan bahwa penerapan TIK menjadikan pembelajaran semakin mudah dapat dilakukan kapan dimana saja. Penerapan TIK kedua, media komunikasi digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran sebagai alat yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.Penerapan dapat berupa TIK terpadu.TIK merupakan teknologi terpadu sebagai tahap lanjut dari teknologi cetak, audio-visual, dan teknologi berbasis komputer. Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor. Berbagai aplikasi komputer biasanya disebut computer-based intruction (CBI), computer assisted instruction (CAI), atau computer-managed instruction (CMI).Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan teknologi ini, khususnya dengan menggunakan komputer yang berspesifikasi tinggi, yaitu tingginya interaktivitas pembelajar dengan berbagai macam sumber belajar.Dapat disimpulkan bahwa penerapan kedua merupakan efektifitas bagi guru dalam menyampaikan materi kepada anak-anak. Program PAUD merupakan salah satu program prioritas Depdiknas, karena pada masa usia PAUD 0-6 Tahun adalah masa yang paling potensial untuk membangun dan menumbuhkembangkan potensi anak. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut golden age. Anak Usia Dini sedang dalam 5
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Anak Usia Dini belajar dengan caranya sendiri karena kepribadian mereka belum bisa diatur secara maksimal. Jadi kesabaranlah yang harus diutamakan saat mendidik dan mengajari Anak Usia Dini. Untuk belajar saja biasanya anak merasa cepat jenuh karena lebih menyukai bermain dan hal-hal yang menyenangkan. Dengan mengubah mindset belajar dengan menggunakan hasil TIK Pendidikan seperti penggunaan gambar-gambar animasi diharapkan anak bisa menikmatinya serta memperagakannya. Anak biasanya suka melihat gambar-gambar yang bergerak daripada gambar-gambar diam. Bahkan sering menirukan gaya dan suaranya, contoh saja upin-ipin, spongebob, dan lain-lain. Dari sekian banyak media yang dapat digunakan di lembaga PAUD, film animasi merupakan salah satu media pengajaran hasil IT yang dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan minat belajar anak. Film animasi merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Media film ini pada umumnya disenangi oleh anak-anak karena karakter gambar animasi yang menarik. Hamalik (Arsyad. A : 2003 : 15) mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak ketika bercakap-cakap, tanya jawab dan Iain-lain, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang bila dipandang perlu. Serta mendorong dan meningkatkan motivasi anak dalam menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Gambar-gambar dan suara yang muncul pada film yang menampilkan tayangan cerita dalam bentuk animasi kartun juga membuat anak tidak cepat bosan. Sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi serta anak-anak didorong untuk mengenal dan mengetahui manfaat teknologi, sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar dan antusias terhadap cerita yang ditayangkan pada film animasi khususnya pada proses pembelajaran yang menunjang pendidikannya. Dengan kesiapan jiwa anak peserta didik dalam menerima perkembangan pembelajaran yang berbasis TIK akan mempermudah pemahamannya. Penggunaan Information and Communication Technology (ICT) hendaknya sesuai dengan kapasitas 6
usia peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Berdasarkan kenyataan bahwa pada dasarnya pengaruh teknologi terhadap peserta didik memang sangatlah mudah berkembang. Maka perlu Pendidikan yang berkarakter agar bisa membantu proses pembelajaran sesuai dengan umur peserta didik. Adapun yang berkaitan dengan model pembelajaran yang berdasarkan TIK sangatlah beperan dalam kelangsungan hidup masa mendatang. Kecerdasan intelektual bukanlah sebab mendasar dalam membangun peradaban, karena peradaban sangat mempengaruhi pemanfaatan dari perkembangan pembelajaran yang berbasis TIK untuk memaksimalkan dan membangun peradaban, maka satu-satunya alasan yang rasional dan universal adalah faktor karakter. Untuk menyediakan TIK dalam PAUD yang layak, guru perlu memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak. TIK yang digunakan memperhatikan perkembangan anak. Selain itu pula TIK dalam PAUD memperhatikan waktu yang singkat ; 10-20 menit untuk anak usia 3 tahun, dan 40 menit untuk anak usia 4 sampai 6 tahun., serta peralatan dan ruang yang cocok bagi anak. Untuk menyediakan TIK dalam PAUD yang layak anak, harus memenuhi delapan prinsip untuk menentukan kesesuaian aplikasi TIK yang akan digunakan. Delapan prinsip dimaksud adalah sebagai berikut : a) Pastikan tujuan Pendidikan. b) Mendorong kolaborasi. c) Mengintegrasikan dengan aspek-aspek lain dari kurikulum. d) Anak harus berada dalam control. e) Pilih aplikasi yang transparan dan intuitif. f) Hindari aplikasi yang mengandung kekerasan. g) Sadar akan isu kesehatan dan keselamatan. h) Pendidikan mendorong ketertiban orang tua. Salah satu produk IT yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar – mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini adalah Internet. Internet ialah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank, perusahaan bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio). 7
Peran Internet Dalam Dunia Anak Dunia anak adalah dunia yang paling menyenangkan. Hampir setiap orangtua selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, terutama kala mereka masih kanak-kanak karena masa anak-anak adalah masa yang paling menentukan dalam proses pertumbuhan psikologis mereka di masa mendatang. Dengan memberikan pendidikan yang tepat kepada anak, maka akan dapat diperoleh landasan yang kuat bagi masa depan anak-anak itu. Media informasi internet merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang tepat untuk menetapkan pendidikan yang sesuai bagi anak. Berikut ini beberapa situs Indonesia yang berhubungan dengan pendidikan anak: a.e-SmartSchool.com Alamat Situs: http: //www.e-smartschool.com. Situs pendidikan anak yang menyajikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi anak didik, mulai dari informasi pengetahuan komputer, pengetahuan umum, cerita anak/dongeng, pelajaran sekolah, konsultasi seputar pendidikan, informasi untuk para orangtua, dan contoh- contoh hasil karya. Situs ini juga dilengkapi dengan keanggotaan, sehingga Anda atau anak Anda dapat memasuki member area dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai member dan melakukan login. Tersedia juga bank soal untuk materi SD, SMP dan SMU. Karena tampilannya yang cukup menarik, situs ini telah mendapatkan penghargaan sebagai Situs Terbaik Periode 2004-2005 versi Komputer Aktif untuk kategori Pendidikan. Dampak Positif dan Negatif Internet Terhadap Perilaku dan Kehidupn Anak Usia Dini • Dampak Positif Internet dapat dimanfaatkan untuk memupuk semangat belajar secara mandiri pada anak, misalnya dengan memanfaatkan software yang menarik untuk menggugah minat anak belajar.Isi atau materi pelajaran yang menarik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang penuh dengan 8
kegembiraan.Sekaligus menghindarkan anak dari rasa tertekan saat belajar karena menganggap pelajaran sulit dan menakutkan, dan sebagainya. • Dampak Negatif Anak mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet. Aneka macam materi yang berdampak negatif pun bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun.Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Pengawasan Penggunaan Internet pada Anak Usia Dini Selain pendidik, keterlibatan orang tua dalam mengawasi penggunaan internet merupakan poin penting bagi perkembangan anak. Dengan adanya pengawasan dari orang tua anak dapat lebih terbimbing ke arah yang lebih positif, diantaranya : 1. Jangan Melarang 2. Memberi Pengertian 3. Menjadi Gerbang Teknologi 4. Mengakomodasi kesenangan anak 5. Letakkan komputer di ruang umum. 6. Selalu memberikan bimbingan keagamaan kepada anak. 7. Memotivasi anak untuk terus belajar 9
Gagasan yang bersifat Problem Solving terkait dengan Pembelajaran AUD Amirul Hasanah 05119023 Semester 5 PG PAUD Universitas Narotama Bismillahirrohmanirrohim Itulah tema yang sekiranya harus saya pikirkan sebagai mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, karena saya belum pernah mengajar sama sekali di depan kelas apalagi untuk anak usia dini. Selama ini saya memberikan pendampingan terhadap anak usia dini sebagai sosok keluarga. Membantu masalah belajar apa yang mereka alami. Sehingga mungkin akan sangat berbeda dengan mengajar secara langsung di depan kelas. Pendidikan bagi manusia dimulai dari sejak dalam kandungan hingga sampai ke liang lahat. Itulah pentingnya pendidikan harus diberikan secara berkelanjutan betapapun sulitnya keadaan selama masa pendidikan tersebut. Oleh karena itu meskipun dalam masa pandemi ini belajar tidak dapat bertemu langsung antara pendidik dan anak didik. Namun pembelajaran harus terus diperjuangkan. Pendidik mencari berbagai cara untuk memberikan pembelajaran kepada anak didiknya. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Sebagai seorang guru yang terbiasa mengajar di kelas, saya yakin tidak semua guru mahir menggunakan teknologi. Sehingga mereka pun akan belajar memanfaatkan teknologi sebagai media belajar. Meskipun itu sulit, disinilah justru muncul kreatifitas para guru dalam memberikan pengajaran jarak jauh. Ada yang melalui video, rekaman suara, atau aplikasi panggilan berkelompok. Hal ini dilakukan agar anak didik terus terhubung dengan pendidik meskipun tidak bertemu secara langsung. 10
Banyak kesulitan dialami para pendidik. Misalnya dalam membuat video, proses pengambilan gambar dan editing akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi yang baru belajar mengenai pembuatan video. Meskipun banyak aplikasi video editor, namun mereka harus mempelajarinya terlebih dahulu. Pembelajaran melalui video pun banyak memiliki kekurangan. Yaitu, apakah video itu disimak dengan baik oleh anak didik atau tidak. Karena penulis sendiri juga sebagai seorang pelajar yang tidak selalu memiliki kemauan untuk mengakses pembelajarn secara daring. Demikian pula anak usia dini yang akses teknologinya bergantung terhadap fasilitas teknologi dari orang tuanya. Mereka tidak selalu mengakses video pembelajaran dari pendidiknya. Demikian pula pembelajaran melalui rekaman suara. Pembelajaran dengan panggilan bersama lebih banyak dipilih para pendidik untuk memastikan anak didik mengikuti pembelajaran. Disamping mereka harus mempresentasikan video dan suara yang menarik agar anak usia dini tetap focus pada pertemuan digital yang sedang berlangsung. Namun pertemuan digital juga mempunyai kekurangan. Yaitu pendidik tidak mampu menangkap sikap dan emosi anak didik secara jelas. Sehingga seringkali terjadi miskomunikasi antara pendidik dan anak didik. Hal ini saya amati selama saya mendampingi anak usia dini menjalani pembelajaran daring. Anak bermain sendiri, tanpa memperhatikan gurunya, anak menangis karena gurunya tidak merespon dengan benar apa yang diucapkannya. Saya memahami sebagai seorang guru yang tidak melihat langsung apa yang dilakukan oleh muridnya akan sulit mengartikan sikap dan emosi yang ditunjukkan anak usia dini. Apalagi pertemuan virtual bersama akan menampilkan gambar dan suara anak didik secara bersamaan. Mereka akan sangat kesulitan melihat atau focus pada salah satu gambar atau suara yang seringkali muncul bersamaan. Namun demikian pertemuan virtual tetap lebih efektif dalam menyampaikan pembelajaran bagi anak usia dini dibandingkan dengan melalui video atau rekaman suara. Guru dapat memberikan kegiatan secara langsung dan mengamati apakah anak didik merespon dengan baik kegiatan yang diberikan secara virtual tersebut. Karena pemberian 11
tugas berupa kegiatan proyektif yang diberikan secara tidak langsung akan memberi kesempatan bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang dewasa. Sehingga bukan anak yang mengerjakan tugas tersebut tapi orang tuanya yang memanipulasi kegiatan anak. Sekecil apapun kegiatan yang diberikan guru terhadap muridnya dalam masa pertemuan virtual tersebut lebih berdampak positif kepada muridnya dibanding pemberian tugas berkala. Apalagi bagi anak usia dini yang waktunya lebih banyak bermain daripada belajar. Meskipun pembelajaran anak usia dini harus menyenangkan bagi anak. Namun pembagian waktu masih bergantung kepada orang disekitarnya. Sehingga tugas yang diberikan guru secara berkala akan sangat bergantung pada orang tuanya. Dari permasalahan yang seringkali terjadi dalam masa pembelajaran daring tersebut. Maka sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari tentang pembelajaran dengan menggunakan media ICT sangat berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah tersebut karena memberikan banyak sekali referensi berbagai macam aplikasi yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Menyumbangkan beberapa gagasan model pembelajaran daring sebagai alternative atau variasi dalam memberikan pembelajaran yang lebih menarik terhadap anak didik. Mengasah kreatifitas para pendidik untuk memanfaatkan media pembelajaran yang lebih variatif. Memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran bukan hanya mempermudah pendidik dalam proses pengajaran, namun juga harus dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak didik dalam menerima pembelajaran tersebut. Dari proses belajar daring yang saya amati selama pendampingan, anak didik mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan motoric kasar jika mengikuti pembelajaran virtual, misalnya mengikuti gerakan olahraga. Namun hal ini akan berbeda pada setiap anak. Seringkali anak tidak mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru karena disekitarnya tidak ada teman yang melakukan gerakan yang sama. Bahkan saat anak melihat teman yang ada dalam pertemuan tersebut tidak mengikuti apa yang guru 12
contohkan, anak semakin tidak mau melakukan kegiatan tersebut. Berbeda dengan kegiatan yang mengasah kemampuan motoric halus. Anak mengikuti dengan seksama meskipun hasilnya tidak maksimal, seperti melipat, menulis, menggambar, mewarnai, meremas dan lain lain. Mungkin permasalahan ini tidak hanya dialami oleh anak usia dini. Karena pembelajaran daring membuat anak terkondisi terus diam di depan gawai yang mereka gunakan dalam pembelajaran tersebut. Muncullah istilah anak dan orang dewasa “Mager” atau malas bergerak. Anak tidak melakukan kegiatan sendiri. Bahkan hal ini mempengaruhi kegaitan sehari hari di luar pembelajaran. Misalnya anak tidak mau berpakaian sendiri, tidak mau makan atau mengambil minum sendiri, dan bahkan tidak mau main di luar rumah. Lebih nyaman dengan kondisi diam di rumah dengan gawai. Meskipun saya tahu guru berusaha agar pembelajaran daring tidak berlama menggunakan gawai. Namun hal ini memunculkan ide bagi anak untuk memnafaatkan gawai setelah kegiatan pembelajaran usai. Sehingga kemampuan motoric kasar anak jauh berkurang. Kemampuan motoric kasar anak selama pembelajaran daring masa pandemi ini sangat bergantung pada orang tua. Salah satunya meluangkan waktu untuk menemani anak bermain. Menampilkan video berupa gerak dan lagu, senam dan olahraga atau permainan tradisional. Hal ini tidak bisa tercukupi hanya dengan pembelajaran daring. Mengajak anak untuk bekerja akan lebih baik dalam melatih kemampuan motoric kasar selama pekerjaan itu tidak berbahaya bagi anak. Oleh karena itu, guru seringkali memberikan tugas rumah sebagai bentuk peningkatan kemampuan motoric kasar. Misalnya menyapu atau membersihkan benda di sekitarnya atau merapikan sendiri mainannya. Kegiatan tersebut diberikan dalam bentuk video kegiatan anak sehari hari, dan dikirimkan kepada guru sebagai bahan evaluasi belajar. Pemberian tugas sehari hari kepada anak usia dini bisa disebut juga dengan pembelajaran berbasis proyek. Proyek sederhana yang dikerjakan anak anak. Namun seringkali ide pembuatan proyek tersebut bukan berasal dari anak, melainkan dari guru atau orang tua. Merupakan satu kekurangan lain dalam setiap pembelajaran. Maka guru 13
dan orang tua (karena selama pandemi orang tua lebih dominan dalam pembelajaran anak) dituntut untuk lebih kreatif memberikan ide kegiatan yang akan dikerjakan oleh anak. Dan orang tua senantiasa dituntut untuk menemani dalam setiap kegiatan anak karena anak tidak punya teman lain di rumah selain orang tua. Pemilihan media ICT dalam pembelajaran daring lebih banyak menggunakan media yang mudah diakses oleh orang tua. Karena akan sulit bagi orang tua untuk,mengakses berbagai macam media. Demikian dengan guru yang lebih focus terhadap pemberian materi yang mudah diterima oleh anak melalui media ICT. Beberapa anak lebih suka mengakses video, dan beberapa yang lain lebih suka mengeakses media bermain. Membuat sebuah permainan dalam media ICT memudahkan anak dalam memahami konsep. Namun bagi guru membuat sebuah game dalam media ICT cukup mengurangi waktu dalam menyampaikan materi. Karena media permainan tidak mencakup seluruh kemampuan yang harus dikembangakan pada anak didik. Terutama kemampuan motoric kasar. Perubahan media sebagai kebutuhan utama pembelajaran, informasi, hiburan dan sebagainya bagi saya cukup meresahkan. Karena baik dewasa dan anak akan lebih sibuk dengan gawai dibandingkan dengan pekerjaan sehari hari mereka di dunia nyata. Hal ini memang merupakan keniscayaan, perkembangan teknologi semkain nyata dibanding kenyataan itu sendiri. Maka saya tetap berharap seberapa pun baiknya pembelajaran melalui media ICT, pembelajaran tatap muka tetap dibutuhkan. Meskipun pembelajaran daring dilakukan untuk memudahkan pemahaman konsep. Namun kegiatan nyata bagi anak lebih dibutuhkan. Dari sekian banyak media pembelajaran daring bagi anak, yang paling efektif tetaplah mengawasi anak melalui pertemuan langsung maupun virtual. Dan memberikan kegiatan secara nyata dibandingkan dengan pemberian konsep melalui permainan dalam media ICT yang menarik bahkan sangat menarik membuat anak tidak beranjak pada posisi diam di depan gawai. Namun justru tidak mencukupi untuk meningkatkan seluruh kemampuan anak. 14
Tidak hanya anak, orang dewasa juga membutuhkan kegiatan dan permainan secara nyata. Banyak sekali orang dewasa yang tidak lagi bisa memainkan sebuah permainan. Karena semua permainan orang dewasa beralih dalam media. Permainan dalam media ICT dianggap tidak mengganggu privasi orang lain. Maka anak pun menerima pembelajaran tidak mengganggu orang lain di dunia nyata, dan beralih sibuk dalam media ICT. Demikian gagasan saya dalam pembelajaran daring yang mungkin bahkan tidak menjadi problem solving. Karena menurut saya media ICT dalam pembelajaran daring tetap kurang efektif selain memberikan informasi yang lebih banyak dan akses yang lebih baik dalam kegiatan yang berbeda. Media ICT masih lebih bermanfaat dalam bidang informasi, perdagangan dan komunikasi. Selebihnya adalah hiburan yang dapat membuat baik dewasa maupun anak betah untuk menghabiskan waktu dan justru melupakan kegiatan utamanya dalam realitas. Tapi lebih baik memanfaatkan media ICT sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan konsep kepada orang lain dengan mudah karena ICT adalah yang terbaik dan tercepat dalam menyampaikan informasi yang mudah diterima oleh banyak kalangan. Semoga bermanfaat. 15
KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI HUSNIYAH AMAN 05119022 Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang- undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005:88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Jadi tumbuh kembang anak adalah pertumbuhan serta perkembangan anak yang terbagi menjadi 2 hal, yaitu pertumbuhan fisik dan pertumbuhan kemampuan struktur tubuh. Pertumbuhan anak dapat dipantau dengan melihat tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan hal lain yang dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Periode \" Golden Age \" atau masa keemasan anak adalah masa yang terjadi pada anak usia dini mulai usia 0 s/d 3 tahun, dimana pada masa ini sel-sel otak anak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak mampu menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Hal yang Perlu Dilakukan Saat Anak di Masa Golden Age • Melatih Motorik Halus Anak • Melatih Motorik Kasar Anak • Melatih Perkembangan Kognitif Anak • Perhatikan Gangguan dalam Tumbuh Kembang Anak • Mengembangkan Potensi yang Dimiliki Oleh Anak 16
Optimalkan Masa Golden Age 1. Melakukan Stimulasi yang Tepat. 2. Merangsang Kreativitas si Kecil 3. Mengasah Kecerdasan si Kecil 4. Memahami Potensi si Kecil 5. Mengasah Kemampuan Kognitif. Beberapa rekomendasi cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendorong tumbuh kembang anak yang optimal, antara lain: - Bersikap penuh kasih sayang, hangat, dan responsif. - Memahami bahwa anak itu unik. - Membuat rutinitas menyenangkan dan bermanfaat bersama anak Setelah munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistem pendidikan pun mulai mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih adanya Surat Edaran no. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan disampaikan di rumah masing-masing. Apa saja sih metode pembelajaran tersebut? Kepala Dinas Pendidikan Kab. OKU, H. Teddy Meilwansyah, S.STP., MM. menjelaskan bahwa ada beberapa metode yang dapat dipakai, diantaranya : 1. Project Based Learning Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama. Metode project based learning ini sangat efektif diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, 17
eksperimen, dan inovasi. Metode pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang berada pada zona kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu ini, tentunya juga harus memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku. 2. Daring Method Metode ini memanfaatkan jaringan online, dan bisa membuat para siswa kreatif menggunakan fasilitas yang ada, seperti membuat konten dengan memanfaatkan barang- barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online. Metode ini sangat cocok diterapkan bagi pelajar yang berada pada kawasan zona merah. Dengan menggunakan metode full daring seperti ini, sistem pembelajaran yang disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh pelajar tetap berada di rumah masing- masing dalam keadaan aman. 3. Luring Method Luring methode adalah model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas buat pelajar yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan protokol ketat new normal. Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar secara bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Model pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak terlalu sulit saat disampaikan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi mereka yang kurang atau tidak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk sistem daring. 4. Home Visit Method Home visit merupakan salah satu opsi pada metode pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan saat home 18
schooling. Jadi, pengajar mengadakan home visit ke rumah pelajar dalam waktu tertentu. Dengan demikian, materi yang akan diberikan kepada siswa bisa tersampaikan dengan baik, karena materi pelajaran dan tugas langsung terlaksana dengan baik dibawah bimbingan guru. 5. Integrated Curriculum Metode ini akan lebih efektif bila merujuk pada project base, yang mana setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata pelajaran terkait. Dalam metode ini tidak hanya melibatkan satu mata pelajaran saja, namun juga mengaitkan materi pembelajaran dari mata pelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini, selain pelajar yang melakukan kerjasama dalam mengerjakan projek, guru lain juga diberi kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan guru pada mata pelajaran lainnya. Integrated curriculum bisa diaplikasikan untuk seluruh pelajar yang berada di semua wilayah, karena metode ini akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated curriculum ini dinilai sangat aman bagi pelajar. 6. Blended Learning Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. Metode ini efektf untuk meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar. Pembelajaran melalui Daring menjadi pembelajaran masa pandemi covid-19 di TK AL-IMAN. Metode ini merupakan kerjasama Walmur dan pihak sekolah Metode ini menjadi salah satu cara dalam mengatasi solusi siswa dan guru bisa bertatap langsung walau dengan media smartphone atau dengan aplikasi meeting. Kegiatan pembelajaran ini berjalan lancar dengan menggunakan aplikasi whatshapp dan zoom dimana aplikasi ini sudah sering didengar dan mudah digunakan. 19
Saat pembelajaran anak anak di bagi menjadi 2 sesi, sesi pertama di mulai jam 07.00 – 08.30 sesi kedua dimulai 09.00 – 10.30, pada setiap sesi anak anak diajaka belajar sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh guru, diantaranya guru tetap mengembangkan 6 aspek pekembangan, diantarnya aspek fisik motorik kasar dan halus, aspek nilai agama dan moral, aspek sosial emosional, aspek Bahasa, aspek kognitif dan aspek seni. Pembelajaran ini, sangat efektif digunakan pada saat pandemi, mendapatkan pembelajaran pada anak anaknya. Pembelajran fisik motorik yang sulit dilakukan pada saat daring adalah fisik motorik kasar, dimana anak anak biasa di sekolah untuk memanjat, bergantung, keseimbangan dengan menaiki papan titian, hal ini tidak bisa dilakukan saat dirumah. Untuk perkembangan kognitif anak anak sering dibantu orang tuanya dalam mengerjakan, hal ini sangat membantu guru dalam menjelaskan kegiatan apa saat pembelajaran kognitif. Dalam pembelajaran Bahasa guru kurang interaktif dengan murid karena keterbatasan waktu, dan terkendala jaringan dimana setiap jaringan berbeda – beda. Pembelajaran Nilai agama dan moral berjalan efektif, orang tua dapat membantu pembelajaran mulai dari sholat, mengaji hafalan doa doa, hafalan hadist, asmaul husnah, kalimat thoyyibah, serta hafalan surat – surat pendek. Pada pembelajaran ini anak anak diberikan kertas monitoring dimana kegiatan sholat dan ifak di tulis selama mereka menjalankannya. Pembelajaran sosial emosiaonal sangat sulit di prediksi walaupun setiap anak diberikan monitoring sosial emosional yang di isi oleh orang tua, orang tua terkadang tidak jujur dalam menilai anak anak. Dalam pembelajaran seni, kegiatan anak sering dibantu orang tua, baik dalam kegiatan menyanyi, mengucap syair atau sajak, kegiatan menggambar, permainan warna serta mewarna. 20
Dalam pembelajaran daring yang kurang adalah sosialisasi baik anak anak dengan temannya sendiri atau dengan guru. Pengalaman yang lucu saat daring adalah ketika anak anak membuka microfon untuk berbicara semua ikut berbicara sehingga tidak ada yang bisa ditangkap oleh guru, siasat agar tidak mengecewakan anak anak guru hanya bisa berkata oo begitu ya.. atau jawaban bagus, baik dan terima kasih atas ceritanya. Semoga pandemi lekas berakhir dan semua berjalan normal seperti sedia kala. 21
Pengalaman Mengajar Anak Usia Dini Melalui Daring di Masa Pandemi Di TK Putra Harapan, Surabaya Ainur Fitriani_05119029 Mahasiswa Semester 5, Universitas Narotama Surabaya Assalamualaikum Wr.Wb. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman mengajar saya melalui pembelajaran daring di masa pandemi di TK Putra Harapan Surabaya. Yang mana pengalaman saya ini juga untuk pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pembelajaran berbasis ICT. Pada masa pendemi covid-19 banyak peran yang harus guru lakukan agar dapat mendidik dan mengajar agar mampu dipahami oleh anak didik dengan baik. Pada saat ini dimasa pendemi covid-19 hampir semua sekolah di Indonesia melakukan pembelajaran online atau daring. Tujuan dari pembelajaran daring tersebut yaitu untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19, wabah corona virus diasense (covid-19) yang telah melanda 215 negara didunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, untuk melawan covid-19 pemerintah telah melaranguntuk berkerumun, pembatasan sosial (social distancing) dan menjaga jarak (physical distancing), memakai masker dan selalu mencuci tangan. Untuk mencegah penyebaran covid-19, WHO memberikan himbauan untuk menghentikan acara-acara yang dapat menyebabkan massa berkerumun. Maka dari itu, pembelajaran tata muka yang mengumpulkan banyak anak didik didalam kelas ditinjau ulang pelaksanaanya. Beberapa pemerintahan daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan sisa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan dibeberapa wilaya provinsi diindonesia pada hari senin, 16 maret 2020 yang juga diikuti oleh 22
wilayah-wilayah provinsi lainnya. Tetapi hal tersebut tidak siap di tiap-tiap daerah. Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media pembelajaran seperti Handphone, laptop, ataupun komputer. Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan anak didik tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun anak didik berada dirumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi memanfaatkan media daring (online). Banyak aplikasi pembajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Salah satu aplikasi yang sangat familiar yaitu google classroom, zoom, meet, dan biasa juga menggunakan aplikasi via Whatsapp, antar jemput lembar kerja anak, home visit (berkunjung kerumah dalam proses pembelajaran) . Kendala dalam pembelajaran daring ini yaitu paling banyak masalah kouta internet dan keterbatasan jaringan, ada juga beberapa orang tua yang tidak tahu menggunakan aplikasi-aplikasi yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran daring. Sedangkan manfaat dari proses pembelajaran daring ini yaitu memutus mata rantai penyebaran covid-19 di indonesia. Selain itu dapat meringankan biaya transportasi anak didik ke sekolah karna tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan saya di TK Putra Harapan Surabaya proses pembelajaran daring menggunakan aplikasi Whatsapp masih banyak orang tua yang tidak mengggunakan aplikasi tersebut, dan juga ada beberapa orang tua yang terkendala oleh kouta internet yang lebih besar sedangkan penghasilan dari orang tua anak didik yang tidak seberapa dari penghasilan mereka , maka dari itu saya dan guru pendamping mengadakan yang namanya home visit atau berkunjung kerumah dalam proses pembelajaran(khusus daerah zona hijau). Kemudian selain melakukan home visit, sesekali anak didik juga bergantian untuk hadir kesekolah untuk melakukan aktifitas belajar, ini biasa dilakukan oleh anak didik yang tidak mempunyai Handphone atau alat elektronik lainnya yang mendukung 23
proses pembelajaran. Selain home visit guru dan pendamping juga melakukan proses pembelajaran daring melalui aplikasi whatsapp dengan cara mengirim atau membuat video berdasarkan tema yang diajarkan pada anak didik, guru dan pendamping juga membuat alat atau media pembelajaran untuk anak didik yang hadir disekolah untuk proses belajar mereka disekolah dan dirumah. Terlepas dari itu semua ada beberapa kendala yang ditemukan dilapangan yaitu minimnya pengetahuan orang tua dibidang IT, sibuknya orang tua anak didik akan pekerjaan mereka. Untuk itu peran guru dan pendamping sangat penting dalam mengatasi pembelajaran online saat ini di TK Putra Harapan Surabaya, sehingga saya dan rekan guru memiliki tujuan untuk melaksanakan pembelajaran daring (dalam jaringan) di masa pandemi covid-19 walaupun memiliki banyak kendala. Adanya virus covid19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Dengan adanya virus covid-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi / ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa. Pembelajaran jarak jauh atau daring ini dimulai pada tanggal 16 maret 2020, dimana anak mulai belajar dari rumahnya masingmasing tanpa perlu pergi kesekolah. Berbicara mengenai pembelajaran jarak jauh atau daring maka pentingnya penguasaan ilmu teknologi bagi seorang guru agar pembelajaran jarak jauh tetap berjalan dengan efektf disaat pandemi seperti ini. Guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Semenjak pembelajaran diberlakukan dirumah, sebagian guru melakukan pembelajaran lewat media online seperti Whatsapp, google meet, google form, dll. Inovasi dalam Pendidikan akan ada juga berbagai cara yang dapat dilakukan guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada siswa. 24
Salah satunya ada yang menggunakan Grup Whatsapp, dimana guru sebelumnya akan membuat video pembelajaran lalu dikirim ke grup untuk amati oleh para siswa. Guru membuat video pembelajaran untuk siswa Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang selama ini dilaksanakan kerap menuai kritikan. Tak hanya dari para pemangku kebijakan pendidikan, pendidik, atau tenaga kependidikan, keluhan juga disampaikan oleh para orangtua dan siswa yang merasakan langsung betapa ribet dan beratnya melaksanakan belajar online. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, menjelaskan, keterbatasan paket data internet menjadi salah satu kendala belajar online. Kuota mahal dan jaringan yang sulit dijangkau, khususnya di daerah pedalaman, menjadi masalah tersendiri bagia sebagian besar orang dalam pelaksanaan belajar daring. Selain masalah kuota internet, banyak orangtua yang mengeluh karena tidak semuanya mampu mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Apalagi, mereka harus membagi waktu antara bekerja dan mendampingi anak belajar. Pembelajaran daring yang dimaksud disini adalah pembelajaran yang dilaksanakan melalui jaringan Online yang dikaitkan dengan system internet. Pembelajaran daring adalah dimana guru berkomunikasi dengan siswa dengan media 25
online berupa Video Call atau dari aplikasi media yang hampir sama dengan sistem Vicall yang bisa langsung tatap muka. System video call lewat whattsap Ini bisa diterapkan di system pendidikan PAUD. Saat pembelajaran Daring melalui Video Call dan Google Meet Salah satu pembelajaran online yang lebih mudah digunakan untuk para orang tua dan anak. Seperti kita ketahui bersama bahwa proses pembelajaran PAUD mengendepankan prinsip pembelajaran belajar sambil bermain. Itu juga berarti ada hal yang di pertimbangkan dalam pemilihan media untuk proses pembelajaran seperti kita ketahui bahwa anak PAUD tidak akan mudah paham dan mengerti tentang informasi pembelajaran yang disampaikan. Bagaimana pun juga orang tua harus dapat berkreasi antara kegiatan belajar dengan bermain, agar anak dapat menjalani PJJ-nya dengan baik. \"Dengan anak yang senang, maka pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini juga akan optimal. Biarkan anak mengeksplorasi diri melalui kegiatan belajar dan bermain, peran orang tua sangat penting menyukseskan kegiatan belajar jarak jauh ini\". Meski dalam masa pandemi Covid-19, tetapi orang tua yang memiliki anak usia PAUD tetap memasukkan anaknya ke lembaga PAUD. 26
Alasannya tentu orang tua membutuhkan guru PAUD untuk merangsang tumbuh kembang anak dan mengkomunikasikannya pada mereka. Alasan lain yang paling penting ialah dengan memasukkan anak ke lembaga PAUD, orang tua mendapatkan panduan pembelajaran, yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) untuk mengarahkan kegiatan anak selama di rumah. Sejak adanya pandemi Covid-19, pola belajar siswa berubah, yakni dari belajar di kelas secara tatap muka dengan didampingi guru menjadi belajar di rumah dengan didampingi orang tua. Sehingga kini tugas guru hanya memberikan panduan secara online, dan akan dilanjutkan oleh orang tua kepada anaknya. Hanya saja, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anak dan orang tua yaitu: 1. Ketidaksiapan menerima perubahan. Kini, orang tua menjadi guru. Atau selama anak belajar di rumah, orang tua harus mampu menjadi guru untuk anaknya. 2. Perilaku anak yang berbeda (moody). Karena situasi pandemi ini orang tua harus banyak bersabar menghadapi karena mood anak mudah berubah. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk bisa menjaga mood anak agar tetap baik. 3. Komunikasi dengan guru. Terkait dengan tugas dan arahan belajar, orang tua juga harus menjaga komunikasi dengan guru. Ini agar orang tua tetap mendapat panduan belajar dari rumah untuk anak. 4. Ketersediaan perangkat teknologi informasi. Teknologi merupakan salah satu kendala yang dihadapi orang tua. Tentu karena tidak semua orang tua mempunyai akses ini dan tidak semua orang tua mahir menggunakan teknologi. Dengan adanya virus covid-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi / ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa. 27
Pembelajaran daring selama 2 tahun ini sudah kita lewati semua. Kami semua rekan guru sekarang sudah bahagia karena selama 2 tahun kita semua melakukan pembelajaran daring. Pengumuman yang kita tunggu-tunggu akhirnya terwujud juga ditahun ini. Dimulai pada awal tahun dan awal semester genap semua pembelajran resmi dibuka dengan adanya ijin untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka (PTM). Meski masih dalam keadaan ganjil genap kami semua merasa senang karena anak-anak didik kita dapat belajar secara maksimal di sekolah. Pembelajaran Tatap Muka Selain guru yang merasa senang dengan adanya PTM, orangtua pun juga ikut senang karena sudah lepas dari tanggungjawab sebagai guru di rumah. Dan terbebas dari tugas-tugas online yang telah diberikan guru. Semoga adanya PTM ini anak-anak didik kita dapat belajar dengan maksimal dan tetap sehat selalu. Pesan guru kepada walimurid yaitu tetap jangan lupakan protokol kesehatan dan memperhatikan alat tulis anaknya agar saat disekolah tidak saling meminjam. Selain itu, orangtua juga harus memperhatikan anaknya untuk membawakan bekal makan dan minum karena disekolah tidak ada kantin. Cukup sekian pengalaman mengajar saya secra daring di TK Putra Harapan. Semoga cerita saya ini dapat menjadi kenangan saya pada saat mengajar pada masa pandemi. Dan menjadi pelajaran bagi semua yang membacanya. Mohon maaf jika ada kesalahan pada penulisan atau ucapan. Wassalamualaikum Wr.Wb. 28
PENGALAMAN MENGAJAR ANAK USIA DINI SECARA DARING Oleh Nurul Istiqomah 05119025 Masih teringat jelas dalam benak saya Maret 2020, sebuah awal sejarah dalam pengalaman saya mengajar yang sudah 28 tahun. Kala itu hampir di seluruh dunia mengalami masa pandemi yang disebabkan oleh virus Covid 19. Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit koronavirus 2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar SARS-CoV-2 di Indonesia. Sampai tanggal 22 Januari 2022, Indonesia telah melaporkan 4.283.453 kasus positif menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 144.206 kematian..Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites. Sementara itu, diumumkan 4.122.555 orang telah sembuh, menyisakan 16.692 kasus yang sedang dirawat. Sebagai tanggapan terhadap pandemi, beberapa wilayah telah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada tahun 2020. Kebijakan ini diganti dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada tahun 2021. Berbagai tindakan dan kebijakan diambil oleh pemerintah untuk dapat memutus rantai penyebaran virus ini. Mulai dari upaya sosialisasi, penerapan sosial distancing sampai penetapan undang-undang sebagai dasar hokum penindakan. Pembatasan sosial berskala besar dilakukan di berbagai lini kehidupan ini, mulai dari tempat-tempat 29
perbelanjaan, pertokoan, perkantoran , tempat-tempat pendidikan, tempat hiburan, yang semuanya berakibat lumpuhnya sendi perekonomian, ruwetnya system pendidikan. Dampak pandemi dalam system pendidikan ini sangat terasa sekali, biasanya anak-anak belajar langsung datang ke sekolah, bertemu teman dan gurunya, pembelajaran dilakukan di kelas bersama-sama, hal itu tidak bisa lagi dilakukan. Sedih sekali rasanya ketika ada kebijakan bahwa guru dan murid harus belajar dari rumah sendiri-sendiri. Ketidak siapan guru untuk memberikan pengajaran dari rumah banyak menuai kritik dan kemarahan dari orang tua, kebijkan yang dibuat Dinas Pendidikan seolah seolah menguntungkan guru dan merugikan murid. Gelombang protes minta uang kegiatan ditarik, tidak mau membayar SPP dan berbagai protes berkaitan dengan tidak terpenuhinya hak belajar seperti dulu, orang tua merasa kerepotan, guru tinggal perintah, sarana belajar tidak ada di rumah, belum lagi masalah keuanagn keluarga yang amburadul akibat system kerja yang berubah. Begitu hebatnya Allah SWT yang memberikan kepandaian pada manusia untuk terus berusaha dan berfikir mengatasi masalah ini. Diampun bukan sebuah solusi, untuk itulah semua berusaha bangkit dan memperbaiki keadaan dengan berbagai cara. Ketidak sempurnaan bukan sebuah rintangan, semua bahu membahu dari Dinas pendidikan dan berbagai instansi terkait berusaha membantu mencarikan jalan keluar system pembelajaran yang memudahkan guru dan orang tua murid. System pembelajaran dari tingkat tinggi, menengah, dasar bahkan pada pembelajaran Anak usia Dini juga mengalami perubahan. pembelajaraan. Hampir semua sekolah PAUD saat pandemi ini tidak mendapatkan murid, semua dihentikan paksa, orang tua yang merasa tak mampu membayar uang SPP dan direpotkan dengan cara belajar yang tidak selazimnya. Ketidak siapan orang tua, guru dan sekolah menghadapi keadaan ini, menjadikan guru dan sekolah mencari cara masing-masing guna mempertahankan jumlah anak didik agar tidak berkurang atau bahkan habis. Di sekolah saya sendiri banyak sekali upaya yang kami lakukan demi melayani orang tua murid dalam pembelajaran daring ini, dari mengajak video call dengan materi belajar yang mudah, mengantar buku dari rumah ke rumah, hal itupun masih menuai 30
protes, belum lagi banyak orang tua murid yang takut dengan kedatangan kami, alat sekolah diletakkan dipagar, mengambil bahan pakai alat, menyemprot di depan kami, menerima peralatan dengan sikap tubuh takut terpapar corona dari guru. Para guru juga tak kalah lucu, memakai kaos tangan, masker dan face shild mengantar dibagi berbagai rute wilayah dari pagi sampai siang hari. Sekolah juga melakukan evaluasi-evaluasi dari upaya yang sudah dilakukan, sampai akhirnya setelah lewat beberapa bulan, berganti tahun walau pandemic tetaplah ada sampai sekarang, seolah covid sudah menjadi bagian dalam kehidupan ini, tak terkecuali dalam pembelajaran di sekolah PAUD. Pembelajaran dengan metode daring/dalam jaringan, istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu bentuk pola pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini. Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom, video call dll. Pengalaman mengajar anak usia dini yaitu kisaran usia 3-6 tahun dengan metode daring menurut saya sangat menyulitkan, karena karakteristik anak PAUD adalah selalu bergerak, semua harus nyata bisa dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dipraktekkan secara langsung. Pembelajaran melalui bermain, pengkondisian, penyiapa lingkuangan main, membangun pengetahuan dan ketrampilan dengan pengalaman nyata. Hal baru inilah yang membuat guru sebagai pendidik di sekolah yang terpisahkan dengan jarak dan jaringan mengakibatkan muncul banyak kendala dalam prakteknya. 31
Kendala sinyal yang tidak bersahabat menyebabkan proses KBM tiba-tiba terhenti, suara guru terputus-putus, dan salah satu peserta keluar dengan sendirinya, kalau sudah begini, saya agak deg-deg an juga, takutnya nereka tidak kembali, dengan cepat saya panggil lagi mereka, tidak jarang anak-anak berteriak-teriak karena wajah saya tak nampak di layar mereka. Dalam menyampaikan pembelajaran guru juga harus sabar sebab ucapan yang kita sampaikan tidak bisa langsung direspon karena suara guru diterima anak ada selang waktu sedikit dengan anak yang lain. Yang lucu bila kami menyanyi/berdoa bersama, semuanya jadi seperti saling bersahut sahutan dan berisik tidak jelas. Belum lagi bisikan maut dari orang rumah yang mengajari anak-anak agar mereka bisa menjawab pertanyaan guru, suara teriak dan marahan pada anak-anak juga kerap saya dengar langsung bila anak menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan guru. Saya bu gurunya hanya bisa membalas dengan kata-kata iya..iya..tidak apa-apa.. ayo, coba lagi, sabar ya..pelan-pelan saja, ayo diulang tidak apa- apa..dan banyak kata sebagai penyemangat agar mereka tetap mau mengikuti proses dengan sabar. Biasanya setiap kali anak-anak mengerjakan tugas, saya bisa melihat dari dekat dan membimbingnya tanpa ikut mengerjakannya, tapi dengan metode jarak jauh, anak akan dibimbing oleh orang yang ada di rumah, bila mereka mengerti bahwa proses lebih penting dari hasil, pastilah mereka akan membiarkan anak-anak untuk mandiri, memberi kesempatan pada anak untuk menyelesaikannya. Tapi pada kenyataannya, banyak hasil tugas sangat bagus dan tidak sesuai dengan kemampuan anak. Pengaturan pola tidur juga salah satu kendala, yang saya rasakan, komitmen untuk dimulai pukul 07.00 tepat kadang ada anak yang terlambat sampai setengah jam, jadi kami harus mengulang, mengulang dengan suara keras bisa menggagu konsentrasi teman-temannya, sedangkan bila di sekolah, bila hal ini terjadi, kita bisa membimbing secara individu tanpa mengganggu anak yang lain. Ada juga ketika pembelajaran mereka mengantuk, bahkan tertidur karena biasa bangun siang dan belajarnya di rumah. 32
Saya sebagai guru tenyata juga dituntut untuk banyak belajar menggunakan IT karena saya yang biasanya menggunkan handpone, laptop hanya untuk telpon dan mengetik, tapi alhamdulillah sekarang saya lebih mampu membuat media pembelajaran dengan media IT. Bukan hal yang mudah bagi saya, tapi karena ini suatu keharusan dan bisa saya dipaksa oleh keadaan, agar pembelajaran lancer dan tidak merugian orang tua murid. Hal yang paling penting dalam pembelajaran daring adalah menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan orang tua, karena sekarang orang tua menjadi guru bagi anak mereka di rumah, sulitnya menjadi guru bagi anak sendiri, menyebabkan emosi orang tua sering kali meluap-luap, belum lagi tugas lain yang menjadi tanggung jawab mereka. Kondisi inilah yang harus disadari guru, saya harus minta tolong dengan baik dan sopan untuk mengambil bahan belajar di sekolah, menyiapkannya, membantu menyediakan peralatan yang mungkin untuk latihan motoric, kami para guru juga berusaha tidak banyak merepotkan dengan tugas mengirimkan video, jadi apa pun dengan cara bagaimanapun saya dan guru-guru berusaha agar pembelajaran dengan mengembangkan 6 aspek pengembangan(agama dan moral, sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik motoric dan seni) harus kita berikan sesuai dengan kapasitas dan target sesuai usianya. Pandemi bisa saya katakana adalah cara kami para guru untuk mengikuti perkembangan teknologi, kreatif dalam mencari solusi, belajar bangkit dalam keterpurukan dan selalu bersyukur dalam tiap keadaan. Hanyalah Allah SWT yang Maha Kuat, Hebat dalam Skenario Kehidupan agar kami tetap bersandar padaNya 33
Pengalaman mengajar AUD secara daring Maria Christantya / 05119035 Pandemi covid 19 membuat kita terbatas melakukan segalanya. Termasuk bagi anak – anak. Anak – anak yang tadinya leluasa dapat bermain dan belajar sesuka mereka, sekarang mereka harus mau tidak mau mematuhi protokol kesehatan seperti tidak berkerumun, memakai masker atau face shield, dan menjaga jarak. Selain itu anak – anak juga harus memakai masker dan hand sanitizer atau rajin mencuci tangan. Keterbatasan itu membuat mereka juga harus belajar dari rumah. Mereka tidak dapat pergi ke sekolah seperti sedia kala. Untungnya teknologi semakin canggih. Mulai dari siswa play group, tk, sd, smp, sma hingga mahasiswa menerima pembelajaran dari rumah. Mereka menggunakan teknologi seperti zoom, meet, google classroom, Microsoft team, bahkan ada yang menggunakan whatsapp (video call 9 orang). Anak – anak yang tadinya belajar full dengan guru, kini orang tua harus mendampingi anak – anak untuk belajar. Para orang tua pun mau tidak mau akhirnya memberikan anak – anak gadget. Agar anak – anak bisa mengikuti pembelajaran. Yang 34
tadinya kita harus menjauhkan anak – anak dari handphone malah sekarang kita harus mendekatkan anak anak dengan handphone. Sejak awal pandemi semua sekolah harus beradaptasi dengan daring atau pembelajaran jarak jauh. Yang tadinya anak – anak ke sekolah sekarang mereka cukup melalui lewat handphone dan dirumah saja. Mereka tadinya senang karena tidak sekolah. Hanya belajar dari rumah. Tetapi lama kelamaan mereka pun mulai jenuh dan merindukan teman – temannya dan suasanya kelas. Awal – awal pandemi kita semua pasti beradaptasi. Ada anak – anak yang tidak mengikuti daring karena tidak ada handphone, terlambat mengikuti daring, sinyal error atau trouble dan ada juga yang dibantu atau dikerjakan oleh pendamping. Semenjak Maret 2020 hingga saat ini anak – anak mendapatkan pembelajaran secara jarak jauh. Banyak kontra di masa – masa tersebut. Anak – anak semakin tidak dapat di kontrol. Bahkan para orang tua banyak berkata : “ ini gimana dengan anak – anak. Mau jadi apa mereka.”. Semua guru pun harus membuat link pembelajaran setiap hari dan membagikan ke group kelas. Pengalaman saya pribadi di awal – awal pandemi ketika mengajar online adalah saya sempat kebingungan untuk menyiapkan materi pembelajaran. Karena yang tadinya materi saya berikan hari H, kini orang tua harus mengambil dan membawa pulang materi anak – anak. Materi lembaran yang biasanya saya berikan setiap hari kini diambil 2 minggu di awal. Setiap hari Jumat orang tua akan mengambil materi untuk 2 minggu ke depan dan mengembalikan materi 2 mingu kebelakang. Ketika pembelajaran daring, saya menggunakan whastapp. Karena jumlah murid saya belum begitu banyak. Ketika daring, pendamping mereka juga ikut kualahan untuk menyiapkan pembelajaran anak – anak. Durasi daring awal – awal hanya 60 menit dan diajar oleh guru kelas masing – masing hingga semester 2 pada tahun ajaran tersebut selesai. Pada tahun ajaran 2020 hingga 2021 saya resign karena saya hamil dan ada sedikit kendala. Saya mengajar di TK Gracia Ngagel. Rumah saya di Surabaya Barat. Jarak yang lumayan jauh memutuskan saya untuk harus mengakhirinya. Sepanjang tahun ajaran 2020 hingga 2021, saya masih mengikuti perkembangan mengenai pembelajaran jarak jauh. Saya pun juga masih memberikan les privat. Murid – murid saya juga lebih memilih les jarak jauh. Akhirnya selama beberapa bulan saya 35
memberikan les online. Saya tidak perlu pergi kerumah murid saya. Karena murid les saya juga sekolah online, maka materi pembelajarannya pun dia share screen. Jika ada tugas – tugas yang harus saya periksa, dia akan memfotokan dan mengirimkan ke whatsapp saya. Akan tetapi mengajar les untuk anak usia dini tidaklah mudah kadang dia tidak fokus, hilang dari jangkauan layar, rewel. Pada tahun awal ajaran 2021 tepatnya di bulan Juli 2021 saya memutuskan kembali ke sekolah Gracia. Saya kembali di posisi awal saya yaitu sebagai guru kelas TK A. Nah disini yang tadinya saya dulu hanya memakai video call whatsapp dan satu guru, kini saya memakai google meet dan zoom. Dan guru yang mengajar di kelas pun bergantian agar anak – anak tidak jenuh. Ketika kelas online, anak – anak ada yang belajar bersama – sama ( semua kelas TK A dan TK B ) seperti Agama, Science, Bahasa Inggris dan Mandarin. Anak – anak setiap harinya belajar 80 menit termasuk istirahat. Mereka mendapatkan 2 pembelajaran yang dikerjakan secara bersama – sama melalui google meet. Selain itu, ada tugas yang harus mereka kerjakan sendiri – sendiri dirumah. Setiap harinya, anak – anak harus mengirimkan foto mereka ketika mengerjakan tugas atau setelah mengerjakan tugas menggunakan aplikasi GPS Map Camera. Ada beberapa orang tua yang tidak mengirimkan foto anak – anak mereka. Tak hanya anak – anak, guru pun juga harus mengirimkan foto menggunakan gps maps camera. Saat pembelajaran online, ada banyak sekali kendala – kendala yang saya alami. Seperti anak – anak terlambat masuk kelas, belum menyiapkan materi, tidak fokus. Susah sekali untuk menyampaikan materi kepada anak – anak melalui daring. Selain penyampaian materi, mencari materi pun juga tidak mudah. Karena sekolah saya mencari materi sendiri. Penjabaran buku tema kurang greget. Jadi saya harus mencari materi sendiri dari tema dan subtema yang sudah ditentukan oleh sekolah dan pastinya mengikuti atau sesuai arahan dari Dinas Pendidikan. Saat mengajar online pun saya memaksimalkan segalanya. Mulai dari penjelasan melalui video ( saya buat sendiri atau tutorial dari youtube ), selain itu saya juga biasa share screen materi yang akan diajarkan agar anak – anak dirumah tidak salah mengambil materi. Ketika proses belajar mengajar saya selalu mengamati murid saya satu persatu. Selalu saya cek, jangan sampai ada yang tertinggal. Jadi mereka 36
harus selalu on cam atau kamera mereka harus selalu menyala. Mengerjakan tugasnya pun bersama – sama. Setelah saya menerangkan kita mengerjakan bersama – sama. Setelah itu jika ada yang belum selesai kita tunggu, namun jika terlalu lama maka akan saya minta untuk melanjutkan setelah proses pembelajaran daring selesai. Tak lupa kita juga berfoto bersama. Saya sceen shoot layar google meet saya dan saya paste di paint untuk selanjutnya saya simpan sebagai dokumentasi saya. Setiap mata pembelajaran yang saya berikan akan saya lakukan seperti itu. Tergantung situasi dan kondisi. Suara anak – anak pun saya off kan agar bisa fokus dan tidak kisruh saat pembelajaran online. Ketika saya bertanya atau sesi Tanya jawab, murid – murid saya sudah hafal. Mereka harus menyalakan microfon setelah itu mematikannya kembali. Terkadang ada anak – anak yang lupa untuk menyalakan microfon, jadi mereka membuka mulut ( gerak gerik wajah ) tetapi tidak ada suaranya. Setelah saya mengatakan dibuka dulu microfonnya. Mereka biasanya senyum – senyum sambil berkata ; “ maaf ms, aku lupa. ” Setelah jam pembelajaran berakhir, kita selalu memberi waktu untuk mereka istirahat 10 menit. Biasanya digunakan anak – anak untuk ke kamar mandi, makan snack, minum, cuci tangan atau saling menyapa satu sama lain. Sungguh masa – masa yang menyenangkan tetapi juga menyedihkan. Banyak orang – orang yang mengatakan enak ya, anak – anak daring jadi tugas guru berkurang. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Tugas guru semakin banyak. Kita pun kesusahan dalam menilai anak – anak. 1 semester anak – anak tetap mengikuti pembelajaran daring. Kalau saya tidak fokus, kelas akan kacau. Jadi selama pembelajaran daring saya harus membuat kelas saya semenarik mungkin agar anak – anak tetap focus, tidak jenuh dan semangat belajarnya. Bukan hal yang mudah buat saya juga untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Selama 6 bulan ini dengan cara pembelajaran yang seperti itu sangat menyenangkan. Anak – anak senang sekali. Mungkin juga karena orang tua sudah terbiasa dengan pembelajaran daring. Tetapi senyaman apapun para orang tua tetap menginginkan pembelajaran tatap muka. Kejadian yang paling tidak akan pernah saya 37
lupakan ketika mengajar online adalah ketika sedang asik – asik mengajar, ada salah satu murid TK B yang memakai fillter. Alhasil, semua murid saya tidak fokus kepada saya malah fokus kepada murid saya yang memakai fillter. Ketika anak tersebut memakai filter banyak anak yang akhirnya ingin juga seperti anak itu. Dan ternyata anak tersebut memakai handphone bukan komputer atau laptop. Banyak wali murid yang menanyakan bagaimana caranya seperti itu, bahkan ada juga beberapa wali murid yang mengupgrade google meet’nya tetapi tidak bisa. Anak – anak selalu gagal fokus jika anak tersebut memakai filter. Anak tersebut bias memilih atau mengganti fillter sendiri. Mulai dari fillter gajah beserta suaranya, gambar hati, astronot dan lain sebagainya. Puji Tuhan saat ini sudah diijinkan untuk pertemuan tatap muka. Saya jauh lebih mudah menilai perkembangan anak – anak dari pada hanya melihat dari layar atau foto hasilnya. Karena buat saya penilaian untuk anak usia dini adalah prosesnya bukan hasilnya. Saya bersyukur sekali semua murid saya masuk semua tanpa terkecuali. Meskipun belum setiap hari tatap muka. 3 hari pertemuan tatap muka dan 2 hari pertemuan jarak jauh. Perbedaan setelah anak – anak menerima pembelajaran tatap muka dengan sebelumnya sangat berbeda sekali. Saat ini mereka sudah bias bersosialisasi dengan sangat baik. Karena mereka sudah bertemu langsung dengan teman – teman sekelasnya. Tadinya, mereka hanya mengerti teman – temannya. Mereka sudah akrab. Saat ini pembelajaran jarak jauh atau daring masih belum bias kita tinggalkan. Mengingat pandemi yang belum tahu kapan akan selesai dan berakhir. Tetapi saya bersyukur karena masih bisa merasakan masa – masa seperti ini. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Dan pastinya saya berharap untuk tidak mengalami masa – masa ini lagi. Berharap agar pandemi covid 19 ini segera berakhir. Agar mereka bisa merasakan bebasnya ke sekolah lagi tanpa perlu jaga jarak, menggunakan masker / face shield. Saya berharap agar pandemi ini segera berakhir agar kita semua dapat beraktivitas seperti sedia kala. Dimana semua orang dapat beraktivitas seperti biasa dan anak – anak dapat menerima pembelajaran tatap muka bukan melalui daring atau pembelajaran jarak jauh. 38
Serba Serbi Pembelajaran Saat BDR Siti Anisyah, 05119033 Masuknya Virus Corona di Indonesia membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarkat mulai dari Kehidupan Kesehatan, ekonomi Sosial, Keagamaan maupun duni a Pendidikan Dampak Virus Corona dalam dunia Pendidikan terlihat pada kebijakan Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah memberikan kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga Pendidikan dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah meluasnya penularan Virus Corona. Diharapkan dengan seluruh lembaga Pendidikan tidak melakukan aktivitas tatap muka. Hal ini menuntut para Pendidik untuk lebih kreatif mengelola Pembelajaran secara Online. Sehingga proses Pembelajaran tetap berlangsung. Tidak terkecuali Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Guru harus dituntut lebih kreatif, dalam mengelola Pembelajaran dimasa Pandemi Covid-19 ini. Menanggapi himbauan tersebut, tidak sedikit guru PAUD yang kemudian menerapkan pembelajaran dengan metode yang berbeda. Salah satunya di tempat saya mengajar, sejak adanya himbauan dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk tidak memberikan materi pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran — semacam acuan untuk mengelola kegiatan bermain dalam upaya mencapai kompetensi dasar, maka dia lebih banyak memberikan tugas dengan materi pembelajaran yang sifatnya pembiasaan.anak – anak di beri tugas seperti membantu orang tua membersihkan tempat tidur,menjaga kebersihan,beribadah bersama orang tua,membuatkan minuman kesukaan di keluarga dll. Orang tua mendokumentasikan saat anak anak melakukan aktifitas tersebut dan mengirimkan ke grup wa kelas. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran di rumah dengan metode pembiasaan tidaklah semudah yang dibayangkan. Faktor kurangnya semangat anak dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendampingi anak menjadi tantangan dalam penerapan 39
metode pembiasaan. Banyak orang tua tidak telaten, anak biasanya malah dibentak- bentak yang juga efeknya kurang bagus. Mungkin karena keadaan situasi dan kondisi, anak jadi kurang semangat di rumah sehingga jenuh, tidak ada teman-teman, dan tidak ada yang memotivasi. Karena biasanya di sekolah guru menyampaikan pembelajaran diselingi dengan seni, ada tepuk-tepuk, bernyanyi, dan selingan berbagai kreativitas lainnya, sedangkan di rumah cenderung monoton. Suasana hati dan emosi anak yang seringkali berubah secara tiba-tiba membuat orang tua merasa bingung dan kewalahan. Tidak semua orang tua paham bagaimana menghadapi anak yang berperilaku tidak sesuai harapan. Dalam situasi ini, tidak jarang orang tua gagal membentuk komunikasi dengan anak. Alih-alih memahami perilaku anak, justru orang tua lebih sering marah dan membentak. Hal ini tentu akan kontradiktif dengan proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Pada musim pandemi covid 19 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun kampus perguruan tinggi menggunakan metode daring (dalam jaringan) sebagai upaya pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Coronavirus disease (Covid-19). Metode daring erat kaitanya dengan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin dirasakan di berbagai sektor utamanya di bidang pendidikan. Peran TIK dalam pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas dengan kesadaran bahwa keberhasilan suatu bangsa di masa depan sangat tergantung pada kualitas pendidikan. Seiring berjalannya waktu Dinas Pendidikan Kota Surabaya terus membuat terobosan agar pembelajaran BDR bisa berjalan dengan baik. Salah satunya dengan meluncurkan aplikasi “TEAMS “. Dengan aplikasi ini bisa di akses gratis menggunakan kuota dari bantuan KEMENDIKBUD. Setelah mengikuti Diklat penggunaan aplikasi 40
TEAMS , saya mempraktekkan untuk pengajaran di sekolah. Yang tadinya menggunakan vidio call wa menjadi vidio call by Teams. Karena saat menggunakan vidio call WA pesertanya sangat terbatas , yaitu 8 orang sehingga dalam pembelajarannya harus menggunakan beberapa sesi.Untuk vidio call by Teams bisa di lakukan dalam 1 sesi pembelajaran. Untuk teknis pembelajaran selama BDR. Setiap hari senin orang tua ke sekolah mengumpulkan tugas dan mengambil tugas baru untuk seminggu kedepan.dan Guru mengajak orang tua untuk konsultasi masalah pembelajaran anak di rumah sehingga guru bisa mengetahui perkembangan anak. Untuk Pembelajaran via onlain di lakukan setiap hari selasa – jumat dan bersepakat menggunakan Aplikasi Teams.untuk anak yang tidak mempunyai HP di rumah di perbolehkan bergabung menggunakan hp temannya jika bertetangga. Pembelajaran di lakukan seperti disekolah, yaitu di awali dengan lagu lagu pendek,tepuk- tepuk dan berdoa sebelum belajar. Saat proses pembelajaran anak anak sangat antusias karena bisa melihat guru dan teman- temannya meskipun lewat layar. Dan orang tua pun juga tidak terbebani oleh tugas anak.karena dalam pembelajaran onlain tersebut guru memandu anak dalam mengerjakan tugas buku kreatifitas. Berbeda saat awal-awal pandemi tahun lalu.yg pembelajaran masih belum efektif.guru membuat vidio tutorial pembelajaran kemudian mengirimkan lewat WA grup. Di kala itu banyak orang tua yang tidak mengirimkan tugas sesuai arahan guru. Alhamdulillah sekarang sudah PTM meskipun terbatas,anak-anak dan orang tua senang. Perasaan saya senang melihat anak-anak sekolah kembali memakai seragamnya serta beraktivitas secara langsung di sekolah walau masih secara terbatas dan hanya dibolehkan beberapa siswa saja dalam satu kelas. Ini menjadi angin segar bagi siswa maupun para orang tua. Jauh sebelum pelaksanaan pembelajaran tatap muka, satuan pendidikan serta orang tua murid diberikan sebuah formulir berupa kesiapan dan 41
kesediaan jika pembelajaran secara langsung dilakukan. Tidak ada paksaan dalam pengisian ini. Entah mengapa, persetujuan penyelenggaraan pembelajaran secara langsung lebih besar dibandingkan yang menolak, sehingga banyak sekolah yang untuk membuka pembelajaran tatap muka, padahal menurut SKB 4 menteri tidak perlu dipaksakan. Akan tetapi, dengan adanya sekolah yang memaksakan, mereka menjadi kerja keras untuk memenuhi protokol kesehatan sehingga kesadaran serta kewaspadaan terhadap Covid-19 lebih tinggi, contohnya saja dengan adanya larangan warga sekolah untuk keluar dari lingkungan sekolah selama jam belajar. Istirahat wajib membawa bekal sendiri sehingga tidak perlu berkerumun untuk membeli sesuatu. 42
Pengalaman Mengajar AUD Secara Daring MIRA HANDAYANI (05119030) Pada awal tahun 2020 Indonesia dikejutkan dengan masuknya Virus Corona yang kemudian dinamakan atau dikenal dengan nama Corona Virus Deases 19 atau COVID-19 di negara ini yang kemudian melanda seluruh negara-negara di dunia secara global. Setelah merebaknya Virus Corona 19 atau COVID-19 di Indoesia, Pemerintah Indonesia mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi global yang mengakibatkan adanya kebijakan Sosial Distancing atau Physical Distancing dimana masyarakat dilarang untuk berkerumun atau bepergian yang tidak bersifat penting untuk meminimalisir penyebaran Virus COVID-19. Hal ini kemudian mempengaruhi semua aspek kehidupan antara lain di bidang ekonomi, kesehatan, transportasi termasuk yang tidak kalah terdampak yaitu pada bidang pendidikan. Dengan adanya kebijakan Sosial Distancing atau Physical Distancing ini maka Pemerintah Indonesia menerapkan Work From Home atau WFH bagi orang yang bekerja dan School From Home atau SFH bagi peserta didik atau pelajar dan mahasiswa. Kebijakan School From Home atau SFH ini dapat diartikan walaupun dengan kondisi Pandemi COVID-19 pembelajaran bagi murid harus tetap berjalan supaya tidak terjadi Lost-Learning Generation atau generasi yang kehilangan masa belajar. Dengan adanya kebijakan School From Home atau SFH ini mengakibatkan murid-murid tidak dapat melakukan pembelajaran di sekolah secara tatap muka seperti biasanya. Pada masa Pandemi COVID-19 pembelajaran dilakukan secara dalam jaringan atau Daring. Pembelajaran dalam jaringan atau Daring atau online ini dilakukan di rumah masing-masing anak secara daring (dalam jaringan) dengan metode sesuai dengan 43
kondisi lembaga dan lingkungan peserta didik. Dengan kondisi yang baru dan tiba-tiba ini mengakibatkan pendidik harus mengubah metode yang tadinya konvensional yaitu anak dan guru berada di kelas atau di satu ruangan menjadi pembelajaran baru yaitu guru mengajar di kelas dengan muridnya berada di rumah masing-masing, dimana keadaan sepertin ini memang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Sehingga guru harus mencari strategi pembelajaran yang baru untuk diterapkan pada pembelajaran daring atau online ini pada masa pandemi COVID 19 tersebut. Masa pandemi COVID-19 tersebut mengharuskan guru berpikir kreatif dan inovatif demi tetap berlangsungnya proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bisa cepat beradaptasi dengan kondisi yang baru ini melalui pemanfaatan berbagai media online yang dimilikinya untuk dapat menyampaikan pembelajaran ke murid secara baik tanpa mengurangi kualitas dari pembelajaran tersebut. Namun dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang tersedia mengakibatkan pembelajaran secara daring berjalan dengan sangat terbatas sekali. Sehingga dengan adanya keterbatasan ini pada awal masa pandemi COVID 19 pembelajaran memanfaatkan sarana media tukar pesan online yang hampir dimiliki semua orang, tak terkecuali guru dan orang tua atau wali murid, yaitu melalui media Social Messaging WhatsApp. Melalui WhatsApp guru membuat grup yang beranggotakan para orang tua dan wali murid di dalam kelasnya. Grup WhatsApp ini pada prakteknya Guru memberikan tugas kepada anak melalui grup tersebut kemudian orang tua atau wali murid dapat mengambil tugas di sekolah dalam jangka waktu tertentu. Contoh: setiap seminggu sekali orangtua mengambil tugas ke sekolah kemudian dalam waktu satu minggu itu anak mengerjakan tugas di rumah dengan didampingi oleh orangtua, dan guru memberikan instruksinya melalui grup WhatsApp tersebut. Dalam perjalanannya ternyata metode tersebut mengalami berbagai kendala salah satunya yaitu anak kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga orang tua yang mendampingi merasa keberatan dan kurang sabar dengan sikap anak yang dianggap kurang kooperatif dalam menyelesaikan tugas- 44
tugas yang diberikan. Hal ini berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan selama penerapan School From Home atau SFH dan sempat ramai di media sosial. Adanya keluhan-keluhan orang tua tentang bagaimana sulitnya mengajar anak atau mendampingi anak belajar atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru kepada anak selama pembelajaran daring atau di rumah. Selain itu guru juga mencatat adanya penurunan pada prestasi belajar anak selama masa pandemi COVID-19 selama masa belajar di rumah titik prestasi anak ini sangat menurun dibandingkan ketika anak melakukan pembelajaran di sekolah. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam mendampingi anak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru selama pembelajaran dalam jaringan di rumah ini menyebabkan anak menjadi rentan stres dan bosan serta munculnya banyak konflik antara orang tua dan anak tentang penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Orang tua pun merasa sangat keberatan dengan metode yang diberikan oleh guru sehingga memunculkan komentar-komentar negatif dari orang tua terhadap kebijakan belajar secara daring di rumah dan ini berimbas kepada tumbuh kembang anak. Selama belajar di rumah, selain masalah-masalah di atas tersebut, dikarenakan kurang lancarnya pembelajaran yang dilakukan di rumah oleh orang tua dan anak sehingga mengakibatkan orang tua kurang dapat menunaikan kewajibannya terhadap sekolah. Hal ini berimbas kepada kurang lancarnya atau terhambatnya biaya operasional sehari-hari lembaga. Problematika ini berlangsung dan berjalan selama berbulan-bulan. Kekuranglancaran dalam memenuhi kewajiban kepada sekolah ini terus berlangsung karena kebijakan dari pemerintah untuk selalu memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang berlangsung terus selama berbulan-bulan. Karena itu maka pembelajaran di rumah pun juga terus berlangsung selama PPKM diberlakukan yang pada akhirnya memicu ketidakpuasan orang tua dalam merespon kegiatan pembelajaran online (daring) di rumah. Dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia (guru dan orang tua atau wali murid) dan media pembelajaran yang tersedia maka respon dari orang tua tersebut belum 45
sepenuhnya bisa ditanggapi dengan baik dikarenakan pembelajaran bersifat online, segala sesuatunya berbasis teknologi informasi, padahal sebelumnya banyak sekali guru yang belum menguasai teknologi informasi tersebut. Hal ini menjadikan guru sangat kesulitan untuk membuat variasi pembelajaran berbasis online atau teknologi informasi. Guru hanya mengandalkan WhatsApp Group sebagai media informasi kepada orang tua dalam memberikan instruksi pembelajaran. Mengetahui adanya keterbatasan ini akhirnya Pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan, memberikan pelatihan-pelatihan untuk guru dalam membuat variasi pembelajaran berbasis teknologi informasi yang ternyata tidak semua guru dapat memahami dan menguasai materi pelatihan-pelatihan tersebut, terlebih lagi dalam mengimplementasikan hasil dari pelatihan-pelatihan pembelajaran teknologi informasi tersebut kepada muridnya. Hal ini kemudian menjadi masalah lagi di dalam dunia pendidikan, guru menjadi merasa terbebani dengan tugas-tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan kondisi pandemi COVID 19 ini. Berkaca dari kejadian tersebut, akhirnya beberapa lembaga mencoba memberikan solusi melalui penggunaan aplikasi video conference yang dirasa mudah untuk diterapkan seperti Zoom, Microsoft Teams, Google Meet dan lain-lain untuk meminimalisasi permasalahan yang dihadapi oleh orang tua dan anak selama pembelajaran online di rumah. Guru dituntut untuk bisa mengoperasikan Aplikasi tersebut selama pembelajaran pandemi COVID 19. Namun tidak semua lembaga bisa melaksanakan pembelajaran menggunakan aplikasi-aplikasi di atas dikarenakan keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan aplikasi tersebut maupun keterampilan guru dalam memberikan bahan pembelajaran. Melalui aplikasi tersebut dan juga keterbatasan lembaga dalam menyediakan piranti- piranti untuk menunjang pembelajaran dengan aplikasi tersebut. Inilah yang menjadi masalah besar bagi sebagian lembaga-lembaga yang kurang beruntung atau kurang secara finansial. Akhirnya pembelajaran kembali lagi tetap mengandalkan grup WhatsApp sebagai satu-satunya media informasi bagi guru untuk memberikan instruksi tugas-tugas pembelajaran kepada murid di rumah walaupun hasil pembelajaran tersebut 46
tidak maksimal dan prestasi siswa atau murid menjadi menurun bahkan sangat buruk sekali. Ternyata walaupun ada beberapa lembaga yang sudah berusaha menggunakan aplikasi aplikasi pembelajaran online seperti Zoom, Microsoft Teams, Google Meet dan lain-lain bukan berarti sudah tidak ada masalah lagi, karena ternyata dari orang tua ada beberapa yang tidak mempunyai smartphone, tablet atau laptop untuk anaknya sehingga pembelajaran melalui Zoom, Microsoft Teams, Google Meet dan lain-lain, tidak berjalan maksimal seperti yang diharapkan dikarenakan peserta didik tidak bisa mengikuti sepenuhnya. Ada juga beberapa anak didik dari satu kelas itu yang sudah mendapatkan smartphone atau piranti dari orang tua atau walinya untuk menunjang pembelajaran online sehingga anak bisa mengikuti pembelajaran online dengan gurunya. Tetapi hal itu juga bukan berarti tanpa ada masalah karena ternyata setiap anak adalah individu yang unik dalam arti ada anak yang bisa mengikuti bahkan menikmati kegiatan pembelajaran melalui Zoom atau Google Meet ini dengan baik namun tidak sedikit pula anak yang ternyata tidak bisa fokus dengan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru melalui media Zoom, Google Meet tersebut. Akhirnya anak tidak bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru dan apa yang harus dilakukan, apa yang harus dikerjakan melalui tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Ini menjadikan tantangan baru lagi bagi guru untuk membuat variasi pembelajaran yang berbeda lagi yang bertujuan bagaimana supaya anak bisa memahami bisa mengikuti dan memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga bisa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada anak didiknya. Bagi beberapa lembaga ada yang memberikan pelatihan kepada gurunya dengan menggunakan media buku elektronik atau e-book selama proses pembelajaran online dengan media Zoom, Google meet atau Microsoft Teams, dan ada pula yang menggunakan aplikasi game untuk memberikan variasi pembelajaran supaya anak tidak bosan dan supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diterima oleh anak usia dini. Namun tidak semua lembaga dapat melakukan hal tersebut karena beberapa 47
lembaga seperti yang telah disebutkan di atas memiliki banyak keterbatasan yang tidak menunjang adanya pembelajaran berbasis teknologi informasi. Hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk terus bisa belajar mengasah ilmunya, mengembangkan poteni dalam dirinya untuk selalu meningkatkan kompetensi supaya dapat melakukan berbagai variasi pembelajaran dengan berbagai media berbasis teknologi informasi atau online sehingga diharapkan apabila kedepannya dibutuhkan tetap bisa digunakan untuk menunjang proses pembelajaran masa depan walaupun pandemi sudah berakhir. Dengan adanya pembaruan pada pembelajaran yang semula konvensional kemudian berganti menjadi berbasis teknologi, hal ini dapat menjadikan Trigger atau pemantik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Inilah saatnya guru untuk belajar meningkatkan dirinya dengan memiliki sifat pantang menyerah dan selalu berusaha kreatif dan inovatif dengan selalu mencari dan berbagi pengalaman dan informasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolahnya masing-masing. Selain masalah-masalah di atas, muncul lagi masalah baru berkaitan dengan pembelajaran secara daring atau online. Alih-alih dengan adanya smartphone yang seharusnya digunakan anak untuk bisa belajar secara daring dengan baik melalui bimbingan guru dari sekolah, anak justru menganggap itu sebagai sebuah kesempatan untuk menggunakan smartphone-nya bermain game atau melihat tayangan-tayangan video melalui youtube atau situs lainnya diluar materi atau video pembelajaran sehingga hal tersebut mengakibatkan anak menjadi semakin malas belajar dan orang tua menjadi stress karena tidak mampu memberikan pendampingan yang baik dan benar kepada anaknya. Demikianlah pengalaman yang saya dan beberapa guru lain alami selama Pandemi COVID-19 dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara Daring atau online. Memang ini adalah sebuah pengalaman yang berat karena di luar dari pemikiran kita sebagai guru selama ini, namun walaupun demikian pengalaman tersebut justru menjadi sebuah guru yang baik bagi saya untuk menjadi lebih baik dalam meningkatkan 48
kemampuan sebagai pendidik yang melek tehnologi sebagai bagian dari upaya dari meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga saya. 49
Search