Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore RSO, DULU, KINI DAN NANTI

RSO, DULU, KINI DAN NANTI

Published by wikkursos, 2021-09-16 04:52:19

Description: RSO, DULU, KINI DAN NANTI

Search

Read the Text Version

2. Sub Spesialis Rekonstruksi Operasi arthroscopi Foto rontgen sebelum (kiri) dan setelah ganti sendi (kanan). Sub spesialis ortopedi ini menangani perbaikan atau rekonstruksi tulang dan sendi yang rusak, serta cedera olahraga. Keluhan yang ditangani antara lain:  Penggantian sendi lutut total/Total Knee Replacement (TKR).  Penggantian sendi panggul total/Total Hip Replacement (THR).  Illizarov (teknik pemanjangan tulang).  Repair ruptur ligamen pada lutut dengan artroskopi. Dokter Pengampu:  dr. Ismail Mariyanto, Sp.OT(K)  dr. Tangkas Sibarani, Sp.OT(K), MM  dr. Iwan Budiwan A, Sp.OT(K), MM  dr. Asep Santoso, Sp.OT(K), M.Kes. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 35

3. Sub Spesialis Pediatrik Ortopedi Penanganan pasien tangan pengkor Penanganan pasien polidactily wassel IV D Kasus kaki pengkor sebelum ditangani Kasus kaki pengkor setelah ditangani Sub spesialis ortopedi yang menangani kelainan tulang dan sendi pada bayi, anak balita, dan anak-anak. Keluhan yang ditangani antara lain :  Kaki pengkor (clubfoot) dan tangan pengkor (clubhand). Polidactily  Kelainan bawaan sendi panggul (congenital dysplasia of the hip)  Cerebral palsy Dokter Pengampu:  dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT(K)  dr. Hendra Cahya K, Sp.OT(K) 36 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

4. Sub Spesialis Onkologi Muskuloskeletal Sub spesialis ortopedi muskuloskeletal yang menangani tumor dan jaringan lunak. Keluhan yang di tangani antara lain:  Operasi Penyelamatan Tungkai (Limb/salvage surgery).  Pengangkatan tumor tulang tanpa amputansi dengan megaprosthesis.  Penanganan tumor tulang paripurna. Dokter Pengampu:  dr. Mujaddid Idulhaq, Sp.OT(K), M.Kes. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 37

5. Sub Spesialis Upper Limb & Micro Surgery Metode baru dalam penanganan nyeri pergelangan tangan menggunakan artroskopi. Pasien sembuh dan bisa menekuk pergelangan tangan setelah menjalani tindakan artroskopi. Sub spesialis ortopedi ini menangani kelainan dan operasi mikro pada anggota gerak atas. Keluhan/tindakan yang ditangani antara lain:  Bedah tangan  Bedah bahu dan siku 38 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

 Rekonstruksi sendi total (artoplasti untuk tangan, siku, dan bahu).  Kelumpuhan saraf anggota gerak atas (cedera plexus blachialis).  Artoskopi bahu, siku, pergelangan tangan.  Kelainan bawaan tangan pada lengan bawah, lengan atas, bahu.  Infeksi tangan.  Trauma tangan, lengan, atau bahu.  Penutupan luka terbuka/cangkok. Dokter Pengampu:  dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes.  dr. Seti Aji Hadinoto, Sp.OT(K), M.Biomed. 6. Bedah Unggulan Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta memiliki layanan bedah unggulan, antara lain: a. Adult Reconstruction Total Joint Replacement (Rekonstruksi Dewasa dan Pergantian Sendi)  Total Hip Replacement (Penggantian Panggul Total)  Total Knee Replacement (Penggantian Lutut Total)  Total Elbow Replacement (Penggantian Siku Total)  Total Shoulder Replacement (Penggantian Bahu Total) b. Upper Limb Surgery (Bedah Anggota Gerak Atas) c. Micro Surgery (Bedah Mikro ) d. Arthoscopic Surgery (Operasi Artoskopik) e. Pediatric Reconstruction (Rekonstruksi Anak) f. Limb Lengthening Procedure: Illizarov (Prosedur Pemanjangan Ekster- mitas: Illizarov) g. Scoliosis Surgery (Operasi Skoliosis) h. Minimal Invasive Spine Surgery (Operasi Minimal Invasif Tulang Belakang) i. Advance Spine Surgery (Operasi Tulang Belakang Terdepan) j. Ostheoporosis Treatment Advance (Pengobatan Osteoporosis Lanjut) RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 39

Menyongsong Era Kedokteran Presisi KEMAJUAN teknologi informasi memicu akselerasi sejarah. Dinamika kehidupan yang semakin cepat ini menuntut pemenuhan kebutuhan yang serba cepat pula. Apabila sekarang lapar, sekarang pula bisa mendapatkan makanan misalnya memesan melalui aplikasi di ponsel. Apabila ada orang sakit, dia butuh penanganan segera agar lekas sembuh dan bisa beraktivitas sedia kala. Kini ada layanan telemedicine. Pasien mengeluhkan gejalanya kepada dokter melalui pesan suara, gambar, teks, maupun audiovisual. Dokter memberikan resep dan obat dikirim menggunakan jasa pengantaran obat. 40 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Jika pasien memerlukan perawatan lanjutan di fasilitas kesehatan, ia bisa mendaftarkan diri tanpa perlu repot-repot mengantre di loket. Daftar tenaga medis dan jadwal semuanya bisa diakses yang lagi-lagi hanya cukup melalui ponsel. Itu hanya sedikit gambaran bagaimana akselerasi sejarah ini juga terjadi pada bidang kedokteran. Pada awal pendirian Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta pada 1951, RS Ortopedi hanya melayani rehabilitasi korban perang kemerdekaan. Lalu, berkembang hingga 20 tahun kemudian dengan melayani bedah ortopedi sederhana dengan peralatan berukuran besar dan dioperasikan manual. Pada awal milenium XXI, RS Ortopedi berkembang melayani patah tulang dan kelainan ortopedi pada anak-anak misalnya kaki pengkor dan lainnya. Pengembangan Subsubspesialis Kurang dari dekade berjalan, perkembangan kedokteran bidang ortopedi melaju ke arah subspesialis. Direktur Utama RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, Dr. dr. Pamudji Utomo, Sp.OT(K), mengatakan RS Ortopedi hingga kini memiliki sedikitya lima subspesialis di antaranya subspesialis tulang belakang, subspesialis rekonstruksi, subspesialis onkologi, dan subspesialis upper limb dan micro surgery, serta subspesialis pediatrik. Bahkan bidang meluas lagi ke arah trauma advance seperti multitrauma, trauma pada bagian panggul, tulang belakang, leher, dan lainnya. Ke depan, dinamika ini bakal terus melaju dengan kemajuan ilmu kedokteran yang semakin detail dan mendalam. Subspesialis hari ini akan berkembang lagi menuju subsubspesialis. Sebagai contoh seseorang yang ahli tulang belakang akan menjadi lebih spesifik misalnya hanya menangani masalah deformity seperti tulang bengkok saja. Dengan begitu, masing-masing subspesialis hari ini akan berkembang menjadi semacam rumpun besar yang di dalamnya memiliki bidang-bidang yang lebih spesifik. Rumpun inilah yang nanti menjadi center of excellence atau pusat unggulan. Keberadaan subsubspesialis ini makin relevan lantaran kemajuan peradaban juga mendorong risiko trauma yang lebih advance. Sebelum ada mobil, misalnya bisa dipastikan tidak ada korban dengan trauma akibat tabrakan mobil. Analogi lain misalnya pada era praindustri tidak ditemukan kecelakaan kerja yang RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 41

berhubungan dengan mesin. Sebab, teknologi mesin berkembang menyusul ditemukannya mesin uap pada abad ke-18. Hari ini kemajuan di bidang infrastruktur dan teknologi manufaktur memicu terjadi trauma advance tersebut. Tabrakan kendaraan yang melaju tinggi dan risiko kecelakaan kerja memerlukan kapasitas pelayanan kesehatan yang unggul untuk menekan risiko kecacatan dan fatalitas pada korban. Kemajuan ini pun menambah usia harapan hidup manusia yang kini hampir 70 tahun bisa menjadi 75-80 tahun dalam beberapa tahun ke depan. Perubahan pola kerja dan aktivitas manusia pun menambah potensi gangguan-gangguan degeneratif. Orang yang terlalu banyak duduk saat bekerja misalnya mengakibatkan gangguan di pinggul, tangan, kaki bahkan leher, dan tulang belakang. Masing-masing pusat unggulan ini diwadahi dalam sebuah menara yang di dalamnya ditunjang SDM yang berkualitas, fasilitas yang mutakhir serta iklim kerja yang mendukung riset, pengabdian masyarakat, dan pelayanan yang prima. Unggulan ini akan menjadi semacam rumah sakit di dalam rumah sakit. Untuk mewujudkan SDM yang unggul dimulai dari perekrutan tenaga yang andal. RS Ortopedi mendorong mereka agar melanjutkan pendidikan ke arah subspesialis bahkan subsubspesialis. Teknologi Bedah Robotik Metode penanganan terapeutik pun bergerak secara linier seiring kapasitas yang terus meningkat. Kini, penguasaan pada metode minimal invasif terus didorong. Metode ini memberikan luka yang minimal namun hasil operasi yang maksimal. Metode lain yang juga menjadi perhatian RS Ortopedi adalah penggunaan artroskopi termasuk penggunaan endoscopy surgery pada gangguan tulang belakang. Dengan begitu, rekonstruksi pada kasus tulang bengkok bisa ditangani dengan bekas luka yang lebih kecil. Luka yang kecil ini memungkinkan penyembuhan lebih cepat dan pasien bisa kembali beraktivitas dengan produktif. Penggunaan bedah minimal invasif, endoskopi, arthroskopi tentu bukanlah tujuan akhir. Kombinasi teknologi bedah, kemajuan teknologi informasi memperkuat penanganan ke depan dibantu oleh sistem robotik. Robotik ini memberikan peluang baru operasi rekonstruksi bisa dilakukan lebih presisi 42 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Ilustrasi pengobatan modern mengikuti anatomis tubuh dan bisa memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien. Kemampuan robotik akan ditunjang dengan penerapan kecerdasan buatan atau  artificial intelligence  (AI) untuk mendukung diagnostik dan terapeutik. Pemantauan kesehatan dan potensi gangguan kesehatan bisa dideteksi dini dengan pemantauan seperti denyut jantung, tarikan napas, gejala nyeri dan indikator lain yang bisa direkam melalui ponsel, kalung atau jam tangan dan lainnya. Data yang terekam bisa menjadi indikasi untuk mengetahui status kesehatan seseorang. Hal ini sangat memungkinkan dilakukan penanganan dini bahkan di level pencegahan agar gejala tidak membesar atau lebih parah. Inilah yang kemudian dinamai dengan sebutan kedokteran presisi. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 43

Peran AI salah satunya terlihat dari keputusan seorang aktris Hollywood, Angelina Jolie, untuk mengangkat kedua payudara dan ovariumnya. Berdasarkan analisis kedokteran presisi, ditemukan Jolie berisiko 78% menderita kanker payudara dan 50% menderita kanker ovarium. Semangat membangun  center of excellence  dengan ragam metodenya harus meletakkan kemajuan dunia sebagai  benchmarking. Kemajuan ini seperti yang dilakukan di Jepang, Korea Selatan, dan belahan dunia lainnya. Harapannya, ke depan, pelayanan yang dilakukan di Indonesia bisa setara bahkan lebih tinggi dari yang terjadi di luar negeri. Di dalam negeri, kualitas pelayanan kesehatan bidang ortopedi pun bisa merata. Unggulan-unggulan ini direplikasi, dikembangkan pula di luar Jawa melalui kolaborasi dan sinergi. Perkuat Penelitian Bertaraf Internasional Kolaborasi ini diejawantahkan salah satunya dengan menggarap konsep sister hospital. Konsep ini berupa kerja sama saling tukar pengetahuan, tenaga medis, dan transfer teknologi antarrumah sakit. Selain mengembangkan kerja sama di dalam negeri, RS Ortopedi juga mengembangkan sister hospital dengan sejumlah rumah sakit di Korea Selatan, Jepang, dan lainnya. Ada juga kerja sama dengan RS dr. Soetomo dan Universitas Airlangga Surabaya. Jejaring ini terus dikembangkan melalui kanal-kanal komunikasi yang lain. RS Ortopedi misalnya berkomunikasi dengan para ahli di belahan bumi lain melalui jurnal-jurnal yang terindeks Scopus, termasuk di banyak jurnal nasional. Jurnal-jurnal ini sekaligus menjadi semacam undangan bagi berbagai pihak bahwa RS Ortopedi terbuka dengan segala bentuk kolaborasi riset dan kerja-kerja intelektual lainnya demi pengembangan pengetahuan di bidang ortopedi. Komunikasi inilah yang akan menjadi perekat antarrumah sakit, ahli, dokter untuk membentuk semacam komunitas epistemis yang fokus pada pengembangan isu ortopedi yang lebih advance. Saat komunitas ini terwujud, RS Ortopedi akan tampil ke muka sebagai entitas kesehatan bertaraf internasional baik dari segi pelayanan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. 44 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

BAB IV PENANGANAN KASUS ORTOPEDI & TRAUMATOLOGI RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 45

Pengembangan Operasi Minimal Invasif pada Cedera Sendi & Tulang SEBAGAI rumah sakit rujukan nasional, RS Ortopedi Prof. Dr.R. Soeharso Surakarta terus mengembangkan layanan bedah minimal invasif. Ya, tidak harus dengan operasi besar, kini gangguan otot dan tulang bisa ditangani dengan terobosan baru teknik bedah minimal invasif. Ketua KSM RS Ortopedi, dr. Mujaddid Idulhaq,Sp.OT(K) 46 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Operasi dengan menggunakan prosedur bedah minimal invasif. Artroskopi (juga disebut operasi artroskopi atau lubang kunci) adalah prosedur bedah minimal invasif pada sendi di mana pemeriksaan dan kadang- kadang pengobatan dilakukan dengan menggunakan artroskop, endoskop, atau tabung fleksibel dengan cahaya dan kamera yang melekat pada alat tersebut yang dimasukkan ke dalam sendi melalui sayatan kecil. Teknik bedah ini dilakukan oleh tim dokter spesialis berkompetensi dengan menggunakan peralatan canggih yang dimasukan melalui sayatan kecil seukuran lubang kancing. Pada operasi terbuka tradisional biasanya mengharuskan masa rawat inap yang lebih lama, karena biasanya melibatkan anestesi umum dan memerlukan lebih banyak jahitan. Risiko kehilangan darah juga dapat meningkat dan risiko terkait dengan operasi terbuka seringkali lebih besar. Setelah meninggalkan rumah sakit, pemulihan bisa berlangsung lama, dan mungkin diperlukan fisioterapi jangka panjang untuk mendapatkan kembali kekuatan dan jangkauan penuh gerakan pasien. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 47

Operasi dengan menggunakan prosedur bedah minimal invasif menggunakan artroskopi. Namun, dengan operasi invasif minimal memiliki banyak manfaat. Dokter dapat memotong sendi, memperbaiki kerusakan dan robekan, dan meningkatkan fungsi sendi, semua melalui lubang kunci kecil ini. Serta pada kasus tertentu pasien dapat pulang ke rumah dalam waktu beberapa jam setelah operasi. Jadi tidak selalu penanganan otot dan tulang harus berakhir di meja operasi. Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) RS Ortopedi Prof. Dr.R. Soeharso Surakarta, dr. Mujaddid Idulhaq, Sp.OT(K), M.Kes, mengatakan RS Ortopedi terus mengembangkan layanan bedah minimal invasif. Dari lima subspesialis pengembangan bedah minimal invasif dilakukan di tiga subspesialis, yakni subspesialis tulang belakang (spine), subspesialis rekonstruksi, dan subspesialis upper lim dan bedah mikro. Tindakan artroskopi ini tentu sangat dinanti oleh pasien, karena dapat menurunkan risiko komplikasi. Selain itu, sayatan kecil yang berarti jahitan yang lebih sedikit dan bekas luka yang lebih kecil menyebabkan waktu pemulihan jauh lebih singkat sehingga dapat sesegera mungkin kembali beraktivitas. Risiko 48 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

operasi ini juga lebih rendah dan aman ketimbang operasi terbuka. Efek samping pun tidak menyakitkan selama pemulihan. RS Ortopedi juga menunjang pelayanan terbaik dengan menyediakan alat-alat kedoteran terbaru untuk melakukan tindakan bedah minim invasif. Sejumlah itu seperti artroskopi, mikroskop untuk operasi tulang belakang, C-Arm dan lainnya. KSM, Wadah RS Ortopedi Mengelola SDM Unggul Namun demikian, kemajuan teknologi bidang kedokteran harus diimbangi dengan keberadaan sumber daya manusia yang unggul dalam hal ini tenaga medis yang mumpuni hingga subspesialis. RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mengelola SDM unggulnya dengan sebuah himpunan disebut Kelompok Staf Medis (KSM). Hingga kini KSM miliki 14 orang dokter spesialis ortopedi. Mereka terbagi ke dalam lima subspesialis meliputi subspesialis tulang belakang (spine), subspesialis rekonstruksi, subspesialis pediatri, subspesialis onkologi, dan subspesialis upper limb dan bedah mikro. Setiap subspesialis memiliki dua orang staf kecuali subspesialis tulang belakang dan subspesialis rekonstruksi yang masing-masing berjumlah empat orang staf. Semuanya merupakan konsultan dan sebagian lagi akan menuju subspesialis. Saat ini, perkembangan ilmu kedokteran ortopedi mengarah ke tindakan minimal invasif. Metode ini dikenal dengan irisan yang kecil namun memiliki hasil yang terbaik. Bedah minimal invasif dilakukan oleh subspesialis tulang belakang, rekonstruksi, dan upper lim dan bedah mikro. Subspesialis tulang belakang misalnya menangani penyakit yang berhubungan dengan kelainan pada tulang belakang dan leher. Keluhan-keluhan yang dialami pasien biasanya meliputi deformitas atau kelainan bentuk seperti skoliosis, kiposis, dan lordosis. Lalu, trauma atau cedera seperti cervical, thoracal, lumbal. Penyakit degeneratif sepeerti HNP, cervical, dan lumbal stenosis serta infeksi tulang belakang. Sedangkan, subspesialis rekonstruksi menangani gangguan kesehatan seputar tulang dan sendi yang rusak serta cedera olahraga. Keluhan yang ditangani biasanya meliputi penggantian sendi lutut total, penggantian sendi panggul total, Illizarov atau pemanjangan tulang dan meninggikan badan serta ruptur ligamen pada lutut. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 49

Subspesialis pediatrik menangani kelainan tulang dan sendi pada bayi, balita, dan anak-anak. Keluhan yang ditangani seperti kaki pengkor (clubfoot), kelainan bawaan sendi panggul (congenital dysplasia of the hip), cerebral palsy serta kelainan- kelainan bentuk alat gerak lainnya. Kemudian, subspesialis onkologi menangani tumor dan kanker pada tulang. Keluhan yang ditangani antara lain: limb – salvage surgery atau operasi penyelamatan tungkai, pengangkatan tumor tulang tanpa amputansi dengan megaprosthesis, dan penanganan tumor tulang dengan pendekatan interdisiplin. Terakhir, subspesialis upper limb dan bedah mikro menangani kelainan dan operasi mikro pada anggota gerak atas. Keluhan yang ditangani meliputi bedah tangan, bedah bahu dan siku, rekonstruksi sendi total (artoplasti) untuk tangan, siku, bahu. Selain itu, subspesialis ini juga menangani kelumpuhan saraf anggota gerak atas (cedera plexus blachialis), artoskopi bahu, siku, pergelangan tangan, dan kelainan bawaan tangan pada lengan bawah, lengan atas, bahu. Lalu, infeksi tangan, trauma tangan, lengan atau bahu, dan penutupan luka terbuka/cangkok. Tak hanya itu, SDM RS Ortopedi juga dituntut untuk terus mengikuti perkembangan ilmu kedokteran ortopedi yang sangat pesat secara global. Kemampuan ini terus diasah dengan secara aktif menulis publikasi ilmiah di jurnal-jurnal internasional dan yang terindeks Scopus sesuai subspesialisasi masing-masing. Para anggota staf juga terlibat aktif dalam beberapa organisasi profesi baik spesialis maupun subspesialis di level lokal hingga internasional. Hubungan internasional RS Ortopedi juga terus dibangun baik secara kelembagaan maupun dari para staf yang menempuh pendidikan di luar negeri. RS Ortopedi misalnya menjalin kerja sama dengan Korea Selatan, Malaysia, dan Jepang. Untuk memberikan kepuasan kepada pasien, pelayanan di subspesialis didesain agar minim antrean dan memberikan pelayanan terbaik. 50 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Waspada Skoliosis pada Anak, Kenali Gejala dan Perawatannya DIDIAGNOSIS menderita skoliosis atau bengkok tulang belakang mungkin bisa langsung meruntuhkan semangat hidup. Lengkung skoliosis berat bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya. Apalagi jika lengkungannya mengganggu organ dalam pada tubuh. Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau S. Skoliosis lebih sering ditemukan pada anak-anak sekitar usia 10-15 tahun. Skoliosis terjadi pada 0,2- 0,3% anak pada masa pubertas. dr. Andhi Prijosedjati, Sp.OT(K) RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 51

Skoliosis lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan resiko 5-8 kali lipat lebih besar. Bila skoliosis menjadi parah, bisa menyebabkan penderitanya mengalami gangguan jantung, paru-paru, atau kelemahan pada tungkai. Adanya rotasi pada tulang belakang menyebabkan struktur yang menempel pada tulang ikut berputar, sehingga secara fisik tampak adanya punuk di daerah punggung ataupun pinggang, tergantung lokasi puncak kelengkungan skoliosisnya. Sebagai contoh kasus pada awal 2021, Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mengoperasi seorang perempuan berusia 18 tahun. Pasien ini mempunyai sudut skoliosis 120 derajat ke arah kanan. Perempuan asal Papua ini menjalani tiga tahap operasi besar dengan melibatkan lima dokter, yakni dokter spesialis tulang belakang, anestesi, neurologi, rehab medis, dan dokter spesialis dalam. Setelah mendapatkan penanganan, kini perempuan tersebut sedang dalam pemulihan. Pasien tersebut juga merasa puas dengan penanganan non operasi dan rehabiliasi medis selama di RS Ortopedi. Dokter spesialis Ortopedi RS Ortopedi Surakarta dr. Andhi Prijosedjati, Sp.OT(K)-Spine menjelaskan anak muda tersebut mengalami kelainan skoliosis sejak usia delapan tahun. Menurutnya hal itu perlu monitor, pra operasi istilahnya memenuhi persyaratan untuk mengantisipasi perdarahan sehingga harus ada tambahan darah. Pentingnya Deteksi Dini Skoliosis Dr Andhi mencatat sekitar 85 persen pasien merasa membaik dengan tindakan non operasi. Ada yang tidak bisa membaik dengan non operatif dan 15 persen disarankan penanganan operasi. Ya, cukup banyak pasien yang datang ke RSO dalam kondisi sedang dan berat. Rata-rata 40 pasien memerlukan tindakan operasi pada layanan spine per bulan di  RSO. Setiap tindakan operasi melibatkan dua sampai empat dokter spesialis. RSO meningkatkan pelayanan dengan mengembangkan terapi regeneratif untuk mengembalikan kondisi tulang belakang yang mendekati normal. Selama ini tindakan operasi, terapi, dan obat tidak bisa mengembalikan kondisi sehat secara maksimal. Terapi ini diterapkan pada kasus yang tergolong ringan sampai sedang. 52 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Foto rontgen pasien skoliosis di RS Ortopedi. Foto rontgen pasien skoliosis di RS Ortopedi setelah menjalani tindakan operasi. Dengan terapi regeneratif kondisinya akan lebih baik dengan jangka waktu lebih lama. Walaupun demikian, kasus yang sudah ditangani bisa kambuh lagi. Cara kerja terapi regeneratif memacu sel dan jaringan yang belum rusak dengan faktor pertumbuhan sehingga sel  mengeluarkan jaringan yang sehat lebih banyak. Upaya ini membutuhkan protein, sel, dan matrik jaringan. Selain itu, RSO memiliki layanan minimal invasif untuk kasus ringan hingga sedang. Kelebihannya dapat berupa infeksi lebih rendah, nyeri ringan, dan durasi opname lebih cepat. Adapun sarana dan prasarana untuk terapi dan operasi layanan spine RSO sudah lengkap. Banyaknya antrean pasien yang membutuhkan tindakan operasi ini tentu membuat kebutuhan dokter spesialis tulang belakang semakin banyak. Pentingnya Deteksi Dini Skoliosis Skoliosis disebabkan banyak faktor antara lain kelainan genetik yang membuat tidak seimbangnya otot hormonal pada anak dan remaja. Pada umumnya pen- derita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dampak dari skoliosis dirasakan dalam jangka panjang, mulai dari perubahan fisik, rasa nyeri pada pinggang, hingga sesak napas akibat paru-paru tidak bisa berkembang. Untuk itu, perlu upaya deteksi dini untuk mencegah keparahan. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 53

Foto anak penderita skoliosis. Dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Andhi Prijosedjati, Sp.OT(K)-Spine, menjelaskan program deteksi dini dapat dilakukan dengan program skrining di sekolah pada anak usia lima sampai enam tahun. Skrining dilakukan dengan cara memeriksa punggung anak apakah ada perbedaan bagian punggung kanan dan bagian kiri. Nantinya hasil skrining bisa dikirim ke puskesmas atau RSO. Kalau tidak dilakukan bisa dilakukan oleh orang tua dengan memperhatikan postur anak- anaknya. Jika ditemukan benjolan dan pundak miring ada kemungkinan skoliosis. Untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan deteksi dini, RSO mengembangkan aplikasi online bernama ASIYAP. Aplikasi ini diharapkan bisa membantu masyarakat untuk mengenali apakah dirinya mengalami punggung bengkok ataukah tidak, sehingga bisa segera memeriksakan diri ke dokter. 54 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Foto Rontgen 3D pasien skoliosis. RSO membuat tiga pengkategorian kondisi skoliosis pada pasien, yaitu kurang dari 25 derajat, kurang dari 45 derajat, dan kondisi dengan kemiringan lebih dari 45 derajat. Setiap kondisi kemiringan memerlukan terapi yang berbeda. Terapi yang dilakukan antara lain  terapi senam untuk kondisi kurang dari 25 derajat, terapi dengan mengenakan baju penahanan brace untuk kondisi kurang dari 45 derajat, dan tindakan operasi lebih besar 45 derajat. Sedangkan kondisi yang paling sering ditemukan pada pasien masuk RSO yaitu dengan sudut 60 derajat. Selama masa pertumbuhan harus mendapatkan pengawasan dokter. Anak dengan sudut 20 derajat pada umur 12 tahun harus dikontrol terus sampai pertumbuhan berhenti kira-kira usia 18 tahun. Selama ini pengawasan bisa dilakukan empat bulan sekali. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 55

Artritis, Salah Satu Penyebab Nyeri Sendi ARTRITIS merupakan suatu kondisi yang menyebabkan peradangan sendi oleh berbagai sebab. Peradangan sendi bisa menyerang satu atau beberapa sendi. Artritis bisa terjadi pada anak-anak, dewasa, muda dan pada orang tua. Ada banyak jenis artritis, tergantung pada sifat dan penyebabnya. Artritis yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah: dr. Tangkas S.M.H.S. Sibarani, Sp.OT(K) 56 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

1. Osteoartritis (OA) Merupakan penyakit degeneratif yang progresif ada tulang rawan sendi dan jaringan sekitarnya. Kelainan ini bersifat kronis pada sendi yang ditandani dengan perlunakan jaringan tulang rawan, diikuti dengan pertumbuhan tulang pada batas sendi, pembentukan kista, dan sklerosis tulang subkondral, synovitis ringan dan fibrosis kapsul sendi. Ada 2 macam jenis OA ini yaitu OA Primer dan OA Sekunder. Karena sifatnya tadi, OA ini menyebabkan nyeri sendi pada sendi yang bersangkutan dan kesulitan menggerakkan sendi. OA pada umumnya diidap oleh pasien paruh baya, terutama di usia 40 tahun ke atas. OA paling sering mengenai sendi lutut, sendi pangkal paha/panggul, sendi pergelangan kaki, sendi tulang belakang dan sendi-sendi tangan. Dokter spesialis Ortopedi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso, dr. Tangkas SMHS Sibarani, Sp.OT(K), menjelaskan kasus artritis paling banyak ditemukan di RSO adalah artritis pada sendi lutut dan sendi pangkal paha yang terjadi akibat penuaan, pekerjaan, menahan beban berat, olahraga dan kecelakaan, serta meminum jenis obat-obatan tertentu dalam jangka lama. OA ini menyerang wanita lebih banyak dibandingkan pria, terutama wanita yang sudah menopause. OA dibagi dalam beberapa stadium, yakni Stadium 1 dengan gejala masih ringan, Stadium 2 dengan gejala nyeri sedang, Stadium 3 dengan gejala semakin berat dan Stadium 4 dengan gejalanya berat sekali hingga menyebabkan pasiennya susah berjalan. Pengobatannya menurut dr. Tangkas terdiri atas berbagai macam upaya, tergantung stadiumnya. Dimulai pada stadium 1 dan 2 yaitu pengobatan tanpa operasi, mulai dari penurunan berat badan, memakai penyangga, penyesuaian aktivitas, memberi obat-obat anti nyeri dan peradangan dan memberi suntikan pada lutut secara reguler. Sedang pada stadium 3 dan 4, pengobatannya sudah harus memikirkan tindakan operasi, mulai dari operasi pembersihan lutut melalui atroskopi, operasi penyeimbangan beban sendi lutut (high tibial astetomy), pergantian RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 57

Gambaran rontgen rheumatoid arthritis pada lutut. sendi separuh (unikondiler artropiasti), pergatian senti total (total knee arthroplasty), atau bahkan pengakuan sendi. Informasi dari dr. Tangkas, bahwa setiap tahunnya RSO melakukan operasi penggantian sendi sebanyak 400-500 sendi panggul dan lutut. 2. Rematoid Artritid (RA) Merupakan penyakit autonium sistematik yang baru bersifat kronis yang mengenai beberapa sendi termasuk salah satunya lutut dan bersifat simetris. Penyakit autoimun artinya sistem imun tubuh akan menyerang jaringan normalnya sendiri seperti tulang rawan, ligamen dan menyebabkan erosi pada tulang tepinya. Pasien RA biasanya berusia lebih muda dibandingkan dengan pasien dengan OA, dan biasanya menyerang wanita lebih banyak daripada pria. 58 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Gejalanya pada awalnya adalah kekakuan dipagi hari (morning stiffness), terutama pada tangan dan kaki, lutut, leher, siku, ankle dan bahu. Ditemukan adanya modul subkutukan, diskolasi metakarpropalangeal, swan neck deformity, hallux valgus, claw toes, subluxasi sendi dan metatarsopalangeal. Pengobatannya menurut dr. Tangkas, juga terdiri dari pemberian obat-obatan khusus hingga operasi pengakuan sendi dan penggatian sendi. 3. Gonitis TBC (TBC Sendi Lutut) Merupakan infeksi ekstrapulno mykobakterium tuberkolosa yang mengenai sendi lutut. Penyakit ini bisa muncul pada semua usia, dan paling sering mengenai anak-anak, remaja dan usia muda. Menurut dr. Tangkas, penyakit ini merupakan penyebaran secara hematogen dari kuman TBC dari fokus primer di paru-paru ke tempat lain seperti selpu sendi (sinovial) atau tulang subkondral, lalu menyebar secara tidak langsung ke epifisis tulang (pada anak-anak) dan metafisis tulang (pada dewasa) yang menyebabkan erosi pada tulang sendi dan menjadi artritis. Gejala dan tandanya adalah, nyeri lutut berkepanjangan, pembengkakan dan teraba hangat di sendi lutut, disamping tentunya gejala sistemik TBC seperti fatigue, berkeringat malam dan kehilangan berat badan. Pengobatannya menurut dr. Tangkas, terdiri atas pemberian obat-obat anti tbc, pembersihan sendi, pengakuan sendi (artrodesis) dan penggantian sendi (total knee arthroplasty) RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 59

Ada Benjolan, Awas Kanker Tulang TUMOR atau kadang orang menye- butnya sebagai daging tumbuh meru- pakan sebuah kelainan yang bisa terjadi di berbagai organ salah satunya tulang. Apabila tumor ini mengganas, lalu disebut sebagai kanker. Ini merupakan gangguan kesehatan yang harus segera mendapatkan penanganan medis. Secara sederhana, tumor di- gambarkan sebagai se- buah tonjolan di tem- pat-tempat yang tidak semestinya. Tonjolan ini bisa terjadi akibat inflamasi atau pera- dangan. dr. Mujaddid Idulhaq, Sp.OT(K), M.Kes 60 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Dokter RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Mujaddid Idulhaq, Sp.OT(K), M.Kes, mengatakan berdasarkan derajat kesakitannya, tumor lantas dibagi menjadi dua kelompok yakni ganas dan jinak. Tumor ganas disebut kanker, sedangkan tidak semua tumor bersifat ganas. Tumor jinak umumnya mengalami pertumbuhan yang lambat dan tidak menimbulkan rasa sakit yang dramatis bagi penderitanya. Untuk mencapai ukuran besar, tumor jinak memerlukan waktu bertahun-tahun. Namun, berbeda dengan tumor ganas atau kanker. Pertumbuhan tumor ganas cenderung lebih cepat dan menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya. Hal ini mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan penderita yang relatif cepat. Pada kondisi tertentu, tumor ganas memiliki risiko fatalitas. Guna mencegah risiko-risiko berat dari tumor, perlu deteksi dini keberadaan penyakit ini. Seseorang yang memiliki benjolan yang tidak hilang selama dua pekan bisa dicurigai sebagai tumor. Kecurigaan serupa juga patut diberikan ke lokasi-lokasi bekas benturan yang mengakibatkan benjolan, namun tidak kembali ke ukuran normal selama dua pekan. Apabila menemui hal ini, maka dianjurkan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Hal ini supaya bisa dilakukan penanganan lebih dini dan mencegah sakit berlanjut dan makin parah. Faktor lain yang menyebabkan timbul tumor atau kanker adalah keberadaan zat karsinogenik di dalam tubuh secara berlebihan. Selain itu, bisa juga dipicu oleh oksidan dalam makanan dan paparan radiasi. Sebagai pencegahan, dianjurkan agar menghindari makanan awetan dan mengonsumsi sayur dan buah-buah antioksidan. Tumor dan Kanker Pada Tulang Tumor dan kanker juga bisa terjadi pada tulang. Tumor ini terbagi menjadi dua kelompok yakni primer dan sekunder. Tumor primer merupakan tumor yang berada di sel tulang. Hal ini mengakibatkan sel tulang berubah akibat ada pertumbuhan baru. Sebagai contoh tumor primer ini misalnya kista tulang, giant cell. Berikutnya adalah tumor sekunder. Tumor ini merupakan tulang menerima dampak dari keberaan tumor di organ lain atau metastatis. Tumor sekunder ini misalnya tumor payudara yang menyebar hingga ke tulang, dan lainnya. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 61

Penanganan ganti sendi megaprosthesis. Keberadaan tumor tidak serta merta memerlukan operasi. Pada prinsipnya, pengangkatan tumor dilakukan apabila dirasa mengalami gangguan gerak, masalah estetika, hingga risiko fatalitas. Sebagai contoh, ostoeochondroma biasanya akan dioperasi apabila mengakibatkan gangguan gerak dan masalah kosmetik. Selain itu, kista tulang yang berukuran kecil dan tidak terlalu berbahaya bisa hanya diobseravsi terlebih dulu. Operasi bisa dilakukan apabila kerusakannya meluas. Kanker pada tulang ini sangat jarang terjadi. Secara global peluang terjadi kanker tulang hanya satu persen. Kanker tulang paling ganas adalah osteosarcoma. Kanker ini memiliki survival rate hanya 20 persen. Artinya, dari 5 orang yang mengalami sakit ini, hanya 1 orang yang selamat. Namun, seiring kemajuan kemoterapi dan teknologi radiasi, prognosisnya meningkat jauh lebih baik. Pasien osteosarcoma bisa disembuhkan dengan survival rate hingga 70 persen. Angka bisa meningkat seiring dengan dilakukan operasi. Pasien yang dinyatakan sembuh pun tetap harus menjaga pola hidup sehat. 62 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pada kasus osteosarcoma, misalnya banyak pasien datang dalam kondisi agak terlambat. Kondisi tumor pecah, besar atau terjadi penyebaran atau metastatis ke organ lain misal paru. Kondisi inilah yang membuat penanganan tidak optimal. Untuk mengatasinya biasanya dilakukan amputasi. Dampaknya adalah muncul stigma di masyarakat bahwa apabila menderita kanker tulang, solusinya adalah amputasi. Padahal tidak demikian, pemeriksaan dini terhadap gejala-gejala seperti benjolan dan ada rasa nyeri, bisa untuk mendeteksi keberadaan kanker. Makin dini penanganan, mencegah keparahan sakit. Kemajuan ilmu ortopedi juga memungkinkan dilakukan penanganan masalah tungkai dengan rekonstruksi meski alatnya masih terbilang mahal. Perkembangan biological reconstruction ini memungkinkan sebuah tulang bisa dipakai kembali ke tubuh setelah melalui proses sterilisasi baik memakai nitrogen, autoclave, dan lainnya. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 63

Bukan Kutukan, Kaki Pengkor Bisa Disembuhkan Melahirkan Bayi dengan Kaki Pengkor MOMEN kelahiran buah hati menjadi hari yang dinanti oleh pasangan suami-istri dari Bekasi ini. Bayi laki-laki ini lahir secara sectio cesarea (SC) pada awal 2017. Perasaan haru, bahagia, campur aduk menjadi satu setelah bayi itu lahir dengan selamat. Namun, kelahiran sang bayi ternyata juga dr. Hendra CK.,SpOT(K), M.Kes dr. Anung Budi S.,SpOT(K) 64 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Tim medis memasang gip pada bayi yang sakit kaki pengkor. meninggalkan rasa sedih bagi orang tua itu. Mereka mendapati sepasang kaki anak mereka berbentuk pengkor. Ya, bentuk kaki bayi itu bengkok dan kaku. Dunia seperti runtuh, langit cerah tiba-tiba menjadi gelap dan membuat mereka terpuruk. Menganggap anak akan cacat selamanya karena kakinya pengkor. Yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana nanti masa depannya jika kedua kakinya pengkor seperti ini. Bagaimana nanti anggapan tetangga dan keluarga yang akan menggunjing sang bayi. Dokter kandungan yang menangani persalinan sang ibu kemudian merujuk bayi itu untuk bertemu dengan dokter spesialis ortopedi di RSUD wilayah tempatnya tinggal. Setelah berkonsultasi ternyata mereka harus menunggu usia sang bayi 1 bulan lagi untuk menjalani tindakan medis. Lantaran tidak tenang, mereka kemudian memutuskan untuk mencari ikhtiar lain dengan berkonsultasi pada dokter spesialis anak lain. Dokter tersebut melihat kondisi kaki Hafizh lalu berkata, “Ini CTEV, Bu. Sudah, ibu jangan sedih, ada dokter bagus di Solo namanya dr. Anung. Anak sahabat saya kebetulan juga pasien beliau dan Alhamdulillah kakinya sudah bagus sekarang”. Mendengar hal itu kedua orang tua seperti mendapatkan harapan terbaik. Mereka kemudian membawa anaknya ke RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Sebelum dirujuk ke RSO Soeharso mereka juga berkonsultasi ke dokter RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 65

spesialis ortopedi lain yaitu dr. Hendra Cahya Kumara, Sp.OT. Ternyata beliau pun juga berdinas di RSO. Pertama sang bayi langsung mendapatkan tindakan gips serial. Tindakan didahului anamnesa dan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki untuk melihat apakah ada penyerta lainnya selain CTEV. Sewaktu gips pertama kali dibuka hasilnya membuat orang tua kaget dan terharu karena seperti sulap, seperti mimpi. Kaki sang buah hati langsung tidak bengkok lagi. Dari hasil gips pertama itu mereka mulai menaruh harapan besar pada RSO. Dia sangat yakin dan optimistis anak mereka bisa sembuh. Sang anak kemudian mendpatkan tinddakan lanjutkan dengan pemakaian sepatu FAB (Foot Abduction Brace) selama 23 jam per hari selama empat bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemakaian 16 jam per hari sampai Hafizh dinyatakan “lulus.” Tahun 2021 kemarin sang anak akhirnya dinyatakan lulus, tepat pada usianya yang 4 tahun. RSO Surakarta Rujukan Lengkap Ortopedi Pediatri Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. DR. R. Soeharso Surakarta merupakan rumah sakit khusus ortopedi & traumatologi, dan rehabilitasi medik yang menjadi rujukan nasional. Memiliki sub spesialis ortopedi yang menangani kelainan tulang, sendi dan alat gerak pada bayi, balita, serta anak-anak. Biasanya disebut dengan ortopedi pediatri. Jenis kelainan anak yang sering ditangani di antaranya kaki pengkor alias Congenital Talipes Equinus Varus (CTEV) alias clubfoot, kelainan bawaan sendi panggul (Developmental Dysplasia of Hip), dan Cerebral Palsy (CP). Penanganan dipantau langsung oleh dua spesialis ortopedi pediatri yakni dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT(K), dan dr. Hendra Cahya K, Sp.OT(K) M.Kes. Kasus terbanyak pada ortopedi pediatri adalah kaki pengkor. Prevalensi kasus ini di Indonesia cukup tinggi yakni sekitar satu hingga dua pasien tiap 1.000 kelahiran. Kendati demikian, jenis kelainan tersebut bisa disembuhkan dengan baik asalkan ditangani secara cepat dan tepat. Metode pengobatan yang dilakukan RSO Surakarta sudah memenuhi standar baku pelaksanaan kaki pengkor sedunia. Pembedahan atau operasi diminimalkan dengan metode Ponseti yang menerapkan tiga prinsip dasar. Pertama yakni 66 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pembuatan sepatu FAB (Foot Abduction Brace) prinsip koreksi dengan pemasangan gips bertahap atau serial hingga sempurna. Selanjutnya, menggunakan sepatu khusus (FAB) pada pasien yang kakinya sudah terkoreksi. Terakhir, jika perlu bakal dilakukan operasi pemanjangan tendo. Namun sejauh ini tim Ortopedi cukup menerapkan dua metode yakni pemasangan gips dilanjutkan pemasangan sepatu koreksi hingga usia empat tahun. Jika penanganan dilakukan sejak usia dini, kecil kemungkinan untuk menggunakan metode operasi besar. Tindakan dengan gips hasilnya sudah cukup baik, bahkan bisa kembali normal. Yang terpenting adalah komitmen orang tua agar sang buah hati lekas sembuh. Pelayanan ortopedi pediatri di RSO Surakarta terbilang lengkap. RSO memiliki bengkel sepatu sendiri sehingga semakin mempercepat proses pelayanan kesehatan bagi pasien. Dalam kasus tertentu, tim juga menjalin koordinasi dengan dokter spesialis anak. Sehingga penanganan di RS Ortopedi bisa dipantau dari awal sampai selesai. Bukan Kutukan Jika tidak segera mendapat penanganan medis, anak dengan kaki pengkor bakal menyebabkan kaki nyeri atau sakit saat dewasa. Hal itu dikarenakan posisi RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 67

Pembuatan sepatu FAB (Foot Abduction Brace) kaki yang tidak normal. Akibatnya, sendi rusak atau terjadi pengapuran sejak dini. Kaki penderita juga relatif kaku sehingga menyebabkan kecacatan permanen sehingga mengurangi kualitas hidup penderitanya. Dokter spesialis ortopedi pediatri di Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. Dr. R. Soeharso Solo, dr. Hendra Cahya K, Sp.OT(K) M.Kes mengatakan penyakit ini bisa sembuh jika ditangani sejak dini. Penanganan kaki pengkor sedini mungkin bisa meningkatkan peluang mengembalikan bentuk kaki mendekati normal tanpa operasi ataupun dengan operasi minimal. Penanganannya bahkan bisa dilakukan saat bayi masih usia sepekan. Oleh sebab itu, jika orang tua bayi melihat kelainan pada kaki si anak harus segera memeriksakannya ke dokter. Lebih baik lagi dilakukan pengecekan kepada dokter ortopedi. Dari situ bakal ada rekomendasi penanganan lanjutan. Mengingat deteksi dininya lebih mudah ketimbang jenis penyakit lainnya seperti kelainan panggul bawaan. Kaki pengkor merupakan kelainan bentuk kaki yang posisinya bengkok. Maka treatment yang perlu dilakukan adalah memperbaikinya agar mendekati normal. Tindakan pertama yang dilakukan adalah pemasangan gips pada kaki. 68 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pemasangan dilakukan selama empat hingga enam pekan. Sepekan sekali gips diganti dan dilakukan pengecekan oleh dokter spesialis. Setelah itu diberi sepatu khusus dengan nama sepatu koreksi. Sepatu ini dilengkapi dengan penopang untuk mengoreksi bentuk kaki. Pada tiga sampai empat bulan pertama sepatu harus selalu dipakai kecuali saat mandi. Sementara setelah itu hanya dipakai saat tidur sampai usia empat tahun. Treatment tersebut tak boleh terputus demi hasil maksimal. Kunci dari CTEV ini memang pada kerja sama orang tua. Orang tua harus ada komitmen rutin dan mau disiplin sampai anak usia empat tahun. Antisipasi Mitos kaki pengkor sebagai kutukan adalah tidak benar. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti kelainan tersebut. Namun berdasarkan analisanya ada dua jenis penyebab CTEV yakni idiopatik dan sindromik. CTEV idiopatik artinya tidak diketahui penyebabnya dan berdiri sendiri. Sementara sindromik merupakan jenis sindrom yang disertai dengan penyakit lain, misalnya Artrogryposis, Spina bifida, dll. Tapi yang paling banyak adalah yang tidak diketahui penyebabnya. Tidak jelas ada faktor keturunan, kehamilannya juga baik, tapi ketika melahirkan baru diketahui CTEV. Sementara untuk sindromik bisa disebabkan karena beberapa hal misalnya ada kelainan saat kehamilan, mengonsumsi obat-obatan yang bisa merusak janin, janin kurang gizi, atau faktor keturunan. Antisipasi CTEV bisa dilakukan dengan melakukan kontrol rutin ke dokter saat mengandung. Dokter kandungan yang peka biasanya mudah mendeteksi kelainan bayi meski masih dalam kandungan. Selanjutnya jangan lupa konsumi nutrisi yang cukup. Kekurangan vitamin bisa menyebabkan tulang belakang tidak sempurna. Edukasi terkait kaki pengkor sejauh ini juga masih minim. Maka dr. Hendra meminta para orang tua agar lebih sensitif. Kalau mengetahui kelainan pada bayi harus segera diperiksakan ke tenaga medis atau dokter spesialis. Beberapa kasus yang ditangani terbilang telat karena baru dibawa ke RSO ketika penderita sudah dewasa. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 69

Kenali Gejala Tangan Keple Setelah Kecelakaan KECELAKAAN seperti jatuh dari sepe- da motor di jalan, terpeleset di rumah, atau saat olahraga bisa mengakibatkan anggota gerak atas keple. Kejadian ini bisa mem- buat jaringan saraf tepi yang mempersarafi anggota tubuh bagian atas mengalami cedera. Masyarakat yang meng- alami masalah ini biasanya datang ke Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan kondisi 90 persen tidak mengalami luka. Meskipun ada pasien yang datang dengan penyebab lain seperti tumor atau karena sel terkena dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes. radiasi sehabis operasi. 70 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pemeriksaan pasien yang mengalami tangan keple. Menurut dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes., tangan keple terjadi karena benturan, baik langsung maupun tidak langsung, meski yang paling banyak karena benturan langsung. Misalnya dalam kecelakaan lalu lintas, bahu terbentur jalan atau setang sepeda motor. Benturan itu membuat anggota gerak atas tiba-tiba lumpuh. Kasus ini tidak hanya dialami orang dewasa. Bayi yang baru lahir pun bisa mengalaminya. Apalagi bayi dengan postur besar, dengan berat badan di atas 4 kg dan dengan kelahiran secara normal. Guna mengantisipasinya, ibu hamil harus melakukan kontrol rutin sebelum melahirkan sehingga tahu kondisi bayi ketika masih di dalam perut. Dalam menangani kasus tangan keple, perlakuannya secara umum hampir sama baik untuk orang dewasa maupun bayi. Hanya tingkat kesembuhannya lebih bagus pada anak atau bayi yang baru lahir, di mana kondisinya bisa kembali normal. Dalam kasus orang dewasa, jika tangan tidak bisa kembali normal, penangannnya harus holistik. Kelumpuhan anggota gerak atas dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pertama, semuanya tidak bisa bergerak mulai dari bahu, siku, pergelangan tangan, dan jari. Kedua, hanya sebagian yang tidak bisa digerakkan misalnya hahu dan siku tidak bisa gerak tetapi pergelangan tangan masih bisa bergerak atau sebaliknya. Ketiga, awalnya semuanya tidak bisa bergerak sama sekali, tetapi RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 71

dalam perjalanan waktu hanya beberapa organ seperti bahu dan jari yang tidak bisa digerakkan. Kejadian lumpuh dalam klasifikasi pertama membutuhkan proses penyembuhan yang lebih rumit dibandingkan klasifikasi yang kedua. Klasifikasi cedera saraf yang banyak dijadikan referensi di klinik diutarakan oleh Seddon (1943) dan Sunderland (1951). Seddon membagi cedera saraf tepi menjadi tiga yaitu: pertama, neuropraksia merupakan lesi saraf yang paling ringan. Neuropraksia biasanya reversibel dan dapat kembali normal dalam beberapa hari atau pekan. Kedua, aksonotmesis terjadi akibat trauma yang lebih berat atau kompresi saraf, lesi yang mengenai selubung mielin dan akson. Ketiga, neurotmesis merupakan cedera saraf yang paling berat. Mengenai mielin, akson, dan lapisan penyangga (endo-peri-epineurium), terjadi kerusakan endoneural tube sehingga pada regenerasi akson reinervasi sensorik dan motorik tidak sesuai dengan target aslinya. Diperlukan tindakan pembedahan untuk membersihkan jaringan yang menghalangi regenerasi akson dalam bentuk jaringan parut agar kesinambungan saraf terjaga. Untuk mengenali saraf putus, dokter kali pertama akan menanyakan kondisi yang terjadi pada pasien. Misalnya apakah masih ada sensasi meraba, merasa nyeri, panas, dingin dan sebagainya. Kalau pasien tidak bisa merasakan pasti saraf bermasalah. Jika tangan masih bisa digerakkan, dievaluasi bagaimana kelembapan anggota gerak atas, apakah teraba hangat atau dingin. Cara lainnya adalah dokter menggunakan electromyography/electromyogram atau elektromiografi (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV). EMG merupakan tes untuk memeriksa kondisi otot dan sel-sel saraf yang mengontrolnya (neuron motorik). Tes ini dapat membantu mendeteksi gangguan pada saraf, otot, atau masalah dengan sinyal yang dikirimkan saraf ke otot. Sedangkan NCV yaitu prosedur yang digunakan untuk menilai kerusakan dan disfungsi saraf. Prosedur ini juga dikenal sebagai uji konduksi saraf untuk mengukur kecepatan gerak sinyal listrik melalui saraf tepi menuju otot. Dr. Tito mengimbau pasien untuk tidak terlambat datang ke rumah sakit jika merasakan gejala-gejala cidera anggota gerak atas tersebut. Semakin cepat dibawa ke dokter, penanganannya tidak serumit atau sesulit mereka yang terlambat dibawa ke dokter. Pasien yang datang kurang dari satu bulan saat merasakan gejala, kemungkinan sembuh (prognosis) akan lebih bagus. 72 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Jika pasien datang kurang enam bulan, dokter masih bisa mengembalikan sarafnya. Saraf itu layaknya kabel. Dokter akan mengecek kabel mana yang masih bisa digunakan kemudian disambungkan. Banyak sekali saraf yang bisa dipakai sebagai penyambung atau donor (nerve transfer) atau neurotisasi. Ilustrasi neurotisasi Nah ketika, saraf mengalami benturan di kabel saraf ada benjolan besar ibarat kabel yang ruwet, penanganannya adalah memotong saraf kemudian dijahit lagi. Keple anggota gerak atas sangat devastating atau membuat pasien stres. Teknologi saat ini belum bisa mengembalikan saraf normal lagi 100%, meski telah dilakukan dengan teknik penyambungan yang bagus. Untuk itu agar pasien tidak merasa sendiri, RS Ortopedi telah membentuk paguyuban pasien sesama penderita cedera plexus brachialis. Paguyuban ini manfaatnya sangat besar karena pasien bisa saling berkomunikasi, misalnya ada orang yang mau operasi, anggota paguyuban bisa saling mendoakan. Secara psikologis paguyuban ini sangat membantu RS Ortopedi. Dengan kondisi psikologis yang baik, mendukung proses kesembuhan pasien menjadi bagus. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 73

Bahaya Tangan Kesemutan & Cara Mengatasinya SETIAP orang pasti pernah merasa- kan kesemutan. Kesemutan merupa- kan kondisi yang sangat umum terjadi. Dalam istilah medis, kesemutan disebut parestesia yang pada umumnya ditandai dengan rasa kebas atau mati rasa yang disertai sensasi seperti tertusuk jarum. Kondisi ini dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi paling sering terjadi di tangan dan kaki. dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes. 74 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Kesemutan yang dalam bahasa Jawa disebut gringgingan, merupakan kelainan yang disebut dengan sindrom terowongan pergelangan tangan atau carpal tunnel syndrom (CTS). Kesemutan ini terjadi karena saraf medianus yang jalannya persis di dalam terowongan pergelangan tangan terganggu. Kondisi parestesia dapat terjadi hanya sementara waktu atau terus menerus. Pada anggota gerak atas yang paling sering kesemutan terjadi di telapak tangan. Kesemutan kemudian bisa menjalar ke ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, atau sebagian jari manis. Awalnya seseorang mengabaikannya. Namun lama-lama kesemutan itu bisa mengganggu karena terasa lebih hebat dan bisa disertai rasa nyeri. Parestesia disebabkan oleh beberapa sebab, seperti saraf kejepit. Dokter Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes., mengatakan penyebab terjadi parestesia yang paling sering adalah proses radang akut. Radang terjadi di terowongan pergelangan tangan yang terdapat tulang tempat lewatnya saraf medianus dan sembilan urat atau tendon. Kesemutan ini berbeda dengan rasa nyeri pada jari jika ditekuk. Masalah ini disebut dengan de quervain’s syndrome, yaitu pembengkakan dan peradangan pada tendon dan penutup tendon yang berfungsi menggerakkan ibu jari ke arah luar.  Secara umum kesemutan disebabkan oleh proses peradangan yang menimbulkan timbunan cairan entah di pergelangan tangan atau telapak tangan. Radang itu membuat nyeri. Nah ketika suatu saat radang hilang bisa menjadi radang kronis. Apa tindakan yang dilakukan dokter saat menerima pasien dengan gejala parestesia? Biasanya dokter akan menilai seberapa parah kesemutan yang diderita pasien. Kemudian, dokter akan memeriksa menggunakan foto rontgen. Jika permasalahannya pada saraf, pasien akan diperiksa menggunakan EMG NVC. Electromyography/electromyogram atau elektromiografi (EMG) adalah tes untuk memeriksa kondisi otot dan sel-sel saraf yang mengontrolnya (neuron motorik). Tes ini dapat membantu mendeteksi gangguan pada saraf, otot, atau masalah dengan sinyal yang dikirimkan saraf ke otot. Sedangkan nerve conduction velocity (NCV) yaitu prosedur yang digunakan untuk menilai RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 75

Ilustrasi pasien mengalami carpal tunnel syndrome kerusakan dan disfungsi saraf. Prosedur ini juga dikenal sebagai uji konduksi saraf untuk mengukur kecepatan gerak sinyal listrik melalui saraf tepi. Setelah itu baru dilakukan tindakan. Kalau kondisinya parah segera dilakukan operasi, tetapi kalau pasien datang dengan gejala ringan, operasi tidak diperlukan. Peradangan terjadi karena over use atau penggunaan berlebihan. Biasanya parestesia terjadi pada aktivitas tangan yang dominan dipakai. Untuk menangani pasien karena parestesia, sendi harus diiistirahatkan agar tidak over use. Pasien bisa dipasang splint atau spalk (perban). Ini dilakukan pada tahap awal. Risiko terkena carpal tunnel syndrom (CTS) dan trigger finger, menurut dr. Tito lebih banyak pada perempuan. Hal ini diperkirakan karena faktor hormonal. Sehingga wanita hamil risikonya meningkat. Anak kecil atau bayi yang baru lahir pun bisa mengalami gejala tersebut. 76 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Platelet Rich Plasma untuk Rekonstruksi Panggul dan Lutut MASALAH panggul akibat degeneratif menjadi kasus paling banyak yang ditangani oleh Indonesian Hip & Knee Society (IHKS). Akibat degeneratif ini kondisi sendi panggul pasien mengalami kerusakan. dr. Tangkas S.M.H.S. Sibarani, Sp.OT(K) RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 77

IHKS adalah sebuah komunitas yang berisikan dokter spesialis Orthopedi dengan subspesialisasi Lutut dan panggul. IHKS juga merupakah sebuah program pendidikan bagi dokter spesialis Ortopedi yang berminat mendalami bidang lutut dan panggul. Dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Tangkas S.M.H.S. Sibarani, Sp.OT(K), adalah salah satu anggota IHKS. Dr. Tangkas melakukan beberapa perlakuan pada kasus panggul rusak, antara lain dengan mengganti sendi. Penanganan pada hip and knee serta sports injuries selama ini banyak menggunakan prosedur artroskopi di RS Ortopedi Surakarta. Artroskopi adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan membuat lubang sayatan sebesar lubang kunci untuk memasukkan alat bernama artroskop. Prosedur ini bertujuan untuk mendiagnosis dan menangani sejumlah gangguan sendi. Sementara, pada penanganan rekonstruksi ligamen lutut dengan kondisi ringan hingga sedang, bisa menggunakan terapi regenerative medicine. Regenerative medicine dilakukan menggunakan bio material dan merekayasa jaringan langsung kepada pasien. Pada sports injuries bisa dilakukan di luar dengan stem cell therapy. 78 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Para dokter juga melakukan penelitian untuk menigkatkan pelayanan di RS Ortopedi Surakarta. Dr. Tangkas merupakan kandidat doktor untuk knee surgery yang salah satu penelitiannya tentang penggunaan platelet rich plasma (PRP) untuk mencegah degenerasi pada lutut. Dr. Tangkas telah merekonstruksi ligamen lutut selama bertahun-tahun. Tetapi masih ada kekurangan berupa lutut tidak stabil. Dia melakukan riset dengan pilihan mengolah PRP, melakukan rekonstruksi, dan menambah zat adiktif sehingga tidak terjadi laksiti. PRP tersebut bisa diterapkan pada pasien dengan kondisi ringan sampai berat. Menurut dr. Tangkas, prosedur ini tidak terlalu sulit. Para dokter hanya perlu melengkapi peralatan dan tidak memerlukan alat yang canggih. Indonesian Hip & Knee Society (IHKS) dan Sports Injuries merupakan bagian pendalaman ilmu ortopedi. IHKS dan Sport Injuries eksis di Indonesia karena keberadaan tenaga medis dengan kualifikasi khusus. Selain itu mereka aktif meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan khusus dan seminar. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 79

Soeharso Sport Injury Center, Layanan Baru Sambut Piala Dunia U-20 dr. Asep Santoso, Sp. RUMAH Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. OT (K), M.Kes R. Soeharso Surakarta segera memiliki Soeharso Sport Injury Center. Pela- yanan sport injury di satu tempat ini akan diresmikan pada pengujung 2021. Soeharso Sport Injury Center diharapkan memudahkan pemulihan cedera pasien khususnya atlet hingga bisa berprestasi lagi. Sebagian peralatan, ruangan, sarana dan prasarana pelayanan sport injury kini telah tersedia di lantai III gedung poliklinik RS Ortopedi. Kelengkapan peralatan canggih akan siap dua sampai tiga bulan ke depan. Beberapa dokter pun telah memakai sejumlah peralatan di ruang Soeharso Sport Injury Center untuk menangani pasien. 80 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Dokter spesialis ortopedi RS Ortopedi, dr. Asep Santoso, Sp.OT(K), M.Kes, mengatakan layanan baru tersebut memiliki konsep one stop service. Konsep tersebut menyatukan pelayanan dokter spesialis ortopedi, rehabilitasi, terapi, ahli gizi, psikologis, hingga pemulihan performa atlet dengan layanan fitnes. RSO pada prinsipnya sudah memiliki kebutuhan sumber daya manusia (SDM) untuk layanan Soeharso Sport Injury Center. Manajemen RSO hanya perlu menyesuaikan tim untuk layanan baru tersebut. Kementerian Kesehatan menyiapkan Soeharso Sport Injury Center sebagai fasilitas kesehatan bagi pemain sepak bola yang berlaga di Piala Dunia U-20 FIFA 2021. Layanan tersebut tetap dipersiapkan walaupun turnamen yang akan digelar di beberapa kota di Indonesia, termasuk Solo, diundur akibat pandemi Covid-19. RS Ortopedi memberikan pelayanan kesehatan bagi pemain-pemain klub sepak bola Liga 1 Indonesia yang ber-home base di Kota Solo, yaitu Bhayangkara FC. Sejumlah pesepakbola nasional, seperti Evan Dimas Darmono,  Hansamu Yama Pranata, dan I Putu Gede Juniantara telah ditangani di RSO. Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Para pasien yang datang ke RS Ortopedi mayoritas mengalami cedera lutut, engkel, dan dan sendi panggul. Sebanyak 70-80 persen dari total kasus yang ditangani merupakan cedera lutut khususnya anterior cruciate ligament (ACL). Selama ini sekitar 95 persen lebih pasien atau atlet yang menjalani operasi bisa pulih. Bahkan beberapa atlet justru mampu meraih prestasi tertinggi. Seperti dialami seorang atlet laki-laki dari cabang olahraga atletik yang mengalami cedera kronis pada tumit. Dr. Asep Santoso memberikan terapi intervensi nyeri kepada sang atlet. Atlet tersebut lalu pulih dan mempersembahkan medali emas dan mengharumkan Indonesia di pentas dunia. Selain itu para atlet badminton Indonesia yang berlaga di Paralimpiade 2020 Tokyo juga sempat mendapat penanganan RS Ortopedi atler tersebut berhasil mempersembahkan dua medali emas dan satu medali perak. Dr. Asep berharap RS Ortopedi semakin maju dan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat. Apalagi Kota Solo sering menjadi tuan rumah berbagai ajang olahraga baik tingkat nasional maupun internasional. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 81

Menahan Sakit 15 Tahun, Operasi Ganti Sendi Akhirnya Sembuh RUMAH Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mencatat setiap hari sedikitnya dua pasien menjalani operasi penggantian tulang rawan di RS Ortopedi Surakarta Jl. A. Yani No.157, Sukoharjo. Para pasien mengalami gangguan arthritis dan rheumatoid arthritis. Masih membekas dalam inga- tan dokter spesialis ortopedi RSO Surakarta dr. Tangkas S.M.H.S. Sibarani, Sp. OT(K) saat menangani bedah tulang rawan milik seorang perem- puan beberapa tahun lalu. dr. Tangkas S.M.H.S. Sibarani, Sp.OT(K) 82 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Tindakan bedah operasi pada pasien yang mengalami masalah pada sendi lutut. Perempuan tersebut datang ke RSO Surakarta dengan kesakitan pada sendi di kedua kakinya. Tulang rawan pada kaki perempuan tersebut telah rusak. Padahal, dia masih berusia 27 tahun. Rupanya perempuan tersebut memiliki masalah rheumatoid arthritis yang memungkinkan menyerang anak muda. Dia sudah 15 tahun kesakitan. Dr. Tangkas mengatakan tidak bisa melakukan apa-apa kecuali ganti sendi. Perempuan tersebut menangis begitu mendengar diagnosis tersebut. Dr. Tangkas membiarkan perempuan menangis. Begitu perempuan tenang, dr. Tangkas melanjutkan penjelasan mengenai penyakit yang dialami tidak bisa sembuh. Sakit semakin parah jika dibiarkan. Akhirnya pasien bersedia melakukan penggantian sendi kiri dan kanan. Penggantian berjalan dengan baik dan tidak kelihatan bahwa pasien selesai menjalani operasi sendi. Menurut dr. Tangkas, arthritis stadium tiga dan stadium empat harus ditindaklanjuti dengan operasi penggantian sendi. Hal itu supaya kualitas hidup pasien membaik. Arthritis umumnya diderita orang berusia mulai 40-an tahun kecuali akibat rheumatoid arthritis dan kecelakaan. Dr. Tangkas mengungkapkan setiap hari minimal dua pasien melakukan operasi penggantian tulang rawan di RSO Surakarta. Pasien saat ini sangat terbantu dengan keberadaan BPJS Kesehatan, karena biaya operasi sendi sangat mahal. Untuk itu, seorang pasien yang menjalani operasi penggantian tulang rawan dengan alat berbahan logam harus antre dua sampai tiga bulan di RSO Surakarta. Antre juga termasuk tindakan sebelum operasi supaya operasi berjalan lancar. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 83

Foto rontgen pasien setelah menjalani operasi penggantian sendi lutut secara total. Pasien harus menjalani persiapan dengan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh, antara lain gigi tidak boleh berlubang. Jika punya gigi berlubang harus menjalani penambalan gigi atau pencabutan gigi yang rusak. Pasien yang memiliki luka pada tubuh harus diobati sampai sembuh. Termasuk membersihkan telinga dan hidung. Bagian-bagian tersebut merupakan sumber yang bisa membuat infeksi. Adapun pasien yang memiliki penyakit penyerta seperti darah tinggi maupun diabetes harus konsultasi dengan dokter spesialis sampai dinyatakan aman untuk menjalani operasi. Dokter memastikan kondisi gula darah hingga kondisi ginjal pasien dalam kondisi baik. Menurut dr. Tangkas, penggantian tulang rawan yang rusak merupakan proses memotong sendi yang rusak, membersihkan, dan memasang logam buatan. Logam ini tidak membuat alergi terhadap pasien. 84 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook