Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Boddhicita - Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha - Edisi 1

Boddhicita - Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha - Edisi 1

Published by Eko Madhawanto, 2022-10-04 04:25:53

Description: Buku ini merupakan kumpulan alat bantu berupa bahan ajar yang dapat digunakan Guru Sekolah Minggu Buddha khususnya aliran Tantrayana Zhenfozong Kasogatan Indonesia. Ini merupakan edisi pertama dari beberapa edisi yang akan diterbitkan selanjutnya dan dapat digunakan sebagai panduan menyelenggarakan pembelajaran di semua kelas di Sekolah Minggu Buddha.

Keywords: SMB,Boddhicitta,Zhenfozong,Edisi 1,Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha

Search

Read the Text Version

Pada saat itu, kamu bisa mengambil kesempatan untuk mengadakan suatu upacara berdana makanan kepada para orang suci, yakni upacara Ulambana namanya. Dan gunanya khusus untuk menyelamatkan orang tua si pemuja baik mereka yang masih hidup maupun yang telah meninggal atau yang sedang tertimpa malapetaka...\" Kemudian Bikkhu Moggallana bertanya pada Buddha lagi, \"Apakah para putra- putri yang berbudi atau siswa-siswi Buddhis di masa yang akan datang dapat menggunakan cara Ulambana patra ini untuk menyelamatkan orangtua atau ayah-ibunya dalam 7 turunan yang telah meninggal pada masa silam? Buddha menjawab, \"Sekarang dengarlah baik-baik putra-putri yang berbudi! Apabila terdapat biksu, biksuni, para raja, pangeran, pejabat- pejabat kerajaan, serta para rakyat jelata yang berada di masa sekarang atau di masa mendatang berhasrat ingin melaksanakan bakti, membalas budi kepada orang-tuanya; iba hati kepada para makhluk yang sengsara, mereka boleh menyediakan berbagai macam makanan serta sajian lain pada Hari Pravarana Sangha itu, dan mengadakan upacara Ulambana di suatu tempat suci dengan maksud berdana makanan kepada para suci yang datang dari 10 penjuru, sehingga ayah-bunda mereka yang masih hidup mendapat umur panjang dan senantiasa menikmati hidup yang sejahtera. Sedangkan orangtua mereka yang telah meninggal beserta ayah- bunda dalam 7 turunan dari masa yang lampau itu dapat keluar dari alam setan kelaparan atau alam samsara lain, dan mereka dapat dilahirkan di alam manusia atau di alam kebahagiaan, agar mereka dapat berbahagia selama-lamanya\". Buddha menjelaskan bahwa bila akan menolong makhluk di alam menderita hendaknya orang melakukannya dengan cara pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa adalah melakukan suatu perbuatan baik atas nama orang yang telah meninggal yang akan ditolong. Oleh karena itu, Bikkhu Moggallana kemudian disarankan oleh Sang Buddha untuk memberikan persembahan jubah dan makanan kepada pada bhikkhu Sangha atas nama ibunya. Nasehat Sang Buddha ini diikuti oleh Bikkhu Moggallana. Beberapa waktu kemudian Bikkhu Moggallana mengundang para bhikkhu, mempersembahkan dana makan, mempersembahkan jubah, kemudian melakukan pelimpahan jasa atas nama ibunya. Setelah melaksanakan upacara pelimpahan jasa, Bikkhu Moggallana bermeditasi lagi. Dengan mata batinnya beliau mencari ibunya di alam peta. BODHICITA TEMA 1 39

Ketika bertemu, keadaan ibunya jauh berbeda. Ibunya kini kelihatan segar, sehat, awet muda, pakaiannya bagus, rapi dan bersih. Melihat hal itu, Bikkhu Moggallana berbahagia. Berdasarkan cerita itulah orang mengenal upacara pelimpahan jasa. Upacara pelimpahan jasa ini juga sering dihubungkan dengan tradisi mendoakan para makhluk menderita yang dilaksanakan setiap tanggal 15 di bulan 7 menurut penanggalan Imlek. Mari Beraktivitas 1. Mari Bermain Peran Hari ini kita akan bermain peran meminta maaf dan memaafkan dalam sebuah bidang ular tangga. Permainan ini bisa dimainkan 4 orang dan 1 guru pembimbing. Untuk bermain siapkan 4 bidak ular tangga atau bisa gunakan 4 benda kecil sebagai bidak dan juga 1 buah dadu. Pisahkan pemain menjadi 4 pemilik petak yaitu petak warna merah muda, kuning emas, biru dan silver. Petak digunakan untuk penanda pemilik skor. Cara mainnya sebagai berikut - Tentukan giliran permainan oleh pembimbing melalui undian atau suit. - Mulailah bermain sesuai giliran dengan melempar dadu, lalu mainkan layaknya bermain ular tangga. Sesaat setelah angka dadu muncul bidak diarahkan sejumlah angka dadu yang muncul. Lalu pembimbing akan memberikan soal berupa studi kasus agar pemilik bidak memerankan adegan meminta maaf. Jika berhasil memerankan maka berikan 2 skor diberikan untuk pemilik bidak, dan 1 skor kepada pemilik petak dengan warna yang sama. Namun jika pemilik bidak pas / menyerah, pemilik petak boleh mengambil skor dengan memerankan adegan sehingga jika berhasil akan mendapat 3 skor yaitu 2 skor dari memerankan adegan dan 1 skor pemilik petak. - Permainan berakhir jika jumlah percobaan dirasa cukup oleh pembimbing, jika peserta telah mencapai angka 20, maka sisa hitung dadu kembali dimulai dari angka 1. - Berikut contoh soal yang dapat guru ajukan untuk diperagakan siswa yang bermain Soal 1 Merasa bersalah karena lupa Soal Meminta maaf karena telah membuat Soal 2 sembahyang 11 rumah berantakan Soal 3 Soal Soal 4 Meminta maaf karena tidak membawa 12 Meminta maaf karena akan hadir Soal 5 Soal Soal 6 PR 13 terlambat dalam suatu acara Soal Meminta maaf karena harus pergi 14 Meminta maaf karena harus meninggalkan keseruan membatalkan janji Soal Menyadari bahwa telah bercanda 15 Meminta maaf karena kurang serius Soal berlebihan 16 dalam melakukan sesuatu Meminta maaf karena tidak sengaja Meminta maaf karena telah membuat melukai orang lain tersinggung Merasa bersalah karena memakan Meminta maaf karena telah berburuk snack adik sangka BODHICITA TEMA 1 40

Soal 7 Merasa bersalah karena terlalu lama Soal Menyesal saat melakukan puja bhakti Soal 8 bermain-main 17 tidak serius Soal 9 Soal 10 Meminta maaf karena telah Soal Meminta maaf karena tidak dapat membohongi Ibu 18 menolong orang lain Menyesal karena telah berkata kurang Soal Meminta maaf karena harus menyela sopan 19 pembicaraan Meminta maaf karena telah membuat Soal Meminta maaf karena harus keributan 20 mengingatkan tentang sesuatu Pemilik Petak Nama Pemain Perolehan Skor BODHICITA TEMA 1 41

2. Mari Menyanyi Untuk Direnungi Cipt: Huniyady Ku kan tua pada suatu hari Sakit tak dapat ku hindari Pada waktunya aku akan pergi Dan semua itu belum ku atasi Kan berubah semua yang ku miliki Kan berpisah dengan yang ku cintai Tiada kekal tiada yang abadi Timbul dan lenyap silih berganti Bridge: Hendaklah ini selalu direnungi Kerap kali, setiap hari Reff: Aku pemilik karmaku sendiri Terwarisi dan lahir dari karmaku sendiri Berhubungan dengan karma sendiri Terlindung oleh karma sendiri Apa pun yang ku lakukan Baik atau buruk Itulah yang akan ku warisi Referensi lagu : https://www.youtube.com/watch?v=jcfhfzuJ_hs&list=RDMMGXFvURYfCOA&index=10 Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukan untuk diucapkan, dan renungi. “Aku bertanggungjawab atas semua karmaku sendiri” “Suatu ketika saat aku melakukan kesalahan aku akan mengakui kesalahanku, agar kedepan aku bisa belajar dari itu” “Meminta maaf tidak merendahkan harga diri, melainkan menanam karma baik baru agar menjadi manusia yang lebih baik” BODHICITA TEMA 1 42

Membiasakan Diri Tantangan kali ini adalah mengakui kesalahan. Selama 5 hari kami menantang siswa zhenfozong untuk mengakui setiap kesalahan yang dilakukan setiap hari dan mencatatnya sebelum tidur. Akui kesalahanmu lalu bacalah mantra sataksara 3 x setelah membaca kembali catatanmu. Kamu tidak perlu memberitahu siapa-siapa tentang hal ini, cobalah jujur dan bakarlah catatanmu di hari terakhir nanti bersama teman – teman di sekolah minggu nanti. Hari Kesalahan yang Diperbuat Mantra Sataksara 1 …….. ... x 2 …….. ... x 3 …….. ... x 4 …….. ... x 5 …….. ... x BODHICITA TEMA 1 43

TEMA 2 : TRADISI J U RNAL B O D H I C I T T A VO L . 1B A GI A N 1 PENULIS:JS.WALIYONO,S.PD. SISWASMB DIHARAPKANDAPAT Mengenal salah satu tradisi puja api homa dalam zhenfozong Mengenal berbagai tradisi yang membaur dengan puja bhakti khusus zhenfozong Membiasakan diri mempraktikkan puja mantra, mudra dan visualisasi Mengenal lebih dalam hubungan spiritual keberadaan Borobudur dan tradisi zhenfozong MENGAPAHARUS BELAJAR TRADISI? Tradisi diajarkan dan diteruskan secara turun temurun. Keberadaannya akan membuat kita secara spiritual terhubung dengan kekayaan para l eluhur. Jika tradisi bertemu dengan religi, maka meny esuai k an diri adalah sebuah tantangan. Dalam agama buddha khususnya bagi siswa zhenfozong, tradisi sama sekali tidak bertentangan dengan tata religi atau agama. lebih daripada itu justru keduanya saling melengkapi. Bakti kita bagi budaya leluhur tetap kita dapat laksanakan tanpa menyalahi apa yang telah ditetapkan dalam sistem agama. Sudah waktunya anda belajar lebih dalam bahwa tradisi dan budhisme tantrayana justru telah menjadi satu bagi umat Buddha di Indonesia.

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Sahabat sedharma yang berbahagia, hari ini kita akan menyimak sebuah penjelasan tentang Api Homa, dan kita akan melaksanakan banyak kegiatan pembelajaran agar kita lebih memahami tentang ritual Api Homa. Sebagai seorang sadhaka (umat Buddha Tantrayana) kita tentu mengenal berbagai macam ritual yang ada dalam tradisi sekte Tantrayana, khususnya Tantrayana Zhenfozhong. Dalam Tantrayana Zhenfozhong kita mengenal beberapa ritual seperti : a. Satwa Mocana (Pelepasan Satwa) b. Argham Puja (Ritual Puja Air) c. Duma Puja ( Ritual Puja Asap) d. Puja Api Homa (Ritual Puja Api) e. Dan masih banyak ritual sadhana lainnya BODHICITA TEMA 2 45

Sumber ilustrasi : https://Blog.shenlun.org BODHICITA TEMA 2 46

Dari beberapa uraian ritual di atas yang sangat kita kenal dan sering kita ikuti adalah upacara ritual Api Homa. Apakah diantara teman-teman sedharma tahu apa yang dimaksud dengan ritual puja Api Homa? Apakah di vihara teman- teman pernah melaksanakan ritual Api Homa? Apakah teman-teman sedharma ada yang pernah ikut acara Api Homa? A. Arti Api Homa Api Homa secara umum diartikan sebagai suatu ritual maha persembahan dengan media api. Artinya persembahan pokok akan dibakar di tungku homa dengan media api untuk menyempurnakan ritual puja. Api Homa merupakan salah satu cara mewujudkan kerelaan seorang tantrika dalam melaksanakan persembahan. Persembahan tersebut akan dibakar melalui tungku api sampai habis, hal ini bermakna bahwa seseorang telah mengikis habis segala kemelekatan dirinya terhadap suatu obyek. Mungkin kita akan berpikir mengapa banyak persembahan seperti bahan makanan dan yang lainnya di sia-siakan dengan cara dibakar, bukankah lebih baik makanan tersebut kita berikan pada sesama yang membutuhkan. Yang perlu kita ketahui bahwa puja api homa merupakan wujud dari rasa bakti, dan kerelaan para sadhaka serta lunturnya rasa kemelekatan yang ada dalam diri manusia. Selain itu tidak semua persembahan dibakar dalam tungku api homa, hanya persembahan tertentu saja yang dimasukkan dalam tungku api homa. Sedangkan persembahan lain seperti beras, makanan kemasan, buah-buahan dan lain sebagainya akan di danakah kepada orang yang membutuhkan setelah selesainya acara ritual. B. Makna Ritual Api Homa Dalam tradisi Tantrayana ritual Api Homa menjadi ritual yang sangat penting dan bisa dikatakan sebagai ritual tertinggi. Dalam Api Homa terdapat lima hal penting yang dilaksanakan yaitu: mantra, mudra, visualisasi, meditasi dan maha persembahan yang diurai secara langsung melalui media api. Dari hal inilah maka ritual api homa menjadi ritual yang komplit dan mempunyai makna tertinggi. Sedangkan secara umum dalam Tantrayana Zhenfozhong ritual puja Api Homa mempunyai dua makna yaitu : 1. Pemberkahan Dalam ritual api homa yang pertama bermakna sebagai ritual pemberkahan bagi para umat (sadhaka) yang mengikuti atau berpartisipasi BODHICITA TEMA 2 46

dalam ritual tersebut. Mengapa ada makna pemberkahan? Itu karena dengan ritual api homa para sadhaka dapat menanam berbagai macam karma baik mulai dari berdana, persembahan makanan, membaca mantra, membuat mudra, bervisualisasi, dan bermeditasi. Dengan berbagai macam perbuatan baik yang dilaksanakan ditambah dengan pemberkatan dari Mahaguru melalui Acarya sebagai upacarika maka buah karma baik akan diterima oleh para umat yang mengikuti ritual api homa. Kekuatan pahala ritual api homa sangat besar, mengapa demikian? Karena dalam api homa sarana puja atau persembahan yang dipersembahkan jumlahnya tidak sedikit, misalnya sebut saja dupa, bila kita puja bakti dupa yang dibakar untuk dipersembahkan kepada Buddha, Bodhisattva paling 3 batang, nah dalam api homa dupa yang di persembahkan jumlahnya ribuan batang, demikian juga dengan bahan persembahan yang lain jumlahnya sangat banyak, kemudian dipersembahkan secara total kepada para Buddha -Bodhisattva. Kekuatan pahala ritual api homa yang besar ini kemudian kita salurkan kepada mereka yang membutuhkan, maka akan mampu mengatasi duka akibat karma buruk. Cara ini tentu jauh lebih baik daripada sekedar memberikan bantuan materi kepada mereka yang membutuhkan. 2. Penyeberangan Selain bermakna sebagai pemberkahan ritual api homa juga berfungsi sebagai penyeberangan. Artinya pahala ritual api homa disalurkan kepada para leluhur atau orang yang sudah meninggal yang didaftarkan agar memperolah kebahagiaan, bagi yang belum berjodoh dengan Buddha-Dharma dapat memiliki jalinan jodoh dengan Buddha-Dharma, bagi yang terlahir di alam penderitaan dapat memperoleh kebahagiaan, dan memiliki berkah untuk terlahir di Sukavatiloka. Inilah salah satu arti penting yang terkandung dalam ritual api homa. C. Altar Dirgahyu dan Altar Paramita Dalam upacara ritual Tantrayana Zhenfozong akan dibuat dua altar tambahan selain selin atar utama vihara yaitu: Altar Dirgahyu dan altar Paramita. Altar dirgahyu adalah altar yang dimaksudkan untuk sarana penyaluran jasa doa pemberkahan bagi keluarga yang didaftarkan pada formulir pemberkahan khususnya doa kesehatan dan panjang umur. Altar Paramita adalah altar yang dimaksudkan untuk sarana penyaluran jasa doa penyeberangan bagi para leluhur/para mendiang yang didaftarkan pada formulir penyeberangan agar mereka memperoleh pancaran cahaya Buddha- Bodhisattva dan memiliki BODHICITA TEMA 2 47

kesempatan untuk terlahir di Sukavatiloka. BODHICITA TEMA 2 48

Lingpai penyeberangan akan ditancapkan di altar Paramita, biasanya ditancap dinampan yang diisi beras. D. Berpartisipasi Dalam Ritual Api Homa Merupakan suatu berkah dan karma baik yang luar biasa bagi kita sebagai umat Buddha Tantrayana Zhenfozong karena kita memiliki kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam acara Api Homa. Seperti penjelasan di atas bahwa dengan mengikuti ritual Api Homa mempunyai manfaat yang berlipat bagi kehidupan kita saat ini maupun kehidupan mendatang. Ada beberapa cara kita dapat berpartisipasi dalam upacara ritual api homa, yaitu : 1. Dengan menjadi peserta Cara menjadi peserta ritual api homa yaitu dengan mendaftar melalui formulir pemberkahan untuk pemberkahan bagi orang yang masih hidup. Tuliskan nama-nama keluarga, sahabat atau siapapun yang akan didaftarkan untuk memperoleh penyaluran jasa. Selain formulir, kita juga dapat mengisi kayu homa. Makna dari kayu homa adalah mengubah duka menjadi suka, dengan kata lain melalui kekuatan pahala api homa semoga duka derita segera berakhir dan segera memperoleh kebahagiaan. Inilah manfaat yang terkandung pada kayu homa. Kemudian kita juga mendaftarkan leluhur atau orang yang sudah meninggal, boleh juga mendaftarkan selain leluhur, itu boleh saja. Caranya adalah dengan menuliskan nama-nama para mendiang yang akan kita daftarkan pada formulir penyeberangan. Biasanya pada ritual api homa juga ada lingpai untuk menuliskan nama leluhur. Fungsi lingpai adalah untuk memberikan tempat kepada roh mendiang agar pada saat upacara dapat bersemayam di altar Paramita untuk memperoleh sajian persembahan (makanan) dan memperoleh pancaran cahaya Buddha. Setelah kita selesai mengisi formulir, selanjutnya kita mengikuti rangkaian ritualnya sampai selesai. 2. Dengan menjadi panitia Untuk panitia banyak sekali pekerjaan yang dilaksanakan mulai dari persiapan sampai dengan acara selesai. Bisa juga berperan dalam pendaftaran peserta maupun ikut dalam kelompok alat pengiring ritual. Teman-teman Sedharma setelah kita tahu bagaimana cara kita berpartisipasi dalam suatu acara ritual api homa, maka setiap ada acara api homa di vihara kita masing-masing maupun di vihara sekitar kita harus BODHICITA TEMA 2 48

berperan aktif dalam acara tersebut. Karena dengan ritual tersebut akan menjadi ladang karma baik yang luar biasa bagi kita. Setelah kita mengetahui pengertian, makna dan cara berpartisipasi dalam upacara ritual api homa, maka kita sebagai umat Tantrayana Zhenfozhong hendaknya jangan sampai melewatkan acara api homa yang sering dilaksanakan oleh tempat ibadah kita. Api homa merupakan ritual Tantrayana yang tertinggi yang memungkinkan para umat untuk dapat melatih karma baik melalui pikiran, ucapan dan juga perbuatan badan jasmani kita. beberapa hal yang menjadi karma baik saat ritual api homa yaitu sebagai berikut: a. Menjapa Mantra (karma baik melalui ucapan/kusala vaci kamma) b. Membentuk Mudra (karma baik melalui badan jasmani/kusala kaya kamma) c. Melaksanakan Visualisasi (karma baik melalui pikiran/kusala manno kamma) d. Melaksanakan maha persembahan (berdana) e. Melaksanakan meditasi Menyimak Cerita Salah Paham Suatu ketika di Vihara Vajra akan menyelenggarakan upacara ritual api homa. Semua umat di vihara tersebut antusias untuk menyambut acara api homa tersebut. Namun ada beberapa umat yang memang belum memahami tentang ritual api homa. Termasuk beberapa anak anggota Sekolah Minggu Vajra. Mereka juga ternyata belum begitu tahu tentang ritual api homa yang akan dilaksanakan di Vihara Vajra. Sore itu ada tiga anak SMB Vajra yang seteleh selesai kegiatan SMB mereka sembari pulang ngobrol tentang acara yang akan digelar di vihara. Mereka adalah Padma, Kumara dan Citra. Citra : “ Teman-teman bagaimana persiapan kalian untukmengikuti Acara api homa besuk hari Minggu?” Padma : “ Aku tidak ikut ah, lagipula aku kurang paham manfaat dari Upacara api homa.” BODHICITA TEMA 2 49

Citra : “ Bagaimana dengan kamu Kumara?” Kumara : “ Aku tahu sedikit sih tentang api homa, aku sering melihat Acara itu di youtube, tapi aku tidak setuju dengan ritual Padma Homa, karena yang aku lihat saat ritual itu isinya bakar- Citra bakar sesaji. Itu kan kasihan makanan dibakar, mending kita danakan untuk orang yang membutuhkan, benar tidak Padma Padma?” Kumara : “ Iya aku juga kurang setuju hal itu.” Citra : “ e,e,e kalian jamgan salah ya. Itu yang dibakar hanya persembahan tertentu saja, sementara seperti beras, dan Padma minyak, serta berbagai persembahan lain sebagian akan Kumara didanakan setelah acara selesai. Dan yang lebih penting dengan kita ikut upacara api homa kita akan mendapatkan pemberkahan untuk kita dan keluarga, juga dapat menyeberangkan para leluhur kita menuju alam bahagia.” : “ Lho kok bisa bagaimana logikanya nih?” : “ Iya aneh gak masuk akal banget”. : “ Beginini teman-teman, saat ritual api homa kita melaksanakan Karma baik yang luar biasa yaitu: menjapa mantra, mudra visualisasi, meditasi dan melaksanakan maha persembahan Selain itu kita juga mendapat pemberkahan dari upacarika. Nah, karma baik yang kita lakukan akan kita limpahkan kepada para leluhur, sehingga mereka dapat terlahir di alam bahagia. Lalu, tentang persembahan yang dibakar itu memang wujud Kita dan juga cara untuk melepaskan segala kemelekatan.” : “ O, begitu rupanya sudah jelas aku sekarang.” : “ kalau begitu aku akan ikut acara api homa ah.” BODHICITA TEMA 2 50

Mari Beraktivitas 1. Mari Mengisi teka-teki silang! Petunjuk : ayo kita sejenak berkonsentrasi untuk mengisi TTS di bawah ini dengan hal-hal yang berkaitan dengan ritual saat api homa! 1 3 2 4 Pertanyaan mendatar : 1. Pakaian untuk ritual api homa 2. Puja bhakti dalam Tantrayana 4. Salah satu persembahan dalam api homa Pertanyaan menurun : 1. Alat untuk menghitung mantra saat ritual api homa 3. Meja sesaji 2. Ayo Bermain! Petunjuk : Padma hendak mengikuti upacara api homa di vihara, bimbinglah ia dari rumah menuju ke vihara agar ia bisa menemukan jalan yang tepat dan bisa mengikuti acara api homa tepat waktu! Temukan rute jalan terpendek agar Padma sampai lokasi upacara api homa tepat waktu dengan menarik garis pada gambar! BODHICITA TEMA 2 51

Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukanlah dan renungi! Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dan meditasi, juga berkat maha persembahan dapat menuntun jiwa saya pada kebahagiaan. Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dan meditasi, juga berkat maha persembahan dapat menuntun jiwa leluhur saya pada alam kebahagiaan. dapat menuntun jiwa semua makhluk pada kebahagiaan. BODHICITA TEMA 2 52

Membiasakan Diri Biasakan menjapa mantra secara rutin setiap hari. Lakukanlah saat bangun tidur dipagi hari dan sebelum tidur dimalam hari. Lakukan ini selama 7 hari berturut-turut! Mantra yang dijapa : “Mantra hati Padmakumara dan Sukhawati Vyuha Dharani” Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 .......... x ......... x ......... x .......... x .......... x ........... .......... x TTD x Komentar : .......... .. BODHICITA TEMA 2 53

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Sahabat sedharma yang berbahagia, hari ini kita akan belajar tentang Puja Bakti Khusus. Teman-teman sedharma kita tahu bahwa agama yang diakui oleh pemerintah di Indonesia ada enam (6) agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu) dan sebenarnya masih banyak kepercayaan- kepercayaan yang bersumber pada ajaran para leluhur dari zaman dahulu. Setiap agama dan kepercayaan yang berkembang di Indonesia mempunyai tata cara yang berbeda- beda dalam ibadahnya. Namun, secara umum tujuannya sama yaitu untuk mencapai ketenangan dan kedamaian batin setiap insan, sesuai dengan ajaran agamanya. Sumber ilustrasi : https://data.dikdasmen/k.13sd.co.id Setiap agama mempunyai sebutan tersendiri untuk ritual peribadatannya. Secara umum peribadatan oleh umat beragama di Indonesia sering disebut dengan sembahyang. Sembahyang berasal dari dua kata ya itu BODHICITA TEMA 2 54

Sembah + Hyang. Sembah berarti menghormat, sedangkan Hyang berarti sesuatu yang maha tinggi. BODHICITA TEMA 2 55

Jadi, sembahyang berarti memberi penghormatan kepada yang maha tinggi, yang maha suci dan maha bijaksana. Tradisi sembahyang sudah dilaksanakan dari zaman nenek moyang bahkan sebelum munculnya agama-agama di dunia. Tradisi sembahyang yang dilaksanakan oleh para leluhur berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh suku-suku yang ada di nusantara. Bahkan sampai sekarang ini masih banyak aliran-aliran kepercayaan yang lestari di kalangan masyarakat Indonesia. A. Puja Bakti Bagi umat Buddha ritual peribadatan secara umum sering disebut juga dengan istilah puja bakti. Puja bakti dalam agama Buddha diartikan memberikan penghormatan atau memanjatkan puja puji kepada yang maha suci, maha bijaksana yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha (Triratna). Puja Bakti dalam agama Buddha juga berarti memuja pada para Buddha, Bodhisattva, Mahasatva dan para makhluk suci. Dalam aliran Tantrayana (Vajrayana) puja bakti dikenal dengan sebutan sadhana. Sadhana sebenarnya berasal dari kata dasar saddha (Pali) atau Sradha (Sansekerta) yang berarti keyakinan, jadi sadhana merupakan pemanjatan puja puji kepada Mula Acarya dan Sang Triratna para Buddha, Bodhisattva, Dharmapala dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan kita kepada Sang Catur-ratna. Puja bakti dalam Tantrayana Zhenfozong secara umum terbagi menjadi dua macam yaitu : 1) Puja bakti umum Puja bakti umum merupakan puja bakti yang rutin dilaksanakan oleh suatu vihara, dan biasanya dilaksanakan satu atau dua kali dalam seminggu. Puja bakti umum yang dilaksanakan oleh suatu vihara berupa sadhana yang bersifat dasar seperti Catur Prayoga atau Guruyoga. 2) Puja bakti khusus Puja bakti khusus adalah puja bakti yang diselenggarakan oleh vihara untuk menyambut sesuatu yang penting berkaitan dengan agama Buddha atau tradisi di suatu daerah. Bisa juga untuk memperingati hari suci Buddha, Bodhisattva ataupun untuk memperingati hari raya dalam agama Buddha. B. Puja Bakti Khusus Tantrayana adalah aliran yang sangat mementingkan ritual puja bakti BODHICITA TEMA 2 55

(sadhana). Dalam Tantrayana sangat banyak ritual puja bakti khusus yang dilaksanakan seperti: ritual hari suci Buddha/Bodhisattva, ritual sadhana BODHICITA TEMA 2 56

pertobatan, ritual satwa mocana (pelepasan satwa), ritual argham puja, ritual duma puja, ritual api homa, dan lain-lain. Memang aliran Tantrayana sangat lengkap dalam hal ritual puja bakti khusus. Sebagai aliran esoterik, Tantrayana Zhenfozong identik dengan ritual khusus yang sering diselenggarakan oleh tempat ibadahnya. Mulai dari ritual dasar sampai ritual tingkat tinggi semua diajarkan oleh Mahamula Acarya Liansheng sebagai guru silsilah dalam Tantrayana Zhenfozong. Namun, dari berbagai macam ritual yang ada dalam aliran Tantrayana Zhenfozong, ritual api homa merupakan ritual yang tertinggi. Pahala yang luar biasa akan diperoleh oleh umat yang dapat mengikuti ritual ini. C. Tantrayana dan Penyatuan Tradisi Perkembangan suatu aliran dalam agama Buddha tidak lepas dari tradisi - tradisi yang ada di suatu daerah tempat tinggal para umatnya. Jika ritual puja yang diselenggarakan tidak selaras dan bertentangan dengan tradisi masyarakat setempat maka perkembangan agama tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Suatu agama akan dapat bertahan dalam suatu masyarakat bila agama tersebut bisa menyatu dengan tradisi dan budaya setempat. Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat tentunya kita selalu berhubungan dan melaksanakan tradisi-tradisi yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan tradisi? Tradisi merupakan kebiasaan - kebiasaan yang sering dilakukan oleh suatu masyarakat dan biasanya berkaitan dengan adat dan budaya suatu daerah. Masyarakat Indonesia sangat terkenal dengan tradisi-tradisi yang sudah berjalan sejak para leluhur jaman dahulu. Hampir seluruh masyarakat terutama yang tinggal di daerah pedesaan masih sangat kental akan tradisi dari para leluhur. Hal ini biasanya berkaitan dengan acara pernikahan, kematian dan hal-hal lain. Beberapa contoh misalnya untuk orang meninggal ada tradisi 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari. Ini hampir di semua kalangan dan suku serta daerah yang ada di Indonesia melaksanakan tradisi ini. Kemudian untuk wanita yang mengandung akan ada tradisi 3 bulanan dan 7 bulanan ini juga sama baik di Jawa, Sumatra, Bali dan Kalimantan semua masyarakat menyelenggarakan acara tersebut. BODHICITA TEMA 2 56

Sumber ilustrasi : https://budaya-nusantara.co.id Dalam masyarakat Jawa juga ada tradisi nyadran yaitu acara adat yang digelar untuk mendoakan para leluhur yang yang telah meninggal dunia. Nyadran biasanya digelar setiap satu tahun sekali. Selain nyadran ada juga tradisi potong rambut untuk bayi dan juga tradisi ‘tedak siti’ yaitu sebuah tradisi bayi yang berumur 8-10 bulan menginjak bumi/tanah yang pertama kalinya. masyarakat dan hampir di setiah daerah sama hanya berbeda istilah saja. Lalu bagaimana hubungan Tantrayana Zhenfozong dengan tradisi yang berlaku di berbagai daerah di Indonesia? Dari sekian aliran agama Buddha yang ada di Indonesia yang paling mendekati dari segi persembahan sesaji dalam ritual dan sutra mantra yang dipanjatkan, Tantrayana Zhenfozong sangat relevan dan berjalan selaras dengan tradisi yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Mulai dari adat Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan dan beberapa daerah di Indonesia semua selaras dengan Ajaran dan tradisi dalam Tantrayana Zhenfozong. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebijakan Majelis menerbitkan panduan ritual dalam puja bakti dalam rangkaian tradisi di daerah yang meliputi : a. Upacara kematian sesuai tradisi daerah (3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, nyadran, doa leluhur) b. Upacara pernikahan ( nikah, mengandung 3 bulan, 7 bulan ) c. Upacara kelahiran (potong rambut, tedak siti) d. Upacara adat (sedekah bumi, wiwit tandur, wiwit panen) BODHICITA TEMA 2 57

Sumber ilustrasi : https://budaya-nusantara.co.id Menyimak Cerita Masa Panen Tiba Pagi itu setelah sarapan Dewi hendak berangkat ke sekolah. Namun Dewi agak heran karena dari tadi tidak melihat ibunya di ruang makan. Kemudian ia bergegas menuju ke dapur. Dan benar saja ibunya sedang sibuk di dapur berkutat dengan banyak makanan dan bahan sesajian yang sudah tertata rapi. Dewi kemudian mendekati ibunya. Dewi : “ Bu, makanan sebanyak ini untuk siapa?” Ibu : “ o... itu untuk sesaji di sawah, karena kita akan memulai Memanen padi.” Dewi : “ Lha memang panen padi juga harus memakai sesaji ya bu?” BODHICITA TEMA 2 58

Ibu : “ Iya dong Wi, itu untuk wujud syukur kita pada para Buddha Bodhisatva, dan para Dewa. Agar berkah yang melimpah Selalu Dewi menyertai kita.” Ibu : “ Selain itu apakah ada maksud lain bu dari sesaji ini?” Dewi : “ Dengan mempersembahkan sesaji, berarti kita berdana Ibu Dewi Makanan kepada mahkluk luas baik yang kelihatan atau Yang Ibu tidak kelihatan, yang jauh maupun yang dekat semua Akan Dewi menerima persembahan tersebut.” Ibu : “ Apakah dengan persembahan sesaji juga dapat mengukur Dewi Kerelaan hati kita bu ?” : “ Benar Wi, dengan tradisi sesaji berarti kita telah mengikis Rasa kemelekatan yang ada dalam diri kita.” : “ Ternyata dibalik sebuah persembahan sesaji ada begitu Makna yang terkandung di dalamnya ya bu.” : “ Ya Wi, terkadang sesaji itu kelihatan sepele, tetapi faedah- Nya memang luar biasa.” : “ Ya bu, Dewi berangkat sekolah dulu ya bu ” : “ hati-hati di jalan, nanti kalau mau menyusul ke sawah, kamu Boleh mengajak teman-teman.” : “ ya bu terimakasih.” Mari Beraktivitas 1. Mari Menebalkan Tebalkan huruf dibawah aksara om ah hum berikut! Setelah itu warnai kotak berisi aksara dengan tepat om = putih, ah = merah, hum = biru ! Om ah hum BODHICITA TEMA 2 59

2. Mari Menjodohkan gambar di bawah ini ! Jodohkan gambar tradisi di bawah dengan mantra yang harus dibacakan saat kegiatan tersebut berlangsung ! Mitoni • Mantra Dewa Bumi • Maha Karuna Dharani Tedak Siti • Mantra Potong Rambut Avalokitesvara • Maha Karuna Dharani • Mantra Catur Sarana • Maha Karuna Dharani BODHICITA TEMA 2 60

Mari Merenungi Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dan meditasi, juga berkat maha persembahan dapat menuntun jiwa saya pada kebahagiaan. Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dan meditasi, juga berkat maha persembahan dapat menuntun jiwa leluhur saya padaalam kebahagiaan. Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dan meditasi, juga berkat maha persembahan dapat menuntun jiwa semua makhluk pada kebahagiaan. Membiasakan Diri Biasakan menjapa mantra secara rutin setiap hari. Lakukanlah saat bangun tidur dipagi hari dan sebelum tidur dimalam hari. Lakukan ini selama 7 hari berturut-turut! Mantra yang dijapa : Mantra hati Padmakumara dan mantra Avalokitesvara Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 .......... ......... x .......... ......... x .......... x ........... .......... x x x x TTD Komentar : .......... .. BODHICITA TEMA 2 61

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Sahabat sedharma yang berbahagia, hari ini kita akan belajar tentang Mudra, Mantra dan Visualisasi. Teman-teman sedharma, dalam agama Buddha kita mengenal tiga aliran besar yaitu: Theravada, Mahayana dan Tantrayana. Tantrayana juga disebut Vajrayana (Vajra: berlian, Yana: Kendaraan). Aliran Theravada berkembang dari India menuju ke Vietnam, Myanmar, Laos, Thailand, Sri Lanka dan Indonesia. Aliran Mahayana berkembang di Korea, Jepang, China dan Vietnam serta Malaysia. Sedangkan aliran Tantrayana berkembang di Tibet dan Mongolia. Pada aliran Theravada secara ritual penekanannya pada pembacaan paritta dan meditasi. Untuk aliran Mahayana secara ritual penekanannya pada pembacaan sutra dan juga meditasi. Sedangkan untuk Tantrayana secara ritual penekanannya pada mantra, mudra, visualisasi dan meditasi. Dalam pembinaan diri aliran Tantrayana melatih karma pikiran, karma ucapan, dan karma badan jasmani melalui visualisasi, mantra dan mudra. Sehingga tiga saluran karma yang ada dalam diri manusia akan diolah menuju kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan melalui pelatihan visualisasi, mantra dan mudra yang menjadi ciri khas dari pada ajaran Tantrayana. A. Mudra Dalam ajaran Tantrayana setiap umat Buddha (sadhaka) diwajibkan meniti jalan menuju kebahagiaan melalui jalan sadhana. Sadhana merupakan metode BODHICITA TEMA 2 62

pelatihan diri dengan perpaduan antara puja bakti dan bhavana. BODHICITA TEMA 2 63

Melalui sadhana inilah terjadi penyatuan antara mudra, mantra dan visualisasi. Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan mudra? Mudra dalam bahasa Sanskerta artinya lambang atau segel. Yang dimaksud dengan lambang atau segel di sini adalah gestur atau sikap tubuh yang bersifat simbolis dari para makhluk suci (Buddha, Bodhisattva, Dharmapala atau para dewa) . Mudra juga dapat diartikan sebagai tanda atau bahasa isyarat tangan yang melambangkan kesucian jasmani para Buddha dan Bodhisattva. Namun, secara lebih mendalam dalam Tantrayana Zhenfozong, mudra lebih dimaknai sebagai bentuk pelatihan badan jasmani dalam suatu ritual sadhana untuk menuju pada perbuatan yang benar. Setiap tahap inti dalam suatu sadhana Tantra akan mempunyai bentuk pelatihan mudra yang berbeda-beda. Hal ini karena sadhana inti setiap Adinata baik Buddha, Bodhisattva, Dharmapala atau para dewa mempunyai bentuk mudra yang berbeda-beda. Hanya pada tahap pembukaan ritual saja yang memiliki mudra yang sama. Dan ini biasanya mudra yang bersifat dasar, seperti: mudra untuk Maha Namaskara, mudra Persembahan, mudra Pelindung Diri. Juga untuk ritual sadhana penutup biasanya menggunakan mudra yang bersifat dasar dan umum. Sumber ilustrasi : https://lotus.png.com Pembentukan mudra akan membimbing para sadhaka untuk selalu teringat ajaran suci para Buddha/Bodhisattva. Dengan demikian umat Buddha akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat yang dapat menjerumuskan manusia pada alam penderitaan. Melalui tahapan pembentukan mudra ini manusia akan takut dan malu untuk berbuat jahat BODHICITA TEMA 2 63

sesuai dengan ajaran dalam agama Buddha. Mudra sebagai bahasa isyarat dan simbol kesucian perwujudan sosok Buddha/Bodhisattva juga dapat memberikan sugesti positif kepada umat Buddha yang dapat membentuknya dalam suatu ritual peribadatan yang dilaksanakan. Dari sugesti yang muncul dalam batin para sadhaka dapat memberikan berbagai dampak positif dalam kehidupan sehari-hari antara lain: 1) Menuntun pikiran menuju ketenangan 2) Meningkatkan konsentrasi terhadap gerak tubuh 3) Melancarkan metabolisme dan peredaran darah dalam tubuh 4) Meningkatkan kesehatan jasmani para sadhaka Mengingat begitu banyaknya manfaat pembentukan mudra bagi para sadhaka, maka sangat penting untuk mengajarkan tentang mudra dalam ajaran Tantrayana sejak awal. Terutama bagi generasi muda dan para umat pemula. Sehingga ritual puja bakti akan lengkap dengan membentuk mudra secara sempurna dan penuh kesungguhan. B. Mantra Setelah kita mempelajari tentang mudra, tahap selanjutnya kita mempelajari tentang mantra. Mantra sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat nusantara. Bahkan mantra merupakan salah satu jenis karya sastra lama yang ada di Nusantara, dan telah dikenal sejak zaman kerajaan- kerajaan masa Hindu-Buddha. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan mantra? Mantra merupakan bunyi, suku kata, kata atau kalimat yang dianggap mampu menciptakan perubahan secara spiritual. Secara etimologi mantra berasal dari suku kata Man (mannana) dan suku kata Tra (trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara. Dari gabungan man dan tra, mantra diartikan sebagai memanggil datang. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta mantra berasal dari suku kata Man yang artinya citta (pikiran), dan Tra yang berarti alat. Dari aspek ini mantra diartikan sebagai suatu alat yang dapat mengendalikan pikiran atau kehendak. Penulisan mantra secara umum biasanya berbentuk bait-bait dengan keadaan rima yang tidak menentu. Dalam ajaran Tantrayana mantra merupakan ajaran lesan yang diturunkan oleh seorang guru kepada muridnya dan biasanya bersifat rahasia. Mantra merujuk pada sosok suci Buddha, Bodhisattva, Dharmapala atau para Dewa. Setiap makhluk suci akan mempunyai mantra hati masing-masing. Dalam Tantrayana mantra mempunyai peran dan faedah masing-masing. Di sini mantra juga dapat BODHICITA TEMA 2 64

berupa pujian terhadap nama agung Buddha/Bodhisattva. Mantra dalam Tantrayana sangat beragam dalam hal fungsinya. Dimulai dari BODHICITA TEMA 2 65

mantra Pembersihan (untuk membersihkan pikiran, ucapan dan jasmani serta lingkungan), mantra Persembahan (untuk mempersembahkan sesaji), mantra Catur Sarana (untuk memuja kepada Guru, Buddha, Dharma, dan Sangha). Perapalan mantra secara umum mempunyai manfaat yang luar biasa. Dalam Tantrayana mantra menjadi sarana untuk melatih kebersihan ucapan para sadhaka. Dengan merapal mantra maka manusia dapat menuju pada karma ucapan yang bersih, sehingga akan selalu melahirkan kata-kata yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ketekunan rapal mantra para sadhaka akan memiliki vaci karma yang benar dan dapat menghindari ucapan- ucapan yang salah, yaitu dapat menghindari fitnah, berbohong, kata-kata kasar dan kata-kata jorok. Dengan metode pelatihan diri melalui rapal mantra maka para sadhaka Tantra dapat mencapai kesucian dalam ucapan. Selain itu rapal mantra juga memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : 1. Menuntun konsentrasi pikiran. 2. Menenangkan jiwa. 3. Melatih pada ucapan yang benar. 4. Memberikan sugesti positif pada diri sendiri dan orang lain. 5. Menimbulkan kebahagiaan. C. Visualisasi Visualisasi sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengungkapan gagasan atau perasaan dengan media gambar. Visualisasi berasal dari kata visual yang berarti gambar. Visualisasi juga diartikan sebagai pembuatan gambar untuk menyampaikan informasi tertentu. Sedangkan visualisasi dalam agama Buddha Tantrayana adalah suatu proses penggambaran bentuk-bentuk tertentu yang berkaitan dengan simbol-simbol suci ajaran Tantra di dalam pikiran setiap sadhaka. Simbol-simbol ini berkaitan dengan beberapa hal yang bersifat rahasia dalam Tantrayana. Sebagai contoh misalnya: Cakra Candra (lingkaran bulan), Bijaksara (simbol semacam huruf), Cahaya Adhistana, dll. Dalam setiap ritual puja bakti ada tahapan visualisasi baik dalam tahap pembuka, inti maupun tahap penutup puja bakti (sadhana). Dalam tahap pembuka puja bakti (sadhana) visualisasi biasanya bersifat umum, seperti visualisasi kekosongan, visualisasi namaskara, visualisasi persembahan, visualisasi pemberkahan Catursarana, visualisasi Simabandhana, dll. Sedangkan dalam tahap puja bakti inti visualisasi biasanya bersifat khusus mengikuti Adhinata yang dipuja. Sebagai contoh misalnya dalam puja bakti Guruyoga, maka visualisasi tahap inti BODHICITA TEMA 2 65

dimulai dari visualisasi kesunyataan, BODHICITA TEMA 2 66

kemudian visualisasi cakra candra, lalu muncul bijaksara Hum dan seterusnya. Dalam tahap inti sadhana maka visualisasi akan berbeda-beda sesuai dengan Adinata yang dipuja pada saat puja bakti tersebut. Dengan adanya visualisasi dalam setiap puja bakti (sadhana) para sadhaka akan senantiasa terlatih untuk berpikir yang fokus dan berpikir yang baik. Dengan visualisasi maka pikiran-pikiran negatif yang ada akan terkikis dari benak para sadhaka. Sehingga dengan pelatihan diri melalui visualisasi pikiran sadhak a akan terbimbing menuju pikiran yang tenang, pikiran yang bersih dan menuju pada pikiran yang benar. Dengan demikian maka sangat besar manfaat dari visualisasi. Secara umum manfaat dari pelatihan visualisasi dalam sadhana antara lain sebagai berikut : 1. Memfokuskan pikiran. 2. Melatih berpikir positif. 3. Menyingkirkan pikiran-pikiran negatif. 4. Membimbing menuju pikiran benar. D. Mudra, Mantra dan Visualisasi Sebagai Satu Kesatuan Aliran Tantrayana menitik beratkan pembinaan diri melalui mudra, mantra, visualisasi dan meditasi. Dari keempat hal tersebut tiga hal utama yaitu mudra, mantra dan visualisasi merupakan satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Artinya dalam setiap puja bakti harus dilaksanakan secara bersama. Ini dikarenakan ketiga hal itu merupakan rangkaian untuk membersihkan tiga saluran karma yang ada dalam setiap diri para sadhaka. Dengan melaksanakan puja bakti yang di dalamnya mempraktikkan mudra, mantra dan visualisasi maka karma jasmani, ucapan dan pikiran (kaya karma, vaci karma dan mano karma) senantiasa fokus dan tertuntun menuju pikiran bersih, ucapan bersih dan tindakan jasmani yang bersih. Dengan demikian maka pikiran, ucapan dan tindakan para sadhaka menjadi senantiasa benar dalam kehidupan sehari-hari. Umat Buddha Tantrayana Zhenfozong mempunyai kewajiban untuk melaksanakan sadhana minimal sekali dalam sehari, dengan demikian maka setiap hari para sadhaka melatih diri menuju kesucian pikiran, ucapan dan badan jasmani melalui visualisasi, mantra dan mudra yang ada dalam rangkaia n puja bakti (sadhana). BODHICITA TEMA 2 66

Menyimak Cerita Luput dari Bencana Longsor Bhiksu Shi Shaoyin mengira bahwa dirinya sudah dua puluh tahun mendalami Zen, kali ini mengadakan pratibhana dengan saya Sheng-yen Lu, pasti Sheng-yen Lu akan terpojok. Asalkan menemukan sedikit kejanggalan dalam ungkapan Sheng-yen Lu, pasti akan menyudutkannya dengan tuntas. Tetapi saya hanya tersenyum, lebih banyak menutup mulut. “Gunung tinggi di atas gunung, laut dalam di dasar laut. Coba saya tanya, ada hubungan tidak?” Shi Shaoyin bertanya lagi, “Mengapa harus melibatkan para dewa?” “Seluas tiga ribu alam mahaluas, tak lain hanyalah sebatas gelembung air.” Shi Shaoyin kelihatannya tak mampu melanjuti, “Guru Lu mengaku memiliki kekuatan abhijna, bolehkah membuktikannya untuk saya?” “Saya ingin menyelamatkan Anda!” “Menyelamatkan saya?” Shi Shaoyin tampak tidak bisa terima dan tersenyum sinis. “Saya dapat menyelamatkan diri saya sendiri, siapa pula yang butuh penyelamatan dari Anda?” Saya menjawab, “Diselamatkan atau menyelamatkan diri sendiri, itu tidak penting. Yang jelas, kini Anda akan menghadapi sebuah bencana!” “Paranormal suka menakuti orang, di mana-mana sama saja.” “Percaya atau tidak, terserah Anda!” “Coba katakan!” BODHICITA TEMA 2 67

“Di sekeliling Anda terdapat empat orang berpakaian warna hitam yang bermaksud mencabut nyawa Anda!” “Bagaimana melindungi diri?” “Cukup dengan menjapa Mantra Dewa Marici” “Saya pernah belajar dan menjapa mantra ini, namun sudah lama tidak menjapanya.” Saya berkata serius, “Bhiksu menjapa Mantra Dewa Marici ‘Om. Mo Ii zhi yi. Suo ha.’ hendaknya menambahkannya sebagai berikut: Lindungilah saya dari marabahaya, lindungilah saya dari petaka perampokan, lindungilah saya dari kecelakaan lalu lintas, lindungilah saya dari bencana air dan api, lindungilah saya dari bahaya peperangan, lindungilah saya dari gangguan makhluk halus, lindungilah saya dari bahaya racun, lindungilah saya dari serangan binatang buas dan sengatan serangga berbisa serta orang yang menaruh dendam. Di mana saja, kapan saja, mohon selalu terlindungi.” Kita sadari bahwa manusia takut akan bencana dan petaka, oleh karena itu saya sering bersadhana, secara diam-diam membantu mereka terhindar dari intaian maut. Saya juga menjapa Mantra Dewa Marici, lalu melimpahkan jasa pada Bhiksu Shi Shaoyin. Atas niat inilah, Shi Shaoyin akan terselamatkan. Rupanya Bhiksu Shi Shaoyin sendirian membangun gubuk dan hidup menyepi di pedalaman Gunung Bagua, Zhanghua, Taiwan. la sering duduk bersila berlatih meditasi. Pada suatu malam gelap saat hujan badai, Bhiksu Shi Shaoyin sedang duduk bersamadhi. Di luar gubuk, hujan turun dengan sangat deras. Sudah tiga hari tiga malam. Shi Shaoyin tahu bahwa pasar kecil di kaki gunung sudah mulai tergenang air, bila hujan masih belum reda, dikuatirkan akan terjadi bencana air bah. Tiba-tiba di luar gubuk terdengar suara tangis seorang anak balita. Isak tangis berbaur dengan deru air hujan yang turun lebat, “Mami! Mami!” Shi Shaoyin memasang telinga. “Mami! Mami!” berulang-ulang. Tidak salah lagi, itu adalah jeritan seorang anak balita. Semakin didengar, sekonyong- konyong suara tersebut menjadi “Marici! Marici! Marici!” Shi Shaoyin menjapa satu kali “Om. Mo Ii zhi yi. Suo ha.” la segera beranjak dengan mengenakan jas hujan dan sepatu but. la meraih lampu senter lalu meninggalkan gubuk dan menelusuri suara isak tangis anak balita di tengah hujan badai. “Mami! Marici!” Apakah suara tangis itu “Mami” atau “Marici”? la pun sudah bingung. Kadang suara itu berasal dari arah depan, kadang dari arah belakang. Kadang pula dari kiri, kadang pula dari kanan. Sepertinya bermain petak-umpat dengan Shi Shaoyin. BODHICITA TEMA 2 68

la berjalan di tengah amukan badai selama satu jam. Lalu suara tangis lenyap. Setelah ditunggu dan diperhatikan agak lama, sama sekali tidak terdengar apa- apa lagi. Tiba-tiba ia teringat bahwa di sekitar pedalaman gunung itu memang tidak ada penghuni. Kalau begitu dari mana datangnya isak tangis anak balita? Shi Shaoyin buru-buru balik menuju gubuk. Namun saat ia sampai di lokasi gubuk, ia tercengang. Gubuk telah hilang, terkubur oleh tanah longsor yang tertumpah dari gunung, bagaikan bukit kecil. Tanah dan bebatuan masih terus meluncur ke bawah, bahkan tempat ia berpijak pun mulai berbahaya. Shi Shaoyin menjadi panik. Segera ia meninggalkan tempat yang telah ia jalani hidup nyepi selama dua tahun. Nyawanya sudah terselamatkan! Tetapi gubuk dan seluruh isinya lenyap! Setelah peristiwa yang mengerikan itu berlalu, Shi Shaoyin merenung, sungguh petaka ini telah ditakdirkan dari atas, dan hal ini jauh sebelumnya telah diprediksi oleh Sheng-yen Lu. Empat utusan baka yang berpakaian warna hitam itu memang datang dengan misi meringkusnya. Oleh karena Buddha Hidup Liansheng menginginkan ia menjapa Mantra Dewa Marici, maka ia pun mulai serius dengan mantra tersebut. Dikutip dari buku karya Maha Guru ke 148 Daya Magis Mantra, sub ke-4 Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukanlah dan renungi! Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi, dapat menuntun jiwa saya pada kebahagiaan. Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dapat menuntun jiwa leluhur saya pada alam kebahagiaan. Semoga dengan kekuatan kebajikan penjapaan mantra, pembentukan mudra, pengkondisian pikiran melalui visualisasi dapat menuntun jiwa semua makhluk pada kebahagiaan. BODHICITA TEMA 2 69

Mari Beraktivitas 1. Mari Menjodohkan ! Tariklah garis dan jodohkan gambar mudra disebelah kiri dengan nama mudra yang tepat! Mudra Arolik Mudra Persembahan MudraPadma Kumara Mudra Jinajik Mudra Samaropa Mudra Vajra Anjali BODHICITA TEMA 2 70

2. Mari Menempel! Potonglah gambar-gambar dibawah ini lalu temple dan buatlah seperti Visualisasi! Potongan 1 Conto h Hasil Potongan 2 Potongan 3 BODHICITA TEMA 2 71

Membiasakan Diri Biasakan menjapa mantra secara rutin setiap hari. Lakukanlah saat bangun tidur dipagi hari dan sebelum tidur dimalam hari. Lakukan ini selama 7 hari berturut- turut! Mantra yang dijapa : Mantra hati Padmakumara dan mantra Pelindung diri Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 ......... x ........... .......... .......... ......... .......... .......... x x x x x x TTD Komentar : .......... .. BODHICITA TEMA 2 72

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Sahabat sedharma yang berbahagia, hari ini kita akan belajar tentang Borobudur. Sahabat sedharma, Indonesia merupakan negara yang besar dengan berbagai macam kekayaan yang dimiliki di dalamnya. Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, namun juga kaya akan peradaban budayanya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai macam peninggalan sejarah yang ada. Dari beberapa peninggalan sejarah yang ada, yang sangat terkenal sampai manca negara yaitu peninggalan pada masa peradaban Hindu-Buddha. Nah, inilah yang patut kita banggakan sebagai umat Buddha. Ternyata peradaban para leluhur kita pada zaman Hindu-Buddha sudah sangat tinggi dan luar biasa. Ini bisa dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya yang berupa candi-candi yang ada di Jawa dan Sumatra. Sumber ilustrasi:tribunnews.com BODHICITA TEMA 2 73

Dari sekian banyak candi peninggalan sejarah yang ada di Indonesia yang merupakan candi peradaban Buddha diantaranya yaitu: Candi Kalasan (DIY), Candi Sewu (DIY), Candi Muara Takus (Riau), Candi Mendut (Magelang), Candi Pawon (Magelang), Candi Borobudur (Magelang), Candi Plaosan (Klaten), dan lainnya. A. Makna Candi Dalam Agama Buddha Agama Buddha pernah mengalami masa keemasan pada masa kerajaan Mataram Purba dan kerajaan Majapahit (di Pulau Jawa) dan masa kerajaan Sriwijaya (di Pulau Sumatra). Bahkan dua kerajaan besar yaitu Majapahit dan Sriwijaya pernah menguasai hampir seluruh nusantara dan melebar ke beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya. Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat perkembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Dari masa kejayaan tersebut peradapan agama Buddha banyak meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dan sejarah yang berupa candi –candi bercorak Buddha. Candi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bangunan kuno yang dibuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan atau penyimpanan abu jenazah para raja-raja dan tokoh agama. Candi juga diartikan sebagai bangunan suci penghubung atau perantara antara bumi dengan surga. Sedangkan dalam agama Buddha candi didefinikan sebagai salah satu tempat suci untuk ritual puja dan penghormatan terhadap para makhluk suci (Buddha, Bodhisattva, Dharmapala, Dewa, dll). Candi juga merupakan salah satu simbol keagamaan dalam agama Buddha. Candi dalam agama Buddha mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut yaitu : a. Tempat relik atau abu jenazah orang suci. b. Simbol ajaran agama Buddha. c. Tempat sembahyang dan makam raja. d. Mendewakan raja yang telah meninggal. e. Memuja nenek moyang. Selain beberapa makna fungsi di atas, candi juga menyiratkan suatu peradaban masyarakat yang tinggi. Dengan berdirinya candi-candi di tanah Jawa dan Sumatra ini menggambarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia pada era tersebut sudah sangat tinggi sekali. Selain itu candi yang dibangun pada masa itu juga menjadi simbol akan kerukunan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Candi juga menggambarkan toleransi beragama kala itu antara umat Buddha dan Hindu yang dapat hidup harmonis, dan berdampingan. BODHICITA TEMA 2 74

Dengan hidup harmonis dan rukun maka negara pada waktu itu dapat membangun kesejahteraan rakyatnya dengan maksimal. BODHICITA TEMA 2 75

Jadi peninggalan sejarah yang berupa bangunan candi yang ada di Indonesia ini mempunyai makna budaya, sejarah dan nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. B. Candi Borobudur Candi Borobudur merupakan candi terbesar yang ada di Indonesia bahkan dunia. Candi Borobudur terletak di Desa Boro, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada tahun 842 Masehi pada masa kerajaan Mataram Kuno (Syailendra) oleh Raja Samaratungga. Dengan seorang arsitek yang berasal dari India bernama Gunadarma. Nama Borobudur ditafsirkan dari “Dasabhumi Sambara Budara” yang berarti “bukit sepuluh tingkatan kerohanian.” Dan disingkat menjadi Sambara Budara atau Bharabudara dan dalam logat Jawa menjadi Borobudur. Tingkatan Candi Borobudur menggambarkan tingkatan filsafat mazhab/aliran agama Buddha Mahayana yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva untuk mencapai kesempurnaan (Buddha). Candi Borobudur berbentuk punden berundak- rundak dengan enam tingkatan berbentuk bujur sangkar, empat tingkat lainnya berbentuk lingkaran. Candi ini terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut : 1. Bagian kaki candi melambangkan Kamma Dhatu, yaitu dunia yang diliputi nafsu rendah, dengan 120 panel cerita Kammavibhangga. 2. Lima lapis persegi 20 yang disebut Rupa Dhatu, yaitu dunia berbentuk yang dindingnya satu berelief dan satunya lagi tidak berelief. 3. Tiga lapis lingkaran bundar beserta stupa induk (tidak berlubang) yang disebut Arupa Dhatu, yaitu dunia tanpa bentuk. Pada Candi Borobudur terdapat 2.672 arca dan 504 patung Buddha serta terdapat 1.460 keping relief yang bersumber pada kitab Kammavibhangga, Lalitavistara, Jataka, Avadana dan Gahavyuha. Pada dinding candi berisi tentang cerita Bodhisatva yang berkelana mencari kebenaran sejati. Relief pada dinding candi disusun dari kiri ke kanan searah jarum jam. C. Candi Borobudur Sebagai Mandala Agung Tantrayana Sebelum kita memahami tentang Mandala Agung Borobudur, maka terlebih BODHICITA TEMA 2 75

dahulu kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan mandala. BODHICITA TEMA 2 76

Mandala secara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti suatu benda yang berguna untuk memusatkan perhatian, atau sering diartikan sebagai pusat atau lingkaran. Dalam Tantrayana mandala sama artinya dengan kiblat memuja. Mandala bisa diartikan sebagai tempat pemujaan bagi umat Buddha. Mandala juga menjadi obyek penghormatan bagi para tantrika. Mandala menjadi kiblat pelatihan bhavana bagi para sadhaka. Bagi umat Buddha Tantrayana Borobudur bukan sekedar candi Buddha seperti pada umumnya. Menurut pandangan Tantrayana Borobudur merupakan sebuah pusat bergulirnya ajaran Buddha Vajrayana. Borobudur sebagai sebuah mandala agung yang menjadi kiblat umat Tantrayana dalam berbhavana atau membina diri. Sebagai arah kiblat memuja maka Candi Borobudur juga berperan sebagai altar raksasa yang menjadi mandala Tantra dunia. Sebagai sebuah mandala agung Borobudur juga berperan sebagai tatanan hubungan antara manusia den gan alam semesta. Secara kosmologi Candi Borobudur menjelaskan tentang tatanan perputaran waktu dari alam semesta. Perputaran waktu di sini menggambarkan hubungan interaksi antara semesta dan penghuninya, serta hubungan penguasa dengan rakyatnya juga manusia dengan yang Mahasuci. Semua tergambar jelas dalam mandala agung Borobudur. Sebagai kiblat dan pusat pemujaan umat Buddha mandala agung Borobudur juga dikenal sebagai mandala Kalacakra dalam Vajrayana/Tantrayana. Apa yang dimaksud dengan Kalacakra? Kalacakra adalah kitaran/perputaran waktu dengan waktu sebagai ukuran perubahan, baik secara eksternal (perputaran di dunia dan semesta) maupun secara internal (perubahan yang terjadi dalam raga/tubuh manusia). Secara eksternal kalacakra berhubungan dengan peredaran tata surya, peradaban sejarah dan kondisi iklim serta cuaca di dunia. Secara internal kalacakra berhubungan dengan fase-fase kehidupan manusia. Dari komposisi Candi Borobudur yang terdiri dari penampang lingkaran diapit oleh persegi yang mewakili perputaran semesta itulah maka Borobudur juga merupakan mandala Kalacakra bagi penganut Vajrayana/Tantrayana. Selain sebagai mandala agung bagi sadhaka Tantrayana Candi Borobudur juga sebagai mandala Kalacakra. Oleh karena itu tidak sembarangan seorang sadhaka Tantrayana menginjakkan kaki dalam kawasan Candi Borobudur. Sebagai mandala maka jika seorang sadhaka bisa bersujud/bernamaskara di area pelataran candi saja sudah merupakan karma baik yang luar biasa. Hal ini karena Borobudur adalah mahakarya yang agung, sakral dan suci bagi umat Tantrayana. Oleh karena itu sesungguhnya sangat disayangkan jika Borobudur sebagai salah satu destinasi BODHICITA TEMA 2 76

wisata di kawasan Jawa Tengah terlalu terbuka BODHICITA TEMA 2 77

untuk umum. Dengan terbuka 100% untuk wisata maka kesakralan/kesucian Candi Borobudur menjadi berkurang. Dengan tingkat kunjungan wisatawan yang begitu tinggi juga memungkinkan pelapukan batu candi menjadi semakin cepat. Dengan demikian maka kerusakan bagian-bagian candi akan lebih cepat dari waktu normal. Sumber ilustrasi : https://tribunnews.com Menyimak Cerita Kisah Kerbau Suatu ketika Bodhisattva terlahir di hutan besar India sebagai seekor kerbau. Diceritakan bahwa kerbau ini memiliki penampilan yang begitu buruk. Akan tetapi meskipun dalam kondisi kebinatangan yang rendah, ia mempunyai hati yang lembut, memiliki belas kasih dan juga berkarakter baik. Hampir semua binatang di hutan mengetahui tentang keluhuran sifat dari si kerbau. Namun ada beberapa binatang jahat yang mencoba memanfaatkan kebaikan hati si kerbau. Mereka mencoba menguji kekuatan dan kesabaran dari si kerbau. BODHICITA TEMA 2 77

Seekor monyet yang jahat ingin mengetahui apakah amarah dapat menguasai hati kerbau? Dengan berbagai macam cara monyet berusaha mengganggu kerbau. Ketika kerbau sedang lapar dan hendak mencari makan maka monyet mengganggu dengan cara melemparkan badannya di depan kerbau. Ketika kerbau sedang tidur dan beristirahat dengan tenang, tiba-tiba monyet naik ke atas kepalanya dan meloncat diantara tanduk kerbau. Kadang kala si monyet menungganginya, mengambil tongkat dan menjadikan kerbau sebagai kuda tunggangannya. Dengan cara ini monyet seolah-olah ingin meniru Yama, sebagaimana dalam kuil-kuil Hindu tua, Yama digambarkan sedang menaiki kerbau. Demikianlah kerbau tersiksa dari hari ke hari, namun ia tak pernah kehilangan kesabarannya. Baginya semua ini adalah pelajaran yang baik. Suatu hari satu yaksha melihat monyet menunggangi kerbau sebagai kuda tunggangannya dan ia berkata : “ Mengapa engkau begitu sabar dengan perilaku monyet yang tidak sopan kepada mu? Engkau bisa memberinya pelajaran. Tak tahukah engkau akan kekuatanmu? Engksu sekuat singa dan dengan hentakan kakimu, atau dengan tandukmu engkau bisa membunuh seekor singa. Aku tak pernah melihat seekor monyet disembuhkan dari kekasaran perilakunya melalui kelembutan hati dan kesabaran.” Kerbau menjawab dengan lembut: “Tentunya aku mengetahui kekuatanku sendiri, namun aku tak pernah memakainya untuk menghukum monyet yang pandir ini, yang tak punya kekuatan apapun untuk melawanku. Jika ia sekuat atau lebih kuat dari pada aku maka aku tak akan memakai kesabaranku. Perlakuan buruk yang diterima dari binatang yang lebih lemah memberikan peluang terbaik untuk mempraktikkan kebajikan dan kesabaran.” “ Jika monyet lemah ini sedang mengajarkan kesabaran, lantas kenapa aku harus marah?” Yaksha berkata : “ Kalau begitu engkau tidak akan pernah terbebas dari kejengkelan ini! Siapa yang akan menghukum bangsat ini jika engkau tak menyingkirkan kesabaranmu sejenak?” BODHICITA TEMA 2 78


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook