Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Jurnal 2022

Jurnal 2022

Published by pub.lpmpjabar, 2022-11-16 08:30:52

Description: Jurnal 2022

Search

Read the Text Version

Pengumpulan data tes didapat dari hasil evaluasi Tabel 4. Persentase aktivitas belajar siswa yang diberikan kepada siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran sejarah dengan model Rumus penilaian tes evaluasi: CIRC. Skor minimal 0 dan skor maksimal 100. Skor no 1 + …. + Skor no 5 = Nilai Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran A. Hasil Penelitian menggunakan model pembelajaran CIRC, keaktifan belajar siswa yang meliputi kerjasama, Hasil penelitian untuk kedua siklus memproses informasi, berpikir kompleks, berdaya nalar kreatif dan berkomunikasi secara dideskripsikan sebagai berikut: efektif, serta hasil belajar siswa. Penelitian ini 1) Siklus 1 dianggap berhasil jika guru mampu menunjukkan kemampuan dalam menerapkan Siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa model pembelajaran CIRC sebesar 75% dari tanggal 11 dan 18 Januari 2022. Siklus seluruh tahapannya, 80% siswa mampu pertama terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: menunjukkan kemampuan aktivitas belajar yang perencanaan (planning), tindakan (acting), meliputi aspek bekerjasama, memproses pengamatan (observing) dan refleksi informasi, berpikir kompleks, berdaya nalar (reflecting). kreatif dan berkomunikasi secara efektif. a) Perencanaan (Planning) Keberhasilan hasil belajar jika siswa dapat Adapun dalam tahap ini yang dilakukan mencapai nilai rata-rata 75 dan prosentase antara lain: melakukan analisis kurikulum ketuntasan 80% pada tes evaluasi. untuk mengetahui Kompetensi Dasar (KD) yang akan disampaikan kepada siswa Tabel 2. Kriteria penskoran penerapan model dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran CIRC oleh guru kooperatif tipe CIRC; menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun Rumus prosentase penilaian penerapan model secara kolaboratif antara peneliti dan guru pembelajaran CIRC oleh guru: kolaborator, menyiapkan daftar hadir, daftar nilai, sumber dan media pembelajaran; Tabel 3. Prosentase ketercapaian pelaksanaan menyiapkan bahan materi sejarah kelas 12 pembelajaran dengan menerapkan model semester 1 KD 3.5 yaitu tentang sejarah pembelajaran CIRC kontemporer dunia dan pengaruhnya bagi kehidupan global (Runtuhnya Vietnam Rumus prosentase penilaian aktivitas belajar Selatan dan Apartheid di Afrika Selatan); siswa: menyusun lembar observasi penelitian; menentukan kriteria keberhasilan tindakan kelas; pembagian tugas antara peneliti dan kolaborator; peneliti menyiapkan lembar evaluasi berupa soal uraian berjumlah 5 soal yang digunakan sebagai evaluasi pada siklus 1 b) Tindakan (acting) Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup sebagaimana tertulis dalam RPP. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru yang menjelaskan materi dan mengatur jalannya pembelajaran sedangkan observer Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

mencatat jalannya pembelajaran melalui siswa yang mampu melakukannya. lembar pengamatan. Saat pembelajaran berlangsung, Guru (peneliti) melakukan kegiatan guru berkeliling untuk memfasilitasi belajar pendahuluan, yang meliputi kegiatan: siswa dan melakukan penilaian keaktifan mengucapkan salam; mengecek kesiapan belajar siswa. Pada siklus 1, siswa belajar siswa. (ada beberapa siswa belum mengenal konsep baru yang mengacu masuk kelas sehingga guru meminta pada hasil penemuan selama eksplorasi bantuan ketua kelas untuk memanggil dari berbagai sumber. Konsep baru yang siswa yang masih berada di luar agar ditemukan antara lain: aliansi, apartheid, pembelajaran dapat dimulai); meminta satu ANC, etnosentrisme, perang Indochina, orang siswa untuk memimpin doa; vietcong, segregasi, proxy komunis dan mengecek kehadiran siswa, melakukan sabotase politik. Ada 2 (dua) konsep yang orientasi dengan memberikan apersepsi sulit bagi siswa saat mempelajari materi ini dan motivasi, serta menyampaikan tujuan yaitu konsep vietcong dan proxy komunis. pembelajaran. Pada kegiatan orientasi ini, Guru menjelaskan kedua konsep tersebut. terlihat siswa masih kebingungan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sebanyak 20 orang siswa sudah mampu berpikir kompleks. Terlihat dari cara Setelah itu, pembelajaran masuk memilah informasi, sebab akibat dan dalam kegiatan inti. Guru melakukan mampu memberikan penjelasan tahapan kedua dalam model pembelajaran sederhana dari sebuah peristiwa sejarah CIRC, yaitu organisasi dengan membagi runtuhnya Vietnam Selatan dan apartheid siswa menjadi 16 kelompok, masing- di Afrika Selatan. masing kelompok terdiri dari 2 orang siswa. Guru memberikan bahan bacaan berupa Pada siklus 1 terlihat 18 orang artikel tentang materi runtuhnya Vietnam siswa sudah mampu berdaya nalar kreatif. Selatan dan Apartheid di Afrika Selatan. Terlihat dari mengerti akan pola pikirnya Guru menjelaskan mekanisme diskusi dan sendiri dan berupaya untuk mencapai menyampaikan tugas yang harus standar ideal yang ditetapkan untuk dirinya, diselesaikan. Guru meminta masing- berpikir terbuka, peka terhadap perasaan masing kelompok membaca dan dan tingkat pengetahuan orang lain. Siswa memahami materi yang terdapat dalam menyadari bahwa setiap individu memiliki artikel dan membuat laporan analisis daya tangkap yang berbeda-beda. tentang dampak runtuhnya Vietnam Selatan dan perbandingan masa Setelah kegiatan diskusi selesai, penerapan dan penghapusan apartheid di guru meminta siswa untuk Afrika Selatan. mempublikasikan hasil diskusinya. Setiap kelompok diminta untuk presentasi selama Saat diskusi kelompok, siswa 10 menit di depan kelas. Anggota kelompok berupaya untuk mencapai tujuan lain dapat mengajukan pertanyaan atau kelompok, hal ini terlihat dari adanya informasi tambahan mengenai runtuhnya pembagian tugas yang jelas untuk setiap Vietnam Selatan dan apartheid di Afrika anggota kelompok, 26 orang siswa terlihat Selatan. Pada saat pelaksanaan siklus 1 mampu mendayagunakan potensi yang terlihat 27 orang siswa mampu dimilikinya, mengenali perasaan diri dan berkomunikasi secara efektif. Namun teman kelompok serta bersikap proaktif interaksi belum melibatkan semua siswa dalam pembelajaran. Penggunaan secara merata. Ada siswa yang tidak sumber/referensi untuk menunjang menyimak penjelasan penyaji. Mereka pembelajaran masih terbatas. Siswa hanya terlihat asyik mengobrol dengan teman menggunakan 2 sumber, yaitu buku teks kelompok dan main telepon seluler. Guru dan bahan bacaan yang diberikan guru. menegur siswa agar fokus mengikuti Sebagian besar siswa masih terlihat pembelajaran. kesulitan dalam mengevaluasi, menginterpretasi dan mensintesiskan Setelah seluruh kelompok informasi yang diperoleh, baru 14 orang mempresentasikan hasil diskusinya, guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan. Lalu guru memberikan penguatan dan refleksi. Guru memberikan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

memberikan penguatan verbal berupa pembelajaran. Sehingga siswa kata-kata pujian, dukungan, dan diharapkan dapat menguasai pengakuan atas presentasi yang dilakukan kompetensi tertentu. oleh siswa. Guru merefleksi pembelajaran Gambar 1. Grafik Pengamatan Penerapan Model dengan mengulas materi esensial yang Pembelajaran CIRC oleh Guru Siklus 1 telah dipelajari dan memberi pertanyaan tentang kegiatan pembelajaran, 2) Aktivitas Belajar Siswa pemahaman materi atau saran bagi guru Penilaian aktivitas belajar siswa untuk meningkatkan kinerja pada pertemuan selanjutnya. dalam melaksanakan pembelajaran sejarah menggunakan model Untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran CIRC dilakukan oleh kompetensi, guru memberikan 5 (lima) soal observer menggunakan lembar uraian tentang runtuhnya Vietnam Selatan observasi siswa yang terdiri dari lima dan apartheid di Afrika Selatan. Pada siklus aspek yaitu: bekerjasama, memproses 1, terlihat ada beberapa siswa yang informasi, berpikir kompleks, berdaya menyontek jawaban temannya. Guru nalar kreatif dan berkomunikasi secara menegur dan meminta mereka efektif. mengerjakan secara mandiri. Setelah itu, guru menyampaikan rencana pem- Hasil pengamatan diperoleh data belajaran untuk pertemuan selanjutnya, sebagai berikut: meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa dan mengucapkan salam. Tabel 5. Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa c) Pengamatan (observing) Siklus 1 Berdasarkan pengamatan yang Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa aktivitas dilakukan oleh observer terdapat beberapa belajar siswa kelas 12.2-IPS masih perlu hal menjadi catatan yang dituangkan dalam ditingkatkan. Sebagian besar siswa sudah hasil pengamatan siklus 1, dan dicatat mampu berkomunikasi secara efektif dan dalam lembar yang observasi yang telah bekerjasama, namun belum dapat berpikir disiapkan. Pengamatan siklus 1 diperoleh kompleks, memproses informasi dan berdaya hasil sebagai berikut: nalar kreatif. 1) Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CIRC Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sejarah menggunakan model pembelajaran CIRC dilakukan oleh observer menggunakan lembar observasi guru. Hasil pengamatan, didapat data sebagai berikut : Berdasarkan grafik 1 diketahui bahwa aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran di kelas 12.2-IPS sudah baik. Guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pem- belajaran CIRC. Hal yang perlu ditingkatkan oleh guru pada siklus 2, yaitu pada bagian penyampaian KI-KD, tujuan pembelajaran dan langkah- langkah kegiatan pembelajaran serta membuat kesimpulan dengan me- libatkan siswa. Penyampaian tujuan pembelajaran sangat penting karena tujuan pembelajaran merupakan arah yang ingin dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Hal ini disebabkan oleh pembelajaran pembelajaran yang harus dicapai oleh daring sejak 16 Maret 2020 membuat semua siswa. Selain itu, pada fase siswa belajar dengan cara yang praktis, penguatan dan refleksi, guru belum yaitu hanya mengakses informasi dari mampu melakukan refleksi dengan internet. Selama belajar daring siswa baik. Siswa belum terbiasa untuk tidak mengetahui makna belajar. melakukan refleksi pembelajaran Belajar hanya semata-mata secara terbuka dan kritis. Siswa menyelesaikan tugas yang diberikan khawatir jika mengungkap kesan oleh guru. Waktu belajar selama daring selama pembelajaran akan mem- pun berkurang sehingga guru tidak pengaruhi nilai. Pada siklus 2, guru dapat maksimal untuk melakukan sebaiknya menyampaikan terlebih bimbingan. dahulu tujuan refleksi, memberikan motivasi, memberikan contoh refleksi Aktivitas belajar ini masih terbawa pem-belajaran serta menyampaikan saat pembelajaran tatap muka terbatas bahwa refleksi pembelajaran tidak sehingga pada siklus 1 hasil penelitian akan mempengaruhi nilai siswa. belum maksimal. 2) A k t i v i t a s b e l a j a r s i s w a d a l a m 3) Hasil Belajar Siswa dari 32 orang siswa pembelajaran sejarah menggunakan terdapat 18 orang (56,25%) yang model pembelajaran CIRC mencapai nilainya sudah di atas KKM dengan nilai 65,69%. Hal ini dapat disimpulkan rata-rata 68,59 dan persentase bahwa pembelajaran yang dilakukan ketuntasan 50%. belum efektif, belum mencapai target d) Refleksi (reflecting) keberhasilan (80%) dan masih perlu ditingkatkan. Sebagian besar siswa Berdasarkan pelaksanaan dan sudah mampu berkomunikasi secara pengamatan yang dilakukan pada siklus 1, efektif dan bekerjasama, namun belum hasil refleksi dapat dideskripsikan sebagai dapat berpikir kompleks, memproses berikut: informasi dan berdaya nalar kreatif. 1) Secara umum guru sudah memahami Ketiga aktivitas ini merupakan aktivitas belajar secara mental dan intelektual. dan mampu melaksanakan Semakin rumit permasalahan yang pembelajaran dengan model CIRC muncul, menuntut penguasaan terlihat dari pengamatan yang berpikir, bukan hanya berpikir dasar dilakukan guru mencapai persentase namun juga membutuhkan 79,75% dan termasuk dalam kategori keterampilan berpikir kompleks atau baik. Guru melaksanakan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan pembelajaran sesuai urutan yang berpikir kompleks membutuhkan kete- terdapat dalam RPP, menguasai materi rampilan dalam memproses informasi. dengan baik, menggunakan suara Sumber belajar yang digunakan harus yang jelas, sudah bertindak aktif beragam dari berbagai sudut pandang sebagai fasilitator, dan mampu agar siswa mampu menganalisis menciptakan pembelajaran yang secara kritis. Pada siklus 1, siswa baru mendorong aktivitas belajar siswa. menggunakan 2 sumber belajar Namun, ada beberapa kekurangan sehingga kemampuan memproses yang harus diperbaiki, yaitu pada fase informasi masih terbatas. Untuk siklus orientasi guru belum menyampaikan 2, guru perlu memberikan keleluasaan tujuan pembelajaran dengan jelas kepada siswa untuk mengakses karena penyampaiannya dilakukan informasi dari berbagai sumber, baik secara lisan, hendaknya penyampaian cetak maupun non cetak agar daya tujuan pembelajaran ditampilkan juga analisis-kritis siswa dapat meningkat. di papan tulis (dapat menggunakan Kemampuan berdaya nalar kreatif tayangan Ms. PowerPoint) dan secara mengandung pengertian bahwa siswa lisan, guru menekankan tujuan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

secara pribadi mampu mengerti akan Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan pola pikirnya sendiri, berpikir terbuka, tindakan yang telah dilakukan pada siklus 1 ini berupaya untuk mencapai standar adalah masih perlu diadakan perbaikan pada ideal yang ditetapkan untuk dirinya, siklus 2 karena hasil yang diperoleh belum peka terhadap perasaan dan tingkat optimal. Rencana tindakan siklus 1 perlu direvisi pengetahuan orang lain dan peka dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan terhadap umpan balik. Ada siklus 1, hal dalam pelaksanaan tindakan siklus 2. Adapun ini belum terlihat dengan maksimal. revisi yang disepakati oleh guru dan kolaborator Siswa hanya mengikuti pembelajaran adalah sebagai berikut : sebagai sebuah kewajiban, bukan dari 1. Guru perlu mengoptimalkan apersepsi dan kesadaran diri untuk menggali informasi dan daya nalar. Pengaruh pendekatan psikologis untuk memberikan pandemi Covid-19 dan kemudahan motivasi, meningkatkan keaktifan siswa mengakses in-formasi melalui gadget dan menguasai kelas. membuat siswa tidak terbiasa untuk 2. Guru perlu menyiapkan bahan tayang mengasah pola pikir dan memahami melalui Ms. PowerPoint untuk me- tingkat pengetahuan orang lain. Pada nayangkan tujuan pembelajaran agar siklus 2, guru perlu mendorong siswa siswa dapat memahami dengan baik. agar mampu mengasah pola pikir, 3. Guru perlu meningkatkan aktivitas siswa mampu berpikir secara terbuka dalam pembelajaran, terutama pada aspek dengan mau menyampaikan argumen berpikir kompleks, memproses informasi secara kritis dengan siswa lain, peka dan berdaya nalar kreatif. Guru dapat terhadap perasaan dan tingkat meminta siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan orang lain dan peka berbagai sumber bacaan, baik cetak terhadap umpan balik. maupun non cetak dan mendorong siswa 2) Hasil tes evaluasi siswa pada siklus 1 agar berani mengkomunikasikan diperoleh data bahwa ketuntasan gagasannya. Selain itu, guru dapat belajar baru tercapai 50% padahal meminta siswa untuk menuangkan target ketuntasan yang ingin dicapai gagasannya menggunakan infografis agar sebesar 80%. Dari 32 orang siswa, dapat memvisualisasikan informasi yang baru 18 orang yang mendapat hasil kompleks kepada siswa lain sehingga evaluasi di atas KKM (71). Saat aktivitas belajar siswa secara fisik, mental kegiatan evaluasi, masih terdapat maupun intelektual dapat optimal. siswa yang berusaha untuk 4. Saat pembelajaran siklus 2, guru perlu menyontek. Perilaku ini merupakan memberikan pembinaan karakter, dampak dari pembelajaran daring. khususnya pada aspek kejujuran/ integritas Kontrol orang tua yang rendah, agar saat siswa mengerjakan tes evaluasi minimnya pengawasan dari guru tidak menyontek dengan temannya. Siswa karena terbatasnya jam mengajar, harus percaya akan kemampuan dirinya. kemajuan teknologi dan kemudahan 2) Siklus 2 dalam mengakses informasi melalui Siklus 2 dilaksanakan pada hari Selasa gadget membuat siswa terbiasa tanggal 25 Januari 2022 dan 1 Februari mengambil jalan pintas. Pembinaan 2022. Siklus pertama terdiri dari 4 (empat) karakter perlu dilakukan oleh guru agar tahap, yaitu: perencanaan (planning), siswa memiliki integritas yang tinggi tindakan (acting), pengamatan (observing) saat menjawab tes evaluasi. Pada dan refleksi (reflecting). siklus 2, guru perlu mengingatkan a) Perencanaan (Planning) bahwa penilaian hasil belajar bertujuan Adapun dalam tahap ini yang dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan adalah: menelaah refleksi pembelajaran siswa terhadap materi yang telah pada siklus 1; melakukan analisis dipelajari, sehingga guru mampu kurikulum untuk mengetahui Kompetensi mengukur keberhasilan proses Dasar (KD) yang akan disampaikan pembelajaran. Selain itu, guru perlu kepada siswa dengan menggunakan menyampaikan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe CIRC; hakikatnya belajar bukan hanya menyiapkan rencana pelaksanaan mendapat nilai yang bagus, tetapi juga pembelajaran (RPP) disusun secara harus memiliki integritas yang baik. kolaboratif antara peneliti dan guru Kejujuran merupakan soft skill dalam kolaborator, menyiapkan daftar hadir, menghadapi tantangan hidup di abad 21. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

daftar nilai, sumber dan media di dunia serta membuat perbandingan pembelajaran; menyiapkan bahan materi keadaan Jerman sebelum dan sesudah sejarah kelas 12 semester 1 KD 3.5 yaitu reunifikasi dalam bentuk karya infografis. tentang sejarah kontemporer dunia dan Pada bagian ini, guru juga menyampaikan pengaruhnya bagi kehidupan global hal penting dalam pembuatan laporan (Perpecahan USSR dan Perpecahan analisis dalam bentuk infografis. Infografis Jerman Timur); menyusun lembar yang baik harus mampu memberikan observasi penelitian; menentukan kriteria informasi yang dapat dipertanggung keberhasilan tindakan kelas; pembagian jawabkan, menarik dan dapat terbaca tugas antara peneliti dan kolaborator; dan dengan baik. menyiapkan lembar evaluasi berupa soal uraian berjumlah 5 soal yang digunakan Siswa duduk dengan teman sebagai evaluasi pada siklus 2 kelompoknya, pada siklus 2 ini, setiap b) Tindakan (acting) kelompok sudah mulai nampak upaya mencapai tujuan kelompok. Sebanyak 30 Pelaksanaan tindakan pada siklus orang siswa sudah mampu men- 2 meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan dayagunakan keterampilan intra-personal penutup sebagaimana tertulis dalam RPP. dan menunjukkan kemampuan yang ada Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti pada dirinya untuk dapat berkolaborasi berperan sebagai guru yang menjelaskan dengan teman kelompoknya. materi dan mengatur jalannya pembelajaran sedangkan observer Sumber/referensi yang digunakan mencatat jalannya pembelajaran melalui siswa untuk memproses informasi semakin lembar pengamatan. beragam, tidak hanya terbatas pada buku teks dan artikel yang diberikan oleh guru, Guru melakukan kegiatan tetapi juga siswa mengakses berbagai pendahuluan, yang meliputi kegiatan: sumber digital seperti halaman mengucapkan salam; mengecek kesiapan kompas.com, detik.com, britannica.com, belajar siswa; meminta satu orang siswa bbc.com, dw.com dan lain-lain. Informasi untuk memimpin doa; mengecek kehadiran yang beragam itu diinterpretasikan, siswa (pada siklus 2 seluruh siswa hadir), disimpulkan, dan disintesiskan dengan melakukan tahapan pertama dalam CIRC, efektif. Sebanyak 27 orang siswa mampu yaitu fase orientasi dengan memberikan memproses informasi dari berbagai apersepsi dan motivasi, menyampaikan sumber cetak maupun non cetak. tujuan pem-belajaran dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan Saat pembelajaran berlangsung, model pembelajaran CIRC dengan guru berkeliling untuk memfasilitasi belajar bantuan Ms. PowerPoint. siswa, mengajak siswa mengenal konsep baru dan melakukan penilaian keaktifan Pembelajaran dilanjutkan dengan belajar siswa. Pada siklus 2, siswa kegiatan inti. Guru mengorganisasikan mengenal konsep baru yang mengacu pembelajaran dengan cara membagi siswa pada hasil penemuan selama eksplorasi menjadi 16 kelompok, masing-masing dari berbagai sumber. Konsep baru yang kelompok terdiri dari 2 orang siswa. Setelah ditemukan antara lain: politbiro (Biro Politik itu, guru memberikan bahan bacaan Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet), berupa artikel tentang materi perpecahan sosialisme marxis, gagasan reformasi Union of Soviet Socialist Republics (USSR) Gorbachev (yang meliputi glasnost, dan runtuhnya Jerman Timur. Guru men- perestroika, democratization dan jelaskan bahwa sumber/referensi tidak zakonost), totaliter, pakta warsawa, hanya buku teks dan artikel dari guru, siswa Commonwealth of Independent States dapat mengeksplorasi berbagai sumber (CIS), perjanjian Dua Plus Empat, belajar, baik cetak maupun non cetak. Lalu reunifikasi, dan volkskammer (parlemen guru menjelaskan mekanisme diskusi dan rakyat). menyampaikan tugas yang harus diselesaikan, yaitu laporan analisis Aktivitas belajar siswa berupa mengenai dampak perpecahan USSR bagi aktivitas intelektual terlihat pada berpikir negara ex Uni Soviet dan negara lain kompleks. Sebanyak 28 orang siswa mampu memilah informasi, sebab akibat peristiwa dan mampu memberikan penjelasan sederhana serta memuat Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

kesimpulan tentang runtuhnya USSR dan kesimpulan. Banyak siswa yang Jerman Timur. mengangkat tangan untuk memberikan Pada siklus 2 terlihat 26 orang siswa sudah mampu berdaya nalar kreatif. kesimpulan. Ada 1 (satu) kesimpulan yang Terlihat dari mengerti akan pola pikirnya sendiri dan berupaya untuk mencapai menarik dari siswa, yaitu bahwa sebagai standar ideal yang ditetapkan untuk dirinya, berpikir terbuka, peka terhadap perasaan negara yang dibangun atas perbedaan dan tingkat pengetahuan orang lain. Siswa menyadari bahwa setiap individu memiliki suku, agama, ras dan bahasaIndonesia daya tangkap yang berbeda-beda. Pada bagian ini, siswa juga mampu harus tetap memegang teguh persatuan memvisualisasikan hasil analisisnya dalam sebuah karya infografis. dan kesatuan agar tidak mengalami hal Setelah kegiatan diskusi selesai, yang sama seperti USSR. Kesadaran guru masuk dalam tahapan 4 CIRC, yaitu meminta siswa untuk mempublikasikan nasionalisme yang terbentuk dari hasil diskusinya. Setiap kelompok diminta untuk presentasi selama 10 menit di depan pembelajaran pada siklus 2 harus kelas. Anggota kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan atau informasi dibangun agar pembelajaran sejarah tambahan mengenai runtuhnya USSR dan Jerman Timur. Pada tahap ini terlihat menjadi bermakna. banyak siswa yang menyimak penjelasan penyaji, aktif bertanya bahkan berebut Guru melakukan tahapan ke-5 mengangkat tangan agar bisa menyampaikan pendapatnya mengenai CIRC, yaitu memberikan penguatan dan materi yang sedang dipresentasikan. Para siswa tertarik dengan materi runtuhnya refleksi. Guru memberikan penguatan USSR karena dampak dari peristiwa ini masih dapat kita rasakan hingga saat ini. verbal berupa kata-kata pujian, dukungan, Meski USSR sudah terpecah menjadi 15 negara, namun ideologi komunis masih dan pengakuan atas presentasi yang tetap ada. Pecahnya USSR menjadi tanda kemenangan Amerika Serikat dengan dilakukan oleh siswa. Guru merefleksi ideologi kapitalismenya. Selain itu, siswa meyakini bahwa perang antara Ukraina pembelajaran dengan mengulas materi dan Uni Soviet merupakan kelanjutan dari dampak runtuhnya USSR di masa lalu. esensial yang telah dipelajari dan memberi Guru dan observer tetap pertanyaan tentang kegiatan mengamati jalannya diskusi dan membantu kelompok agar berjalan pembelajaran, pemahaman materi atau kondusif Guru berusaha memfasilitasi kegiatan diskusi, memberikan penguatan saran bagi guru untuk meningkatkan dan informasi tambahan terkait materi yang dipresentasikan. kinerja pada pertemuan selanjutnya. Setelah seluruh kelompok Untuk mengetahui ketercapaian mempresentasikan hasil diskusinya, guru meminta siswa untuk memberikan, kompetensi, guru memberikan 5 (lima) soal uraian tentang runtuhnya USSR dan Jerman Timur. Pada siklus 2, tidak ada siswa yang menyontek. Semua siswa fokus mengerjakan soal. Setelah evaluasi selesai dilaksanakan, guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa dan mengucapkan salam. c) Pengamatan (observing) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer terdapat beberapa hal menjadi catatan yang dituangkan dalam hasil pengamatan siklus 2, dan dicatat dalam lembar yang observasi yang telah disiapkan. Pengamatan siklus 2 diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CIRC Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sejarah menggunakan model pembelajaran CIRC dilakukan oleh observer menggunakan lembar observasi guru. Hasil pengamatan, didapat data sebagai berikut: Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Grafik 2. Pengamatan Penerapan Model Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 6 menunjukkan aktivitas Pembelajaran CIRC oleh Guru Siklus 2 belajar siswa sangat baik. Kemampuan bekerjasama, mem- Berdasarkan grafik 2 diketahui bahwa proses informasi, berpikir kompleks, aktivitas guru saat melaksanakan berdaya nalar kreatif dan ber- pembelajaran meng-gunakan model komunikasi secara efektif meningkat pembelajaran CIRC di kelas 12.2-IPS secara signifikan. Siswa menyadari sudah sangat baik. Guru mampu bahwa dalam proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai siswa bukanlah objek pasif yang dengan urutan yang terdapat dalam hanya mendengarkan guru me- R P P. H a l - h a l y a n g m e n j a d i nyampaikan informasi tetapi siswa kekurangan pada siklus 1, diperbaiki berlatih untuk mengembangkan pada siklus 2. Siswa lebih memahami keterampilan berpikir secara analitis, tujuan pembelajaran karena guru kritis dan kronologis terhadap materi menampilkan bahan tayang dengan yang dipelajari. bantuan Ms. PowerPoint dan 3) Hasil Belajar Siswa menjelaskannya secara lisan. Pada kegiatan penutup, guru juga Dari 32 orang siswa terdapat 28 sudah mampu melibatkan siswa orang (87,5%) yang nilainya sudah di dalam membuat kesimpulan dan atas KKM dengan nilai rata-rata 79,22 melakukan refleksi pembelajaran. dan persentase ketuntasan 88,89%. Siswa mulai terbuka dalam Pada pembelajaran siklus 2, memberikan refleksi pembelajaran. kemandirian belajar dan kejujuran 2) Aktivitas Belajar Siswa siswa sudah terlihat dengan tidak adanya siswa yang menyontek saat Penilaian aktivitas belajar siswa mengerjakan soal evaluasi. dalam melaksanakan pembelajaran d) Refleksi (reflecting) sejarah menggunakan model pembelajaran CIRC dilakukan oleh Berdasarkan pelaksanaan dan observer menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan pada observasi siswa yang terdiri dari lima siklus 2, hasil refleksi dapat aspek yaitu: bekerjasama, dideskripsikan sebagai berikut: memproses informasi, berpikir 1) Secara umum guru sudah kompleks, berdaya nalar kreatif dan berkomunikasi secara efektif. memahami dan mampu me- laksanakan pembelajaran dengan Hasil pengamatan diperoleh model CIRC terlihat dari data sebagai berikut: pengamatan yang dilakukan guru mencapai persentase 96,20% dan Tabel 6. Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa termasuk dalam kategori sangat Siklus 2 baik. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang terdapat dalam RPP, memahami sintaks dalam model pembelajaran CIRC, menguasai materi dengan baik, menggunakan suara yang jelas, sudah bertindak aktif sebagai fasilitator, dan mampu menciptakan pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar siswa. Kekurangan dalam pembelajaran siklus 1 diperbaiki pada siklus 2. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

2) A k t i v i t a s b e l a j a r s i s w a d a l a m yang meliputi aspek kognitif, sikap dan pembelajaran sejarah menggunakan keterampilan. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran CIRC mencapai pendapat (Sukmadinata, 2011) yang 88,13%. Hal ini dapat disimpulkan mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari bahwa pembelajaran yang dilakukan tujuan pembelajaran, yaitu: 1). sudah efektif dan mencapai target memudahkan dalam mengkomunikasikan keberhasilan (80%). Sebagian besar maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa sudah mampu berkomunikasi siswa, sehingga siswa dapat melakukan secara efektif, berpikir kompleks, perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; memproses informasi, berdaya nalar 2). memudahkan guru memilih dan kreatif dan bekerjasama. Kemampuan menyusun bahan ajar; 3). membantu berdaya nalar kreatif mampu di memudahkan guru menentukan kegiatan eksplorasi oleh guru dengan meminta belajar dan media pembelajaran; 4) siswa menampilkan laporan memudahkan guru mengadakan penilaian. analisisnya dalam bentuk infografis. Hasil laporan siswa dalam bentuk Berdasarkan hasil di siklus 2 infografis sangat menarik, dapat menunjukkan perubahan aktivitas belajar terbaca dan dapat dipertanggung siswa pada aspek memproses informasi. jawabkan sumbernya. Data pada pelaksanaan tindakan terdapat perubahan pola mengajar guru di siklus 2. 3) Hasil tes evaluasi siswa Guru merubah susunan anggota Berdasarkan data hasil belajar dapat kelompok. Pembagian kelompok didasar- diketahui bahwa ketuntasan belajar kan pada keberagaman karakteristik siswa, sudah tercapai 88,89% sehingga potensi yang dimiliki dan gaya belajar. sudah melampaui target ketuntasan, Ketepatan dalam penempatan siswa dalam yaitu sebesar 80%. Pada siklus 2, kelompok sangat mempengaruhi aktivitas sudah tidak ada siswa yang menyontek belajar siswa dalam memproses informasi. saat evaluasi. Siswa menyadari bahwa Proses mengolah informasi berkaitan dalam belajar bukan hanya dengan kemampuan kognitif, tingkah laku mengembangkan kemampuan kognitif dan penguasaan bahasa. Hal ini sesuai saja, namun juga mengembangkan dengan pendapat (Slavin, 2008) yang sikap/ karakter, salah satunya menyatakan bahwa pengolahan informasi integritas/ kejujuran. merupakan bagian dari kemampuan Kesimpulan yang dapat diambil dari kognitif yang meliputi pengolahan, penyimpanan dan penarikan kembali keseluruhan tindakan yang telah dilakukan pengetahuan dari pikiran seseorang. pada siklus 2 ini adalah penelitian dicukupkan pada siklus 2 karena kriteria Aktivitas belajar siswa pada aspek keberhasilan sudah terlampaui. berpikir kompleks menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada siklus 1, 12 orang B. Pembahasan Penelitian tidak mampu untuk berpikir kompleks Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 diawali namun pada siklus 2 berkurang menjadi 4 orang. Menurut (Bloom, 1956), dengan kegiatan orientasi. Guru menyampaikan keterampilan berpikir dibagi menjadi dua tujuan pembelajaran. Perilaku siswa yang bagian. Pertama adalah keterampilan muncul pada kegiatan orientasi adalah siswa tingkat rendah yang penting dalam proses memahami tujuan pembelajaran yang akan pembelajaran, yaitu: mengingat dilaksanakan. Pada siklus 1, seluruh siswa (remembering), memahami belum memahami tujuan pembelajaran karena (understanding), dan menerapkan guru hanya menyampaikan secara lisan. Pada (applying), dan kedua adalah yang siklus 2 diperbaiki dengan menyiapkan bahan diklasifikasikan ke dalam keterampilan tayang berbantuan Ms. PowerPoint untuk berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan memperjelas paparan guru. Tujuan pem- menganalisis (analyzing), mengevaluasi belajaran merupakan perilaku hasil belajar yang (evaluating), dan mencipta (creating). diharapkan terjadi, dimiliki atau dikuasai oleh Berpikir kompleks termasuk dalam kategori siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran kedua. Berpikir kompleks merupakan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

proses kognitif yang melibatkan banyak pembelajaran partisipatif-kontekstual serta tahapan atau bagian-bagian yang meliputi: memanfaatkan teknologi untuk menunjang memilah informasi, memilah sebab akibat, pembelajaran sejarah. Maka pada fase memberikan penjelasan sederhana, publikasi siklus 2, guru meminta siswa bertanya dan menjawab pertanyaan yang membuat laporan analisis dalam bentuk menantang, dan membuat kesimpulan. karya infografis yang informatif, menarik Pada masa kini, semakin rumitnya dan dapat terbaca dengan baik permasalahan yang muncul menuntut penguasaan berpikir bukan hanya berpikir Kriteria keberhasilan penelitian dapat dasar, melainkan keterampilan berpikir dilihat sebagai berikut : kompleks atau berpikir tingkat tinggi sehingga keterampilan berpikir kompleks Tabel 7. Kriteria Keberhasilan Penelitian perlu dilatihkan dalam pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak Dalam pembelajaran sejarah, keberhasilan pembelajaran, maka dalam penalaran merupakan suatu proses penelitian ini, aktivitas guru juga menjadi aspek berpikir yang bertolak dari pengamatan yang diamati. Pada siklus 1, proses yang menghasilkan sebuah konsep, pembelajaran menggunakan CIRC dinilai baik pengertian dan kesimpulan yang karena mencapai persentase sebesar 79,76%. didasarkan pada bukti yang terpercaya. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP, Kemampuan penalaran ini harus dilatihkan menguasai materi dengan baik, menggunakan dalam pembelajaran agar siswa mampu suara yang jelas, sudah bertindak aktif sebagai menarik kesimpulan secara logis. Pada fasilitator, mampu menciptakan pembelajaran siklus 1, kemampuan berdaya nalar kreatif yang kreatif dan menyenangkan serta sudah hanya 18 orang. Hal ini terjadi karena pada menggunakan teknologi komunikasi sebagai siklus 1, siswa belum mengerti akan pola media pembelajaran. Namun, ada beberapa pikirnya sendiri, belum berpikir terbuka dan kekurangan yang harus diperbaiki, yaitu: belum peka terhadap umpan balik. Pada penyampaian tujuan dan refleksi pem-belajaran. siklus 2, guru merubah pola mengajar Setelah hal-hal yang menjadi kekurangan pada dengan memberikan sebuah analogi untuk siklus 1 diperbaiki, maka aktivitas guru pada merangsang daya nalar siswa. Analogi siklus 2 mengalami peningkatan sebesar merupakan salah satu bagian dari 16,44% menjadi 96,20%. penalaran induktif. Melalui analogi, siswa Persentase dan grafik kriteria keberhasilan dituntut untuk dapat mencari keserupaan proses pelaksanaan pembelajaran meng- atau keterkaitan sifat dari suatu konsep gunakan model pembelajaran CIRC dapat tertentu ke konsep lain melalui dijabarkan sebagai berikut: perbandingan. Sehingga pada siklus 2, kemampuan berdaya nalar meningkat Ta b e l 8 . P r o s e n t a s e p r o s e s p e l a k s a n a a n menjadi 26 orang. pembelajaran menggunakan model pembelajaran CIRC Guru sejarah pada masa kini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari masa sebelumnya. Pelajaran sejarah pada jenjang SMA memiliki muatan materi yang sangat banyak, lebih kompleks dan menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Di sisi lain, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi berdampak besar bagi masyarakat, termasuk siswa. Maka guru juga dituntut untuk mereformasi diri, merubah paradigma pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student centered), melibatkan siswa secara penuh dalam pembelajaran dan berkaitan dengan masa kini atau dikenal dengan istilah Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Tabel 10. Prosentase ketuntasan belajar siswa Gambar 3. Grafik Proses Pelaksanaan Pembelajaran Gambar 5. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa menggunakan CIRC Pencapaian hasil belajar siswa pada Aktivitas belajar siswa pada mata mata pelajaran sejarah dengan menggunakan pelajaran sejarah siklus 1 masih tergolong baik, model pembelajaran Cooperative Integrated yaitu sebesar 65,69%. Sebagian besar siswa Reading and Composition (CIRC) sangat baik. sudah mampu berkomunikasi secara efektif dan Aktivitas belajar siswa juga sangat baik. Hal ini bekerjasama, namun belum dapat berpikir terlihat dari sikap siswa yang serius menyimak kompleks, memproses informasi dan berdaya penjelasan guru, siswa berperan lebih aktif saat nalar kreatif. Kemampuan berdaya nalar kreatif pembelajaran, berani untuk mengemukakan mampu di eksplorasi oleh guru pada siklus 2 pendapat dan berpartisipasi aktif dalam diskusi. dengan mengubah pola diskusi kelompok dan meminta siswa menampilkan laporan Penerapan model pembelajaran analisisnya dalam bentuk infografis Perubahan Cooperative Integrated Reading and signifikan terjadi pada siklus 2 sebesar 22,44% Composition (CIRC) sesuai dengan teori belajar menjadi 88,13%. Kenaikan aktivitas belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget. siswa dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut Dalam pandangan konstruktivisme, ini : pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman dan pengetahuan yang diterima Tabel 9. Persentase Aktivitas Belajar Siswa oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna Gambar 4. Grafik Aktivitas Belajar Siswa dari luar. (Suhana, 2014) Pada saat siswa membaca, merangkum dan menulis, maka Ditinjau dari hasil belajar, pada siklus 1, siswa terjadi proses informasi organisasi karena siswa yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah 18 menghubungkan hasil bacaan dengan orang (50%) dari 32 siswa dengan nilai rata-rata pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya 68,59. Pada siklus 2, hasil belajar siswa sehingga menghasilkan pengetahuan baru. meningkat menjadi 88,89%. Dari 32 siswa, sebanyak 28 orang siswa yang tuntas. KESIMPULAN Prosentase ketuntasan ini melebihi Kriteria Model pembelajaran Cooperative Integrated Ketuntasan Penelitian yang ditetapkan yaitu Reading and Composition (CIRC) dapat sebesar 80% siswa mencapai KKM. Kenaikan meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata prosentase ketuntasan belajar siswa dapat pelajaran sejarah materi sejarah kontemporer dilihat dalam tabel dan grafik berikut ini : dunia dan pengaruhnya bagi kehidupan global di kelas 12.2-IPS SMA Negeri 1 Gunungsindur Kab. Bogor. Hal ini terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Proses pelaksanaan pembelajaran meng- gunakan model pembelajaran CIRC meningkat dari 79,76% pada siklus 1 menjadi 96,20% pada siklus 2. Aktivitas belajar siswa meningkat dari 65,69% pada siklus 1 menjadi 88,13% pada siklus 2. Hasil belajar siswa yang merupakan dampak dari proses pembelajaran meningkat dari 50% pada siklus 1 menjadi 88,89% pada siklus 2. Guru disarankan perlu melakukan upaya untuk mempertahankan motivasi belajar siswa apabila akan menerapkan model CIRC dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1: Cognitive Domain. New York: David McKay. Gushendra, L. (2021). Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi Mengacu Pada Asesmen Penalaran untuk Meningkatkan Habits of Mind Pada Siswa SMA Kelas X SMA Materi Keanekaragaman Hayati. Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 1 No. 1, 1044-1049. Ngalimun. (2017). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Dua Satria Offset. Shoimin, A. (2018). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Slavin, R. E. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Indeks. Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika. Sukmadinata, N. S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU MELALUI COACHING KEPALA SEKOLAH (Pendampingan Kepala Sekolah Kepada Komite Pembelajar SD Negeri 3 Cikahuripan Melalui Coaching dengan Cara Rembuk Diskusi dan Dialog Reflektif) Dwi Handayani SD Negeri 3 Cikahuripan Lembang ABSTRAK. Pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi guru untuk merumuskan rencana pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, dan berfokus pada terbentuknya karakter Profil Pelajar Pancasila berfungsi sebagai penuntun arah dalam pembelajaranan, namun implementasinya guru mengalami kesulitan dalam perencanaa, pelaksanaan dan sesmen pembelajaran. Hasil observasi pada tahun pelajaran 2020-2021 semester 1 di SDN 3 Cikahuripan terdapat permasalahan rendahnya guru yang membuat perencanaan pembelajaran dan asesmen. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian dan penelitian lebih mendalam untuk menemukan solusinya melalui Penelitian TindakanSekolah (PTS), dengan tujuan mengkaji dampak pendampingan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru dalam implementasi pembelajaran paradigma baru. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat dua tindakan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data bahwa pendampingan yang dilakukan kepala sekolah berhasil memantau ketersediaan perangkat ajar. Kemandirian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma barumeningkat sebesar 53% dengan katagori peningkatan rendah dan sedang. Kualitas perencanaan pembelajaran dan asesmen meningkat sebesar 67,7% dengan katagori peningkatan sedang. Pelaksanan pembelajaran paradigma baru mengalami peningkatan 27,7% dengan katagori peningkatan yang sedang. Kata kunci: Kompetensi Guru, Pembelajaran Paradigma Baru, dan Coaching. PENDAHULUAN sampai 2018 Indonesia tetap menduduki Dunia Pendidikan Indonesia saat ini peringkat yang rendah. Berkenaan dengan hasil non-akademik, seperti pendidikan sikap dan tengah berjuang untuk memulihkan kondisi perilaku menunjukkan perlunya perbaikan. pembelajaran. Upaya dan intervensi dilakukan (OECD, 2019) oleh pemerintah untuk mengejar ketertinggalan akibat penutupan sekolah dan pembelajaran Kemdikbud (dalam Anggraena. 2022: online. Pemerintah Indonesia berupaya 16) menjelaskan bahwa secara nasional, hasil menanggulangi potensi ketertinggalan tes Asesmen Kompetensi Peserta didik pembelajaran (learning loss) dan ketimpangan Indonesia (AKSI) menggambarkan rendahnya pembelajaran (learning gap) selama pandemik kompetensi dasar dan ketimpangan yang tinggi. dengan memberlakukan beberapa kebijakan. Berdasarkan data berbagai survei nasional dan internasional, serta trend skor Ujian Nasional Sebelum masa pandemik, Indonesia mengindikasikan bahwa dalam 15-20 tahun telah mengalami krisis pembelajaran. Hasil terakhir, hasil belajar tidak mengalami pembelajaran tingkat pendidikan dasar belum peningkatan. menggembirakan. Menurut tes PISA, hasil yang dicapai oleh peserta didik Indonesia dalam Awal tahun 2020, Indonesia mengalami bidang matematika, sains, dan membaca masih bencana Pandemi COVID-19. Hal ini menambah menunjukkan ada banyak ruang untuk parah krisis pembelajaran yang sudah terjadi di pengembangan. Berdasarkan nilai tes PISA, Indonesia. Selama 2 tahun Pandemi COVID-19, Indonesia memperlihatkan kecenderungan telah terjadi peningkatan kehilangan stagnan. Nilai tes PISA dari tahun 2000 pembelajaran (loss learning) yang Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

signifikan ditinjau dari pencapaian kompetensi ditetapkan sebagai sekolah pelaksana Program literasi dan numerasi peserta didik. Riset Sekolah Penggerak, maka kurikulum yang menunjukkan sebelum Pandemi COVID-19, digunakan SD Negeri 3 Cikahuripan adalah kemajuan belajar selama 1 tahun (kelas 1 SD) Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 mengacu pada Kurikulum Merdeka untuk poin untuk numerasi. Sedangkan saat Pandemi pendidikan dasar secara utuh. COVID-19, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk literasi, Hasil pengamatan di akhir semester kehilangan pembelajaran peserta didik setara ganjil tahun pelajaran 2021-2022 pada guru dengan 6 bulan belajar. Sedangkan untuk anggota komite pembelajaran SD Negeri 3 numerasi, kehilangan pembelajaran peserta Cikahuripan yang mengimlementasikan didik setara dengan 5 bulan belajar. (Kemdikbud Kurikulum Merdeka didapatkan data bahwa Ristek, 2020) kegiatan penyegaran komite pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah kurang memfasilitasi Kehilangan pembelajaran (loss guru-guru anggota komite pembelajaran dalam learning) dari pencapaian kompetensi literasi pelaksanaan implementasi Kurikulum Merdeka dan numerasi dialami juga peserta didik SD di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan Negeri 3 Cikahuripan. Kurang dari 50% peserta ketersediaan dokumen perencanaan didik telah mencapai kompetensi minimum untuk pembelajaran dan asesmen yang belum literasi membaca dan numerasi. Karakter lengkap. Termasuk didalamnya dokumen modul peserta didik memiliki kategori berkembang. projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Peserta didik terbiasa menerapkan nilai-nilai Begitupun berdasarkan evaluasi kegiatan Forum karakter pelajar pancasila yang berakhlak mulia, Pokja Manajemen Operasional (PMO) level bergotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar sekolah pada bulan Desember 2021, para guru kritis serta berkebinekaan global dalam masih merasakan kebingungan dalam kehidupan sehari hari. Capaian sekolah dapat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran diamati dalam tabel 1 berikut. paradigma baru. Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka, kompetensi pendidik dalam Tabel 1. Capaian Rapot Pendidikan perencanaan pembelajaran dan asesmen sangat diperlukan dalam kegiatan merancang, Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik asesmen yang sesuai dengan karakteristik Indonesia Nomor 56/M/2022, pemulihan peserta didiknya. ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yang terjadi dalam kondisi khusus, satuan Berdasarkan Panduan Pelaksanaan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan Pendampingan Kepala Sekolah Penggerak, perlu mengembangkan kurikulum dengan selain melakukan penyegaran terhadap guru prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi anggota komite pembelajar, peran kepala satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta sekolah penggerak dalam upaya didik SD Negeri 3 Cikahuripan telah mengembangkan kompetensi diri dan guru- gurunya sebagai pembelajar sepanjang hayat dapat juga melakukan pendampingan terhadap guru. Pendampingan yang dilakukan dapat berupa rembuk diskusi, dialog reflektif/coaching, dll. Rembuk diskusi atau diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana semua anggota atau peserta diskusi itu secara berusaha memperoleh simpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang di kemukakan dalam diskusi. Menurut Sanjaya (2006: 157) salah satu jenis diskusi kelompok adalah diskusi kelompok Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

kecil. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. orang. Pelaksanaannya dimulai dengan Milenial menuntut pemimpin memiliki cara menyajikan permasalahan secara umum, pembinaan terhadap anggotanya dengan cara kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke baru. Cara yang sesuai dengan harapan setiap dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh individu. Langkah-Langkah dalam setiap kelompok kecil. melaksanakan Coaching menurut Salim (2014: 61) adalah sebagai berikut. 1. Building Trust Coaching adalah suatu proses untuk (Membangun Kepercayaan) Membangun membantu pengembangan diri maupun Kepercayaan dapat dilakukan dengan cepat dan organisasi. International Coaching Federation sederhana,melalui komunikasi. Ada beberapa (Prihandini, 2021:3) mendefinisikan coaching hal yang perlu diketahui untuk membangun sebagai kerjasama (partnership) antara klien sebuah hubungan yang baik secara efektif, yakni dan coach dalam dialog untuk provokasi berpikir dengan 3 perangkat komunikasi yaitu Content. dan proses kreatif yang menginspirasi klien 2. Active Listening (Mendengarkan Secara Aktif) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan Dengan menjadi pendengar yang aktif,kita dapat profesionalnya. Coaching membantu individu dengan mudah menghindari kesalahpahaman untuk berpikir dalam tingkatan yang lebih dalam yang seharusnya tidak perlu terjadi. 3. Clarifying dan lebih tinggi. Seorang coach akan lebih (Mengklarifikasikan untuk kejelasan berfokus untuk membantu individu terlibat pembicaraan) Mengklarifikasi bertujuan untuk secara penuh dalam proses berpikir terkait membantu menemukan permasalahan yang dengan apa yang menjadi tujuan individu sesungguhnya. Clarifying juga dapat tersebut. Jika dikaitkan dengan proses menghindarkan terciptanya makna ganda pendidikan secara umum, budaya coaching (ambigu) yang sering kali membingungkan dan dalam institusi pendidikan akan membantu membuat orang salah mengerti. 4. Asking the mengubah pola pikir guru, dari “menyuapi” Right Questions (Menanyakan pertanyaan yang menjadi “memberdayakan” siswa untuk menjadi tepat). Menanyakan pertanyaan yang tepat individu pembelajar mandiri. dapat membantu menemukan permasalahan yang sesungguhnya,serta dapat membantu Dilihat dari definisi tersebut di atas, untuk menjawab dan mengatasi permasalahan bentuk dari coaching adalah percakapan dan yang dihadapi oleh client/pegawai. 5. Giving membantu orang yang dibimbing untuk Feedback (Memberikan umpan balik). meningkatkan kinerjanya. Coaching juga dapat Memberikan jawaban dari permasalahan yang dilakukan fleksibel, baik formal atau pun tidak dihadapi,serta mengarahkan karyawan untuk formal. Coaching adalah gaya pembinaan bertindak selanjutnya. dengan cara berkomunikasi, yang lebih banyak mendengar secara aktif serta bertanya untuk Masalah utama dalam penelitian ini menggali lebih banyak serta memberikan umpan adalah untuk mendeskripsikan apakah coaching balik positif yang konstruktif dalam rangka kepala sekolah dengan rembuk diskusi dan menggali pencapaian potensi diri dari orang dialog reflektif dapat meningkatkan kompetensi yang dituntunnya. Selain itu, kepala sekolah guru dalam implementasi pembelajaran akan melibatkan guru dalam mengambil suatu paradigma baru? Untuk memecahkan masalah keputusan, sehingga dari keputusan yang tersebut, peneliti selaku kepala sekolah diambil, guru akan memiliki rasa memiliki atas berencana melakukan kegiatan pendampingan keputusan tersebut dan akan bertanggungjawab melalui tindakan coaching dengan cara rembuk dan berkomitmen dalam melakukannya. diskusi dan dialog reflektif. Tindakan ini akan dicobakan selama dua siklus dengan target Penerapkan pembinaan dengan penelitian guru-guru anggota komite coaching ini tidaklah mudah, karena kepala pembelajaran yang berada di lingkungan SD sekolah harus memiliki ketrampilan Negeri 3 Cikahuripan pada tahun pelajaran mendengarkan dengan baik, kompetensi 2021/2022. bertanya yang jitu dan pengelolaan emosi yang matang sehingga dapat sabar, berempati dalam Berdasarkan latar belakang tersebut, melakukan coaching dengan guru. Pembinaan- maka masalah pokok dalam penelitian ini pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dirumuskan sebagai berikut : terhadap guru dapat meningkatkan kinerja Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

1. Apakah kompetensi pendidik dalam melalui kegiatan rembuk diskusi dan dialog pengembangan perencanaan dan pelaksanaan reflektif. Uraian tindakannya sebagai berikut: pembelajaran paradigma baru berdasarkan mata pelajaran dapat ditingkatkan melalui Perencanaan Awal coaching kepala sekolah?; 2. Apakah Langkah awal yang direncanakan pada penilitian kemandirian dan kualitas perencanaan dan tindakan sekolah ini terdiri dari beberapa pelaksanaan pembelajaran paradigma baru kegiatan, yakni:Identifikasi masalah dan dapat ditingkatkan melalui coaching kepala mempersiapkan instrument sekolah?; 3. Apakah pelaksanaan pembelajaran paradigma baru dapat ditingkatkan melalui Siklus pertama. coaching kepala sekolah? Pada perencanaan sikulus satu peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut: Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan 1). Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah sebagai berikut. membuat perencanaan pembelajaran dan 1). Untuk mendeskripsikan bahwa kompetensi asesmen; 2). Meminta guru untuk pendidik dalam pengembangan perencanaan mengumpulkan perangkat pembelajaran; 3). dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru Peneliti memeriksa administrasi guru secara berdasarkan mata pelajaran dapat ditingkatkan kuantitas dan kulitatif.; 4). Peneliti melalui coaching kepala sekolah; 2). Untuk mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan; mendeskripsikan bahwa kemandirian dan 5). Menyusun rencana tindakan (berupa kualitas perencanaan dan pelaksanaan penjadwalan pendampingan kelompok berupa pembelajaran paradigma baru dapat rembuk diskusi disesuaikan dengan temuan ditingkatkan melalui coaching kepala sekolah; pada identifikasi masalah). 3). Untuk mendeskripsikan bahwa pelaksanaan pembelajaran paradigma baru dapat Pada pelaksanaan siklus satu peneliti ditingkatkan melalui coaching kepala sekolah. melaksanakan rencanan tindakan pendampingan rembuk diskusi untuk observasi Indikator keberhasilan tindakan pada perangkat ajar guru yang sudah dikumpulkan penelitian ini adalah sebagai berikut. sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan dengan 1). Kompetensi pendidik dalam pengembangan pertemuan kelompok. Hal ini dilakukan karena perencanaan dan pe-laksanaan pembelajaran masalah yang hadapi sama oleh para guru yaitu paradigma baru berdasarkan mata pelajaran kesulitan dalam menyediakan perangkat meningkat melalui coaching kepala sekolah jika pembelajaran paradigma baru. Pertemuan semua komponen pengembangan dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab dilakukan oleh guru; 2). Kemandirian dan masalahnya. Setelah menentukan akar kualitas perencanaan dan pelaksanaan masalahnya, dilakukan diskusi untuk mencari pembelajaran paradigma baru meningkat solusi. Tahap ini direncanakan berlangsung melalui coaching kepala sekolah jika terdapat selama satu bulan dan dilaksanakan bersama- peningkatan minimal satu tingkatan dari kriteria sama. Untuk tindakan pertama, rembuk diskusi sebelum tindakan; 3). Pelaksanaan membahas rancangan asesmen diagnostik, pembelajaran paradigma baru meningkat analisis hasil asesmen, dan menyusunan modul melalui coaching kepala sekolah jika guru berdasarkan kelompok siswa. Pada tindakan memiliki rata-rata skor ≥75. kedua, peneliti melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran dilanjutkan dengan METODE merefleksi pembelajaran dengan membuat Penelitian ini dilakukan dengan metode jurnal pembelajaran. penelitian tindakan sekolah yang berlangsung selama 2 siklus. Setiap siklus terdapat dua Pada obsevasi siklus satu peneliti tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi kejadian yang terjadi selama proses dan refleksi. Pelaksanaan tindakan penelitian pelaksanaan siklus satu. Dalam kegiatan yang akan dilakukan dengan melaksanakan observasi pembelajaran, peneliti berusaha program pendampingan kepala sekolah menangkap aktivitas yang dilakukan siswa sebagai respon dari stimulus yang diberikan guru. Selain itu peneliti juga melakukan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

mengidentifikasi masalah-masalah yang pembelajaran. Pada tahap ini pula, peneliti dirasakan oleh guru yang dituangkan dalam mengumpulkan data-data yang terjadi selama jurnal pembelajaran dserta masalah lanjutan tahap pelaksanaan. yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus satu. Pada tahap refleksi siklus satu, peneliti Pada tahap refleksi siklus kedua, melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data- peneliti melakukan dialog reflektif bersama data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan penelitie terhadap hasil observasi di siklus dengan pertemuan bersama para guru untuk kedua. Guru/penelitie membuat jurnal membahas hasil refleksi guru dan hasil pembelajaran yang dilakukan. Jurnal yang observasi. Solusi yang disepakati digunakan dibuat guru menjadi bahan refleksi pembelajaran untuk penyusunan langkah-langkah untuk siklus dan dicari solusinya. Hasil refleksi digunakan kedua. untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Siklus kedua Tahap perencanaan pada siklus dua, peneliti D. Pelaksanaan Tindakan melakukan pertemuan dengan para Untuk melihat kesesuaian perencanaan guru/penelitie untuk menyusun penjadwalan tindakan, maka peneliti melaporkan dialog reflektif dan menyiapkan instrument pelaksanaan tindakan, adapun laporannya pendampingan untuk siklus dua. sebagai berikut: Pada pelaksanaan siklus dua para Tahap perencanaan Awal penelitie yang sudah siap perangkat Langkah awal yang direncanakan pada penilitian pembelajaran dan asesmen menemui coach tindakan sekolah ini adalah kegiatan identifikasi untuk melakukan dialog reflektif dengan peneliti. masalah dan mempersiapkan instrument. Langkah- langkah pelaksanaan refleksi dialogis Identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam dua tahap. Kegiatan yang dengan menggunakan data hasil observasi dan dilakukan pada tahap satu adalah sebagai data penyerahan perangkat pembelajaran berikut. paradigma baru yang dilaksanakan pada 1). Guru merancang asesmen diagnostik dan semester satu tahun pelajaran 2021-2022. melakukan dialog reflektif, kemudian peneliti Kegiatan ini dilakukan pada bulan Desember melakukan perbaikan sesuai arahan coach; 2). 2021. pada tahap kegiatan mempersiapkan Guru melaksanakan asesmen diagnostik kognitif instrument peneliti menyiapkan seluruh kepada Siswa; 3). Guru menganalisis hasil instrument penelitian berupa lembar asesmen diagnostik dan mengelompokkan pengamatan pendampingan yang terdiri dari siswa sesuai hasil asesmen; 4). Guru menyusun data ketersediaan modul berdasarkan mata rencana pembelajaran/modul dengan pelajaran, perencanaan dan asesmen diagnostik melakukan beberapa modifikasi untuk serta data kualitas perencanaan pembelajaran memfasilitasi kelompok Siswa; 5). Guru dan dan asesmen yang dibuat oleh guru. peneliti melakukan dialog untuk refleksi untuk modifikasi yang telah dirancang guru. Bila sudah Siklus pertama. disepakati maka modul ajar dapat digunakan Tahap perencanaan pelaksanaan siklus ke satu dalam pembelajaran di kelas. dilaksanakan peneliti pada bulan Januari 2022. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dapat Untuk tindakan kedua, kegiatan yang dilihat pada tabel pelaksanaan kegiatan dibawah dilakukan adalah melakukan observasi ini. pembelajaran, membuat jurnal pembelajaran, dan melakukan refleksi pembelajaran. Pada Tabel 2. Tahap Perencanaan Siklus 1 kegiatan observasi siklus dua, kepala sekolah mengobservasi pelaksanakan pembelajaran Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama berdeferensiasi yang telah dirancang dilaksanakan mulai pada minggu ke 2 Januari guru/penelitie. Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan observasi peneliti berusaha untuk melihat aktivitas peserta didik dan guru dalam proses Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

2022. Kegiatan ini secara lebih rinci dapat dilihat penyusunan langkah-langkah untuk siklus pada tabel berikut. kedua. Jadwal kegiatan ini dilaksanakan minggu ke 2 Pebruari 2022. Tabel 3. Tahap Pelaksanaan Siklus 1 Siklus kedua Tahap perencanaan pada siklus kedua dilaksanakan di minggu ke 3 bulan Pebruari 2022. Peneliti melakukan pertemuan dengan guru/penelitie untuk menyusun penjadwalan dialog reflektif dan menyiapkan instrument dialog reflektif untuk siklus kedua. Tabel 4. Tahap Perencanaan Siklus 2 Pada tahap pelaksanaan siklus dua kepala sekolah melakukan dialog reflektif sesuai jadwal yang telah disepakati dengan guru- guru/penelitie. Tabel 5. Tahap Pelaksanaan Siklus 2 Pada tahap observasi pelaksanaan Pada tahap observasi siklus kedua, peneliti siklus satu peneliti melakukan kegiatan mengobservasi kesesuaian perencanaan observasi terhadap seluruh kejadian yang terjadi pembelajaran dengan pelaksanaan selama tahap pelaksanaan tindakan siklus satu. pembelajaran serta melihat aktivitas peserta Peneliti mengumpulkan data terkait kemandirian didik dan guru dalam proses pembelajaran. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran peneliti mengumpulkan data-data yang terjadi paradigma baru menggunakan kriteria apakah selama tahap pelaksanaan. Data-data tersebut guru melakukan dengan banyak bimbingan, dikumpulkam melalui instrument yang sama sedikit bimbingan atau melakukan secara pada siklus 1. Pengolahan data-data mandiri. Untuk mendapatkan data tentang kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru, peneliti menggunakan kriteria apakah guru menggunakan contoh secara utuh, memodifikasi contoh, dan Menyusun secara mandiri. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1. Pengolahan data-data siklus 1 dilakukan pada minggu ke 1 Pebruari 2022. Data-data yang diperoleh pada siklus 1 di kumpulkan pada tabel rekapitulasi. Pada tahap refleksi siklus 1 peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data- data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama guru untuk membahas hasil evaluasi dan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

siklus 2 dilakukan pada minggu I. Analisis Data Pebruari 2022. Data-data yang Data kualitatif berasal dari hasil diperoleh pada siklus 2 di kumpulkan pada tabel pengukuran angket. Data ketersediaan rekapitulasi. Mengolah data-data dilakukan pada perangkat pembelajaran berupa hasil Minggu 2 Maret 2022. Pada tahap refleksi siklus pengukuran awal dan akhir. Data kemandirian kedua, peneliti melakukan refleksi bersama dan kualitas perencanaan dan pelaksanaan guru. pembelajaran berupa hasil pengukuran awal dan akhir. Data-data tersebut dibutuhkan untuk Tabel 6. Tahap Refleksi Siklus 2 mengetahui N-gain masing-masing data kuantitatif. Data ketersediaan perangkat Teknik Pengumpulan Data pembelajaran dihimpun dengan memberi data Penelitian ini menggunakan instrumen pada angket awal setiap siklus. Ketersediaan perangkat pembelajaran guru diperoleh dengan pengumpulan data berupa instrumen non tes. memberikan skor pada jawaban yang diberikan Instrumen non tes yang digunakan berupa oleh guru. Penskoran dilakukan berpedoman lembar observasi, lembar angket, dan video pada kriteria penilaian ketersediaan perangkat pembelajaran. Lembar angket digunakan untuk pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. mengetahui data kemandirian dan kualitas Jika tersedia maka memperoleh nilai 1 dan jika perangkat pembelajaran dan asesmen. Lembar tidak tersedia mendapat nilai nol. Untuk observasi digunakan untuk mendapatkan mengumpulkan data kemandirian dan kualitas gambaran aktivitas pendidik dan peserta didik perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selama pembelajaran. Data dalam lembar menggunakan angket yang diberikan pada siklus observasi menggambarkan aktivitas peserta satu dan siklus dua. Penyekoran menggunakan didik dan pendidik yang akan dikaji dan dijadikan cara-cara yang telah disusun sebelumnya. bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Sedangkan video pembelajaran Data kualitatif hasil pengukuran lembar digunakan untuk konfirmasi antara pengajar dan angket. siklus satu dan data siklus dua. observer. Digunakana untuk mengetahui peningkatan kemandirian dan kualitas penyusunan perangkat Lembar kuisioner yang digunakan pembelajaran dan asesmen. Hasil dari adalah instrument kuisioner ketersediaan peningkatan tersebut dinyatakan dalam bentul perangkat perencanaan pembelajaran dan persen. asesmen: instrument kemandirian penyusunan perencanaan pembelajaran dan asesmen; Peningkatan didapat dengan instrument kualitas perencanaan pembelajaran menggunakan rumus g faktor (N-Gain) dari Hake dan asesmen serta lembar observasi (dalam Meltzler, 2002). pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui kategori peningkatan Lembar kuisioner ini diisi oleh guru atau menggunakan kriteria tingkat N-Gain yang penelitie sesuai pernyataan yang dipilihnya. terdapat pada table 6 berikut, Penyusunan lembar kuisioner bertujuan untuk mengukur cara penyusunan dan kualitas Tabel 7. Kriteria Tingkat N-Gain perangkat pembelajaran dan asesmen yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Data N-gain kemandirian dan kualitas perencanaan pembelajaran dan asesmen siklus Lembar observasi digunakan untuk satu dan siklus dua digunakan untuk melakukan mendapatkan gambaran aktivitas pendidik dan uji peningkatan perencanaan pembelajaran dan peserta didik selama pembelajaran. Observasi asesmen secara deskriptif. dilakukan oleh beberapa pengamat. Data dalam lembar observasi menggambarkan aktivitas peserta didik dan pendidik yang akan dikaji dan dijadikan bahan refleksi untuk melakukan perbandingan dengan proses pembelajaran yang ideal. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Analisis data kualitatif hasil observasi pembuatan jurnal atau dokumen pelaksanaan pembelajaran di kelas dilakukan oleh observer. pembelajaran dan refleksi pelaksanaan Data hasil observasi dikumpulkan untuk melihat pembelajaran belum dilakukan oleh guru- guru. langkah-langkah pembelajaran yang telah Hal ini antara lain disebabkan karena guru-guru dilakukan. Kemudian informasi yang terkumpul tidak terbiasa mendokumentasikan kejadian- digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas kejadian penting ketika proses pembelajaran. siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran paradigma baru. Kemandirian pengembangan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran HASIL TINDAKAN SIKLUS I paradigma baru pada siklus 1 dilakukan dengan Tindakan siklus 1 difokuskan pada banyak bimbingan. Kualitas pengembangan pe- pendampingan kepala sekolah secara rembuk rencanaan dan pelaksanaan pembelajaran diskusi. Prosesnya dilakukan melalui dua paradigma baru pada siklus 1 pada umumnya tindakan. Tindakan pertama melakukan rembuk dilakukan dengan menggunakan contoh secara diskusi yang membahas kegiatan guru dalam utuh. Pelaksanaan pembelajaran paradigma menganalisis capaian pembelajaran (CP) untuk baru mencapai rata-rata nilai 63. Nilai ini belum menyusun tujuan pembelajaran dan alur tujuan memenuhi indikator keberhasilan penelitian pembelajaran; mengembangkan modul ajar; yang harus mencapai rata-rata sebesar 75. perencanaan, pelaksanaan dan analisis asesmen diagnostik; penyesuaian pembelajaran Berdasarkan data-data tersebut, dengan tahap capaian dan karakteristik peserta peneliti dan guru-guru melakukan analisis data didik. Kegiatan Tindakan pertama dilakukan mengenai masalah yang muncul dalam minggu ke dua dan ke tiga bulan Januari 2022. penelitian. Kemudian melakukan rembuk diskusi Tindakan kedua melakukan rembuk diskusi yang untuk menentukan solusi yang akan ditempuh. membahas kegiatan guru dalam pelaksanaan Tindak lanjut perbaikan, peneliti dan guru-guru pembelajaran dan pengolahan asesmen formatif melakukan beberapa kesepakatan, yaitu a. Mata atau sumatif; pembuatan jurnal atau dokumen pelajaran RBS merupakan muatan lokal. Muatan pe-laksanaan pembelajaran; refleksi pe- lokal dalam struktur kurikulum merdeka memiliki laksanaan pembelajaran. Kegiatan tindakan alokasi waktu 2JP perminggu. Pada struktur pertama dilakukan minggu ke empat dan ke lima kurikulum terdapat dua muatan lokal yaitu bulan Januari 2022. Berikut hasil rekapitulasi Bahasa Sunda dan RBS. Dengan kondisi data instrument siklus 1. demikian maka guru kelas 1 menggabungkan mata pelajaran Bahasa Sunda dan RBS. Tabel 8. Rekapitulasi Data Siklus 1 Perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran RBS digabung dalam Bahasa Pengembangan perencanaan dan pelaksanaan Sunda. Peneliti dan guru kelas 1 bersepakat pembelajaran paradigma baru pada siklus 1 baru bahwa mata oelajaran yang diampu guru kelas 1 mencapai 71 %. Dalam penelitian ini adalah lima mata pelajaran; b. Komponen pengembangan yang dilakukan guru-guru harus pembuatan jurnal atau dokumen pelaksanaan memenuhi semua komponen pengembangan pembelajaran dan refleksi pelaksanaan perencanaan pembelajaran dan asesmen pembelajaran harus dilakukan oleh guru-guru. pembelajaran paradigma baru. Guru kelas satu Untuk memenuhi kegiatan ini maka peneliti dan belum memenuhi pengembangan perencanaan guru-guru melakukan kesepakatan tentang dan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran instrumen yang akan digunakan saat melakukan Rineka Budaya Sunda (RBS). Komponen pembuatan jurnal dan dokumen pelaksanaan pembelajaran adalah berupa lembar catatan dan video pembelajaran. Refleksi pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan memberikan umpan balik berupa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran; c. Kemandirian pengembangan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru ditingkatkan dengan cara memupuk Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

kepercayaan diri guru-guru melalui kegiatan Tabel 9. Rekapitulasi Data Siklus 2 penyegaran mengenai konsep-konsep pengembangan pembelajaran paradigma baru. Pengembangan perencanaan dan Kualitas pengembangan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru pelaksanaan pembelajaran paradigma baru pada siklus 2 mencapai 100 %. Semua guru- ditingkatkan dengan penggunaan hasil asesmen guru pelaksana pembelajaran paradigma baru diagnostik secara optimal. Guru- guru telah memenuhi semua komponen melakukan pengelompokkan siswa. Dengan pengembangan perencanaan dan pelaksanaan mengetahui level siswa maka guru- guru dapat pembelajaran paradigma baru. Guru kelas satu melakukan penyesuaian modul ajar sesuai telah memenuhi pengembangan perencanaan dengan kebutuhan siswa; d. Pelaksanaan dan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran pembelajaran paradigma baru akan ditingkatkan Rineka Budaya Sunda (RBS) karena melalui perbaikan perencanaan dan dimasukkan ke mata pelajaran Bahasa Sunda. pelaksanaan pembelajaran. Guru-guru Komponen pembuatan jurnal atau dokumen menggunakan umpan balik dari peneliti untuk pelaksanaan pembelajaran telah dilakukan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran; e. dengan membuat video pembelajaran. Refleksi Pendampingan yang akan dilakukan peneliti pelaksanaan pembelajaran telah dilakukan oleh adalah dialog reflektif dengan menerapkan guru-guru menggunakan instrumen yang telah konsep coaching secara perorangan. disepakati. HASIL TINDAKAN SIKLUS II Secara umum kemandirian Tindakan siklus I difokuskan pada penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru yang dilakukan pendampingan kepala sekolah secara dialog guru-guru mengalami peningkatan. Peningkatan reflektif. Prosesnya dilakukan melalui dua tersebut ditandai oleh perubahan perilaku guru tindakan. Tindakan pada siklus 2 diawali dengan dalam melakukan penyusunan perencanaan pertemuan peneliti dengan guru/coachee untuk pembelajaran dan asesmen. Perilaku guru telah menyusun dan menyepakati penjadwalan dialog meningkat dari kriteria kemandirian pada siklus reflektif dan menyiapkan instrument dialog 1. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran reflektif untuk siklus kedua. Pertemuan ini paradigma baruyang semula harus didampingi dilaksanakan dilaksanakan di minggu ke 3 bulan dengan banyak bimbingan berubah menjadi Pebruari 2022. pendampingan dengan sedikit bimbingan. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Tindakan pertama melakukan dialog paradigma baruyang semula harus didampingi reflektif yang membahas kegiatan guru dalam dengan sedikit bimbingan menjadi mandiri dalam menganalisis capaian pembelajaran (CP) untuk penyusunan perencanaan pembelajaran dan menyusun tujuan pembelajaran dan alur tujuan asesmen. pembelajaran; mengembangkan modul ajar; perencanaan, pelaksanaan dan analisis Begitu pula kualitas penyusunan asesmen diagnostik; penyesuaian pembelajaran perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan tahap capaian dan karakteristik peserta paradigma baru yang dilakukan guru-guru didik. Kegiatan Tindakan pertama dilakukan mengalami peningkatan. Perubahan perilaku minggu pertama dan minggu ke dua bulan Maret guru yang tampak dalam melakukan 2022. penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran adalah yang semula Tindakan kedua melakukan dialog menggunakan secara utuh contoh berubah reflektif yang membahas kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengolahan asesmen formatif atau sumatif; pembuatan jurnal atau dokumen pelaksanaan pembelajaran; refleksi pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan Tindakan kedua dilakukan minggu ke tiga samapi minggu ke lima bulan Maret2022. Berikut hasil rekapitulasi data instrument siklus 2. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

menjadi memodifikasi contoh dan guru yang Peningkatan kemandirian serta kualitas semula modifikasi contoh berubah menjadi perencanaan pembelajaran dan asesmen menjadi mandiri dalam penyusunan pembelajaran paradigma baru didapat dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. melakukan uji perbedan rata-rata secara Perilaku guru telah meningkat dari kriteria deskriptif terhadap N-Gain hasil rekapitulasi kualitas pada siklus 1. Pelaksanaan instrument kemandirian dan kualitas pembelajaran paradigma baru mencapai rata- perencanaan dan asesmen pembelajaran rata nilai 80. Nilai ini telah melampaui indikator paradigma baru. Rangkuman hasil pengujian keberhasilan penelitian sebesar 75. secara deskriptif kemandirian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru PEMBAHASAN paradigma baru pada table 10 berikut. Hasil penelitian yang akan menjadi Table 11 Pengujian Deskriftif Kemandirian topik pembahasan terdiri dari pengembangan Perencanaan dan Pelaksanaan PPB dokumen perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru; kemandirian dan Secara umum kemandirian perencanaan dan kualitas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru pelaksanaan pembelajaran; dan proses yang dilakukan guru-guru mengalami pelaksanaan pembelajaran paradigma baru. peningkatan. Rerata peningkatannya mencapai 52%. Peningkatan kemandirian pada kisaran Deskripsi Peningkatan Ketersediaan katagori rendah ke sedang. Peningkatan Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen tersebut ditandai oleh perubahan perilaku guru Berdasarkan Mata Pelajaran dalam melakukan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Rangkuman Peningkatan ketersediaan pe- hasil pengujian kualitas perencanaan dan rencanaan pembelajaran dan asesmen pelaksanaan pembelajaran paradigma baru berdasarkan mata pelajaran didapat dengan pada tabel 11 berikut, melakukan uji perbedan persentase secara deskriptif. Rangkuman hasil pengujian terhadap Table 12. Pengujian Deskriftif Kualitas Perencanaan ketersediaan perencanaan pembelajaran dan dan pelaksanaan PPB asesmen berdasarkan mata pelajaran disajikan pada tabel 9 berikut. Table 10. Rekapitulasi Pengembangan Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen Berdasarkan Mata Pelajaran Berdasarkan data pada table 7, dapat Begitu pula kualitas perencanaan dan diamati bahwa guru-guru berusaha untuk pelaksanaan pembelajaran paradigma baruyang menyediakan perencanaan pembelajaran dan dilakukan guru-guru mengalami peningkatan. asesmen sesuai dengan mata pelajaran yang Rerata peningkatannya sebesar 67,7 %. diampunya. Perencanaan pembelajaran dan Peningkatan kualitas perencanaan dan asesmen dilakukan guru-guru dengan beberapa pelaksanaan pembelajaran paradigma cara antara lain dengan menggunakan secara barumemiliki katagori sedang. Peningkatan utuh contoh yang terdapat di Platform merdeka tersebut ditandai oleh perubahan perilaku guru mengajar (PMM), memodifikasi contoh, atau dalam melakukan penyusunan perencanaan mengembangkan secara mandiri. pembelajaran dan asesmen. Deskripsi Peningkatan Kemandirian dan Kualitas Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran Paradigma Baru Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Peningkatan kemandirian dan kualitas Gambar 2. Kegiatan Dialog Reflektif dengan Teknik perencanaan pembelajaran dan asesmen coaching pada siklus 2 pembelajaran paradigma baru selaras dengan peningkatan pemahaman konsep-konsep Deskripsi Peningkatan Kemandirian dan tentang implementasi pembelajaran paradigma Kualitas Perencanaan Pembelajaran dan baru yang dimiliki guru-guru selama melakukan Asesmen Pembelajaran Paradigma Baru pendampingan. Peningkatan paling yang tinggi pada Setiap Komponen terjadi pada saat dialog reflektif atau coaching. Peningkatan kemandirian serta kualitas Dialog reflektif atau coaching dilakukan perencanaan pembelajaran dan asesmen terhadap individu guru satu persatu. Dalam pembelajaran paradigma baru didapat dengan kegiatan coaching, guru merefleksikan proses melakukan uji perbedan rata-rata secara PPB yang sudah dilakukan. Dilanjutkan dengan deskriptif terhadap N-gain hasil rekapitulasi melakukan diskusi serta mengapresiasi capaian instrument kemandirian dan kualitas dan praktik baik yang sudah dilakukan oleh guru. perencanaan dan asesmen pembelajaran Kegiatan coaching dapat menggali tantangan paradigma baru. Rangkuman hasil pengujian yang dihadapi guru dalam upaya secara deskriptif tiap indikator kemandirian mengimplementasikan PBB dan bersama-sama perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran mencari alternatif solusi. paradigma baru pada tabel 13 berikut. Selama coaching, kepala Sekolah Tabel 13. Hasil Pengujian Deskriptif Kemandirian dan berusaha fokus pada pembelajar. Kepala Kualitas Pengembangan Kompetensi Setiap Sekolah berusaha memusatkan perhatian pada Komponen guru yang akan diberikan coaching. Fokus diletakkan pada progress atau topik yang diceritakan guru. Kepala sekolah bersikap terbuka dan ingin tahu lebih banyak terhadap pemikiran-pemikiran guru. Kepala sekolah berusaha menerima pemikiran guru dengan tenang. Kepala sekolah berusaha memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap latar belakang dari pemikiran, pendapat, dan perasaan penelitie. Kepala sekolah menumbuhkan kesadaran diri untuk membantu guru dengan berusaha menangkap perubahan yang terjadi selama pembicaraan. Kepala sekolah berusaha mampu melihat kelebihan yang dimiliki guru untuk dijadikan peluang baru dalam usaha membina perkembangan kompetensi guru. Berikut beberapa kegiatan kepala sekolah saat melakukan rembuk diskusi dan dialog reflektif. Gambar1. Kegiatan rembuk diskusi di siklus 1 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Komponen menganalisis capaian Rumuskan TP disusun dengan mem- pembelajaran (CP) untuk menyusun tujuan pertimbangkan kompetensi yang akan dicapai, pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran konten yang akan dipelajari dan variasi keterampilan berpikir. Menyusun alur tujuan Komponen menganalisis capaian pembelajaran disusun secara berkelanjutan. pembelajaran (CP) untuk menyusun tujuan Tujuan pembelajaran berurutan sesuai tahap pembelajaran dan alur tujuan pmbelajaran para perkembangan dari fase ke fase. Tujuan guru/penelitie memiliki peningkatan pada pembelajaran urutannya diatur supaya terlihat katagori rendah. Hal ini disebabkan pada awal dengan jelas keberlanjutan dari fase ke fase. penelitian para guru sudah memliki pemahan Peta alur untuk satu fase dalam satu tahun yang bagus terkait menganalisis CP untuk di- ajaran disusun dengan mempertimbangkan uraikan menjadi tujuan-tujuan pembelajaran. apakah materi diajarkan di awal ditengah dan di Pada kegiatan analisis, para guru melakukan akhir tahun ajaran, Tujuan pembelajaran mana pengkajian terhadap CP supaya sesuai dengan sajakah yang bisa diajarkan dalam satu tahap pada masing-masing fase, meng- kesatuan, dan Tujuan pembelajaran mana gambarkan keseluruhan dan cakupan masing- sajakah yang bisa di integrasikan dengan tujuan masing fase, dan cukup spesifik, bisa diukur, bisa pembelajaran dari mata pelajaran lain. tercapai, otentik dan bisa sesuai dengan waktu yang dicanangkan. Identifikasi kompetensi- Perencanaan, pelaksanaan dan analisis kompetensi di akhir fase dan kompetensi- asesmen diagnostik kompetensi sebelumnya yang perlu dikuasai peserta didik sebelum mencapai kompetensi di Asesmen diagnosntik dilakukan oleh akhir fase agar dalam tujuan pembelajaran jelas guru pada awal pembelajaran. Asesmen terdeskripsikan pengetahuan, pemahaman, diagnosntik dilakukan untuk melihat kompetensi keterampilan, dan perilaku yang dituju. dan perkembangan belajar murid. Asesmen diagnostik yang disusun guru menggunakan Menganalisis elemen dan sub-elemen pola 2-6-2. Hasil diagnostik dianalisis oleh guru Profil Pelajar Pancasila dilakukan untuk dan datanya digunakan untuk memetakan memastikan bahwa penyebaran elemen dan kebutuhan belajar murid sehingga dapat sub-elemen Profil Pelajar Pancasila menyebar di menentukan strategi pembelajaran yang sesuai semua tujuan pembelajaran dan elemen dan dengan kondisi murid. diimplementasikan sesuai dengan konsep dan konten. Asesmen diagnostik yang dilakukan adalah Asesmen diagnostik Kognitif dilakukan pada setiap unit materi. Asesmen diagnostik Kognitif bertujuan mengidentifikasi capaian kompetensi awal siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata- rata murid, serta memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada murid yang kompetensinya di bawah rata-rata. Gambar 3. Pelaksanaan Asesmen Diagnostik Mengembangkan modul ajar Guru berusaha menyusun modul ajar berdasarkan komponen-komponen yang ditentukan. Guru dapat menentukan Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

komponen-komponen yang esensial sesuai untuk menyesuaikan dengan aktivitas dengan kebutuhan pembelajaran. Guru pembelajaran; menyediakan sudut baca kelas Melakukan elaborasi kegiatan pembelajaran untuk mendekatkan peserta didik pada buku sesuai dengan komponen esensial. Kegiatan sebagai salah satu sumber belajar; pembelajaran disusun berusaha membangun menggunakan semua tempat di sekolah seperti pemahaman bermakna bagi siswa, membuka halaman dan lapangan untuk memfasilitasi kesempatan untuk diskusi dan melakukan pembelajaran. Seperti yang terlihat pada gambar berbagai uji coba dalam proses kegiatannya. berikut, Kegiatan pembelajaran diupayakan supaya menarik bagi peserta didik, seru tapi Gambar 5. Penyesuaian lingkungan belajar memberikan pilihan menantang untuk peserta didik. Kegiatan pembelajaran disesuaikan Perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan dengan konteks di zaman sekarang. Guru asesmen formatif atau sumatif berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran yang mengakomodir perbedaan dan fleksibilitas Pada pembelajaran paradigma baru, disesuaikan dengan karakteristik Siswa yang pendidik diharapkan lebih berfokus pada ada di kelasnya. asesmen formatif dibandingkan sumatif. Asesmen formatif yang dilakukan guru Penyesuaian pembelajaran dengan tahap terintegrasi dengan proses pembelajaran yang capaian dan karakteristik peserta didik sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan. Penyesuaian pembelajaran dengan Perencanaan asesmen formatif dibuat menyatu tahap capaian dan karakteristik peserta didik dengan perencanaan pembelajaran. Asesmen dilakukan dengan menyusun satu modul ajar yang dilakukan berusaha untuk memperhatikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilengkapi kemajuan penguasaan dalam berbagai ranah petunjuk penyesuaian terhadap tahap capaian yang meliputi sikap, pengetahuan, dan dan karakteristik peserta didik. Menyesuaikan keterampilan, motivasi belajar, sikap terhadap ruang lingkup materi pembelajaran yang pembelajaran, gaya belajar, dan kerjasama dilakukan guru adalah peserta didik yang belum dalam proses pembelajaran. Beberapa asesmen menguasai kompetensi prasyarat untuk belajar formatif yang dilakukan guru dapat diamati dari diberikan kesempatan untuk mempelajari gambar berikut, kompetensi pada tingkat yang lebih rendah atau dengan cakupan lingkup materi yang lebih sederhana. Peserta didik yang memiliki tingkat penguasaan yang tinggi diminta untuk menyelesaikan tugas dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi atau menantang. Penyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru antara lain adalah melakukan tutor sebaya di kelas, lewat video, gambar, lagu. kegiatan tutor sebaya dapat dilakukan dengan memberi penjelasan kepada teman yang kesulitan. Gambar 4. Ragam Penyesuaian Pembelajaran Gambar 6. Ragam Pelaksanaan Asesmen Formatif Penyesuaian lain yang dilakukan guru Pembuatan jurnal atau dokumen adalah pengondisian lingkungan belajar siswa. pelaksanaan pembelajaran Penyesuaian ini dilakukan dengan menyiapkan meja dan kursi peserta didik yang mudah untuk Pembuatan jurnal bertujuan sebagai dipindah tempatkan dan diatur tata letaknya alat untuk melakukan asesmen diri (self assessment). Instrument ini berfungsi sebagai perekam data terhadap apa yang dirasakan oeh guru selama melakukan pembelajaran. Data pada jurnal menjadi bahan refleksi diri. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Data-data yang yang terdapat pada jurnal Pengujian N-Gain menunjukkan terjadi digunakan oleh pendidik sebagai data/informasi peningkatan pelaksanaan pembelajaran dengan untuk mengkonfirmasi capain pelaksanaan katagori sedang. pembelajaran dan disandingkan dengan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dari Aktivitas Siswa peneliti. Dengan membuat jurnal diharapkan Peningkatan aktivitas siswa terjadi guru-guru mengetahui dengan pasti apa masalah yang dihadapi selama melaksanakan dikarenakan guru-guru berusaha pembelajaran. Masalah yang muncul akan mengembangkan keterampilan menarik segera dicarikan solusinya supaya agar proses perhatian dan memotivasi siswa dalam pembelajaran selanjutnya lebih maksimal. pembelajaran. Partisipasi siswa dimunculkan dengan mengembangkan variasi interaksi Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang Refleksi pelaksanaan pembelajaran lebih menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan di kelas disertai dapat memberi umpan balik untuk merancang/ pelaksanaan aktivasi kognitif yang meningkat. perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Pembelajaran yang dilakukan berusaha Refleksi pelaksanaan pembelajaran memberi mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi gambaran kepada guru untuk melihat kekuatan (HOTS). Keterampilan berpikir difasilitasi melalui dan kelemahan selama proses pembelajaran pojok literasi dan cerita. Siswa dilatih untuk pada satu lingkup materi Guru dapat mengamati mengakses bahan bacaan dan menemukan isi keberhasilan dan kekurangan dari implementasi teks. Kegiatan membaca teks informasi dan modul. mendengarkan cerita melatih siswa untuk menginterpretasi dan memahami isi teks. Melalui Data-data yang diperoleh dapat kegiatan diskusi siswa dipandu untuk digunakan untuk melakukan perubahan yang mengevaluasi dan merefleksikan isi teks. perlu dilakukan untuk memperbaiki proses Dengan beberapa upaya yang dilakukan guru- pembelajaran yang direncanakan dalam modul guru dalam aktivitas kognitif, diharapkan dapat ajar selanjutnya, sehingga guru dapat menaikkan persentase kompetensi literasi siswa melakukan evaluasi dan pengembangan modul. secara umum yang telah mencapai kompetensi minimum. Deskripsi Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran Paradigma Baru Gambar 7. Ragam Aktivitas Literasi Peningkatan pelaksanaan pem- Aktivitas Guru belajaran dan asesmen pembelajaran Peningkatan aktivitas Guru dilakukan dengan paradigma baru didapat dengan melakukan uji meningkatkan manajerial kelas. Upaya-upaya perbedaan rata-rata secara deskriptif terhadap yang dilakukan dengan meningkatkan variasi N-gain. Rangkuman hasil pengujian secara saat membuka dan menutup pelajaran. deskriptif dan N-Gain dapat diamati dari tabel 13 Pengelolaan kelas dilakukan dengan berikut, memanfaatkan waktu pembelajaran supaya semakin efisien dan efektif. Aktivitas Pedagogi Table 14. Rekapitulasi Nilai Pelaksanaan PBB ditunjukkan dengan peningkatan ditandai dengan upaya guru-guru dalam menggunakan Berdasarkan hasil analisis data metode, model, dan pendekatan pembelajaran ditemukan adanya perbedaan rata-rata nilai yang bervariasi, memberikan penguatan pelaksanaan PPB siklus satu dan siklus dua. (reinforcement) dan punishment secara tepat. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus dua Penguatan dilakukan dengan mengatur volume memiliki nilai yang lebih tinggi dari siklus satu. dan intonasi suara. Tampak pula guru-guru Pelaksanaan pembelajaran mengalami melakukan komunikasi nonverbal (gestur). kenaikan sekitar 30%. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Pengorganisasi sumber belajar dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru bahan ajar yang bervariasi bertujuan untuk dapat meningkat melalui pendampingan kepala memberi fasilitas kepada siswa yang memiliki sekolah. Peningkatan pelaksanaan karakteristik tertentu. Dukungan afektif dilakukan pembelajaran paradigma baru mencapai 27,7% oleh guru-guru dalam upaya mewujudkan profil dengan N gain sebesar 0,47 yang termasuk pelajar Pancasila. Pembentukkan karakter siswa katagori sedang. mendapat keteladan dari guru. Dalam kegiatan berkomuikasi yang berusaha membentuk Saran yang dapat direkomendasikan karakter siswa diberikan contoh oleh guru- guru peneliti adalah untuk kepala sekolah pelaksana dengan menggunaan bahasa yang baik dan program sekolah penggerak, pelaksanaan benar baik secara lisan dan tulis. Pengetahuan pendampingan melalui rembuk diskusi dan bidang studi yang dimiliki guru- guru tercermin dialog reflektif dengan teknik coaching cukup dalam mengatur kedalaman dan keluasan tepat digunakan untuk meningkatkan materi. Dalam digitalisasi pembelajaran, guru- kompetensi pendidik dalam implementasi guru memanfaatan TIK untuk pembelajaran. pembelajaran paradigma baru. Guru-guru menerapkan pembelajaran yang mendidik dengan perangkat TIK berbasis Dialog reflektif dengan teknik coaching platform revolusi industri 4.0. Guru-guru sangat besar dampaknya pada peningkatan menggunakan teknologi informasi dalam kompetensi guru dalam implementasi pembelajaran berupa video pembelajaran dan pembelajaran paradigma baru. Dalam dialog media digital dalam bercerita. Guru-guru reflektif dengan teknik coaching, kepala sekolah menyediakan video pembelajaran dengan cara dapat mencurahkan perhatian secara khusus mengakses platform merdeka mengajar atau kepada guru. Pendampingan secara individual youtube. Beberapa kegiatan pemanfaatan TIK memudahkan kepala sekolah dalam mengamati dalam pembelajaran dapat diamati dari gambar kemajuan guru lebih jelas. Hambatan yang berikut, dialami guru segera dapat didiskusikan penyebabnya dan bersama-sama mencari Gambar 8. Ragam Kegiatan Pemanfaatan TIK solusinya. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil dan pembahasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. penelitian, dapat diambil simpulan bahwa (2020). Analisis survei cepat kompetensi pendidik dalam pengembangan pembelajaran dari rumah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran masa pencegahan COVID-19. paradigma baru berdasarkan mata pelajaran dapat meningkat melalui pendampingan kepala Meltzer, D.E. (2002). The Relationship sekolah. Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Kemandirian dan kualitas perencanaan Physics: A Possible dan pelaksanaan pembelajaran paradigma baru “Hidden Variable” in dapat meningkat melalui pendampingan kepala Diagnostic Pretest Scores. sekolah. Peningkatan kemandirian perencanaan American Journal of Physics dan pelaksanaan pembelajaran paradigma [Online]. Diakses dari mencapai 53% dengan rata-rata N gain sebesar http://www.physics.iastate.edu/per/ 0,5 yang termasuk katagori sedang. d ocs/AJP-Dec-2002-Vo.70-1259- Peningkatan kualitas perencanaan dan 1268 pelaksanaan pembelajaran paradigma baru mencapai 67,7% dengan rata-rata N gain .pdf. sebesar 0,55 yang termasuk katagori sedang. OECD. (2019). OECD Future of Education and Skills 2030: Curriculum Analysis. Paris, France: OECD Prihandini, S. (2021) Peran Coaching dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran di Bidang Pendidikan. Artikel [Online]. Diakses dari https://www.loop- Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

indonesia.com/peran-coaching- dalam-meningkatkan-proses- pembelajaran-di-dunia- pendidikan/ Riduwan dan Sunarto. (2012). Pengantar statistika Untuk penelitian pendidikan, Sosial, Ekomoni, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabet. Salim, G. (2014). Effective Coaching. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. Sigit Wibowo, Putri Lestari, Cahya Wulandari, Miranda Yasella, Ineke Amandha, Sari Lestari. (2021). Panduan Pelaksanaan Pendampingan Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Susanti Sufyadi, Lambas, Tjaturigsih Rosdiana, Fauzan Amin Nur Rochim, Sandra Novrika, Setiyo Iswoyo, Yayuk Hartini, Marsaria Primadonna, Rizal Listyo Mahardhika. (2021). Panduan Pembelajaran dan Asesmen. Jakarta: Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Susanti Sufyadi, Lambas, Tjaturigsih Rosdiana, Fauzan Amin Nur Rochim, Sandra Novrika, Setiyo Iswoyo, Yayuk Hartini, Marsaria Primadonna, Rizal Listyo Mahardhika. (2021). Pembelajaran Paradigma Baru. Jakarta: Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Yogi Anggraena, Nisa Felicia, Dion Eprijum Ginanto, Indah Pratiwi, Bakti Utama, Leli Alhapip, Dewi Widiaswati . (2022). Kajian Akademik Kurikulum Untuk Pemulihan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMP NEGERI 2 GARUT DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Budi Suhardiman Kepala SMPN 2 Garut ABSTRAK. Penelitian ini bertitik tolak dari pentingnya guru menanamkan dan mengembangkan kecakapan hidup abad 21 kepada para siswa. Kecakapan hidup tersebut yaitu (1) kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir kritis, (2) kemampuan berkolaborasi, (3) kemampuan berkomunikasi, dan (4) kreatif berinovasi. Guru harus mampu memfasilitasi dan mengembangkan kecakapan hidup tersebut sejak dini kepada siswa SMP. Upaya guru dalam memfasilitasi dan mengembangkan kecakapan hidup siswa harus tergambar pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusunnya. Namun kenyataannya di lapangan hasil observasi, studi dokumentasi RPP dan angket pada guru di SMPN 2 Garut, menunjukkan sebagian guru: (1) belum menggunakan model PBL dalam RPP-nya; (2) menggunakan model PBL, namun tidak menuliskan sintaknya; (3) KD yang dipilih tidak sesuai untuk model Problem Based Learning (PBL). Masalah dalam penelitian ini yaitu kemampuan guru SMP Negeri 2 Garut dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi masih kurang. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya supervisi klinis yang berkelanjutan diawali dengan workshop yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas. Peneliti menerapkan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru SMP Negeri 2 Garut dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan guru SMP Negeri 2 Garut dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Sekolah, yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis PBL sudah menunjukkan peningkatan. Kata kunci: Supervisi klinis, kemampuan guru, RPP berbasis PBL PENDAHULUAN kemampuan berpikir kritis, (2) kemampuan Hasil penelitian Suryono (2020) bahwa berkolaborasi, (3) kemampuan berkomunikasi, serta (4) kreatif dan berinovasi. Keempat pendidikan kecakapan hidup di tingkat SMP kecakapan hidup tersebut dikenal dengan istilah belum diimplementasikan dengan baik. 4C, (5) kemampuan literasi, dan (6) Pemahaman kepala sekolah dan guru terkait mempersiapkan karier dan kecakapan hidup. dengan tujuan pendidikan kecakapan hidup belum dipahami secara jelas dan substansi Kemampuan memecahkan masalah materi masih dipahami sebagai pendidikan sebagai bagian dari kemampuan 4C, sangat keterampilan atau voka-sional semata. Padahal penting dikuasai siswa untuk mempersiapkan diri pembelajaran saat ini yang mengacu pada menghadapi berbagai per-masalahan dan kurikulum 2013 menuntut adanya proses menentukan solusinya serta mendorong pembelajaran yang harus bersinergi dengan terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi. pengembangan serta penanaman pembelajaran kecakapan hidup. Guru melalui pembelajaran berperan Proses pembelajaran pada tingkat penting dalam mewujudkan siswa yang memiliki dasar harus bersinergi dengan pengembangkan kemampuan dalam memecahkan serta penanaman pembelajaran kecakapan permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran yang hidup abad 21. Kecakapan hidup itu meliputi (1) dilakukan guru harus mendorong siswa agar kemampuan memecahkan masalah dan mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru harus mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis PBL. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Guru harus memfasilitasi dan Lebih lanjut Kunandar menyatakan mengembangkan keenam kemampuan tersebut bahwa fungsi RPP yaitu sebagai acuan bagi guru sejak dini pada diri siswa SMP. Salah satu untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar caranya yaitu dengan memasukkan kemampuan (kegiatan pem-belajaran) agar lebih terarah dan tersebut pada Rencana Pelaksanaan berjalan secara efektif dan efisien. Pembelajaran (RPP). Menyusun RPP merupakan bagian dari Kenyataannya di lapangan hasil perencanaan pembelajaran yang harus observasi, studi dokumentasi RPP, dan angket disiapkan guru. Pada RPP guru merancang agar pada guru di SMPN 2 Garut, menunjukkan: (1) pembelajaran berjalan interaktif dan dapat sebagian guru belum menggunakan model PBL melayani beragamnya karakteristik siswa. dalam RPP-nya, padahal Kompetensi Dasar Kebutuhan siswa yang beragam, kemampuan (KD) yang dapat menggunakan model PBL relatif siswa berbeda-beda, dan fasilitas yang ada cukup banyak; (2) sebagian guru yang sudah dirancang dalam RPP. menuliskan model PBL pada RPP-nya, tetapi tidak menuliskan sintak model tersebut pada Selain itu RPP disusun untuk langkah-langkah pembelajaran; (3) sebagian mempermudah pelaksanaan proses guru yang memilih model PBL tetapi KD yang pembelajaran. Guru dalam me-laksanakan dipilih tidak sesuai jika menggunakan model pembelajarannya mengacu pada RPP yang PBL. Oleh karena itu, perlu adanya supervisi disusun sebelumnya. Dengan demikian klinis khususnya pembinaan yang dilakukan oleh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar lebih kepala sekolah dan pengawas. Supervisi klinis terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas Dengan kata lain rencana pelaksanaan setidaknya akan membantu guru dalam pembelajaran berperan sebagai skenario proses menyusun RPP berbasis PBL. Guru akan pembelajaran. Oleh karena itu, rencana menjadi paham dan terampil dalam menyusun pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat RPP berbasis PBL karena supervisi klinis luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi langsung fokus pada permasalahan yang guru untuk menyesuaikan dengan respons siswa dihadapi guru ketika menyusun RPP. dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. Keterampilan guru dalam me-nyusun RPP sangat penting karena merupakan panduan Selain itu RPP juga berfungsi untuk agar pembelajaran berjalan dengan baik. mempermudah kepala sekolah dalam Pengalaman belajar yang akan diberikan kepada menyupervisi guru terutama supervisi siswa terlebih dahulu harus dituliskan dalam perencanaan pembelajaran. RPP. Agar guru mampu menyusun RPP yang Di dalam RPP akan tergambar prosedur sesuai dengan kebutuhan siswa, maka perlu dan pengorganisasian pembelajaran. Yang dibimbing melalui kegiatan supervisi klinis. harus dilakukan guru bersama siswa akan tergambar dengan jelas sehingga pembelajaran Supervisi klinis yaitu supervisi yang akan berjalan secara sistematis dan efektif. difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui Aspek-aspek yang harus dilakukan guru pada siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir pada RPP pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap akan dituliskan dengan jelas. Sebagai seorang penampilan pembelajaran guru dengan tujuan profesional, guru wajib menyusun RPP untuk memperbaiki proses pembelajaran berdasarkan rambu-rambu yang sudah (Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). ditentukan. Penyusunan RPP pada hakikatnya untuk mencapai kompetensi dasar yang Supervisi klinis adalah supervisi yang ditetapkan. difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap Menurut Kunandar (2011:264) tujuan perencanaan, pengamatan, dan analisis disusunnya RPP yaitu (1) mempermudah, intelektual yang intensif terhadap penampilan memperlancar dan meningkatkan hasil proses mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk belajar-mengajar; (2) dengan menyusun mengadakan modifikasi yang rasional. rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan Supervisi klinis berlangsung dalam bentuk mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan hubungan tatap muka antara supervisor dan memprediksi program pembelajaran sebagai guru. Tujuan Supervisi klinis yaitu untuk kerangka kerja yang logis dan terencana. pengembangan profesional guru. Dampak dari supervisi klinis yaitu layanan pembelajaran kepada siswa akan semakin baik. Kegiatan Supervisi klinis ditekankan pada aspek-aspek Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

yang menjadi perhatian guru serta observasi Penelitian lain terkait dengan supervisi kegiatan pengajaran di kelas. Observasi harus klinis di antaranya dilakukan oleh Mulyaningsih dilakukan secara cermat dan mendetail. Analisis (2020). Hasil dari penelitian tersebut yaitu guru- terhadap hasil observasi harus dilakukan guru yang belum bisa menyusun RPP setelah bersama antara supervisor dan guru. Hubungan dilakukan supervisi klinis menjadi paham dan antara supervisor dan guru harus bersifat mampu menyusun RPP yang sesuai dengan kolegial bukan autoritarian. standar atau pedoman yang berlaku. Persentase ketuntasan guru dalam RPP pada siklus I Menurut Pidarta (2009:124-125), suatu menunjukkan angka sebesar 66%, dan pada supervisi dapat dikatakan klinis, jika siklus II sebesar 100%. Artinya semua sudah mengandung ciri-ciri: (1) adanya pengamatan mampu menyusun RPP sesuai standar dengan awal tentang diri guru yang akan disupervisi predikat baik. secara mendalam; (2) observasi yang dilakukan pada proses supervisi sangat mendalam, Rekomendasi hasil penelitian sehingga menemukan data yang mendetail; (3) Mulyaningsih (2020) terkait dengan supervisi pada pertemuan balikan tentang hasil supervisi klinis yaitu (1) supervisi klinis harus disiapkan tadi dilakukan secara mendalam, menyangkut dengan baik. Guru harus mempersiapkan semua unsur kelemahan yang sedang administrasi pembelajaran dan bahan ajar yang diperbaiki; (4) dalam diskusi balikan guru dapat akan disampaikan di kelas sehingga kapan pun kesempatan mengevaluasi diri, mengeksplorasi supervisi dilaksanakan guru harus selalu siap; (2) diri, dan melakukan refleksi terhadap kinerjanya diskusi sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi dalam proses pembelajaran tadi; (5) dalam sebaiknya dilaksanakan lebih lama, sehingga diskusi balikan ini memungkinkan pembuatan lebih banyak lagi kendala dalam mengajar atau alternatif-alternatif pe-nyelesaian atau hipotesis, masalah yang dapat dibahas dan diselesaikan; terhadap unsur kinerja yang belum baik, yang (3) pelaksanaan supervisi klinis sangat cocok akan dilaksanakan dalam proses supervisi digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru berikutnya; (6) perbaikan kelemahan-kelemahan dalam menyusun RPP terutama kepada guru guru bersifat berkelanjutan. yang merasa kesulitan dalam menyusunnya. Lebih lanjut Pidarta (2009:128-130) PBL merupakan salah satu model yang menyatakan bahwa supervisi klinis mempunyai mengakomidir kompetensi pedagogi guru. ciri-ciri khusus sebagai berikut. (1) Waktu untuk Tujuan dari penerapan pembelajaran berbasis melaksanakan supervisi atas dasar PBL adalah mendorong siswa, untuk terlibat aktif kesepakatan. (2) Supervisi bersifat individual. (3) dalam membangun pengetahuan, sikap, dan Guru dalam kondisi atau kemampuannya sangat perilaku melalui kegiatan memecahkan suatu rendah. (4) Ada pertemuan awal untuk masalah. mendeteksi kelemahan. (5) Adanya kerja sama yang harmonis antara guru dengan supervisor. Melalui kegiatan pemecahan masalah (6) Yang disupervisi adalah kelemahan guru. (7) terhadap permasalahan yang ada, maka pada Hipotesis penyembuhan dibuat antara guru akhirnya siswa terbiasa memecahkan masalah dengan supervisor. (8) Minimal supervisor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, mengamati satu kali pertemuan guru di dalam menentukan solusinya serta mendorong kelas. (9) Proses supervisi adalah pengamatan terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi, dalam kelas berkaitan dengan kelemahan guru. sehingga siswa memiliki tanggung jawab atas (10) Ada pertemuan balikan untuk menilai, dirinya sendiri dan kepada masyarakat. PBL akan membahas, dan mendiskusikan hasil supervisi. melatih siswa mendapatkan pengetahuan sendiri (11) Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak melalui pengalamannya dalam memecahkan lanjut dari hasil-hasil supervisi. masalah sehingga siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran Supervisi klinis dilakukan supaya berbasis proyek (project based learning) kompetensi dan profesionalisme guru dapat merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat berkembang. Khususnya kompetensi pedagogi pada peserta didik (student centered) dan guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, menetapkan guru sebagai motivator dan strategi, metode dan model pembelajaran yang fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang mendidik secara kreatif dan variatif dalam mata bekerja secara otonom mengkontruksi pelajaran yang diampu (Permendiknas No. 16 belajarnya. (Ibnu Badar, 2014). tahun 2007). Salah satunya yaitu model Problem Based Learning (PBL). Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Sementara itu Hosnan (2014:321) Supervisi akademik kaitannya dengan berpendapat bahwa PBL merupakan strategi kemampuan dalam menyusun RPP berbasis pembelajaran yang menggunakan PBL dilakukan pada 64 guru. Namun dari 64 guru proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran tersebut sebanyak 18 guru perlu mendapatkan untuk mencapai kompetensi sikap, supervisi klinis karena masih banyak pengetahuan, dan keterampilan. permasalahan yang dihadapi terkait dengan kemampuannya dalam menyusun RPP berbasis Menurut Hosnan (2014:325) langkah- PBL. langkah PBL yaitu (1) menentukan tema/topik proyek, (2) merancang langkah-langkah Berdasarkan latar belakang di atas kegiatan penyelesaian proyek, (3) melakukan maka rumusan masalah dalam penelitian ini penjadwalan semua kegiatan yang telah adalah “Apakah kemampuan guru SMP Negeri 2 dirancangnya beserta jangka waktu yang Garut dalam membuat RPP berbasis PBL yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tahap merujuk pada kurikulum 2013 revisi, meningkat demi tahap, (4) menerapkan rancangan proyek setelah dilaksanakan model supervisi klinis? yang telah dibuat untuk menghasilkan sebuah Penelitian ini bertujuan meningkatkan produk atau menyelesaikan sebuah proyek, (5) kemampuan guru SMP Negeri 2 Garut dalam menyusun laporan dan presentasi/ publikasi membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada proyek, dan (6) mengevaluasi proses dan hasil kurikulum 2013 revisi proyek. Komponen-komponen RPP terdiri Karakteristik PBL menurut Zainal Aqib atas: identitas sekolah/nama satuan pendidikan; dan Ali Murtadlo (2016:160) yaitu: (1) centrality, identitas mata pelajaran; identitas (2) driving question, (3) contructive investigation, kelas/semester; materi pokok dan sub materi (4) autonya, dan (5) realisme pokok; alokasi waktu (termasuk jumlah pertemuan); kompetensi dasar (KD) yang sesuai Proyek merupakan pusat pembelajaran untuk model PBL; indikator; rumusan tujuan sehingga siswa memiliki pengalaman belajar pembelajaran berdasarkan KD/indikator, materi yang memadai. Pengalaman belajar itu diawali pelajaran memuat fakta relevan dengan dari sebuah permasalahan yang mengarahkan indikator; materi pelajaran memuat konsep peserta didik untuk mencari solusi dengan relevan dengan indikator; materi pelajaran konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang memuat prinsip relevan dengan indikator; materi sesuai. Selain siswa mengalami sendiri dalam pelajaran memuat prosedur relevan dengan belajar, siswa juga akan mampu membangun indikator; metode pembelajaran sesuai dengan pengetahuannya sendiri berdasarkan tuntutan KD/ indikator/tujuan; metode pengalaman tersebut. Melalui investigasi sendiri, pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa; siswa akan mampu menghasilkan media pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang indikator/tujuan; sumber belajar sesuai dengan dibangun dari pengalaman sendiri biasanya tuntutan KD/ indikator/tujuan; langkah-langkah akan relatif kuat diingat dan dipahami oleh siswa. pembelajaran melalui tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup; langkah - langkah PBL menuntut siswa sebagai subjek pem-belajaran memuat sintak/ langkah-langkah dalam pembelajaran. Siswa sebagai problem model PBL (orientasi siswa kepada masalah, solver dari masalah yang di bahas. Kegiatan mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa dalam pembelajaran difokuskan pada membimbing penye-lidikan individual dan pekerjaan yang serupa dengan situasi yang kelompok, mengembangkan dan menyajikan sebenarnya. Hal ini agar pembelajaran yang hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi dilakukan benar-benar bagi siswa dalam proses pemecahan masalah; langkah-langkah menghadapi kehidupan yang sebenarnya di pem-belajaran mengembangkan ranah sikap, masyarakat. pengetahuan, dan keterampilan; dan penilaian sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru di SMP Negeri 2 Garut dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi, melalui supervisi akademik menggunakan model supervisi klinis. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

METODE PENELITIAN Tahapan refleksi pada sikulus I meliputi (1) Metode penelitian yang digunakan yaitu peneliti menentukan refleksi kepada setiap deskriptif analitis melalui Penelitian Tindakan kelompok tentang kendala yang menyebabkan Sekolah (PTS). PTS merupakan penelitian untuk beberapa guru belum terampil membuat RPP memecahkan masalah praktis ke-pengawasan berbasis PBL dan solusinya, (2) peneliti, di suatu sekolah, khususnya pengawasan pengawas, dan observer membahas hasil akademik melalui beberapa siklus, mengunakan pembinaan siklus I, dan (3) menentukan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc rekomendasi tindakan pada siklus II. Taggart yang dimodifikasi (Sukidin dkk, 2002). Tahapan perencanaan pada siklus II meliputi Tahapan PTS yang dilaksanakan yaitu (1) menyusun rencana pembinaan siklus 2 merencanakan pembinaan setiap siklus, berdasarkan hasil refleksi siklus 1, (2) menyusun pelaksanan pembinaan setiap siklus, observasi pedoman observasi aktivitas guru, (3) menyusun pelaksanaan dan refleksi. Pembinaan setiap daftar chek aktivitas guru, (4) menyusun format siklus, yang dilakukan dari siklus I sampai siklus observasi aktivitas guru, (5) menyusun format II dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi observasi pembinaan, dan (6) menyusun format kemampuan guru pada siklus terakhir tuntas. diskusi balikan. Setiap siklus dilakukan selama dua kali Tahapan pelaksanaan pada siklus 2 meliputi pertemuan. Indikator ketuntasan apabila telah (1) menjelaskan tujuan workshop, (2) melakukan mencapai 85% subjek yang daya serapnya refleksi/ reviu/ evaluasi hasil siklus I, (3) ≥70 % (Depdikbud RI, 1994, dalam Sukidin, melakukan diskusi tentang skenario kegiatan 2002). workshop, (4) salah seorang guru Strategi/metode kerja/teknik pembinaan mepresentasikan langkah-langkah membuat yang digunakan dari siklus I sampai siklus II RPP berbasis PBL, (5) guru lain menanggapinya, menggunakan model supervisi klinis. Pada (6) tanya jawab yang mendalam, serta siklus I menggunakan observasi - refleksi- melakukan penguatan langkah-langkah rekomendasi, studi dokumentasi, angket, dan membuat RPP berbasis PBL, dan (7) guru FGD. Pada siklus II menggunakan observasi - melaksanakan FGD dengan guru lain pada refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, kelompok mata pelajaran yang sama untuk FGD, dan presentasi produk RPP. merumuskan langkah-langkah membuat RPP Tahapan yang dilakukan pada siklus I dan II berbasis PBL. yaitu menyusun perencanaan, melakukan Tahapan refleksi pada sikulus II meliputi (1) tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan mengevaluasi tingkat kemajuan guru dalam perencanaan pada siklus I meliputi (1) menyusun membuat RPP berbasis PBL, (2) menentukan rencana pembinaan siklus I, (2) menyusun rekomendasi serta menyepakati agenda untuk pedoman observasi aktivitas guru, (3) daftar melihat tindak lanjut dari program, (3) chek aktivitas guru, (4) menyusun format melaksanakan penguatan dan pemberian observasi aktivitas guru, (5) menyusun format motivasi kepada guru untuk memanfaatkan observasi pembinaan, dan (6) menyusun format fasilitas yang ada di sekolah terutama internet, diskusi balikan. untuk mencari tentang uraian yang lengkap serta Tahapan pelaksanaan pada siklus I meliputi langkah-langkah model PBL (1) peneliti menjelaskan hakikat pembelajaran Secara garis besar, prosedur siklus berbasis masalah, (2) peneliti menugaskan dilakukan melalui kegiatan perencanaan (plan), kepada guru untuk melakukan Focused Group tindakan (act), observasi (observe) dan refleksi Discussion (FGD) tentang PBL, (reflect). Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Subyek penelitiannya yaitu guru-guru di Tabel 1 Aktivitas Guru Pada Siklus 1 SMP Negeri 2 Garut berjumlah 18 orang dari 64 guru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 7 Januari – 8 Februari 2020. Prosedur pengembangan model siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 1 berikut ini. Bagan 1 Model Siklus Tabel 1 menggambarkan bahwa (Kemmis dan Mc Taggart, 1988) kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis PBL relatif perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan Instrumen yang digunakan untuk karena sebagian besar guru selalu membuat memperoleh data dalam penelitian ini yaitu (1) RPP berbasis metode ceramah, sehingga untuk rencana pelaksanaan pembinaan, (2) pedoman memulai membuat RPP menggunakan model observasi aktivitas guru, (3) daftar cek aktivitas pembelajaran lain yang inovatif/PBL, relatif guru, (4) format observasi aktivitas guru, dan (5) belum terbiasa. Membuat instrumen format observasi pembinaan, dan format diskusi pembelajaran berbasis PBL, mulai dari membuat balikan. angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, HASIL DAN PEMBAHASAN dan membuat format observasi aktivitas siswa Guru yang melakukan aktivitas guru belum terbiasa. membuat RPP berbasis PBL dengan benar, Kemampuan guru dalam membuat berjumlah 12 orang (66.67%), terampil membuat RPP berbasis PBL yang sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis PBL sebanyak 12 orang Permendikbud No. 22 Tahun 2016, tentang (66.67%), terampil membuat angket respon Standar Proses pada siklus I, dapat dilihat pada siswa sebanyak 13 orang (72.22%), terampil grafik 2 di bawah ini membuat pedoman observasi aktivitas siswa berbasis PBL sebanyak 13 orang (72.22%), Grafik 2 Jumlah Komponen RPP Berbasis PBL yang terampil membuat daftar check berbasis PBL Dipenuhi oleh Guru (dari Total 20 Komponen RPP sebanyak 14 orang (77.78%), dan terampil yang Sesuai dengan Tuntutan) membuat format observasi aktivitas siswa berbasis PBL sebanyak 14 orang (77.78%). Aktivitas guru pada siklus I, dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Data pada grafik 2 menunjukkan bahwa jumlah Proses pembinaan pada siklus II telah komponen terkecil RPP berbasis PBL yang memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas dipenuhi guru, dari total 20 komponen RPP yang guru dibanding pada siklus I, mulai dari membuat sesuai dengan tuntutan Permendikbud No. 22 RPP untuk setiap siklus, membuat penilaian Tahun 2016, pada Siklus I sebanyak 11 untuk setiap siklus, membuat angket respon komponen (55.00%) dilakukan oleh dua orang siswa, membuat pedoman observasi aktivitas guru (11.11%). Sedangkan jumlah komponen siswa, membuat daftar check, membuat format terbanyak yang dipenuhi guru sebanyak 16 observasi aktivitas siswa, membuat format komponen (80.00%) dilakukan oleh tiga orang observasi pelaksanaan model pem-belajaran guru (16.67%). Rata-rata jumlah komponen yang oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi dipenuhi guru sebanyak 14 komponen (70.00%) balikan. dengan daya serap klasikal sebesar 61.11%. Aktifitas guru selama pembinaan pada siklus II dapat dilihat dari Tabel 2 di bawah ini. Pada siklus I menunjukkan berbagai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu Tabel 2 Aktivitas guru pada Siklus II peneliti mulai menerapkan langkah - langkah pem-binaan sesuai dengan rencana pembinaan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa guru yang siklus I yang telah dibuat peneliti, guru sangat melakukan aktivitas membuat RPP berbasis PBL antusias meningkatkan kemampuannya dalam dengan benar, berjumlah 14 orang (77.78%), membuat RPP berbasis PBL. terampil membuat penilaian berbasis PBL sebanyak 15 orang (83.33%), terampil membuat Kekurangan yang ada pada pelaksanaan angket respon siswa sebanyak 16 orang siklus 1 di antaranya: (88.89%), terampil membuat pedoman observasi aktivitas siswa berbasis PBL sebanyak 16 orang 1. Pemberian motivasi dan apresiasi pada (88.89%), terampil membuat daftar check saat akan melakukan pembinaan oleh berbasis PBL sebanyak 17 orang (94.44%), dan peneliti masih harus ditingkatkan. terampil membuat format observasi aktivitas siswa berbasis PBL sebanyak 17 orang 2. Pada saat melaksanakan pembinaan, (94.44%). peneliti masih dominan di barisan paling depan, serta kurang intensif melakukan pem-binaan yang komunikatif dengan guru, terutama pada saat guru mengalami kesulitan dalam membuat RPP. 3. Peneliti kurang mengeksplore potensi guru untuk mengem-bangkan kemampuannya dalam membuat RPP berbasis PBL, dengan menugaskan guru mencari di berbagai sumber yang relevan. Berdasarkan kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus 1, maka pelaksanaan pembinaan pada siklus II, perlu memperhatikan perbaikan-perbaikan sebagai berikut. 1. Peneliti memberikan motivasi dan apresiasi pada saat akan melakukan pembinaan. 2. Peneliti pada saat melaksanakan pembinaan secara intensif dan komunikatif, dengan mendatangi setiap guru yang mengalami kesulitan, terutama pada saat menguasai teori belajar, khususnya dalam membuat RPP berbasis PBL. 3. Peneliti mengeksplor potensi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat RPP berbasis PBL Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Tabel 2 di atas menggambarkan bahwa ke- Kegiatan pembinaan dari siklus I mampuan guru dalam dalam membuat RPP sampai siklus II, skor guru menunjukkan adanya berbasis PBL sudah menunjukkan peningkatan peningkatan. Peningkatan itu menunjukkan dibanding pada siklus I, yaitu skor aktivitas bahwa setiap guru telah melaksanakan dan minimal sudah diatas 70.00% yaitu paling kecil mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan 77.78%. pembinaan, serta menunjukkan bahwa hampir semua guru berperan aktif mengikuti setiap sesi Kemampuan guru dalam membuat pembinaan yang dilakukan oleh peneliti. Selain RPP berbasis PBL yang sesuai dengan tuntutan itu, proses bimbingan dan arahan selama Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan sudah Standar Proses pada siklus II, dapat dilihat pada diupayakan efektif, efisien dan intensif. Sehingga grafik 4 di bawah ini. guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembinaan. Sehingga Grafik 4 pada saat dilaksanakan pengukuran Jumlah komponen RPP berbasis PBL yang Dipenuhi kemampuan dan keterampilan guru dalam dalam membuat RPP berbasis PBL, pada siklus oleh Guru (dari total 20 komponen RPP) II, daya serap klasikal sudah diatas 85%. Data tersebut menjadi indikator siklus II ini mengakhiri Data pada grafik 4 menunjukkan bahwa penelitian tindakan sekolah, kegiatan pembinaan jumlah komponen terkecil RPP berbasis PBL pada guru melalui penggunaan model supervisi yang dipenuhi guru, dari total 20 komponen RPP klinis. yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No. 22 Tahun 2016,pada Siklus II sebanyak 13 Selama proses pembinaan mulai dari komponen (65.00%) dilakukan oleh dua orang siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha guru (11.11%). Sedangkan jumlah komponen melaksanakan bimbingan serta arahan secara terbanyak yang dipenuhi guru sebanyak 18 adil, dan menyeluruh pada setiap guru, supaya komponen (90.00%) dilakukan oleh tujuh orang setiap guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap guru (38.89%). Rata-rata jumlah komponen yang sesi pembinaan, mulai dari membuat RPP dipenuhi guru sebanyak 17 komponen berbasis PBL untuk setiap siklus, membuat (85.00%), dengan daya serap klasikal sebesar penilaian untuk setiap siklus, membuat angket 88.89%. Indikator daya serap klasikal sudah respon siswa, membuat pedoman observasi diatas 85,00% dengan nilai minimal 70,00, maka aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat siklus II ini mengakhiri penelitian tindakan format observasi aktivitas siswa,membuat format sekolah proses pembinaan pada guru melalui observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh supervisi klinis. guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan. Kegiatan pembinaan dari siklus I sampai siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas Hasil penelitian ini sejalan dengan guru semakin aktif, serta antusias mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih setiap sesi pembinaan. Hampir semua guru (2020) bahwa supervisi klinis yang dilakukan berperan aktif mulai dari membuat RPP berbasis kepala sekolah bersama pengawas pembina PBL untuk setiap siklus, membuat penilaian berpengaruh pada peningkatan guru dalam berbasis PBL untuk setiap siklus, membuat menyusun RPP berbasis PBL. Kemampuan guru angket respon siswa, membuat pedoman dalam menyusun RPP berbasis PBL baik pada observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, siklus pertama dan kedua mengalami dan membuat format observasi aktivitas siswa. peningkatan setelah dilakukan supervisi klinis Walaupun pada awalnya banyak yang belum oleh kepala sekolah dan pengawas pembina. terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan Hasil penelitian Mulyaningsih pada siklus kemajuan yang sangat pesat pertama sebanyak 66% guru dan pada siklus kedua 100% guru sudah mampu menyusun RPP berbasis PBL. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

KESIMPULAN Carson, J. 2007. “A Problem with problem based Hasil pembinaan pada siklus I, learning: Teaching Thinking without Te a c h i n g K n o w l e d g e ” . T h e menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam Mathematics Educator, 17 (2), 7-14. membuat RPP berbasis PBL, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, Dogru, M. 2008. The application of problem membuat pedoman observasi aktivitas siswa, based learning on science teacher membuat daftar check, membuat format traineer on solution of environmental observasi aktivitas siswa, membuat format problems. Journal of Environmental & observasi pelaksanaan model pembelajaran Science Education, 3 (1), p. 9-18. oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan belum memuaskan. Glickman, C. D., et al. 2007. Supervision of instruction: A developmental approach. Hasil envinan pada siclos II, Needham Heights. MA: Allyn and menunjukkan vahea aktivitas guru mulai dari Bacon. membuat RPP berbasis PBL, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, Hosnan, M. 2014. Pendekatan saintifik dan membuat pedoman observasi aktivitas siswa, kontekstual dalam pembelajaran abad membuat daftar check, membuat format 21: Kunci sukses implementasi observasi aktivitas siswa, membuat format kurikulum 2013. Bogor: Penerbit Ghalia observasi pelaksanaan model pembelajaran Indonesia. oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan sudah meningkat dan lebih baik Kemmis, S. & Mc. Taggart, R. 1988. The Action dibanding siklus I. Siklus II ini mengakhiri Research Planner. Victoria: Deakin penelitian tindakan sekolah, proses pembinaan University Press. pada guru menggunakan model supervisi klinis melalui observasi-refleksi-rekomendasi, studi Mulyaningsih,Y. “Supervisi Klinis Untuk dokumen-tasi angket, FGD, dan presentasi Meningkatkan Kompetensi Guru produk RPP, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 70.00% dan skor guru minimal SD Dalam Menyusun Rpp”. Jurnal Kajian 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 88.89%. Penelitan dan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4, No.2a (April 2020): DAFTAR PUSTAKA 521-534. Aqib, Zainal dan Murtadlo, Ali. 2016. Kumpulan Salpeter. 2001. Century skill: Have Student Metode Pembelajaran Kreatif dan R e a d y. [ O n l i n e ] . Te r s e d i a : Inovatif. Bandung: Satu Nusa. http://www.21st Centuryskill.org. [19 September 2008] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Savoi, J. M. & Hughes, A. S. 1994. Problem Rineka Cipta. based learning as classroom solution. Journal Educational Leadership, 54-57. Allen et al. 1996. The power of of problem-based learning in teaching introductory Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan science courses. New Direction for Kontekstual. Jakarta: Rieneka Cipta. Teaching and Learning,(68), p. 43-51 Tan, O. S. 2003. Problem based learning Azer et al. 2013. Introducing integrated Innovation: Using Problems to Power laboratory classes in a PBL curriculum: Learning in the 21st century. Singapore: impact on student's learning and Thomson Learning. satisfaction. BMC Medical Education (13) no.71 Wood, D. 2005. Problem based learning especiallyin the contex to flarge classes. Barret, T. 2005. Understanding Problem Based [Online]. Tersedia: [12 Maret 2008]. Learning. [online].Tersedia : http:// [22 – 03 -2007] Barrett, T. 2005a. Understanding problem based learning. [online]. Tersedia :http://www. nuigalway. ie/celt/PBPM book Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMA NEGERI 2 BANJAR Mohamad Toha SMA Negeri 2 Banjar ABSTRAK Pencapaian hasil belajar peserta didik ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah bagaimana guru mengemas pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot, namun impelementasi di kelas tidak mudah bagi guru, hasil pengamatan pembelajaran selama tahun pelajaran 2021-2022 menunjukkan 80 siswa dari 155 siswa atau sebesar 52% siswa tidak aktif dalam menyimak penjelasan guru, mencatat, bertanya dan menjawab pertanyaan guru, serta berdiskusi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam melalui penelitian tindakan kelas dengan tindakan berupa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dari Slavin. Model pembelajaran ini dipilih karena dapat mendorong siswa belajar aktif, selain itu siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok heterogen untuk saling berbagi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitiannya ini adalah metode penelitian aplikatif yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah untuk 1).Mengetahui Pengaruh Peningkatan Aktivitas Siswa dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD; 2).Mengetahui implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada materi hukum dan peradilan internasional. Hal ini didasarkan prosentase siswa dalam proses pembelajaran setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menunjukkan adanya peningkatan pada siswa yang cukup aktif dari 35 % menjadi 45% dan siswa yang aktif. dari 13% menjadi 26%. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat dijadikan sebagai variasi model pembelajaran , namun harus disesuaikan dengan karakteristik materi yangakan dipelajari. Kata Kunci: Cooperative Learning, Tipe STAD,Aktivitas Pendahuluan tahun pelajaran 2021-2022 menunjukkan 80 Pembelajaran Abad 21 merupakan siswa dari 155 siswa atau sebesar 52% siswa tidak aktif dalam menyimak penjelasan guru, pembelajaran yang mengintegrasikan mencatat, bertanya dan menjawab pertanyaan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, guru, serta berdiskusi keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Pembelajaran yang dapat Menyikapi pendapat di atas, menstimulasi siswa memiliki keterampilan abad keterlibatan siswa dalam proses belajar 21 yakni pembelajaran aktif, kreatif, inovatif mengajar menjadi lebih besar dan akan mengoptimalkan potensi siswa. Guna mengalami perpindahan dari teacher centered mewujudkan pembelajaran tersebut guru menuju ke student centered. Hal ini diharapkan memiliki peran besar dan strategis. Hal ini karena dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, gurulah yang berada di barisan terdepan dalam inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang dan berbobot yang merupakan dambaan setiap langsung berhadapan dengan peserta didik model pembelajaran. Meskipun demikian, guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan memegang peranan yang sangat menentukan teknologi, sekaligus mendidik dengan nilai-nilai keberhasilan pembelajaran di kelas. positif melalui bimbingan dan keteladanan. Guru harus mempersiapkan dengan Kondisi riil yang ditemui saat ini baik tentang apa yang akan dilakukannya dalam khususnya di SMAN 2 Banjar pada mata kegiatan belajar mengajar di kelas. Kompetensii pelajaran PKn menunjukkan tidak semua siswa seorang guru menjadi sesuatu yang sangat dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. selama penting, karena apa yang harus dilakukannya Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

tidaklah mudah. Menghadapi beragam siswa Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan beragam latar belakang dan karakternya Tipe STAD di dalam kelas menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting dalam memilih perangkat Falsafah yang mendasari model pembelajaran. pembelajaran Cooperative Learning Group adalah falsafah homo homini socius yang Sejalan dengan latar belakang di atas, menekankan bahwa manusia sebagai mahluk fenomena yang muncul pada saat pembelajaran, sosial yang saling bekerja sama dan saling siswa hanya menjadi objek yang cenderung membutuhkan antara satu dengan yang lain. pasif. Banyak siswa yang dalam mengikuti Begitu juga dengan mata pelajaran PPKn yang proses pembelajaran kurang semangat, malas menerapkan Cooperative Learning STAD dalam dan kurang merespon dengan apa yang di model mengajarnya sebagian besar termasuk sampaikan oleh guru. Kondisi seperti ini jauh dari dalam aliran belajar humanistik dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, beberapa tambahan ciri dari aliran belajar yang menyenangkan, gembira dan berbobot. Hal ini lain, misalnya guru tetap mengarahkan dan harus menjadi perhatian guru untuk mencari membimbing siswa dalam belajar. Model solusi dalam menentukan model pembelajaran. Cooperative Learning STAD menitik beratkan pada kerjasama dalam satu kelompok untuk Salah satu model pembelajaran yang memecahkan masalah secara bersama-sama. diprediksi dapat mengatasi fenomena di atas adalah Cooperative Learning Tipe STAD, yang Pembelajaran yang menggunakan memiliki kelebihan sebagai berikut:(1) saling model kooperatif pada umumnya memiliki ciri-ciri ketergantungan yang positif. (2) adanya sebagai berikut: (1) Siswa bekerja dalam pengakuan dalam merespon individu. (3) siswa kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan materi belajarnya; (2) Kelompok dibentuk dari kelas. (4) suasana kelas yang rileks dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, menyenangkan. (5) terjalinnya hubungan yang dan rendah; (3) Bilamana mungkin,anggota hangat dan bersahabat antara siswa dengan kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis guru. (6) memiliki banyak kesempatan untuk kelamin berbeda-beda; (4) Penghargaan lebih mengekspresikan pengalaman emosi yang berorientasi kelompok dari pada individu. menyenangkan. Model kooperatif tipe STAD diharapkan Model ini diharapkan dapat memotivasi dapat memberikan efek penting terhadap peserta didik untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran siswa. Efek penting yang pertama, mengikuti pembelajaran dengan konsep learning pembelajaran kooperatif bertujuan untuk by doing. meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian Langkah-langkah utama di dalam ini adalah : pelajaran yang menggunakan pembelajaran 1. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa kooperatif adalah pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi dengan model pembelajaran cooperative siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti oleh learning tipe STAD? penyajian informasi, seringkali dengan bahan 2. Bagaimana implementasi Model Pem- bacaan secara verbal. Selanjutnya siswa belajaran Cooperative Learning tipe dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap STAD? penyelesaian tugas dilakukan secara bersama . Tahap terakhir pembelajaran kooperatif meliputi Tujuan penelitian ini adalah untuk presentasi hasil akhir kerja kelompok atau mengetahui peningkatan aktifitas Siswa dengan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari model pembelajaran cooperative learning tipe dan memberikan penghargaan terhadap usaha- STAD, untuk mengetahui bagaimana usaha kelompok maupun individu. implementasi model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Cooperative Learning Group karena semua bertanggung jawab atas mencakup suatu kelompok kecil (4 sampai 5 anggotanya, mereka bekerja sebagai sebuah siswa) yang bekerja sebagai sebuah tim untuk tim, yang harus menyumbangkan apa yang menyelesaikan sebuah masalah, terbaik bagi diri mereka dan bagi kelompoknya, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sehingga dalam hal ini nilai individu sangat sesuatu untuk mencapai tujuan bersama berpengaruh terhadap nilai kelompok. Begitu lainnya. Kelompok kecil siswa tersebut harus pula antar siswa, saling menghargai pendapat memenuhi: (1) Para siswa yang tergabung teman, bagaimana memperlakukan teman, dalam kelompok merasa sebagai sebuah tim kekompakan dan penerimaan siswa yang satu yang mempunyai tujuan bersama yang harus pada siswa yang lain. dicapai; (2) Penyelesaian masalah dalam kelompok adalah tanggungjawab kelompok Setelah berangkat pada kondisi yang yang berhasil atau tidaknya merupakan sama dan setelah presentasi dalam kelas serta tanggungjawab kelompok; (3) Seluruh anggota belajar dalam kelompoknya maka siswa diberi kelompok harus berdiskusi untuk menyelesaikan kuis atau evaluasi individual yang berguna untuk masalah yang dihadapi. mengukur sejauh mana hasil belajarnya. Siswa tidak diperkenankan saling membantu dalam Beberapa model pembelajaran kuis ini. Cooperative Learning yang dikembangkan oleh para ahli adalah STAD dan Jigsaw. Inti dari Tujuan diberikannya nilai perbaikan model STAD (Student Team Achievement individu ini adalah sebagai penghargaan bagi Division) antara lain guru menyampaikan suatu siswa yang telah belajar keras sehingga terjadi materi, kemudian para siswa bergabung dalam perbaikan pada nilai individunya, maksudnya kelompoknya yang terdiri atas empat sampai diberikan kepada siswa yang benar-benar lima orang untuk menyelesaikan soal- soal yang berhasil dalam menjalani pembelajaran ini diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka sehingga terjadi kenaikan nilai dari perolehan menyerahkan pekerjaannya secara tunggal nilai sebelumnya. Penghargaan terhadap untuk setiap kelompok kepada guru. kelompok yang mempunyai prestasi di atas rata- rata kelompok yang lain untuk membangun Di dalam model pembelajaran motivasi bekerjasama dan memotivasi siswa. Cooperative Learning Type STAD ini memuat 5 Perlengkapan dalam model pembelajaran Cooperative Learning Type STAD komponen utama yang harus dipenuhi, antara ini antara lain: (1) Materi pelajaran dari kurikulum yang ada; (2) Pembagian siswa menjadi lain: (1) Presentasi Materi dalam Kelas (Class kelompok-kelompok yang heterogen; (3)Sistem penilaian yang baik dan kerjasama kelompok. Presentation); (2) Kelompok-kelompok (Teams); Sedangkan rencana tindakan yang (3) Kuis (Quizzes); (4) Nilai Perbaikan Individu dibuat berupa sebuah siklus (regular crycle) yang meliputi: (1) Pengajaran (teach) baik pengajaran (Individual Improvement Scores); (5) yang diberikan guru maupun pengajaran yang disampaikan oleh temannya; (2) Belajar Penghargaan terhadap kelompok (Team kelompok (team study) yang tidak sekedar kelompok tapi lebih kepada memperhatikan Recognition). penyusunan komposisi siswa yang heterogen yang dikondisikan agar di dalamnya dapat terjadi Kelompok siswa terdiri dari 4 sampai 5 hubungan positif baik berupa diskusi, saling memberikan pendapatnya, membandingkan yang dipilih langsung oleh guru dengan jawaban ataupun sampai pada mengajarkan materi kepada temannya yang belum dikuasai; memperhatikan heterogenitas siswanya, dari (3) Tes (tes) yang berguna untuk mengetahui perkembangan proses belajar di setiap siswa yang mempunyai kemampuan kurang, pertemuan dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan; dan (4) Penghargaan terhadap sedang, dan siswa yang mempunyai kelompok (team recognition) yang kemampuan tinggi. Sebelumnya guru harus menjelaskan aturan main dalam belajar kelompoknya. Fungsi utama dibentuknya kelompok ini adalah untuk membuat semua siswa aktif belajar, sehingga pengelolaan kelompok harus ada. Pembelajaran dapat berupa diskusi, pembelajaran teman sebaya atau membandingkan antar jawaban sehingga kesalahpahaman ataupun kesalahan dalam pengerjaan soal dapat diminimalisir. Selama di dalam kelompok ini tidak berlaku sikap individualisme atau mementingkan pribadi, karena semua bertanggung jawab atas anggotanya, mereka bekerja sebagai sebuah Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

memberikan pengakuan yang lebih atas prestasi guru sebagai pelaksana intervensi tindakan secara kelompok sebagaimana keunggulan mengacu pada program yang telah dipersiapkan yang telah mereka hasilkan. dan disepakati bersama. Peneliti yang akanmengubah atau melaksanakan perbaikan Pembelajaran koopertif tipe STAD ( atas metode tindakan kelas, perlu adaalasan Student Teams Achievement Division) mendasar dan ada kesepakatan bersama. mempunyai beberapa karakteristik yaitu: (1) menyampaikan materi pelajaran (2) membagi Pengamatan (Observing) siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5 siswa (3) menjelaskan Observasi adalah kegiatan pe- langkah-langkah kerja kelompok ngamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai (4) membimbing siswa dalam kerja sasaran (Arikunto,2009:127). Data-data apa saja kelompok.(5) menugasi siswa melaporkan hasil yang perlu dikumpulkan, data kuantitatif tentang kerja kelompok (6) membimbing siswa kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif (minat menyimpulkan pembelajaran. atau suasana kelas) perlu di kumpulkan. Pada langkah ini, peneliti menguraikan jenis-jenis data Metode Penelitian yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri alat koleksi data (angket/ wawancara/ observasi, dan lain-lain) tentang fenomena kelas yang 2 Banjar yang terletak diJalan KH. Muhamad dibuat siswa dan guru merupakan informasi yang Sanusi Kecamatan Langensari Kota Banjar berharga. Jawa Barat, di kelas XI IPA2 yang berjumlah 31 siswa. Pengambilan subjek penelitian Refleksi (Reflecting) didasarkan atas hasil observasi awal karena Reflection adalah kegiatan mengulas pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah, kurang adanya variasi dalam secara kritis (reflective) tentang perubahan yang kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga siswa terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) lebih pasif di dalam pembelajaran dikelas. guru (Arikunto, 2009:133). Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah di Desain Penelitian lakukan dan menjawab pertanyaan mengapa Penelitian ini merupakan penelitian (why), bagaimana (how), danseberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan tindakan kelas (PTK) yang terdiri beberapa perubahan secara signifikan. siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yang harus dilalui, yakni Perencanaan, Rancangan Penelitian Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi (Arikunto, Penelitian ini dilakukan untuk 2009:16). mengetahui penerapan model pembelajaran Perencanaan (Planning) STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa Dalam tahap perencanaan peneliti sehinnga peneliti menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya menjelaskan tentang apa, mengapa,kapan, diawali dengan melaksanakan siklus I. Apabila dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan pada pelaksanaan siklus I belum mem- tersebut dilakukan. Kegiatanplanning antara lain perlihatkan peningkatan aktivitas belajar, maka sebagai berikut. (1) identifikasi masalah, (2) dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II perumusanmasalah dan analisis penyebab dan begitu seterusnya. Jadi tidak dapat masalah, dan (3) pengembangan intervensi ditetapkan dengan pasti berapa kali siklus (action/solution). tersebut dilaksanakan, karena penggunaan siklus harus sesuai dengan tujuan pembelajaran Pelaksanaan (Acting) dan kebutuhan dari proses pembelajaran Action (intervensi) dalam penelitian ini dilakukan tersebut. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan untuk memperbaikimasalah yang terjadi dalam dan satu kali kegiatan tatap muka adalah dua jam pembelajaran. Pada saat pelaksanaan acting, pelajaran. guru ataupeneliti harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga merekamenjadi agent of change bagi diri dan kelas (Arikunto, 2009:126). Selamamelaksanakan tindakan, Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Ket. 1. 75%< Skor < 100 (Sangat Baik) Penelitian tindakan kelas dengan 2. 50%< Skor <75 ( Baik) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe 3. 25% <Skor< 50 ( Cukup) STAD ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Banjar 4.0< skor < 24% ( Rendah) pada bulan maret hingga bulan April.. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui tahapan Dengan analisis tersebut maka siklus I dan siklus II, setiap siklus dilaksanakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 STAD diharapkan mampu meningkatkan hasil jam pelajaran, setiap jam pelajarannya terdiri belajar siswa. atas 45 menit. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan non tes. Hasil tes berupa hasil belajar Hasil Penelitian Siklus I siswa pada mata pelajaran PPKn Materi Hukum Siklus I dilakukan dalam dua kali dan Peradilan Internasional melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil pertemuan selama 4 jam pelajaran (4 x45 menit), penilaian non tes berupa akivitas siswa melalui diikuti oleh 31 siswa kelas XI IPA 2. Kegiatan yang hasil observasi selama proses pembelajaran. dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut. Kondisi Awal Siswa Perencanaan Pada tahap ini dimulai dengan Kondisi awal siswa adalah kondisi siswa sebelum sikus atau sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakannya tindakan kelas dengan (RPP) dengan materi Materi Hukum dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Peradilan Internasional kemudian menyiapkan STAD. Kondisi awal siswa diperoleh dari data prasarana yang diperlukan dalam kegiatan aktivitas pembelajaran terakhir pada mata pembelajaran, menyiapkan tema investigasi pelajaran PPKn yang menggunakan metode yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran ceramah. Hasil pengamatan aktivitas awal STAD, menyiapkan lembar observasi keaktifan sebelum penerapan model pembelajaran STAD siswa saat penerapan model pembelajaran ini dibutuhkan untuk mengetahui tingkat aktivitas kooperatif tipe STAD dilaksanakan untuk siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan mengetahui keaktifan siswa dalam siklus I untuk kelas, serta sebagai acuan refleksi awal untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. menentukan perencanaan tindakan kelas. Pelaksanaan Hasil belajar siswa menunjukkan 1. Fase I (Penyajian Kelas) bahwa pembelajaran yang dilakukan masih belum efektif. Hasil pengamatan yang sudah Dalam fase ini, guru: dilakukan menunjukkan bahwa siswa hanya - Menyampaikan presentasi mengenai garis menerima materi saja, siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. besar materi yang akan dipelajari - Menyampaikan tujuan pembelajaran Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan yang ditunjukkan dalam table materi tersebut berikut; - Menyampaikan skenario pembelajaran Tabel 1.1. Indikator Aktif Belajar Cooperative Learning Tipe STAD Tujuan yang diharapkan dari fase ini adalah: - Siswa mengetahui materi apa yang akan dipelajari - Siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran materi tersebut 90 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

- Siswa mengetahui bagaimana cara Tujuan dari fase ini adalah : mereka mempelajari materi tersebut Alat - Menghargai kinerja siswa pendukung yang digunakan dalam fase ini - Memotivasi siswa dalam proses adalah projektor (infocus) pembelajaran 2. Fase II (Belajar Kelompok) 5. Penentuan Materi Pembelajaran Dalam fase ini, guru: Materi yang akan dibahas adalah tentang - Mengelompokkan siswa, masing-masing Hukum dan peradilan internasional. Materi ini dipilih karena dipandang menarik untuk kelompok berjumlah 6 - 7 orang.Jumlah didiskusikan. Materi ini dipelajari di kelas XI siswa dalam kelas tersebut 31 orang, IPA 2.semester genap. Beberapa materi maka terbentuk 5 kelompok. Empat yang akan dibahas adalah: kelompok beranggotakan 6 orang dan satu kelompok 7 orang. Tiap kelompok - Pengertian hubungan internasional mempunyai anggota yang heterogen. - Sarana-sarana hubungan internasional - Memberikan lembar kerja akademik yang - Politik luar negeri Indonesia dalam berisi bahan materi yang harus dibahas. - Memberikan kesempatan kepada siswa menjalin hubungan internasional dalam masing-masing kelompok untuk - Peran Indonesia dalam menciptakan membahas materi masing-masing melalui diskusi antar sesama anggota perdamaian dunia melalui organisasi kelompoknya. internasional. - Memberikan kesempatan kepada perwakilan masing-masing kelompok 6. Penilaian untuk mempresentasikan hasil Adapun penilaian yang dilakukan oleh pembelajarannya. guru, adalah penilaian kelompok.. Adapun penilaian kelompok ditentukan ber- Tujuan yang diharapkan dari fase ini adalah: dasarkan rata-rata skor perhitungan yang - Siswa mampu membahas materi secara diperoleh anggotanya. mandiri antar sesama anggota 7. Penilaian Kelompok kelompoknya. Untuk memperoleh nilai kelompok, guru - Terjalin hubungan yang harmonis antar membuat rata-rata nilai perkembangan sesama anggota kelompok dalam seluruh anggota kelompok di dalam pembelajaran. kelompok tersebut. Adapun untuk - Mendorong siswa untuk belajar aktif untuk menentukan perolehan nilai kelompok semua siswa. digunakan tabel sebagai berikut: - Siswa dituntut untuk bertanggung jawab. Tabel 1.2.Perolehan Nilai Kelompok 3. Fase IV (Skor Perkembangan) Ilustrasi : Dalam fase ini, guru memberikan penilaian secara keseluruhan baik secara individu maupun kelompok. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa baik secara kelompok maupun secara individu. 4. Fase V (Penghargaan Kelompok) Dalam fase ini, guru: - Memberikan penghargaan kepada semua kelompok berdasarkan hasil penilaian terhadap hasil kerja kelompok - Memberikan motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Predikat Good Team, Graet Team dan dapat aktif dalam mengikuti pelajaran. Dari Super Team merupakan suatu penghargaan kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal bagi kelompok. yang dapat dicatat untuk perbaikanpada siklus selanjutnya antara lain :(1) Siswa masih belum Pengamatan terbiasa dengan model pembelajaran Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam kooperatif tipe STAD sehingga siswa belum bisa sepenuhnya dapat melakukan kegiatan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. pembelajaran dengan baik. (2) Siswa masih Dalam pengamatan siklus I diperoleh hasil merasa malu dan belum berani untuk bertanya sebagai berikut : atau mengutarakan pendapatnya. (3) Pada waktu presentasi masih banyak siswa yang 1. Hasil observasi aktivitas siswa malu atau tidak berani untuk menjawab Hasil observasi aktivitas siswa selama pertanyaan.(4) Kondisi kelas masih ramai pada saat kerja kelompok dan presentasi kegiatan pembelajaran dengan meng- kelompok. gunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut ini Dengan demikian perlu diadakan siklus berikutnya yaitu siklus II dengan perbaikan Tabel 1.3 Aktivitas siswa siklus I atas kekurangan pada siklus I untuk meningkatkan lagi hasil belajarsiswa. Pada Berdasarkan tabel 4.3 tentang aktivitas siklus II guru perlu memaksimalkan proses siswa menunjukan bahwa dalam pembelajaran dengan cara memberikan pembelajaran siklus I sebagaian besar motivasi belajar dan stimulus kepada siswa aktivitas siswa masih kurang aktif. Siswa yang supaya berpartisipasi aktif dalam KBM, kurang aktif sebanyak 52% orang, cukup aktif memberikan sebuah hadiah ataupun nilai 35%orang, aktif 13% orang dan tidak ada tambah kepada siswa yang aktif diharapkan siswayang sangat aktif. dapat meningkatkan keaktifan siswa baik dalam tugas kelompok, diskusi dan saat 2. Refleksi berlangsungnya presentasi kelompok, Refleksi tindakan kelas siklus I sehingga KBM dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana untuk memperoleh dilaksanakan setelah berakhirnya pe- keaktifan belajar yang optimal. laksanaan siklus I. Refleksi ini mendiskusikan hasil pengamatan tindakan kelas yang telah 3. Hasil Penelitian Siklus II dilakukan pada siklus I, berdasarkan hasil Siklus II dilakukan dalam dua kali pengamatan Aktifitas yang dilakukan serta hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan pertemuan selama 4 jam pelajaran (4 x 45 pada siklus I bahwa proses pembelajaran menit) diikuti oleh 31 siswa kelas XI IPA 2. dengan penerapan model pembelajaran Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah kooperatif tipe STAD ke dalam materi Hukum sebagai berikut. dan Peradilan Internasional belum tercapai indikator keberhasilannya yakni aktifitas yang 1.Perencanaan diperoleh siswa yang cukup aktif 11(35%) Perencanaan dalam siklus II siswa sedang siswa yang aktif 4(13%) siswa didasarkan dari data refleksi siklus I. oleh karena itu masih diperlukan perbaikan Dengan kondisi siswa yang masih lagi pada siklus selanjutnya dalam komponen belum terbiasa dengan penggunaan siswa dan model pembelajaran agar siswa model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa masih malu dan kurang berani bertanya dan menyampaikan pendapat saat diskusi dan presentasi kelompok dilakukan. Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

lebih memperhatikan siswa yang kurang aktif anggotanya berbeda dengan pada saat dalam pembelajaran. siklus I. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen. Pada tahap perencanaan siklus II - Memberikan lembar kerja akademik ini dimulai dengan menyusun Rencana yang berisi bahan materi yang harus Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan dibahas. materi Hukum dan Peradilan Internasional - Memberikan kesempatan kepada siswa kemudian menyiapkan prasarana yang dalam masing-masing kelompok untuk diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, membahas materi masing-masing menyiapkan tema investigasi yang akan melalui diskusi antar sesama anggota dilaksanakan pada saat pembelajaran kelompoknya. STAD menyiapakan lembar observasi - Memberikan kesempatan kepada keaktifan siswa saat penerapan model perwakilan masing-masing kelompok pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mempresentasikan hasil dilaksanakan untuk mengetahui keaktifan pembelajarannya. siswa, dan menyiapkan soal tes evaluasi siklus II untuk mengetahui hasil belajar Tujuan yang diharapkan dari fase ini adalah: siswa. - Siswa mampu membahas materi secara Pelaksanaan mandiri antar sesama anggota 1. Fase I (Penyajian Kelas) kelompoknya. - Terjalin hubungan yang harmonis antar Dalam fase ini, guru: sesama anggota kelompok dalam - Menyampaikan presentasi mengenai pembelajaran. - Mendorong siswa untuk belajar aktif garis besar materi yang akan dipelajari untuk semua siswa. - Menyampaikan tujuan pembelajaran - Siswa dituntut untuk bertanggung jawab. materi tersebut - Menyampaikan skenario pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Tujuan yang diharapkan dari fase ini 3. Fase IV (Skor Perkembangan) adalah: - Siswa mengetahui materi apa yang akan Dalam fase ini, guru memberikan penilaian secara keseluruhan baik secara individu dipelajari maupun kelompok. Tujuannya adalah untuk - Siswa mengetahui tujuan dari mengetahui hasil belajar siswa baik secara kelompok maupun secara individu. pembelajaran materi tersebut - Siswa mengetahui bagaimana cara 4. Fase V (Penghargaan Kelompok) mereka mempelajari materi tersebut Alat pendukung yang digunakan dalam Dalam fase ini, guru: fase ini adalah projektor (infocus) - Memberikan penghargaan kepada 2. Fase II (Belajar Kelompok) semua kelompok berdasarkan hasil penilaian terhadap hasil kerja kelompok Dalam fase ini, guru: - Memberikan motivasi kepada siswa - Mengelompokkan siswa, masing- untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. masing kelompok berjumlah 6 - 7 orang.Jumlah siswa dalam kelas Tujuan dari fase ini adalah: proses tersebut 31 orang, maka terbentuk 5 - Menghargai kinerja siswa kelompok. Empat kelompok - Memotivasi siswa dalam beranggotakan 6 orang dan satu kelompok 7 orang. Pada siklus II setiap pembelajaran kelompok dipilih kembali sehingga 93 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

5. Penentuan Materi Pembelajaran Hasil diskusi kelompoknya dan berani Materi yang akan dibahas adalah berpendapat bila ada hasil diskusi yang berbeda antar kelompok Guru juga tentang Materi Hukum dan Peradilan memberikan rangsangan kepada siswa Internasional karena dipandang menarik berupa hadiah, penghargaan dan nilai tambah untuk didiskusikan. Materi ini dipelajari di pada siswa ataukelompok yang aktif dalam kelas XI IPA semester 2. Beberapa materi diskusi untuk meningkatkan keaktifan siswa. yang akan dibahas adalah : Dalam segala aspek aktivitas siswa sudah dikategorikan baik dan sudah tercapai - Pengertian hubungan internasional indikator keberhasilannya yakni aktivitas yang - Sarana-sarana hubungan internasional diperoleh siswa yang cukup aktif 14(45%) - Politik luar negeri Indonesia dalam siswa sedang siswa yang aktif 8(26%) siswa. menjalin hubungan internasional Pembahasan - Peran Indonesia dalam menciptakan Berdasarkan hasil penelitian menun- perdamaian dunia melalui organisasi jukkan bahwa model pembelajaran kooperatif internasional. tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar 6. Penilaian Kelompok siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri Banjar pada materi Hukum dan peradilan internasional. Hal Untuk memperoleh nilai kelompok, ini terbukti dengan adanya peningkatan guru membuat rata-rata nilai perkembangan pemahaman dan hasil belajar siswa. Hasil seluruh anggota kelompok di dalam kelompok penelitian menunjukkan adanya peningkatan tersebut. Adapun untuk menentukan hasil belajar siswa pada tiap siklus yang perolehan nilai kelompok digunakan seperti dilakukan. pada tabel 1.4 7. Pengamatan Pelaksanaan pembelajaran STAD pada siklus I sudah cukup baik, siswa sudah dapat Hasil pengamatan siklus II dicatat melaksanakan pembelajaran STAD dengan dalam lembar observasi yang sudah kelompok masing-masing,walaupun masih dipersiapkan. Dalam pengamatan siklus II ada sebagaian siswa yang belum bisa diperoleh hasil sebagai berikut : berpartisipasi penuh dengan kelompok STAD, ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa 1. Hasil observasi aktivitas siswa dan masih belum memahami dengan benar Hasil observasi aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif kegiatan pembelajaran dengan tipe STAD ini. Pembelajaran STAD pada sikus menggunakan model pembelajaran I masih kurang optimal dalam pelak- kooperatif tipe STAD dapat dilihat sanaannya,karena siswa masih malu- malu dalam tabel 1.4 berikut ini : ataupun tidak berani dalam bertanya jawab dan mengutarakan pendapatnya dalam Tabel 1.4. Aktivitas siswa siklus II diskusi atau presentasi kelompok yang dilaksanakan. Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa dalam pembelajaran siklus II ada Aktivitas siswa dalam pembelajaran peningkatan aktivitas siswa. Siswa yang STAD siklus I secara keseluruhan dapat kurang aktif sebanyak 29% orang, cukup aktif dikategorikan kurang aktif, dengan jumlah 45 % orang, aktif 8 26 % orang dan tidak ada siswa kurang aktif 16, siswa cukup aktif 11 dan siswa yang sangat aktif. 4 siswa aktif. Guru melakukan perbaikan dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada Refleksi siklus II untuk meningkatkan hasil belajar Pelaksanaan pembelajaran siklus II secara siswa. umum telah berlangsungdengan baik. Permasalahan yang dihadapi pada siklus I dapat teratasi pada siklusII. Sebagaian besar siswa ada peningkatan keaktifan dalam proses pembelajaran karena siswa sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diskusi yang mempresentasikan 94 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Pelaksanaan siklus II ini sudah berjalan Penelitian yang dilakukan Siti Nor dengan baik dan lancar karena siswa sudah Chalimah yang berjudul Efektivitas Metode memahami bagaimana model pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis kooperatif tipe STAD sehingga siswa mampu Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar melaksanakan pembelajaran dengan baik Akuntansi Materi Jurnal Penyesuaian Pada dan benar,siswa sudah berpartisipasi aktif Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kendal dalam pembelajaran baik dalam menjalankan Tahun Pelajaran 2013/2014.Tujuan dalam tugas kelompok, diskusi dan presentasi penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelompok. Siswa juga sudah mulai berani penerapan metode STAD berbantuan modul untuk melakukan tanya jawab saat diskusi berbasis pendidikan karakter lebih efektif dan presentasi kelompok berlangsung dan dalam meningkatkan hasil belajar siswa berani mengutarakan pendapatnya. Aktivitas materi jurnal penyesuaian dan dapat siswa pada siklus II mengalami peningkatan membentuk karakter siswa menjadi lebih dibandingkan dengan siklus I, pada silkus II ini baik. aktivitas siswa dikategorikan dalam kriteria cukup aktif dengan jumlah siswa kurang aktif Dari hasil penelitian terdahulu dapat 9, cukup aktif 14, dan aktif 8. Semntara belum disimpulkan bahwa pembelajaran dengan ada siswa yang dikategorikan sangat aktif. menggunakan metode Cooperative Learning memberikan pengaruh terhadap peningkatan Penelitian Ida Ayu Nyoman Padmi hasil belajar siswa kearah yang lebih baik. (2018) yag berjudul Peningkatan Aktivitas Peningkatan lebih baik dapat dilihat dari nilai Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hasil belajar siswa yang meningkat, materi perlindungan dan penegakan hukum peningkatan kemampuan berpikir, dengan metode Kooperatif Tipe STAD Pada peningkatan sikap dan keterampilan sosial Siswa Kelas XII IPS 2 di SMAN 3 Mataram. yang akan terlihat saat peserta didik Metode penelitian ini menggunakan metode berinteraksi dengan lingkungannya dan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. bermanfaat bagi kehidupannya di Instrument pengumpulan data menggunakan masyarakat. lembar observasi dan tes. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif Tabel 1.5 Perbandingan hasil aktivitas siswa siklus I kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian dan siklus II menunjukkan bahwa Penerapan pem- belajaran kooperatif tipe STAD terbukti efektif Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dapat meningkatkan pemahaman dan bahwa penerapan model pembelajaran aktivitas pembelajaan siswa pada mata kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pelajaran pendidikan kewarganegaraan. aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan Hukum dan Peradilan Internasional kelas XI Penelitian yang dilakukan oleh Mujazi IPA 2 SMA Negeri Banjar Mujazi (2020) yang berjudul Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD PENUTUP untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Kesimpulan Belajar Siswa Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, Berdasarkan hasil penelitian tindakan meliputi perencanaan, tindakan, pe- kelas yang dilakukan di kelas XI IPA 2 ngamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini SMA.Negeri 2 Banjar diketahui bahwa dengan adalah siswa Kelas XI IPS SMA Al-Mubarok menggunakan model pembelajaran kooperatif Kota Tangerang berjumlah 24 siswa. tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada materi hukum dan peradilan internasional. 95 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022

Hal ini didasarkan prosentase siswa dalam Mujazi, Mujazi., (2020) yang berjudul proses pembelajaran setelah dilakukan model Penggunaan Metode Pembelajaran pembelajran kooperatif tipe STAD yang Kooperatif Tipe STAD untuk menunjukkan adanya peningkatan pada Meningkatkan Aktivitas dan Hasil siswa yang cukup aktif dari 11 (35 %) menjadi BelajarSiswa.https://www.neliti.com/p 14 (45%) dan siswa yang aktif. dari 4 (13%) u blications/332233/penggunaan- menjadi 8 (26 %). metode-pembelajaran-kooperatif-tipe- stad-untuk-meningkatkan-aktivitas Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: berdasarkan penelitian yaitu: PT. Raja Grafindo Persada. 1. Guru dapat menerapkan model pem- Mukhtar (2007). 10 Kiat Sukses Mengajar di belajaran kooperatif tipe STAD untuk Kelas. Jakarta: PT. Nimas Multima. meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat dijadikansebagai variasi model Nor Chalimah,Siti (2013),Efektivitas Metode pembelajaran, namun harus di- STAD Berbantuan Modul Berbasis sesuaikan dengan karakteristik materi Pendidikan Karakter Terhadap Hasil yang akan dipelajari. Belajar Akuntansi Materi Jurnal 2. Guru hendaknya memberikan motivasi Penyesuaian Pada Siswa Kelas XI IPS dan semangat belajar kepada siswa SMA Negeri 2 Kendal Tahun Pelajaran untuk mengembangkan keaktifan siswa 2013/2014 Jurusan Pendidikan di dalam pembelajaran sehingga Ekonomi, Fakultas Ekonomi, nantinya dapat meningkatkan prestasi Universitas Negeri Semarang belajar siswa. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 DAFTAR PUSTAKA tentang Standar Nasional Pendidikan Al Muchtar, S. (2005). Strategi Pembelajaran Rachman, Maman. 2009. Penelitian Tindakan Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Kelas (Dalam Bagan). Semarang: UPT Pascasarjana Universitas Pendidikan Percetakan & Penerbitan UNNES Indonesia. Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Rahardjo, M.D. (Ed) (1997). Keluar dari Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Kemelut Pendidikan Nasional. Jakarta: Aksara. PT. Intermasa. Arikunto, Suharsimi. (2009). Penelitian Sanjaya Wina (2008). Strategi Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Berorientasi Standar Proses Aksara. Pendidikan.Jakarta:Fajar Interpratama. Ayu Nyoman Padmi,Ida., (2018),Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Pendidikan Sidi, I.J. (2001). Pelayanan Profesional, Kewarganegaraan Materi Kegiatan Belajar-Mengajar yang Perlindungan dan Penegakan Hukum Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang dengan Metode Kooperatif Tipe STAD Depdiknas. Pada Siswa Kelas XII IPS 2 di SMAN 3 Mataram. Sudjana N. & Ibrahim (2004). Penelitian dan https://ejournal.undikma.ac.id/i Penilaian Pendidikan. Surabaya: ndex.php/jurnalkependidikan/article/ Usaha Nasional. view /1123 Sukmadinata, N. S. (2008). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung Donald R. Cruickshank, Deborah Bainer : PT Remaja Rosdakarya. Jenkins, Kim K Metcalf. (2006). The Act Of Teaching. New York: McGraw Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Companies, Inc Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka. Ibrahim, M, Rachmadiarti, F, Nur, M, dan Ismono. (2000). Pembelajaran Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Kooeratif. Surabaya: University Press. Sistem Pendidikan Nasional Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. 96 Jurnal Pengembangan Profesi Volume 15 Tahun 2022


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook