Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MAJALAH PROFESI EDISI 1 TH 2018

MAJALAH PROFESI EDISI 1 TH 2018

Published by BDK Denpasar, 2021-01-07 02:07:42

Description: MAJALAH PROFESI BULAN OKTOBER TAHUN 2018

Keywords: MAJALAH PROFESI

Search

Read the Text Version

ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Salam Redaksi Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah me- limpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan majalah Profesi ini. Majalah Profesi Edisi I Tahun 2018, masih eksis di hadapan pembaca. Redaksi mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2569, Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, Selamat Hari Raya Waisak PENGASUH REDAKSI MAJALAH 2562 dan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan dan Selamat Hari Raya Idul Fitri “PROFESI” 1439 H. bagi yang merayakan. Semoga SURAT KEPUTUSAN Kerukunan yang sudah terjalin di bumi KEPALA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN Nusantara yang kita cintai ini tetap terjaga. DENPASAR Profesi edisi kali ini menampilkan NOMOR 23 TAHUN 2018 beberapa artikel antara lain : Efektivitas Pelaksanaan Ujian online, Urgensi Pen- TENTANG didikan Agama Islam Berwawasan Mul- PEMBENTUKAN PENGELOLA MAJALAH tikultural, Efektivitas Penyelenggaraan BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN DENPASAR Tanggal, 10 Januari 2018 PENANGGUNG JAWAB: Diklat dalam Meningkatkan Kinerja Guru, Dr. H. Japar, M.Pd Pengaruh Fasilitas Perpustakaan terhadap Minat Baca Peserta Diklat, Pengembangan (Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar) KETUA REDAKSI: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ni Made Nuadi, SH., MH. Kurikulum 2013 Tahun 2017, Dharmagita sebagai Metode Pembelajaran, dan seba- SEKRETARIS/EDITOR: gainya. Dra. Hj. Sifa, M.Pd. DEWAN REDAKSI: Redaksi menyampaikan apresiasi ke- pada para penulis yang sudah berkontribusi Haris Budi Santosa, S.Pd. mengirimkan naskah dan para pembaca Ni Made Sri Agustini, S.S., M.Pd yang setia menggugu terbitnya majalah profesi ini, namun kami mohon maaf tidak Ni Luh Sukmawati, S.E., MM. dapat menerbitkan semua naskah yang Ni Made Widiastuti, M.M. masuk , hal ini disebabkan karena keterba- tasan kami dan juga karena adanya naskah Ida Bagus Putu Sastrawan, SH yang belum memenuhi syarat . Nikmatul Afiyah, S.Sos., M.Si Muhimatul Kibtiyah, S.HI DESAIN GRAFIS Ahmad Hisan, S.Ag Drs. I Made Agus Suarjana, M.Pd 2 ISSNIS2S0N852-088653-98,6P3r9o,fePsroi-fEedsiis-iE1d,isTih1.,1T3hJ.u1n3iJ2u0n1i 82018

Namun kami tetap mengharapkan kiriman saudara berupa artikel hasil penelitian, opini, kajian, dan karya inovasi teknis/administrasi lainnya, dengan menyerahkan soft copy (dalam bentuk CD) di samping naskah atau dikirim via e-mail: [email protected] dengan mencantumkan nomor telepon/HP dan nomor rekening Bank. Bagi naskah yang dimuat redaksi menyediakan honorarium sesuai dengan keten- tuan yang berlaku. Selanjutnya redaksi tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan dan pening- katan mutu jurnal Profesi. Akhirnya redaksi menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasinya dan mohon maaf jika ada khilaf dan kesalahan, semoga terus berkarya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Daftar Isi Salam Redaksi .......................................................................................................................................... 2 Daftar Isi ................................................................................................................................................... 3 Efektivitas Pelaksanaan Ujian Online Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MTs ......................... 4 Urgensi Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural Menuju Toleransi Umat Beragama ......... 9 Efektifitas Penyelenggaraan Diklat dalam Meningkatkan Kinerja Guru .................................................. 15 Pengaruh Fasilitas Perpustakaan Terhadap Minat Baca Peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar ................................................................................................... 19 PengembanganRencanaPelaksanaanPembelajaranKurikulum2013 Tahun2017 ................................. ... 26 Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender pada Pendidikan dan Pelatihan KepemimpinanTingkat IV.......................................................................................................................... 32 Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi (Evaluasi Pasca Diklat) ..................................... 36 Pemantapan Pemahaman Penyuluh Agama Hindu Terhadap Makna Upacara Ngaben ......................... 42 Ekonomi Koperasi “Peranan dan Fungsinya di Balai Diklat Keagamaan Denpasar” .................................... 47 Dharmagita sebagai Metode Pembelajaran ............................................................................................... 53 Lensa Profesi \"Diklat Teknis Substantif Penyuluh Agama Islam Non PNS Angkatan IX Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa\" ............................................................................................ 59 Lensa Profesi \"Diklat Teknis Substantif Penyusunan Bahan Ajar Kementerian Agama Kab. Sumba Barat Daya\" .......................................................................................... 61 Lensa Profesi \"Monitoring Proyek Perubahan Peserta Diklat PIM IV Angkatan XIX Tahun 2018 di Kemenag Kab. Lembata ......................................................................................................................... 63 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 3

Efektivitas Pelaksanaan Ujian Online Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MTs Ni Made Sri Agustini, SS, M.Pd *) Abstrak Efektivitas merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan pengaruh yang tepat, akurat, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksa- naan Ujian Online Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MTs Tk. Dasar Tahun 2017 di Balai Diklat Keagamaan Denpasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui Angket tau Kuisener. Pengukuran efektivitas ujian online menggunakan pengukuran berdasarkan Kirk Patrick pada level I yaitu pengukuran pada tahapan reaksi atau tanggapan. Disimpulkan bahwa Pelaksanaan ujian online yang telah dilaksanakan pada Pendidikan dan Pelatihan Guru mata pelajaran bahasa Inggris MTs Tingkat Dasar Tahun 2017 yang dilaksanakan di kampus II Balai Diklat Keagamaan Denpasar dari tanggal 18 Agustus 2017 telah terlaksana dengan kategori sangat efektif dengan persentase keberhasilan efektivitas 93,38%. Kata Kunci : Ujian online,efektivitas, A. Pendahuluan Inggris dengan prinsip Learning by Fun. a. Latar Belakang Pendidikan dan Pelatihan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan efektivitas Kehadiran materi pembelajaran Bahasa dan efesiensi suatu organisasi. Efektivitas Diklat Inggris sebagai kurikulum wajib di Indonesia tercemin pada tercapai tidaknya tujuan yang ingin sangat berpengaruh terhadap figur sosok guru yang dicapai yaitu peningkatan pengetahuan, keterampilan berkompeten karena dalam melaksanakan tugasnya dan perubahan sikap peserta untuk menjalankan bisa jadi guru bahasa Inggris bekerja ekstra dalam tupoksinya lebih baik lagi dan senantiasa up to date melakukan dikjartih mengingat Bahasa Inggris di terhadap teknologi dan informasi. Hasil penguasaan Indonesia merupakan Bahasa kedua hanya untuk aspek pengetahuan sebagai bahan evaluasi dalam beberapa orang saja selebihnya bisa jadi bahasa diklat ini dilaksanakan dalam bentuk ujian online . ketiga setelah bahasa daerah dan bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa keempat atau kelima setelah Ujian berfungsi sebagai bahan umpan bahasa Arab dan bahasa asing lainnya. Disinilah balik bagi penyelenggara terhadap efektifitas Kehadiran Diklat dirasa bagai penghapus dahaga proses pembelajaran itu sendiri. Seiring dengan dalam teriknya matahari dalam menyesuaikan berkembangnya teknologi saat ini Balai Diklat strategi yang tepat dan terarah dalam pembelajaran Keagamaan Denpasar mencoba mengubah secara bahasa. Terobosan Balai Diklat Keagamaan Denpasar bertahap sistem ujian manual atau sering disebut mendatangkan Native Speaker dari Peace Corps dengan konvensional menjadi system ujian kerjasama Kementerian Agama Republik Indonesia terkomputerisasi atau online. Berdasarkan hal dengan perserikatan relawan guru Amerika di diatas perlu diketahui efektifitas sistem ujian online Indonesia diharapkan mampu menciptakan suasana berbasis website yang telah dilakukan sebagai segar dan memotivasi guru Mata Pelajaran Bahasa media evaluasi bagi peserta diklat guru Bahasa 4 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Inggris MTs Tk. Dasar Tahun 2017. 2. Sebagai bahan masukan dan mampu memberi- kan sumbangan pemikiran pada pihak yang ter- b. Identifikasi Masalah kait dalam kediklatan untuk mengembangkan Model evaluasi penyelenggaraan Kediklatan Diklat yang efektif bisa tercapai apabila pro- gram diklat yang dilaksanakan bisa mencapai tujuan B. KERANGKA TEORITIK, METODE PENE- dan hasil yang dicita-citakan. Namun pada beberapa LITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN kasus ditemukan pelaksanaan diklat dipandang se- bagai proses formalitas saja tanpa ada tindak lan- a. Kerangka Teoritik jut dalam pelaksanaan tugas setelah mengikutinya, sebagian peserta diklat juga lebih berorientasi pada The Liang Gie (2000:24) mengemukakan sertifikat bukan pada pengetahuan dan keterampi- “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan suatu lan. Akibatnya pengetahuan dan keterampilan yang kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk mem- diperoleh belum memberikan kontribusi maksimal berikan hasil guna yang diharapkan.”Efektivitas dalam aplikasinya ketika melaksanakan tupoksi merupakan keadaan yang berpengaruh terhadap dan merealisasikan kinerja. Efektivitas pendidikan suatu hal yang berkesan, kemanjuran, keberhasi- dan pelatihan menurut Kirkpatrick terdapat empat lan usaha, tindakan ataupun hal yang berlakunya. tingkatan yaitu: Reaksi (Reaction)/ Tanggapan, Hal yang sama juga dikemukakan oleh Supriyono Pembelajaran (Learning), Perilaku (Behavior), Re- (2000:29) dalam bukunya Sistem Pengendalian sult (Hasil) namun dalam penelitian ini akan diba- Manajemen yang mendefinisikan pengertian efek- tasi samapai pada tahapan reaksi (reaction)/tang- tivitas, sebagai berikut: “Efektivitas merupakan gapan. Mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung ujian online menjadi poin yang sangat penting un- jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin tuk kelangsungan perkembangan pelaksanaan uji- besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan an diklat kearah yang lebih baik sebagai alat ukur terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dalam pencapaian ranah pengetahuan sehingga me- dapat dikatakan efektif pula unit tersebut” Dengan lalui hasil tingkat efektivitas pula kita akan menge- demikian efektivitas merupakan suatu bentuk pe- tahui sejauh mana kendala/hambatan yang dihadapi. ngukuran pencapaian tujuan secara maksimal ber- dasarkan kegiatan yang dilakukan di dalam suatu c. Perumusan Masalah organisasi. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, Kirkpatrick (2006;21) menjelaskan bahwa maka rumusan masalah yang diajukan dalam pene- dalam penilaian atau pengukuran efektivitas pen- litian ini adalah: didikan dan pelatihan terdapat empat tingkatan yaitu : Reaksi (Reaction)/ Tanggapan, Pembelaja- Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan Ujian On- ran (Learning), Perilaku (Behavior), Result (Ha- line Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris sil). Reaksi (Reaction)/ Tanggapan yang dimaksud MTs Tk. Dasar Tahun 2017 di Balai Diklat Ke- Pada tahapan ini adalah pengukuran diklat ada pada agamaan Denpasar ? tingkatan menilai perasaan, opini peserta diklat terhadap program ujian online yang telah dilak- d. Tujuan Penelitian sanakan. Reaksi ini dapat mengetahui efektivitas pelaksanaan program ujian serta perasaan partisipan Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: terhadap pengalaman mengitu ujian online dalam pendidikan dan pelatihan. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Ujian Online Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Sistem Ujian Online. Sistem ujian adalah Inggris MTs Tk. Dasar Tahun 2017 di Balai Diklat sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia mesin, Keagamaan Denpasar. untuk menyediakan dan mengadakan ujian secara lebih cepat dan efektif sehingga dapat diketahui e. Manfaat Penelitian mutunya. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: dan basis data. Dalam ujian online ada interaksi an- tara manusia sebagai pengelola dan mesin sebagai 1. Dapat dijadikan bahan referensi bagi lembaga untuk pelaksanaan Diklat dan pengambilan ke- bijakan. ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 5

alat untuk memproses data dan informasi terdapat Pedoman Konversi PAP Skala V (Agung, proses manual yang harus dilakukan manusia dan 2014; 145) ada proses yang terotomasi oleh mesin. Oleh karena itu diperlukan suatu prosedur/manual sistem. Sistem Persentase Kriteria basis data terintegrasi, penggunaan basis data secara 90 – 100 Sangat efektif bersama-sama (sharing) dalam sebuah database 80 – 89 Efektif khusus guna mengetahui mutu data dan informasi 65 – 79 Cukup efektif yang diolah dan dihasilkan, digunakan untuk me- 55 – 64 Kurang efektif ngetahui mutu dari hasil ujian. 0 – 54 Tidak efektif b. Metode Penelitian c. Temuan dan Pembahasan Tempat yang dijadikan sebagai objek Peningkatan kompetensi guru dan pemanta- penelitian adalah Kampus II Balai Diklat pan wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampi- Keagamaan Denpasar Jl. Raya Mengwi KM. lan sesuai dengan profesi, merupakan hakekat dari 14 Beringkit Mengwitani Badung Bali. Untuk pelaksanaan Diklat Tenaga Teknis Keagamaan. Ke- memperoleh data yang diperlukan dan berkaitan giatan Pendidikan dan Pelatihan merupakan bagian dengan objek penelitian, penelitian dilaksanakan dari unsur pengembangan diri yang bertujuan untuk sesaat setelah ujian online berlangsung tanggal meningkatkan profesionalisme serta memiliki kom- 18 Agustus Tahun 2017 dengan populasi adalah petensi yang sesuai dengan peraturan perundang- Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta MTs tingkat dasar yang berjumlah 30 orang yang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. berasal dari Prov. Bali, NTB dan NTT. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data Efektivitas pelaksanaan ujian online diklat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Angket/ dalam hal ini akan diukur berdasarkan tingkatan Kuisionier anggapan atau reaksi peserta terhadap efektivitas dari empat tingkatan yang diungkapkan keefektifan ujian online yang telah dilaksanakan oleh Kirkpatrick yaitu Reaksi/ Tanggagan, Pembe- yang terdiri atas 12 penyataan dan direalisasikan lajaran/ Learning, Perilaku dan Hasil atau Result na- dengan menggunakan Skala Likert. Data Analisis mun dalam pembahasan penelitian ini akan dibatasi hasil penelitian secara kuantitatif melalui distribusi pada tingkatan reaksi (reaction)/ tanggapan peserta frekuensi dengan memberikan presentase, dalam hal Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MTs ini peneliti menggunakan rumus sebagai berikut. terhadap pelaksanaan Ujian Online dimana data yang diperoleh dari kuisener yang diberikan kepada F peserta beberapa menit setelah peserta mengikuti P = -------- x 100 ujian online. N Pengukuran diklat pada tahapan ini menilai perasaan, opini peserta diklat selama mengikuti uji- Keterangan: an online. P = Angka persentase, F = Frekuensi (jumlah ja- Tanggapan Peserta Diklat terhadap Penye- waban responden), N = Number of Cases (jumlah lenggaraan Ujian Online pada Diklat Guru Mata frekuensi atau banyaknya individu) Pelajaran Bahasa Inggris MTs diperoleh dari Kui- sioner yang didistribusikan kepada peserta diklat Analisis selanjutnya untuk mencari rata-rata sesaat setelah Ujian online. Kuisioner terdiri atas 12 (Mean) persentase skor efektivitas pelaksanaan pertanyaan dimana indikator masing-masing pertan- Diklat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: yaan mengukur tanggapan peserta diklat terhadap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Dari M% = { } x 100% ( Agung, 2014;144) analisis data diperoleh terhadap pelaksanaan ujian. nilai persentase efektivitas yang didapat dari hasil Untuk mengetahui tingkatan efektivitas varia- analisis data adalah 93,38 % dengan kategori sangat bel yang diteliti, rata-rata persen (M%) yang telah efektif. Adapun penjelasannya sebagai berikut : didapatkan dibandingkan ke skala PAP skala lima dengan kriteria sbb: 6 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Rekap Kuisenier Efektifitas Ujian Online Diklat Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tk. MTs Tahun 2017 No Frekuensi P = Persentase Jumlah Skor pertanyaan Sangat Setuju Setuju 20 Setuju Sangat Setuju 140 1 10 25 145 2 5 18 33 67 138 3 12 16 136 4 14 17 17 83 137 5 13 29 149 6 1 17 40 60 137 7 13 18 137 8 12 21 47 53 141 9 9 19 139 10 11 22 43 57 142 11 8 20 140 12 10 3 97 1681 43 57 140 40 60 93,38% 30 70 Sangat Efektif 37 63 27 83 33 67 Jumlah Mean ( Rata - Rata ) Efektifitas Kategori Dari analisis data yang diperoleh dari 12 item pertanyaan yang menggunakan skala likert (Sangat setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju dan sangat tidak setuju) dari data tersebut jawaban respon- den secara garis besar ada pada jawaban setuju dan sangat setuju. Dari data diatas dapat di jelaskan bahwa: Dari data yang diperoleh pelaksanaan ujian online pada Diklat guru Bahasa Inggris berjalan lancar 10 orang menyatakan setuju dan 20 orang menyatakan setuju dan 20 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 33% dan 67 %. Pelaksanaan ujian online dapat memacu peserta diklat untuk lebih bersemangat lebih memacu diri dalam menguasai Informasi dan Teknologi dalam menunjang profesi sebagai tenaga pendidik 5 orang menyatakan setuju dan 25 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 17% dan 83%. 12 orang peserta menyatakan setuju ketika waktu yang diberikan oleh panitia dan widyaiswara untuk mengerjakan ujian online selama satu jam sudah dirasa efektif dan 18 Orang menyatakan sangat efektif atau dengan tingkat keberhasilan 40% dan 60%. 14 orang atau sekitar 47% peserta menyatakan pelayanan panitia dalam menuntun dan memandu jalannya ujian online sudah dirasa optimal sementara 16 orang menyatakan sangat setuju atau dengan angka ketercapaian 53%. 13 orang atau sekitar 43% peserta menyatakan setuju bahwa widyaiswara telah menuntun,memandu realisasi ujian online dengan instruksi yang sangat jelas sementara 17 orang menyatakan sangat setuju dengan angka ketercapaian 57%. 29 Orang atau sekitar 97% peserta menyatakan sangat setuju bahwa dengan adanya ujian online dalam kegiatan kediklatan dapat memotivasi peserta untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman terhadap penggunaan multimedia disisi lain hanya 1 orang atau 3 % menyatakan setuju. 13 orang atau 43 % menyatakan setuju bahwa aplikasi ujian online mudah diakses dan 17 orang atau 57% menyatakan sangat setuju 12 orang atau 40% peserta menyatakan setuju bahwa fitur yang ada dalam ujian online sudah dirasa cukup dan sangat jelas dan 18 orang atau 60% peserta menyatakan sangat setuju. Ujian online sangat efektif karena hasil nilai ujian langsung dapat dilihat sehingga dapat mengetahui tingkat ketercapaian pemahaman individu 9 orang menyatakan setuju dan 21 orang menyatakan tidak setuju dengan tingkat keberhasilan 30% dan 70 %. 11 orang peserta menyatakan setuju bahwa ujian online mewujudkan penilaian yang transparan dan 19 orang menyatakan sangat setuju dengan tingkat pencapaian 37% dan 63%. Ujian online sangat perlu diadakan pada setiap kegiatan Diklat kedepan untuk memicu peserta diklat lebih optimal dalam penguasaan TIK 8 orang peserta menyatakan setuju dan 22 orang menyatakan sangat setuju dengan tingkat ketercapaian 27 % dan 83 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 7

%. 10 orang atau 33% peserta setuju dan 20 orang MTs Tingkat Dasar Tahun 2017 yang dilaksanakan menyatakan sangat setuju atau dengan perolehan di kampus II Balai Diklat Keagamaan Denpasar angka 67 % peserta Diklat menyatakan bahwa ujian dari tanggal 18 Agustus 2017 telah terlaksana de- online mendukung suksesnya pelaksanaan Diklat di ngan kategori sangat efektif dengan persentase ke- era Digital. berhasilan efektivitas 93,38 % . Efektivitas selalu terkait dengan hubungan b. Rekomendasi antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dapat dicapai, diharapkan kegiatan Balai Diklat keagamaan Denpasar diharapkan ujian online yang telah dilaksanakan dapat kedepan dapat mengembangkan aplikasi dan memberikan hasil guna bagi guru mata pelajaran menyiapkan domain khusus untuk penyelenggaraan Bahasa Inggris MTs namun kedepan panduan dari ujian online berbasis web dan menambah bandwidth panitia maupun Widyaiswara sangat diperlukan bagi jaringan akses internet. Ujian online sudah saatnya peserta yang penguasaan TIK nya kurang, tingkat dikembangkan oleh setiap instansi penyelenggara kecemasan bagi peserta yang kurang penguasaan kediklatan tidak hanya ujian online, penilaian TIK bahkan yang laptopnya tidak bisa connect widyaiswara dan evaluasi panitia penyelenggarapun dengan internet dan bahkan ada beberapa yang tidak hendaknya dapat dilakukan dengan system penilaian membawa smartphone sebagai alternative dapat online. dipinjamkan laptop panitia ataupun smartphone temannya. Program remedial juga langsung bisa *) widyaiswara ahli Muda pada Balai Diklat Ke- langsung dilaksanakan sesaat setelah dilaksanakan agamaan Denpasar ujian karena hasil nilai yang didapatkan disetting dapat dilihat peserta minimal pelaksanaan ujian DAFTAR PUSTAKA online tahap awal ini dapat sebagai penyemangat kedepan untuk pelaksanaan ujian online pada semua Agung, A.A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian program kediklatan. Pendidikan. Malang; Aditya Media Publish- ing. Keuntungan yang ditawarkan dari sebuah pelaksanaan ujian online adalah kecepatan dan ke- Gie, The Liang.2000. Administrasi Perkantoran mudahan dalam proses pemberian skor. Penguji ti- Modern. Yogyakarta. Liberty dak lagi melakukan pemeriksaan satu persatu pada lembar jawaban peserta kemudian menghitung skor Hamzah, Rochmulyati,1990, Mengukur Efektivitas melainkan nilai telah tersedia oleh perangkat lunak Pelatihan. PT Pustaka Binaman Pressindo, Ja- dalam basis data dengan penghitungan otomatis karta. berdasarkan jawaban dari peserta. Namun syarat mutlak diadakan ujian online adalah fasilitas akses Kirkpatrick, D.L. 2009. Kirkpatrick’s Training internet yang memadai Keuntungan lain yang bisa Evaluation Model. diperoleh adalah pengurangan penggunaan kertas serta pengurangan bentuk kecurangan yang dilaku- Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pengembangan Sum- kan peserta. Waktu dan tempat pelaksanaan dapat ber Daya Manusia. Jakarta: Salemba empat diatur sedemikian rupa sehingga menyulitkan bagi peserta untuk melaksanakan tindak kecurangan. Siagian. 2002.Sumber Daya Manusia. Jakarta :PT. Soalpun dapat di setting secara acak sehingga me- Ranika Cipta Tika, minimalisir kemungkinan mengerjakan soal dengan teknik kerjasama. Dapat diakses melalui laptop ma- Simamora.H. 2004. Manajemen Sumber Daya Ma- pun smartphone asalkan tidak menemui kendala nusia. Edisi ketiga.Yogyakarta. dengan server, koneksi wifi, jaringan dan band- width yang disediakan oleh instansi memadai. Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cip- C. PENUTUP ta. a. Simpulan Wibowo. 2011.Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga, Cetakan keempat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan ujian Persada. online yang telah dilaksanakan pada Pendidikan dan Pelatihan Guru mata pelajaran bahasa Inggris Peraturan Menteri Agama No. 4 Tahun 2012 ten- tang penyelenggaraan pendidikan dan pelati- han teknis di lingkungan Kementerian Agama PMA No. 75 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai 8 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Urgensi Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural Menuju Toleransi Umat Beragama Oleh: Choirul Walid *) ABSTRAK Pendidikan Agama Islam di sekolah cenderung diajarkan sebagai dogmatic bertujuan mengantarkan siswa menjadi pribadi yang saleh individual dalam hubungannya dengan Allah Tuhan yang Maha Esa, memperkuat keimanan dan ketaatan dalam beribadah. Sementara aspek sosial keagamaan belum menjadi focus perhatian padahal sejatinya buah dari kesalehan individu adalah kesalehan social. Sistem pembelajaran PAI sebatas transfer of knowledge (transformasi pengetahuan) dan hafalan-hafalan menjadikan PAI monoton, menjemukan dan kurang difavoritkan. Kondisi inilah yang menjadikan pendidikan agama eksklusif dan intoleran. PAI dalam Sistem Pendidikan Nasional diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik, sehingga menjadi pribadi muslim yang bertaqwa sekaligus menjadi warga negara Indonesia yang toleran, menerima kondisi multikultural, serta menolak segala bentuk penindasan yang merendahkan harkat kemanusiaan karena perbedaan. Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Multikultural, Toleransi Pendahuluan ngancam paradigma ke-Bhineka Tunggal Ika-an, diperlukan terobosan pemikiran mengenai konsep Agama seharusnya dapat mendorong pendidikan agama yang mampu memberdayakan umat manusia untuk selalu menegakkan manusia dan masyarakat dengan perbedaan yang perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan bagi dimiliki. Konsep pendidikan tersebut harus mampu seluruh ummat di bumi ini. Islam sebagai agama, memenuhi kebutuhan mendesak bangsa Indonesia membawa misi rahmatal lil ‘alamin (sebagai penebar saat ini untuk merajut kembali kebudayaan nasional kasih sayang bagi alam semesta) memiliki tanggung Indonesia yang terdiri atas keragaman etnis, budaya jawab moral untuk membimbing umatnya. Namun dan agama dalam bingkai Negara Kesatuan Repub- realitanya agama justru dianggap sebagai salah lik Indonesia yang saling menghormati, menghar- satu penyebab terjadinya kekerasan dan pertikaian gai, toleran dan berkeadilan. Dalam konteks ini, antar umat manusia. Hal tersebut ditengarai karena pengembangan pendidikan agama Islam berwa- pendidikan agama baik di sekolah umum maupun wasan multikultural bisa menjadi alternatif meng- sekolah agama diajarkan secara eksklusif dan ingat multikultural melihat masyarakat secara luas menafikan eksistensi budaya dan agama-agama lain. dari keragaman yang dimiliki menuju perdamaian Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya preventif yang berkeadilan. agar konflik yang bernuansa agama tidak terjadi di masa mendatang. Sebagai umat menyadari bahwa Apa itu Pendidikan Multikultural ? konflik yang berakar dari keyakinan keagamaan yang fundamental akan berakibat pada konflik Multikulturalisme berakar dari kata multi sosial yang meluas dan sulit diatasi, sebab dipahami (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). sebagai bagian dari panggilan agamanya. H.A.R. Tilaar, mengatakan, bahwa multikulturalis- me memiliki dua ciri utama; pertama, kebutuhan Guna mencegah terjadinya konflik antar umat terhadap pengakuan (the need of recognition). Ke- beragama sekaligus menghadapi berbagai gejolak dua, legitimasi keragaman budaya atau pluralisme dan realitas kekinian bangsa Indonesia yang me- budaya (H. A. R, Tilaar, 2002, 115). Sedangkan ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 9

kultur meliputi empat tema penting yaitu: agama terhadap budaya dan agama-agama lain, sehingga (aliran), ras (etnis), suku, dan budaya (Ain al-Rafiq melahirkan kesadaran dari masing-masing budaya, Dawam, 2003, 99). Secara implisit, dalam kata mul- etnis dan agama untuk saling mengakui dan meng- tikulturalme terkandung pengakuan akan martabat hormati keanekaragaman identitas dengan sema- manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan ngat kerukunan dan perdamaian. Dengan kesadaran kebudayaannya masing-masing yang unik (Choirul dan kepekaan terhadap keberagaman, pluralitas, Mahfud, 2006, 75.). Multikulturalisme secara fi- baik dalam etnis, agama dan budaya hingga orien- losofis pada dasarnya merupakan pandangan yang tasi politik, akan dapat meminimalisir berbagai po- meyakini bahwa dalam realitas kehidupan terdapat tensi yang dapat memicu konflik social. keragaman (diversity) atau kemajemukan (plura- lity) kebangsaan, ras, suku, bahasa, tradisi, agama, Dari beberapa definisi diatas dapat disimpul- kepentingan dan sebagainya yang harus dihormati kan bahwa pendidikan multikultural adalah “pendi- diakui, atau difungsikan (Choirul Fuad Yusuf, 2006, dikan tentang keragaman budaya dalam merespon 21). Sementara menurut Abdul Munir Mulkhan perubahan demografis dan kultural lingkungan ma- multikulturalisme adalah gagasan yang lahir dari syarakat agar tercipta kerukunan dan perdamaian di- fakta tentang perbedaan antar warga masyara- dasarkan pada sikap toleransi, saling memahmi dan kat bersumber etnisitas bersama kelahiran sejarah menghormati dalam keragaman dan perbedaan”. (Choirul Fuad Yusuf, 2006, 21). Paradigma PAI berwawassan multikultural Multikulturalisme sebenarnya merupakan konsep di mana sebuah komunitas dalam konteks Menurut Zakiyuddin Baidhawi ada tujuh kebangsaan dapat mengakui keberagamaan, perbe- asumsi paradigma PAI berwawasan multikultural daan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, et- (Zakiyuddin Baidhawy, 2008, 75-78) yaitu: mendi- nis, dan agama. Sebuah konsep yang memberikan dik peserta didik untuk: pemahaman kita bahwa sebuah bangsa yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi den- Belajar hidup dalam perbedaan, setiap anak gan budaya-budaya yang beragam atau multikultur. memiliki latar belakang dan nilai-nlai yang berbeda Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang terdiri sebagai warisan dan karakteristik etnis dan budaya dari kelompok-kelompok etnik atau budaya yang yang anutnya. Ini realitas yang harus dipertimbang- ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam kan dalam PAI berwawasan multikultural. Perbe- prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan daan nilai-nilai ini meniscayakan PAI tidak hanya untuk menghormati budaya lain (Nanih Mahen- berpijak pada paradigma learning to know, learning drawati dan Ahmad Syafe’i, 2001, 34). to do, learning to be, tetapi juga learning to live to- gether. Paradigma yang disebut terakhir ini dalam Pendidikan multikultural merupakan suatu konteks PAI akan menjadikan PAI sebagai proses: wacana yang lintas batas, karena terkait dengan (a) pengembangan sikap toleran, empati, dan sim- masalah-masalah keadilan sosial (social justice), pati yang menjadi syarat utama suksesnya koek- demokrasi dan hak asasi manusia (H.A.R Tilaar, sistensi dalam keragaman agama; (b) klarifikasi 2003, 167). Sementara dalam Mashadi Imran, nilai-nilai kehidupan bersama menurut perspektif Azyumardi azra mendefinisikan pendidikan mul- agama-agama; (c) pendewasaan emosional; (d) ke- tikultural sebagai pendidikan untuk atau tentang setaraan dalam partisipasi; (e) kontrak sosial baru keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan dan aturan main kehidupan bersama antar agama. demografi dan kultur lingkungan masyarakat terten- tu atau bahkan demi secara keseluruhan (Mashadi Membangun saling percaya, Saling percaya Imron, 2009, 48). Sedangkan Musa Asy’ari juga adalah modal social yang menguatkan sendi-sendi menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah harmonisasi dalam masyarakat yang mendorong proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, terjadinya kerjasama satu sama lain yang didasar- dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang kan pada nilai-nilai kebaikan bersama. PAI ber- hidup di tengah-tengah masyarakat plural (Musa wawasan multikultural harus mengusung norma- Asy’arie, 2004). norma kebaikan yang merupakan modal sosial untuk tumbuhnya rasa saling percaya antar anggota Pendek kata, pendidikan multikultural men- masyarakat. PAI berwawasan multikultural perlu dorong kita untuk memiliki apresiasi dan respek menanamkan saling pengertian (mutual trust) an- tar agama, budaya dan etnik. Oleh karena itu modal 10 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama Berpikir terbuka, sikap keterbukaan dalam dalam menggerakkan kebersamaan, keharmonisan, berpikir pada peserta didik merupakan salah satu mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling me- tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan secara nguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama umum. Demikian pula dalam PAI berwawasan mul- (Mukhibat, 2014, 34). tikultural yang mendorong peserta didik membuka diri terhadap kenyataan hidup yang beragam, khu- Selama ini dikenal dua model pembelajaran susnya dalam hal pemahaman agama. Peserta didik PAI berwawasan multikultural. Pertama, perlu disiapkan untuk berhadapan dengan model pemahaman agama yang berbeda dari apa yang dia- pendekatan dogmatik (dogmatic approach), jarkan selama ini. Dengan sikap terbuka ini peserta yaitu pendekatan yang melihat pendidikan didik diharapkan mau memahami makna eksitensi dirinya, identitasnya di tengah keragaman budaya agama di sekolah sebagai tansformasi ajaran dan agama yang ada. dan keyakinan agama tertentu semata. 1. Apresiasi dan Interdependensi, PAI berwawasan Tujuannya adalah terwujudnya komitmen multikultural juga perlu menghadirkan sikap dogmatik peserta didik terhadap agamanya. apresiatif terhadap keragaman dan menyadar- Kedua, pendekatan ilmu-ilmu sosial (sosial kan tentang adanya saling ketergantungan atau studies approach), yaitu pendekatan yang interdependensi antara satu manusia dengan melihat pendidikan agama di sekolah sebagai yang lain. mata pelajaran seperti mata pelajaran lainnya (ilmu-ilmu sosial) dan materi agama yang 2. Resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan, diajarkan dilihat sebagai sesuatu yang sekuler konflik dengan latar belakang sebab yang bera- gam (baik karena agama, etnik, ekonomi, sosi- seperti halnya yang dilakukan oleh ilmu al dan budaya) adalah fakta kehidupan yang antropologi dan sosiologi. sulit dibantah keberadaannya. PAI berwawasan multikltural memberi kontribusi bagi upaya me- Memelihara saling pengertian, PAI berwa- ngantisipasi munculnya konflik ini dengan cara wasan multikultural juga mendorong siswa menginternaslisasikan kekuatan spiritual yang berbagai etnik dan latar belakang untuk dapat menjadi sarana integrasi dan kohesi sosial (so- memelihara rasa saling memahami dan mengerti cial cohesion) dan menawarkan bentuk-bentuk makna perbedaan salam kesatuan. Kesadaran ini resolusi konflik. Resolusi kemudian dilanjutkan akan melahirkan sikap saling melengkapi serta dengan rekonsiliasi yang merupakan upaya per- berkontribusi terhadap keharmonisan. Selain saling damaian melalui pengampunan atau pemaafan. memahami PAI multikultural juga mendorong PAI perlu mengarahkan peserta didik agar men- peserta didik siap menerima perbedaan di antara jadi manusia yang mudah memaafkan kesalahan berbagai keragaman paham agama dan kultur orang lain, meskipun tahu bahwa pendekatan masyarakat yang beragama. hukum juga dapat dilakukan. Akan tetapi mem- beri maaf jauh lebih luhur dan mulia (Baidhawy, Saling Menghargai (Mutual Respect) PAI 79-85). berwawasan multikultural harus mengarahkan peserta didik agar memiliki sikap saling menghargai Nilai-nilai Multikultural dalam PAI terhadap semua orang, apapun latar belakangnya. Dan memang ajaran agama yang terkandung dalam Islam sebagai suatu perangkat ajaran dan ni- PAI mengajarkan muslim untuk menghormati dan lai, meletakkan konsep dan doktrin yang merupakan menghargai sesama manusia. Aspek inilah yang rahmat li al-‘alamin. Sebagai ajaran yang memuat harus dikedepankan. PAI multikultural diharapkan nilai-nilai normatif, maka Islam sarat dengan aja- mampu menumbuhkembangkan kesadaran pada ran yang menghargai dimensi multikultural. Dian- peserta didik bahwa kedamaian dan harmoni dalam tara nilai-nilai Islam yang menghargai multikultural kehidupan masyarakat hanya akan tumbuh jika adalah: sikap saling menghormati dan menghargai benar- benar diamalkan dalam kehidupan, bukan sikap 1. Prinsip kesamaan (al-musawah) yang meman- saling merendahkan. dang manusia pada dasarnya sama derajatnya. Satu-satunya pembedaan kualitatif dalam ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 11

pandangan Islam adalah ketaqwaan. Pada bertentangan dengan pandangan kita. (Alwi Shi- waktu melakukan ibadah haji terakhir Nabi hab, 1998:41) Muhammad SAW membuat pernyataan dengan etika global dalam sebuah hadis Diriwayatkan Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat oleh Al Adda’ bin Khalid dalam Al- Thabari’s beragama bukanlah toleransi dalam masalah-ma- al-Mu’jam al-Kabir: “Wahai umat manusia, salah keagamaan, melainkan perwujudan sikap ke- semua orang berasal dari Adam sedang Adam beragamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan dari ekstrak tanah. Orang Arab tidak lebih mulia hidup antara orang yang tidak seagama, dalam ma- daripada non-Arab, orang kulit putih tidak salah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan lebih mulia daripada orang kulit hitam, kecuali umum. Ternyata ajaran Islam sangat sejalan, bahkan karena kelebihan ketaqwaannya” (HR. Abu mendukung prinsip multikultural yang berkenaan Hurairah). Hal ini membuktikan bahwa Islam dengan kebinekaan dalam kesatuan dan kebersa- tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap maan. Keanekaraman ras, suku bangsa dan bahasa seseorang berdasarkan ras, agama, etnis, suku, adalah sebuah kodrat Ilahi. ataupun kebangsaannya, hanya ketaqwaan seseoranglah yang membedakannya di hadapan Tujuan PAI Berwawasan Multikultural Sang Pencipta. Merujuk pada tujuan pendidikan multikultural 2. Prinsip keadilan (al-‘adalah) yang membong- menurut Kendall, lima tujuan utama pendidikan kar budaya nepotisme dan sikap-sikap korup, multikultural, yaitu: pertama, mengajarkan kepada baik dalam politik, ekonomi, hukum, hak dan peserta didik untuk menghargai nilai-nilai dan kewajiban, bahkan dalam praktek-praktek ke- budaya orang lain di samping nilai dan budayanya agamaan. Al-Quran memerintahkan agar ber- sendiri. Kedua, membantu semua peserta didik laku adil terhadap siapapun, “Jangan sampai untuk menjadi manusia yang bermanfaat di tengah kebencian terhadap suatu kaum itu mendorong masyarakat yang beragam ras dan budaya. Ketiga, untuk tidak berlaku adil (Q.S An-Nisa’:58). mengembangkan konsep diri yang positif dalam diri peserta didik yang dipengaruhi oleh ras anak-anak 3. Prinsip kebebasan atau kemerdekaan (al-hur- kulit berwarna. Keempat, membantu semua peserta riyah) yang memandang semua manusia pada didik untuk mengalami sendiri hidup di dalam hakikatnya hamba Tuhan saja, sama sekali bu- persamaan dan perbedaan sebagai manusia dengan kan hamba sesama manusia. cara-cara yang terpuji. Kelima, mendorong dan memberikan pengalaman kepada para peserta didik Berakar dari konsep ini, maka manusia dalam bekerjasama dengan orang yang berbeda budaya pandangan Islam mempunyai kemerdekaan sebagai bagian dari masyarakat secara keseluruhan. dalam memilih profesi, memilih wilayah hidup, (Frances E. Kendall, 1983, 1-7) bahkan dalam menentukan pilihan agamapun tidak dapat dipaksa seperti tercantum dalam al- Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan bah- Quran surat Al-Baqarah: 256. “Tidak ada pak- wa tujuan PAI berwawasan multikultural diharap- saan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesung- kan: pertama, siswa memiliki kesadaran terhadap guhnya telah jelas jalan yang benar daripada ajaran agama mereka sendiri dan realitas ajaran aga- jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ma lain. Kedua, siswa mampu meningkatkan pema- ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Al- haman ajaran agamanya dan apresiasi terhadap lah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang ke- agama orang lain. Ketiga, siswa dapat berpartisipasi pada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan dalam kegiatan sosial berbagai penganut agama putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha yang berbeda. Keempat, siswa mampu mengem- mengetahui”. bangkan potensi keberagamaan dalam kehidupan dengan tetap menjaga kerukunan dan toleransi. 4. Pirnsip toleransi (tasamuh) yang merupakan ke- mampuan untuk menghormati sifat dasar, keya- Model Pembelajaran PAI Berwawasan Multi- kinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang kultural lain. Tasamuh juga dipahami sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, atau membo- Selama ini dikenal dua model pembelajaran lehkan pendirian (pandangan) orang lain yang PAI berwawasan multikultural. Pertama, pendekatan 12 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

dogmatik (dogmatic approach), yaitu pendekatan menghormati pemeluk dan ajaran agama lain untuk yang melihat pendidikan agama di sekolah sebagai saling berdampingan dalam kemajemukan (Kasinyo tansformasi ajaran dan keyakinan agama tertentu Harto, 411-431). semata. Tujuannya adalah terwujudnya komitmen dogmatik peserta didik terhadap agamanya. Dalam pembelajaran PAI berwawasan Kedua, pendekatan ilmu-ilmu sosial (sosial multikultural akan berlangsung efektif melalui studies approach), yaitu pendekatan yang melihat pengajaran efektif (effective teaching) dan belajar pendidikan agama di sekolah sebagai mata pelajaran aktif (active learning) dengan memperhatikan seperti mata pelajaran lainnya (ilmu-ilmu sosial) keragaman agama para peserta didik. Proses dan materi agama yang diajarkan dilihat sebagai pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana sesuatu yang sekuler seperti halnya yang dilakukan mengajarkan tentang agama (teaching about oleh ilmu antropologi dan sosiologi. religion), bukan mengajarkan agama (teaching of religion). Mengajarkan tentang agama melibatkan Gambar : Sumber Google Kedua pendekatan di atas memiliki ke- pendekatan kesejarahan dan perbandingan, lemahan. Kelemahan pendekatan pertama ter- sedangkan mengajarkan agama pendekatannya letak pada potensinya untuk menumbuhkan fana- indoktrinasi dogmatik. Proses pembelajaran perlu tisme keagamaan yang tidak pada tempatnya. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk Sedangkan kelemahan pendekatan kedua terletak aktif mencari, menemukan, dan merenungkan serta pada kecenderungan sekulernya, sehingga tidak mengevaluasi pandangan keagamaannya sendiri mendorong bagi terwujudnya penganut agama yang dengan membandingkannya dengan pandangan baik. Tentu, keduanya sangat merugikan umat dalam keagamaan peserta didik lainnya, sehingga kerangkahidupbermasyarakatdanbernegara.Karena menemukan titik temu yang dapat melahirkan itu, perlu diformulasikan pendekatan ketiga yang sikap saling memahami. Dengan pendekatan akan mampu dan dapat melayani kebutuhan agama ini diharapkan tumbuh sikap toleransi, tidak anak dan dalam waktu yang sama juga mendorong menghakimi, dan melepaskan diri dari sikap fanatik harmoni di antara berbagai pemeluk agama berkat berlebihan. kandungan wawasan multikulturalisme yang ada secara inherent di dalamnya. Pendekatan ketiga itu, Kompetensi Guru PAI Berwawasan Multikul- sebut saja, dengan pendekatan perencanaan sosial tural (sosial plannning approach), yaitu pendekatan yang mendorong pemahaman dan komitmen peserta Peran guru pendidikan agama Islam amat didik terhadap agama yang dipeluknya, dan pada penting. Guru PAI harus mempunyai kompetensi waktu yang sama juga mendorong lahirnya sikap dalam mengatur dan mengorganisir isi, proses, situasi dan kegiatan PAI secara multikultur, di mana setiap peserta didik dari berbagai suku, jender, ras, ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 13

kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan Daftar Pustaka saling menghargai perbedaan itu. Guru PAI perlu menekankan diversity dalam pembelajaran, antara Abdul Munir Mulkhan, Kesalehan Multikultural, lain dengan (1) mendiskusikan sumbangan aneka Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban budaya dan orang dari suku lain dalam hidup ber- Muhammadiyah, 2005. sama sebagai bangsa; dan (2) mendiskusikan bah- wa semua orang dari budaya apa pun ternyata juga Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Sekolah, Yogyakarta: menggunakan hasil kerja orang lain dari budaya Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003. lain. Guru PAI juga harus memahami bahwa proses pembelajaran adalah proses pembudayaan yang ter- Baidhawy, Membangun Harmoni dan Perdamaian jadi dalam konteks sosial tertentu. Agar proses ini Melalui Pendidikan Agama Berwawasan berjalan secara terbuka maka guru PAI harus me- Multikultural. mahami keragaman peserta didik dari segi budaya maupun agama. Guru PAI harus mampu menganali- Choirul Fuad Yusuf, Edukasi Jurnal Penelitian sis proses pendidikan dari berbagai perspektif kul- Pendidikan dan Keagamaan, Jakarta: Badan tural sehingga dapat mengurangi sikap yang lebih Litbang dan Diklat Depag RI, 2006 menekankan pendidikan pada pengalaman budaya yang dominan. Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogya- karta: Pustaka Pelajar, 2006. Penutup Frances E. Kendall, Diversity in the Classroom a Dari uraian di atas, diharapkan pengemban- Multicultural Approach to The Education of gan PAI berwawasan multikultural dapat dilakukan Young Children, New York: Teachers College oleh guru PAI di sekolah umum maupun sekolah Press, 1983. agama sehingga PAI berwawasan multikultural dapat berkontribusi besar disamping sebagai pedo- H.A.R Tilaar, Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tin- man moral dan akhlak juga ikut berperan secara sig- jauan Dan Persepektif Studi Kultural, Indo- nifikan menciptakan tatanan kehidupan yang rukun nesiaTera, 2003, 167. dan harmonis, terhindar konflik horizontal di tengah masyarakat. _______, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Pendidikan Nasi- Secara umum, PAI berwawasan multikultural onal, Jakarta: Grassindo, 2002. merupakan proses penanaman cara hidup menghor- mati terhadap keanekaragaman budaya yang hidup Kasinyo Harto, Pengembangan Pendidikan Agama di tengah-tengah masyarakat plural. Ia mengajarkan Islam Berbasis Multikultural, Al-Tahrir, Vol. agama Islam pada siswa secara terbuka dan dialo- 14, No. 2 Mei 2014. gis sehingga semua siswa mempunyai kesempatan yang sama, menghargai perbedaan, keragaman, tol- Mashadi Imron, Pendidikan Agama Islam Dalam eransi dan sikap terbuka, membangun masyarakat Persepektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai yang berperadaban, toleransi terhadap sesama ma- Litbang Agama, 2009. nusia, mandiri dan mampu mengatur diri sendiri, bebas dari paksaan, ancaman dan kekerasan menuju Mukhibat, Rekonstruksi Spirit Harmoni Berbasis terciptanya masyarakat baru Indonesia yang berper- Masjid, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Ke- adaban dan berkeadaban. agamaan Kemenag RI, 2014. PAI berwawasan multikultural akan dapat Musa Asy’arie, Pendidikan Multikultural dan Kon- dimplementasikan dengan baik sesuai harapan kita flik Bangsa, 2004, http://www.kompas.com/ manakala guru PAI memiliki kompetensi multikul- kompas-cetak/0409/03/opini/1246546 tural yang memadai. Maka dari sini, lembaga diklat memliki bagian penting untuk terus melakukan pen- Nanih Mahendrawati dan Ahmad Syafe’i, Pengem- didikan dan pelatihan bagi para guru PAI sehingga bangan Masyarakat Islam: dari Ideologi, skill dan kompetensi pedagogik GPAI dapat diting- Strategi Sampai Tradisi, Bandung: Remaja katkan sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman yang Rosda Karya, 2001 terus berkembang. Zakiyuddin Baidhawy, Membangun Harmoni dan Perdamaian Melalui Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Lokakarya Im- plementasi Pendidikan Multikultural dalam Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Austra- lian Indonesia Partnership dan Kemenag RI, 2008. *) Penulis adalah widyaiswara muda pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar 14 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Efektifitas Penyelenggaraan Diklat dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus pada Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Kemenag Kab Jembrana ) Drs. Sugeng Sudarsono, M.Pd*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan efektifitas penyelenggaraan diklat dalam meningkatkan kinerja peserta Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Kab Jembrana yang berjumlah 40 orang. Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner kinerja. Data hasil penelitian selanjutnya di analisis dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan Konversi PAP skala V. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) efektif meningkatkan kinerja peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dengan ditunjukkan 22,5 % efektif dan 77,5 % sangat efektif. Berarti Kegiatan Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru di linkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Kementrian Agama Kab Jembrana efektif meningkatkan kinerja guru Kata Kunci : Diklat , Kinerja dan Efektifitas Pendahuluan Balai Diklat Keagamaan salah satu fungsin- ya yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan sebagai bagian in- (diklat) pegawai. Maka balai diklat mempunyai tegral dari kebijakan personil dalam rangka tugas melaksanakan sebagian tugas kepegawaian pembinaan pegawai disamping sebagai sarana pem- di bidang kediklatan aparatur meliputi pengum- binaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemam- pulan bahan dan menyelenggarakan Diklat. Untuk puan teknis, juga untuk memantapkan sikap mental melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai Diklat pegawai. Pendidikan dan pelatihan merupakan alat Keagamaan Denpasar, diperlukan sumber daya ma- untuk menyesuaikan antara tanggung jawab dan pe- nusia yang berkualitas dan profesional dalam bidan- kerjaan dengan kemampuan, keterampilan dan ke- gnya sehingga mampu melaksanakan tugas pelay- cakapan serta keahlian dari pegawai. Kebijaksanaan anan internal yang pada gilirannya diharapkan dapat organisasi pada umumya menyarankan agar setiap memberikan pelayanan prima kepada masyaraka.t pegawai diberi kesempatan untuk melanjutkan pen- didikan dan pengembangan kepribadian, sehingga Diklat teknis substantif peningkatan kompe- dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampi- tensi Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan pengem- lan yang pada akhirnya mampu meningkatkan kin- bangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru erja. adalah salah satu bentuk pelayanan Balai Diklat ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 15

Keagamaan Denpasar yang diberikan kepada guru dapat terorganisasi dengan baik dan dapat mencapai dalam memenuhi tugas pokok dan fungsi guru seb- tujuan Diklat maka diklat dapat dikatakan efektif. agaimana yang diamanatkan dalam Permenpan RB Faustini Cardoso Gomes (2000:209) me- no 16 tahun 2009 tentng jabatan fungsional guru nyatakan , untuk mengukur efektifitas suatu pro- dan angka kreditnya. gram pelatihan dapat dievaluasi berdasarkan infor- Saat ini guru banyak mengalami kendala masi yang diperoleh pada lima tingkatan : dalam pemenuhan angka kredit hal ini karena ma- sih kurangnya pemahaman guru terhadap unsur un- a. Reaction, sur yang dinilai dan cara pemenuhan unsur unsur b. Learning, dimaksud dari data kuisioner pra diklat diperoleh c. Behaviors, data 40 calon peserta 38 orang belum pernah men- d. Organizational result, coba menyusun dupak sesuai Permenpan RB 16 ta- hun 2009, 40 orang belum tahu tentang unsur Selanjutnya menu- unsur PKG dan PKB, 40 orang rut Tamim dan Hermansjah belum pernah mengikuti diklat Dalam Permenpan RB (2002:35), efektivitas diklat sejenis). tersebut dijelaskan bahwa dapat terlihat antara lain dari: Dalam Permenpan RB terse- pemenuhan angka kredit a. Terlaksananya seluruh pro- but dijelaskan bahwa pemenuhan jabatan fungsional guru gram diklat sesuai dengan jad- angka kredit jabatan fungsional pada unsur utama yang wal waktu yang telah ditetap- guru pada unsur utama yang be- besaranya minimal 90 % kan. saranya minimal 90 % harus di- harus dipenuhi dari unsur penuhi dari unsur pendidikan, b. Rapinya penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, pengem- pendidikan, kegiatan seluruh kegiatan diklat berkat bangan keprofesian yang meli- pembelajaran, pengembangan disiplin kerja, dedikasi dan ke- puti kegiatan pengembangan diri mampuan para penyelenggara. dan publikasi ilmiah serta karya keprofesian yang meliputi inovasi. Kegiatan unsur utama kegiatan pengembangan diri c. Efisiensi dalam penggunaan sebagian besar diukur dari hasil sarana dan prasarana yang penilaian kinerja. dan publikasi ilmiah serta tersedia. karya inovasi. Kegiatan unsur utama sebagian besar diukur d. Tercapainya sasaran yang dari hasil penilaian kinerja. Rumusan masalah pada telah ditetapkan bagi program penelitian ini adalah “Apakah diklat. pelaksanaan Diklat teknis substantif peningka- Fokus penelitian ini adalah mengukur imple- tan kompetensi penilaian kinerja guru (PKG) dan mentasi hasil pelatihan oleh peserta di pekerjaan se- Pengembangan Keprofesian guru (PKB) efektif me- hari-hari, Informasi yang dibutuhkan adalah: Tugas ningkatkan kinerja guru?” yang dikerjakan : kegiatan Pengembangan Kepro- A. Konsep Efektifitas Penyelenggaraan Diklat fesian Berkelanjutan (PKB) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dilakukan sebagai bukti konkrit Steers (1980:5) menyatakan bahwa efek- dari implementasi peningkatan kemampuan peserta tifitas adalah “Kapasitas suatu organisasi untuk setelah mengikuti pelatihan. memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang berharga dengan sepandai mungkin dalam menge- B. Metode Penelitian jar tujuan operasional. Pendidikan dan Pelatihan Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan dikatakann efektif apabila kegiatan diklat dapat pendekatan kualitatif dengan menggunakan Kon- dilaksanakan dengan memaksimalkan segala sum- versi PAP skala v. Tujuannya untuk mengungkap ber daya yang ada dalam kediklatan. Sumber daya fakta yang terdapat di lapangan dan memusatkan yang ada dalam kediklatan meliputi Pelaksana, pada pemecahan masalah yang ada pada masa seka- Widyaiswara, Peserta, Sarana prasarana, kurikulum rang dan bahan diklat. Apabila sumber daya yang ada 16 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Temuan dan Pembahasan Tabel 1. Tabel Pemahaman peserta terhadap tujuan kegiatan Penilaian Kinerja Guru Respon positif Respon negatif Rata rata nilai ker- Rata rata nilai ujian 100 % 0% tas kerja 73,38 87,05 Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pemahan peserta terhadap tujuan kegiatan Penilaian peser- ta menunjukkan dari 40 100 % peserta memberikan respon positif hal ini juga di dukung oleh rata rata perolehan nilai kertas kerja 87,05 dan rata rata ujian 73,38 yang keduanya katagori baik hal ini menunjuk- kan bahwa setelah mengikuti diklat peserta dapat memahami tujuan kegiatan Penilaian Kinerja Guru. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan dapat meningkatkan tingkat pema- haman peserta. Setelah memahami tentang langkah dan tujuan kegiatan Penilaian Kinerja Guru peser- ta mampu menjadi tim Penilai Kinerja Guru dan bisa merancang kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Tabel 2. Kemampuan menilai Penilaian kinerja Guru (PKG) dan merancang kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan menyusun Dupak Cara Bisa Ran- Publikasi Karya Menyu Pengim- Tim Melak- Me- cangan basan Penilai sanakan nyusun Menilai Menyusun Pengem Ilmia Ino- sun PKG Dupak PKG Mandiri PKG Ran- bangan vasi SKP Diri cangan Secara Kegiatan Mandiri PKB 100 % 100 % 39 27 30 40 40 40 ( 40 39 (97 %) (97,5%) (67,5%) (75%) (100%) (100%) 100%) (100%) Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat meningkatkan efektifitas kinerja guru dengan 22,5 % katagori efektif dan 77,5% sangat efektif. Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif 31 9 0 0 0 (77,5 %) (22,5 %) ( 0 %) ( 0 %) ( 0 %) Kegiatan Diklat efektif dalam meningkatkan kinerja guru dalam hal pemahaman tujuan penilaian kinerja guru, merancang kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, merancang kegiatan pengem- bangan diri, membuat beberapa jenis publikasi ilmiah ( makalah disimpan di perpustakaan, laporan ha- sil penelitian yang diseminarkan dan disimpan perpustakaan, diktat pelajaran) ,membuat karya inovasi (teknologi tepat guna, media pembelajaran, tim penyusun soal UAMBN), dapat menyusun sasaran kinerja dan menyusun Dupak secara periodik untuk peningkatan pangkat dan jabatan fungsional guru, dalam hal menghasilkan publikasi ilmiah kendala yang banyak dialami diantaranya masih rendahnya pemahaman tentang jenis dan cara menghasilkan publikasi ilmiah serta media atau sarana yang dapat digunakan untuk publikasi misal majalah, koran dan jurnal, serta belum terbiasanya membuat Dupak secara mandiri karena selama ini mereka terbiasa di buatkan oleh guru lain atau ada tenaga di kepegawaian yang menyediakan jasa penyusunan Dupak. ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 17

Untuk itu perlulah kiranya Balai Diklat untuk *) Penulis adalah widyaiswara ahli madya pada Ba- menyediakan atau menyelenggarakan diklat khusus lai Diklat Keagamaan Denpasar tentang penyusunan Dupak, Diklat Publikasi ilmi- ah, Diklat pembuatan karya inovasi bagi guru. DAFTAR PUSTAKA C. Penutup Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Managemen dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pelaksa- Sumber Daya Manusia. Edisi I. Yogyakarta, naan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penilaian Andi Offset. Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Kepro- fesian Berkelanjutan (PKB) efektif meningkatkan Hermansjah, Tamim. D. 2002. Diklat Sebagai kinerja peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Suatu Sistem. Lembaga Administrasi Nega- dengan ditunjukkan 22,5 % efektif dan 77,5 % ra, Jakarta. sangat efektif. Kegiatan Diklat efektif dalam me- ningkatkan kinerja guru dalam hal pemahaman Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara tujuan penilaian kinerja guru, merancang kegiatan dan Revormasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 pengembangan keprofesian berkelanjutan, meran- Tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka cang kegiatan pengembangan diri, membuat be- Kreditnya berapa jenis publikasi ilmiah ( makalah disimpan di perpustakaan, laporan hasil penelitian yang disemi- Steers, Richard M. 1980. Efektifitas Organisasi. narkan dan disimpan perpustakaan, diktat pelaja- Jakarta, Erlangga ran) ,membuat karya inovasi (teknologi tepat guna, media pembelajaran, tim penyusun soal UAMBN), Undang-Undang Nomor 101 Tahun 2000 Tentang dapat menyusun sasaran kinerja dan menyusun Du- Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai pak secara periodik untuk peningkatan pangkat dan Negeri Sipil jabatan fungsional guru. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara 18 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Pengaruh Fasilitas Perpustakaan Terhadap Minat Baca Peserta Diklat pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar Oleh : Dra. Siti Rahma, S.IPI, M.Pd*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat baca peserta diklat pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV angkatan XVIII Tahun 2017 sebanyak 30 orang, berdasarkan pertimbangan teknis pelaksanaan penelitian, teknis pengambilan responden adah teknis sensus, sehingga teknik sampling yang digunakan adalah non prob- ability sampling yang menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota popu- lasi digunakan sebagai sampel. Hasil uji t pada tabel 6 untuk melihat pengaruh variabel independent (konstanta dan variabel jarak) secara individual terhadap dependen (waktu). Diperoleh pada uji t tersebut nilai p<0,05 baik pada konstanta maupun pada variabel x (fasilitas pepustakaan) sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel fasilitas perpustakaan ini benar-benar mempengaruhi secara signifikan terhadap minat baca peserta. Nilai uji t juga diperoleh positif yang menunjukkan bahwa setiap komponen fasilitas perpustakaan bertambah maka pasti ada juga penambahan minat baca pada peserta diklat. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh fasilitas perpustakaan dengan minat baca peserta diklat sebesar 54, 8%. Saran yang diberikan diharapkan kepada Ke- pala Balai Diklat Keagamaan Denpasar, untuk meningkatkan fasilitas perpustakaan baik berupa koleksi buku maupun sarana dan prasarana perpustakaan dan diharapkan kepada Badan Litbang dan Diklat untuk mengatur regulasi agar Balai-balai Diklat yang ada di seluruh Indonesia lebih memperhatikan perpustakaannya. Kata Kunci : Fasilitas Perpustakaan, Minat Baca, Peserta Diklat I. PENDAHULUAN tas Negeri Yogyakarta, Vol.IV No. 6. A. Latar Belakang Balai Diklat Keagamaan Denpasar, sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan Membaca adalah jendela dunia dengan banyak pelatihan, memiliki perpustakaan yang pengunjung- membaca semakin bertambah ilmu pengetahuan se- nya relatif belum banyak, termasuk peminjam buku seorang sebaliknya jika seseorang tidak suka mem- masih sangat jarang, baik itu oleh peserta diklat baca maka ilmu pengetahuannya semaikin terbatas. maupun keluarga besar Balai Diklat, Berdasarkan data pengunjung perpustakaan tahun 2016 , pen- Pada tahun 2011, UNESCO merilis hasil sur- gunjung dari luar berjumlah 113 orang dalam seta- vei budaya membaca terhadap penduduk di nega- hun , rata-rata pengunjung yang dari luar perbulan ra-negara ASEAN. Budaya membaca di Indonesia 10 orang, sehingga dalam sehari belum tentu ada berada pada peringkat paling rendah dengan nilai pengunjung dari luar atau peserta diklat. Sedangkan 0,001. Artinya, dari sekitar seribu penduduk Indo- jumlah pengunjung dari widyaiswara dan pegawai nesia, hanya satu yang memiliki budaya membaca Balai Diklat berjumlah 1.198 orang dalam setahun tinggi. Pengembangan minat baca ditingkatkan se- sehingga rata-rata perbulan 99.83 orang atau rata- cara berkesinambungan agar terbentuk masyara- rata 5- 6 orang perhari. kat yang berbudaya membaca (Kartika, 2004: 115) dalam Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Universi- Mengingat tugas dan fungsi Balai Diklat Ke- ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 19

agamaan Denpasar adalah melaksanakan pendidi- E. Manfaat Penelitian kan dan pelatihan, maka sudah tentu harus dileng- kapi dengan perpustakaan untuk menunjang proses Secara Akademis : menginginkan hasil pene- diklat tersebut. litian ini bisa memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan tentang fasilitas perpustakaan dan mi- Rendahnya minat baca disebabkan oleh be- nat baca. berapa hal diantaranya karena mahalnya harga buku dan terbatasnya fasilitas perpustakaan yang me- Secara Praktis : menginginkan hasil peneli- nyebabkan membaca tidak lagi merupakan sarana tian ini agar menjadi acuan dalam hal pengelolaan pembelajaran dan hiburan bagi masyarakat Indone- perpustakaan terutama dalam hal meningkatkan mi- sia. Masyarakat Indonesia lebih memilih membeli nat baca peserta diklat. televisi dibandingkan dengan membeli buku (E-Ju- rnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol.V No. 6 tahun II. KERANGKA TEORITIK, METODOLOGI 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN oleh Kurniawati, menunjukkan bahwa kelengka- pan fasilitas perpustakaan berpengaruh signifikan A. Kerangka Teoritik terhadap minat baca siswa (Kurniawati, 2015). 1. Pengertian Perpustakaan Sehingga hal ini yang menjadi alasan penulis memilih variabel ” fasilitas Perpustakaan” sebagai Menurut Lasa, HS. (1998:48) mengatakan variabel yang diduga mempengaruhi “minat baca”. bahwa Perpustakaan merupakan sistem infor- masi yang di dalamnya terdapat aktivitas pen- Berdasarkan uraian di atas , maka penulis gumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestar- merasa tertarik untuk mengangkat judul karya tu- ian dan penyajian serta penyebaran informasi. lis ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Fasilitas Per- Sedangkan menurut Sulistyo Basuki (1991:3) pustakaan Terhadap Minat Baca Peserta Diklat Pada menyatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah Balai Diklat Keagamaan Denpasar.” ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan B. Identifikasi Masalah buku dan terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk Dari fenomena di atas , dapat diidentifikasi dijual. bahwa di Balai Diklat Keagamaan Denpasar masih ditemui kendala seperti: 2. Fasilitas perpustakaan 1. Belum banyak peserta yang mengetahui letak Fasilitas mempunyai arti sarana untuk mel- perpustakaan Balai Diklat Keagamaan Denpasar. ancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan seperti yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa In- 2. Belum banyak peserta yang mengunjungi per- donesia (2005:314). pustakaan Balai Diklat Keagamaan Denpasar. Pengertian prasarana adalah semacam 3. Belum adanya tenaga pengelola perpustakaan gedung atau ruang yang dapat digunakan untuk yang selalu standby baik ketika jam istirahat menyelenggarakan perpustakaan. Gedung atau maupun ketika pembelajaran berlangsung. ruang bisa diusahakan dengan dua kemungkinan. Pertama memanfaatkan ruang yang sudah ada, 4. Belum semua buku-buku yang akan dipinjam dalam arti ada apabila ada kelebihan ruang yang oleh peserta diklat tersedia di Perpustakaan Ba- belum terpakai. Kedua mendirikan gedung baru lai Diklat Keagamaan Denpasar. untuk penyelenggaraan perpustakaan. Bafadal (2019:21). C. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh antara fasilitas per- 3. Pengertian minat baca pustakaan terhadap minat baca peserta diklat pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:650) minat adalah kecendrungan hati yang D. Tujuan Penelitian tinggi terhadap sesuatu gairah; Untuk mengetahui pengaruh fasilitas per- Sedangkan menurut John Holland dalam pustakaan terhadap minat baca peserta diklat pada Bafadal (2009) , minat aktivitas atau tugas-tugas Balai Diklat Keagamaan Denpasar. yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perha- tian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. 20 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Menurut Markseffel dalam Bafadal (2009) dengan tugas-tugas di perpustakaan. sehubungan dengan minat atau “Interest” dapat dijelaskan sebagai berikut : 5. Hasil Penelitian Yang Relevan a) Minat bukan hasil pembawaan manusia , Ferdiyanto, 2012.Tujuan penelitian ini tetapi dapat dibentuk atau diusahakan, dipe- adalah untuk: (1) Menganalisis pengaruh fasili- lajari dan dikembangkan. tas perpustakaan terhadap minat baca masyarakat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Boyolali. (2) b) Minat bisa dihubungkan untuk maksud- Menganalisis pengaruh pelayanan pustakawan maksud tertentu untuk bertindak terhadap minat baca masyarakat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Boyolali. (3) Menganalisis c) Secara sempit, minat itu diasosiasikan den- pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan gan keadaan sosial seseorang dan emosi se- pustakawan secara bersama-sama terhadap mi- seorang nat baca masyarakat di Perpustakaan Daerah Ka- bupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data yai- d) Minat itu biasanya membawa inisiatif dan tu dengan menggunakan metode angket. Analisis mengarah kepada kelakuan atau tabiat manu- data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sia. teknik analisis regresi linear ganda. Dengan hasil persamaan garis linier ganda = 3,852 + 0,377 X1 4. Peran perpustakaan dalam meningkatkan minat + 0,415 X2. Berdasarkan hasil penelitian dapat baca disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh positif yang signifikan antara fasilitas perpustakaan Peran perpustakaan sangat erat hubungan- terhadap minat baca pengunjung Perpustakaan nya dengan kinerja yang harus dilakukan karena Daerah Kabupaten Boyolali. Hal ini terbukti dari dengan kinerja yang baik, secara langsung atau hasil analisis regresi yang memperoleh thitung > tidak, akan mengangkat citra perpustakaan (Su- ttabel yaitu 5,333 > 2,000 pada taraf signifikansi warno, 2010:41). 5%. (2) Ada pengaruh positif yang signifikan an- tara pelayanan pustakawan terhadap minat baca Menurut Darmono (2004:188) mengemu- pengunjung Perpustakaan Daerah Kabupaten kakan peran perpustakaan dalam menumbuhkan Boyolali. Hal ini terbukti dari hasil analisis re- minat baca adalah sebagai berikut : 1) memilih gresi yang memperoleh thitung > ttabel yaitu 5,563 bahan bacaan yang baik bagi pengguna per- > 2,000 pada taraf signifikansi 5%. (3) Ada pen- pustakaan. 2) Menganjurkan berbagai cara pe- garuh positif yang signifikan antara fasilitas per- nyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas pustakaan dan pelayanan pustakawan terhadap di perpustakaan. 3) memberikan kemudahan minat baca pengunjung Perpustakaan Daerah dalam mendapatkan bacaan yang menarik untuk Kabupaten Boyolali. pengguna perpustakaan. 4) memberikan kebe- basan membaca secara leluasa kepada pengguna Dari hasil penelitian tersebut dapat dijadi- perpustakaan. 5) Perpustakaan perlu dikelola kan acuan bahwa relevansinya sangat kuat dalam secara baik agar pengguna merasa betah di per- penelitian pengaruh fasilitas perpustakaan terha- pustakaan. 6) perpustakaan perlu melakukan ber- dap minat baca peserta diklat di Balai Diklat Ke- bagai promosi kepada masyarakat berkaitan den- agamaan Denpasar. gan peningkatan minat dan kegemaran membaca. 7) menanamkan kesadaran dalam diri pemakai B. Metodologi Penelitian perpustakaan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan. 8) Melakukan berbagai keg- a. Jenis penelitian iatan lomba dalam membaca. 9) Mengkaitkan bulan mei setiap tahun sebagai bulan buku na- Penelitian ini menggunakan pendekatan sional. 10) Memberikan penghargaan kepada dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah pengguna perpustakaan yang paling banyak me- metode yang lebih menekankan pada aspek pen- minjam buku pada waktu tertentu. gukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Tujuan utama dari metodologi ini ialah Berdasarkan kajian teori di atas, peran per- menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan pustakaan sangatlah penting untuk meningkatkan generalisasi. ( Sumanto, 1995: 16 ). minat baca, hanya saja belum semua masyarakat memanfaatkannya, apalagi bila didukung dengan b. Waktu dan lokasi penelitian fasilitas perpustakaan yang lengkap dan menarik, tentu akan lebih mendokrak minat baca peserta Penelitian ini akan diadakan tanggal 17 diklat, ditambah lagi bila pembelajaran dikaitkan ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 21

April s.d 31 Mei 2017 di Balai Diklat Keagamaan Denpasar. c. Populasi dan Sampling Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah peserta diklat yang dilaksanakan di Kampus Balai Diklat Keagamaan Denpasar, yang diselenggarakan sesuai jadwal penelitian adalah peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV angkatan XVIII yang berjumlah 30 orang, sehingga teknik sampling yang digunakan adalah Non probability sampling yang menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. (Sugiyono, 2009) d. Defnisi Operasional 1) Fasilitas perpustakaan adalah segala bentuk sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi per- pustakaan, kemudahan yang di dapat di perpustakaan sehingga orang akan tertarik datang ke per- pustakaan 2) Minat Baca adalah keinginan yang kuat yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.. Sesuatu akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang akan ditekuni. e. Teknik Pengumpulan Data Dengan menggunakan metode kuantitatif maka pengumpulan data dan informasinya pada peneli- tian ini dilakukan dengan cara : 1) Observasi (pengamatan), yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang ditelit. 2) Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan atau menyerahkan daftar per- tanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. f. Teknik Analisis Data Analisis merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena pada bagian inilah data- data tersebut dapat memberikan arti dan makna yang bermanfaat dalam memecahkan masalah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier. Sebelum dilakukan uji hipote- sis, terlebih dahulu harus melalui beberapa uji prasyarat yaitu uji normalitas. 1) Uji Normalitas Tabel 1 Tests of Normality MINAT Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk BACA Df Statistic Df Sig. Statistic Sig. .127 .148 40 .027 .956 40 Tabel 1 menunjukkan nilai signifikansi Shapiro-Wilk sebesar 0.127 (sig. ), sehingga dapat dikatakan data minat baca berdistribusi normal atau memenuhi uji normalitas. dengan hipotesis : Ho = tidak ada pengaruh (r =0) Ha = ada pengaruh (r = 0 2) Validitas Kuesioner a) Kuesioner Variabel Fasilitas Perpustakaan (X) Hasil analisis validitas kuesioner Fasilitas Perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut 22 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Tabel 2 Validitas Kuesioner Fasilitas Perpustakaan Butir R P Keterangan Butir R P Keterangan Kuesioner Kuesioner Butir ke 1 0,804 0,000 Valid Butir ke 14 0,544 0,002 Valid Butir ke 2 0,707 0,000 Valid Butir ke 15 0,781 0,000 Valid Butir ke 3 0,754 0,000 Valid Butir ke 16 0,728 0,000 Valid Butir ke 4 0,790 0,000 Valid Butir ke 17 0,797 0,000 Valid Butir ke 5 0,723 0,000 Valid Butir ke 18 0,620 0,000 Valid Butir ke 6 0,757 0,000 Valid Butir ke 19 0,489 0,006 Valid Butir ke 7 0,733 0,000 Valid Butir ke 20 0,754 0,000 Valid Butir ke 8 0,489 0,006 Valid Butir ke 21 0,790 0,000 Valid Butir ke 9 0,580 0,001 Valid Butir ke 22 0,723 0,000 Valid Butir ke 10 0,541 0,002 Valid Butir ke 23 0,757 0,000 Valid Butir ke 11 0,575 0,001 Valid Butir ke 24 0,733 0,000 Valid Butir ke 12 0,576 0,001 Valid Butir ke 25 0,489 0,006 Valid Butir ke 13 0,668 0,000 Valid Butir ke 26 0,580 0,001 Valid b) Kuesioner Minat Baca (Y) Hasil analisis validitas kuesioner Minat Baca peserta diklat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut Tabel 3 Validitas Kuesioner Minat Baca Butir Kuesioner R P Keterangan Butir ke 1 0,932 0,000 Valid Butir ke 2 0,948 0,000 Valid Butir ke 3 0,920 0,000 Valid Butir ke 4 0,726 0,000 Valid Butir ke 5 0,925 0,000 Valid Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil bahwa nilai r > 0,03 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) artinya setiap butir kuesioner variabel minat baca adalah valid. 3) Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa nilai r > 0,03 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) artinya setiap butir kuesioner variabel fasilitas perpustakaan adalah valid. 4) Reliabilitas Kuesioner Hasil analisis reliabilitas kuesioner fasilitas perpustakaan dan minat baca adalah seperti pada Ta- bel 4 berikut Tabel 4 Analisis Reliabilitas Kuesioner Variabel Banyaknya Cronbach’s Keterangan Fasilitas perpustakaan (X) Butir Alpha Reliabel 26 0,952 Minat baca (Y) 5 0,930 Reliabel Dari Tabel 4 diperoleh nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 baik pada kuesioner fasilitas per- pustakaan maupun minat baca, sehingga kuesioner bisa disebut reliabel. Karena hasil analisis menunjukkan semua butir pertanyaan pada kuesioner adalah valid dan kue- sioner juga reliabel maka kuesioner tersebut dianggap layak untuk digunakan dalam penelitian ini. ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 23

C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Tempat Penelitian Balai Diklat Keagamaan Denpasar adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan bagi pegawai Kementerian Agama yang memiliki wilayah kerja meliputi tiga provinsi yai- tu Provinsi Bali, NTB dan NTT dan terletak di Jalan Raya Mengwi Km 14 Beringkit- Mengwitani Kec.Mengwi Kab. Badung Bali. Dan salah satu kegiatannya adalah Diklat Kepemimpinan Tingkat IV tanggal yang dilaksanakan mulai 17 April s.d 5 Agustus 2017. b. Hasil Analisis Pengaruh Fasilitas Perpustakaan terhadap Minat Baca Peserta Diklat (X Y) Analisis Pengaruh Fasilitas Perpustakaan terhadap Minat Baca Peserta Diklat dilakukan dengan analisis statistik regresi linier. Hasil analisis regresi linier pengaruh antara variabel Fasilitas Per- pustakaan terhadap variabel Minat Baca Peserta Diklat ditunjukkan seperti pada Tabel 7, 8, dan 9 berikut : Tabel 7 Tabel R square R R Square Adjusted R Std. Error of the 0,740 0,548 Square Estimate 0,531 1,39705 Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R square adalah 0,548 artinya bahwa Minat Baca Peserta Diklat dipengaruhi oleh Fasilitas Perpustakaan sebesar 54,8%. Sisanya 45,2% (100% – 54,8%) di- pengaruhi oleh variabel lainnya dan tidak termasuk dalam penelitian ini. Tabel 8. Hasil Uji Anova Model Sum of Df Mean Square F Sig. Squares 33,893 0,000 66,151 Regression 66,151 1 1,952 1 Residual 54,649 28 Total 120,800 29 a. Dependent Variable: y = minat baca b. Predictors: (Constant), x = fasilitas perpustakaan Pada Tabel 8 ini diperoleh hasil analisis anova nilai signifikansi (p) adalah 0,000 atau p < 0,000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel fasilitas perpustakaan mampu mempengaruhi variabel minat baca, atau dengan kata lain model regresi linier cocok digunakan untuk menganalisis pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat baca peserta diklat atau memprediksi seberapa besar pengaruh fasilitas perpustakaan tersebut terhadap minat baca. Tabel 9 Koefisien Regresi Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF 4,038 0,740 -1,799 0,043 1,000 1 (Constant) -7,263 0,057 5,822 0,000 1,000 X 0,331 Melalui Tabel 9 di atas, dapat dibuat model regresi sebagai berikut : Y = a + bX Y = -7,263 + 0,331 X Dimana : Y = variabel Minat Baca X = Variabel Fasilitas Perpustakaan 24 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Hasil uji t pada Tabel 9 di atas adalah untuk agar lebih antusias dan lebih tekun dalam melihat pengaruh variabel independent (kon- mengelola perpustakaan sehingga membuat stanta dan variabel jarak) secara individual ter- pengunjung lebih tertarik dan berusaha me- hadap variabel dependen (Waktu). Diperoleh ningktakan minat baca. pada uji t terbut nilai p < 0,05 baik pada kon- stanta maupun pada variabel x (fasilitas per- 4. Diharapkan kepada widyaiswara agar lebih pustakaan), sehingga dapat dinyatakan bahwa memanfaatkan perpustakaan yang ada di variabel fasilitas perpustakaan ini benar-benar Balai Diklat Keagamaan Denpasar untuk mempengaruhi secara signifikan terhadap mi- menambah wawasan dan ilmu pengeta- nat baca peserta diklat. Nilai uji t juga diper- huan sebagai bekal dalam menunjang tugas oleh positif yang menunjukkan bahwa setiap widyaiswara. komponen fasilitas perpustakaan bertambah maka pasti juga ada penambahan minat baca *) widyaiswara ahli madya pada Balai Diklat Ke- pada peserta diklat. agamaan Denpasar III. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA A. Kesimpulan Bafadal, Ibrahim, 2008. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Berdasarkan uraian di atas, dapatlah di- simpulkan bahwa ada pengaruh fasilitas per- Basuki, Sulistyo, 1991. Pengantar Ilmu Per- pustakaan terhadap minat baca peserta diklat pustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka De- pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar sebe- partemen Pendidikan dan Kebudayaan sar 54,8 %. Hasil uji t pada Tabel 9 di atas adalah menunjukkan pengaruh variabel inde- Darmono, 2004. Manajemen dan Tata Kerja Per- pendent (konstanta dan variabel jarak) secara pustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo individual terhadap variabel dependen (Wak- tu). Diperoleh pada uji t terbut nilai p < 0,05 Kartika, 2004. Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan baik pada konstanta maupun pada variabel x Universitas Negeri Yogyakarta, Vol IV No.6 (fasilitas perpustakaan), sehingga dapat din- yatakan bahwa variabel fasilitas perpustakaan Lasa, HS. 1998. Manajemen Perpustakaan. Yogya- ini benar-benar mempengaruhi secara signifi- karta: ANDI kan terhadap minat baca peserta diklat. Nilai uji t juga diperoleh positif yang menunjukkan Pusat Bahasa Depdiknas, 2005. Kamus Besar Ba- bahwa setiap komponen fasilitas perpustakaan hasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka bertambah maka pasti juga ada penambahan minat baca pada peserta diklat. Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta B. Saran/Rekomendasi Sumanto, 1995, Metodologi Penelitian Sosial 1. Diharapkan kepada Kepala Balai Diklat Dan  Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset. Keagamaan Denpasar, untuk meningkat- kan fasilitas perpustakaan Balai Diklat baik Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan : berupa koleksi buku maupun sarana dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, prasarana perpustakaan Bandung: Alfabeta 2. Diharapkan kepada Badan Litbang dan Frediyanto,2012. Pengaruh Fasilitas Perpustakaan Diklat untuk mengatur regulasi agar Balai- Dan Pelayanan Pustakawan Terhadap Minat balai Diklat yang ada di Indonesia lebih Baca Masyarakat di Perpustakaan Daerah ka- memperhatikan perpustakaannya, misal- bupaten Boyolali. Skripsi, Fakultas Keguruan nya dengan mewajibkan setiap Balai Diklat dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Ma- Keagamaan untuk menganggarkan sekian ret Surakarta, Juli 2012. persen dari anggaran untuk keperluan per- pustakaan. Elda Maulina, 2012. Pemanfaatan Fasilitas Per- pustakaan Dalam Meningkatkan Minat Baca 3. Diharapkan kepada pengelola perpustakaan Siswa Kelas X di SMA Negeri se Kecamatan Klaten Selatan. Wiji Suwarno, 2010. Ilmu Perpustakaan &Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 25

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Tahun 2017 Oleh : Haris Budi Santosa,S.Pd.M.Pd Abstrak Kajian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimanakah sistematika rencana pelaksanaan pembe- lajaran yang sesuai dengan regulasi berlaku dan hal-hal apa saja yang harus diintegrasikan dalam rencana pelak- sanaan pembelajaran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian studi kepustakaan. Manfaat penelitian di- harapkan para guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu pada regulasi yang ada, yakni permendikbud No.103 tahun 2014 atau permendikbud No.22 tahun 2016 atau gabungan keduanya, dan hendaknya mengintegrasikan : 1) Penguatan Pendidikan karakter (PPK), 2) Budaya Literasi dan menginsert literasi, 3) Higher Order Thinking Skill (HOTS) , dan 4) Keterampilan abad 21 (4 C). Simpulan dari tulisan ini adalah sistematika penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu pada permendikbud No.103 tahun 2014 dan atau permendikbud No.22 tahun 2016 atau gabungan keduanya serta buku panduan model pengembangan RPP, dan didalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya menginte- grasikan :1) Penguatan Pendidikan karakter (PPK), 2) Budaya Literasi dan menginsert literasi, 3) Higher Order Thinking Skill (HOTS) , dan 4) Keterampilan abad 21 (4 C). Kata kunci : Pengembangan RPP dan Kurikulum 2013 A. Latar Belakang kan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pem- belajaran peserta didik dalam upaya mencapai Dalam Permendikbud No.22 Tahun 2016 Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satu- tentang standar proses tersurat bahwa an pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara seorang Guru dituntut untuk bisa merencanakan lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlang- dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai den- sung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, gan rambu-rambu dan prinsip-prinsip yang ada. menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk Hal inipun juga dinyatakan dalam kompetensi yang berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian paedagogik, karena dari perencanaan yang baik dan sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan pelaksanaannyapun kemungkinan akan baik. fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan Perencanaan pembelajaran dirancang dalam kali pertemuan atau lebih. Berkenaan dengan itulah bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembela- didalam membuat RPP hendaknya mengacu pada jaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Peren- aturan atau regulasi yang berlaku. canaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media B. Identifikasi Masalah dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelaja- ran, dan skenario pembelajaran. Dari beberapa dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang sempat penulis amati dari para Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru secara umum, dapat penulis identifikasi seb- adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka agai berikut : 1) Sistematika rencana pelaksanaan untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembang- pembelajaran perencanaan (RPP) masih berbeda- 26 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

beda dan sebagian besar masih menggunakan sistematika yang sudah tidak berlaku lagi. 2) Rencana pelak- sanaan pembelajaran yang dibuat belum mengintegrasikan Penguatan Pendidikan karakter (PPK), Budaya Literasi dan menginsrt literasi, Higher Order Thinking Skill (HOTS) , dan Keterampilan abad 21 (4 C). 3) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat belum menggunakan model-model pembelajaran yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013. 4) Instrumen penilaian dalam Rencana pelaksanaan pembelaja- ran belum mencerminkan adanya penilaian autentik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sistematika rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan regulasi berlaku ? 2. Hal-hal apa sajakah yang harus diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ? D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Untuk memberikan gambaran kepada para guru bagaimanakah sistematika rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan regulasi berlaku dan hal-hal apa saja yang harus diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. E. Tinjauan Pustaka 1. Pengembangan RPP Di dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk implementasi Kurikulum 2013, perlu diperhatikan dan diikuti beberapa langkah berikut ini. Langkah-Langkah Pengembangan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) meliputi: (1) pengkajian silabus; (2) pengidentifikasian materi pembelajaran untuk siswa; (3) Penentuan tujuan pembelajaran; (4) pengembangan kegiatan pembelaja- ran; (5) penjabaran jenis-jenis penilaian yang akan digunakan; (6) penentuan alokasi waktu yang dise- diakan dan (7) penentuan sumber-sumber belajar bagi siswa. 2. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. F. Metodologi Kajian ini menggunakan studi kepustakaan yaitu segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan diserta- si, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik’lain. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. G. Pembahasan 1. Sistematika rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan regulasi berlaku. Berdasarkam model pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh Kemdikbud tahun 2017 untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran bisa memadukan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dan No. 22 Tahun 2016 dengan format atau sistematika sebagai berikut ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 27

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : MataPelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti/KI B. Kompetensi Dasar/KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK Kompetensi Dasar : Indikator Pencapaian Kompetensi KD pada KI 1 : ( khusus Guruan Agama dan PPKn) KD pada KI 2 : ( Khusus Guruan Agama dan PPKn) KD pada KI 3 :… KD pada KI 4 :… C. Tujuan Pembelajaran (*) D. Materi Pembelajaran (**) E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran (***) F. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran G. Sumber Belajar H. Langkah –Langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama : (….JP) 1. Kegiatan Pendahuluan 2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Penutup Pertemuan kedua : (….JP) 1. Kegiatan Pendahuluan 2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Penutup Pertemuan ketiga : (….JP) Pertemuan seterusnya I. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran Ada beberapa penjelasan yang penulis berikan penekanan antara lain : 1) pada penulisan KI silah- kan lihat permendikbu no.21 tahun 2016, untuk mapel agama dan PKn Kompetensi Inti (KI-1,KI-2,KI- 3,KI-4) semua di tuliskan sedangkan selain maple agama dan PKn cukup di tuliskan KI-3 dan KI-4 saja. 2) pada penulisan Kompetensi Dasar bisa melihat permendikbud no.24 tahun 2016. 3) pada ma- 28 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

teri pembelajaran harus memuat fakta, konsep, belumnya, di tahun 2017 ini Kemdikbud menge- prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis luarkan panduan pengembangan RPP yakni dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumu- dengan menggunakan format/sistematika RPP san indikator ketercapaian kompetensi. Adapun Permendikbud no.103 tahun 2015 dan Permen- yang dimaksud dengan fakta, konsep, prinsip, dikbud no.22 tahun 2016 plus dengan menginte- dan prosedur adalah sebagai berikut: grasikan empat macam point yaitu: Fakta: adalah segala hal yang berwujud ke- 1) Mengintergrasikan’Penguatan’Pendidika nyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama n’Karakter’(PPK)”didalam pembelajaran. objek, peristiwa, lambang, nama tempat, nama Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, orang dan lain sebagainya. Contoh: mulut, paru- yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong paru royong, dan integritas atau 7 Karakter untuk mapel IPS dari 18 Karakter prioritas. Konsep: adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul 2) Mengintegrasikan literasi dan menginsert sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, literasi dalam RPP baik sebelum, sedang dan pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sesudah pembelajaran.Pengertian Literasi sebagainya. Contoh: Hutan hujan tropis di dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, adalah kemampuan mengakses, memahami, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman dan menggunakan sesuatu secara cerdas hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, melalui berbagai aktivitas antara lain mem- dsb. baca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Literasi dapat dijabarkan menjadi Prinsip: adalah berupa hal-hal pokok dan Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi Per- memiliki posisi terpenting meliputi dalil, pustakaan (Library Literacy), Literasi Media rumus, paradigm, teori serta hubungan an- (Media Literacy), Literasi Teknologi (Tech- tar konsep yang menggambarkan implikasi nology Literacy), Literasi Visual (Visual Lit- sebab akibat. Contoh: hukum Handy-Wein- eracy). berg 3) Keterampilan abad 21 atau diistilahkan Prosedur: merupakan langkah-langkah siste- dengan 4C  (Communication, Collabora- matis atau berurutan dalam melakukan suatu tion, Critical Thinking and Problem Solv- aktivitas dan kronologi suatu sistem. Con- ing, dan Creativity and Innovation). Inilah toh: langkah-langkah dalam menggunakan yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan metode ilmiah yaitu merumuskan masalah, K-13, bukan sekadar transfer materi, tetapi observasi, hipotesis, melakukan eksperimen pembentukan 4C. Penguasaan keterampi- dan menarik kesimpulan. lan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, 2. Hal-hal yang harus diintegrasikan dalam jauh lebih bermanfaat”ketimbang”sekadar”p rencana pelaksanaan pembelajaran engusaan”hardskill. Setiap pendidik pada satuan pendidikan 4) Mengintegrasikan HOTS (Higher Order berkewajiban menyusun RPP secara lengkap Thinking Skill) atau kemampuan berpikir dan sistematis agar pembelajaran berlangsung tingkat tinggi Level 3/C4 s/d C6). Higher secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, Order of Thinking Skill (HOTS) adalah menantang, efisien, memotivasi peserta didik kemampuan berpikir kritis, logis, reflek- untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ru- tif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang ang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan merupakan kemampuan berpikir tingkat kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut ma- perkembangan fisik serta psikologis peserta di- teri pembelajarannya sampai metakognitif dik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang mensyaratkan peserta didik mampu yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih. untuk memprediksi, mendesain, dan mem- perkirakan. Sebagai revisi/penyempurnaan kebijakan se- 29 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

H. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka 1. Simpulan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menen- gah Kemdikbud Tahun 2017, Jakarta: Model Didalam membuat rencana pelaksanaan Pengembangan RPP. pembelajaran ada hal yang harus diperhatikan yaitu: 1) Melakukan analisis SKL, KI-KD, 2) Effendi, S. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Membuat Silabus, 3) Memperhatikan prinsip- Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa, Depacbud, prinsip pembuatan RPP, 4) Memperhatikan 2012. sistematika sesuai dengan regulasi yang berlaku, yakni Permendikbud No. 103 Thaun 2014 dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun No. 22 Tahun 2016 dan atau gabungan keduanya 2016, Jakarta :Permendikbud No.21 Tahun dan 5) Hal-hal yang harus diintegrasikan dalam 2016. RPP adalah 1) Penguatan Pendidikan karakter (PPK), 2) Budaya Literasi dan menginsert lit- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun erasi, 3) Higher Order Thinking Skill (HOTS) , 2016, Jakarta :Permendikbud No.22 Tahun dan 4) Keterampilan abad 21 (4 C) 2016. 2. Saran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016, Jakarta :Permendikbud No.24 Tahun Pembuatan rencana pelaksanaan pembela- 2016. jaran selama mengacu pada regulasi yang ada, tidak jadi masalah, namun dalam pengemban- Pedia Pendidikan.2017. Penjelasan Singkat Perbe- gannya secara bertahap hendaknya guru, kepala daan RPP K13 Edisi Revisi 2017 Dengan RPP sekolah maupun pengawas hendaknya mengi- K13 Revisi 2016 ( http://www.pediapendidi- kuti perkembangan terupdate sesuai dengan di kan.com/2017/05/rpp-k13-revisi-2017.html) panduan. http://penelitiantindakankelas.blogspot. *) Widyaiswara BDK Denpasar co.id/2013/11/langkah-langkah-pengemban- gan-rpp.html (11 Nopember 2013) https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013 (2 Maret 2013 ) https://www.sudutbaca.com/model-pengembangan- rpp-tahun-2017-kurikulum-2013-sma/ (20 Juni 2017 ) 30 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Nikmatul Afiyah, S.Sos., M.Si *) Abstrak Dalam rangka membekali penyelenggara pemerintah yang mampu mengintegrasikan isu gender maka perlu disusun bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender dalam kediklatan. Tujuan penulisan ini yaitu ingin mengetahui, memahami dan menerapkan bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender pada ASN khususnya Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Manfaat yang ingin dicapai bagi widyaiswara secara teoritis yaitu dapat mengetahui dan memahami bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender, secara praktis bisa menerapkan bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender pada mata diklat yang diampunya. Kajian ini menggunakan studi literatur yaitu dengan mengkaji literatur tentang bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender, dan melihat hubungannya dalam pembelajaran pada diklat kepemimpinan tingkat IV. Simpulan dari tulisan ini bahwa bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender merupakan bagian integral dari imple- mentasi pengarusutamaan gender pada semua bidang pembangunan. Bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender diharapkan dapat membuka cakrawala tentang ketidakadilan gender dalam berbagai bidang pem- bangunan. Saran yang bisa diberikan khususnya untuk widyaiswara adalah: 1) Meningkatkan pemahaman tentang substansi diklat dan isu-isu gender; 2) Membuat dan mengembangkan kasus secara mandiri dalam bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender; 3) Mengembangkan inovasi pelaksanaan pelatihan perspektif gender yang mampu mengubah mindset para pejabat ASN yang dapat membuat kebijakan, program, keg- iatan dan penganggaran responsif gender. Keywords: Bahan ajar kasus, gender, Diklat kepemimpinan tingkat IV A. Latar Belakang Masalah widyaiswara/fasilitator dalam penggunaan bahan ajar berbasis kesetaraan gender dan juga untuk Berawal dari kegiatan TOT Bahan Ajar memperkaya bank kasus dalam pembelajaran. Pada Kasus Berbasis Kesetaraan Gender pada awalnya peserta masih meraba-raba tentang apa itu Diklat Aparatur Sipil Negara bagi Widyaiswara/ bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender serta Fasilitator Diklat Kepemimpinan yang diselengga- penggunaannya dalam kediklatan terutama diklat rakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan kepemimpinan tingkat IV, akan tetapi seiring den- dan Perlindungan Anak RI bekerjasama dengan gan berjalannya pelatihan telah banyak menambah LAN RI yang banyak menambah wawasan baru se- ilmu dan wawasan penulis sebagai widyaiswara/ hingga penulis ingin berbagi informasi tentang ba- fasilitator yang mengampu diklat kepemimpinan han ajar kasus berbasis kesetaraan gender yang bisa tingkat IV. diterapkan pada diklat ASN. Penulis sendiri pada awalnya masih merasa awam dengan bahan ajar ka- Penyusunan bahan ajar kasus berbasis ke- sus berbasis kesetaraan gender tersebut dan ternyata setaraan gender merupakan bagian integral dari hal ini dialami juga oleh widyaiswara peserta TOT implementasi pengarusutamaan gender pada semua pada saat itu. bidang pembangunan sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pen- TOT Bahan Ajar Kasus dimaksudkan se- garusutamaan Gender dalam Pembangunan. Inpres bagai upaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut menyebutkan bahwa para penyelenggara ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 31

pemerintahan di pusat dan daerah senantiasa mam- suk pengetahuannya tentang isu gender. pu mengintegrasikan isu gender pada semua bidang pembangunan guna mengatasi ketimpangan gender C. Perumusan Masalah di berbagai bidang pembangunan. Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas Dalam rangka membekali penyelenggara maka perumusan masalah dalam tulisan ini adalah: pemerintah yang mampu mengintegrasikan isu gen- “ Bagaimana konsep bahan ajar kasus berbasis kes- der maka perlu disusun bahan ajar kasus berbasis ke- etaraan gender dalam diklat kepemimpinan tingkat setaraan gender dalam kediklatan. Meskipun meru- IV?”. pakan konsep yang baru akan tetapi apabila bisa menunjang dan memperkaya pembelajaran di kelas D. Tujuan dan Manfaat Penulisan bagi widyaiswara maka perlu adanya upaya untuk memperkenalkan, mempelajari dan mengadopsin- Berdasarkan masalah yang yang telah disebut- ya. Apalagi ketika hal baru tersebut pada akhirnya kan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan bisa berpengaruh secara signifikan terhadap proses ini yaitu mengetahui, memahami dan menerapkan dan output pembelajaran. Hal inilah yang mendo- bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender pada rong penulis untuk menyusun tulisan dengan judul; ASN khususnya Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. “Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender Pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi- Tingkat IV”. kan manfaat sebagai berikut: Bahan ajar kasus berbasis kesetaraan 1. Secara teoritis. Bagi widyaiswara dapat menge- gender merupakan bagian integral dari tahui dan memahami bahan ajar kasus berbasis implementasi pengarusutamaan gender kesetaraan gender. pada semua bidang pembangunan 2. Secara praktis. Bagi widyaiswara bisa menerap- sebagaimana diatur dalam Instruksi kan bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gender Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang pada mata diklat yang diampunya. Pengarusutamaan Gender Dalam E. Tinjauan Pustaka Pembangunan. Untuk memahami masalah yang penulis ba- B. Identifikasi Masalah has, berikut disampaikan beberapa konseptual. Setiap Aparatur Sipil Negara dituntut un- 1. Konsep tentang Gender tuk memahami isu gender. Dengan memahami isu gender ASN diharapkan akan mampu menganalisa Kata gender belum lama masuk dalam permasalahan pembangunan dalam perspektif gen- perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Kata ini der, sehingga pada gilirannya dapat memberikan pada awal tahun 1970-an hanya digunakan oleh berbagai solusi alternatif yang tepat sasaran dalam para aktivis hak asasi manusia (HAM) dan de- mencapai output dan outcome pembangunan. Oleh mokrasi. Pada tahun 1980-an, seiring dengan karena itu pendidikan dan pelatihan sebagai upaya menguatnya pembelaan terhadap hak-hak perem- untuk membangun pola pikir gender (gender mind- puan oleh para aktivis perempuan kata gender set) ASN baik di pemerintahan pusat maupun dae- semakin banyak digunakan di media massa. rah perlu didukung oleh bahan ajar yang memadai. Dalam perbincangan sehari-hari kata gen- Dalam Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Pola der sering disamaartikan dengan jenis kelamin. Baru peserta dituntut untuk menghasilkan proyek Buku Konsep dan Teknik Penelitian Gender perubahan sebagai produk pembelajarannya. Proyek (2002:6) menyatakan bahwa gender merupakan perubahan tersebut berisi jenis perubahan yang akan konsep sosial yang membedakan (dalam arti: dilaksanakan oleh masing-masing peserta Diklat memilih atau memisahkan) peran antara laki- diinstansinya. Dalam proyek perubahan ini kedala- laki dan perempuan. Perbedaan peran dan fungsi man pengetahuan peserta dapat terungkap, terma- antara laki-laki dan perempuan tidak ditentu- kan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat tetapi dibedakan menurut 32 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing but. Untuk kebutuhan pembelajaran widyaiswara dalam beragai bidang kehidupan dan pembangu- dapat mempergunakan instrumen analisis seperti nan. Gender Analysis Pathway (GAP), SWOT, Force Field Analysis, dll. Penjelasan tentang gender sangatlah pent- ing karena seringkali kita mencampuradukkan Agenda self-mastery, bahan ajar kasus dengan istilah seks (jenis kelamin). Padahal is- dapat diberikan untuk membangun soft com- tilah yang belakangan ini merujuk perbedaan petence berupa kesadaran gender. Agenda Di- bentuk, sifat dan fungsi biologis laki-laki dan agnosa perubahan organisasi, bahan ajar dapat perempuan (kodrat atau pemberian Tuhan) yang digunakan untuk melatih peserta mendiagnosa menentukan perbedaan peran mereka dalam me- masalah-masalah gender. Sedangkan pada agen- nyelenggarakan upaya meneruskan garis ketu- da inovasi, bahan ajar kasus dapat dipergunakan runan. Hal ini menunjukkan bahwa disetiap tem- untuk mendorong peserta berinovasi mengatasi pat dan waktu perbedaan seks (jenis kelamin) isu kesenjangan gender. ini sifatnya tidak berubah-ubah atau universal dalam arti berlaku untuk semua orang. Sedan- F. Metodologi gkan gender bersifat lokal dan temporer karena bisa berubah setiap saat seiring dengan peruba- Kajian ini menggunakan studi literatur yaitu han pola pikir pengalaman dan pengetahuan baru dengan mengkaji literatur tentang bahan ajar kasus bagi setiap orang atau kelompok dimanapun ke- berbasis kesetaraan gender, dan melihat hubungan- beradaannya. nya dalam pembelajaran pada diklat kepemimpinan tingkat IV. Selain itu penulis juga mengkaji perma- 2. Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gen- salahan berdasar pengalaman sebagai peserta TOT der Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender pada Diklat Aparatur Sipil Negara bagi Widyaiswara/ Seiring dengan pembaharuan sistem diklat Fasilitator Diklat Kepemimpinan/Diklat Prajabatan aparatur maka dinamika perkembangan lingkun- yang diselenggarakan oleh Kementerian Pember- gan strategis terus menuntut adanya bahan ajar dayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI yang relevan dan bermanfaat bukan hanya bagi bekerjasama dengan LAN RI. peserta diklat tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu karakteristik yang dituntut dalam bahan ajar G. Pembahasan tersebut adalah dengan membangun kepedulian gender bagi setiap peserta diklat kepemimpi- Dimulai dengan adanya kesepakatan bersama nan, agar proyek-proyek perubahan yang dilak- antara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Per- sanakan oleh peserta tersebut tetap sejalan den- lindungan Anak dengan Kepala Lembaga Adminis- gan tuntutan internasional dan nasional tentang trasi Negara Nomor: 19/MPP-PA/12/2012 dan No- urgensi mewujudkan keadilan dan kesetaraan mor: 2978/K.1/KHM.11.1/2012 tentang Percepatan gender dalam berbagai bidang pembangunan. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Lingkun- Hal ini sejalan dengan konsep bahwa bahan gan Lembaga Administrasi Negara maka perlu ad- ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku anya tindak lanjut dalam bentuk kegiatan dan out- peserta didik serta mampu dikembangkan sesuai put yang konkrit. Oleh karena itu pada tahun 2014 dengan kebutuhan dan karakteristik diri.(Wido- Kementerian PP-PA bersama LAN telah menyusun do; 2008). “Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender pada Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Neg- Dalam rangka untuk menghasilkan proyek ara” yang telah menghasilkan satu paket bahan ajar perubahan yang efektif maka struktur kurikulum berbasis kesetaraan gender yang telah dipergunakan perlu di desain sedemikian rupa sehingga me- di lingkungan LAN. mungkinkan peserta mampu memimpin peruba- han di tempat kerja masing-masing. Ada lima Permasalahan gender dapat digambarkan agenda pembelajaran pada Diklat Kepemimpinan pada relasi laki-laki dan perempuan dalam mem- yang mana bahan ajar kasus gender dapat diper- peroleh akses, partisipasi, kontrol dan manfaat gunakan pada semua agenda pembelajaran terse- sumberdaya pembangunan. Ketimpangan gender ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 33

(disparitas gender) semula dipersandingkan antara untuk dirinya sendiri sementara seorang istri ha- laki-laki dan perempuan tetapi dalam perkemba- rus ada ijin suami; ngannya disandingkannya antar kelompok dalam suatu wilayah atau antar bangsa di suatu negara. Hal 3. Pelabelan negatif (stereotype) terhadap jenis ini dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat ke- kelamin tertentu dan biasanya mengena pada majuan suatu kelompok atau kemajuan suatu bang- kaum perempuan. Contohnya: Perempuan yang sa dalam bidang membangun kualitas hidup sum- mendapat giliran kerja malam di pabrik akan berdaya manusianya atau menggambarkan tingkat menjadi sasaran pelabelan negatif apalagi jika kemajuan kesejahteraan bangsanya di suatu negara. memakai transportasi umum; Beranjak dari permasalahan gender yang 4. Kekerasan (violence) terhadap salah satu jenis terjadi ketika ada ketimpangan relasi atau ketida- kelamin tertentu. Contohnya: Kekerasan Dalam kadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan Rumah Tangga; perempuan, dalam buku Bahan Ajar Kasus Ber- basis Kesetaraan Gender disebutkan ada beberapa 5. Beban kerja yang umumnya dialami perempuan. pernyataan yang menunjukkan bahwa masalah keti- Contohnya: kiprah perempuan yang lebih ban- dakadilan dan ketidaksetaraan gender bukan hanya yak dalam dunia rumah tangga (dunia domestik) persoalan perempuan: dan laki-laki di ruang publik. 1. Persoalan gender pada dasarnya bukan peperan- Setelah mengetahui berbagai bentuk deskrim- gan antara laki-laki versus perempuan; inasi gender maka dalam rangka penggunaan bahan ajar kasus ini maka perlu terlebih dahulu menetap- 2. Bukan juga pemikiran, konsep atau gerakan anti kan tingkat kompetensi gender apa yang akan diban- laki-laki; gun pada peserta diklat. Tingkat kompetensi gender itu sendiri bisa dibagi dalam empat tingkatan, yaitu: 3. Dalam situasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender, laki-laki ternyata bisa juga menjadi kor- 1. Sadar gender dengan memberikan ciri tentang bannya, meski lebih banyak perempuan; pemahaman terhadap gender; 4. Laki-laki dan perempuan bertanggung jawab dan 2. Peka gender dengan memberikan kemampuan harus berperan bersama dalam memperjuangkan untuk membedakan, memilah dan menilai peran keadilan dan kesetaraan gender. gender, dengan cara pandang, mengukur dan mengoreksi kejadian di lingkungan dengan pers- Sehubungan dengan pernyataan-pernyataan pektif kesetaraan gender; bahwa masalah ketidaksetaraan gender bukan hanya persoalan perempuan tapi dalam realitas sehari-hari 3. Mawas gender dengan memberikan kemampuan perempuan adalah pihak yang paling banyak men- untuk menggali dan menemu kenali penyebab derita karenanya, berikut akan dijabarkan berbagai masalah gender dengan cara menganalisa dan bentuk diskriminasi gender tersebut: menggunakan metodologi analisis gender; 1. Marginalisasi (pemiskinan ekonomi) pada salah 4. Peduli gender dengan memberikan kemampuan satu jenis kelamin dan umumnya terjadi pada untuk berpikir tentang alternatif-alternatif solusi kaum perempuan. Contohnya: Perempuan yang dari kasus-kasus ketidakadilan gender. bekerja di perusahaan yang seringkali diperlaku- kan sebagai “lajang” sehingga tidak mendapat Pemahaman yang baik terhadap substansi tunjangan sebagaimana rekan kerja laki-laki; diklat dan isu gender diharapkan bisa menjadi dasar bagi para widyaiswara dalam mengimplementasi- 2. Subordinasi pada salah satu jenis kelamin, um- kan bahan ajar kasus gender. Di samping itu perlu umnya terjadi pada kaum perempuan. Dalam adanya penguasaan widyaiswara dalam hal: 1) me- rumah tangga, masyarakat maupun negara ban- mahami kasus-kasus dalam pembelajaran; 2) meng- yak kebijakan dibuat tanpa melibatkan suara kritisi kasus-kasus yang kurang optimal pemafaatan- perempuan atau tidak menganggap penting kaum nya; 3) mengajak peserta untuk berperan serta aktif perempuan. Contohnya: Kebijakan pemerintah dalam proses pembelajaran sehingga mampu me- untuk tugas belajar jika laki-laki (suami) akan mahami, menunjukkan keinginan untuk bertindak, pergi (jauh dari keluarga) dia bisa memutuskan mengeksplorasi dan memberikan jalan keluar setiap 34 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

menghadapi permasalahan gender; 4) melakukan tian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta. pembelajaran dalam kelompok; 5) menyadari adu pendapat yang dilakukan dimaksudkan sebagai me- Handayani, Trisakti dan Sugiarti. (2002). Konsep dia merekonstruksi pola pikir tentang gender dan dan Teknik Penelitian Gender, UMM Press, bukan adu pendapat mencari yang menang. Malang H. Simpulan dan Saran Humas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2016). Press Re- 1. Simpulan lease: Peran Strategis Widyaiswara LAN dalam Penguatan Kapasitas Pengarusuta- Bahan ajar kasus berbasis kesetaraan gen- maan Gender (PUG) der merupakan bagian integral dari implemen- tasi pengarusutamaan gender pada semua bidang Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 Tentang Pe- pembangunan sebagaimana diatur dalam Instruk- ngarusutamaan Gender dalam Pembangunan si Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengaru- sutamaan Gender Dalam Pembangunan. Bahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ ajar kasus berbasis kesetaraan gender diharapkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dapat membuka cakrawala tentang ketidakadilan (BAPPENAS), Kementerian Keuangan, Ke- gender dalam berbagai bidang pembangunan menterian Dalam Negeri, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan. (2012). Surat 2. Saran Edaran Bersama Tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) a. Meningkatkan pemahaman tentang substansi Melalui Perencanaan dan Penganggaran diklat dan isu-isu gender yang Responsif Gender (PPRG), Kementeri- an Pemberdayaan Perempuan, Jakarta b. Membuat dan mengembangkan kasus secara mandiri dalam bahan ajar kasus berbasis keseta- Kesepakatan Bersama antara Menteri Pemberda- raan gender yaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Kepala Lembaga Administrasi c. Mengembangkan inovasi pelaksanaan pelati- Negara Nomor: 19/MPP-PA/12/2012 dan han perspektif gender yang mampu mengubah Nomor 2978/K.1/HKM.11.1/2012 Tentang mindset para pejabat ASN yang dapat membuat Percepatan Pelaksanaan Pengarusutamaan kebijakan, program, kegiatan dan penganggaran Gender di Lingkungan Lembaga Administrasi responsif gender. Negara *) penulis adalah widyaiswara ahli muda pada Balai Pusat Bahasa, Depdiknas. (2007). Kamus Besar Diklat Keagamaan Denpasar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Trilestari, Endang Wirjatmi. (2015). Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender Ahmad Nawawi. Implementasi Bahan Ajar Kasus Pada Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Berbasis Kesetaraan Gender pada Diklat Sipil Negara, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Sipil Negara, Forum Diklat Vol. 06 Perempuan dan Perlindungan Anak Republik No. 04 Indonesia Kerjasama Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Peneli- Widodo, Chomsin S dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Elex Media Komptindo, Jakarta ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 35

Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi: Evaluasi Pasca Program Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Multimedia Bagi Guru Penda Hindu di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Klungkung Tahun 2017 Drs. I Made Agus Suarjana, M.Pd *) ABSTRAK Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi Pasca Program Diklat Teknis Substantif Pe- ningkatan Kompetensi Multimedia Bagi Guru Pendidikan Dasar (Penda) Hindu Di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Klungkung Tahun 2017 adalah kegiatan Guru yang dilaksanakan disekolah tempatnya bekerja setelah selesai mengikuti Diklat Multi Media. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kinerja guru pasca Diklat. Berpijak dari permasalahan tersebut Tujuan dari Karya Tulis ini adalah, untuk mengetahui bagaimana Guru telah mengimplementasikan Multi Media Berbasis Teknologi Informasi Pasca Program Diklat Multimedia yang telah diikuti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke Sekolah-sekolah dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten Klungkung. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi, wawancara, Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode berfikir induktif dan deduktif. Setelah penelitian ini di- lakukan, penulis memperoleh hasil penelitian bahwa Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi yang dilaksanakan oleh guru-guru Pendidikan Dasar (Penda) Hindu di Kabupaten Klungkung telah dilaksanakan dengan baik, guru menjadi lebih kreatif, lebih siap dalam melaksanakan proses belajar mengajar, Siswa dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) menjadi lebih aktif dan menyenangkan, konsentrasi siswa menjadi lebih fokus dalam menerima materi pelajaran. Ada beberapa faktor kekurangan dalam mengembangkan Media Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi yaitu, Guru Agama Hindu Pemerintah Daerah (Penda) SD di Kabupaten Klungkung sangat jarang mendapatkan pelatihan penggunaan media berbasis Teknologi Informasi, dan sarana pendukung di sekolah tempatnya bekerja masih kurang, untuk itu Balai Diklat Keagamaan Denpasar dapat lebih memperhatikan dan lebih intens mengadakan diklat bagi guru-guru Pendidikan Dasar (Penda) Hindu di Kabupaten Klungkung Kata kunci: Pasca Diklat, Multi Media, PENDAHULUAN Pelatihan/diklat yang diberikan untuk terlak- sananya proses pembelajaran tersebut diatas berupa A. Latar Belakang Diklat Multimedia berbasis Teknologi Informasi yang diharapkan mampu menjawab keberhasilan Untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran sesuai tujuan Pendidikan Nasional. menyampaikan materi pembelajaran yang diampu, guru harus dapat menguasai media Dengan media pembelajaran berbasis pembelajaran yang dapat menunjang terlaksananya teknologi informasi dalam proses belajar mengajar proses pembelajaran yang baik, maka para guru dapat membangkitkan minat dan keinginan yang diberikan bekal pengetahuan ketrampilan berupa baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan pelatiahan-pelatihan (diklat) untuk tercapainya ke- kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh- berhasilan Tujuan Pembelajaran yang dilaksanakan. 36 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan bupaten Klungkung Tahun 2017 dalam proses be- media pembelajaran pada tahap orientasi pe- lajar mengajar. ngajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi D. Manfaat Penelitian. pelajaran pada saat itu. 1. Secara Teoritis manfaat disusunnya Penelitian Dari uraian diatas, untuk meningkatkan kuali- ini sebagai acuan terhadap penambahan ilmu tas pembelajaran, guru harus dapat mengimplemen- pengetahuan dalam mengimplementasikan tasikan media pembelajaran berbasis teknologi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi Pas- informasi dalam proses belajar mengajar untuk ter- ca Program Diklat Teknis Substantif Peningka- capainya tujuan pembelajaran. tan Kompetensi Multimedia Bagi Guru Penda Hindu Di Lingkungan Kementerian Agama Beberapa penelitian tentang Evaluasi Pasca Kabupaten Klungkung Tahun 2017 disekolah Diklat sudah dilakukan. Basir 2013, penelitiannya tempatnya bekerja. memfokuskan pada evaluasi dengan model Kik- patrik dengan membidik tingkat reaksi pembelaja- 2. Secara Praktis hasil Penelitian ini dapat berman- ran, perilaku dan hasil dan pada tingkat prilaku (Ba- faat bagi perbaikan pelaksanaan proses pem- sir 2013) memfokuskan perubahan perilaku kerja belajaran di Kelas dengan menggunakan Multi apa yang terjadi setelah peserta mengikuti diklat. Media berbasis Teknologi Informasi bagi Guru Evaluasi Program pelatihan yang telah dilakukan Penda Hindu Di Lingkungan Kementerian oleh (Widoyoko 2005) memfokuskan penelitiannya Agama Kabupaten Klungkung. kepada bermacam-macam model evaluasi yan di- pilih untuk mengevaluasi program pelatihan. Pene- TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA litian tentang Implementasi Multi Media Berbasis BERFIKIR, METODE PENELITIAN, DAN Teknologi Informasi: Evaluasi Pasca Program PEMBAHASAN Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Multimedia berbeda dengan penelitian yang dilaku- A. Tinjauan Pustaka kan oleh (Basir 2013) dan (Widoyoko 2005) pene- litian ini memfokuskan tentang bagaimana Imple- 1. Implementasi mentasi Multi Media Berbasis Teknologi Informasi Pasca Program Diklat, masalah apa yang dihadapi Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul alumni diklat multimedia dalam mengimplementa- Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum menge- sikan Multi Media di kelas, dan bagaimana alumni mukakan pendapatnya mengenai implementasi atau diklat multi media dapat mengatasi masalah yang pelaksanaan sebagai berikut: dihadapi. “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, B. Rumusan Masalah aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, Berdasarkan Latar belakang diatas, bagaima- tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk na Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi mencapai tujuan kegiatan”(Usman, 2002:70). Informasi Pasca Program Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Multimedia Bagi Guru Pengertian implementasi yang dikemukakan Penda Hindu Di Lingkungan Kementerian Agama di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah Kabupaten Klungkung. bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh C. Tujuan Penelitian berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me- berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek beri- -ngetahui bagaimana Guru telah mengimplementa- kutnya. Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya sikan Multi Media Berbasis Teknologi Informasi yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pem- Pasca Program Diklat Teknis Substantif Pening- bangunan mengemukakan pendapatnya mengenai katan Kompetensi Multimedia Bagi Guru Penda implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut: Hindu Di Lingkungan Kementerian Agama Ka- ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 37

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang membuat dan menggabungkan teks, grafik, audeo, saling menyesuaikan proses interaksi antara gambar bergerak (video dan animasi) dengan meng- tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta gabungkan dan tool yang memungkinkan pemakaian memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang melakukan navigasi, berekreasi dan berkomunikasi. efektif” (Setiawan, 2004:39). Seiring pesatnya perkembangan teknologi, Pengertian implementasi yang dikemukakan maka sekarang ini semakin banyak pula perangkat di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu yang dapat digunakan sebagai media pembelaja- merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses ran. Sebagai contoh adalah perangkat  komputer. atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan Perangkat ini telah dilengkapi dengan sound card orang lain dapat menerima dan melakukan penye- dan CD-Romyang telah   memenuhi   syarat   se- suaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu bagai   suatu   perangkat   multimedia dan   dapat tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana dikategorikan  sebagai media audio visual. Menu- yang bisa dipercaya. rut Steinmetz (1995) : Multimedia adalah gabun- gan dari seminimalnya sebuah media diskrit dan 2. Media Pembelajaran sebuah media kontinu. Media diskrit adalah sebuah media dimana validitas datanya tidak tergantung Perkembangan Teknologi sebagai alat bantu/ dari kondisi waktu, termasuk didalamnya teks dan media yang mendorong tercapainya hasil belajar grafik. Sedangkan yang dimaksud dengan media yang diharapkan. Menurut Latuheru (1988), fungsi kontinu adalah sebuah media dimana validitas dat- utama dari media pembelajaran adalah untuk me- anya tergantung dari kondisi waktu, termasuk di ningkatkan interaksi antara guru dan murid. Be- dalamnya suara dan video. gitu pula Latuheru, Brown, Lewis dan Harcleroad (1983), menyatakan bahwa media pembelajaran Dari pendapat para ahli diatas, dapat disim- berperan semakin penting untuk memungkinkan pulkan bahwa pembelajaran dengan multi media siswa mencapai manfaat dari belajar secara indivi- berbasis teknologi informasi memiliki fungsi dan dual. Lebih jelasnya Latuheru (1988) menyatakan peran yang sangat penting bagi pencapaian hasil be- bahwa media pembelajaran adalah materi, alat, dan lajar dalam pembelajaran. metode atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar agar proses interaksi dalam komu- B. Metode Penelitian nikasi pendidikan antara guru dan siswa dapat ber- langsung secara efektif dan efesien. 1. Metodelogi Penelitian Sudjana dan Riva’i (1989) memandang peran a. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualita- media sangat penting dalam proses pembelajaran. tif, dimana dalam pengumpulan data ini didapat Media berperan penting sebagai alat dan sumber dari fakta-fakta dilapangan pada saat penelitian belajar bagi siwa. Media berperan sebagai alat untuk dilakukan. memperjelas bahan pengajaran, media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai b. Tempat Penelitian materi pembelajaran, sedangkan sebagai sumber belajar bagi siswa, media berisi bahan-bahan yang Tempat Penelitian dilaksanakan di Penda SD harus dipelajari siswa baik secara individu maupun Kementerian Agama Kabupaten Klungkung sebagai kelompok. Perlu diketahui bahwa media Provinsi Bali sebagai alat dan sumber belajar, media tidak bisa menggantikan keberadaan guru sepenuhnya, artinya c. Subyek Penelitian media tanpa guru tidak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, Karena itu media bukan tujuan Adapun yang menjadi informan sebagai sumber/ pembelajaran menghimpun data dalam penelitian ini adalah Guru-guru Agama Hindu Kementerian Agama Kabupaten Klungkung Provinsi Bali 2. Teknik Pengumpulan Data 3. Multimedia Teknik Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode kualitatif, maka informasi yang Hofstetter dalam buku M.Suyanto (2005:21) didapat dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk 38 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

a. Metode Observasi. B. Pembahasan Metode observasi adalah metode pengamatan Dari hasil penelitian Implementasi Multi Me- dan pencatatan dengan sistematis terhadap dia Berbasis Teknologi Informasi (Evaluasi Pasca fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang se- Program Diklat Teknis Substantif Peningkatan dang diselidiki atau diteliti (Hadi, 2004: 151). Kompetensi Multimedia Bagi Guru Penda Hindu Metode ini digunakan untuk memperoleh data Di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis Klungkung Tahun 2017) Guru dapat mengimple- Teknologi Informasi dengan mengunakan alat mentasikan multi media dengan baik dengan segala bantu komputer multimedia dalam pembelajaran kelebihan dan kekurangannya. siswa. Pengumpulan data ini dilaksanakan secara langsung, di mana peneliti mengamati kegiatan Manfaat dari pelaksanaan pembelajaran yang pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga didapat dalam mengimplementasikan multi me- dapat diketahui secara langsung bagaimana pro- dia (media pembelajaran), guru menjadi lebih kre- ses pelaksanaanya dan kemampuan guru dalam atif, lebih siap dalam melaksanakan proses belajar mengimplementasikan Teknologi Informasi. mengajar, mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran, waktu yang digunakan lebih efe- b. Metode Interviw (wawancara), Arikunto sien dapat meningkatkan kreatifitas dan semangat (1998:114) menyatakan, wawancara adalah se- siswa dalam menerima pelajaran dan guru dalam buah dialog yang dilakukan oleh pewawancara melaksanakan evaluasi pembelajaran lebih efektif. untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Bagi siswa dalam mengikuti Proses Belajar Menga- jadi teknik pengumpulan data ini dengan meng- jar (PBM) menjadi lebih aktif dan menyenangkan gunakan tanya jawab lisan. Teknik wawancara dalam kegiatan belajar, konsentrasi siswa menjadi dilakukan dengan mendalam dan Terbuka. lebih fokus dalam menerima materi pelajaran kare- na lebih menarik dibandingkan dengan yang kon- 3. Teknik Analisa Data. vensional. a. Metode Berfikir Induktif Beberapakendaladalammengimplementasikan Media berbasis teknologi informasi ini, Guru- Menurut Hadi (2004:42) Berfikir Induktif guru Agama Hindu dalam mengembangkan media adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta- presentasi dengan Power Point masih kurang baik fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, karena baru pertama kali mendapat pelatihan Media dan kemudian ditarik kesimpulan secara umum. pembelajaran berbasis IT dan sarana prasarana Metode ini digunakan untuk menganalisis secara disekolah masih terbatas dimana dalam satu sekolah umum mengenai persoalan yang berkaitan de- hanya ada satu LCD Proyektor yang dipergunakan ngan pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan secara bergantian oleh para guru, hal ini terjadi menggunakan Multi media. Selanjutnya penulis menurut kepala sekolah anggaran dalam pengadaan menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut sarana penunjang proses belajar mengajar yang berdasarkan dari hal-hal yang tercantum dalam diperoleh melalui BP3 tidak ada dan anggaran teori. pengadaan sarana prasarana yang diperoleh dari Pemerintah Daerah sanagat terbatas. b. Metode Berfikir Deduktif 1. Prinsip Dasar Evaluasi Pasca Diklat Berfikir deduktif adalah cara berfikir yang beranjak dari hal-hal yang bersifat umum kemu- Secara umum evaluasi merupakan suatu dian ditarik kesimpulan menjadi hal-hal yang proses sistematik untuk mengetahui tingkat ke- bersifat khusus (Hadi, 2004: 36). Metode ini berhasilan dan efisiensi suatu program. Terdapat digunakan untuk menganalisa data dan hal-hal tiga istilah dalam evaluasi di lingkungan diklat pokok atau inti pembelajaran di kelas dengan yang memiliki arti berbeda sesuai tingkat peng- menggunakan Multimedia berbasis teknologi in- gunaan yang berbeda, yaitu istilah pengukuran formasi, kemudian penulis memberikan penjela- (measurement), penilaian (evaluation) dan pe- san lebih luas sebagai pelengkap. ngambilan keputusan (decision making). Ketiga ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 39

istilah tersebut merupakan suatu rangkaian akti- b. Evaluasi mengukur perilaku peserta diklat, vitas dalam evaluasi kediklatan. termasuk melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen diklat, baik masuk- a. Pengukuran merupakan suatu prosedur un- kan, proses dan keluaran tuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif, dengan pemberian angka atau c. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui ter- karakteristik tertentu kepada seseorang ber- capai tidaknya tujuan-tujuan yang telah dasarkan aturan tertentu. Hasil pengukuran ditetapkan, apakah tujuan-tujuan tersebut berupa data kuantitatif dalam bentuk angka- penting bagi peserta diklat dan bagaimana angka (skor). Oleh karena itu, dalam pengu- peserta mencapainya kuran dibutuhkan adanya alat ukur (instru- men) yang digunakan untuk mengumpulkan d. Dilihat dari luasnya tujuan dan obyek evalu- data secara obyektif. Pengukuran tidak asi, maka alat yang digunakan dalam pengu- menghasilkan nilai baik buruknya sesuatu, kuran sangat beraneka ragam, tidak hanya tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk terbatas pada tes, tetapi juga yang bukan tes. penilaian atau evaluasi. Dari uraian diatas, program pelatihan dan b. Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk pengembangan (training and development) se- mengetahui apakah program yang dilak- bagai bagian integral dari proses pengembangan sanakan telah berhasil dan efisien. Penilaian sumberdaya manusia (SDM) dalam mendukung bersifat kualitatif untuk menentukan apakah visi dan misi organisasi. Untuk menjamin kuali- sesuatu (seseorang) tergolong kategori baik tas penyelenggaraan program diklat, diperlukan atau kurang, tepat atau tidak tepat, dan kuali- suatu fungsi kontrol yang dikenal dengan evalu- tas lainnya. Jadi Penilaian pada dasarnya asi. merupakan pemberian pertimbangan (judge- ment) terhadap skor atau angka-angka yang Evaluasi diklat memiliki fungsi sebagai pe- diperoleh melalui pengukuran dengan perti- ngendali proses dan hasil program pelatihan se- mangan memuat faktor-faktor yang bersifat hingga akan dapat dijamin suatu program pelati- subyektif dalam kadar tertentu. han yang sistematis, efektif dan efisien. c. Pengambilan keputusan (kebijakan) meru- Dengan demikian evaluasi diklat adalah suatu pakan tindakan yang diambil oleh seseorang proses untuk mengumpulkan data dan informasi atau lembaga berdasarkan data (informasi) yang diperlukan dalam program diklat. Evaluasi yang telah diperoleh dengan berbagai per- diklat lebih difokuskan pada peninjauan kembali timbangan. proses diklat dan menilai hasil diklat serta dam- pak diklat yang dikaitkan dengan kinerja sumber Dilihat dari perspektif critical event models, daya manusia (SDM). maka evaluasi merupakan bagian yang tak ter- pisahkan dari seluruh tahapan siklus diklat. Pada PENUTUP konteks ini evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan mulai dari analisis kebutuhan diklat, A. Simpulan pelaksanaan diklat sampai dengan setelah sele- sai pelaksanaan atau pasca diklat. Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut: 2. Ruang Lingkup 1. Implementasi Multi Media Berbasis Teknologi Perkembangan konsep evaluasi pada umum- Informasi yang dilaksanakan oleh guru-guru nya berkisar pada pandangan sebagai berikut : Pendidikan Dasar (Penda) Hindu di Kabupaten Klungkung telah dilaksanakan dengan baik, a. Evaluasi diarahkan kepada tujuan termasuk guru menjadi lebih kreatif, lebih siap dalam tujuan-tujuan yang tersembunyi serta efek melaksanakan proses belajar mengajar dan wak- yang mungkin timbul. tu yang digunakan dalam proses belajar menga- jar menjadi lebih efektif dan efisien. 40 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

2. Siswa dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar Basir, F. (2013). The Program Evaluation Of Educa- (PBM) menjadi lebih aktif dan menyenangkan, tion And Training Leadership IVAt Makasar konsentrasi siswa menjadi lebih fokus dalam Education And Training Religius Center Us- menerima materi pelajaran ing Kirkpatrick Model. Jurnal Evaluasi Pen- didikan. 3. Guru-guru Agama Hindu dalam mengembang- kan media presentasi dengan Power Point masih Brown, James W, Lewis Robert B, and Harcleroad, kurang karena baru pertama kali mendapat pela- Fred F. (1983). AV Instructional: Technol- tihan Media pembelajaran berbasis IT ogy, Media, and Method. New York: Mc. Graw-Hill Book Company. 4. Dengan adanya sarana prasarana disekolah ma- sih terbatas dimana dalam satu sekolah hanya Hadi S, 2004. Metodologi Research, Andi Offset, ada satu LCD Proyektor yang dipergunakan Yogyakarta. para guru tetap dapat mengimplementasikan Media Pembelajaran berbasis IT dengan peng- Latuheru, JD. 1988. Media Pembelajaran dalam gunaan media secara bergantian. Proses Belajar Masa Kini. Jakarta: Depdik- bud Mason R. (1994) B. Saran-Saran M. Suyanto, 2005, Multimedia Alat untuk Mening- Untuk meningkatkan kualitas guru dalam katkan Keunggulan. Bersaing, Yogyakarta : Penerbit Andi. proses belajar mengajar diharapkan Balai diklat Keagaman Denpasar dapat mengadakan diklat Mul- Nurdin Usman, 2002, Konteks implementasi berba- timedia berbasis IT secara berkesinambungan dan sis Kurikulum, Bandung, CV Sinar Baru. materi yang diberikan lebih mengkhusus. Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi Dalam *) Widyaiswarah ahli muda pada Balai Diklat Birokrasi Pembangunan. Bandung:Remaja Keagamaan Denpasar Rosdakarya Offset. DAFTAR PUSTAKA Steinmetz, R, and Nahrstedt K, 1995, Multimedia : Computing Communications and Aplika- Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian tion, New York Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Widoyoko, E.P. (2005) Evaluasi Program Pelatihan (Training Program Evaluation) ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 41

Pemantapan Pemahaman Penyuluh Agama Hindu Terhadap Makna Upacara Ngaben Oleh ; Dra. Ni Wayan Silawati, Mm*) Abstrak Didasari oleh keinginan berbhakti dan membebaskan diri dari ikatan hutang kepada para leluhur, tatacara pelaksanaan upacara pitra yadnya (Ngaben) mulai dari tingkat yang sangat sederhana sampai yang meriah. Mengingat upacara yang sangat komplek penyuluh agama hindu sebagai garda terdepan dalam pembinaan umatnya, harus tekun dan ulet dalam memperdalam pemahaman tentang agama yang dianutnya. Ajaran agama hindu menuntun umat Hindu agar dalam melaksanakan upacara pitra yadnya disesuaikan dengan kemampuan yang melaksanakan sehingga tidak membebani kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Rumusan masalahnya adalah: Bagaimana makna upacara pengabenan menurut Teks Yama Purwwa Tattwa?,Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan adalah: Teori Religi, dan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kualitatif. Banten yang dipergunakan sebagai sarana upacara semuanya mempunyai makna simbolik tertentu. Tidak jarang sarana tersebut merupakan simbol atau perwujudan Ida Sang Hyang Widhi. Makna upacara pengabenan adalah: makna ritual, makna sosial religius, dan makna estetika. Saat Nuntun Dewa Hyang juga berpariasi, yang paling sederhana meng- gunakan pejati, ketupat dan blayag serta sebuah daksina pelinggih sebagai tempat sang Atma. Sesuai den- gan tujuan ajaran agama hindu moksartham jagadhita ya caiti dharma. Kata kunci: penyuluh agama hindu, upacara ngaben, teks yama purwana tattwa. A. PENDAHULUAN sesuai dengan sastra tidak hanya dengan gugon tu- won. 1. Latar Belakang Agama Hindu mengajarkan agar setiap umat- Keputusan Menkowasbangpan No.54/ nya selalu hormat dan bhakti terhadap orang tua atau KEP/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 30 leluhurnya, baik yang masih hidup maupun yang September 1999 telah ditetapkan jabatan fungsion- sudah tiada. Semasih hidup mereka harus dihormati al penyuluh agama dan angka kreditnya dan untuk dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya, se- pengaturan lebih lanjut telah dikeluarkan keputusan dangkan terhadap mereka yang sudah meninggal bersama Menteri Agama dan Kepala Badan kepega- wajib diselenggarakan upacara pengabenan. Upa- waian Negara nomor: 574 Tahun 1999 dan Nomor: cara pengabenan diyakini bisa mempercepat proses 178 Tahun 1999. Penyuluh agama adalah Pegawai pembebasan suksma sarira (badan halus) dari stula Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, we- sarira (badan kasar). Penghormatan kepada para wenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang leluhur sepertinya bukanlah hal yang berlebihan berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan karena berkat jasanya memberikan pemeliharaan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui serta perawatan mulai sejak dalam kandungan sam- bahasa agama. Berdasarkan keputusan ini Penyuluh pai dewasa, menyebabkan manusia mampu berdiri Agama Hindu wajib hukumnya untuk memberikan sendiri dan menikmati kehidupan yang lebih baik. penyuluhan dan pemahaman pelaksanaan agama Belaian kasih orang tua selalu menyelimuti anak- kepada umatnya agar melaksanakan ajaran agama anaknya ketika mereka kedinginan, demikian pula 42 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

tetesan keringat dan deraian air mata-nya selalu lestarikan, mengembangkan budaya baca yang ke- menyirami anak-anaknya ketika mereka kepanasan. banyakan hanya dipelajari dan dikembangkan di Berdasarkan atas kenyataan tersebut maka tidaklah kalangan Pandita dan kaum intelektual, sedangkan salah jika disebutkan pelaksanaan upacara penga- bagi masyarakat umum golongan awam masih be- benan merupakan bagian dari Pitra Yadnya didasari lum tersentuh. Penelitian ini diharapkan masyarakat oleh Pitra Rna (hutang jasa kepada leluhur). dapat lebih memahami esensi ajaran Agama Hin- du terutama makna upacara pengabenan sehingga Didasari oleh keinginan berbhakti dan mem- kualitas keberagamaan menjadi lebih baik berdasar- bebaskan diri dari ikatan hutang kepada para le- kan sastra, tidak lagi menggunakan bahasa mula luhur, prosesi pelaksanaan upacara pengabenan keto (gugon tuwon). atau pitra yadnya terkadang hadir penuh kemega- han terlebih jika dilaksanakan oleh keturunan raja. B. PEMBAHASAN Namun demikian tidak jarang ada juga yang me- milih pelaksanaan upacara pengabenan yang penuh 1. Kajian Teori: dengan kesederhanaan, seperti pilihan Ida Pedanda Made Sidemen dari Desa Intaran Sanur, dengan Teori Relegi Koentjaraningrat (1985: 37) mengungkapkan bahwa ”suatu religi itu adalah Pada hakikatnya hidup adalah seni, suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan sesuatu yang sangat indah jika dinikmati, dan upacara-upacara yang keramat” artinya yang terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan sehingga sering disebut seni kehidupan. upacara yang berorientasi kepada suatu komunitas Seni kehidupan seseorang tergantung moral yang disebut umat. Sedangkan Titib (2006:24) bagaimana dia melewati kehidupannya, dalam bukunya “Teologi & Simbol-Simbol Dalam bagaimana seseorang memaknai Agama Hindu” menyebutkan bah→wa, makna agama kehidupannya. Pelaksanaan upacara ritual bagi umat Hindu adalah merupakan ajang (religi) berangkat dari pemahaman ke-Tuhanan se- penampilan karya seni yang penuh dengan hingga umat meningkatkan Sraddha (Keyakinan) dan Bhakti (Keimanan) umat Hindu kepada Tuhan nilai-nilai estetika. Yang Maha Esa. ketetapan hati beliau memilih jalan kesederhanaan, 2. Metode Penelitian membuat pengusungan jenasah sendiri, yang hanya diusung oleh empat orang, mempersiapkan sesa- Metode yang digunakan dalam penelitian jen yang sangat sederhana, tanpa diiringi oleh suara ini adalah Metode Diskriptif Kualitatif. Metode gambelan atau gong. Beliau berjalan di jalan kehen- Kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkun- ingan, menuju yang Maha Hening, berjalan di jalan gan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, beru- sunyi menuju yang Sunia. Disana tampil hakekat saha memahami bahasa dan tafsiran mereka ten- upacara pengabenan adalah membebaskan suksma tang dunia sekitarnya (Sugiyono dalam Nasution, sarira atau badan halus dari belenggu badan kasar 1988: 5). Dengan menggunakan Metode Diskriptif atau stula sarira (Agastya, 2008:1). Kualitatif maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga 3. Rumusan Masalah tujuan penelitian dapat dicapai. Dalam upaya pen- gumpulan data ditempuh pendekatan yang bersifat Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan kualitatif, artinya ukuran data yang dihasilkan tidak dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan berwujud benda, melainkan gejala atau nilai akan masalah-masalah yang dijadikan obyek penelitian diukur secara kualitatif dan tidak secara statistik, yaitu: Apakah Makna Upacara Pengabenan dalam Bagus dkk (1983;8). ajaran agama Hindu? Kerangka Berpikir peneliti adalah sebagai berikut: D. Tujuan Penelitian: 43 Tujuan penelitian ini bagi Penyuluh Agama Hindu untuk menggali, menginterpretasikan, me- ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

3. Hasil dan Pembahasan upacara kebhaktian dan pujaan, dewa yadnya, pitra yadnya; orang yang demikian perilakunya menik- Makna kelahiran sebagai manusia adalah un- mati ”suka” sekarang dan ”suka kemudian” tuk menyucikan setiap karma wasana buruk yang melekat dalam dirinya sehingga berhasil mem- ( Kajeng dkk, 2005: 209). Proses Ngaben. (Foto Sumber Google) peroleh ”suka” sekarang dan ”suka” yang akan 1. Makna Ritual datang, yang dalam naskah-naskah keagamaam sering disebut ”suka tan pawali duka” atau moksa. Makna agama (religi) berangkat dari pema- Sarasamuccaya memaparkan dengan jelas tentang haman ke-Tuhanan sehingga umat mening- tatacara yang harus dilakukan untuk mencapai ke- katkan Sraddha (Keyakinan) dan Bhakti (Kei- bahagiaan tersebut: manan) umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan aneka nama Titib Ye dharmameva prathamam caranti (2006:24). Koentjaraningrat (1985: 37) men- Dharmena labdhva tu dhanani loke gungkapkan bahwa ”suatu religi itu adalah suatu Daranavapya kratubhiyajate sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan Tesaa mayam caiva parasca lokah upacara-upacara yang keramat” artinya yang terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan Terjemahannya: upacara yang berorientasi kepada suatu komuni- tas moral yang disebut umat. Berikut ini adalah orang yang memperoleh “suka sekarang” dan “suka kemudian”; orang itu me- Koentjaraningrat 1985; 23 mengungkapkan ngusahakan laksana dharma, sesudahnya sempur- tentang upacara bersaji sebagai suatu aktivitas na terlaksana usaha dharma itu, maka berihtiarlah untuk mendorong rasa solidaritas dengan dewa ia untuk memperoleh harta dan kekayaan, dengan atau para dewa, dalam hal ini dewa atau para dharma pula ia berusaha (memperoleh harta), lalu dewa dipandang sebagai suatu komunitas, wa- ia beristri, mengenyam kenikmatan duniawi; dhar- laupun sebagai warga istimewa. Selanjutnya ia ma pula landasannya dan kemudian ia mengadakan menggambarkan upacara bersaji sebagai suatu 44 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

upacara yang gembira, meriah dan juga keramat. kekuatan dan sumber pengatur. Dalam buku yang berjudul Die Geistige Kultur der Naturvolker (Koentjaraningrat, 1985: 25) b. Semua bentuk ayaban seperti pengambeyan, pusat dari setiap sistem religi dan kepercayaan dapetan adalah merupakan simbul badan, di dunia adalah ritus dan upacara, dan melalui dan jerimpen adalah simbul tangan, semua kekuatan-kekuatan yang dianggap berperan bentuk tebasan dan sesayut adalah semua dalam tindakan-tindakan gaib seperti itu, ma- bentuk perut. nusia mengira dapat memenuhi kebutuhannya serta mencapai tujuan hidupnya, baik yang sifat- c. Semua bentuk lelaban seperti, caru segehan nya material maupun spiritual. Dengan demiki- adalah simbul pantat dan kaki. an, Preusz menganggap tindakan ilmu gaib dan upacara religi itu hanya sebagai aspek suatu 2. Makna Sosial Religius tindakan, dan seringkali ia beranggapan bahwa upacara religi memang bersifat ilmu gaib. Pelaksanaan upacara kematian mulai dari tingkatan yang paling sederhana yaitu Upacara Pada hakekatnya bebanten adalah cetu- Pengabenan Swastha Gheni apalagi tingkatan san hati nurani manusia/umat yang beragama Upacara Pengabenan Uttama, tidak memung- Hindu, sebagai pernyataan terima kasih keha- kinkan untuk dikerjakan sendiri. Semuanya dapan Ida Sang Hyang Widhi atas karunia dan membutuhkan kebersamaan yang dipacu oleh kehidupan yang diberikan-Nya ( Surayin, 2002: semangat gotong royong yang bersifat sosial 58). Rangkaian sarana upacara tersebut nanti- religius, karena pada hakikatnya tidak seorang nya ada yang disebut canang sari, kewangen, manusia pun bisa lepas dari ikatan tri kono yaitu daksina, pejati, byakaonan, prayascita, dan lain lahir, hidup dan mati. Hal itu memicu kesada- sebagainya. Bhagawad Gita menyebutkan bah- ran bahwa manusia tidak hidup sendiri, manusia wa Tuhan akan memberkati orang yang dengan membutuhkan kebersamaan dalam menjalani ketulusan hatinya mempersembahkan sehelai kehidupannya, sehingga timbulah kelompok daun, setangkai bunga, sebiji buah, sepercik air masyarakat dengan ikatan tertentu yang disebut dan seberkas sinar sebagai seorang bhakta yang tempekan, banjar atau suka duka. berhati suci. Adapun slokanya adalah sebagai berikut: Makna sosial religius pelaksanaan upacara kematian menurut Teks Yama Purwana Tattwa Patram puspam phalam toyam dapat dicermati dari: Yo me bhaktya prayaccati, Tingkah ngenahang sawa ring tumpang salu nuhut turah. Sane lanang-lanang mangda Tad aham bhakty-upahrtam ring kiwa marerod, sane wadu sakeng kaler sane paling klih mererod ngelodang, dadosne Asnami prayatatmanah. sane alit matmu ring tengah luh kalawan muani. Terjemahannya: Terjemahannya: Siapapun yang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh pengabdian, selembar daun, se- Tentang cara menempatkan mayat pada tum- tangkai bunga, sebutir buah ataupun setetes air, pang salu sesuai dengan umur. Yang laki-laki Aku terima persembahan yang dilandasi kasih paling tertua agar di taruh dari selatan berjajar sayang dan hati yang murni itu (Mantra, 2000, tempatnya ke utara. Yang perempuan paling 153). tua ditaruh paling utara berjajar ke selatan, sehingga yang terkecil baik laki-laki maupun Upakara merupakan simbul-simbul yang perempuan bertemu di tengah-tengah (YPT- mengandung nilai-nilai magis dan memiliki 6b). bagian-bagian seperti adanya Tri Angga antara lain: 3. Makna Estetika a. Semua bentuk daksina adalah merupak- Pada hakikatnya hidup adalah seni, ses- an simbul kepala (hulu) yang merupakan uatu yang sangat indah jika dinikmati, sehingga sering disebut seni kehidupan. Seni kehidupan ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 45

seseorang tergantung bagaimana dia melewati dan memperdalam wawasan, pemahaman pen- kehidupannya, bagaimana seseorang memaknai getahuan tentang upacara ngaben, karena pe- kehidupannya. Pelaksanaan upacara ritual bagi nyuluh merupakan garda terdepan dalam pembi- umat Hindu adalah merupakan ajang penampi- naan umatnya. lan karya seni yang penuh dengan nilai-nilai es- tetika. Upacara ritual memang bukan merupak- *) Ni Waan Silawati: Widyaiswara utama pada Balai an pemaparan seni, tapi di dalam peristiwa itu Diklat Keagamaan Denpasar banyak melibatkan penyajian yang membutuh- kan penataan artistik. Dalam membuat sesajen DAFTAR PUSTAKA janur, daun pisang, daun lontar, buah-buahan, bunga dirangkai dengan begitu indah dengan Agastya, Ida Bagus Gde, 2008. Warta Hindu Dhar- bentuk dan makna tertentu sehingga tidak jarang ma edisi 499. membuat orang terkagum-kagum menyaksikan- nya. Bagi umat Hindu estetika adalah jiwanya, Kajeng dkk, I nyoman, 2005, Sarasamuccaya. Sura- yang aktualisasinya dapat dilihat dalam pelaksa- baya: Paramita naan upacara keagamaan dengan menggunakan berbagai macam bentuk sesajen yang tentu saja Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Antropologi I. Ja- memiliki rangkaian tersendiri, dengan makna karta: Universitas Indonesia tersendiri pula. Sesajen adalah merupakan cetu- san hati nurani seseorang untuk mengungkapkan Kep Menkowasbangpan No. 54/KEP/ segenap rasa terhadap yang dipuja, sesuai den- MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fung- gan keinginannya, sehingga tercipta beberapa sional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya bentuk sesajen dengan makna-makna tertentu. Melalui bentuk-bentuk tersebut dapat dipahami Keputusan Bersma Menteri Agama RI dan Kepala seberapa tinggi nilai estetika yang dimiliki oleh BKN No. 574 Tahun 1999 dan No. 178 Ta- orang Hindu. hun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Ja- batan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka C. PENUTUP Kreditnya 1. Simpulan Mantra Ida Bagus, 2000, Bhagawad Gita, Jakarta: CV. Pelita Nusantara Lestari. Upacara Pengabenan adalah upacara pitra yandnya yang wajib hukumnya bagi umat hindu un- Mardiwarsito, L, 1990. Kamus Jawa Kuno Indone- tuk mempercepat pengembalian Panca Maha Bhuta sia. Flores : Nusa Indah. ke asalnya. Dan pelaksanaan ini sebagai rasa bhakti kepada orang tua yang telah meninggalkan keluar- Sudarsana, I. B. Putu, Drs., MBA. MM., 2008, Aja- ganya. Pelaksanaan ini ada banyak tingkatannya ran Agama Hindu Upacara Manusa Yadnya, dari yang paling sederhana sampai yang meriah. Panakom Publishing. Namun ditekankan kepada umatnya supaya melak- sanakan yadnya sesuai dengan kemampuan, jan- Sugiyono, Prof. Dr., 2007, Memahami Penelitian gan sampai menyusahkan keluarga. Jangan karena Kualitatif, Bandung:Alfabeta gengsi kemudian jorjoran (berlomba-lomba) mem- buat upacara pengabenan sampai menjual warisan. Surayin, Ida Ayu Putu, 2005. Pitra Yadnya (Seri V Upakara Yadny). Surabaya: Paramita 2. Saran Tim Penyusun, 2001, Kumpulan Weda Pitra Puja a. Balai Diklat Keagamaan Denpasar diharapkan Siwa, Denpasar: Dinas Kebudayaan Provinsi untuk memberikan pendidikan dan Pelatinan Bali kepada para Penyuluh Agama secara berkein- ambungan, agar para penyuluh lebih percaya diri Titib, I Made, 2006, Teologi & Simbol-Simbol dan profesional dalam melaksanakan tugasnya. Dalam Agama Hindu, Surabaya:Paramita b. Penyuluh agama hindu bermanfaat memperkaya Teks Yama Purwana Tattwa milik I Mangku Arka, dari Byaslantang Tukad Besi, Gianyar. 14. Wiana, I Ketut, 1995, Yadnya dan Bhakti dari Sudut Pandang Hindu, Denpasar: Pustaka Manik Geni 46 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

Ekonomi Koperasi “Peranan dan Fungsinya di Balai Diklat Keagamaan Denpasar” Oleh : Ni Made Riani *) Abstract Sebuah organisasi ekonomi koperasi didasarkan pada kekerabatan dengan penekanan pada rasa persaudaraan dan solidaritas antar anggota. Koperasi hadir di tengah-tengah masyarakat dengan mengembangkan tugas dan tujuan untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Saat ini, pembangunan koperasi di Indonesia terus berkembang. Perkembangannya ditandai oleh pertumbuhan koperasi di Indonesia. Pembangunan koperasi di Indonesia yang didorong oleh dukungan kuat dari program pemerintah telah dijalankan dalam waktu yang lama. Kata kunci : koperasi, perkembangan, Indonesia A. Latar Belakang ses kegiatan diklat. Hal ini sangat membantu pega- wai, panitia dan peserta diklat dalam memenuhi ke- Koperasi merupakan salah satu kekuatan butuhannya. Meskipun dalam perjalanannya masih ekonomi yang mendorong tumbuhnya terdapat hambatan-hambatan namun dapat diatasi perekonomian nasional. Menurut Undang-Undang berkat kerja sama yang solid antar berbagai kompo- Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, “ko- nen diklat. Hal inilah yang mendasari penulis untuk perasi adalah badan usaha yang beranggotakan mengangkat peranan koperasi ini dalam bentuk tu- orang-orang atau badan hukum koperasi dengan lisan. melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip ko- perasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat B. Identifikasi Masalah yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam tata perekonomian nasional Indonesia, koperasi di- Koperasi mempunyai peranan yang cukup harapkan dapat me-nempati tempat dan posisi yang besar dalam menyusun usaha bersama dari orang- penting. Koperasi Indonesia memiliki dasar konsti- orang yang mempunyai kemampuan ekonomi ter- tusional yang kuat, yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat batas. Sebagai badan usaha rakyat, koperasi perlu 1 yang berbunyi, “Perekonomian disusun sebagai membangun diri dan meningkatkan diri serta mam- usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. pu bersaing dengan badan usaha lain berdasarkan prinsip koperasi sehingga diharapkan koperasi se- Keberadaan koperasi di Balai Diklat Ke- bagai badan usaha rakyat mampu berperan sebagai agamaan Denpasar telah memberikan atmosfer soko guru perekonomian nasional yang berfungsi tersendiri bagi seluruh pegawai dan peserta diklat. memperkokoh perekonomian rakyat dan memba- Tidak dapat dipungkiri betapa besar peranan ko- ngun tatanan perekonomian nasional dalam rangka perasi dalam menunjang kelancaran kegiatan diklat. mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Demiki- Koperasi Balai Diklat Keagamaan Denpasar memi- an halnya yang terjadi di koperasi balai diklat ke- liki berbagai fasilitas yang memungkinkan pegawai agamaan denpasar, banyak terdapat pegawai yang maupun peserta diklat untuk membeli kebutuhan se- cash bon dan pada akhir bulan potong gaji. Dalam hari-hari. Koperasi menjual baju, dasi, sandal, jepit pelaksanaan diklat juga seringkali timbul masalah- rambut, minyak goreng, susu, kopi, sabun, shampo, masalah teknis. Masalah tersebut dapat berupa pasta gigi, sikat gigi, sisir, lem, baterai dan berbagai peserta diklat yang tidak membawa pakaian yang camilan. Selain makanan dan minuman tersedia juga sesuai maupun tidak membawa kelengkapan se- fasilitas foto copy yang menunjang kelancaran pro- ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 47

hari-hari sehingga cukup mengganggu kelancaran a. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan proses pelaksanaan diklat. Disinilah koperasi ditun- modal (akumulasi modal) tetapi perkumpulan tut untuk menunjukkan peranan dan fungsinya un- orang-orang yang berasaskan sosial, kebersa- tuk memberikan kelancaran dan kemudahan dalam maan bekerja dan bertanggung jawab menunjang pelaksanaan diklat. b. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya C. Rumusan Masalah paksaan apapun dan oleh siapapun, bersifat suka rela, netral terhadap aliran, isme dan agama Berdasarkan identifikasi masalah di atas, ada beberapa masalah yang bisa dirumuskan yaitu: c. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara bekerja sama secara keke- 1. Apakah arti penting ekonomi koperasi? luargaan 2. Apa fungsi dan peranan koperasi di balai diklat keagamaan denpasar? D. Tujuan Penulisan Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Untuk mengetahui dan memahami arti penting ekonomi koperasi 2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan koperasi di balai diklat keagamaan denpasar E. Teori Tentang Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara Suatu usaha bersama untuk bisa disebut se- umum koperasi berasal dari kata-kata latin bagai koperasi haruslah mempunyai ciri-ciri se- yaitu Cum yang berarti dengan dan Aper- bagai berikut: ari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co a. Bukan merupakan kumpulan modal (akumulasi dan Operation, yang dalam bahasa Be- modal) landa disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneg- ing yang berarti bekerja bersama dengan orang lain b. Merupakan kerja sama, yaitu suatu bentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata Coop- gotong royong berdasarkan asas kesamaan eration kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi derajat, hak dan kewajiban, sehingga kekuasaan sebagai koperasi yang dibakukan menjadi suatu tertinggi ada pada Rapat Anggota bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah KO- PERASI, yang berarti organisasi ekonomi dengan c. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran keanggotaan yang sifatnya sukarela. Oleh karena para anggotanya, tidak boleh ada paksaan, tidak itu koperasi dapat didefinisikan sebagai suatu per- boleh ada intimidasi maupun campur tangan kumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggot- luar yang tidak ada sangkut pautnya dengan akan orang-orang atau badan-badan yang memberi- soal ke dalam koperasi kan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada;dengan bekerjasama d. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha den- bersama para anggotanya gan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Dari definisi tersebut dapat dilihat Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1967 adanya unsur-unsur koperasi sebagai berikut: 48 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018

tentang pokok-pokok perkoperasian, Koperasi In- argaan. Pengertian ini disusun tidak hanya berdasar donesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang ber- pada konsep koperasi, sebagai organisasi ekonomi watak sosial dan beranggotakan orang-orang atau dan sosial tetapi secara lengkap telah mencerminkan badan-badan hukum koperasi yang tata susunan norma-norma dan kaidah kaidah yang berlaku bagi ekonominya merupakan usaha bersama berdasar- bangsa Indonesia. Koperasi Indonesia mempunyai kan asas kekeluargaan. Pengertian tersebut dapat ciri-ciri sebagai berikut: diuraikan sebagai berikut: a. Adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya Organisasi adalah orang-orang yang tergabung untuk mencapai suatu tujuan memperoleh keun- dalam koperasi dan bekerja menggunakan peralatan tungan ekonomis tertentu menurut aturan koperasi yang berlaku (ang- garan dasar dan anggaran rumah tangga koperasi). b. Tujuannya harus berkaitan langsung dengan ke- pentingan anggota, untuk meningkatkan usaha Ekonomi rakyat adalah potensi ekonomi dalam ma- dan kesejahteraannya syarakat yang perlu menghimpun diri ke dalam kop- erasi agar dapat bersaing dengan golongan ekonomi c. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak bukan koperasi. boleh dipaksakan oleh siapapun dan bersifat ter- buka, yang berarti tidak ada pembatasan atau- Berwatak sosial berarti dalam koperasi harus ter- pun diskriminasi dalam bentuk apapun juga. dapat kerja sama dan setia kawan atas dasar persa- maan derajat, mempunyai hak dan kewajiban yang d. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak sama (demokrasi ekonomi dan sosial). Kekuasaan dan keputusan para anggota dan para anggota tertinggi berada pada rapat anggota koperasi. yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi Beranggotakan orang-orang atau badan-badan hu- kum koperasi berarti, koperasi merupakan kumpulan e. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha orang atau badan hukum koperasi, bukan kumpulan dalam koperasi ditentukan berdasarkan perim- modal seperti yang terdapat dalam badan usaha lain bangan jasa usaha anggota kepada koperasi dan (Firma, CV, PT). Sedangkan badan hukum adalah balas jasa terhadap modal yang diberikan kepa- suatu badan yang secara hukum diakui mempunyai da para anggota adalah terbatas hak dan kewajiban sebagai manusia. f. Koperasi berprinsip mandiri Usaha bersama artinya, usaha dalam koperasi di- dasarkan atas kesadaran dan kesukarelaan untuk Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang memenuhi kebutuhan bersama anggotanya. bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapat- Asas kekeluargaan artinya, berdasarkan kepentin- kan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah gan bersama atas dasar satu untuk semua dan semua melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi se- untuk satu. cara demokratis oleh anggotanya. Asosiasi berbeda dengan kelompok, asosiasi terdiri dari orang-orang Dari pengertian koperasi menurut UU No.12 yang memiliki kepentingan yang sama, lazimnya Tahun 1967 tersebut, secara umum dapat dijelaskan yang menonjol adalah kepentingan ekonomi. bahwa koperasi Indonesia adalah kumpulan orang- orang yang bekerja secara bersama-sama, bergotong Bapak Margono Djojohadikoesoemo dalam royong berdasarkan persamaan hak dan kewajiban bukunya yang berjudul “10 Tahun Koperasi” untuk memajukan kepentingan-kepentingan eko- (1941), mengatakan bahwa: “Koperasi ialah per- nomi mereka dan kepentingan masyarakat. kumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk mema- Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor jukan ekonominya”. Kata-kata yang tersurat dalam 25 Tahun 1992 tentang PERKOPERASIAN, pada definisi tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 bagian kesatu, din- yatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang a. Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi; beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya ber- b. Bahwa dengan bekerja sama itu, manusia akan dasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan; ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekelu- c. Bahwa pendirian dari suatu koperasi mempun- yai pertimbangan-pertimbangan ekonomis ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018 49

Dr. Mohammad Hatta (Bapak Koperasi Indo- 6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat nesia) (1971) mengemukakan “Koperasi adalah usa- secara seimbang (accepting a fair share of the ha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan risk and benefits of the undertaking) ekonomi berdasarkan tolong-meno-long. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan F. Metodologi memberi jasa kepada kawan ber-dasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat seorang’. Ia membagi Penulisan karya ilmiah ini menggunakan koperasi sebagai koperasi sosial dan koperasi eko- metode deskriptif analisis dan merupakan gabungan nomi, yang sering ditemui dalam masyarakat Indo- antara penelitian pustaka/dokumen dengan peneli- nesia. tian lapangan. Dalam konteks ini penulis mengum- pulkan dokumen yang terkait dengan penulisan dan Koperasi sosial adalah koperasi yang kerja sa- melakukan pengamatan terhadap koperasi. manya dijalankan dengan tujuan sosial, tanpa per- hitungan ekonomis. Yang dimaksud perhitungan G. PEMBAHASAN ekonomis adalah bagaimana mempeoleh hasil yang sebanyak-banyaknya dari suatu pengeluaran terten- 1. Arti Penting Ekonomi Koperasi tu. Di sini koperasi bersifat sosial. Berbicara tentang ekonomi koperasi tidak Koperasi ekonomi, yang selanjutnya disebut terlepas dari konsep ekonomi dan koperasi. Ekonomi koperasi saja, merupakan koperasi yang mempu- secara umum diartikan sebagai usaha manusia nyai tujuan untuk memajukan bagian terbanyak pen- dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedang koperasi duduk yang ekonominya lemah dengan cara bekerja adalah organisasi ekonomi dimana anggota sebagai bersama-sama. Di sini koperasi bersifat ekonomis. pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Definisi koperasi yang lebih detil dan berdam- Prinsip ekonomi memberikan arah bagi pak internasional diberikan oleh ILO (International manusia yang rasional tentang cara memilih berbagai Labour Organization) dalam Arifin Sitio yaitu : alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan hidup. Guna menginvestasikan dananya, manusia yang “Cooperative defined as an association of persons rasional akan memilih alternatif investasi yang usually of limited means, who have voluntarily memberikan manfaat yang paling besar. Pola joined together to achieve a common economic pikir seperti itu berlaku juga bagi orang yang end through the formation of a democratically con- hendak membelanjakan dananya, orang tersebut trolled business organization, making equitable akan memilih alternatif terbaik atas keputusan contribution to the capital required and accepting pembelanjaannya. a fair share of the risk and benefits of the underta- king” Keunggulan bersaing antara unit-unit usaha akan berbeda-beda pada setiap kasus. Pada koperasi Dalam definisi ILO tersebut, terdapat 6 elemen barangkali keunggulan itu dapat diperoleh melalui yang dikandung koperasi sebagai berikut: pinjaman berbunga rendah kepada anggota atau penjualan barang dengan harga lebih rendah kepada 1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang anggota. Pada kasus lain koperasi tidak mempunyai (association of persons) keunggulan bersaing dalam memberikan keung- gulan bunga tabungan dibanding dengan bank 2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasar atau lembaga keuangan lainnya. Dengan demikian kesukarelaan (voluntarily joined together) koperasi hanya dapat bersaing dalam situasi yang sangat khusus. Dalam situasi khusus tersebut 3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to koperasi dapat memberikan pelayanan kepada ang- achieve a common economic end) gota yang lebih baik daripada organisasi ekonomi lain. 4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan Jadi perbedaan pokok antara koperasi dengan dikendalikan secara demokratis (formation of a organisasi ekonomi lainnya adalah bahwa koperasi democratically controlled business organization) adalah organisasi ekonomi dimana anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan, sedangkan 5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal oraganisasi ekonomi lainnya adalah organisasi yang dibutuhkan (making equitable contribution to the capital required) 50 ISSN 2085-8639, Profesi-Edisi 1, Th.13 Juni 2018


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook