Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT khs

PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT khs

Published by khalidsaleh0404, 2021-02-19 13:40:11

Description: PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT khs

Search

Read the Text Version

Penerapan Program KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) Di Rumah Sakit Khalid Saleh 2021 i

PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) (BAGIAN PERTAMA) Dr.dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, Mkes RSUP Dr. WAHIDIN SIDIROHUSODO MAKASSAR Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 ii

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena buku digital ini telah selesai disusun. Buku ini disusun agar dapat membantu para peminat pembaca masalah keselamatan pasien (patient safety) , sehingga implementasi program ini dirumah sakit dapat tersosialisasi baik ke staf Rumah Sakit. Perlu diketahui bahwa tulisan ini diambil/disadur dari berbagai penulis di bidangnya masing masing dan dibuat dalam bentuk kumpulan tulisan dalam suatu buku digital Bagian pertama. Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan sebuah manfaat bagi pembaca. Dan terima kasih kepada penulis atas izinnya sehingga tulisannya kami muat. Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penyusun kedepannya. Makassar, Februari 2021 Penyusun Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................... iii DAFTAR ISI …………….............………………………………………… iv BAB I KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Pendahuluan ……………………………................. 1 Elemen patient safety ............................................ 3 Most common root causes of errors ....................... 3 International patient safety goals .............................. 4 Membangun kesadaran perawat (nursing awareness) akan patient safety ................................................. 4 6 Quality work places = quality patient care ............ Pendekatan komprehensif dalam pengkajian 7 keselamatan pasien ................................................ 17 Kesimpulan ............................................................ BAB II PENGEMBANGAN BUDAYA PATIENT SAFETY DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Pendahuluan ...................................................... 23 Mutu pelayanan Kesehatan ……………..………… 24 Dimensi mutu pelayanan Kesehatan ……………… 25 Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu ..…………. 26 Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan …………….. 27 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) ………………….. 29 Masalah komunikasi …………………………………… 29 Masalah SDM ……………………………………….. 30 Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 iv

Kegagalan-kegagalan teknis ……………………… 30 Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat ……….. 31 Patient Safety ………………………………………. 31 Penanganan Pasien Cedera …………………………. 35 Mengidentifikasi Risiko Jatuh ……………………….. 36 Program “Keselamatan Pasien Rumah sakit” sebagai Langkah Strategis ……………………………………….. 38 Programe: six areas of action(2005) ……………….. 39 Indikator Patient Safety ……………………………… 46 Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety ……… 47 Daftar Pustaka ……………………………………. 48 BAB III PRIMUM NON NOCERE ……………………………… 50 BAB IV MEDICAL ERROR, SOLUSI PERSONAL DAN SOLUSI SISTEMIK Pendahuluan ...................................................... 55 Mutu pelayanan Kesehatan ……………..………… 24 Pendekatan Personal .......................................... 56 Pendekatan Sistem ............................................... 59 Vulnerable System Syndrome .............................. 61 Menyalahkan Individu .......................................... 62 Menyangkal Kesalahan Sistemik ............................. 62 Tujuan Kesempurnaan yang Keliru ........................ 64 Manajemen Kesalahan ......................................... 65 Kesimpulan ………………………………………… 68 Daftar Pustaka ……………………………………… 69 Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 v

BAB V KONTEKS LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI 74 PATIENT SAFETY 78 Peran pemerintah: contoh kasus The National Patient Safety Agency di Inggris …………………….. Kepustakaan ……………………………………….. BAB VI ROOT CAUSE ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA ……………………….…………………… 79 BAB VII MUTU PELAYANAN YANG BERORIENTASI PADA PATIENT SAFETY Pendahuluan ………………………………………… 82 Definisi dan dampak dari medical error …………… 84 Dampak medical error dalam pelayanan kesehatan .. 86 Perlunya dikembangkan standar dan indikator untuk patient safety …………………………………………. 88 Apa yang dimaksud dengan indikator patient safety (IPS)? ……………………………………..…………….. 90 Apa tujuan penggunaan Indikator Patient Safety? …. 91 Apa saja yang termasuk dalam indikator patient safety? 91 Beberapa indikator patient safety ………………….. 92 Dekubitus ……………………………………………… 93 Apa manfaat indikator patient safety? ………………. 94 Kesimpulan …………………………………………. 95 Daftar Pustaka ……………………………………… 96 Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 vi

BAB VIII 20 CARA AGAR KESALAHAN MEDIS TIDAK 99 TERJADI ……………..………………………………………… Pendahuluan ………………………………………… 82 Definisi dan dampak dari medical error …………… 84 Dampak medical error dalam pelayanan kesehatan .. 86 FROM WAHIDIN TO THE PATIENT SAFETY Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 vii

BAB I KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Pendahuluan Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008). Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 1

di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh KARS. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni: 1. Hak pasien 2. Mendididik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari: Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 2

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien 2. Pimpin dan dukung staf 3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko 4. Kembangkan sistem pelaporan 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien 7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien ELEMEN PATIENT SAFETY Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) Restraint use Nosocomial infections Surgical mishaps Pressure ulcers Blood product safety/administration Antimicrobial resistance Immunization program Falls Blood stream – vascular catheter care Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports MOST COMMON ROOT CAUSES OF ERRORS Communication problems Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 3

Inadequate information flow Human problems Patient-related issues Organizational transfer of knowledge Staffing patterns/work flow Technical failures Inadequate policies and procedures (AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003. ) Agency for Healthcare Research and Quality INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS 1. Identify patients correctly 2. Improve effective communication 3. Improve the safety of high-alert medications 4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery 5. Reduce the risk of health care-associated infections 6. Reduce the risk of patient harm from falls MEMBANGUN KESADARAN PERAWAT (NURSING AWARENESS) AKAN PATIENT SAFETY Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (sebesar 40 – 60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan pasien. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 4

Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and abilities, prevention of illness and injury, alleviation of suffering through diagnosis and treatment of human response, and advocacy in the care of individuals, families, communities, and populations (ANA, 2003). Berangkat dari definisi inilah, peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit dapat dirumuskan. Antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan; memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya; peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga. Perawat bertanggung jawab dalam: Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-kemungkinan resiko. Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang berwenang Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas/mutu pelayanan Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 5

Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection control) Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi kejadian error Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter ahli farmasi dan lain-lain Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisa dan mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk pelaksanaan akreditasi Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap excellence dalam patient safety QUALITY WORK PLACES = QUALITY PATIENT CARE Secara terus menerus mengembangkan peranan keperawatan Menentukan ruang lingkup praktek keperawatan sehingga perawat, atau disiplin lainnya, dan masyarakat menyadari terjadinya proses evolusi pada profesi Mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 6

Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu pernyataan sikap tentang pentingnya suatu lingkungan kerja yang aman Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam pengembangan kebijakan untuk lingkungan kerja yang aman Mendukung penelitian, mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan penyebarluasan data setelah tersedia Mendorong Lembaga pendidikan untuk meningkatkan kerjasama dengan memberikan kesempatan untuk kolaborasi dan penekanan pada teori kerja sama tim Menyajikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan yang menunjukkan efektivitas praktik lingkungan positif melalui rekrutmen dan inisiatif retensi, mengurangi tingkat drop out, opini publik, memperbaiki perawatan dan tingkat kepuasan pasien lebih tinggi Menggunakan sebagai tool kit untuk memberikan informasi latar belakang tentang pentingnya lingkungan kerja yang positif PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PENGKAJIAN KESELAMATAN PASIEN Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi kepada struktur, lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya. 1. Struktur Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 7

Kebijakan dan prosedur organisasi : Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien. Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ? Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di ruang emergency, ruang ICU 2. Lingkungan Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti ruang operasi , hal ini diperlukan misalnya pada saat operasi bedah tulang suhu ruangan akan berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari semen Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap penampilan seperti teknik memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 8

3. Peralatan dan teknologi Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat. Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar Keamanan : Alat – alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien. 4. Proses i. Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research based practice yang diimplementasikan. ii. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus – menerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu system pengingat untuk mengurangi kesalahan iii. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien – pasien emergency Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 9

oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak. iv. Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh. v. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostic atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotic atau tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan. vi. Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien. 5. Orang Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahan-kesalahan. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 10

Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi (swine flu). Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan hal – hal yang baru. 6. Budaya 1. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan keselamatan pasien. 2. Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan nilai yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan 3. Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang menerima laporan). 4. Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat hambatan karena terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang universal. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 11

Budaya tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang jelas. 5. Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien. Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 12

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS- RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound- Alike Medication Names). Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik. Pastikan Identifikasi Pasien. Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 13

konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar. Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan- kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra- bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 14

adanya tim yang terlibat dalam prosedur ’Time out” sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated). Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan. Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube). Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 15

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar). Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai. Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip- pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial. Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 16

cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain. KESIMPULAN Hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan, dan perawat memegang peran kunci untuk mencapainya. Pentingnya Kesadaran Akan Bahaya Obat dan Adverse Drug Reaction (ADR) Setiap kali Anda ke dokter apakah Anda selalu meminta obat untuk keluhan Anda? Ataukah setiap kali anak Anda sakit Anda baru merasa tenang saat dokter memberikan obat untuk persediaan di rumah? Apakah Anda berpendapat setiap kali sakit dengan minum obat maka sakit akan hilang? Atau untuk anak, Anda sudah tidak sembarangan memberikan obat , tetapi bila Anda sakit apapun obatnya pasti Anda minum yang utama cepat sembuh? Pengetahuan dan kesadaran akan bahaya obat sekarang disebarluaskan kepada masyarakat. WHO dengan konsep “Patient Safety” Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 17

mengupayakan agar layanan kesehatan berorientasi bagi keselamatan pasien. Salah satu bagian dari keselamatan pasien adalah keselamatan dari obat-obatan karena obat-obatan dapat menimbulkan efek obat yang tidak diinginkan (ADR). Laporan di US adverse drug reaction (ADR) / efek obat yang tidak diinginkan menyebabkan lebih dari 770.000 kesakitan dan kematian setiap tahun dan biaya 5,6 juta dolar setiap rumah sakit tergantung berat ringannya. Pasien dengan ADR dirawat rata-rata 8-12 hari lebih lama daripada pasien yang tidak menderita ADR dan biaya perawatan 16.000 – 24.000 dolar. Sekitar 28-95% ADR dapat dicegah dengan mengurangi kesalahan pengobatan melalui cara komputerisasi. Menurut Agency for Healthcare Research Quality US, bentuk kesalahan yang berhubungan dengan efek obat yang tidak diinginkan adalah : Kesalahan dosis Pemberian yang salah Permintaan obat yang tidak sesuai Duplikasi terapi Interaksi obat Faktor peralatan Pemantauan yang tidak optimal Penyediaan obat yang salah Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 18

Efek obat yang tidak diinginkan bisa berakibat ringan sampai berat bahkan kematian. Karena ADR dapat dicegah maka sudah sepatutnya dibangun kesadaran dan sistem mengenai keamanan obat. Konsumen Pemberian informasi mengenai tanda-tanda ADR harus disosialisasikan kepada konsumen. Sosialisasi bisa melalui dokter, suster, apoteker dan layanan masyarakat serta media. Bila terjadi ADR maka konsumen harus segera melaporkan kepada dokter dan rumah sakit serta badan pemantauan efek obat yang tidak diinginkan (bila sudah terbentuk). Tanda-tanda ADR adalah : Ruam di kulit Perubahan frekuensi pernapasan, denyut jantung, pendengaran atau kesadaran Kejang Anafilaksis / alergi berat Diare Demam Kesadaran konsumen sangat penting karena bila terjadi ADR maka pasien yang paling menanggung akibatnya, sementara hal ini dapat dicegah. Pasien juga harus menginformasikan semua riwayat kesehatan dirinya, riwayat pengobatan, riwayat alergi dan obat/vitamin/suplemen apa saja yang sedang dikonsumsi. Konsumen akan sangat membantu tenaga kesehatan bila memiliki catatan kesehatan. Sehingga walaupun konsumen Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 19

berganti layanan kesehatan (rumah sakit/klinik) tidak akan terjadi kebingungan atau memberikan obat yang dahulu menyebabkan alergi bila riwayat kesehatan konsumen terdokumentasikan dengan baik. Dokter Dokter berperan dalam pemilihan obat yang sesuai dengan diagnosis pasien. Penghindaran off label use dari obat, terapi sesuai panduan pelayanan medis. Dokter juga mengedukasi pasien mengenai terapi yang diberikan dan menggali informasi seputar kesehatan pasien. Bila menemukan ADR maka dokter berkewajiban untuk melaporkan hal tersebut kedalam laporan rumah sakit dan badan pemantauan efek obat nasional. Kadangkala saat menemukan satu kasus dokter tidak melaporkan dan menganggap hal itu sebagai kejadian biasa, sebetulnya hal itu tidak boleh terjadi karena berapapun ADR harus dilaporkan sebagai salah satu cara pemantauan obat setelah pemasaran (post marketing surveillance). Peran dokter sangat penting karena semakin cepat pelaporan ADR masuk maka semakin cepat obat tersebut dievaluasi kembali sehingga tidak menunggu gangguan yang lebih berat dan banyak di masyarakat. Layanan kesehatan Rumah sakit dapat melakukan pemantauan kepada pasien saat di rumah. Pendekatan aktif dengan menghubungi pasien saat mengkonsumsi Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 20

obat dan menanyakan efek yang muncul akan lebih cepat mendeteksi ADR sehingga bila ADR muncul dapat dicegah perburukannya. Sistem komputerisasi di rumah sakit dapat membantu meminimalisir kesalahan dalam pengobatan. Sistem online dapat membuat farmasi bisa langsung menanyakan kepada dokter perihal pengobatan dan dosisnya. Informasi tentang obat di komputer dapat membantu dokter dalam memilih obat sesuai diagnosis dan dalam memberikan keterangan kepada pasien seputar obat dan efek yang dapat ditimbulkan. Bila sudah tercipta sistem online antara rumah sakit dengan layanan kesehatan primer, maka dokter di rumah sakit dapat lansung mengirimkan data pasien kepada dokter keluarga. Bila sistem online belum tercipta, maka dokter di rumah sakit dapat memberikan resume kepada dokter keluarga mengenai tatalaksana yang didapat pasien di rumah sakit, ADR dan obat penyebabnya. Layanan farmasi di rumah sakit juga memberikan informasi seputar ADR kepada pasien. Pemerintah Badan pemantauan Efek samping obat dapat diintegrasikan dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pemantauan setelah pemasaran (post marketing surveillance) dari suatu obat sebaiknya menjadi salah satu syarat dalam ijin edar suatu obat. Evaluasi izin edar suatu obat harus dievaluasi. Bila timbul ADR maka dapat diupayakan informasi tertulis kepada dokter atau modifikasi dari label obat untuk mencantumkan ADR Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 21

yang baru diketahui timbul. Bila ADR sangat berbahaya maka obat harus dipertimbangkan untuk ditarik izin edarnya. Laporan ADR harus diambil secara aktif dari konsumen, dokter, rumah sakit dan pengguna obat lainnya. Pabrik Obat Pabrik obat berkewajiban untuk melakukan pemantauan ADR setelah obat dipasarkan. Bila terdapat ADR maka informasi harus didistribusikan kepada apoteker dan dokter dan penggantian/ modifikasi label obat. Semua pihak harus berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya obat dan ADR. Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat banyak. Untuk itu jangan anggap sepele efek yang Anda rasakan setelah minum obat bila tidak sesuai yang diharapkan. Laporan Anda dapat menyelamatkan orang banyak.(YSK) Kepustakaan 1.Reducing and Preventing Adverse Drug Events To Decrease Hospital Costs. http://www.ahrq.gov/qual/aderia/aderia.htm 2.Pilians, Peter Ian. Clinical Perspectives in Drug Safety and Adverse Drug Reactions. http://www.medscape.com/viewarticle/ 583670 Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 22

BAB II PENGEMBANGAN BUDAYA PATIENT SAFETY DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Pendahuluan Mutu pelayanan di rumah sakit pada saat ini masih belum memadai. Menurut Wijono (1999), mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Mutu dalam pelayanan di rumah sakit berguna untuk mengurangi tingkat kecacatan atau kesalahan. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900, institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (Dep Kes R.I 2006). Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 23

dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes R.I, 2006). Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik oleh penyedia jasa atau pelayanan (Tomey, 2006). Aplikasi mutu sebagai suatu sifat dari penampilan produk atau kinerja yang merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yan g berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar atau pun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa atau pelayanan adalah tergantung dari keunikan jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan keinginan pelanggan (Supranto, 2001). Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif” (Wijono, 1999). Jadi mutu merupakan suatu produk yang diberikan kepada pelanggan untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan dalam pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan, dengan menjamin kualitas pelayanan yang berkesinambungan, efektif dan efisien serta tanggap terhadap adanya indikator yang menyebabkan ketidakpuasan. Manajemen Mutu menurut J.M Juran dan Wijono, 1999 bahwa mutu yang lebih tinggi Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 24

memungkinkan untuk mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pekerjaan ulang, mengurangi kegagalan di lapangan, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi keharusan memeriksa dan menguji, meningkatkan hasil kapasitas, memberikan dampak utama pada biaya, dan biasanya mutu lebih tinggi biaya lebih sedikit. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Lori Di Prete Brown, et. al dalam Wijono, 1999, menjelaskan bahwa kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut dalam beberapa dimensi: 1. Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat merugikan pasien. 2. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. 3. Efektifitas, kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada. 4. Hubungan antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian. 5. Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 25

memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat. 6. Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan yang lengkap sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan preventif. 7. Keamanan dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien. 8. Keramahan/kenikmatan (amenietis) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. Dimensi mutu yang lain menurut Dep Kes 2006, yaitu keprofesian, efisiensi, keamanan pasien, kepuasan pasien, aspek sosial budaya. Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu Mutu pelayanan rumah sakit perlu untuk ditingkatkan dengan pendekatan sistem, menurut Donabedian dalam Wijono, 1999 bahwa penilaian mutu terbagi atas input/struktur, proses, dan outcome. Struktur meliputi peralatan dan sarana fisik, keuangan, organisasi dan, sumber daya kesehatan lainnya. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari: jumlah besarnya input, mutu struktur atau mutu input, besarnya anggaran atau biaya, kewajaran. Proses merupakan kegiatan yang Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 26

dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Sedangkan outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome merupakan evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan pelanggan (Wijono, 1999). Penilaian mutu menurut Dep Kes R.I, 2006 terdiri dari struktur, proses, dan outcome. Struktur adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan, dan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan. Proses adalah kegiatan yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien, evaluasi, diagnosa keperawatan, konseling, pengobatan, tindakan dan penanganan pasien secara efektif dan bermutu. Outcome adalah kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat keseahtan dan kepuasan pelanggan. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan cara mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcome. Indikator terdiri dari indikator proses, indikator outcome. Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 27

yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu input dan proses seperti BOR, LOS, dan Indikator klinis lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan sebagainya. Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung. Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik (Wijono, 1999). Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan yang dapat mengukur mutu pelayanan kesehatan menurut Depkes (2006) yaitu melalui indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk dapat melihat perubahan. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. Standar adalah tingkatan performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenangan dan merupakan suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien diantaranya pasien terjatuh dari tempat tidur, pasien diberi obat salah, tidak ada obat/alat emergensi, tidak ada oksigen, tidakada alat penyedot lendir, tidak tersedia alat pemadam kebakaran, dan pemakaian obat (Muninjaya, 1999). Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 28

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena ”underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): - suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir (KKP-RS). Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ Publication No.04-RG005, Agency for Healthcare Research and Quality Desember 2003): Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien. Arus informasi yang tidak adekuat. Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit, informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain/dirujuk ke RS lain. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 29

Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, dokumentasi suboptimal dan labelling spesimen yang buruk, kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukan Hal-hal yang berhubungan dengan pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat transfer pengetahuan di rumah sakit. Kekurangan pada orientasi atau training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya, transfer pengetahuan di RS pendidikan. Pola SDM/alur kerja. Para dokter, perawat ,dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan/supervisi yang tidak adekuat. Kegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat/perlengkapan: pompa infus, monitor. Komplikasi/kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cedera. Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cederanya pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada suatu KTD. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 30

Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat. Patient Safety Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) Setiap tahun menetapkan “National Patient Safety Goals” (sejak 2002), Juli 2003: Menerbitkan Pedoman “The Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery”, Maret 2005 mendirikan International Center for Patient Safety. (JCAHO-Joint Comm. On Accreditation for Healthcare Organization – USA) WHO Health Assembly ke 55 Mei 2002 menetapkan resolusi yang mendorong (urge) negara untuk memberikan perhatian kepada problem Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 31

Patient Safety meningkatkan keselamatan dan sistem monitoring. Pada bulan Oktober 2004, WHO dan berbagai lembaga mendirikan “World Alliance for Patient Safety” dengan tujuan mengangkat isu Patient Safety Goal “First do no harm” dan menurunkan morbiditas, cedera dan kematian yang diderita pasien. (WHO: World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, 2004). Enam tujuan penanganan patient safety menurut Joint Commission International antara lain: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi risiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien. Salah satu penyebab utama kesalahan yang tidak dapat dihindarkan oleh pasien dalam organisasi perawatan kesehatan adalah kesalahan pengobatan. Pengobatan dengan risiko yang paling tinggi yang menyebakan luka melalui penyalahgunaan (meliputi kemoterapi, konsentrasi cairan elektrolit, heparin, IV digoxin, dan adrenergic agonists) adalah dkenal sebagai “high-alert drugs”. Namun mungkin kesalahan atau mungkin tidak menjadi lebih banyak dengan obat-obatan tersebut dibandingkan obat yang lainnya, mungkin berhubungan dapat juga lebih menghancurkan atau memperburuk. Pada tahun 1999, sekitar 160 organisasi perawat kesehatan melalui United States- based Institute for Safe Medication Practices (ISMP), lima pengobatan yang sering terjadi dan hasil yang salah dalam kematian atau Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 32

masalah yang serius yang mana adalah Insulin, Opiates and narcotics, Injectable potassium chloride/phosphate concentrate, Intravenous anticoagulants (heparin) dan sodium chloride solutions di atas 0.9 %. Obat-obatan adalah salah satu bagian yang terpenting dalam penanganan pada pasien untuk memastikan patient safety. Seperti, potassium chloride (2 mEq/ml atau konsentrasi yang lebih), pothasium phosphate, sodium chloride (0,9%) atau dengan konsentrasi lebih), dan magnesium sulfate (50% atau konsentrasi lebih). Kesalahan ini dapat juga muncul ketika angota staf tidak engan benar mengorientasikan ke unit perawatan pasien, ketika perawat kontrak dan digunakan dan tidak berorientasi dengan benar, atau selama keadaan gawat darurat. Pada staf pendidik dapat dicegah “Look-Alike, Sound Alike Errors” mengajarkan staf untuk mencegah bunyi kedengarannya sama tetapi berbeda dengan menggunakan: 1. Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika mengkomunikasikan informasi dalam pengobatan. Buat pendengar tersebut mengulang kembali pengobatan tersebut untuk meyakinkan mereka mengerti dengan benar. 2. Mengingatkan merek tersebut dan nama obat generik yang biasa diucapakan dan seperti terlihat. 3. Memperhatikan potensial untuk kesalahan –kesalahan pembagian ketika menambahkan obat 4. Kelompokkan obat dengan kategori daripada dengan alpabet. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 33

5. Mengingatkan menempatkan dalam sistem komputer dan di atas label pada tempat pengobatan untuk tanda dokter, perawat, dan farmasi pada masalah yang potensial. 6. Meliputi indikasi pada pengobatan dalam menolong farmasi mengidentifikasi masalah potensial. 7. Melakukan check tempat atau label pengobatan selain label pasien sebelum memberikan dosis kepada pasien (Joint Commission International, 2007). Terdapat enam tahapan untuk mengambil keputusan dalam pemberian pengobatan yaitu: (1) Membuat diagnosa yang benar, (2). Mengerti patofisiologi pada penyakit tersebut, review pilihan menu dari farmakoterapI, (3). Teliti pasien – obat dan dosis yang benar, (4). Memilih poin-poin akhir atau bagian untuk mengikuti, (5). Memelihara hubungan terapeutik dg pasien. (Melmon and Morelli’s Clinical Pharmacology, 2000) Adapun untuk memberikan obat dengan tepat terdapat 6 tepat yang harus diperhatikan yaitu: 1. Tepat obat: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang didiapkan diri sendiri. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 34

2. Tepat dosis: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat. 3. Tepat waktu: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit. 4. Tepat pasien: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks di tempat tidur pasien 5. Tepat cara pemberian: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat. 6. Tepat dokumentasi: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997). Penanganan Pasien Cedera Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yan gdapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya. Beberapa hal untuk mencegah terjadinya jatuh obat-obatan: perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh: Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 35

a. Penglihatan menurun: perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh, menggunakan kaca mata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri misalnya pada malam hari. b. Perubahan status mental: perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien Meletakkan sepatu dan tali sepatu pada tempatnya: perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh (misal sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya). c. Jatuh di lantai: perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh. d. Terlalu banyakfur niture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari). (Joint Commission International, 2007) Mengidentifikasi Risiko Jatuh Di Joseph’s Hospital dan Medical Center sejak tahun 2001 sudah mengidentifikasi risiko terjadinya jatuh (misalnya pada pasien akut). Manajer mengidentifikasi kondisi medis, oabt-obatan, status mental, lingkungan, kemampuan beraktivitas, dan pola tidur pasien. Mengkaji kemungkinan terjadinya risiko jatuh adalah dengan cara meletakkan stiker berupa simbol senyuman (green smiling-face sticker) yang ditempelkan di pintu pasien sebagai tanda/sinyal untuk kemungkinan terjadinya jatuh sehingga perawat dapat memonitor pasien dengan lebih dekat. Keluarga juga ikut dilibatkan dalam program ini. Mengklasifikasi risiko jatuh dengan cara: jatuh yang tidak disengaja, jatuh secara fisik yang tidak diantisipasi (misalnya, pingsan, serangan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 36

mendadak, dan lain-lain), jatuh yang diantisipasi dapat diukur dengan menggunakan Morse Fall Scale (karakteristik pasien yang mesti diketahui seperti jatuh, lemah atau gangguan pada cara berjalan, menggunakan alat bantu berjalan, mengkaji intravena, atau gangguan status mental). Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik (jatuh yang pernah terjadi sebelumnya, menurunnya pandangan, sistem muskuloskeletal, status mental, penyakit akute. Faktor ekstrinsik (obat- obatan, bathtubs dan toilet, desain alat-alatfu r n itu re, tidak adekuatnya perlengkapan). Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, termis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik Mencegah terjadinya jatuh pada klien: orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada, hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak, supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari, anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan, berikan alas kaki yang tidak licin, berikan pencahayaan yang adekuat, pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, jaga lantai kamar mandi agar tidak licin (Potter and Perry, 1997). Penggunaan alat seperti restrains merupakan salah satu alat untuk immobilisasi pasien. Alat restrain dapat manual ataupun mekanik, alat ini Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 37

berguna untuk memberikan batasan pada klien untuk bergerak secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat dimodifikasi dengan memodofikasi lingkungan yang dapat mengurangi cedera seperti memberi keamanan pada tempat tidur, toilet, dan bel. Jeruji (side rails) pada sisi tempat tidur juga dapat mencegah terjadi cedera pada klien. Said rails dapat meningkatkan mobilisasi klien dan stabilitas di tempat tidur pada saat klien akan bergerak dari tempat tidur ke kursi (Potter dan Perry, 1997). Program “Keselamatan Pasien Rumah sakit” sebagai Langkah Strategis Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu system dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ni termasuk: asesment risiko, “Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, “Peloporan dan analisis insiden, “Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta “implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan sistem keselamatan pasien RS: 1) terciptanya budaya keselamatan pasien di RS 2. meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat, 3) menurunnya KTD di RS, 4) terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 38

World Alliance for Patient Safety menyusun program: Six areas of action for 2005: 1. Tantangan Global Keselamatan Pasien. Focusing over an initial two- year cycle on the challenge of health-care associated infection 2005- 2006: “ Clean care associated infection: “Clean Care is safer Care” 2. Pasien untuk Keselamatan Pasien. Involving patient organizations and individuals in Alliance work. 3. Taxonomy untuk Keselamatan Pasien. Ensuring consistency in the concepts, principles, norms and terminology used in patient safety work 4. Riset untuk Keselamatan Pasien. Promoting existing interventions in patient safety and coordinating international efforts to develop solutions. 5. Pelaporan dan Pembelajaran. Generating best practice guidelines for existing and new reporting systems. Programe: six areas of action(2005) 1) Speak up if you have guestions or concerns: it’s your right to know 2) Pay attention to the care you are receiving 3) Educate youself about your diagnosis, test and treatment 4) Ask a trusted family member or friend to be your advocate 5) Know what medications you take and why you take them 6) Use a health – care provider that rigorously evaluates itself against safety standars Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 39

7) Participate in all decisions about your care (WHO: World Alliance for Patient safety, Forward Programme, 2004) Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I. 2006) . Terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit: 2. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, menciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil. 3. MEMIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, membangun komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda 4. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah 5. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, memastikan staf agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS. 6. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, mengembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien 7. MELAKUKAN KEGIATAN BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KP, mendorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul 8. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 40

Adapun 7 Standar Keselamatan Pasien RS (KARS – DepKes) 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut: Standar I. Hak pasien Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 41

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur, mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga, mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dan emenuhi kewajiban finansial yang disepakati. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Standar: RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria: Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS, terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar, Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 42

terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya, terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif. Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. Standar: RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria: Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan \"Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS\", setiap RS harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan, setiap RS harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi, setiap RS harus menggunakan semua data dan Penerapan Program Keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit, 2021 43


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook