Menulis, Sulitkah? | i
Menulis, Sulitkah? Penulis: Wiwi Parluki ISBN 978-623-217-294-4 Editor: Aprilia Susanti Penata Letak: @timsenyum Desain Sampul: @kholidsenyum Copyright © Pustaka Media Guru, 2019 viii, 74 hlm, 21x 29,7 cm Cetakan Pertama, April 2019 Diterbitkan oleh CV. Pustaka MediaGuru Anggota IKAPI Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya Website: www.mediaguru.id Dicetak dan Didistribusikan oleh Pustaka Media Guru Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Kata Pengantar Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat‐Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penyusunan buku berjudul Menulis, Sulitkah? ini. Melalui buku ini, penulis ingin berbagi kiat kepada para guru bahasa atau praktisi pendidikan lainya mengenai cara membangunkan geliat menulis pada peserta didik. Umumnya kegiatan menulis menjadi momok di kelas. Momok menulis ini dikeluhkan oleh rekan guru‐guru bahasa. Umumnya siswa bersikap apatis dengan kegiatan menulis, terlebih menulis teks dalam bahasa Inggris. Sebagian siswa merasa kesulitan dalam mengungkapkan ide dalam bahasa Inggris. Kendala kurangnya pengetahuan dan latihan proses menulis, menjadikan pembelajaran menulis kurang optimal. Kendala yang ada dapat teratasi melalui pembelajaran writing atau menulis secara berkelanjutan dengan strategi yang spektakuler sesuai langkah‐langkah menulis yaitu: inventing (menggali ide), planning (merencanakan), drafting (membuat gambaran umum), revising (merevisi), editing (mengedit) yang disingkat IPDRE. Terakhir memajang karya dalam papan pamer atau mading sekolah atau lebih trend disebut Wall English Magazine (WEM). Selain pembelajaran yang berkelanjutan tersebut, dijabarkan juga kiat‐kiat cara mengelola mading dengan bahasa yang sederhana, lugas dan komunikatif, serta tampilan yang menarik, mendidik, kreatif dan kekinian/jaman now. Siswa dikondisikan tidak hanya paham konsep tetapi juga dilatih dengan gayanya. Diharapkan menjadi suatu pembiasaan yang menyenangkan dan pada akhirnya muncul karakter `love learning` dengan membudayakan menulis teks berbahasa Inggris. Tentu guru harus punya komitmen untuk terus menerus melatih para siswa dengan penuh kesabaran. Karena itu penulis juga berpesan para guru hendaknya tidak mengeluh apabila menemukan kemampuan siswa yang kurang. Siswa cenderung kurang kooperatif. Mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit. Guru harus terus memotivasi siswa dan mengelar kegiatan pembelajaran yang menyenangkan serta terus menerus melatih siswa dengan kompetensi yang dipersyaratkan. Saya juga menghimbau agar para guru yang berkesempatan membaca buku ini ikut serta terdorong membentuk siswa yang memiliki karakter love learning. Salah satunya melalui penerapan strategi yang spektakuler serta memajang karya siswa pada majalah dinding berbahasa Inggris, Wall English Magazine (WEM) atau mengunggah karya siswa pada internet. Teruslah berkarya guru‐guru hebat yang akan melahirkan anak‐anak bangsa yang hebat. Selamat Berkarya! Purwokerto, 2 Mei 2019 IRAWATI, S.E. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Menulis, Sulitkah? | iii
Prakata Penulis Dewasa ini, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris merupakan kemampuan yang amat diperlukan bagi kita. Dalam beberapa tahun terakhir komunikasi di antara bangsa‐bangsa telah meningkat dengan cepat, seirama dengan pertumbuhan perdagangan dan pendidikan. Secara otomatis bahasa Inggris menjadi alat yang utama untuk menjalin hubungan dengan negara‐negara lain. Karena alasan itulah, sudah semestinya bahasa Inggris diajarkan di sekolah‐sekolah. Belajar bahasa Inggris akan bermakna jika siswa tahu fungsi belajar bahasa itu sendiri, yaitu sebagai alat komunikasi. Semua yang ingin berkomunikasi dengan orang lain, sudah tentu harus belajar bahasa. Pelajaran bahasa Inggris diajarkan di sekolah‐sekolah pun dalam rangka membelajarkan siswa akan pentingnya berkomunikasi. Komunikasi dapat berjalan, apabila siswa dapat memahami bahasa yang dia pelajari. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tulis. Keduanya merupakan kemampuan aktif yang harus dikuasai siswa. Dalam penguasaan menulis, ternyata banyak ditemui kendala di lapangan. Kendala signifikan yang dihadapi guru dan siswa untuk mencapai kompetensi menulis yang optimal, untuk mampu menghasilkan berbagai jenis teks adalah kurangnya pengetahuan dan latihan proses writing juga. Guru dan siswa sering belum memahami proses menulis. Contohnya pada kegiatan menulis, pada umumnya guru langsung menyuruh siswa menulis tanpa bimbingan. Tidak diajarkan teori menulis, langkah‐langkah yang tepat dalam menulis, cara menulis serta topik apa yang harus ditulis. Setelah penugasan menulis, karya siswa pun biasanya hanya dibaca oleh satu guru dan tidak ada siswa lain yang membacanya. Kondisi ini tentu perlu mendapat perhatian, jika tidak, tujuan pembelajaran pada penguasaan kompetensi menulis siswa belum tercapai. Buku ini dikemas untuk menerapkan strategi latihan menulis yang terus menerus dengan mengikuti langkah‐langkah menulis yang perlu dibelajarkan kepada siswa, dan menyediakan media pajangan, untuk memberi penghargaan bagi siswa atas penguasaan kompetensi yang telah dilatihkan. Buku ini disusun berdasar hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh penulis. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi penulis, para guru atau praktisi pendidikan lainnya. Meskipun demikian, buku ini belum sempurna, saran dan kritik penulis nantikan. Buku inipun dapat diperbaiki dengan buku‐buku berikutnya dengan topik yang sama. Penulis berharap para pembaca terinspirasi dengan buku ini, sehingga mengembangkan strategi menulis yang penulis jabarkan. Serta menampung karya siswa dengan menyediakan papan pamer agar para siswa terus termotivasi untuk membudayakan menulis. Dengan perwujudan budaya menulis siswa, maka akan terbentuk karakter siswa yang mandiri, cakap berkomunikasi, yang pada akhirnya terbentuk generasi penerus yang bermutu. Dengan demikian, ini akan mengangkat derajat bangsa di dunia internasional dan tercapai pula tujuan pendidikan nasional. iv | Wiwi Parluki
Tentunya puji syukur pada Allah SWT berkat bimbingan Nya, penulis dapat menyelesai buku ini, penulis mengucapkan terima kasih pada keluarga tercinta yang telah memberi dukungan untuk berkarya, kepada suami Drs Sigit Oediarto, Ananda drg Anis syarifah dan Zahrotun Faidah. Terima kasih dan salam hormat untuk Dr. Hawanti selaku dosen FPBS Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UMP, yang telah berkenan memberi kata pengantar di buku ini. Terakhir, penulis juga ingin memberi penghargaan setinggi‐tingginya kepada kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas atas dukungannya, teman‐teman seperjuangan dalam Sagusabu Banyumas, teman‐teman pegiat literasi yang saling mendukung pada penulisan karya ke‐1 ini. Semoga Allah meridloi kita dan buku ini membawa barokah dan penulis terus diberi kemudahan untuk menyusun karya buku‐buku lainya. Aamiin. Mei 2019 Penulis Kalau mau mengenal dunia, membacalah tapi kalau mau dikenal dunia, menulislah. -Pramoedya Ananta Toer- Menulis, Sulitkah? | v
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................................... iii Prakata Penulis ........................................................................................................................... iv Daftar Isi ...................................................................................................................................... vi Pendahuluan .............................................................................................................................. vii Bagian I Terampil menulis, suatu kebutuhan ............................................................................. 1 A. Mungkinkah semua orang terampil menulis .................................................................. 1 B. Manfaat Terampil Menulis............................................................................................... 1 C. Strategi Terampil Menulis ............................................................................................... 3 Bagian II Kegiatan Menulis Dalam Pembelajaran ...................................................................... 7 A. Pengertian Keterampilan Menulis Bahasa Inggris ......................................................... 7 B. Pengajaran Ragam Menulis bahasa Inggris di sekolah ................................................. 9 C. Penerapan Pengajaran Keterampilan Menulis di sekolah ........................................... 14 D. Kelebihan menggunakan teknik IPDRE dan media WEM ............................................ 14 Bagian III Mengembangkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran ............................ 17 A. Mengembangkan Keterampilan Menulis di Kelas ....................................................... 17 B. Mengembangkan Keterampilan menulis dalam kegiatan ........................................... 21 Bagian IV Hasil Penerapan Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Inggris.................. 27 A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................................................... 27 B. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................................................... 28 C. Deskripsi Hasil Siklus II ................................................................................................. 34 D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus .................................................................... 42 Bab V Penutup Antara Kenyataan dan Harapan ..................................................................... 43 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................................................ 45 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) ............................................................................. 55 Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Inggris ......................................................................... 67 Kajian Pustaka............................................................................................................................ 72 Profil Penulis ..............................................................................................................................74 vi | Wiwi Parluki
Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa ini memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan mampu membantu dalam mengenal diri dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisispasi dalam masyarakat, dan bahkan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif dalam diri. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Tak bisa dimungkiri penguasaan Bahasa Inggris menjadi sangat penting baik bagi pergaulan internasional maupun penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi penguasaan bahasa Inggris bukalah hal yang berlebihan namun merupakan kebutuhan. Penguasaan yang dimaksud adalah dalam bentuk lisan dan tulis, yang merupakan kemampuan aktif. Penguasaan bahasa direalisasikan dalam ke empat keterampilan berbahasa yaitu listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Kemampuan menulis (writing) dewasa ini menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. Seperti halnya kompetensi dalam bahasa yang lain, menulis memainkan peranan yang penting dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Seperti yang disampaikan oleh Finnocchiaro (1984): A composition or written form is one of the four in language skill which has the vital role to convey our idea, and though which is conveyed by human being in the written. Maksudnya adalah sebuah komposisi atau suatu bentuk tulisan adalah salah satu dari empat keterampilan bahasa yang mempunyai peranan yang penting untuk menyampaikan ide dan disampaikan oleh manusia dalam bentuk tertulis (Finnocchiaro, 1984). Kendala signifikan yang dihadapi guru dan siswa untuk mencapai kompetensi menulis yang optimal, untuk mampu menghasilkan berbagai jenis teks adalah kurangnya pengetahuan dan latihan proses writing juga. Guru dan siswa sering belum memahami proses menulis. Contohnya, pada umumnya guru langsung menyuruh siswa menulis tanpa bimbingan teori menulis, langkah‐langkah menulis, cara menulis serta topik apa yang harus ditulis. Setelah penugasan menulis, karya siswa pun biasanya hanya dibaca oleh satu guru dan tidak ada siswa lain yang membacanya. Berikut ini adalah beberapa kutipan komentar yang sering muncul: ‐ “Saya ingin bisa menulis teks bahasa Inggris atau apa saja yang penting dalam bahasa Inggris menyalurkan ide, sekaligus untuk latihan. Tapi bagaimana caranya ya?” - “Saya ingin menuliskan pendapat saya lho tentang suatu hal dalam bahasa Inggris, tapi bagaimana memulainya?” Menulis, Sulitkah? | vii
- “Saya suka menulis, tetapi tidak bisa sekali jadi, saya harus memperbaiki berulang kali tulisan‐tulisan saya. Saya sulit menuliskan ide‐ide saya dalam bentuk tulisan yang baik.” - “Bagaimana saya bisa menulis, kalau saya tidak pernah latihan menulis dan tidak tahu caranya?” - “Saya senang menuliskan komentar‐komentar saya dalam buku, tapi siapa yang mau membacanya? “ Buku ini ditulis berdasar hasil penelitian tindakan kelas. Buku ini menjabarkan tentang pembelajaran menulis untuk mengantisipasi permasalahan yang berkaitan dengan menulis. viii | Wiwi Parluki
Bagian I Terampil menulis, suatu kebutuhan A. Mungkinkah semua orang terampil menulis Orang terlahir memiliki “Empat Karunia Ilahi” (4 Human Endowment), atau bakat alami, yakni kesadaran diri (self awareness), imajinasi (creative imagination), hati nurani (conscience), dan kehendak bebas (independent will). Tanggungjawab utama manusia sebagai penerima mandat itu adalah memberdayakan keempat bakat alami, talenta atau karunia tersebut secara maksimal dan optimal, agar berguna bagi lingkungan sosial. Manusia pun memiliki aspek‐aspek kemampuan intelektual, antara lain mencakup logika abstrak, kemampuan verbal, pengertian sosial, kemampuan numerik, kemampuan dasar teknik dan daya ingat/memori. Kemampuan verbal/bahasa yang dimiliki ini diyakini sebagi bakat. Sedangkan bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial, bakat memerlukan: 1) keberanian, keberanian memulai dan mengembangkan, karena dengan keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala‐ kendala sosial atau yang lainnya, 2) perlu didukung latihan, latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik, 3) Lingkungan tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya. Ini turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dalam kemampuan verbal. Jadi kemungkinan bahwa semua orang mahir menulis, jelas sangat mungkin, karena dalam diri manusia sudah memiliki modal kemampuan verbal. Kemampuan verbal ini yang masih harus dikembangkan/ dilatih. B. Manfaat Terampil Menulis Secara umum manfaat terampil menulis, di antaranya: 1) Membiasakan diri berpikir sistematis. Hal ini terjadi karena seorang penulis akan melaksanakan tugasnya sebagai editor, melakukan pembacaan (pemeriksaan) ulang sampai bahasa dan susunan substansi karangan mudah dipahami pembaca, 2) Menulis adalah membagikan keahlian. Keahlian yang dimiliki seseorang seringkali tidak ditularkan melalui tulisan, banyak ahli menyimpanya, hingga pensiun menjemputnya. Keahlianya tidak dibagikan hingga hilang tak berbekas, tidak bermanfaat untuk kemaslahatan. 3) Menulis adalah aktivitas yang menyehatkan. Hidup terkadang menghadirkan kekecewaan, depressi dan stres. Dengan menulis, setidaknya orang dapat menyalurkan sebagian energi negatif, sehingga lebih sehat. Seorang Kartini merasa prihatin dengan nasib kaumnya, beliau menuliskan ide yang menjadi cita‐citanya. Menulis, Sulitkah? | 1
Kumpulan tulisanya menjadi sebuah buku yang fenomenal `Habis gelap, terbitlah terang.` Buku ini memotivasi kaum wanita di negeri yang terkenal zambrut katulistiwa`ini. 4) Menulis menghindarkan dari aktivitas yang negatif. Seorang penulis akan memanfaatkan waktunya secara optimal, seringkali waktu yang ada banyak terkuras untuk membaca, dan menulis. Maka seorang penulis tidak akan membuang‐buang waktu dengan hal‐hal yang tidak positif. Masih banyak manfaat menulis, namun terampil menulis dalam bahasa Inggris memiliki beberapa manfaat, di antaranya: 1) Bahasa Inggris adalah bahasa yang banyak digunakan di dunia Dewasa ini setiap membeli gawai atau ponsel baru, peralatan elektronik baru atau sekadar membuka aplikasi atau website tertentu di internet, hampir seluruhnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahkan kini, dalam dunia pendidikan pun, sudah banyak kelas atau sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan bahasa sehari‐hari di sekolah. Itulah sebabnya bahasa Inggris disebut sebagai bahasa yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Karena bahasa Inggris menjadi bahasa resmi 53 negara yang ada di dunia. 2) Bahasa Inggris merupakan bahasa media dan internet Bahasa Inggris juga menjadi bahasa pengantar dari industri hiburan dan media di dunia. Walapun memiliki jaringan yang menyediakan berita atau media yang menggunakan bahasa lokal, bahasa Inggris tetap digunakan sebagai bahasa umum. Misalnya salah satu media internasional BBC atau Reuters, walaupun memiliki beberapa platform yang menyesuaikan dengan bahasa negara tertentu, kedua media ini tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Selain itu, bahasa Inggris juga menjadi bahasa utama yang digunakan untuk melakukan komunikasi dalam dunia bisnis. Oleh karena itu untuk memasuki suatu usaha ataupun kegiatan perekonomian sangat dituntut untuk menguasai bahasa Inggris, terutama bagi usaha yang mempunyai aktivitas berhubungan dengan perusahaan‐perusahaan di negara‐negara lain. Sebagai contoh, bisa kita lihat China. Sebagai salah satu negara yang berperan sebagai pemimpin dalam inovasi bisnis dan pembangunan ekonomi, China tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan antar negara atau antara perusahaan‐perusahaannya. Hampir seluruh hal di internet menggunakan bahasa Inggris. Mulai dari search engine hingga website‐website yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa umum atau bahasa utama. Selain itu, internet biasanya memiliki banyak forum‐ forum diskusi dengan topik yang menarik di dalamnya. Dan banyak dari forum forum tersebut yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. 3) Belajar bahasa inggris memberikan kepuasan dan rasa senang Dibandingkan bahasa lain yang menggunakan hurufnya sendiri seperti bahasa Arab, bahasa Korea atau Mandarin, belajar bahasa Inggris masih terhitung mudah. 2 | Wiwi Parluki
Yang sering dirasa sulit adalah karena bahasa Inggris memiliki pengucapan yang berbeda dengan yang tertulis. Hal ini lah yang kadang sering membuat bingung. Tapi, hal ini memang dapat disiasati dengan terus berlatih dan banyak belajar. Saat sudah terbiasa, kemampuan Anda untuk mengeja atau mengucapkan suatu kata pasti akan meningkat dengan sendirinya. Pernah sangat bersemangat untuk mempelajari sesuatu? Dengan belajar bahasa Inggris dapat memberikan Anda kepuasan tersendiri. Mengapa? Bahasa Inggris bukan hanya bahasa yang berguna untuk apapun tapi juga membuat Anda dapat belajar untuk menghargai proses dalam suatu pembelajaran, dan membuat Anda mengetahui bagaimana berusaha untuk mencapai sesuatu. Belajar bahasa Inggris merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Dengan belajar bahasa Inggris, secara tidak langsung Anda juga mempelajari suatu budaya baru yang akan mendorong Anda untuk bisa masuk dan menyesuaikan diri menjadi bagian dari global community. 4) Dengan membelajarkan bahasa Inggris berarti menyiapkan generasi muda Indonesia untuk bersaing secara global. Transfer ilmu dapat dilaksanakan bila kemampuan bahasa Inggris baik. Belajar bahasa Inggris sudah menjadi suatu keharusan bagi setiap orang, karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, yang sebagian besar negara di dunia menggunakan bahasa Inggris ini. 5) Dengan membelajarkan bahasa Inggris, berarti siswa dapat menyiapkan diri untuk dapat memenuhi persyaratan tertentu dalam karir, sekolah, dan sebagainya. Pembelajaran bahasa Inggris dianggap sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dimungkiri. Contohnya, penguasaan bahasa Inggris dijadikan sebagai salah satu prasyarat diri dalam perekrutan karyawan/karyawati. Selain itu persyaratan untuk melanjutkan sekolah. 6) Mendapatkan prestige dan penghasilan tambahan Dengan menulis karya kita dalam bahasa Inggris akan menjadikan nama kita terukir dalam sejarah, abadi seperti apa yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, “membaca dan menulis itu bekerja untuk keabadian.” Selain nama kita tertulis dalam sejarah, kita bahkah dapat memeroleh penghasilan tambahan apabila karya kita meledak di pasaran dan banyak diminati pembaca. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat yang bisa dipetik dari terampil menulis. C. Strategi Terampil Menulis Strategi yaitu suatu tujuan dan sasaran yang menguntungkkan yang bersifat jangka panjang (Robbin:1990). Strategi terampil menulis berarti cara‐cara yang dilakukan untuk jangka panjang agar terampil menulis bahasa Inggris. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk dapat menjadikan kita terampil menulis, berikut ini di antaranya: 1. Ada keinginan kuat untuk belajar menulis bahasa Inggris Menulis, Sulitkah? | 3
Kemauan yang kuat sangat menunjang keberhasilan. Hal ini didukung oleh pendapat Semi (2007:3) yang menyatakan bahwa kalau mau pandai menulis, tentu saja harus belajar menulis. Dengan kemauan, berlatih dan disiplin diri yang tinggi, tentu keinginan itu dapat dicapai. 2. Tahu tujuan menulis, kembangkan Tetapkan dalam diri kita, apa yang ingin ditulis, bentuknya seperti apa, hal ini akan menentukan jenis karya tulisan yang akan disusun. Contohnya, jika ingin menyampaikan isi hati dengan bahasa yang indah menyentuh hati pembaca, maka susun sebuah puisi. Lain halnya jika kita ingin membuat cerita bernarasi maka susunlah sebuah teks. Dengan memahami jenis tulisan yang akan disusun maka ide terlahir dengan ringan, menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto Leo (2005:1) writing can be very enjoyable as long as we have the ideas and the means to achieve it. Artinya menulis itu sangat menyenangkan bila telah memiliki ide dan alat untuk mencapainya. Jadi, untuk menghasilkan tulisan dengan menyenangkan, seseorang dapat memulai menulis dengan topik yang menarik perhatian. 3. kuasai teori dasar menulis - Menguasai teori dasar menulis sangat penting. Terapkan strategi menulis yang baik, contohnya dalam menulis wacana/narasi, terapkan salah satu strategi yang spektakuler sesuai langkah‐langkah menulis yaitu: inventing (menggali ide), planning (merencanakan), drafting (membuat gambaran umum), revising (merevisi), editing (mengedit) yang disingkat IPDRE - Bacalah buku yang sesuai dengan jenis tulisan yang akan disusun. Bila sudah mengetahui teori dasar menulis, maka menulis menjadi mudah. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Martin dan Mary (1990:vii), The book is based on the theory that if a student is able to write a unified, coherent paragraph, transferring this skill to full composition is not be difficult. Artinya, buku yang didasarkan teori bahwa seorang siswa dapat menulis suatu kesatuan, paragraf yang padu, maka bukan hal yang sulit untuk mewujudkan keterampilan menulis. - Apabila masih ragu dengan tulisan, penulis dapat memanfaatkan aplikasi on line `tools grammar checking` untuk mengecek kebenaran grammar kita. Memang tidak seratus persen akurat, tetapi perbaikannya lumayan signifikan. Beberapa aplikasi grammar yang mumpuni di antaranya adalah Grammarly atau Grammar Check. 4. Latihan yang terus menerus Berlatih dan berlatih adalah proses yang harus dilakukan agar penulis menjadi mahir. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nadia (Nadia 2014: 20) yang menyatakan bahwa bakat menulis memberikan kontribusi sebesar 5%; usaha dan latihan dan kerja keras sebanyak 90%, sedangkan faktor keberuntungan 5%. Saya berpendapat bahwa menulis itu 100% merupakan berkah yang diperoleh melalui kemauan yang dengan sungguh‐sungguh diikuti dengan usaha menulis yang terus menerus sampai dirasakan hasilnya. 4 | Wiwi Parluki
5. Cari/siapkan media untuk memajang karya. Untuk menghargai karya tulis, diperlukan media‐media. Contohnya dengan memajang karya siswa melalui madding/majalah dinding atau Wall English Magazine (WEM). Penulis juga dapat menulis di blog. Menulis di media cetak, seperti surat kabar, buku, dan majalah dapat menjadi alternative yang menarik. 6. Bergabung dengan komunitas menulis. Banyak komunitas blogger atau lingkaran pena. Interaksi dengan kawan‐kawan yang sepaham lebih banyak memberi manfaat dalam ide menulis maupun motivasi diri. Menulis, Sulitkah? | 5
6 | Wiwi Parluki
Bagian II Kegiatan Menulis Dalam Pembelajaran A. Pengertian Keterampilan Menulis Bahasa Inggris 1. Hakekat Menulis dan Tujuan Menulis a) Hakekat Menulis Sering kali menulis dianggap sebagai suatu kegiatan berbahasa yang sulit. Maka dari itu, perlu dikaji pengertian dari kata ‘menulis’. Semi (1998:8) mengatakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa. Sejalan dengan pengertian itu, menurut Jago Tarigan (1995: 117), menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sedangkan menurut Lado (1964: 14), menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu. Itulah bagian dari ekspresi bahasa. Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol‐simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Menulis merupakan hal yang penting dalam pembelajaran berbahasa begitu pula dalam penguasaan bahasa Inggris, demikian menurut Coe dan Rycroft (1983:1) yang mengungkapkan `Writing skills aims to help foreign learners of English to improve their writing of letters, stories and other texts.” Artinya keterampilan menulis bertujuan membantu pelajar bahasa asing untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis surat, cerita dan wacana‐wacana lain. Jadi kegiatan menulis diperlukan dalam rangka mengaktualisasikan apa yang telah dibaca. b) Tujuan Menulis Karena tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain, maka tujuan penulisan di antaranya adalah: - Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa, - Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan, - Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan, - Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya, Menulis, Sulitkah? | 7
2. Keterampilan Menulis `Keterampilan` yaitu kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Depdiknas, 2006:707‐ 708). Keterampilan mengandung pengertian yang sama dengan kompetensi. Terampil menulis diartikan kecakapan untuk memindahkan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol‐ simbol. Dengan begitu, ekspresi dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Terampil menulis merupakan kemampuan dasar. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Harmer (1998:2), `the reasons for teaching writing to students of English as a foreign language are for reinforcement, language development, learning style, and most importantly as a basic skill. Maksudnya, alasan pembelajaran menulis bagi siswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing adalah untuk penguatan, pengembangan bahasa, model pembelajaran dan terutama sangat penting sebagai kompetensi dasar. Terampil menulis atau writing skill adalah satu dari 4 keterampilan berbahasa Inggris selain listening, speaking dan reading. Writing termasuk productive skill atau keterampilam memproduksi selain speaking. a) Terampil Menulis bahasa Inggris 1) Terampil Menulis bahasa Inggris Tanpa Bimbingan Dalam dunia pendidikan, bimbingan atau arahan memiliki peranan yang amat penting agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Menurut Moh Surya (1996:23), bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dalam lingkungan. Adapun menurut H Abu Ahmadi, fungsi bimbingan ada 4 yaitu: - preservatif yaitu memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik, - preventif yaitu mencegah sebelum terjadinya masalah, - kuratif adalah mengusahakan penyembuhan dalam mengatasi masalah - rehabilitasi yaitu mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai. Terampil menulis bahasa Inggris tanpa bimbingan, maksudnya terampil menulis bahasa Inggris yang diperoleh siswa tanpa mendapat arahan dari guru, siswa hanya menulis dalam kelompoknya, merevisi dan mengedit tulisan di dalam kolompoknya. Guru hanya memantau. 2) Dengan Menulis bahasa Inggris Dengan Bimbingan Terampil menulis bahasa Inggris dengan bimbingan, maksudnya dalam melaksanakan tugas menulis, siswa bekerja di dalam kelompoknya. Guru selain memantau juga melakukan bimbingan terhadap kegiatan merevisi, mengedit karya‐karya siswa dalam kelompoknya. Karena siswa jumlahnya banyak, maka kegiatan bimbingan juga dibantu oleh rekan guru yang menguasai keahlian yang sama yaitu mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Dengan kerjasama yang baik akan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa . 8 | Wiwi Parluki
b) Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Arti kata `meningkatkan` menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb) mempertinggi; memperdebat (Depdiknas, 2005:1198). Jadi, meningkatkan keterampialn menulis berbahasa Inggris maksudnya menaikkan keterampilan menulis dalam berbahasa Inggris. Cara meningkatkan keterampilan menulis dengan Bahasa Inggris dimulai dari mengenali aspek‐aspek yang dicakup untuk dapat membuat suatu tulisan berbahasa Inggris. B. Pengajaran Ragam Menulis bahasa Inggris di sekolah Penulisan Bahasa Inggris meliputi beragam bentuk, di antaranya: 1. teks fungsional pendek, seperti puisi, kalimat peringatan/notice, dan ucapan selamat /greeting card. Contoh membimbing siswa menulis puisi: a. Tentukan tema (tema yang dekat/di sekitar dan penulis memahami tema tersebut, juga konsisten dengan tema tersebut) b. Cari tempat yang menginspirasi sehingga kata‐kata indah mengalir seperti air. c. Ciptakan suasana sesuai dengan tema puisi berbahasa Inggris yang dipilih d. Bawa buku sakti yaitu kamus bahasa Inggris untuk menyelamatkan penulis dari kegundahan arti sebuah kata. e. Baca beberapa puisi berbahasa Inggris dengan tema yang sama dari karya orang lain. Inspirasi bisa datang dari mana saja. f. Saat membuat puisi bahasa Inggris, ada baiknya mengadopsi beberapa kata‐kata indah dari penulis lain. Tapi tidak menyalin semuanya g. Gunakan kata‐kata yang kita pahami saja. h. Bentangkan imajinasi seluas‐luasnya. Bayangkan seolah kita ada dalam puisi itu. i. Membayangkan saja ternyata tidak cukup. Jika ingin punya karya, mulailah mencipta. j. Jangan tergiur untuk mengambil peran sebagai orang lain. Jadilah diri sendiri. Tip‐tip membuat puisi di atas cukup sederhana untuk dilakukan. Berbagai materi teks pendek lain dapat dipelajari dengan bantuan google, buku materi, dan sebagainya. Namun yang paling pokok dari semuanya adalah memiliki tekad yang bulat. Yakinkan siswa untuk memahami dan menerapkanya dalam pembelajaran sehari‐hari. Rasa bangga tentu ada jika kita mampu membimbing siswa untuk berhasil dengan karyanya yaitu mereka mampu membuat puisi berbahasa Inggris secara mandiri. 2. Teks panjang, contohnya menulis cerita (narrative), membuat teks procedural (procedure), mendeskripsikan (descriptive), mengulang (recount) serta membuat laporan (report) dan lain‐lain. Dalam menulis teks panjang perlu diterapkan suatu teknik. Teknik yang ingin dibahas lebih jauh yaitu teknik IPDRE. Berikut ini dikaji lebih jauh tentang teknik IPDRE Menulis, Sulitkah? | 9
a. Pengertian teknik IPDRE dan media WEB 1)Teknik IPDRE a) Teknik Pengertian dari kata ‘teknik’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu cara (kepandaian dsb) membuat dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; metode atau sistem mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2005: 1158). T. Raka Joni (dalam Sri Anifah W: 2008:1.25) menyatakan bahwa teknik pembelajaran mengacu pada ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti: kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan kesiapan siswa dan sebagainya. Teknik pembelajaran merupakan wujud kongkret dari penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran. Dari langkah‐langkah atau teknik pembelajaran, dapat diketahui strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran. Sri Anifah W. (2008‐1.27‐1.28) membedakan strategi, metode, pendekatan, dan teknik sebagai berikut. i. Stratregi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. ii. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. iii. Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. iv. Teknik pembelajaran yaitu ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran menggambarkan langkah‐langkah penggunaan metode mengajar, yang sifatnya operasional. Berdasarkan pendapat‐pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik adalah usaha‐usaha guru atau cara‐cara yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran tertentu. b) Teknik IPDRE IPDRE berasal dari singkatan Inventing (I), Planning(P), Drafting (D), Revising (R), Editing (E), selanjutnya akan diuraikan satu persatu berikut ini. Pembelajaran writing di sekolah belum melalui proses yang benar. Guru sering sekali hanya memberikan tugas writing tanpa memberikan langkah‐ langkah yang benar untuk bisa menghasilkan karya yang baik. Carderonello dan Edwards (1986:5) menjelaskan dalam buku mereka Raugh Draft sebagai berikut. Writing is not simply a matter of putting words together. It is a recursive process. It is a process of revision and rewriting. Teaching writing means we 10 | Wiwi Parluki
create a pedagogy that helps students see writing as continous process of revising and rewriting as they invent, plan, darft their text. Maksudnya, menulis bukanlah hanya kegiatan menggabungkan kata‐ kata. Menulis adalah proses yang berulang ulang, yaitu proses merevisi dan menulis kembali. Mengajar writing berarti kita menciptakan ilmu pendidikan yang membantu siswa melihat bahwa menulis kembali karena mereka akan menemukan, merencanakan dan membuat draft teks. Lebih jauh Cartdenonello merinci bahwa ada lima komponen dalam proses writing yaitu: - ‐Inventing: menemukan dan membangkitkan idea/gagasan dari siswa, apa yang akan siswa tulis atau siswa sampaikan. Langkah menemukan ide bisa dengan sebanyak cara seperti membaca, berbicara, curah gagasan, pertanyaan, mindmapping, dan sebagainya. - ‐Planning: yaitu tahap siswa mencoba menentukan bagaimana menyampaikan gagasan. Tahap ini siswa akan mengemukakan masalah, tujuan, pembaca, struktur teks dan Tone dari teks yang akan ditulis. - Drafting: Pada tahap ini siswa berusaha membentuk materi atau bahan menjadi teks. - Revising: merevisi termasuk menambah ide baru, gagasan lain menghilangkan sebagian kata atau gagasan yang tidak perlu atau menyusun kembali apa yang telah di tulis dalam draft. - Editing: Mengedit berarti memoles sebuah karya tulisan dari berbagai segi seperti, spelling, tenses, pilihan kata dan lain‐lain. b. Media WEM 1). Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini. Beberapa definisi tentang media pembelajaran adalah sebagai berikut. Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3). Scram (1977) menyampaikan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara, NEA, 1969 mengemukakan bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989)yang menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu Menulis, Sulitkah? | 11
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar. Dari berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memosisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat digunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, sedangkan keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan. 2) Media Pajangan Berbagai media pajangan hasil karya bisa dimanfaatkan untuk membuat siswa merasa `dihargai karyanya` contoh media pajangan bisa menggunakan WEM, blog, dll. a) Media sederhana , WEM WEM juga merupakan akronim dari Wall English Magazine. Majalah dinding adalah kumpulan dari ide, pendapat, berita, artikel, daya kreasi siswa yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan atau gambar dan ditempel dalam suatu papan. Mading lebih tepat disebut KORDING atau Koran Dinding karena tulisan yang dipaparkan bisa singkat, namun komunikatif, dan bisa pula dipaparkan yang panjang tetapi tetap enak dibaca. WEM adalah kepanjangan dari Wall English Magazine, yaitu pembelajaran yang memanfaatkan dinding sekolah untuk memamerkan hasil karya siswa. Pameran hasil karya tersebut dapat dipamerkan secara efektif jika disediakan tempat/papan yang banyak namun dapat bergilir jika hanya terdapat sedikit tempat untuk memajang mungkin hendaknya dapat dipajang lebih lama. Jadi media WEM yaitu sumber belajar berupa tulisan karya siswa yang memanfaatkan dinding sekolah sebagai tempat pajangan. Siswa menyajikan tulisan berbahasa Inggris berdasar materi yang telah disepakati bersama. Bahan sebagai model telah disiapkan guru yaitu memanfaatkan lingkungan sekolah untuk menumbuhkan aspirasi dalam menulis. Berikut ini tip‐tip menyusun majalah dinding: a) Buatlah ukuran MADING yang standar: 90 cm x 120 cm. b) Kenali kriteria MADING yang baik, yakni: ☺Tema : Up to date (sedang menjadi pembicaraan, berita atau pemikiran umum) ☺Isi : lengkap (variatif) dan padat (singkat) ☺Tampilan : menarik dari segi tata letak, ilustrasi, komposisi warna dan tulisan, bahasa, dan media yang digunakan. 12 | Wiwi Parluki
☺Bahasa : enak dibaca tetapi tidak meninggalkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. c) Kenali isi MADING yang baik, yakni ☼ Isi Utama/Pokok : cover edisi, editorial, laporan utama (Headline), reportase, opini ☼ Isi Pendukung : Profil, cerpen, cergam, komik, humor, puisi, tips, info sekolah,kuis, pojok, ensiklopedia sesuai selera atau spesialisasi Mading. d) Pahami cara memberi nama MADING ♣ Nama MADING : efonis (enak didengar), singkat dan menarik, bermakna positif, dan menggambarkan visi mading. Nama mading dapat berupa akronim. e) Pahami komposisi redaksi MADING yang baik Jumlah redaktur mading tergantung keinginan kelas. Pada even lomba biasanya jumlah redaktur dibatasi antara 5‐7 orang. Redaktur mading terdiri dari ketua (koordinator), sekretaris (bisa lebih dari 1 orang), Ilustrator (juru gambar), layouter (penata letak), dan anggota. f) Pahami langkah‐langkah membuat MADING ♦ membentuk tim redaksi ♦ menentukan pembagian tugas ♦ menyiapkan bahan/materi mading (majalah, buku, koran, ensiklopedi, foto, brosur, leaflet, dll), perlengkapan (gunting, penggaris, cat air/poster/pastel, kertas, dll) ♦ mengumpulkan tulisan/karya dari anggota kelas ♦ memilih tulisan yang layak dimuat ♦ menulis ulang tulisan yang terpilih (tetapi tulisan belum bagus) di media yg ditentukan ♦ menempel/menyusun hasil tulisan karya, memberi ilustrasi, dan menyempurnakan penampilan mading b) Media modern, Blog Dewasa ini, perkembangan teknologi internet begitu pesat. Blog yang merupakan singkatan dari web blog, merupakan suatu website yang berisi tulisan atau artikel yang ditampilkan dalam urutan waktu. Urutan tersebut disusun dari yang terbaru sampai ke tulisan yang terlama. Blogger dan WordPress merupakan contoh penyedia layanan blog yang cukup diminati masyarakat. Keuntungan memiliki weblog, penulis tidak perlu memusingkan masalah tampilan website yang dimiliki, cukup mengurusi masalah isi situs blog‐nya saja. Selain itu ada beberapa alasan mengapa orang ingin memiliki blog sendiri: 1) keinginan untuk berbagi (sharing) ide dan ilmu; 2) Menulis, Sulitkah? | 13
Untuk memperoleh pengakuan;3) blog mudah dibuat, 4)blog mudah dikelola daripada sebuah website, 5) mempromosikan diri, 6) mengetahui komentar masyarakat, dan 7) sebagai buku harian on line. Tip dalam membuat dan mengelola blog yakni: 1) carilah tema yang unik dan jadilah diri sendiri, 2) alamat blog harus mudah diingat, 3) rajin meng‐update, 4) bergabung dengan komunitas, 5)buatlah lebih menarik dan interaktif c. Google Site Di zaman yang mutakhir saat ini juga, ada lagi yang mirip blog, yakni Google Site. Berbeda dengan blog, seseorang bisa mendapatkan beberapa fasilitas penulisan yang terintegrasi dengan fitur dari Google, seperti YouTube, Google Form, dan sebagainya. Google Site mudah dipakai, cukup drag dan drop. Gratis. Satu akun bisa dibentuk dengan beberapa tema. Cara mendaftarkan mudah cukup menggunakan akun gmail yang dimiliki. Guru juga dapat memanfaatkan Google Site untuk pembelajaran. Google site juga memiliki fitur untuk menyembunyikan dari pencarian Google. Maksudnya laman yang dibuat bisa sengaja disembunyikan dan hanya dapat dipanggil dengan menggunakan code yang dibuat untuk siswa. Google Site lebih mudah digunakan daripada nge‐blog. Banyak masyarakat pun tertarik dengan sarana ini. C. Penerapan Pengajaran Keterampilan Menulis di sekolah Dalam penerapan pengajaran keterampilan menulis bahasa Inggris, ada hal yang harus diperhatikan, yakni: 1. Siswa memiliki motivasi/tekad untuk menulis Tugas guru adalah memotivasi siswa agar mereka memahami bahwa menulis itu kebutuhan, bahkah tumbuhkan cinta belajar love to learn. 2. Memilih tujuan dan materi pengajaran menulis bahasa Inggris 3. Memiliki pengetahuan dasar menulis 4. Mempraktikkan menulis dengan bimbingan dan menerapkan teknik IPDRE serta memajang pada madding atau WEM atau pada blog, dan Google Site D. Kelebihan menggunakan teknik IPDRE dan media WEM Teknik IPDRE mempunyai kelebihan, yaitu memudahkan pembelajaran menulis, karena menyajikan tahapan‐tahapan yang sederhana dan sistematis dalam pembelajaran bahasa, selain itu juga membimbing siswa dalam menumbuhkan dan mengkreasikan ide/gagasan secara optimal. WEM, diyakini masih merupakan media yang belum banyak digunakan atau dioptimalkan penggunaanya oleh guru‐guru lain, padahal WEM mempunyai kelebihan yakni: 1. Dengan Wall English Magazine, siswa mempunyai wadah untuk mempublikasikan hasil karya tulisan dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca siswa lain, guru atau orang 14 | Wiwi Parluki
lain, dan dapat dipublikasikan kembali mading tersebut dalam surat kabar. Hal ini mendorong siswa untuk berpikir global di zaman global ini. 2. Dengan Wall English Magazine, proses menulis dalam pembelajaran sesuai dengan prinsip pembelajaran writing yang benar dan sesuai dengan prinsip pembelajaran portofolio yaitu untuk memperolah hasil akhir sampai diterbitkan harus melalui tahapan‐tahapan seperti inventing, menemukan gagasan, planning merencanakan jenis teks, struktur teks dan ciri kebahasaannya, revising yaitu merevisi draft. Editing yaitu membetulkan kesalahan grammar, spelling dan diction serta publishing yaitu memamerkan hasil akhir. 3. Dengan Wall English Magazine, siswa lebih meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya baik mengenai vocabulary, grammar, jenis‐jenis text maupun spelling, diction dan proses menulis. Siswa mempunyai motivasi lebih besar karena karyanya terbaca oleh orang lain dan siswa siswa lain yang tak terbatas jumlahnya. 4. Dengan Wall English Magazine, siswa meningkatkan Love Learning karena siswa akan belajar banyak dari pengalaman belajarnya melalui pentahapan. Menulis, Sulitkah? | 15
16 | Wiwi Parluki
Bagian III Mengembangkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran A. Mengembangkan Keterampilan Menulis di Kelas Saat ini masalah pengembangan keterampilan menulis bahasa Inggris menjadi tugas berat bagi para guru. Siswa lebih suka memegang gawai dan melakukan literasi tingkat rendah. Mereka belum mengembangkan budaya menulis secara luas. Kondisi rendahnya kemampuan menulis tidak hanya menulis dalam bahasa Indonesia juga merambah pada kondisi kemampuan siswa dalam menulis teks dalam bahasa Inggris. Kekurangmampuan siswa dalam penguasaan keterampilan menulis bahasa Inggris, perlu mendapat perhatian dan memerlukan solusi untuk dipecahkan. Jika tidak, tak pelak rendahnya kemampuan berbahasa akan berdampak pada menurunya kualitas generasi muda pada tataran literasi Melihat hasil belajar siswa yang rendah tersebut, guru perlu mencoba melakukan tindakan untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis bahasa Inggris. Salah satu teknik yang dapat dikembangkan adalah dengan teknik IPDRE dan media WEM dalam proses pembelajaran. Menulis bahasa Inggris dengan teknik IPDRE dan media WEM dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan mudah. Pembelajaran dilaksanakan pada dua tahapan, yakni tahap persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan, perlu dicari strategi untuk membekali siswa dengan motivasi dan dilatih dengan penguasaan teori dasar menulis dan penguasaan kosakata (vocabulary). Kegiatan ini dapat diarahkan pada kegiatan ekstrakurikuler, bila kegiatan di pagi hari kurang memungkinkkan. Karena kondisi dan kemampuan siswa yang berbeda‐beda, kegiatan pelatihan dan penguatan teori menulis dapat disesuaikan dan diprogramkan tersendiri oleh guru. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran menulis bahasa Inggris perlu dirancang pembelajaran yang efektif, yang meliputi: 1. Kegiatan pembukaan/Warming up, hal‐hal yang dapat dilakukan pada awal pembelajaran dengan durasi waktu kurang lebih 10 menit, di antaranya yakni: a. Salam, tegur sapa, mengecek kehadiran siswa b. Mengecek kesiapan siswa untuk belajar, dan pemberian motivasi/ice breaking c. Menyampaikan tujuan pembelajaran, jenis kegiatan dan teknik penilaian yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut d. Menghubungkan materi yang lalu dengan materi yang akan dibahas serta menyampaikan manfaat materi yang akan dibahas dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan keseharian e. Pembentukan kelompok diskusi Menulis, Sulitkah? | 17
2. Kegiatan inti Pada kegiatan utama, pertemuan dikemas dalam empat kali pertemuan. Pertemuan ini terbagi dalam kegiatan diskusi teks pendek selama dua kali pertemuan, yaitu membahas teks pengumuman, pesan pendek, himbauan dan puisi sederhana. Teks panjang dibahas dalam dua kali pertemuan pula. Satu kali pertemuan membahas teks recount yakni teks yang menceritakan kegiatan/pengalaman yang telah dilakukan di waktu lalu. Pertemuan terakhir digunakan untuk membahas teks narrative yakni teks yang menceritakan dongeng/cerita rakyat. Pertemuan Ke‐1, guru perlu memperkenalkan tema teks pendek dengan banyak memberikan pemodelan teks pendek baik dalam bentuk tertulis maupun pengenalan cara mengucapkan (pronunciation) kata‐kata yang ada dalam teks pendek tersebut. Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi teks, termasuk membetulkan bentuk tulisan yang salah berdasar model‐model yang sudah diperkenalkan oleh guru. Siswa juga berlatih secara kolaboratif di dalam kelompoknya, menyusun kembali teks yang acak agar menjadi sebuah teks pendek yang padu dan benar. Setelah berlatih menyusun teks acak, siswa diarahkan menyusun teks pendek dengan menggunakan ide dan kalimat sendiri yang ditujukan untuk keluarganya dalam suatu proyek. Dalam menulis menerapkan teknik IPDRE - inventing (menggali ide), siswa mencari ide apa yang akan dituls - planning (merencanakan), siswa menuliskan dalam perencanaan - drafting (membuat gambaran umum), siswa mencoba menarik inti yang akan ditulis - revising (merevisi), siswa mulai mengembangkan tulisan lalu dibaca berulang ulang untuk dapat merevisi karya - editing (mengedit), siswa mengedit bagian‐bagian yang belum pas untuk membentuk kesatuan makna. Dengan tersusunnya teks pendek seperti teks pengumuman, pesan pendek, dan himbauan, siswa diberi kesempatan untuk mengasosiasi isi dan bentuknya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan dengan membacakan karyanya dan menempelkan pada tempat yag disediakan yaitu papan pamer di dalam kelas. Mereka juga dapat mengunggah karyanya pada sarana di internet blog atau Google Site. Pada pertemuan Ke‐2 berikutnya, siswa mengenal jenis teks lain yaitu puisi. Pembelajaran puisi bertujuan untuk memberi ruang gerak siswa dalam menyalurkan ekspresi diri secara bebas tentang apa saja dalam karya tulisan berbahasa Inggris. Pada awalnya, siswa mengamati contoh‐contoh puisi, berlatih cara mengucapkan kata‐kata yang ada (pronunciation practicing). Siswa berlatih mengidentifikasi jenis teks, struktur dan fungsi sosial. Setelah mengidentifikasi teks pendek, siswa juga berlatih membaca puisi tersebut. Terakhir, agar lebih optimal siswa membuat puisi pendek tertulis untuk anggota keluarga di rumah atau teman di sekolah tentang apa saja dengan tema yang berbeda secara kolaboratif dalam kelompoknya melalui suatu proyek. Supaya lebih mudah dalam proses menulis, kita perlu menerapkan teknik IPDRE. Berikut adalah langkah‐langkahnya: - inventing (menggali ide), siswa mencari ide apa yang akan ditulis 18 | Wiwi Parluki
- planning (merencanakan), siswa menuliskan dalam perencanaan - drafting (membuat gambaran umum), siswa mencoba menarik inti yang akan ditulis - revising (merevisi), siswa mulai mengembangkan tulisan lalu dibaca berulang‐ ulang untuk dapat merevisi karyanya - editing (mengedit), siswa mengedit bagian‐bagian yang belum pas untuk membentuk kesatuan makna. Setelah karyanya tersusun, secara berkelompok beranggotakan empat orang, siswa mengasosiasikan isi dan bentuk puisi pendek tertulis termasuk rima, kesatuan makna ungkapan isi hati. Terakhir siswa berlatih mengomunikasikan karyanya dengan membaca karyanya dengan bangga dan menempelkan puisi yang sudah ditulis di tempat yang mudah dibaca di dalam kelas atau mengunggah karya siswa pada sarana di internet blog atau Google Site. Pada pertemuan ke‐3, siswa diarahkan membahas teks panjang, dengan teks recount, yakni teks yang digunakan untuk menceritakan pengalaman seseorang di waktu lalu. Pada awal pertemuan, siswa bermain peran tentang pengalaman seseorang dengan lafal dan intonasi yang benar. Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk mengamati contoh‐contoh teks recount, mengenal struktur teks recount maupun unsur kebahasaan. Selain siswa mengamati teks recount tersebut, dengan bimbingan dan arahan guru, siswa diberi kesempatan bertanya tentang cara menemukan gagasan pokok, informasi rinci dari informasi tertentu dalam teks recount yang acak. Melalui latihan secara kolaboratif dalam kelompoknya, siswa berlatih mengurutkan teks recount yang acak menjadi teks recount yang padu dan benar. Selanjutnya siswa menganalisis dengan cara membandingkan hasil kerja kelompok lain sebagai pengalaman dasar dalam mengkaji teks recount. Pada bagian akhir secara individu siswa menyusun teks recount berdasar pengalaman mereka yang paling bekesan. Dalam kegiatan menulis, siswa berlatih menerapkan Teknik IPDRE - inventing (menggali ide), siswa mencari ide apa yang akan ditulis - planning (merencanakan), siswa menuliskan dalam perencanaan - drafting (membuat gambaran umum), siswa mencoba menarik inti yang akan ditulis - revising (merevisi), siswa mulai mengembangkan tulisan lalu dibaca berulang untuk dapat merevisi karyanya - editing (mengedit), Siswa mengedit bagian‐bagian yang belum pas untuk membentuk kesatuan kalimat yang koheren dan bermakna Setelah teks tersusun siswa menempelkan hasil karya yang sudah ditulis di tempat yang mudah dibaca di dalam kelas atau mengunggah karya tersebut pada sarana di internet blog atau Google Site. Pertemuan ke‐4 adalah pengembangan dari pertemuan ke‐3. Materi yang dibahas adalah teks naratif yaitu teks yang membahas cerita atau dongeng rakyat. Sesuai dengan fungsi sosial teks naratif yaitu menghibur, kegiatan pembelajaran ke‐4 di kelas untuk menghibur siswa dengan tidak meninggalkan urgensi materinya. Menulis, Sulitkah? | 19
Seperti biasa, pengenalan atau pemodelan teks dihadirkan di kelas agar siswa mempunyai gambaran yang utuh tentang teks naratif yang dibahas tersebut, melalui pemutaran film lewat alat LCD. Siswa belajar untuk mengenal struktur teks dan berbagai kosa kata yang muncul dalam teks. Siswa berusaha memahami isi teks untuk menjawab pertanyaan yang menggali pemahaman akan sebuah cerita dongeng. Siswa dilatih pula berpikir kritis dengan menganalisis pendapat teman dari kelompok lain dalam mengurutkan kalimat acak untuk membentuk teks naratif yang padu dan benar. Pada akhir kegiatan, siswa mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan berlatih menulis teks naratif. Dalam menulis menerapkan teknik IPDRE - inventing (menggali ide), siswa mencari ide apa yang akan ditulis - planning (merencanakan), siswa menuliskan dalam perencanaan - drafting (membuat gambaran umum), siswa mencoba menarik inti yang akan ditulis - revising (merevisi), siswa mulai mengembangkan tulisan lalu dibaca berulang untuk dapat merevisi karyanya - editing (mengedit), siswa mengedit bagian‐bagian yang belum pas untuk membentuk kesatuan kalimat yang koheren dan bermakna Setelah teks naratif siswa tersusun, siswa berlatih mengasosiasi dengan melaksanakan kegiatan jigsaw reading. Tak ketinggalan siswa pun mendapat kesempatan untuk mengomunikasikan hasil karyanya dengan membaca hasil diskusi kelompoknya dan memajang hasil karya yang sudah ditulis di tempat yang mudah dibaca di dalam kelas atau mengunggah karya siswa pada sarana di internet blog atau Google Site. 3. Kegiatan penutup Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan untuk menutup kegiatan pembelajaran, di antaranya yaitu: a. Menanyakan kendala/hambatan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran b. Membimbing untuk menyimpulkan isi pembelajaran c. Merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan d. Menyampaikan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya. Jadi materi awal yang sesuai dengan pembelajaran di kelas yaitu menulis puisi atau teks fungsional pendek berupa puisi (poem), himbauan atau larangan(notice atau caution). Sementara pertemuan berikutnya siswa mendapat arahan untuk menulis wacana recount atau narrative dengan revisi dan pengeditan yang dilakukan dalam kelompoknya tanpa bimbingan guru. Selanjutnya, siswa mendapat arahan dari guru atau para kolaborator. Sambil melakukan pengamatan juga melakukan bimbingan mengingat jumlah siswa yang harus dibimbing banyak sedangkan waktu pembelajaran di kelas terbatas, maka tentu memerlukan pembimbing yang banyak. Materi juga berbeda dari pertemuan awal yaitu materi yang sesuai dengan pembelajaran di kelas yaitu teks fungsional pendek berupa menulis puisi (poem) dan 20 | Wiwi Parluki
himbauan atau larangan (notice atau caution). Sementara pertemuan berikutnya siswa diarahkan menulis wacana recount atau narrative. Hal ini dilakukan mengingat pada akhir kegiatan, siswa mendapat tugas proyek untuk membuat madding per kelompok yang memiliki tema untuk setiap kelompok. Tema ditentukan berdasar kesepakatan bersama. Dengan materi tulisan yang berbeda diharapkan akan memunculkan kreativitas menulis pada siswa sekaligus, ada kesegaran dalam karya bagi pembaca yang menikmati karya tulisan siswa yang berbeda dalam satu kelompok namun memiliki tema yang sama pada madding. B. Mengembangkan Keterampilan menulis dalam kegiatan Ekstrakurikuler dan kompetisi 1. Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam pengembangan kemampuan siswa perlu dikaitkan dengan kebutuhan di masa yang akan datang, agar manfaat penyelenggaraan kegiatan bernilai lebih. Contohnya, pengembangan soft skill siswa untuk kebutuhan di masa datang yang perlu dikembangkan yakni: a. Kemampuan mengekspresikan bahasa Cara mengekspresikan diri dan performa di depan umum, meninggalkan kesan dalam berbicara dan berperilaku. Terkadang anak lancar berbicara di dalam lingkup keluarga, tapi biasanya mereka takut berbicara di depan umum dalam acara‐acara penting. Jika anak merasa takut, maka mereka justru harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam berekspresi. Guru harus mendorong siswa untuk mengungkapkan opini mereka secara bebas di kelas. Orang tua juga harus memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan diri secara bebas di rumah. Pembelajaran bahasa adalah cara terbaik untuk mengembangkan ekspresi berbahasa. Saat mempelajari bahasa kedua, anak‐anak jadi bisa mengerti fungsi dan keindahan bahasa, serta tahu perbedaan antar bahasa. Belajar bahasa, terutama saat mengembangkan kemampuan berbicara, bisa meningkatkan kemampuan berekspresi anak. Kelas debat, kelas pidato, dan teater adalah contoh kegiatan yang bisa mengajarkan siswa tentang cara menggunakan bahasa. Para siswa harus berani mengatakan isi pikiran mereka dan mengungkapkannya dengan sempurna. 2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Komunikasi sangatlah penting. Kemampuan berkomunikasi adalah keterampilan hidup vital yang tak bisa dipelajari lewat buku. Contohnya, keikutsertaan siswa dalam suatu kompetisi berkelompok, bermain dalam kelompok adalah pembelajaran yang perlu dilatih. 3. Kreativitas, imajinasi.dan berpikir mandiri Kita harus melindungi daya imajinasi dan kreativitas siswa. Imajinasi siswa yang tak terbatas seringkali membuat orang terkesima. Siswa perlu mengembangkan kemampuan berpikir yang terbuka, pemikiran yang mandiri, tidak hanya mengikuti orang lain tanpa Menulis, Sulitkah? | 21
dasar yang jelas harus memiliki pikiran yang terbuka dan membiarkan anak berdiskusi dengan bebas. Tentu pengembangan kemampuan‐kemampuan di atas akan lebih optimal jika sesuai dengan bakat dan minat siswa. Kendala kurangnya waktu dapat disiasati melalui penyediaan program ekstrakurikuler yang menarik bagi siswa. Perlu dikembangkan kegiatan yang mengakomodir kemampuan‐kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa di masa yang akan datang tersebut. Sebagai contoh, sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kemampuan berbahasa Inggris. Kegiatan ini dapat ditujukan untuk: 1) Meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa; 2) Memberikan praktik pembelajaran yang menyenangkan; 3) Menindaklanjuti proses pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam menyalurkan bakat dan minat serta pemantapan kepribadian siswa; 4) Untuk mempersiapkan siswa dalam lomba‐lomba kebahasaan dan pementasan kreativitas siswa dalam berbagai peristiwa/event sekolah. Pengembangan program kegiatan meliputi kegiatan pemantapan teori dan praktik. Contohnya, dalam perencanaan sepuluh kali pertemuan ekstrakurikuler pengembangan kemampuan berbahasa Inggris akan terbagi: pertemuan pertama, kedua dan ketiga mendiskusikan dan melatih teori dasar unsur bahasa dalam menulis. Pertemuan ke 4 dan ke 5 praktik menulis. Pada pertemuan ke 6 praktik memajang atau mengunggah karya siswa. Pada pertemuan ke 7 dan ke‐8 diskusi teori berbicara dan pertemuan ke 9 praktik berbicara kelompok serta pada akhir pertemuan diadakan latihan praktik berbicara secara individual. Tentu saja dalam kegiatan selalu dikemas dengan kegiatan yang menyenangkan disisipi permainan dan bernyanyi bersama. Gambaran teori menulis dilatihkan sejak awal, termasuk pembekalan teori dasar untuk terampil berbahasa Inggris. Perlu dikaji permasalahan umum dalam kesalahan menulis. Beberapa permasalahan umum dalam menulis dan perlu dilatihkan yang baik, yaitu di antaranya: 1. Terkadang siswa tidak konsisten dalam penggunaan tensis Contoh, I went to playground with my brother and we play game there (salah). I went to playground with my brother and we played game there (benar) 2. Menggunakan subjek kata kerja perjanjian kurang tepat (kata kerja harus sesuai dengan subjeknya) Contoh, He like Chinese food (salah) He likes Chinese food (benar) 3. Penggunaan artikel kurang tepat Contoh, I saw movie yesterday (salah) I saw a movie yesterday (benar) 4. Penggunaan kapitalisasi kurang tepat Contoh, 22 | Wiwi Parluki
He needs to see a Doctor (salah) He needs to see a doctor (benar) 5. Penggunaan ejaan kurang tepat Contoh, The bus was stationery for a long time (salah) The bus was stationary for a long time (Benar) 6. Penempatan keterangan Contoh, I go to the library on Saturday usually (salah) I usually go to the library on Saturday (Benar) 7. Penggunaan kata depan setelah kata sifat Contoh, I am allergic of roses (salah) I am allergic to roses (benar) 8. Penggunaan I dan Me Contoh, My friends and me went to Jakarta (salah) My friends and I went to Jakarta (benar) 9. Perbandingan kata sifat Contoh, She is more tall than me (salah) She is taller than me (benar). 10. Menunjukkan kepemilikan Contoh, I went to my parents`s house (salah) I went to my parents`house(benar). Kita pun dapat melatihkan penguasaan kosa kata dalam kegiatan ekstrakurikuler bahasa Inggris. Agar kegiatan tidak membosankan maka perlu dikemas secara apik melalui berbagai game dan ice breaker nyanyian lagu‐lagu dalam bahasa Inggris. Contoh jenis game yang dikembangkan dalam penguasaan kosa kata siswa di antaranya, 1) permainan menjodohkan kata (matching the word), 2) Permainan mengisi kotak kosong (fill in the blank), 3) Permainan menerjemahkan dan mencari jawaban (transearch) dan 4) permainan teka teki silang (crossword). Setelah pelatihan unsur dasar bahasa dirasa cukup, maka latihan inti menulis perlu dikembangkan. Dalam mengembangkan tulisan siswa, hal‐hal yang perlu digarisbawahi, yaitu: 1) tentukan jenis tulisan apa yang akan dikembangkan, 2) hadirkan banyak pemodelan, 3) terapkan teknik IPDRE, 4) berlatih menulis dan terus berlatih menulis. Seperti kata pepatah, Semakin banyak latihan yang dilakukan akan semakin baik (the more practicing you do, the better you will be) 5) pajang hasil karya siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri, agar mereka selalu ingin menghasil karya‐karya berikutnya. Contoh penerapan teknik IPDRE dalam proses menulis dalam kegiatan ekstrakurikuler; 1) Menggali ide (inventing), siswa dipersilakan menentukan topik apa yang menarik Menulis, Sulitkah? | 23
baginya sebagai bahan yang akan ditulis. Contoh siswa tertarik menulis sebuah puisi, 2)merencanakan (planning) jenis puisi apa, contoh puisi baru tentang `sport`, 3) buat gambaran umum tentang sport (drafting), puisi yang ingin dikembangkan tentang olah raga dimana dalam melakukan olah raga tentu badan menjadi lelah karena harus melakukan gerakan‐gerakan, namun manfaatnya tentu ada, 4) Merevisi (revising), siswa akan mengembangkan tulisan‐tulisan sesuai draft‐nya, dan terus dibaca berulang, 5) mengedit (editing) jika ada yng kurang pas, siswa dapat melakukan editing. Contoh karya siswa: Sports We do sports every day It makes us tired It spends a lot of time It can also spend much money but…what ever some one says Sport makes us happy Sport makes us fresh It makes us healthy Anis Syarifah Hasil karya/tulisan siswa akan lebih berkesan jika guru menyiapkan papan pamer yang mudah dilihat oleh siapa saja. Terakhir, berilah kesempatan pada siswa untuk menilai karya‐karya temannya. Kegiatan ini bertujuan melatih siswa berpikir kritis menanggapi sebuah karya. Tentu, siswa diberi pemahaman bahwa satu kritikan bisa menghasilkan sepuluh karya hebat bahkan seratus karya hebat dan seterusnya, maka jangan sedih jika dikritik. Tetaplah berkarya. 4. Mengembangkan keterampilan menulis dalam suatu kompetisi Pengembangan keterampilan menulis dapat diupayakan melalui sebuah kompetisi. Hal ini mengandung maksud agar geliat menulis muncul dan berkelanjutan. Bentuk kompetisi dapat disepakati antara guru dan siswa. Misalnya lomba menulis offline lewat majalah dinding atau lomba menulis on line. Contoh suatu proyek lomba menulis di madding. 24 | Wiwi Parluki
TUGAS PROYEK ”LOMBA MADING ANTAR KELAS” Bu atlah sebuah Mading Kelas dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Semua artikel harus berbahasa Inggris. 2. Ukuran Mading 120 cm x 90 cm. 3. Papan Mading terbuat dari triplek, karton atau kertas manila/BC. 4. Mading yang sudah jadi harus dilapisi plastik (agar menjadi tahan lama). 5. Biaya yang digunakan untuk membuat Mading maksimal Rp.50.000,00. (Biaya pembuatan Mading menjadi tanggung jawab kelas masing-masing). 6. Mading diserahkan paling lambat tanggal 11 September 2018. 1. Isi (40%) : Kelengkapan/keberagaman artikel 2. Perwajahan (40%) : Tata letak, ilustrasi, komposisi warna, media tulis. 3. Bahasa (20%) : Ketetapan dan kesesuaian bahasa yang digunakan. TTee mmaa MMaaddiinngg :d apat dibuat sendiri atau dipilih dari tema berikut ini: 1. Globar Warming 2. Keeping Our School Green 3. Commemorating the Indonesian Independent Day 4. Unity in Diversity 5. Preparing Better Future 6. My best Experience Lai n‐lain: Un tuk memudahkan perenIcDaEnNaTanIT dYa n pembuatan Mading gunakan checklist form berikut ini. Na me : Pu blisher : Ed ition Number : 01 October 2018 : Ed itorial Staffs : Th eme CONTENT MA IN CONTENT : ……………………………………………………………………. 1. Cover : ……………………………………………………………………. 2. Headline : ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. 3. Report/Interview 4. Editorial 5. Opinion SU PPORTING CONTENT 1. Profile : ……………………………………………………………………. 2. News : ……………………………………………………………………. 3. Poems : ……………………………………………………………………. 4. Short story : ……………………………………………………………………. 5. Encyclopedia : ……………………………………………………………………. 6. Comics/Cartoons : ……………………………………………………………………. 7. Language Focus : ……………………………………………………………………. 8. Anecdote : ……………………………………………………………………. 9. Other Articles : ……………………………………………………………………. Menulis, Sulitkah? | 25
Berbagai cara dapat dikembangkan untuk meningkatkan kondisi hasil belajar keterampilan menulis bahasa Inggris bagi siswa. Pembelajaran keterampilan menulis dengan teknik IPDRE dan media WEM dapat diterapkan pada kegiatan ekstrakurikuler bahasa Inggris dan bahkan hasil akhir dapat dilombakan untuk menggeliatkan keterampilan menulis bahasa Inggris. 26 | Wiwi Parluki
Bagian IV Hasil Penerapan Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Uraian pada bagian ini diangkat dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 9 Purwokerto pada 2009 pada jam mata pelajaran bahasa Inggris. Data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah data kuantitatif yang diperoleh dari subjek penelitian berupa prestasi hasil belajar menulis yang dikumpulkan dengan instrumen penilaian unjuk kerja. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari kolaborator berupa data hasil observasi dan pemantauan tugas proyek menulis. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan data dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. A. Deskripsi Kondisi Awal 1. Hasil test prasiklus Hasil test prasiklus adalah keterampilan menulis teks siswa sebelum tindakan penelitian. Hasil test prasiklus dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan awal keterampilan menulis teks siswa. Ternyata hasil test menulis teks siswa diperoleh nilai rata‐rata dan ketuntasan belajar yang jauh dari indikator keberhasilan. Ini berarti kompetensi siswa dalam menulis wacana bahasa Inggris belum mencapai hasil yang diharapkan atau masih rendah. Oleh karena itu, peneliti yang selanjutnya disebut penulis akan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil keterampilan menulis wacana siswa VIII F SMP Negeri 9 Purwokerto kabupaten Banyumas. Peningkatan tersebut diwujudkan dengan melakukan tindakan siklus I dengan pembelajaran menulis wacana berbahasa Inggris siswa dalam menerapkan teknik IPDRE dan memajang karya tulisan wacana siswa melalui WEM. 2. Refleksi Pembelajaran menulis wacana siswa yang telah dilakukan sebelumnya belum memenuhi target dari guru. Hal ini karena siswa belum terbiasa terlatih menulis wacana melalui pentahapan tertentu dan karya siswa belum dihargai dengan semestinya, sehingga siswa kurang termotivasi. Berdasar analisis tersebut, penulis berusaha mengatasi masalah‐masalah yang dihadapi siswa kelas VIII F dalam menulis wacana yaitu dengan menerapkan latihan proses menulis wacana dengan menerapkan teknik IPDRE dan memajang karya tulisan wacana siswa melalui mading atau Wall English magazine(WEM). Penerapan teknik menulis di atas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar menulis wacana berbahasa Inggris siswa kelas VIII F SMP Negeri 9 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Menulis, Sulitkah? | 27
B. Deskripsi Hasil Siklus I Siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan penerapan teknik IPDRE dan memajang karya tulisan wacana siswa melalui mading atau Wall English magazine (WEM) Proses pembelajaran dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: 1. Pendahuluan a. Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing‐masing b. Guru membuka pelajaran dengan membangkitkan motivasi siswa c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, jenis kegiatan dan teknik penilaian untuk pembelajaran hari itu d. Guru membagi objek pengamatan di luar kelas untuk membangkitkan kreasi menulis e. Membagi kelompok siswa 2. Kegiatan Inti a. Pertemuan ke 1 1) Guru memberi petunjuk cara mengisi lembar kerja 2) Guru menjelaskan tahapan menulis dengan teknik IPDRE 3) Guru memberi contoh menulis wacana bahasa Inggris yang terpajang dalam media WEM, siswa melakukan pengamatan. 4) Secara diskusi kelompok, siswa mendiskusikan perbedaan bentuk teks fungsional pendek (puisi) dengan teks yang ber‐genre (teks monolog sederhana). Siswa mengungkap pertanyaan dan mengekplorasi teks. 5) Guru menugaskan kepada siswa untuk mencari ide dengan keluar kelas melihat objek lingkungan di luar kelas, selanjutnya menulis teks fungsional pendek (puisi) berdasar objek nyata yang telah di amati yang disediakan. (kegiatan Inventing/penggalian ide). Kegiatan ini juga termasuk kegiatan siswa dalam mengasosiasi teks. 6) Siswa melaksanakan tugas membuat perencanaan(planning) tema yang akan dipilih dalam membuat mading dan membuat draf (drafting). 7) Siswa secara berkelompok mengoreksi (revising) dan memilah kata‐kata yang sesuai (editing) 8) Siswa menyimpulkan hasil kerja diskusi kelompok. 9) Siswa membaca hasil karya menulis hasil kerja kelompok (kegiatan mengkomunikasikan wacana/teks). b. Pertemuan ke 2 1) Guru memberi petunjuk cara mengisi lembar kerja 2) Guru mengulang penjelasan tahapan menulis dengan teknik IPDRE 3) Guru memberi contoh menulis wacana panjang bahasa Inggris berbentuk recount dan narrative dalam media WEM (kegiatan siswa mengamati jenis‐ jenis teks/ wacana) 28 | Wiwi Parluki
4) Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan cara menulis ber‐genre (berwacana) melalui teknik IPDRE (kegiatan siswa bertanya dan mengeksplorasi teks/wacana) 5) Guru menugaskan kepada siswa untuk menulis teks panjang berbentuk recount dan narrative berdasar gambar‐gambar yang disediakan (kegiatan Inventing/penggalian ide). Kegiatan ini termasuk kegiatan siswa dalam mengasosiasi teks/wacana) 6) Siswa melaksanakan tugas membuat perencanaan (planning) tema yang akan dipilih dalam membuat mading dan membuat draf (drafting). 7) Siswa secara berkelompok mengoreksi (revising) dan memilah kata‐kata yang sesuai (editing) 8) Siswa mengadakan self‐evaluation dengan memilih karya yang terbaik 9) Siswa menyimpulkan hasil kerja diskusi kelompok. 10) Siswa membaca hasil karya menulis hasil kerja kelompok (kegiatan siswa dalam mengkomunikasikan teks/ wacana) 3. Penutup Pada akhir siklus I, kegiatan siswa di antaranya: a. melaksanakan postes secara perorangan menulis teks fungsional pendek dan teks ber‐genre (recount atau narrative text) b. Siswa mempunyai tugas proyek memajang karyanya di mading c. Siswa dan guru merefleksi kegiatan serta menyimpulkan materi pertemuan d. Guru menyampaikan kegiatan pada pertemuan yang akan datang e. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam Berikut ini foto‐foto pada kegiatan siklus I: GAMBAR1‐ 2. FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar 1‐2. Siswa diperbolehkan mencari ide (inventing) atau menerapkan teknik IPDRE untuk menulis bahasa Inggris di luar kelas, hal dimaksud untuk siswa lebih termotivasi untuk menulis. Menulis, Sulitkah? | 29
GAMBAR.3 FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar 3. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyusun teks fungsional pendek berbentuk puisi. Kegiatan ini diobservasi dan dicatat oleh para kolaborator. GAMBAR 4‐5 FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar 4‐5. Guru memberi contoh dan kesempatan pada siswa putra untuk membaca hasil karyanya, sebelum direvisi oleh kelompoknya dan sesudah direvisi oleh kelompoknya. 30 | Wiwi Parluki
GAMBAR 6 FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar 6. Akhir Siklus I siswa mengadakan pos tes. Guru berkeliling memperhatikan kegiatan siswa menulis secara mandiri tanpa bimbingan guru. Kegiatan guru dan siswa diobservasi oleh oleh para kolaborator. Hasil pembelajaran menulis wacana/teks dengan menerapkan teknik IPDRE pada siklus I terdiri atas hasil tes menulis dan hasil nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut. 1. Hasil Tes Ternyata hasil menunjukkan masih perlu dirancang kegiatan berikutnya, perlu ditempuh upaya lain mengingat perolehan persentasi ketuntasan juga belum baik atau dalam kategori cukup. Sementara nilai rata‐rata tes kemampuan menulis siswa masih di bawah 70, atau dengan klasifikasi cukup. 2. Hasil Nontes Hasil nontes diperoleh dari kegiatan pengamatan pada proses pembelajaran melalui lembar observasi dan lembar observasi pada tugas proyek menulis siswa pada majalah dinding. Setelah itu, siswa langsung mendapat tugas proyek untuk memaparkan tulisan pada selembar kertas berukuran standar 90cm x 120cm pada majalah dinding. Satu lembar kertas diperuntukkan untuk 1 kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. Dari sebelas kelompok yang aktif menulis teks/ wacana berbahasa Inggris dan berusaha memajang karya tulisanya melalui majalah dinding. Terdapat tujuh kelompok yang mencapai kategori baik, berarti masih ada empat yang belum. Maka perlu tindakan di siklus II. Observer juga memberikan masukan kritik mulai perencanaan pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Peneliti bersedia memperbaiki sekaligus mengubah perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan agar proses dan hasil belajar siswa lebih baik lagi. Para observer tak segan‐segan bertanya pada siswa tentang antusiasme pada waktu mengikuti pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menguatkan hasil observasi atau pengamatan. Kegiatan ini terekam dalam gambar 7 di bawah ini: Menulis, Sulitkah? | 31
GAMBAR 5 FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar 7. Observer, sedang meminta tanggapan siswa tentang antuasias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun contoh karya siswa ditunjukkan dalam gambar 8‐9, berikut: 32 | Wiwi Parluki
Gambar 10. Contoh hasil proyek menulis di mading siklus I 4. Hasil refleksi Siklus I Berdasarkan nilai hasil tes pada kondisi awal dan setelah tindakan pada siklus I diperoleh kesimpulan bahwa terjadi peningkatan nilai rata‐rata dari kondisi awal. Sebagian besar siswa bersemangat atau terlibat aktif dalam proses menulis dan memajang di dinding kelas. Namun demikian hasil belum menunjukkan hasil yang optimal. Masih ada siswa yang terlihat santai tidak bergeming dan bahkan menulis asal‐asalan. Meski hasil pajangan atau tampilan begitu menarik tetapi isi yang terkandung belum sesuai dengan tema. Hambatan yang ada, disebabkan beberapa faktor di antaranya: 1. Siswa belum terbiasa mengemas tulisan dalam majalah dinding. 2. Siswa tidak dapat membuat kalimat dengan baik, mereka perlu latihan yang lebih intensif 3. Siswa merasa tidak percaya diri untuk memajang tulisannya atau takut ditertawakan karena tulisan yang kaku 4. Siswa terkadang lupa bahwa belajar kelompok berarti bukan perorangan yang mengerjakan tugas. Berdasar permasalahan tadi, perlu dirancang kegiatan kembali dengan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik. Teknik pembelajaran menulis tetap teknik IPDRE dan media yang digunakan tetap WEM atau mading dengan model pembelajaran yang berbeda pada siklus II yaitu adanya bimbingan dari guru di dalam merevisi karya siswa. Upaya ini diambil dengan dasar bahwa siswa masih memerlukan bimbingan agar menjadi lebih percaya diri dalam menulis dan di samping itu juga agar keaktifan siswa lebih optimal. Tentu saja Menulis, Sulitkah? | 33
pemantapan teori menulis dan penyusunan materi pada majalah dinding perlu dimatangkan lagi agar dapat menghasilkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Hasil refleksi diperoleh dari masukan‐masukan para kolaborator yang disampaikan pada diskusi penulis dan para kolaborator. Penulis juga bersedia untuk merevisi tindakan pada kegiatan berikutnya. Kegiatan merefleksi antara penulis dan para kolaborator ditunjukkan pada gambar 10 berikut ini. GAMBAR.11 FOTO KEGIATAN SIKLUS I Gambar.11. Setelah siklus I berakhir, guru sebagai peneliti/penulis mengadakan refleksi bersama dengan para observer yang memberikan masukan dan kritikan pada penulis selama pelaksanaan KBM siklus I C. Deskripsi Hasil Siklus II Pelaksanaan Siklus II dilakukan karena siklus I belum mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencapai ketuntasan. Siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang merupakan pemberlakuan tindakan lanjutan penelitian dengan penerapan teknik IPDRE dan memajang karya tulisan wacana siswa melalui madding atau Wall English magazine (WEM). Berbeda dengan siklus I yang belum menerapkan bimbingan, pada siklus II dilaksanakan pembimbingan pada penyusunan karya tulisan siswa menjadi tampilan karya tulisan siswa yang lebih hidup dan menarik. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut. 1. Pendahuluan a. Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing‐masing, salam, tegur sapa dan presensi b. Guru membuka pelajaran dengan menghadirkan contoh‐contoh produk menulis untuk membangkitkan kreasi menulis dan utamanya membangkitkan motivasi siswa c. Guru melakukan apersepsi dengan mendemonstrasikan membaca puisi berjudul Home d. Siswa ditunjuk untuk membacakan sebuah puisi e. Siswa yang menyaksikan diberi kesempatan memberi apresiasi dengan memberi tepuk tangan bersama 34 | Wiwi Parluki
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, jenis kegiatan dan teknik penilaian untuk pembelajaran hari itu g. Membagi kelompok siswa h. Guru membagi objek pengamatan di luar kelas untuk membangkitkan kreasi menulis 2. Kegiatan Inti a. Pertemuan ke 1 1) Guru memberi petunjuk cara mengisi lembar kerja 2) Guru mengulang penjelasan tahapan menulis dengan teknik IPDRE 3) Guru memberi pemodelan contoh‐contoh wacana bahasa Inggris yang terpajang dalam media WEM, siswa melakukan pengamatan. 4) Secara diskusi kelompok, siswa mendiskusikan perbedaan bentuk teks fungsional pendek (puisi ) dengan teks yang ber‐genre (teks monolog sederhana). Siswa mengungkap pertanyaan dan mengekplorasi teks 5) Guru menugaskan kepada siswa untuk mencari ide dengan keluar kelas melihat objek lingkungan di luar kelas yang berbeda dengan objek saat siklus I, selanjutnya siswa menulis teks fungsional pendek (puisi ) berdasar objek nyata yang telah diamati (kegiatan Inventing/ penggalian ide). Kegiatan ini juga termasuk kegiatan siswa dalam mengasosiasi teks. 6) Siswa melaksanakan tugas membuat perencanaan (planning) tema yang akan dipilih dalam membuat mading dan membuat draf (drafting). 7) Siswa secara berkelompok mengoreksi (revising) dan memilah kata‐kata yang sesuai (editing), siswa mendapat bimbingan dalam menyusun hasil akhir karya tulisanya 8) Siswa menyimpulkan hasil kerja diskusi kelompok. 9) Siswa membaca hasil karya menulis hasil kerja kelompok (kegiatan mengkomunikasikan wacana/teks). b. Pertemuan ke 2 1) Guru memberi petunjuk cara mengisi lembar kerja 2) Siswa bertanya jawab tentang tahapan menulis dengan teknik IPDRE untuk memantapkan teori 3) Melalui LCD, guru menghadirkan pemodelan contoh menulis wacana panjang bahasa Inggris berbentuk recount dan narrative dalam media WEM (kegiatan siswa mengamati jenis‐jenis teks/ wacana) 4) Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan cara menulis ber‐genre (berwacana) melalui teknik IPDRE (kegiatan siswa bertanya dan mengeksplorasi teks/wacana) 5) Siswa mengungkapkan kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menulis bahasa Inggris dan melaporkan hasil diskusinya dan akhirnya menyimpulkan hasil diskusi 6) Guru menugaskan kepada siswa untuk menulis teks panjang berbentuk recount dan narrative berdasar gambar‐gambar yang disediakan (kegiatan Menulis, Sulitkah? | 35
Inventing/penggalian ide). Kegiatan ini termasuk kegiatan siswa dalam mengasosiasi teks/wacana) 7) Siswa melaksanakan tugas membuat perencanaan(planning) tema yang akan dipilih dalam membuat mading dan membuat draf (drafting). Siswa melaksanakan menulis teks ber‐genre secara mandiri dengan bimbingan 8) Siswa memperhatikan dan mengoreksi hasil karya menulis teks ber‐genre milik teman (revising) dan memilah kata‐kata yang sesuai (editing) 9) Siswa merevisi karya menulis teks ber‐genre dengan bimbingan guru 10) Siswa menyerahkan hasil karya menulis (kegiatan siswa dalam mengomunikasikan teks/ wacana) 3. Penutup Pada akhir siklus I, kegiatan siswa di antaranya: a. melaksanakan postes secara perorangan menulis teks fungsional pendek dan teks ber‐genre b. Siswa mempunyai tugas proyek, memajangnya di mading c. Siswa dan guru merefleksi kegiatan serta menyimpulkan materi pertemuan d. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam Berikut foto‐foto kegiatan Siklus II: GAMBAR.12‐13 FOTO KEGIATAN SIKLUS II Gambar.2‐13. Guru sebagai peneliti/penulis memberi pemodelan contoh bentuk‐bentuk karya menulis bahasa Inggris yang dapat dipajang pada majalah dinding. Pelaksanaan tindakan didasarkan pada revisi dalam siklus I. Dalam siklus II ini peneliti dan kolaborator mengantisipasi kesalahan yang dibuat siswa. Revisi Rencana Pembelajaran telah disusun. Penulis dan kolaborator mengumpulkan data pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang telah direncanakan 36 | Wiwi Parluki
sebelumnya. Kegiatan lebih berfokus pada pembimbingan siswa dalm menyusun teks/wacana. Berikut foto kegiatan lainnya: GAMBAR.14‐16 FOTO KEGIATAN SIKLUS II Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkah‐langkah menulis dengan teknik IPDRE dan menugaskan siswa bekerja untuk menulis wacana dalam kelompoknya. Kegiatan ini diobservasi oleh kolaborator. Siswa boleh pergi ke luar kelas mencari ide atau menerapkan teknik IPDRE untuk menulis bahasa Inggris Menulis, Sulitkah? | 37
GAMBAR.17. FOTO KEGIATAN SIKLUS II Gambar.17 Guru menugaskan siswa membaca karya menulis wacana bahasa Inggris perwakilan kelompoknya di depan kelas. GAMBAR.18 FOTO KEGIATAN SIKLUS II Gambar 18. Guru membimbing siswa untuk memperbaiki karyanya. kegiatan ini dilakukan pada siswa yang hasil karyanya kurang baik. Para kolaborator ikut membantu sambil melakukan pengamatan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II sesuai dengan kerangka berpikir bahwa penulis pada siklus II dalam pembelajaran menggunakan teknik IPDRE dengan bimbingan guru. Menulis wacana bahasa Inggris dengan bimbingan maksudnya yaitu menulis wacana bahasa Inggris yang dilakukan siswa dengan adanya tuntunan atau arahan dari guru. Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, 38 | Wiwi Parluki
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Penulis bersama para kolaborator mengoreksi satu demi satu karya siswa. Dalam melakukan penilaian, ada juri 1, 2, 3, dan 4, hasil digabung/direkapitulasi menjadi satu. Kemudian hasil rekapitulasi nilai dicari rata‐rata, nilai tertinggi, nilai terendah dan dilihat ketuntasanya. Pelaksanaan tindakan pada umumnya tidak menyimpang jauh dengan perencanaan, masih dalam batas‐batas kewajaran. 4. Hasil Observation dan Evaluasi Hasil pembelajaran menulis wacana/teks dengan menerapkan teknik IPDRE pada siklus II terdiri atas hasil tes menulis dan hasil nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut. a. Hasil Tes Hasil tes kemampuan menulis siswa pada siklus II, menunjukkan rata‐rata nilai keterampilan menulis siswa sudah mencapai 72.14, angka ini masuk dalam katagori baik, persentasi ketuntasan dalam kategori baik. Ini berarti sudah tercapai indikator keberhasilan pada penelitian ini. b. Hasil Nontes Kegiatan penelitian pada siklus II ini juga diamati oleh pengamat/observer. Observasi ini dilaksanakan untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru pelaksana/peneliti dan siswa di kelas menunjukkan peningkatan pula dengan kategori A (amat baik). GAMBAR.13 FOTO KEGIATAN SIKLUS II Gambar 17. Para observer sedang meminta tanggapan siswa tentang antuasiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Menulis, Sulitkah? | 39
Data hasil pengamatan pada tugas proyek menulis siswa pada majalah dinding pada siklus II inipun diperoleh setelah pembelajaran menulis usai. Siswa langsung mendapat tugas proyek untuk memaparkan tulisan pada selembar kertas berukuran standar 90cm x 120cm pada majalah dinding. Dari sebelas kelompok yang aktif , ada sembilan kelompok yang mencapai kategori baik, atau terjadi peningkatan dibandingkan dengan hasil pada siklus 1. Hasil proyek menulis bahasa Inggris siswa pada siklus II ini dapat dilihat dalam gambar. 18 berikut ini. GAMBAR 18 FOTO KEGIATAN SIKLUS II Gambar 18. Siswa sedang bekerja menyusun karya tulisannya pada kertas yang disediakan. 40 | Wiwi Parluki
Search