Evaluasi dan tindak lanjut Setelah pelaksanaan kegiatan, sekolah melalui tim khusus melaksanakan evaluasi yang meliputi : a. Setelah kurun waktu tertentu, dikaji dicari kelemahan dan kelebihan teknik pendekatan agar di tindak lanjuti yang masih memerlukan perbaikan selayaknya di perbaiki dan sudah baik dipertahankan bahkan ditingkatkan b. Perlu disediakan pernghargaan bagi masyarakat yang telah aktif mendukung pelaksanaan program PPK secara optimal di sekolah, diundang dan diberi penghargaan pada acara pagelaran seni dll Simpulan dan harapan Penulis Simpulan Penguatan pendidikan karakter merupakan hal yang sangat mendasar untuk segera dioptimalakan mengingat perkembangan zaman dewasa ini semakin melemahkan nilai-nilai karakter bangsa yang menjadi alat untuk membentuk peradapan bangsa yang luhur Meski tantangan membentang namun dengan memperkuat atau mengotimalkan tripusat belajar yakni sekolah, keluarga dan masyarakat, maka semua dapat tercapai. Perlu Tim khusus untuk bekerja sebagai motor/penggerak yang utama, pengelolaan berpusat pada kegiatan akademik dan non akademik. Harapan Penulis Suatu tujuan lembaga tanpa kerjasama dari berbagai pihak tentu tujuan suatu lembaga tersebut kurang optimal tercapai. Maka harapan penulis ditujukan kepada: Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 89
1. Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan hendaknya perlu terus memacu sekolah untuk terus tanpa henti mengoptimalkan kegiatan penguatan pendidikan karakter, Siapkan lomba atau kegiatan sejenis untuk memotivasi sekolah 2. Sekolah Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya tanpa henti memacu warga sekolahnya untuk mengoptimalkan potensi sekolah yang ada bagi kegiatan penguatan pendidikan karakter. 3. Keluarga dan masyarakat Keluarga dalam hal ini orang tua/ wali tentu hendaknya tanpa henti mendukung sekolah untuk pembentukan karakter bagi putra-putrinya. Pihak masyarakt pun memiliki tugas sama untuk mendukung sekolah. Sampaikan saran, ide dan kritik demi peningkatan kualitas karakter peserta didik Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 90
GAGASAN PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh Wiwi Parluki Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita sebut kebutuhan khusus. (Cindy Croft dalam Pemuda Berkebutuhan Khusus). Anak berkebutuhan khusus ini yang memerlukan pendidikan inklusif. Anak berkebutuhan khusus menurut Heward (Tarmansyah, 2007:20) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 91
dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 92
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama- sama dengan peserta didik pada umumnya Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap warga ank a wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undang- undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarakat. Pentingnya pendidikan inklusi terus menerus dikembangkan karena memiliki kelebihan dan manfaat. Menurut Staub dan Peck (1994/1995) ada lima manfaat atau kelebihan program inklusi yaitu: 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak non ABK di sekolah menengah, hilangnya rasa takut pada anak berkebutuhan khusus akibat sering berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus. 2. Anak non ABK menjadi semakin toleran pada orang lain setelah memahami kebutuhan individu teman ABK. 3. Banyak anak non ABK yang mengakui peningkatan selfesteem sebagai akibat pergaulannya dengan ABK, yaitu dapat meningkatkan status mereka di kelas dan di sekolah. 4. Anak non ABK mengalami perkembangan dan komitmen pada moral pribadi dan prinsip-prinsip etika Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 93
5. Anak non ABK yang tidak menolak ABK mengatakan bahwa mereka merasa bahagia bersahabat dengan ABK Ada beberapa hambatan yang ditemukan dalam melaksanakan pendidikan inklusi. Hambatan-hambatan itu misalnya: 1 minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar – benar dipersiapkan dengan baik. Kondisi ini jelas menambah beban tugas yang harus diemban para guru yang berhadapan langsung dengan persoalan teknis di lapangan. Di satu sisi para guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk mencerdaskan seluruh siswanya, sementara di sisi lain para guru tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang difabel. 2 Berkaitan dengan angka kredit, sebagai bahan untuk kenaikan pangkat. GPK cukup report dan butuh dana tambahan, karena disamping bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai sekolah induknya, mereka juga harus datang ke sekolah inklusi yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak jarang, jarak yang ditempuh tidaklah dekat, artinya tidak bisa hanya dengan berjalan kaki. Berkaitan dengan hal tersebut tidak dipungkiri mereka harus mengeluarkan biaya perjalanan, hal ini diharapkan menjadi perhatian, khususnya dari pemangku tugas yang diberi wewenang dalam penyelenggaraan sekolah inklusi. 3 Penerimaan dan pengakuan warga sekolah terhadap keberadaan Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 94
belum optimal. Tidak jarang terjadi misunderstanding antara pihak sekolah inklusi mengenai peran dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolahnya. Tanggung jawab terhadap anak berkebutuhan khusus dikelasnya tetap dipegang oleh guru kelas, bukan diserahkan sepenuhnya kepada GPK. Padahal tidak semua guru di sekolah reguler paham siapa dan bagai- mana menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus serta apa pembelajaran yang dibutuhkan mereka sesuai dengan kekhususan anak tersebut. PEMBAHASAN Arus globalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Maraknya media social berdampak makin menipisnya nilai nilai karakter yang sesungguhnya sudah ada sejak jaman nenek moyang kita. Ini yang menjadi dasar perlunya sekolah melaksanakan program penguatan pendidikan karakter (PPK). Program ini telah dicanangkan pemerintah melalui peraturan menteri no 87 tahun 2017. Dalam permen ini diatur pelaksanan PPK adalah pihak sekolah yang menggandeng keluarga dan masyarakat, atau yang disebut `Tri pusat pendidikan`. Pemerintah melalui Direktorat pendidikan dasar telah melakukan berbagia pelatihan PPK di tingkat kantor pendidikan tingkat kabupaten kota. Meski telah disosilaisasikan, namun ditemukan berbagai kendala: Peran sekolah belum optimal Sekolah dewasa ini mengembangkan program penguatan pendidikan karakter (PPK) sudah berusaha menerapkan secara baik. Program ini melibatkan semua unsur sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakternya. Namun terkadang Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 95
belum semua warga sekolah paham dengan program PPK sehingga pelaksanaan di sekolah belum optimal. Contohnya, di sekolah diterapkan larangan merokok, siapapun tidak diperbolehkan merokok di lingkungan sekolah, tetapi karena pesuruh sekolah kurang paham maka dengan santainya merokok di halaman sekolah dan puntung rokokpun berserakan. Tentu ini menjadi contoh pembelajaran yang kurang baik bagi peserta didik di sekolah tersebut. Peran keluarga belum optimal Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah unsur pokok penting dalam pendidikan bagi peserta didik. Hal ini dapat dimaklumi karena keluarga adalah peletak dasar mental atau kondisi psikologis peserta didik yang pertama. Akan tetapi latar belakang sosial peserta didik yang berbeda menjadikan karakter yang terbentuk bisa berbeda. Hal ini dapat menyebabkan terkadang peserta didik tidak tahu kalau karakter yang dimiliki kurang pas. Contohnya, melatih rasa tanggung jawab dapat terjadi bila keluarga sadar betul kalau unsur karakter tanggung jawab sangat diperlukan bagi peserta didik. Namun sikap memanjakan anak oleh orang tua terkadang tanpa disadari menjadikan boomerang bagi peserta didik. Mereka dengan seenaknya tidak ikut memelihara kebersihan, keindahan ketertiban suatu tempat, karena mereka belum pernah diajarkan cara bertanggung jawab untuk memelihara kebersihan dan ketertiban oleh pihak keluarganya. Tentu hal tersebut masih harus Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 96
dikaji dan memerlukan pembinaan dalam rangka pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh agama, negara dan bangsa Indonesia. Perlu strategi tersendiri untuk dapat melibatkan keluarga dalam penguatan pendidikan karakter peserta didik. Peran masyarakat belum optimal Masyarakat adalah unsur pembentuk karakter peserta didik yang tidak kalah pentingnya, hal ini karena peserta didik hidup di tengah tengah masyarakat. Kondisi masyarakat yang majemuk pun berpengaruh terhadap perkembangan mental peserta. Contohnya pada saat saat jam sekolah ada peserta didik masuk ke dalam pusat game on line atau play station. Kalau menilik kepedulian masyarakat, jelas masyarakat belum peduli jika bersikap memilih acuh membiarkan peserta didik masuk ke area game ketimbang memperingatkan untuk kembali ke sekolah atau menghubungi pihak sekolah agar menjemput peserta didik yang sedang asyik bermain di pusat game tersebut. Mereka tidak berpikir kearah pembentukan karakter peserta didik, sebab bagi pemilik pusat game tersebut yang terpenting adalah tempat tersebut menghasilkan uang, bagi masyarakat sekitar merasa `bukan urusanya`. Sikap `ketidak pedulian` masyarakat bahwa sudah selayaknya mereka merasa terlibat atau sikap apatis masyarakat terhadap keberhasilan dunia pendidikan nampaknya perlu diluruskan, perlu strategi tersendiri untuk dapat melibatkan masyarakat yang majemuk tersebut dalam dunia pendidikan. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 97
Pembahasan dan Solusi Kepala sekolah sebagai manager suatu sekolah tentu mempunyai kewajiban untuk mengelola sekolah dan mengatasi berbagai persoalan yang ada di sekolah. Kepala sekolah juga harus peka terhadap kemungkinan berkembangnya persoalan kecil yang mendasar menjadi besar yang pada akhirnya menjadikan timpangnya dunia pendidikan khususnya di sekolahnya. Menipisnya karakter di kalangan generasi muda atau peserta didik menjadikan keprihatinan yang menuntut untuk segera diatasi. Pemerintah telah menetapkan program penguatan pendidikan karakter yang diimplementasikan melalui pelaksanaan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini yang sarat dengan pendidikan karakter perlu dilaksanakan dengan menerapkan `strategi khusus` yakni `bersatu kita bisa`. Sekolah mengoptimalkan semua potensi yang ada Sekolah sebaik lembaga yang dipercaya melalukan perubahan perlu memiliki inisiatif untuk melakukan kiat kita yang jitu dalam mencapai tujuan. Perlu team work solid Keberhasilan sebuah program perlu menerapkan strategy yang handal agar dapat terwujud cita cita bersama. Kepala sekolah perlu meng`cover` permasalahan yang muncul dan mulai menyusun strategi , diantaranya pembentukan `team work` yang solid yang terdiri orang orang yang memiliki ketulusan untuk terpanggil melakukan perubahan mendidik dan membentuk generasi yang handal. Team ini tentu terdiri dari Pengawas Pembina, Kepala Sekolah, unsur guru, unsur karyawan, unsur Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 98
komite/ perwakilan orang tua siswa dan unsur siswa. Selanjutnya team ini mempunyai program untuk: menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan evaluasi tindak lanjut program untuk kurun waktu tertentu, dan dapat dilanjutkan melalui pengkajian lagi. Menyusun perencanaan Bentuk bentuk perencanaan yang dapat dikembangkan dalam mengoptimalisasi pelaksanaan pendidikan karakter, diantaranya: a. Menyusun program sosialisasi di tingkat sekolah dengan melibatkan dinas pendidikan (unsur dinas pendidikan termasuk pengawas Pembina), contohnya: 1) Merencanakan workshop penerapan penguatan pendidikan karakter di tingkat sekolah yang melibatkan semua unsur sekolah tanpa terkecuali 2) Merencanakan memasang slogan atau spanduk tentang pengenalan pada penguatan pendidikan karakter di lingkungan sekolah b. Menyusun program sosialisasi di tingkat luar sekolah seperti orang tua siswa, merangkul tokoh masyarakat atau kepala kelurahan, kecamatan, contohnya: 1) Merencanakan pertemuan yang menghadirkan pihak luar atau lintas sektoral untuk ikut serta mendukung dan berperan aktif dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter 2) Menyusun program kegiatan untuk sekolah: a) Merencanakan program pembiasaan sebelum pelajaran dimulai, contohnya: menyusun jadwal sholat Dhuha Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 99
berjamah, sholat Dhuhur, tadarus dan kegiatan literasi, menyanyikan lagu nasional, membiasakan salam PPK, tepuk PPK dan selingan menyanyikan mars PPK. b) Merencanakan pembelajaran yang menerapkan program PPK yang dilihat dari silabus dan RPP juga sistim penilaianya c) Merencanakan program ekstrakurikuler yang sarat dengan penerapan pendidikan karakter d) Merencanakan program pelibatan guru dalam pelatihan atau workshop dan seminar untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan pendidikan karakter e) Mensosialisasikan program PPK bagi siswa secara khusus dan membentuk tim work siswa f) Menyusun program untuk menguatkan penerapkan pendidikan karakter, diantaranya lomba tepuk PPK, salam PPK, mars PPK di kalangan peserta didik 3) Menyusun program kegiatan untuk melibatkan orangtua/wali a) Mengundang orang tua/wali peserta didik dalam penentuan program sekolah b) Menghadirkan orang tua /wali sebagai sumber belajar bagi peserta didik pada waktu yang telah disepakati bersama c) Meminta dukungan orang tua/wali siswa dengan pendanaan kegiatan seperti outbond/ outing class dll d) Merencanakan penyampaikan laporan pendidikan dengan pertunjukkan dan pameran hasil karya siswa kepada orangtua Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 100
e) Meminta masukan orangtua/wali terhadap evaluasi kegiatan yang telah disepakati dengan mengisi kotak saran, mengirim surat atau mengirim pesan lewat `wa` 4) Menyusun program kegiatan untuk melibatkan masyarakat a. Merencanakan menghadirkan pihak pemangku jabatan ,desa camat, polsek, danrem, puskesmas dll untuk memberikan motivasi pada acara penguatan karakter social pesert didk di sekolah b. Mengadakan nota kesepahaman agar pihak pemangku jabatan ikut serta mengkampayekan ‘penguatan pendidikan karakter” di kalangan masyarakat, contohnya melalui sosialisasi PPK pada pertemuan warga masyarakat, memasang poster atau slogan yang berisi ajakan mensukseskan `’program penguatan pendidikan karakter` di lingkungan masyarakat Pelaksanaan Kegiatan Program Penguatan pendidikan karakter Pelaksanaan kegiatan penguatan pendidikan karakter terangkum pada table berikut ini: No Jenis Pelaksana Sasaran Waktu Instrumen Ket kegiatan 1 Sosialisasi Dindik Kepala Akhir Dari Dindik Kab sekolah th pelaja ran 2 Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 101
Berkat Program Vokasi, Siswa Bangga, Tugas managerialku Berhasil Oleh Wiwi Parluki Dunia dewasa ini sedang mengalami perubahan, tak pelak banyak tantangan dialami Indonesia. Tantangan tersebut diantaranya tantangan internal yang menyangkut pertumbuhan penduduk yang mencapai 70 % usia produktif di tahun 2020-2025. Selain tantangan internal adapula tantangan eksternal yang meliputi arus globalisasi, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, kemajuan dunia pendidikan di tingkat internasional dll. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, maka perberlakuan perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurilulum 2013 menjadi suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi (Kemendikbud, 2013:1-2). Adanya perubahan kurikulum mengandung implikasi bahwa capaian prestasi siswa mengacu tidak hanya pada prestasi akademik, tetapi juga pada non akademik yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. (Kemendikbud, 2014:ii). Sekolah harus berupaya mewujudkan tiga pilar tersebut melalui manajemen oleh kepala sekolah. Jadi kepala sekolah harus dapat mengelola sumber daya yang ada di sekolah tempat dimana dia mengabdi. Pengelolaan sekolah tentu menuju ke peningkatan ke arah kemajuan yang baik meski harus dilakukan perubahan- perubahan sekecil apapun demi kemajuan ters. Saya seorang Kepala Sekolah, di SMP Negeri 4 Sumbang, desa Susukan Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. SMP Negeri 4 Sumbang merupakan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 102
sekolah mantan sekolah satu atap yang kedudukanya sama dengan semua sekolah yang didirikan pemerintah. Meski baru berdiri 10 tahun melalui rintisan sekolah satu atap dengan Sekolah Dasar Negeri Susukan 2 di desa Susukan, Kecamatan Sumbang berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Sekolah ini hanya memiliki luas 1632 km, sebuah sekolah sederhana minim fasilitas terletak di belakang SD. Sekilas terlihat hanya bangunan SD dari depan, namun jika dimasuki melewati SD baru ditemukan sekolah tersebut. Kondisi sekolah yang belum memiliki wajah tersebut, dihuni oleh siswa sejumlah 243 putra dan putri, 9 orang guru PNS dan 3 orang karyawan PNS, selebihnya 7 orang guru dan 4 orang karyawan wiyata bakti. Kondisi orang tua memiliki latar belakang rata-rata berasal dari keluarga miskin dengan penghasilan sebagai buruh tani, pengrajin bulu mata dan rambut palsu di kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Purbalingga. Permasalahan yang Umum Ada 3 hal menyangkut kondisi yang menyolok di kecamatan Sumbang. Daerah ini merupakan daerah termiskin di Jawa Tengah, kondisi ini menyebabkan 1). Tingginya angka tidak melanjutkan ke jenjang SMA/ SMK, bahkan tingginya angka putus sekolah, 2). Rendahnya pembayar PBB, 3). Tingginya kerawanan sosial termasuk kenakalan remaja dan keamanan. Kondisi ini tentu saja mengimbas pada kondisi sosial di SMP Negeri 4 Sumbang, terutama tingginya angka tidak melanjutkan ke jenjang SMA/SMK. Tiap tahun para guru dan staf harus turun ke desa-desa pelosok mencari calon siswa, karena jika tidak jemput bola, banyak siswa tidak ingin sekolah. Motivasi atau geliat siswa dalam belajar akademik kurang, ini bisa jadi karena Sumbaer daya manusia Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 103
(SDM) nya memang kurang. Di sisi lain jika mereka diberi kegiatan yang tidak menuntut kemampuan berpikir, mereka akan sangat antuasias. Hal ini yang mendorong perlu dicari solusi pemecahan pada permasalahan yang ada. Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah melakukan tugas mengelola sekolah atau melakukan tugas managerial. Sambil membawa instrumen wawancara, kepala sekolah biasa masuk ke suatu kelas atau berbincang-bincang di halaman atau serambi sekolah tentang minat melanjutkan sekolah. Dulu, saya selalu kecewa dan tidak puas dengan hasil yang saya amati jika melakukan monitoring terhadap siswa yang berencana tidak melanjutkan atau mendapati alumni siswa duduk-duduk di pematang sawah tanpa kegiatan yang bermanfaat . Hasil wawancara terhadap 14 orang alumni siswa dan 30 orang siswa kelas 9 SMPN 4 Sumbang, Kecamatan Sumbang semester 2 tahun 2016/2017 rata-rata siswa merasa kurang minat melanjutkan. Hal ini disebabkan karena latar belakang siswa dan kondisi sekitar sekolah. Gambar 1 Guru mengajar, ada siswa yang kurang aktif. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 104
Siswa terkadang kurang minat untuk belajar. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung, hasil pembelajaran pun kurang optimal. Hal ini menarik bagi saya untuk dikaji apa penyebab sesungguhnya. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah `best practice` ini adalah untuk menentukan langkah langkah untuk menggali potensi sekolah melalui `program khusus`di SMP Negeri 4 Sumbang dan untuk mengiventaris hasil dan dampak penerapan penerapan `program khusus` yang mampu mewujudkan siswa sebagai manusia yang mandiri dan berkharakter. Tujuan tersebut sejalan dengan tugas kepala sekolah dalam menjalin kemitraan dengan stakeholder dan mengembangkan teaching factory dan produk unggulan Manfaat Beberapa manfaat yang dapat diambil, antara lain diperolehnya cara cara menggali potensi, sumberdaya sekolah, juga lingkungan sekitar melalui “program khusus” untuk mengembangkan sekolah menjadi lebih optimal. Ditemukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang ada untuk mengembangkan potensi, sumberdaya dan lingkungan SMPN 4 Sumbang tersebut pada khususnya dan menyelesaikan masalah pendidikan pada umumnya Solusi yang terbaik Masalah putus sekolah sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Gejala putus sekolah terakumulasi sejak dini hingga SMA. Semakin jelas bahwa pencegahan putus Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 105
sekolah memang harus dimulai sedini mungkin. Pemerintah telah berupaya mengurangi angka putus sekolah dengan mengelontorkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) lewat sekolah-sekolah. Namun nampaknya dana BOS belum dapat menghentikan angka putus sekolah secara total. Hal ini perlu dukungan dari berbagai pihak. Persoalan putus sekolah di bukan hanya semata-mata faktor kemiskinan orang tua tetapi juga faktor paradigma orang tua, yang tidak memihak pada amat pentingnya pendidikan bagi anak. Orang tua lebih memilih anak-anaknya bekerja membantu orang tua dan menikahkan dini selepas SD, SMP, atau SMA. Orang tua belum memberikan motivasi kepada anak untuk lebih baik dari orang tuanya yang tentunya disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Bagi siswa juga dapat memerangi keinginannya untuk putus sekolah dengan bantuan keluarganya, pihak sekolahnya dan teman sebayanya (Doll, Eslami, and Walters, 2013). Keluarga adalah sebagai agen yang paling berpengaruh di antara berbagai faktor sosial yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan keluarga, status ekonomi, dan status sosio- pendidikan orang tua mempengaruhi berbagai tonggak perkembangan anak (Mishra, Azeez, 2014). Mereka juga dapat menemukan tokoh atau teladan yang memberikan motivasi untuk dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah juga berperan untuk mengatasi angka putus sekolah. Sekolah perlu mencari solusi agar siswa berminat melanjutkan pendidikanya, atau setidak-tidaknya membekali pengetahuan dan keterampilan para lulusanya. Pembekalan siswa Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 106
dengan program–program khusus agar mereka mempunyai wawasan yang lebih juga mandiri, percaya diri mengembangkan diri pada kehidupanya di masyarakat. Sekolah perlu mencari terobosan baru dengan program khusus yakni pendidikan keterampilan atau penerapan program vokasi. Pendidikan vokasi atau dikenal dengan istilah pendidikan kejuruan adalah merupakan pendidikan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Joseph F. Coetes (1984: 3) mendefenisikan pendidikan vokasi sebagai: “Vocational education is a derivative enterprise – denvantive of our expectations about work and the valve of formal prepation for the world of work”. Maksud dari pengertian tersebut adalah pendidikan vokasional yang merupakan suatu usaha dalam mempersiapkan pekerja untuk memasuki dunia kerja. Penerapan program vokasi memberikan suatu bekal keterampilan yang sesuai dengan minat siswa, sehingga mereka dapat hidup mandiri di dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bent & Unruh (1969: 157), tujuan dari pendidikan vokasional adalah “to prepare persons for useful employment it provides futher training for those who have entered a vocational and initial training for those who have selected one and preparing to enter it”. Tujuan pendidikan vokasi memiliki harapan yang sama, yakni ingin memberikan bekal keterampilan kepada anak, sehingga dapat hidup mandiri di lingkungan masyarakat. Identifikasi Masalah dan Penggalian Alternatif Masalah Sebagai upaya mengatasi hambatan sekaligus mengoptimalkan potensi yang ada, penulis selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Sumbang mengambil langkah perubahan. SMP Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 107
Negeri 4 Sumbang perlu mengadakan pembenahan, yakni perlunya adanya sekolah yang memiliki ‘program khusus” agar keberlangsungan kehidupan sekolah memberi manfaat bagi masyarakat Sumbang. “Program khusus” yang dimaksud adalah perlunya menerapkan program pembelajaran yang berbeda yakni menerapkan program keterampilan global. Implikasi program keterampilan tersebut perlu dilatihkan untuk membekali siswa-siswi SMP Negeri 4 Sumbang paska lulusan dan menarik minat siswa agar semangat belajar. Agar dapat memecahkan masalah tersebut, saya berusaha mencari penyebab atau mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebabnya. Saya suka melakukan inspeksi terhadap para siswa baik yang sedang belajar atau mantan siswa yang asyik duduk-duduk di pematang sawah. Hal ini mungkin agak kikuk jika kepala sekolah bertemu siswa bercakap-cakap. Meski terkadang siswa tidak takut atau grogi. Lalu apa yang harus saya lakukan, selanjutnya? HASIL DAN PEMBAHASAN Cara Menyelesaikan Masalah Apa masalah yang sebenarnya? Saya pelajari hasil wawancara dan hasil pengamatan, ternyata setelah saya analisa dan saya renungi, penyebab dari masalah kurang minat siswa belajar karena mereka kurang paham bidang yang dapat ditekuni selain pengetahuan (kognitif), dan memandang tamat SMP sudah cukup karena tidak menjanjikan hal yang menyenangkan, atau kurang menarik perhatian mereka. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 108
1. Perencanaan Saya mulai mengumpulkan rekan guru untuk mendiskusikan gejala sosial siswa dan kemungkinan langkah – langkah yang ingin diambil. Saya memperkenalkan program keterampilan ( vokasi) yang dapat dikembangkan di sekolah. Pada awalnya hampir sebagian besar guru tidak setuju, saya agak surut juga apa awalnya, ketika mendengar respon mereka yang langsung menolak. Namun saya berusaha tetap menampung pendapat rekan guru dengan kesabaran, saya berusaha instropeksi diri karena mungkin saya yang kurang memahami. Saya mendata hal-hal yang mereka keluhkan, diantaranya: 1) sekolah harus mencari tahu minat siswa, 2) sekolah tidak memiliki sarana yang mendukung, 3) sekolah tidak memiliki tenaga ahli, 4) kondisi orang tua/wali yang kurang di sekolah mantan satu atap, menyebabkan tidak mungkin untuk meminta dukungan dana kepada orangtua/ wali siswa dalam mencukupi semua kebutuhan untuk menyelenggarakan program keterampilan. Penyelenggaran pendidikan vokasi sebenarnya diatur dalam paduan penyusunan pendidikan vokasi oleh perguruan tinggi, yang berisi” Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan tinggi vokasi sebagaiamana diatur dalam Permenristekdikti 44 tahun 2015, Pasal 59 dapat berbentuk universitas, institute, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi. Aturan itu memuat lengkap penyelenggaraan pendidikan vokasi. Tentu, SMP Negeri 4 Sumbang hanya secara sederhana merintis pendidikan vokasi /keterampilan untuk memecahkan permasalahan pendidikan di daerah Sumbang. Menurut Permenristekdikti tersebut, yang dimaksud dengan untuk menyelenggarakan program vokasi Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 109
`harus memenuhi persyaratan”. Sedangkan SMP Negeri 4 Sumbang memiliki kondisi yang unik. Perlu penyiapan segala sesuatunya. Nah, berbekal pengertian penerapan program vokasi tersebut, saya merubah persepsi dan cara kerja yang selama ini dilakukan. Cara ini menggambil istilah ”rintisan program vokasi” artinya, karena keterbatasan di perbagai hal maka istilah tersebut dapat mewakili. Program keterampilan adalah program yang menekankan pada keahlian praktikal yang dibutuhkan untuk langsung terjun ke dunia kerja. Keistimewaan dengan penerapan program keterampilan diantaranya:1) lebih praktikal ( banyak praktek ketimbang teori), 2). Banyak pilihan institusi dan 3) banyak pilihan program. Saya mulai menyampaikan tentang pemecahan masalah, diantaranya: 1) dalam kaitan dengan minat siswa, siswa diberi angket program peminatan, 2) berkaitan dengan, sarana diatasi meminta sumbangan sukarela komite, pihak lain seperti sponsor produk-produk, atau pihak swasta lainya, 3) berkaitan dengan tenaga ahli, sekolah mengadakan memory of understanding (MoU) dengan sekolah SMK Negeri dan Swasta, 4) sedangakan berkaitan dengan bahan yang diperlukan untuk praktik dapat dirapatkan dengan komite sekolah untuk secara bergotong royong menanggung bahan praktik. Agar lebih murah pengadaan bahan praktik maka program praktik diset untuk praktik berkelompok. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 110
“Ah.. ternyata peminat tata boga paling banyak, tidak hanya siswa putri tapi juga siswa putra....” Kata guru dengan wajah keheranan. “Tenang saja, Bu...!” Kata saya dengan tersenyum, kita bisa MoU dengan SMK Negeri 3, disana gudangnya para pakar tata boga. Tapi peminat seni paras dan seni rias juga ada ya, berarti kita bisa MoU juga dengan SMK Negeri 3 Purwokerto untuk program seni pangkas dan seni rias juga. Kalau siswa minat dengan program las ringan, kita bisa MoU dengan SMK Negeri 2 Purwokerto. “Apa mereka mau tidak ada honor ya, Bu...? atau kalaupun ada sedikit uang transport, tentu tidak cukup karena letak sekkolah kita jauh”. “Ya kita lihat, nanti. Saya ingin melakukan pendekatan dengan para kepala sekolah tentang kondisi kita” kata saya menenangkan kekhawatiran para guru. Saya berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan program rintisan sekolah vokasi di SMP Negeri 4 Sumbang. Melalui pendekatan dan pengenalan program kepada komite sekolah dan pihak-pihak yang dipandang siap membantu, dapat mengatasi masalah sarana. Penyelenggaraan MoU pun akhirnya mudah dan pihak SMK dengan senang membantu. Bahkan menurut guru-guru pengampu program keterampilan ini, dengan membantu SMP Negeri 4 Sumbang mereka mendapatkan nilai angka kredit untuk unsur pendukung. Tanggapan orang tua / wali adalah positif. Orangtua, /wali pun senang saja jika diberitahu mereka boleh bergotong royong membeli tepung, telor dan sebagainya untuk praktik membuat kue. Agar lebih mengena, bahan –bahan praktik menggunakan umbi – Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 111
umbi atau hasil perkebunan di sekitar sekolah. Hal ini dimaksud supaya keterampilan mengolah produk lokal dapat diperkenalkan kepada para siswa. Mudah didapat, murah dan menumbuhkan kebanggaan pada para petani di lingkungan sekolah, bahwa hasil pertanian di sekitar sekolah akan mempunyai nilai lebih jika dikelola dengan baik. Pada perencanaan program seni rias, orang tua atau wali siswa juga bergotong royong membeli bedak, lipstick dan lain-lain. Siswa pun berkelompok atau berpasangan dalam melaksanakan program seni rias dengan bahan dan alat yang sederhana. Setelah dirasa cukup, langkap pertama dibuat program jam keterampilan tersendiri untuk siswa. Pada semester gasal guru-guru SMK memberikan bimbingan dalam 10 kali pertemuan dan melatih guru –guru pembina dari SMPN 4 Sumbang. Pada semester genap, yang membimbing program ketrampilan adalah guru-guru pembina program keterampilan dari SMPN 4 Sumbang yang telah dilatih oleh guru-guru SMK . Tentu para guru SMK masih menjadi rujukan dan siap hadir jika diperlukan di semester genap. Guru-guru SMK tetap memegang kendali untuk pelaksanaan dan evaluasi program. Cara ini ditempuh mengingat pada semester genap umumnya guru – guru SMK sibuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pelaksanaan ujian nasional di sekolahnya. Pelaksanaan Pada awal pelaksanaan program vokasi, siswa memang masih terlihat kurang yakin, hal ini terlihat dari respon yang kurang mantap, penuh keragu-raguan. Terkadang ketika guru pembina mengarahkan kegiatan, siswa terlihat memperhatikan, namun Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 112
ketika ditanya kurang bisa merespon. Kondisi ini sempat membuat guru pembina program vokasi kebingungan. Guru pembina pun bertanya dan mengungkapkan keherananya. Bu, bagaimana ini kok siswa kurang respon ya. Mereka juga kurang semangat, saya bingung sendiri,” ungkap guru pembina program vokasi. “ Ya, begitu kondisinya bu, mari kita mengarahkan siswa dengan sabar dan dengan hati, kalau ini baru pertama ibu/ bapak temui dan menjadikan suatu tantangan, maka in syaa` Allah kepuasan akan terbayar manakala siswa berhasil terbekali keterampilan” jawab saya menyemangati para guru pembina program keterampilan. Ternyata setelah berdialog, guru –guru pembina program keterampilan tidak mengeluhkan kondisi para siswa, bahkan komentar mereka berbeda setelah lebih dari 3 kali pertemuan. “ Bu, sekarang saya mengerti mengapa para siswa pada awalnya kurang minat, saya bahkan sekarang jatuh cinta dengan sikap keluguanya, mereka sangat polos dan menyenangkan. Saya seperti benar-benar menjadi pembimbing mereka, saya bangga bisa berbagi untuk mereka, mudah-mudahan bermanfaat ilmunya.”ungkap guru pembina. “Alhamdulillah, saya ikut senang bapak/ibu pembina kegiatan keterampilan menikmati membimbing siswa-siswa di pedesaan ini, in syaa` Allah ada manfaatnya dan kecintaan ibu/bapak pada kegiatan pembimbingan yang sekaligus pembekalan siswa di pedesaan ini, akan dibayar oleh Allah SWT. Kondisi guru pembina program keterampilan yang mulai merasa`enjoy`, ternyata respon siswa dalam mengikuti pembimbingan juga mengalami perubahan.ketika memonitor kegiatan keterampilan, saya sangat gembira melihat siswa belajar dengan suka cita. “Ibu senang kalian sangat antusia dengan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 113
program tata boga ini” kata saya. “Anak-anak, kalian antusias, ini karena tahu nanti ada produk yang akan dimakan pada akhir pelajaran atau betul- betul karena ingin belajar mengolah produk pertanian lokal menjadi bernilai lebih?”. “ Jujur, Bu. Ke –duanya” jawab para siswa dengan tertawa. Ada rasa senang, ketika mendengar jawaban lugu siswa. Ketertarikan siswa dapat menjadi modal untuk mengubah desa ini menjadi lebih maju dan memiliki daya saing. Hati saya benar-benar gembira karena tujuan saya mencarikan program yang menumbuhkan motivasi, ternyata membuahkan hasil. Contonya, ketika saya mengamati pelaksanaan tata rias, siswa sangat antuas merias temanya dengan ketelatenan dan semangat. Waduh cantik –cantik ya, boleh ibu tahu, bagaimana kesanmu saat ini merias, apakah kalian senang, ?” “ Ya bu, puas rasanya, kami bisa merias teman, mengubah dari tampilan yang kampungan, menjadi sesuatu yang menakjubkan”.jawab siswa yang mengikuti program keterampilan seni rias. Harapan saya berikutnya, para siswa menyampaikan pada orangtua akan perkembangan kegiatan menarik tersebut, agar orang tua/wali juga turut merasakan kebanggaan puta- putrinya Gambar 3. Para siswa sedang praktik tataboga Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 114
Gambar 4 Siswa sedang praktik las ringan Gambar 5 Siswa sedang praktik seni pangkas Gambar 6 Siswa sedang praktik multi media membuat kartu nama Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 115
Gambar 7 Siswa sedang praktik seni rias Evaluasi Hasil Yang Dicapai Setelah dilaksanakan rintisan program vokasi, dilaksanakan evaluasi program dengan pengkajian: Evaluasi Kegiatan Ternyata setelah dilakukan pengkajian, pelatihan keterampilan dapat mepunyai nilai lebih bagi: a. Para siswa Hasil yang berkaitan dengan siswa, umumnya siswa bangga memiliki nilai lebih berupa kecakapan yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam even-even tertentu di sekolah.Contohnya seni rias, sebelum ada program seni rias, sekolah sering kebingungan mencari juru rias karena letak sekolah yang terpencil dan mahal bila akan mengadakan pentas seni atau kegiatan lainya. Setelah ada program seni rias, sekolah dapat memanggil siswa yang telah dilatih untuk merias temanya. b. Para orantua/wali siswa Orang tua/wali merasa bangga ketika putra-putrinya menampilkan kecakapan pada pameran hasil karya pada akhir tahun. Bahkan, Jika dalam pembelajaran pun terkadang, orang Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 116
tua ikut menitipkan bahan praktik yang lebih sehingga dapat membawa sampel produk yang dapat dijadikan referensi bagi mereka untuk buka usaha kuliner. c. Para Guru pembina program: Guru pembina program, terutama guru PNS akan mendapat angka kredit pada unsur penunjang. Mereka sangat antusias membimbing siswa, dan seringkali berpesan, agar diajak membantu pelaksanaan program keterampilan di SMP Negeri 4 Sumbang. d. Masyarakat sekitar sekolah; Masyarakat yang tinggalnya di sekitar sekolah merasa senang karena hasil pertanian dimanfaatkan atau diolah untuk mempunyai nilai lebih. Praktik tata boga memanfaatkan hasil pertanian di sekitar, contoh jagung, umbi-umbian, bengkuang , mentimun dll. Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa hasil pertanian yang ada dapat diolah dengan berbagai produk olahan dan memungkinkan untuk bisnis kuliner. Contoh lain, ada usaha las ringan di desa Susukan terpaksa tutup karena kurang tenaga, dengan adanya pelatihan las ringan, usaha tersebut dapat dibuka kembali. e. Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Hasil pelaksanaan program vokasi di SMP Negeri4 Sumbang dapat menjadi bahan pembinaan bagi sekolah lain. Hal ini terbukti, sudah ada SMP lain yang mengikuti terobosan SMP Negeri 4 Sumbang. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 117
Dampak Setelah diadakan program rintisan vokasi/ keterampilan, ternyata membawa dampak positif,diantaranya: menurunya angka siswa yang drop out dan meningkatkan angka siswa yang melanjutkan, jumlah peserta didik baru dua tahun terakhir meningkat 50 % tanpa harus mencari-cari siswa ke pelosok- pelosok karean rintisan program vokasi mempunyai daya tarik sendiri. SMP Negeri 4 Sumbang pada awalnya adalah satu- satunya sekolah perintis sekolah yang menerapkan program keterampilan. Karena langkanya, hal ini menarik diteliti oleh seorang mahasiswa IAIN dengan judul penelitian “ Evaluasi Program Pendidikan Keterampilan Di SMP Negeri 4 Sumbang Tahun Pelajaran 2018/2019” . Kendala Dalam setiap pelaksanaan program kegiatan seringkali ditemukan kendala, sama halnya dengan pelaksanaan pendidikan keterampilan di SMP Negeri 4 Sumbang, juga ditemui kendala. Namun kendala yang muncul pada saat pelaksanaan program sifatnya insidental. Ada dua macam kendala yakni kendala teknis dan non teknis. Kendala teknis, contohnya kekurangan bahan praktik karena terkadang permintaan siswa yang tinggi dan mendadak , juga kurangnya alat praktik. Sedangkan kendala non teknis, contohnya perubahan cuaca yang yang kurang mendukung, mengingat SMP Negeri 4 Sumbang belum memilki bengkel praktik las, karena hujan, pelaksanan praktik di emperan kelas dengan jumlah terbatas. Kebetulan lokasi SMP Negeri 4 Sumbang terletak di daerah rawan gempa. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 118
Simpulan Permasalahan dunia pendidikan yakni anak putus sekolah merupakan tanggung jawab bersama. Sekolah pun bertanggung jawab untuk memutus angka putus sekolah atau mencegah anak putus sekolah dengan melakukan banyak hal sebagai sumbangsih sekolah pada pemecahan masalah bersama. SMP Negeri 4 Sumbang merupakan sekolah mantan satu atap yang memiliki latar belakang yang unik dan terletak di daerah pinggiran. Sebagai sekolah yang minim fasilitas berupaya menyelenggarakan program khusus, yaitu rintisan program vokasi. Dengan melibatkan unsur stakeholder, SMP Negeri 4 Sumbang mampu mengoptimalkan peran serta SMK sekitar dalam pembekalan program keterampilan dengan berbagai jenis sesuai minat siswa. Hal ini dilakukan untuk memberikan wawasan bahwa `SMP belum cukup` dan membekali keterampilan dalam kehidupan di masyarakat. Penerapan rintisan program vokasi ini merupakan pengalaman sangat berharga bagi saya. Sekarang, para siswa bangga karena memiliki tambahan kecakapan, dukungan orangtua mengalir, jumlah peminat sekolah pada Penerimaan Peserta Didik Baru meningkat, sekolah tidak perlu harus mencari siswa ke pelosok menawarkan sekolah, bahkan calon siswa datang sendiri karena masyarakat tahu SMP Negeri 4 Sumbang memiliki program khusus yaitu program vokasi. Dampak lain dari keberhasilan saya dalam melakukan penerapan rintisan program vokasi, masyarakat menjadi bangga dan senang seolah-olah mendapat penghargaan karena hasil pertanian dapat diolah menjadi bernilai “lebih”. Tidak itu saja geliat wirausaha muncul dengan adanya bengkel las, Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 119
kuliner jajanan, salon kecantikan dsb. Saat ini pun tidak dijumpai anak-anak putus sekolah yang duduk seharian di pematang sawah. Semua menunjukkan adanya manfaat program vokasi. Saran Kunci sukses dari pengalaman berharga ini adalah, seorang Kepala Sekolah harus tanggung jawab dan konsekuen dalam melaksanakan tugas managerial sehingga harus selalu belajar dan berusaha mencari cara baru agar dapat melaksanakan tugas sesuai pedoman. Kemauan untuk melobi instansi pemilik tenaga ahli, merangkul masyarakat dalam penyedian bahan dan merambah wirausaha sebagai tempat praktik pengembangan sangat dibutuhkan untuk mengubah paradigma “SMP” tidak cukup. Jangan sampai kreatifitas siswa tertinggal dengan majunya perkembangan masyarakat yang semakin inovatif dan global. Rintisan program vokasi dapat dikembangkan pada sekolah- sekolah lain di berbagai belahan dunia dengan masyarakat kita yang majemuk, terutama sekolah yang terletak daerah pinggiran atau sekolah minim fasilitas. Semoga berguna bagi pembaca, khususnya para Kepala Sekolah. Ketimbang jadi penonton, sedikit melakukan terobosan jadilah! Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 120
DAFTAR PUSTAKA …… .2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di SMP, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal …… .2016, ILA for contributing Literation Association, disampaikan pada Seminar Internasional IETA di Bandung 14-15 September 2016 Agus Rukiyanto.2009. Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Kanisius.64-6 Arnaudett Martin L., & Mary Ellen Baret. 1990. Paragraph Development. New Jersey: Prentice –Hall, Inc: New Jersey Beer, C.S. Beers, J. W.&Smith, J.O.(2009). A principal`s Guide to Literacy Instruction, New YorK: Guilford Press. Bent, Rdyard K. & Unruh, Adoph. (1969). Secondary School Curriculum. Massachusetts: D. C. Health and Company. Brauner et all.1984. Kepribadian dan Perubahanya.Jakarta: PT Gramedia Coates, Joseph F. (1984). Collaboration : Vocational Education And The Private. Virginia: American Vocational Assosiation De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA. De Porter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA. Dick, Walter &Carey Lou, 1990.The Systematic Design of Instructional`.Florida: Harper Collins Publisers Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 121
Doll, Jonatahn Jacob, Zohreh Eslami, and Lynne Walters.2013 “ Understanding Why Students Drop Out of High School, According to Their Own Reports: Are they pushed or pulled, Or Do they fall out ? A Comperative Analysis of Seven Nationally Doni Kusuma A.2007. Pendidikan Karakter. Jakarta:Grasindo.3-5 Fardhani, Aan Erlyana.2005.Developing Writing Skill.Jember Univercity Press: Jember Gede Prama. 2000. Inovasi atau Mati.Jakarta: PT Elek Media Komputindo Handayani Tut Wuri, 2010, Cara Praktis Mengembangkan Minat baca Anak, diunduh dari http://www.sabdaspace.org/cara_cara_praktis_mengem bangkan_minat_baca_anak tanggal 14 Juni 2010 Harian Pikiran Rakyat, Gerakan Literasi Jangan Sebatas Gaya, 21 September 2016 Harian Republika, Kemendikbud Rintis Gerakan Literasi Sekolah. 18 Juli 2016 Harian Suara Merdeka, Gerakan Literasi Terbentur pada Persoalan Perpustakaan, 25 Juli 2015 http://radarbanyumas.co.id/gemar-membaca-tingkatkan-budaya- literasi/ Copyright © Radarbanyumas.co.id https://foruminspirasi.wordpress.com/ Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 122
Hughes, Arthur. 1989. Testing for Language Teachers. London: Cambridge University Press Husain Umar.2000, Bussiness an Introduction.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Karakter Karakter Kaufeldt Martha.2008.Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu!.Jakarta: Penerbit PT INDEKS. Komaruddin Hidayat.2008.Reinventing Indonesia. Jakarta:Mizan.190-195 Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group Mishra, Pratibha J., Abdul Azeez EP.2014.” Family Etiology of School Dropouts: A Psychosocial Study. “ International Journal of Language & Linguistics I (1):45-50 Michael Mc Carty (1991), English Vocabulary In Use.London: Cambridge University Press Mucklas Samani, Harianto.2013.Konsep dan model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulders Niels. 1996. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogya karta: Gajah Mada University Press Mulyono,dkk.2008.”Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Lubuklinggau”.www.pdfqueen.com.Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2011 Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 123
Ordyway Tead.1935, Art of Leadership. New York: Whittlesey House Ouyang,C.,Huang,K.,Lee,B.2004.Creative Writing.Singapore Asian Publication(S)Pte Ltd: Singapore Panduan Sekolah Adiwiyata. 2011.BLH. Jakarta Peraturan Presiden No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Permenristekdikti.2016. Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Vokasi Sanjaya Soeyanto, 2010, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau Dari Pendekatan Stres Lingkungan, Semarang: UNIKA Semi, Atar.1998. Menulis Efektif. Angkasa: Padang Tarigan, Djago. 1997. Buku Materi Pokok PGSD Kependidikan Keterampilan Berbahasa.Universitas Terbuka: Jakarta Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarmansyah. (2007). Inklusi Pendidikan Untuk Semua. Jakarta: Depdiknas Timothy Wibowo.2014.. Success begins with character Undang – Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang SISDIKNAS Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 124
Wijaya, Hengki. 2018. Peranan Teori Pendidikan dalam mengatasi anak putus sekolah di Indonesia. https://www.researchgate.net/publication/322753812.diundu h tanggal 13 April 2019 Wikipedia, 2010, Membaca, diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Membaca, Senin, 14 Juni 2010 Wong, Linda .1995. Essential Writing Skill. Houghton Mifflin: Arkansas Wood, Nancy V. 1991. Strategies for college reading and thingking.United Stated: Stepen Pensinger, Inc. Woodward.Susanne W.1997. Fun with grammar.New Jersey: Prentice Hall,Inc. ` Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 125
PROFIL PENULIS Wiwi Parluki, lahir di Purwokerto, Banyumas tanggal 9 Mei 1969. Putri pasangan almarhum Kartosemedi dan almarhumah Tuminah ini menyelesaikan pendidikan dari SD hingga pendidikan S1, IKIP MUH ditempuh di Purwokerto. Pada tahun 2005 masuk Paskasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Program Manajemen Pendidikan. Tahun 2008 mengikuti pendidikan profesi di Unversitas Jember Jurusan Pend Bahasa Inggris Penulis memulai karirnya menjadi guru bahasa Inggris dari 1995 hingga 2015 dan aktif pada MGMP bahasa Inggris. Sejak tahun 2016 penulis aktif di MKKS SR 07 sebagai Kepala Sekolah dan mulai bulan Maret 2019 beralih menjadi Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan kabupaten Banyumas. Pada saat aktif sebagai guru dan kepala sekolah, Penulis aktif mengisi artikel ilmiah populer pada majalah pendidikan kabupaten Banyumas. Karena karya-karyanya itulah penulis mendapat penghargaan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP) sebagai penulis Non Fiksi yang kompeten pada tanggal 10 Oktober 2019. Menjadi penulis adalah salah satu impianya. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 126
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138