Pembelajaran Berbasis Proyek HermanAnis.com – Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Dalam tulisan kali ini kita akan fokus membahas model pembelajaran yang lagi banyak di bicarakan yaitu, Project Based Learning (PjBL). Mengapa perlu Pembelajaran Berbasis Proyek? Mulai tahun 2022 hingga 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat di terapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu, 1. kurikulum 2013, 2. curriculum darurat, dan 3. kurikulum prototipe. Nah, kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang mulai di terapkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan Project Based Learning. Selain itu, dalam proses pembelajaran, Pendidik juga di harapkan dapat mengimplementasikan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian seperti discovery learning atau inquiry learning. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific approach), tematik secara terpadu (antar mata pelajaran) dan tematik pada satu mata pelajaran. Keterampilan belajar yang di butuhkan siswa di masa depan, menurut kerangka 21st Century Learning, adalah pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan belajar dan inovasi; yang mencakup kreatifitas dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah serta komunikasi dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan inilah yang sudah seharusnya menjadi tujuan dari seperangkat sistem pendidikan ketimbang berorientasi pada pencapaian hasil ujian dan tujuan pragmatis serta individual lainnya. Sehingga, proses pembelajaran di persekolahan harus berorientasi pada relevansi kehidupan yang fleksibel dengan perkembangan zaman. Dan hal ini ada dalam PjBL. Project-Based Learning (PjBL), menyediakan kerangka pembelajaran yang melatih siswa untuk menguasai keterampilan abad 21. Pengasahan keterampilan dasar belajar ini, akan membebaskan siswa pada belenggu pengetahuan yang usang tertelan zaman. Mengingat pentingnya pembalajaran ini untuk di terapkan, maka menjadi sangat beralasan jika setiap Pendidik dapat mengkaji, mempelajari, dan mempraktekkan model ini dalam pembelajarannnya. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek menurut Ahli Dari berbagai referenisi yang ada dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL) merupakan model aktifitas kelas yang berjangka panjang, terbuka, multidisiplin dan berpusat pada siswa (student centered). Aktivitas dalam PjBL di organisasikan melalui kerangka proyek tertentu yang dapat bermanfaat dan bermakna bagi pembelajar ataupun bagi masyarkat. PjBL memberi ruang untuk siswa mengeksplorasi kemampuannya sendiri, menyelesaikan persoalan secara kreatif, terlibat aktif dalam pembelajaran, bertujuan, dan berfokus pada pengamalan keterampilan hasil dari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, model pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menentukan sendiri proyek yang akan di kerjakannya baik dalam hal merumuskan
pertanyaan yang akan di jawab, memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan di lakukan. Peran pendidik dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong peserta didik berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan peserta didik tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek. Sehingga, secara sederhana, Project Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media pembelajarannya. Project Based Learning merupakan suatu metode belajar dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek. Informasi lebih lengkap tentang Definisi PjBL dapat teman-teman baca pada artikel ini Definisi PjBL menurut Ahli. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek Karakteristik utama Project Based Learning adalah pembelajarannya dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa. Menurut Barbara Stripling, dkk, dalam “Project Based Learning: Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning“, Karakteristik Project Based Learning, adalah : 1. menggunakan ketrampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik 2. mengarahkan peserta didik untuk menginvestifigasi ide dan pertanyaan penting. 3. merupakan proses inkuiri. 4. terkait dengan kebutuhan dan minat peserta didik. 5. berpusat pada peserta didik dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri. Sedangkan menurut Gora Winastwan dan Sunarto, dalam “Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK“, karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah, 1. mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti dalam proses pembelajaran harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. 2. memiliki hubungan dengan dunia nyata, yang berarti peserta didik dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata. 3. menekankan pada tanggung jawab peserta didik.
4. penilaian, di mana penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil proyek yang dikerjakan peserta didik. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dicirikan dengan adanya: 1. Peran instruktur atau pendidik adalah sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik. 2. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 3. Adanya permasalahan atau tantangan yang di ajukan kepada peserta didik; 4. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang di ajukan; 5. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; 6. Proses evaluasi di jalankan secara kontinu; 7. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah di jalankan; 8. Produk akhir aktivitas belajar akan di evaluasi secara kualitatif; dan 9. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Prinsip Project Based Learning (PjBL) Menurut J.W.Thomas, dalam “Project-Based Learning: A Handbook for Middle and High Teachers“, terdapat 5 prinsip dalam Project Based Learning yaitu, 1. Sentralistis. 2. Pertanyaan Penuntun. 3. Investigasi Konstruktif. 4. Otonomi. 5. Realistis. 1. Sentralistis. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Olehnya itu maka, proyek yang potensial di selesaikan oleh pebelajar harus bisa di prediksi oleh pengajar. Kita sebagai pendidik perlu membekali semua sumber daya yang di butuhkan untuk akan menyelesaikan proyek tersebut. Peserta didik harus mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. 2. Pertanyaan Penuntun. Dalam pembelajaran berbasis proyek, Pendidik perlu menyediakan atau menyiapkan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan konteks proyek yang di sasar. Pertanyaan ini harus menuntun. Sehingga, aktivitas bekerja dalam proyek dapat menjadi motivasi eksternal yang di harapkan dapat membangkitkan motivasi internal pada diri peserta didik, yang nantinya dapat membangun kemandirian mereka dalam menyelesaikan tugas proyek.
3. Investigasi Konstruktif. Pembelajaran berbasis proyek dapat sukses jika terjadi proses investigasi yang di lakukan sendiri oleh peserta didik dalam merumuskan pengetahuan yang di butuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sehingga, pendidik harus merancang aktivitas yang dapat mendorong peserta untuk melakukan proses pencarian dan atau pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau proyek yang di hadapi. 4. Otonomi. Dalam model pembelajaran berbasis proyek, peserta didik di beri kebebasan untuk menentukan target sendiri sehingga meraka dapat bertanggung jawab terhadap apa yang di kerjakan. Pendidik hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam mendukung keberhasilan peserta didik dalam belajar atau menyelesaikan proyeknya. 5. Realistis. Dalam pembelajaran proyek, proyek yang di rancang oleh peserta didik merupakan proyek nyata atau proyek yang sesuai dengan kenyataan di masyarakat. Proyek yang di rancang bukan bentuk imitasi, atau meniru apa yang telah ada. Kalaupun itu tidak original minimal ada modifikasi yang menjadi pembeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Sintaks atau Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Proyek Sintak atau langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek ada 6 yakni, 1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start with Essential Question). 2. Menyusun Perencanaan Proyek (Design Project). 3. Menyusun Jadwal (Create Schedule). 4. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek (Monitoring the Students and Progress of Project). 5. Penilaian Hasil (Assessment the Outcome). 6. Evaluasi Pengalaman (Evaluation the Experience). Keunggulan Project Based Learning (PjBL) Menurut Suzie Boss dan Jane Kraus, kelebihan atau keunggulan dari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut : 1. Pembelajarannya bersifat terpadu dengan kurikulum yang ada, sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Melalui kerja secara kolaboratif, peserta didik dapat memecahkan masalah yang penting baginya. 3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar mereka untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan yang mereka anggap penting bagi dirinya. 4. Meningkatkan kolaborasi. Kolaborasi yang ada dapat meningkatkan kerja sama dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang telah di rencanakan. Di mana aktivitas ini dapat menembus batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu.
5. Melalui pembelajaran ini, sangat di mungkinkan penggunaan teknologi yang terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ini merupakan suatu inovasi pembelajaran yang baru. 6. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. 7. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber informasi, menganalisis, menetapkan yang relevan untuk pemecahan masalahnya. 8. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Peserta didik terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin. 10. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang di miliki, kemudian di implementasikan dengan dunia nyata. 11. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek Beberapa kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di antaranya adalah, 1. Memerlukan banyak waktu dan biaya selama proses pembelajaran, ataupun untuk menyelesaikan masalah. 2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar. Perlu menyediakan banyak peralatan. 3. Pendidik dan peserta didik harus sama-sama siap belajar dan berkembang. Hal ini merupakan tantangan, juga bisa menjadi “bomerang” jika ada yang kurang siap. 4. Ada kekhawatiran peserta didik hanya akan menguasai satu topik tertentu, sesuai dengan apa yang di kerjakannya. Sehingga ketika topik lain di berikan mereka, di khawatirkan peserta didik tidak bisa menyelesaikannya. 5. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas, sehingga akan kesulitan menerapkan model ini. 6. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam melakukan penyelidikan percobaan dan pengumpulan informasi secara mandiri akan mengalami kesulitan. 7. Besar kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Model Pembelajaran Langsung HermanAnis.com – Teman-teman semua pembahasan kita kali ini adalah Model Pembelajaran Langsung, pembahasan akan kita mulai dari definisi atau pengertian model pembelajaran langsung, langkah langkah model pembelajaran langsung, dan kelebihan serta kekurangan model pembelajaran langsung. Definisi atau Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran di artikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, sebenarnya model pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan atau strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak di kembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Model pembelajaran (Teaching Models) atau (Models of Teaching) memiliki makna lebih luas dari metode, strategi/ pendekatan dan prosedur. Istilah model pembelajaran adalah pendekatan tertentu dalam pembelajaran yang tercakup dalam tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem manajemen (Arends, 1997:7). Ciri – ciri dari model pembelajaran antara lain: (1) memiliki rasionalisasi teoritis, (2) terkait dengan hasil pembelajaran, (3) menurut perilaku guru, (4) dan menuntut struktur kelas. Seorang guru di harapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang di jalaninya. Guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajarmengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar. Seperti, membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
Jenis-jenis model pembelajaran menurut Richard I. Arends antara lain model pembelajaran langsung (Direct Instruction), model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instructions) dan strategi-strategi belajar (Learning Strategies). Teori Belajar yang mendasari Model Pembelajaran Langsung Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku guru. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus di ingat dalam menerapkan model pembelajaran langsung adalah menghindari penyampaian yang terlalu kompleks. Di antara teori- teori belajar yang melandasi model pembelajaran Langsung adalah teori belajar dari Jean Piaget dan Albert Bandura. Teori Perkembangan Jean Piaget Menurut Jean Piaget kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang lebih abstrak di perlukan untuk mencernakan gagasan- gasan dalam berbagai mata pelajaran akademik. Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubbahan perkembanagn peserta didik. Dalam pembelajaran langsung guru menjelaskan materi dan melakukan pelatihan terbimbing serta memberikan kesempatan siswa untuk mengadakan pelatihan mandiri sehingga siswa dapat menemukan pengalaman- pengalaman nyata tentang suatu materi tertentu. Teori Belajar Sosial Albert Bandura Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang di gagas Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusi belajar melalui pengamatan secara selektiv dan mengingat tingkah laku orang lain. Seorang belajar menurut Teori ini, di lakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian di mantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang di pelajarinya. Dalam pembelajaran langsung pada fase kedua guru mendemonstrasikan pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman pembelajaran yang benar dan pada fase kedua pengalaman yang telah di peroleh di praktekkan siswa, meskipun tetap dalam pengawasan guru. Pengertian Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung atau “direct instruction” adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang di rancang dalam silabus dan kegiatan- kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran langsung ini merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif. Penerapan metode pembelajaran langsung dalam proses belajar mengajar akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang di sebut dengan instructional effect. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: • transformasi dan ketrampilan secara langsung; • pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; • materi pembelajaran yang telah terstuktur; • lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan • distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa. Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001): ”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat di ajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang di gunakan di namakan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung (direct instruction) di landasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut. Arends (1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”. Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus di rancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat di ajarkan secara langkah-demi-langkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson
requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas. Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang di modelkan gurunya. Oleh karena itu, hal penting yang harus di perhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif. Dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan di ajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah di pelajari, dan memberikan umpan balik. Menurut Arend, Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang di rancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat di ajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu, dan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Ada beberapa istilah lain yang di gunakan untuk menggambarkan model pembelajaran langsung di antaranya adalah active teaching (pengajaran aktiv) dengan tokohnya Good dan Grows (1983) yang melaksanakan progam Missouri Mathematics Effektiveness Study, di mana dalam studi ini 40 orang guru di bagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok mendapatkan latihan active teaching sementara kelompok lainnya terus mengajar seperti sebelumnya. Studi ini menemukan bahwa siswa dari kelompok pertama mendapatkan skor lebih tinggi dalam tes prestasi dan muridnya terlibat aktiv di kelas di banding siswa murid kelompok kedua. Di sebut pembelajaran aktiv karena dalam model ini siswa di harapkan dan di tuntut untuk aktiv dalam pembelajaran terutama pada fase latihan terbimbing dan latihan mandiri. Kemampuan siswa dalam fase ini menentukan keberhasilan hasil belajar siswa. Model pembelajaran langsung juga di sebut dengan Explicit Instruction. Model ini pertama kali di perkenalkan oleh Rosenshine dan Steven pada tahun 1986. Explicit instruction menekankan strategi demonstrasi oleh guru, strategi latihan terpadu, dan praktek mandiri atau penerapan strategi belajar.
Explicit Instruction menurut Kardi dapat berbentuk “ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok ” Explicit Instruction”di gunakan untuk menyampaikan pelajaran yang di transformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Dalam model ini kejelasan intruksi guru kepada siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Begitu pula keseriusan siswa dalam mendemonstrasikan materi turut andil mempengarui. Termasuk model pembelajaran langsung adalah Mastery teaching yaitu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Model ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Di katakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang di sampaikan itu dapat di kuasai siswa dengan baik.Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil. Jadi, model pembelajaran Langsung (Direct Intruction) juga di kenal dengan Istilah lain yang sering di pergunakan ialah, ceramah, pengajaran aktif (active Teaching), mastery teaching, dan explicit instruction. Dalam model Pengajaran langsung juga di kenal dengan sebutan whole Class Teaching (pengajaran seluruh kelas), yaitu mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktiv mengusung isi pelajaran kepada muridnya dengan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas. Lebih lanjut, dalam model pembelajaran langsung ini, pendidik berperan sebagai penyampai informasi, yang di lakukan dengan menggunakan berbagai media yang sesuai, seperti alat gambar, peragaan, tape recorder, film, dan lain sebagainya. Olehnya itu maka, model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar. Secara teoretik terdapat 4 macam pembelajaran langsung, yakni: 1. Ceramah, merupakan suatu cara penampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar. 2. Praktik dan Latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa agar dapat menghitung dengan cepat. 3. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit. 4. Demonstrasi, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara / guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak di libatkan.
Model pembelajaran langsung di kembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang di berikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang di sampaikan lebih luas di banding dengan model-model pembelajaran yang lain. Ciri-ciri dari model pembelajaran langsung menurut Kardi, dkk di antaranya adalah: 1. Proses pembelajaran di dominasi oleh keaktifan guru, sehingga di perlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sesuai agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil. 2. Suasana kelas di tentukan oleh guru sebagai perancang kondisi. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. 3. Lebih mengutamakan keluasan materi ajar dari pada proses terjadinya pembelajaran. 4. Materi ajar bersumber dari guru. Langkah langkah atau sintaks Model Pembelajaran Langsung
Langkah langkah atau sintaks Model Pembelajaran Langsung menurut Kardi dkk, terdiri dari 5 langkah atau fase ataupun sintaks pembelajaran langsung, di berikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Sintaks atau Tahapan model pembelajaran langsung Fase Aktivitas Pengajar Deskripsi Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan, informasi latar Pertama belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar mempersiapkan siswa Kedua Mendemonstrasikan Pendidik/Guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan keterampilan atau menyajikan informasi setahap demi setahap Ketiga Membimbing pelatihan Guru memberikan pelatihan awal Mengecek pemahaman dan Mengecek apakah siswa telah berhasil Keempat melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik pemberian umpan balik Kelima Memberi kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan melakukan pelatihan lanjutan, dengan penerapan perhatian khusus pada penerapan untuk situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari Penjelasan dari Tabel 1 di atas sebagai berikut; Fase 1 = Memberitahukan Tujuan dan menyiapkan siswa Kegiatan ini di lakukan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran. 1. kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah di miliki siswa; 2. mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; 3. memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan di lakukan; 4. menginformasikan materi/konsep yang akan di gunakan dan kegiatan yang akan di lakukan selama pembelajaran; dan 5. menginformasikan kerangka pelajaran. Fase 2 = Presentasi dan Demonstrasi Ada dua pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa, Pertama, Pengetahuan Deklaratif yaitu guru mempresentasikan informasi kepada siswa, keberhasilannya terletak pada kemampuan guru dalam memberikan informasi dengan jelas dan spesifik kepada siswa.
Kedua, Pengetahuan Prosedural yakni guru mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil. Dalam hal ini guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan di demonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen- komponenya. Fase 3 = menyediakan latihan terbimbing Prinsip-prinsip yang di gunakan sebagai acuan bagi guru dalam melakukan pelatihan terbimbing adalah: 1. Tugasi siswa melakukan latihan singkat, sederhana dan bermakna 2. Berikan pelatihan sampai benar- benar menguasai konsep 3. Guru harus pandai mengatur waktu selama pelatihan 4. Perhatikan tahap-tahap awal pelatihand. Fase 4 = Mengecek Pemahaman dan memberi Umpan balik Pengecekan dan pemberian umpan balik dapat berupa pertanyaan kepada siswa dan siswa memberi jawaban. Kemudian guru merespon kembali jawaban siswa tersebut. Cara lain adalah dengan tes lisan maupun tertulis. Agar umpan balik lebih efektif, ada beberapa hal yang patut di pertimbangkan, yaitu: • Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan. • Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik • Konsentrasikan pada tingkah laku bukan maksud • Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa Berikan pujian pada hasil yang baik Jika umpan balik negative, tunjukkan bagaimana melakukan yang benar • Bantu siswa memusatkan perhatian pada “proses” bukan “hasil” • Ajari siswa cara memberikan umpan balik kepada diri sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya. Fase 5 = memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan (mandiri) dan penerapannya Latihan mandiri yang di berikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dan latihan mandiri dapat di gunakan untuk memperpanjang waktu belajar. Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses pembelajaran. Adapun tugas-tugas perencanaan guru adalah: Merumuskan Tujuan Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang di harapkan (kriteria keberhasilan). Memilih Isi Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar, di sarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
Melakukan Analisis Tugas Analisis tugas ini adalah alat yang di gunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan di ajarkan oleh guru. Merencanakan Waktu dan Ruang Ada dua hal yang harus di perhatikan oleh guru: • Memastikan bahwa waktu yang di sediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa· • Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran pada umumnya. Dalam metode pembelajaran langsung peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar yang merupakan pengalaman belajar pokok, yang meliputi : Mengamati Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta dididik adalah membaca, mendengar, menyimak, dan melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini adalah; • melatih kesungguhan. • ketelitian. • mencari informasi Menanya Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak di pahami dari apa yang di amati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang di amati (di mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini adalah untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, serta kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Mengumpulkan Informasi Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini adalah : • mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, serta menghargai pendapat orang lain. • mengembangkan kemampuan berkomunikasi. • menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang di pelajari. • mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasi dan Menganalisisi (Mengolah Informasi). Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah; mengolah informasi yang sudah di kumpulkan, baik yang terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan, eksperimen, maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang di kumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini adalah: • mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, serta kerja keras. • mengembengkan kemampuan dalam menerapkan prosedur. • mengembangkan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan . Fase Mengkomunikasikan Hasil dalam Model Pembelajaran Langsung Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah menyampaikan hasil pengamatan dan membuat dan menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini adalah : • mengembangkan sikap jujur, teliti, dan toleransi. • mengembangkan kemampuan berpikir sistematis. • kemampuan dalam mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas. • mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Sedangkan Bruce Joyce dan Marsha Weil, dalam “Model of Teaching“, menyebutkan bahwa tahapan dalam model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: Fase Orientasi dalam Model Pembelajaran Langsung Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong bagi peserta didik, apabila pendidik memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan di sampaikan. Bentuk orientasi dapat berupa: • kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah di miliki siswa. • mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran. • memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan di lakukan. • menginformasikan materi/konsep yang akan di gunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. • menginformasikan kerangka pelajaran. Fase Presentasi Pada tahap ini, pendidik dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: • penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat di kuasai siswa dalam waktu relatif pendek. • pemberian contoh-contoh konsep.
• pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah- langkah kerja terhadap tugas. • menjelaskan ulang hal-hal yang sulit. Fase Latihan Terstruktur Pada tahap ini, pendidik memandu peserta didik untuk melakukan latihan-latihan. Peran pendidik yang penting dalam tahap ini adalah: • memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik. • memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang benar. • mengoreksi respon peserta didik yang salah. Fase Latihan Terbimbing Pada tahap ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga di gunakan oleh pendidik untuk mengakses/menilai kemampuan peserta didik untuk melakukan tugasnya. Peran pendidik adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika di perlukan. Fase Latihan Mandiri dalam Model Pembelajaran Langsung Pada tahap ini, peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri. Tahap ini dapat di lalui peserta didik apabila telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85 % – 90% dalam tahap bimbingan latihan. Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat di gunakan? Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk di terapkan dalam pembelajaran: 1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut. 2. Pada saat guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti. 3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang di perlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving). 4. Pada saat guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus di dukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis) 5. Ketika subjek pembelajaran yang akan di ajarkan cocok untuk di presentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan. 6. Pada saat guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik. 7. Pada saat guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik. 8. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
9. Pada saat para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat di atasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur. 10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung Menurut Sudrajat, model explicit instruction memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model explicit instruction. Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut : Kelebihan Model Pembelajaran Langsung Ada beberapa Kelebihan dari Model Pembelajaran Langsung, diantaranya adalah: • Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang di terima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus di capai oleh siswa. • Dapat di terapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. • Bisa di gunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin di hadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat di ungkapkan. • Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. • Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. • Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat di akses secara setara oleh seluruh siswa. • Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa. • Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. • Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa di paksa dan berpartisipasi dan di permalukan. • Model pembelajaran langsung dapat di gunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat di dekati, bagaimana informasi di analisis, dan bagaimana suatu pengetahuan di hasilkan. • Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. • Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. • Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini. • Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
• Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut. • Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung di gunakan secara efektif. • Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung Ada beberapa Keterbatasan dari Model Pembelajaran Langsung, diantaranya adalah: • Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. • Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. • Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. • Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. • Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran langsung. Hasil menunjukkan bahwa ini dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. • Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. • Jika materi yang di sampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang di sampaikan. • Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi di susun dan di sintesis, yang tidak selalu dapat di pahami atau di kuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. • Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang di sampaikan. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi keterbatasan Model Pembelajaran Langsung • Jika terlalu sering di gunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. Olehnya itu, guru hendaknya selektif (menyesuaikan dengan konten materi) dalam menggunakan model ini. • Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. Olehnya itu, guru pada saat menggunakan model ini sedapat mungkin tetap memfasilitasi siswa untuk mengemukakan ide dan gagasannya secara terbuka.
Oleh karena model pembelajaran langsung cenderung berpusat pada pendidik, maka perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran ini hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan pembelajaran yang harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab).
Apa itu revolusi industri 4.0? HermanAnis.com – Teman-teman semua, pembahasan kita kali ini adalah Apa itu Revolusi industri ke-4 atau revolusi industri 4.0 kini menjadi perbincangan banyak pihak. Pemerintah, industri, dan perusahaan kini telah mengerahkan segala persiapan untuk menghadapinya. Namun apa sebenarnya revolusi industri ke-4 itu? Klaus Schwab adalah orang yang untuk pertama kalinya memperkenalkan revolusi Industri 4.0. Schwab adalah sosok yang pertama kali mengemukakan istilah itu kepada publik di pertemuan World Economic Forum (WEF) 2016. Schwab memaparkan revolusi teknologi sedang berlangsung dan mengaburkan batas antara fisik digital dan biologis.
Tahapan Perkembangan Revolusi Industri Lalu apa saja tahapan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri pertama di mulai pada abad ke 18 dengan adanya penemuan mesin uap dan mesin manufaktur. Revolusi industri kedua pada abad ke-19 di tandai dengan adanya produksi massal, mesin listrik dan standarisasi industry. Revolusi industri ketiga di tandai dengan adanya komputer dan teknologi informasi pada abad ke- 20. Dan saat ini kita sedang berada di era revolusi industri 4.0. Apa itu revolusi industri 4.0? Sederhananya revolusi industri 4.0 adalah bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan, kendaraan otonom, dan internet saling mempengaruhi kehidupan manusia. Hadirnya otomasi dan kecerdasan buatan diindustri tentu memberikan potensi besar untuk melipatgandakan produktivitas. Berbagai perusahaan besar dunia menggunakan robot dan kecerdasan buatan sebagai pekerjanya. Sebut saja Amazon, Tesla, Uber, DHL, Adidas, dan Nestle. Di Indonesia sendiri, operasional pabrik Suzuki Cikarang juga telah menggunakan teknologi robot.
Namun, dibalik manfaat bagi percepatan dan otomasi industri, banyak sekali tantangan bagi ekonomi dalam menghadapi revolusi ini. Padahal Indonesia saat ini tengah menikmati periode bonus demografi berkat banyaknya populasi penduduk dalam rentang produktif. Booming ketersediaan tenaga kerja yang bersamaan dengan era revolusi industri 4.0, akan menjadi ancaman nyata bagi low skill workers atau profesi dengan jenis pekerjaan yang repetitive. Karena dapat dengan mudahnya tergantikan oleh mesin robot dan kecerdasan buatan. Menurut data dari McKinsey ada 7 bidang pekerjaan yang akan tetap bertahan di era otomasi seperti industri kreatif, teknologi informasi, professional, manajer, pelayanan kesehatan, pendidikan dan jasa konstruksi. Kementerian Perindustrian meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era Industry 4.0. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini perlu melibatkan pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi, pelaku industri, hingga unsur akademisi. Revolusi industri 4.0 menjadi lompatan besar bagi sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi di manfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai industri, sehingga melahirkan model bisnis baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik. Untuk itu, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era Industry 4.0. Setidaknya ada lima teknologi utama yang menopang sistem Industry 4.0 yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik, sensor, dan teknologi 3D Printing.
Karakteristik Soal Literasi Membaca dalam PISA HermanAnis.com – Hai semuanya, pada artikel kali ini kita akan membahas satu topik menarik tentang soal PISA, yakni karakteristik Soal Literasi Membaca dalam PISA. Bagi teman-teman yang berprofesi sebagai pendidik, ini penting di pahami khsusunya dalam memberikan evaluasi kepada peserta didik. Studi Programme for International Student Assessment (PISA) bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem pendidikan dalam perspektif internasional dengan berfokus pada hasil asesmen terhadap literasi sains, literasi numerasi (matematika), dan Literasi Membaca. Hasil analisis yang telah di lakukan tentang soal literasi membaca PISA, soal-soal yang diujikan di dominasi soal-soal yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan menginterpretasi, merefleksi, dan mengevaluasi. Kemampuan membaca yang di ujikan umumnya adalah kemampuan mengungkapkan kembali informasi, mengembangkan interpretasi dan mengintegrasikan, dan merefleksikan dan mengevaluasi teks. Soal cenderung menggunakan wacana panjang (135-630 kata) dan kalimat pertanyaan cenderung kompleks. Selain itu, berdasarkan ragam tes, soal literasi membaca yang di gunakan bervariasi seperti, berntuk pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, jawaban singkat, esai tertutup, dan esai terbuka. Sementara itu, ditinjau dari karakteristik konteks, soal-soal PISA dapat di klasifikasikan dalam empat kategori, yaitu pendidikan, pekerjaan, personal, dan masyarakat. Selain itu, isi kutipan yang digunakan dalam soal umunya bertema, keselamatan keamanan diri, bermasyarakat, cara menyelesaikan pendidikan dan IPTEK, cerita personal berisi nilai moral untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penjelasan lebih detail beserta contohnya sebagai berikut. Karakteristik Soal Literasi Membaca dalam PISA Pembahasan Karakteristik Soal Literasi Membaca dalam PISA dalam artikel ini kami bagi menjadi tiga kriteria yakni, 1. Berdasarkan tingkatan berpikir 2. Berdasarken ragam soal 3. Berdasarkan kebahasaan yang digunakan Karakteristik Soal Literasi Membaca berdasarkan Tingkatan Berpikir Dari segi aspek kompetensi membaca yang di ukur, karakteristik soal literasi membaca dalam PISA berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi setidaknya dapat di bagi menjadi tiga indikator. Ketiga indikator atau aspek yang akan di ukur tersebut, yakni: 1. kemampuan mengungkapkan kembali informasi (retrieving Information), 2. Kemampuan mengembangkan interpretasi (developing an interpretation), dan 3. kemampuen dalam merefleksikan dan mengevaluasi teks. Untuk memahami karaktersitik ini, berikut contoh soalnya. Contoh Soal Literasi Membaca 1 Di sediakan bacaan, SI KIKIR DAN EMASNYA Seorang yang kikir menjual seluruh hartanya dan membeli segumpal emas yang di kuburnya di dalam sebuah lubang di samping sebuah dinding tua. Dia kemudian mengunjungi simpanannya itu setiap hari. Salah seorang anak buahnya memperhatikan hal ini dan memutuskan untuk mengintai gerak gerik si kikir. Anak buahnya ini kemudian mengetahui rahasia harta yang tersembunyi tersebut, dan mulai menggali, dan menemukan segumpal emas, dan di curinya. Si kikir, pada kunjungan berikutnya, menemukan lubang yang sudah kosong dan mulai menarik- narik rambutnya dan meraung-meraung sejadi-jadinya. Seorang tetangga, yang melihat kejadian itu dan mengetahui apa penyebabnya, kemudian berkata, “Berdoalah dan jangan bersedih, ambillah segumpal batu, dan letakkan di dalam lubang itu, dan bayangkan seolah-olah emas itu masih berada di sana. Bagi kamu hal itu akan sama saja, karena sewaktu emas itu berada di sana, kamu tidak memilikinya, karena kamu sedikit pun tidak menggunakannya.” Berdasarkan bacaan di atas, dapat di susun pertanyaan-pertanyaan dengan beberapa karakteristik tingkat berpikir.
Karakteristik Soal Literasi Membaca Berdasarkan Ragam Soal. Karakteristik soal literasi membaca dalam PISA di tinjau dari segi ragam tes dan penyajian soal dapat di bagi menjadi 5 bentuk. Lima bentuk soal tersebut adalah: 1. pilihan ganda, 2. pilihan ganda kompleks, 3. jawaban singkat, 4. esai tertutup, dan 5. esai terbuka.
Ragam tes tersebut di sajikan bervariasi berdasarkan sebuah teks yang mendahuluinya. Sebuah teks dapat di kembangkan menjadi tes pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, tes esai terbuka, dan esai tertutup. Soal esai dan objektif tidak dikelompokkan sendiri tetapi berselang-seling di gunakan pada pada semua teks. Karakteristik tersebut dapat di lihat pada contoh soal literasi membaca berikut ini. Contoh Soal Literasi Membaca 2 Bacalah teks berikut kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
Pertama, bentuk tes pilihan ganda dengan tujuan mengukur kemampuan merefleksikan dan mengevaluasi bacaan serta mengenal hubungan antara pernyataan yang di berikan di luar isi bacaan yang ada di dalam tabel dengan pernyataan yang ada di dalam tabel. Perhatikan contoh soal berikut ini. Kedua, bentuk tes esai terbuka dengan mengukur kemampuan merefleksikan dan mengevaluasi isi bacaan. Perhatikan contoh soal berikut ini. Perhatikan poin 3 pada kolom Tidak pada tabel. Dalam konteks ini, kira-kira apa yang menjadi salah satu faktor dari “faktor-faktor lain” tersebut? Berikan alasan untuk jawabanmu. …………………………………………………………………………………………………… ………………………..
Ketiga, bentuk tes pilihan ganda kompleks dengan mengukur kemampuan merfleksikan dan mengevaluasi kasus merupakan contoh terapan dari isi bacaan atau bukan contoh. Perhatikan pernyataan berikut ini: “Hasil penelitian dari satu situasi tidak selalu berlaku pada situasi yang berbeda.” Coba tunjukkan apakah masing-masing pernyataan pada kolom Tidak di bawah ini merupakan contoh yang tepat untuk pernyataan di atas atau tidak. Jawaban untuk tugas pertama di berikan di bawah ini sebagai contoh. Keempat, bentuk tes pilihan ganda dengan mengukur kemampuan menginterpretasi dan mengintegrasikan secara luas.
Kelima, bentuk tes pilihan ganda dengan mengukur kemampuan menginterpretasi dan mengintegrasikan secara luas. Karakteristik ditinjau dari Aspek Kebahasaan yang Di gunakan. Karakteristik soal membaca dalam PISA dapat juga di tinjau berdasarkan penggunaan kalimat, atau penggunaan wacana dengan kalimat-kalimat kompleks. Jumlah kata umunya berkisar 135 sampai 610 kata. Pada wacana nonkontinyus (tabel, diagram, grafik) cenderung menggunakan beberapa variabel dan simbol yang rumit. Peta/denah/ tabel atau grafik cenderung bersifat kompleks dan berkaitan dengan bagian yang lain. Contoh Soal Literasi Membaca 3 Contoh karakteristik penggunaan wacana yang berupa tabel rumit di contohkan sebagai berikut.
Gunakan informasi tentang Danau Chad tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Karakteristik Isi dan Konteks Kutipan pada Soal PISA PISA bertujuan mengukur sejauh mana pendidikan dasar di suatu negara mampu menyiapkan siswanya untuk menghadapi dunia nyata, menggapai pengetahuan yang lebih tinggi, bersosialisasi di kancah global, dan memenuhi kebutuhan dasar/keterampilan hidup siswa siswa. Dengan tujuan tersebut, konteks kutipan memiliki karakteristik isi yang khas. Karakteristik konteks isi kutipan soal membaca PISA di ringkas pada tabel berikut.
Tabel 1 Karakteristik Konteks, Tujuan, dan Isi pada Soal PISA Dari tabel 1 dapat di simpulkan bahwa karakteristik konteks pada soal PISA dapat di klasifikasikan pada konteks pendidikan, pekerjaan, personal, dan masyarakat. Isi kutipan pada soal membaca PISA di pilih dengan tujuan meningkatkan keterampilan hidup dalam mengakses dan memanfaatkan informasi berupa wacana untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan personal. Secara rinci persentasi konteks pada soal membaca PISA di paparkan berikut. Tabel 2 Distribusi Soal Membaca Berdasar Konteks dan Tipe Butir PISA Dari tabel 2 dapat di simpulkan bahwa soal membaca PISA sebagian besar menggunakan konteks masyarakat. Di susul berturut-turut konteks pendidikan, konteks personal , dan konteks pekerjaan.
Karakteristik Soal Membaca PISA 2003 dan 2006 sebagai Bahan Uji Minor Tabel 3 Distribusi Soal Membaca Berdasarkan Kompetensi dan Tipe Soal pada PISA dengan Membaca sebagai Bahan Uji Minor Dari tabel 3 dapat di simpulkan bahwa pada soal membaca PISA sebagai bahan uji minor, adalah tingkat berpikir tinggi mendominasi yaitu sebesar 67,74%. Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada soal membaca PISA mencakup kemampuan mengintegrasikan, menginterpretasi, merefleksi, dan mengevaluasi. Kemampuan menemukan kembali informasi sebagai kemampuan membaca yang lebih mudah memiliki persentasi persentasi sebesar 32, 25%.
Search