Diterbitkan Untuk Ujian Akhir Disertasi Tahap II (Terbuka) RINGKASAN DISERTASI PENGEMBANGAN MODEL REGULASI SPIRITUAL DIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA MASRUROH UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2021
Diterbitkan Untuk Ujian Akhir Disertasi Tahap II (Terbuka) DISERTASI PENGEMBANGAN MODEL REGULASI SPIRITUAL DIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA MASRUROH NIM. 101617087324 UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2021 i
PENGEMBANGAN MODEL REGULASI SPIRITUAL DIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA DISERTASI Untuk memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Doktor Program Studi Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka Oleh : MASRUROH NIM. 101617087324 ii
Promotor dan Ko-Promotor Promotor : Prof. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Ko-Promotor : Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., SKM iii
PENGUJI DISERTASI Telah diuji pada Ujian Doktor Tahap I ( Tertutup) Tanggal 19 Mei 2021 Ketua : Prof. Kuntoro, dr., M.PH., Dr.PH Anggota : 1. Prof. Dr. Ah Yusuf, S.Kp., M.Kes 2. Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., SKM 3. Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA 4. Dr. Rachmat Hargono, dr., M.S., M.PH 5. Dr. Esty Yunitasari, S.Kp., M.Kes 6. Dr. Dwi Ananto W, S.ST., M.Kes Ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Nomor : 2112/UN 3.1.10/PK/2021 Tanggal : 19 mei 2021 iv
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Alhamdulillah Saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahman dan RahimNya sehingga disertasi dengan judul “Pengembangan Model Regulasi Spiritual Diri dalam Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara” sebagai salah satu persyaratan ujian disertasi terbuka pada Program Doktor Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Promotor Saya, Prof. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes dan Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., SKM yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi dalam penyusunan naskah disertasi ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga Saya ucapkan kepada : 1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. Selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya. 2. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. 3. Segenap Yayasan Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang yang telah memberikan ijin dan dukungan untuk menempuh pendidikan doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 4. Prof. Dr. H Ahmad Zahro, M.A. Selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang beserta jajarannya yang telah memberikan ijin dan dukungan selama menempuh studi. 5. Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat Fakultas Universitas Airlangga Surabaya. 6. Dekan FIK Unipdu beserta jajarannya yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama menempuh studi. 7. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai penyandang dana selama studi S3 Kesehatan Masyarakat (Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Dalam Negeri/BUDI DN). 8. Prof. Dr. Kuntoro, dr., M.PH., Dr.PH, Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA, Dr. Rachmat Hargono, dr., M.S., M.PH, Dr. Esty Yunitasari, S.Kp., M.Kes, Dr. Dwi Ananto Wibrata, S.ST., M.Kes yang telah bersedia menjadi penguji disertasi sekaligus memberikan masukan, bimbingan dalam proses penyusunan disertasi ini.
9. Orang tuaku, Suamiku, anak-anakku dan semua saudara yang dengan tulus dan ikhlas memberikan dukungan materiil, moral dan spiritual kepada penulis hingga mampu dan selesai menempuh studi S3. 10. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Sidoarjo beserta jajarannya, yang telah memberikan ijin penelitian untuk pengambilan data di wilayah kabupaten Sidoarjo. 11. Direktur RSUD Sidoarjo beserta jajarannya, yang telah memberikan ijin penelitian untuk pengambilan data di wilayah RSUD Sidoarjo. 12. Semua Responden dan Partisipan yang telah bersedia menjadi subyek dan juga memberikan informasi dan data dalam disertasi ini. 13. Semua Guru dan Dosenku yang telah memberikan ilmu, teladan dan motivasinya sehingga Saya mampu melalui jenjang pendidikan S3. 14. Para Dosen FIK Unipdu dan Tenaga Kependidikan yang telah membantu dan memberikan dukungan moril untuk terselesaikannya kuliah ini 15. Seluruh teman Mahasiswa program doktoral kesehatan masyarakat 2016 atas kerjasama dan supportnya. 16. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah disertasi dan studi S3 ini. Semoga semua bimbingan, arahan, dukungan dan segala yang diberikan dapat memberikan manfaat dan menjadi catatan ibadah dan keberkahan bagi semuanya. Surabaya, Juni 2021 Masruroh vi
ABSTRACT THE DEVELOPMENT OF A MODEL OF SELF- SPIRITUAL REGULATION TO INCREASE THE QUALITY OF LIFE OF A PATIENT WITH BREAST CANCER Background : Breast Cancer is the highest type of cancer suffered by the women in the world. Furthermore, cancer and management diagnosis are stressors that influenced all aspects of patients’ life, including physical, psychology, social and spiritual of the patient. It is integration of self-regulation and spirituality model to increase quality of life of a patient with breast cancer in self-spiritual regulation. The aim of this study is to identify the influence of self- spiritual regulation to increase quality of life of a patient with breast cancer. Objective :This study was conducted in two phases. First it used 98 samples of patient with breast cancer in Sidoarjo. Furthermore, it also applied consecutive sampling for sampling collection technique. The second for 40 respondens Methods : The type of research using pre experiment quasi and post test to formulate and implement the self-spiritual regulation model to increase a quality of life. Still, it used QOL for Cancer instrument to collect the data, while it also used Smart PLS and SPSS to make variable analysis. Results and Novelty :The study revealed that quality of life is directly influenced by social support with coefficients (0.237), spirituality (0.237), disease perception (0.251), emotional response (0.337) influenced coping. Social support (0.590), Spirituality (0.384) affect the perception of disease. Social support (0,382), Spirituality (0,373), disease perception (0.544), influences emotional response. coping affects the self spiritual regulation (0.936) and the self spiritual regulation affects the quality of life of breast cancer patients (0.952). Furthermore, in the second phase, there is a difference between control group and intervention group with significance score 0.009. It means that the given self-spiritual regulation gives impact on the quality of life which can be noticed from revealed score. Conclusion : that self-spiritual regulation gives significant contribution on the quality of life of patient with breast cancer. Subsequently health care service should provide self- spiritual regulation for health service of patient with breast cancer. Keywords: Self-spiritual regulation, quality of life, breastcancer vii
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama diseluruh dunia dan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker. Kanker paru dan kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi diantara penyakit kanker yang lain. Kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia. Insiden kanker payudara meningkat dari 26 per 100.000 perempuan menjadi 38 per 100.000 perempuan. Bahkan diatas kanker leher rahim 16 per 100.000 perempuan (Globocan, 2012). Di Indonesia prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk , serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian. Insiden kanker payudara di Jawa Timur menduduki peringkat pertama di Indonesia (Riskesdas,2013). Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Globocan,2012). Diagnosis dan penatalaksanaan kanker merupakan stressor yang mempengaruhi semua aspek kehidupan, yaitu perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual pasien. Dampak kanker payudara mengakibatkan ketidakseimbangan kemampuan fisiologis (physiological incapability), ketidakseimbangan psikologis (psychological disequilibrium), perilaku negatif dalam hubungan sosial (social relationship misbehavior), disparitas nilai spiritual (spiritual values disparity), dan kehidupan bersemangat (life of courage) (Nurachmah, 1996). Gangguan fisik biasanya berasal dari rasa sakit dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh kanker dan penataaksanaannya. Rasa nyeri, mual, tidak nafsu makan, gangguan seksual, rambut rontok dan kelelahan merupakan kondisi lain yang dirasakan oleh pasien kanker payudara. Persepsi pasien terhadap sakit dan penatalaksanaanya adalah diantaranya takut akan dampak kanker pada kehidupannya, risiko penyakit bagi dirinya, distress, pelayanan kesehataannya dan kualitas hidupnya (Kaptein et al., 2015). Beberapa reaksi psikologis yang umum terjadi akibat diagnosa kanker payudara adalah distress, shock, gangguan konsep diri, cemas, depresi, kehilangan kontrol, ketidakberdayaan, sulit 1
2 konsentrasi, putus asa, hilangnya semangat hidup. Dampak psikologis kanker payudara 80 persen menyebabkan pasien distres, 16 persen merasa dekat dengan kematian, 3 persen marah dan 1 persen bisa menerima kondisinya(Shaheen et al., 2011). Efek psikologis lain diantaranya adalah menderita, takut akan kematian, kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup dan ketidakpastian akan penyakitnya. Kondisi tersebut akan berdampak pada kualitas hidup pasien kanker payudara(Ute Goerling, 2018). Kualitas hidup merupakan indikator penting pada penderita kanker payudara. Kualitas hidup merupakan respon terhadap aktifitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau rasa bahagia, kesesuaian antara harapan dan kenyataan, kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari indikator kesehatan fisik, status psikologi, hubungan sosial, tingkat kemandirian dan spiritual. Pasien kanker payudara mengalami stressor yang kuat ketika didiagnosis kanker payudara begitu juga dengan penatalaksanaannya. Penderita kanker payudara banyak menunjukkan kualitas hidup yang rendah atau buruk. Penelitian di Saudi Arabia dari 145 Pasien kanker payudara 58,5 persen mengalami kualitas hidup yang rendah (Almutairi et al., 2016). Demikian juga dari 186 pasien kanker payudara kualitas hidupnya 68 persen negatif/ kurang (Montazeri, 2008). Kualitas hidup penderita kanker pasca kemoterapi pada 200 pasien kanker, didapatkan sebanyak 22 (11%) tingkat kualitas hidupnya baik, 132 (66%) tingkat kualitas hidupnya sedang, dan 46 (23%) tingkat kualitas hidupnya buruk(Dehkordi et al., 2009). Dari 181 pasien kanker di RS Sudan, sebanyak 117 (64,6%) wanita dengan kanker payudara, 42 (23,2%) dengan kanker serviks, 4 (2,2%) dengan kanker endometrium dan 18 (9,9%) dengan ovarium, kualitas hidupnya buruk (Awadalla et al., 2007). Demikian juga yang terjadi pada 32 pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, sebanyak 53,1% kualitas hidupnya kurang baik. (Husni et al., 2012). Menurunnya atau rendahnya kualitas hidup pasien kanker payudara membutuhkan penanganan dan dukungan agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
3 Kualitas hidup pasien kanker adalah salah satu sasaran dalam memberikan pelayanan kesehatan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah optimisme, kesedihan, dukungan sosial, penilaian penyakit, mekanisme koping, penanganan penyakit dan spiritualitas. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah demografi, exercise (Cummings- winfield, et al 2008), Acceptance and commitment therapy (Saverinus S, Kusnanto, 2007), perawatan paliatif (Pradana, 2012), dukungan sosial, spiritualitas (Hasnani, 2012), role caregiver, pendampingan keluarga(Fajariyah, 2013), dukungan keluarga (Husni, Romadoni, & Rukiyati, 2012) dan pengaturan emosional diri berpengaruh terhadap kualitas hidup (Zahra Nikmanesh, mahmoud Shirazi, 2017). Pentingnya membantu pasien kanker untuk mengurangi gejala depresi, menilai penyakit mereka secara positif, menggunakan metode koping yang positif, dan mempertahankan optimisme, membrikan dukungan sosial yang baik merupakan faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker payudara (Zou et al., 2014). Salah satu intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan koping pasien dalam beradaptasi terhadap penyakitnya adalah pengaturan diri (self regulation) pasien. Regulasi diri (self regulation) pada pasien kanker payudara merupakan salah satu aspek penting dalam pemecahan masalah kesehatan yang dijelaskan oleh Leventhal melalui teori regulasi diri(Leventhal et al., 2003). Kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri akan dapat memotivasi dan mengarahkan tindakannya untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi diri memberi arah dan tujuan yang ingin dicapai serta cara mencapai tujuan tersebut(Cameron LD, Leventhal H, 2009). Aspek yang terdapat dalam regulasi diri dapat memunculkan kekuatan seseorang untuk melakukan hal yang diperlukan dalam mencegah konsekuensi negatif dari suatu penyakit maupun meningkatkan kembali kondisi kesehatan yang menurun. Regulasi diri akan meningkatkan kesadaran seseorang dalam memperoleh solusi kesehatan sesuai tujuan yang diinginkan(Leventhal, 2003). Hasil penelitian pada pasien kanker payudara menunjukkan bahwa persepsi seseorang terhadap penyakitnya akan berpengaruh terhadap koping individu dalam menghadapi penyakitnya, selanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup (Zou, 2014) Regulasi diri merupakan komponen yang berpengaruh terhadap niat
4 responden untuk mencari bantuan pada pasien kanker payudara(Hunter et al., 2003). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa regulasi diri secara significant berpengaruh terhadap nyeri kronis, mood, perhatian dan kelelahan serta pada perubahan fisiologis spesifik yaitu gula darah,perubahan kardiovaskuler dan kortisol pada pasien fibromyalgia dan gangguan tempomandibuler(Solberg, et al., 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa regulasi diri yang baik pada pasien kanker payudara berpengaruh terhadap kecemasan, depresi(Kröz et al., 2014). Regulasi diri merupakan intervensi yang efektif untuk manajemen depresi pada penyakit kronis(Petrie, et al., 1997) Berdasarkan beberapa penelitian di atas, menunjukkan bahwa regulasi diri sangat penting untuk pasien kanker payudara agar mampu memberikan respon yang adaptif terhadap penyakitnya. Intervensi yang holistik dan sesuai dengan masalah pasien sangat diperlukan untuk membantu pasien dalam proses penilaian penyakit dan kondisinya sehingga dapat beradaptasi dengan positif dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Hasil penelitian (Brédart et al., 2013) menyatakan bahwa pasien kanker payudara untuk peningkatan kualitas hidupnya membutuhkan pemenuhan kebutuhan informasi, kebutuhan psikologis dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Pelayanan kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Pendekatan intervensi psikososial untuk pasien kanker dirancang untuk membantu pasien mengembangkan representasi adaptif dan strategi mengatasi kontinum penyakit, memungkinkan pasien untuk berfungsi optimal dalam tuntutan penyakit mereka, pengobatan dan segala dampak psikologisnya sehingga pasien bisa beradaptasi secara positif dan berdampak pada kualitas hidupnya (Petrie et al., 1997). Pemenuhan kebutuhan dan penerimaan diri dalam menghadapi penyakitnya membutuhkan bantuan dan dukungan dari pemberi pelayanan kesehatan dan orang dekat pasien. Pasien sangat membutuhkan bantuan spiritual melalui perawatan spiritual dan pengendalian diri secara khusus untuk mempelajari perilaku adiktif, untuk mengendalikan kemampuan dan tingkah laku penderita kanker dalam mencapai tujuan meningktakan kualitas hidup(Catane, et al, 2006). Spiritualitas adalah sebuah cara melalui kasadaran dari dalam diri yang berhubungan dengan dimensi transenden, yang ditandai oleh nilai yang dapat di identifikasi dalam diri sendiri, orang lain,
5 alam, kehidupan dan apapun yang mempertimbangkan menjadi luar biasa(Koenig, 2012). Spiritualitas seseorang tercermin melalui sikap, perilaku, keyakinan, motivasi, kepercayaan, hubungan dengan orang lain dan keterhubungan dengan memandang alam sebagai bentuk nilai keindahan dan harga pemikiran(Gonçalves, et al., 2015). Individu yang memiliki kekuatan spiritualitas berarti orang yang telah memunculkan kebermaknaan yang diciptakan dalam hidupnya. Penelitian tentang spiritualitas menjadi penting dilakukan, karena spiritualitas menawarkan promosi kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan psikologis pada penderita kanker payudara (McClain, et al., 2003). Penelitian lain menunjukkan bahwa atribut spiritual positif secara konsisten berhubungan dengan aspek positif penyesuaian (misalnya penilaian positif, koping penerimaan, dan atau kesejahteraan emosional). Atribut spiritual negatif terkait dengan hal negatif faktor penyesuaian (misalnya penilaian atas kerugian dan keterbatasan, penghindaran, dan atau tekanan emosional). Efek positif dan negatif spiritual terhadap kesejahteraan hidup dipengaruhi oleh kognitif umum, penilaian dan perilaku coping pasien kanker payudara(Gall & Bilodeau, 2017). Spiritualitas dibutuhkan dalam menangani penderita kanker untuk meningkatkan kualitas hidup. Hasil riset di RS Kanker Darmais Jakarta telah membuktikan bahwa penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas rendah cenderung lebih depresif daripada penderita kanker serviks dengan tingkat spiritualitas baik (Hasnani, 2012). Pemberian asuhan keperawatan spiritual berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Rahayu Winarti, 2016). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh responden, dan kebutuhan religi merupakan kebutuhan yang paling banyak dipilih dan dirasakan paling dibutuhkan oleh pasien (Nuraeni, 2016). Hidup dengan penyakit kanker memiliki efek pada kesehatan spiritual seseorang, menyebabkan masa krisis sekaligus peluang pertumbuhan konflik psikologis bagi pasien. Masalah spiritual dapat meningkat dengan kurangnya pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien kanker. Memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan biopsikososial spiritual merupakan tindakan dalam membantu mengatasi masalah pasien secara komprehensif(Younas, 2016). Mengenali aspek spiritualitas, memberikan dukungan dan perawatan secara holistik melalui pendekatan fisik, psikologis dan spiritual dapat menunjukkan pentingnya memenuhi spiritualitas
6 pasien untuk kesejahteraan dan kedamaian hidupnya(Selman, Harding, & Fox, 2010). Penyakit kronis menghadirkan tantangan dan peluang bagi penderitanya, pasien telah mengidentifikasi spiritualitas adalah sumber yang mendorong kualitas hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup(Aiiegbola, 2004). WHO menjelaskan bahwa sehat adalah kesejahteraan bio- psiko-sosio- spiritual. Spiritualitas dalam kesehatan lebih berperan dalam pencegahan dan respon terhadap dampak penyakit. Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa keagamaan akan menimbulkan permasalahan psikososial di bidang kesehatan. Selama ini dimensi spiritual sering dilupakan dalam praktek pelayanan kesehatan. ada dikotomi hubungan antara kesehatan dan spiritual dalam pelaksanaan praktek kesehatan di Indonesia (Hawari, 2002). Penelitian terhadap 173 perawat di Midwestern Community Nursing, menemukan bahwa hanya 34,6% pasien yang mendapatkan perawatan spiritual. Penelitian Hallstead dan Hull terhadap pasien dengan non-Hodgkin’s lymphoma, kanker payudara dan kanker ovarium memberikan gambaran bahwa penderita kanker dapat melawan sakitnya dengan meningkatkan penerimaan dan keyakinan bahwa hidup dengan kanker adalah bagian hidup yang harus dijalaninya. Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan bentuk pelaksanaan pelayanan keperawatan penderita penyakit terminal. Spiritualitas dapat menjadi mekanisme koping dan faktor yang berkontribusi penting terhadap proses pemulihan klien (Narayanasamy, 2007). Berdasarkan uraian diatas tentang pentingnya pengaturan diri dalam berespon dan beradaptasi terhadap penyakit dan pentingnya spiritualitas bagi pasien kanker payudara, maka perlu dilakukan penelitian tentang integrasi antara regulasi diri dan spiritualitas, sehingga perlu dilakukan penelitian pengembangan model regulasi spiritual diri terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara.
7 1.2 Kajian Masalah Kanker payudara adalah kondisi penyakit yang memberikan dampak bagi pasien baik fisik maupun psikologis bagi individu yang terdiagnosa penyakit tersebut. Perubahan biopsikososial dan spiritual membawa dampak pada kualitas hidupnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien kanker payudara mengalami penurunan(Ai et al., 2017). Menurunnya atau rendahnya kualitas hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor dan membutuhkan penanganan dan dukungan agar tercipta peningkatan kualitas hidup pasien. Mekanisme koping yang konstruktif, positif berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara demikian juga sebaliknya. Mekanisme koping yang negatif akan berdampak pada penurunan atau buruknya kualitas hidup pasien kanker payudara(Khalili et al., 2013). Koping individu dipengaruhi oleh penilaian pasien terhadap penyakitnya dan respon emosional pasien(Oktarinda & Surjaningrum, 2014). Persepsi terhadap penyakit dan respon emosional berpengaruh terhadap mekanisme koping individu, sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien kanker payudara(Yan et al., 2016). Koping akan berpengaruh terhadap penilaian individu tentang status kesehatannya yaitu kualitas hidup pasien kanker. Pentingnya regulasi diri dalam upaya proses pengaturan kognitif, motivasi dan perilaku dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien kanker payudara sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara. Dukungan keluarga merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap koping pasien kanker payudara(Husni et al., 2012). Dukungan sosial berpengaruh terhadap respon emosional dan mekanisme koping yang pada pasien kanker payudara (Kim et al., 2010). Hasil penelitian (Brédart et al., 2013) menyatakan bahwa pasien kanker payudara membutuhkan dukungan, pemenuhan kebutuhan informasi, kebutuhan psikologis dan kebutuhan spiritual dalam meningkatkan koping dan kualitas hidupnya untuk kesehatannya. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien kanker untuk meningkatkan kualitas hidupnya, spiritualitas yang rendah cenderung menyebabkan drepresif dibandingkan pasien kanker dengan spiritualitas yang tinggi(McClain et al., 2003). Kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien dalam menghadapi penyakitnya(Nuraeni et al., 2016). Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa keagamaan menyebabkan
8 permasalahan psikososial dibidang Kesehatan. Pasien membutuhkan pendekatan dan intervensi spiritual dalam menghadapi masalah akibat gangguan kesehatannya (Hawari, 2002). Spiritualitas pasien dalam menerima kondisi berpengaruh terhadap persepsi dan respon emosional pasien dalam menghadapi masalah kesehatannya. Spiritualitas dapat meningkatkan mekanisme koping dan berkontribusi penting dalam proses pemulihan klien dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Balboni et al., 2007). Spiritualitas menawarkan promosi kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan psikologis pada pasien kanker payudara (McClain et al., 2003). Pendekatan pelayanan kesehatan secara holistik dengan memandang pasien secara biopsikososial dan spiritual melalui pemberdayaan kemampuan dan keikutsertaan pasien dalam mengoptimalkan kesadaran diri dengan mengintegrasikan spiritualitas adalah hal yang penting dalam mengatasi masalah kesehatan dan upaya peningkatan kualitas hidupnya. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengembangan model regulasi spiritual diri dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara? ”. 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menganalisis pengaruh intervensi model regulasi spiritual diri dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap persepsi penyakit pasien kanker payudara. 2. Menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 3. Menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap koping pasien kanker payudara. 4. Menganalisis pengaruh spiritualitas terhadap persepsi penyakit pasien kanker kanker payudara. 5. Menganalisis pengaruh spiritualitas terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 6. Menganalisis pengaruh spiritualitas terhadap koping pasien kanker payudara.
9 7. Menganalisis pengaruh persepsi penyakit terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 8. Menganalisis pengaruh persepsi penyakit terhadap koping pasien kanker payudara. 9. Menganalisis pengaruh respon emosional terhadap koping pasien kanker payudara. 10. Menganalisis pengaruh koping terhadap regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. 11. Menganalisis pengaruh regulasi spiritual diri terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberikan masukan pada pemberi pelayanan agar mengintegrasikan regulasi spiritual diri dalam mengantasai respon negatif adaptasi penyakit dan pengembangan pelayanan kualitas hidup pasien kanker payudara. 1.5.2 Manfaat Praktis Melalui pemenuhan kebutuhan spiritual dan pengaturan diri pasien dalam bentuk model regulasi spiritual diri pasien kanker payudara dapat membantu pasien dalam proses adaptasi dengan menggunakan koping yang konstruktif dalam menghadapi kondisi, perubahan dan dampak kanker payudara. Regulasi spiritual diri akan menghasilkan pasien mampu menyikapi dan beradaptasi secara positif dengan penuh kesadaran, penerimaan dan semangat dalam mengadapi masalah kanker payudara sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kanker Payudara 2.1.1 Pengertian Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel payudara. Kanker payudara dapat berasal dari sel kelenjar penghasil susu (lobular), saluran kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara (Charles Swanton, 2011). 2.1.2 Etiologi Kanker merupakan penyakit multifaktorial yang belum ditemukan penyebab tunggal etiologinya. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara adalah : 1. Jenis kelamin Kanker payudara lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan perbandingan sekitar 100 kali lebih banyak wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pria mempunyai lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang mendukung pertumbuhan sel kanker (American Cancer Society, 2011). Di negara maju, sekitar 2 dari 3 kasus kanker payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas (American Cancer Society, 2011). 2. Riwayat Keluarga atau Genetik Riwayat anggota keluarga dengan kanker payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker. 5-10 % dari kasus kanker payudara merupakan faktor herediter akibat mutasi genetik yang diturunkan langsung dari orang tua(Victoria Harmer, 2011). 3. Faktor Reproduksi dan Hormon Kehamilan pertama pada usia diatas 30 tahun, nulipara, menstruasi pada usia dini (<12 tahun), dan menopause yang terlambat berhubungan dengan peningkatan risiko dari kanker payudara(Lesley Fallowfield, 2002a). Paparan hormon seks yang lebih lama juga berpengaruh terhadap peningkatan faktor risiko, terutama pada wanita dengan kadar ekstradiol tinggi. Selain hormon endogen, penggunaan hormon eksogen seperti pada kontrasepsi oral 10
11 dan terapi pengganti hormon juga meningkatkan faktor risiko (American Cancer Society, 2014). 4. Faktor Gaya Hidup Kebiasaan minum alkohol 2-5 gelas setiap hari meningkatkan risiko sebesar 1,5 kali, peningkatan berat badan berlebih atau obesitas setelah menopause dengan BMI (Body Mass Index) lebih dari 25 juga meningkatkan risiko. Aktivitas fisik yang di lakukan secara rutin seperti berjalan kaki selama 1,25 hingga 2,5 jam setiap minggu dapat mengurangi risiko terjadinya kanker payudara sebesar 18% (WHO, 2002). 2.1.3 Stadium Kanker Payudara Tahapan metastase kanker dapat dilihat dari tahapan infiltrasi atau stadium kanker payudara adalah sebagai berikut (Anderson, 2008): 1. Stadium 0 2. Stadium I 3. Stadium IIA 4. Stadium IIB 5. Stadium IIIA 6. Stadium IIIB 7. Stadium IV Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya seperti tulang, paru-paru, hati, otak, kulit dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara(Charles Swanton, 2011). 2.1.4 Dampak Psikologis Kanker Payudara Dampak psikologis pasien kanker payudara diantaranya sebagai berikut(Ute Goerling, 2018): 1. Ketidakberdayaan Rasa tidak berdaya merupakan kondisi psikologis karena gangguan motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman yang tidak mengenakkan dan di luar kontrol individu. (Weihs et al., 2005). Ketidakberdayaan dapat meyebabkan penderita kanker payudara mengalami dampak psikologis lain yaitu depresi.
12 2. Kecemasan kecemasan yang muncul pada penderita kanker payudara adalah berupa rasa takut bahwa usianya akan singkat (berkaitan dengan inner conflictKecemasan dapat digolongkan dalam bentuk covert behavior, karena merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses inner conflict (Brusilovskiy & Mitstifer, 2009). 3. Rasa malu Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita kanker payudara muncul karena ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dan kerusakan dalam organ payudara. 4. Harga diri Harga diri merupakan bagian dari konsep diri, maka bila konsep diri menurun diartikan bahwa harga dirinya juga menurun. Ancaman paling berat pada psikologisnya adalah kehilangan harga diri. Penurunan dan kehilangan harga diri ini merupakan reaksi emosi yang muncul pada perasaan penderita kanker payudara. 5. Stres Diagnosis dan terapi kanker adalah stressor yang sangat mengancam kejiwaan dan psikologis pasien. Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dalam menghadapi kondisi stress(Kim, J., et all, 2010). 6. Depresi Penderita kanker payudara umumnya mengalami depresi terutama disebabkan karena rasa nyeri yang tidak teratasi dengan gejala sebagai Penurunan gairah hidup, perasaan menarik diri, ketidakkemampuan, dan gangguan harga diri. Mersa sangat lelah dan tidak memiliki daya kekuatan (Cordella & Poiani, 2014). 7. M a r a h Munculnya reaksi marah pada penderita kanker payudara dapat muncul karena perasaan bahwa banyak kegiatan hariannya yang diinterupsi oleh penyakit yang membuatnya tidak berdaya(Stanton et al., 2000). 2.2 Konsep Kualitas Hidup 2.2.1 Pengertian Kualitas hidup merupakan persepsi dari individu dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan nilai-nilai, standart dan kekhawatiran
13 dalam hidup. World Health Organization (WHO, 1998), menyatakan pengertian kualitas hidup : “Quality of life as individual’s perception of their position in life in the context of the culture and value system in which they live and in relation to their goals, espextation, standart and concerns”. Kualitas hidup sebagai dampak dari penyakit dan aspek kepuasan yang diukur dengan skala : fungsi fisik (didefinisikan sebagai status fungsional dalam kehidupan sehari-hari), disfungsi psikologis (tingkat distress emosional), fungsi sosial (hubungan antar pribadi yang berfungsi dalam kelompok), pengobatan (didefinisikan sebagai kecemasan atau kekhawatiran tentang penyakit dan program perawatan), fungsi kognitif (kinerja kognitif dalam pemecahan masalah)(Preedy, V.R., Watson, R.R., 2010). Menurut WHO (2004), ada empat domain kualitas hidup. Setiap domain dijabarkan dalam beberapa aspek, yaitu: 1. Domain kesehatan fisik 2. Domain psikologis 3. Domain hubungan sosial 4. Domain lingkungan Definisi lain tentang kualitas hidup pasien kanker adalah Model konseptual paling populer yang digunakan pasien kanker adalah Model Ferrell and Colleagues City of Hope Model dan Power QOL Model (Lavdaniti & Tsitsis, 2015). Kualitas hidup pasien kanker menurut Ferrell dan Dow telah menjelaskan domain untuk kanker dengan empat parameter: 1. Kesejahteraan fisik Adalah kontrol atau kelegaan gejala dan kemampuan untuk memiliki kemandirian fisik dan mampu melakukan semua fungsi dasar. 2. Kesejahteraan psikologis Adalah mempertahankan rasa control hidup melawan penyakit yang ditandai dengan kehidupan yang berubah prioritas, tekanan emosional, dan ketakutan yang tidak diketahui. 3. Kesejahteraan sosial Adalah penilaian terhadap segala hal yang disesuaikan dengan dampak kanker bagi individu secara sosial, peran dan hubungan mereka dengan orang lain. 4. Kesejahteraan spiritual Kesejahteraan spiritual individu bergantung pada seberapa baik seseorang dapat mengendalikan ketidakpastian yang tercipta dengan harapan dan berasal dari pengalaman dalam menyikapi suatu stessor atau penyakit.
14 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah : 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Status pernikahan 6. Penghasilan 7. Hubungan dengan orang lain Hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, individu akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional (Kroenke et al., 2013) : 1. Dukungan Sosial Dukungan sosial Membantu individu dalam menyediakan sumber yang dapat memfasilitasi untuk mengatasi masalahnya agar menunjang kualitas hidupnya(Kroenke et al., 2013) 2. Spiritualitas, Dukungan Spiritualitas Keyakinan, nilai dan spiritualitas individu membawa dampak pada bagaimana individu bersikap, berperilaku dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah kesehatannya(Green et al., 2011). Intervensi dan dukungan spiritual bagi individu juga berpengaruh pada kualitas hidup seseorang(Endiyono & Herdiana, 2016) 3. Strategi dan Mekanisme Koping Mekanisme mengatasi masalah yang dilakukan individu berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Strategi spiritual koping yang tinggi berpengaruh pada kualitas hidup yang lebih baik (Matos et al., 2017) 4. Standart referensi Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain (Preedy, V.R., Watson, R.R., 2010).. 2.3. Model Biopsikososial-spiritual Menurut The biopsychosocial Spiritual Model Sulmasy(2002) dalam pelayan kesehatan model biopsikososial dijadikan sebagai dasar pendekatan ke pasien dikarenakan spiritualitas pada hakikatnya adalah suatu keyakinan akan kekuatan yang datang dari
15 luar kekuatan diri sebagai manusia. Spiritualitas adalah pencarian manusia akan makna dan tujuan hidup, sehingga memiliki keseluruhan kepribadian dari sejumlah pengalaman hidup yang beragam. Model pendekatan biopsikososial yang digunakan untuk alat asesmen dalam sistem pendekatan terintegrasi yang mendorong pemahaman menyeluruh untuk menangani penyakit secara holistic dan komprehensif. Model tersebut tergambar secara lebih jelas dalam model biopsikososial Quality of life Spiritual Present Modified Modified Death History Spiritual Spiritual Bio Bio and state psicososial Psiko Biopsycos state sosial osial State Histor Spiritual y Intervention Gambar 2.4. The biopsychosocial-Spiritual Model Sulmasy,2002 2.4 Konsep Regulasi diri (Self Regulation) Regulasi Diri adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengatur aktifitasnya, pikirannya dan perilaku dengan usaha yang lebih besar untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Regulasi diri merupakan dasar proses sosialisai karena berhubungan dengan seluruh domain yang ada dalam perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial dan Emosional (Leventhal H, 2009) Regulasi diri adalah kemampuan untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan melibatkan unsur kognitif, motivation, behaviour dan Spiritual(Monique Boekaert, Paul R.Pintrich, 2000)
16 2.4.1 Aspek Regulasi Diri Menurut (Bandura, 1977) regulasi diri atau self regulation mencakup tiga aspek, yaitu : 1. Metakognitif Pemahaman dan kesadaran tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir. Metakognisi merupakan suatu proses yang penting, karena pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan. 2. Motivasi Fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan kemampuan yang ada pada setiap individu. 3. Perilaku Upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaat maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitasnya. 2.4.2 Model self Regulation Model ini menggambarkan pemecahan masalah dalam tiga tahap: Interpretasi (merasakan adanya masalah). Koping (mengatasi masalah untuk mendapatkan kembali keadaan keseimbangan). Appraisal (menilai seberapa berhasil tahapan koping yang telah dijalani) Adapun Model regulasi diri dijelaskan dalam tiga tahap yaitu interpretasi, koping, dan penilaian. Model self regulation tergambar di bawah ini: Stage I : Representation Stage II: StageIII : Interpretation of health threat Appraisal a. Symptom • Identity Coping Was my • Cause • Approach perception • Consequences coping b. Social messages • Time line coping Strategy → deviation from • Cure/control • Avoidance effective? norm Emotional coping response to health threat • Fear • Anxiety • Depressi Gambar 2.3. Leventhal’s Self Regulation Model
17 2.5 Spiritualitas Spiritualitas`berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang berarti hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna segala sesuatu yang penting bagi hidup manusia. Seseorang dikatakan memiliki spirit yang baik jika orang tersebut memiliki harapan penuh, optimis dan berfikir positif, sebaliknya jika seseorang kehilangan spiritnya maka orang tersebut akan menunjukkan sikap putus asa, pesimis dan berfikir negatif(Koenig, 2012). Definisi spiritualitas menurut Paloutzian & Park (2005) adalah adanya kehadiran pada kekuatan yang lebih tinggi yang mempegaruhi cara hidup seseorang, spiritualitas adalah pencarian makna hidup, spiritualitas adalah pengalaman suci yang bersifat personal (subyektif). Spiritualitas adalah sikap yang dimiliki oleh seseorang terhadap apapun. Spiritualitas adalah cara berada di dunia yang mengakui keberadaan dan keinginan dalam berhubungan dengan dimensi di luar yang lebih tinggi (transenden)(Burke, Chauvin, & Miranti (2005)). Spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat universal dan pribadi sedangkan agama merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan masyarakat ((Barker & Poppy Buchanan Barker, 2004)McEwen, 2003). Spiritualitas merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta beradaptasi dengan penyakit (Perry, AG & Potter, 2005) Menurut Adler, manusia adalah makhluk yang sadar, yang berarti bahwa ia sadar terhadap semua alasan tingkah lakunya, sadar inferioritasnya, mampu membimbing tingkah lakunya, dan menyadari sepenuhnya arti dari segala perbuatan untuk kemudian dapat mengaktualisasikan dirinya(Mahpur & Habib,2006). Spiritualitas adalah apa yang memberi kita makna, harapan dan tujuan dalam hidup kita. Sulit untuk didefinisikan karena itu adalah hal yang individual, berbeda untuk semua orang. Meskipun bagi beberapa orang, ini sangat terkait erat dengan iman mereka, namun istilah ini yang lebih luas daripada agama. Banyak orang yang memiliki spiritualitas yang luar biasa tanpa mengikuti agama tertentu(Jo Barber and Maddy Parkes, 2015). Spiritualitas yang sering ditemukan dalam definisi literatur keperawatan adalah makna (memiliki tujuan, membuat rasa hidup), Nilai yang dianut ( Memiliki keyakinan dan standar), Transendensi
18 (menghargai dimensi yang berada di luar diri), Menghubungkan (berhubungan), menjadi (refleksi, membiarkan hidup terungkap, dan mengetahui siapa diri kita). Konsep yang sering salah adalah menyamakan spiritualitas dengan religiusitas (Narayanasamy, 2006). Indikator terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya rasa keharmonisan, saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam dan hubungan dengan yang Maha Kuasa. Spiritual islam memberikan gambaran terpenuhinya kebutuhan spiritual apabila seseorang mampu mengembangkan rasa syukur, sabar dan ikhlas. Spiritualitas bukan agama, tetapi agama dapat merupakan salah satu jalan untuk mencapai spiritualitas (Yusuf et al., 2017). Komponen spiritualitas menurut (Taylor-Johnston, 2003): 1. Makna, tujuan, dan harapan hidup Kebutuhan untuk memahami peristiwa dalam kehidupan secara keseluruhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya, mengapa penyakit ada pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan pasien tidak putus asa, berfikir positif, mensyukuri berkat Tuhan, fokus pada hal yang baik, membuat hidup menjadi lebih berarti. Kebutuhan akan makna, tujuan, dan harapan erat kaitannya dengan kebutuhan akan hubungan dengan Tuhan. 2. Self Transenden Self-transcendence membantu klien untuk memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk lebih bermakna dalam kehidupannya. individu mengidentifikasi kualitas perilaku hidup positif dalam pencapaian tujuan hidupnya melalui jurnal kegiatan. Klien diajak menggunakan kekuatan jiwanya kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan positif. Tujuannya adalah membantu klien mengatasi dirinya sendiri dan bergerak ke arah nilai kreatif dan pengalaman yang positif. Self- transcendence dengan memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang dimiliki klien. Self-transcendence adalah melampaui diri terhadap masalah untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat tujuan hidup, yaitu individu mengembangkan seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. 3. Hubungan dengan Tuhan Bagi pasien hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang sangat penting yang dapat membantu mereka menghadapi masa sulit, memberikan rasa yang utuh tentang makna dan tujuan serta memberikan harapan untuk masa kini, masa depan, dan masa
19 akhirat. Perilaku yang ditunjukkan pasien adalah memohon, komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima rencana Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan penyakitnya, yakin akan kehadiran Tuhan pada masa-masa perawatan penyakitnya dan pasien percaya Tuhan yang memelihara dan mengawasi mereka. 4. Praktek spiritual Pasien mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Pasien akan melakukan kegiatan ibadah secara rutin. Kegiatan beribadah merupakan cara untuk mendekatkan dengan Tuhan dan mendapatkan ketenangan jiwa. Dengan kegiatan ibadah pasien berharap dapat meningkatkan hubungan dengan Tuhan sehingga dapat mengatasi segala cobaan yang mereka hadapi. Kegiatan yang dilakukan oleh pasien adalah berdoa, membaca kitab suci, pelayanan keagamaan, mendengar musik rohani dan membaca buku yang bertema rohani 5. Kewajiban agama Hal ini berhubungan dengan tradisi agama pasien misalnya adanya makanan yang halal dan tidak halal, kematian dan proses penguburan yang harus dihormati. Tatacara dan aturan yang telah ditetapkan oleh agama merupakan kewajiban bagi pemeluknya. 6. Hubungan interpersonal Selain hubungan dengan Tuhan, pasien juga membutuhkan hubungan dengan orang lain. Hal ini meliputi : mengunjungi anggota keluarga, menerima doa orang lain, meminta maaf, menerima dukungan, dihargai dan dicintai orang lain. 7. Hubungan dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya Pasien berharap memiliki interaksi dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan memiliki ekspresi wajah yang ramah, kata-kata dan bahasa tubuh yang baik, menghormati, empati, peduli, memberikan informasi tentang penyakitnya secara lengkap dan akurat, dan mendiskusikan tentang pilihan pengobatan. Bagi individu hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang sangat penting yang dapat membantu mereka menghadapi masa sulit, memberikan rasa yang utuh tentang makna dan tujuan serta memberikan harapan untuk masa kini, masa depan, dan masa akhirat. Perilaku yang ditunjukkan pasien adalah memohon, komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima rencana Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan
20 penyakitnya, yakin akan kehadiran Tuhan pada masa perawatan penyakitnya dan pasien percaya Tuhan yang memelihara dan mengawasi mereka. Pada umumnya, seseorang yang memiliki keyakinan pada Tuhan apabila dihadapkan pada situasi yang menekan (stressor) maka individu tersebut akan melibatkan Tuhan dan unsur keagamaan lainnya dalam mengatasi permasalahannya (back to religion). Penyelesaian masalah yang dilakukan menggunakan pendekatan ketuhanan, hal ini dinamakan dengan koping religius. 1.6 Model Regulasi Spiritual Diri Model regulasi spiritual diri dalam penelitian ini menggunakan teori dasar self regulation oleh Leventhal’s. Teori lain yang digunakan adalah teori model biopsikososiospiritual, dan spiritualitas pada pasien kanker payudara. Komponen kualitas hidup sebagai outcome berkaitan juga dengan cara pandang pasien secara holistik dan menyeluruh biopsikososial spiritual(Lavdaniti & Tsitsis, 2015) Tahapan Pembentukan regulasi spiritual diri 1. Self Kognitif Dalam perilaku ini terdapat tiga tahapan yang berkaitan dengan self kognitif, di antaranya: Self observation, Self judgment, Self reaction. Dukungan sosial dari keluarga, petugas dan lingkungan tentang informasi yang tepat dan akurat sangat berpengaruh dalam membentuk self kognitif. 2. Self Motivation Proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari pengalaman sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu sepanjang hidupnya (pengalaman) yang termasuk dalam proses pembelajaran. (Monique Boekaert, Paul R.Pintrich, 2000). Motivasi ditunjukkan dengan rencana dan tindakan yang telah dilakukan pada proses sebelumnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Penilaian tentang seberapa maksimal tindakan
21 yang dilakukan akan memberikan efek ketika melakukan tindakan selanjutnya (Hoyle, 2010). 3. Self Behavior Proses behavior adalah reaksi emosional dan sikap. Pada tahap ini seseorang akan menunjukkan perubahan perilaku yang mendukung untuk mengatasi masalah yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi sebagai alternatif solusi yang harus dilakukan baik secara personal maupun dukungan dari orang lain. Individu mulai mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. Merencanakan aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan, seperti tentang waktu, aktivitas untuk pengembangan, tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung dengan efisien dan efektif. 4. Self Spiritual Self Spiritual adalah proses dimana individu dengan segala kemampuannya berupaya untuk memberikan makna, harapan, kesadaran dan menjalin hubungan diri dengan sesama dan Tuhannya. Meyakini dan memaknai segala yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Mengatur kognitif, perilaku dan tindakan yang positif untuk energi individu dalam menyelesaikan masalahnya. Spiritualitas merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta beradaptasi dengan penyakit(Perry, AG & Potter, 2005). Individu berupaya membangun spiritualitasnya sesuai dengan nilai, keyakinan yang di yakini dengan melakukan perubahan pada dirinya sendiri, berbuat untuk sesama dan kepasrahan pada Tuhannya. (Hamid, 2008). 1.7 Regulasi spiritual dengan Sufi Healing Sufi healing terbentuk dari dua buah kata yaitu sufi dan healing. Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya atau mengupayakan orang lain untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan Tuhan. Sementara healing, berasal dari kata 'heal' yang berarti penyembuhan. Kata heal dalam bahasa Inggris, artinya pertama, membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari penyakit.
22 Berdasarkan pemaknaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata heal tidak terbatas pada suatu penyakit fisik, melainkan psikis dalam sebuah proses pengalaman yang panjang menuju kesempurnaan, atau kembali seperti semula. Adapun Sufi Healing menggunakan perspektif spiritual tassawuf diantaranya berikut ini dalam kajian Islam(Syukur, 2012) : 1. Taubat Taubat berarti, kembali dari berbuat dosa menuju kebaikan atau meninggalkan dosa. Hal ini dapat dilakukan dengan pengetahuan, penyesalan dan kemauan atau niat. 2. Wara’ Wara’ adalah mensucikan hati dan berbagai anggota badan. Berkaitan dengan terapi melalui wara’ ini, dapat dipahami bahwa makan adalah baik, tapi jika melebihi kebutuhan, maka makanan justru menjadi penyakit. Sebaliknya orang yang wara’, akan memilih makanan yang bersih dan hanya cukup bagi mencukupi kebutuhan hidupnya. 3. Zuhud Zuhud (zuhd) dapat diartikan sebagai sikap mental untuk menjauhkan diri dari kehidupan di dunia demi akhirat, dengan kata lain menyeimbangkan antara aspek lahiriah dan batiniah, jasmaniah dan ruhaniah. Mentalitas zuhud dapat dijadikan sebagai sarana untuk penyembuhan bagi penyakit jiwa. 4. Sabar Sabar dapat dimaknai sebagai bentuk pengekangan, dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap riḍa Allah, seperti musibah kematian, sakit, kemiskinan, dan juga hal-hal yang disukai. sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dengan syariat, tenang saat ditimpa musibah, dan menampakkan kecukupan ketika dalam kefakiran. sabar akan dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan yang ampuh. 5. Qana’ah (Menerima Kenyataan Hidup) Qana’ah, menerimanya hati terhadap apa yang ada, meskipun sedikit, di- sertai sikap aktif, usaha. diri seseorang muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika sakit maupun sehat, ketika dalam kondisi kaya maupun miskin. Dia merasa bahwa semua sudah ditentukan dalam skenario besar Allah SWT., sambil meyakini bahwa semua yang ada pada dirinya, akan membawa hikmah di belakang hari. Dan dia ridla kepada-Nya dalam keadaannya itu.
23 6. Ridha Ridha secara etimologis berarti rela, tidak marah. Ridhla terbagi menjadi 2, yaitu ridhla Allah terhadap hambanya, dan ridhla hamba terhadap Allah SWT. Kaitannya dengan masalah sakit dan kesembuhan, bahwa riḍa menjadi salah satu sarana penenang jiwa atas segala keputusan Allah. Dengan kata lain, kerelaan hati menerima penyakit yang ditentukan Allah pada diri seseorang, akan menentukan kesembuhan yang diberikan Allah kepada hamba yang diridhai-Nya. 7. Tawakkal Pasrah lahir batin ketika menghadapi penyakit, tawakkal adalah kunci mencapai kesembuhan. Obat apa pun yang diinjeksikan ke dalam tubuh, tidak akan bermanfaat manakala dalam hati seseorang tidak ada rasa tawakal dan ridha. Tawakkal dan ridha, dapat dijadikan salah satu terapi untuk mempercepat proses penyembuhan, di samping tentu saja untuk pencegahan penyakit. 8. Ikhlas Menurut (Erbe Sentanu, 2006) dengan melatih gelombang otak untuk tetap bertahan dalam zona ikhlas setiap hari dan mengaplikasikan dalam semua kegiatan kita, maka akan tercipta suatu sikap hidup yang rela dan jujur di dalam diri kita. Rela karena semua yang kita lakukan selalu untuk keperluan yang lebih tinggi, lebih besar, dan lebih mulia. Jujur karena apa pun yang kita lakukan atau tidak kita lakukan adalah memang pilihan kita. Semua itu akan mengubah gelombang otak menjadi gelombang alpha dan energinya menjadi doa yang kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ikhlas akan menjadikan individu menumbuhkan sikap positif feeling dan ketenangan dalam hidup. 9. Muqarabah Muqarabah berkaitan erat keberadaan Nya yang senantiasa ada begitu dekat. Selain menunjukkan tentang keberadaan Allah, ayat ini menjelaskan tentang cara membangun keakraban bersama Allah SWT, yaitu berdoa, menjalankan perintah-Nya dan beriman kepada- Nya. Menurut Amin al-Najar, muqarabah bersandar kepada-Nya semata, merasa tenteram bersama-Nya, dan meminta pertolongan- Nya. Kunci penyembuhan dengan metode ini adalah doa, di mana Allah akan mengabulkan doa orang yang dekat dengan-Nya, karena sesungguhnya Dia dekat. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan doa begitu penting dalam terapi apa pun sebagai sugesti diri dan upaya meraih anugerah Allah SWT.
24 10. Muraqabah Arti muraqabah ialah merasa bahwa Allah SWT itu selalu mengawasi, dan manusia harus merasa selalu diawasi dalam perilaku dan isi hatinya. Hal ini menimbulkan kesadaran untuk membimbing dan mengarahkan diri, merasa sedang disorot oleh ‘kamera’ Ilahi yang menusuk kepada qalbu. Muraqabah pangkal ketaatan dan bisa memelihara diri dari dosa, merasa malu kepada-Nya, berhati-hati dalam berucap, bersikap dan melakukan perbuatan yang mulia. Individu akan terpancar akhlak al-karimah, dan terhindar dari perbuatan dosa pada akhirnya akan sehat jasmani dan rohani. 11. Khawf dan Raja’ khawf (dalam arti takut kepada Allah atas segala hal yang sebelumnya telah dilakukan, sehingga menuntut taubat yang semurni-murninya, zuhud, wara’, dan maḥabbah) dan rajā’ (dalam arti berharap kesembuhan, tetapi tidak mencoba memaksa Allah untuk menyembuhkan, sehingga menuntut ikhlāṣ, tawakkal, shukr dan riḍā), akan sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Demikian juga dalam upaya pencegahan terhadap penyakit, baik fisik maupun mental, dalam kehidupan sehari-hari. 12. Mahabbah dan Ma’rifah Maḥabbah dan ma‘rifah merupakan healing yang paling mujarab. menncintai-Nya dan orang yang mengenal-Nya.
25 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini menggunakan teori dasar self regulation oleh Leventhal’s. Teori lain yang digunakan adalah model biopsikososiospiritual, dan spiritualitas pada pasien kanker payudara. Dukungan Persepsi terhadap Regulasi spiritual sosial penyakit diri 1. Emosional 1. Gejala penyakit 1. Self kognitif 2. Penilaiani 2. Penyebab penyakit 3. Informasi 3. Dampak penyakit 2. Self 4. Instrumenta 4. Lama penyakit motivation Spiritualitas 5. Kesembuhan Kualitas hidup pasien 1. Fisik 1. Makna hidup Koping 2. Psikologis 2. Bersyukur 1. Problem Focused 3. Sosial 3. Harapan coping 4. Spiritual 2. Emosional fokus 4. Self 3. Spiritual koping transedens Respon emosional 1. Cemas 2. Distres 3. Marah 4. Menerima Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian diadopsi dari teori self regulation Levental’s dalam (Vohs & Baumeister, 2005)dan Model Biopsikososial spiritual dari Sumasy, 2002
26 3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah 1. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap persepsi penyakit pasien kanker payudara. 2. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 3. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap koping pasien pasien kanker payudara. 4. Ada pengaruh spiritualitas terhadap persepsi penyakit pasien kanker payudara. 5. Ada pengaruh spiritualitas terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 6. Ada pengaruh spiritualitas terhadap koping pasien pasien kanker payudara. 7. Ada pengaruh persepsi penyakit terhadap respon emosional pasien kanker payudara. 8. Ada pengaruh persepsi penyakit terhadap koping pasien pasien kanker payudara. 9. Ada pengaruh respon emosional terhadap koping pasien kanker payudara. 10. Ada pengaruh koping terhadap regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. 11. Ada pengaruh regulasi spiritual diri terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara.
27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Tahap 1 4.1.1 Jenis dan Desain Penelitian Tahap pertama penelitian menggunakan desain eksplanatorik. Rancangan penelitian menggunakan survei pendekatan cross sectional. 4.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian pada tahap 1 dilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Jatim dan waktu penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Desember tahun 2019. 4.1.3 Populasi Semua pasien kanker payudara yang sudah terdiagnosis kanker payudara oleh dokter yang berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo. 4.1.4 Sampel pada penelitian tahap satu sampelnya adalah sebagian pasien kanker payudara kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: Penderita yang terdiagnosis kanker payudara oleh dokter pada stadium II - stadium IV, Pasien yang menjalani rawat jalan, Pasien kanker payudara yang tidak mengalami komplikasi penyakit lain, Pasien kanker yang kesadarannya kompos mentis dan bersedia menjadi responden. 2. Kriteria Eksklusi Pasien kanker payudara yang tidak mampu menjawab sendiri kuesioner dan sedang hamil. 4.1.5 Besar Sampel Perhitungan besar sampel pada tahap pertama berdasarkan perhitungan rule of the thumb. Pada penelitian ini jumlah parameter variabel independen sejumlah 20 dikalikan 5 sama dengan 100 responden(Kuntoro, 2013). 4.1.6 Sampling Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian tahap satu ini adalah dengan cara consecutive sampling. 4.1.7 Variabel Penelitian dan definisi operasional 4.7.1.1 Variabel Penelitian
28 Variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel eksogen Variabel eksogen pada penelitian ini adalah dukungan sosial ( emosional, penilaian, informasi dan instrumen), spiritualitas (makna hidup, bersyukur, harapan,self transenden), persepsi penyakit ( gejala penyakit, penyebab penyakit, dampak penyakit,lama penyakit, kesembuhan penyakit), respon emosional (cemas, distres,marah, menerima) dan adalah koping ( problem focus coping, emotional focus coping dan spiritual coping). 2. Variabel endogen Variabel endogen penelitian ini regulasi spiritual diri ( self kognitif, self motivation, self behavior, self spiritual), kualitas hidup meliputi fisik, psikis, sosial dan spiritualitas. 4.1.7.2 Definisi Operasional Tabel 4.1 Definisi operasional Variabel Definisi Operasional dan indikator Pengukuran Skala 12 3 4 5 X.1 Dukungan sosial Kuesioner ordinal Adalah segala bentuk upaya Skala likert 4 : Selalu Ordinal yang diberikan oleh orang lain, 3 : Sering 2 : Kadang- kadang Ordinal keluarga terdekat kepada 1: Tidak Pernah Kategori pasien kanker payudara dalam Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& beradaptasi dengan Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) penyakitnya, yang meliputi : Kuesioner X.1.1 Emosional Skala likert 4 : Selalu X.1.2 Penilaian 3 : Sering 2 : Kadang- kadang X.1.3 Informasi 1: Tidak Pernah Kategori X.1.4 Instrumental Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& X.1.1 Dukungan Adalah segala upaya yang Kurang skor <56 % emosional diberikan oleh orang lain pada (Nursalam,2014) pasien kanker payudara melalui perasaan peduli, Kuesioner perhatian, kasih sayang, Skala likert dicintai sehingga pasien kanker 4 : Selalu payudara merasa nyaman 3 : Sering 2 : Kadang- kadang X.1.2 Dukungan Adalah segala bentuk 1: Tidak Pernah penilaian dukungan melalui ungkapan positif, dukungan positif terhadap pasien kanker payudara
29 12 3 4 5 X.1.3 Dukungan Dukungan orang lain yaitu Kuesioner Ordinal petugas kesehatan dan Skala likert informasi keluarga kepada pasien kanker 4 : Selalu payudara melalui pemberian X.1.4 Dukungan informasi tentang penyakitnya 3 : Sering Ordinal instument sehingga pasien memahami 2 : Kadang- kadang tentang penyakit dan 1: Tidak Pernah X.2 Spiritualitas kondisinya Kategori Baik, skor 76-100% X.2.1 Makna hidup Dukungan yang diberikan oleh Cukup, skor 56-75& keluarga berupa material Kurang skor <56 % X.2.2 Bersyukur kepada pasien kanker payudara Kuesioner X.2.3 Harapan Adalah harmonisasi kehidupan Skala likert pasien kanker payudara yang 4 : Selalu meliputi dimensi sebagai 3 : Sering berikut : 2 : Kadang- kadang X.2.1 Makna Hidup 1: Tidak Pernah X.2.2 Bersyukur X.2.3 Harapan Kategori X.2.4 Self transenden Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Segala hal yang dipandang Kurang skor <56 % penting , dirasakan berharga (Nursalam,2014) dan diyakini oleh pasien kanker payudara dalam Kuesioner Ordinal menyikapi kondisi sakitnya 1 : Tidak pernah Ordinal dan dijadikan dalam mencapai 2 : Jarang Ordinal tujuan hidupnya Ordinal 3 : Sering Kemampuan pasien kanker payudara untuk menerima 4 : Selalu kondisinya, menghargai yang didapatkan dan memandang Kategori positif apa yang terjadi dan Baik, skor 76-100% optimis dalam menjalani Cukup, skor 56-75& kondisinya Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Sesuatu yang diinginkan yang Kuesioner lebih baik dalam kehidupannya 1 : Tidak pernah dalam menjalani kanker 2 : Jarang payudara 3 : Sering 4 : Selalu Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Kuesioner 1 : Tidak pernah 2: Jarang 3: Sering 4 : Selalu Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Kuesioner 1 : Tidak pernah 2 : Jarang 3 : Sering 4 : Selalu
30 12 3 4 5 X.2.4 Self Transenden Ordinal Cara pandang, penilaian dan Kuesioner keyakinan pasien kanker 1 : Tidak pernah payudara terhadap kekuatan 2: Jarang diluar dirinya, terhadap 3: Sering Tuhannya dan cara pasien 4: Selalu melakukan kedekatan dengan Kategori Tuhannya. Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) X.3 Persepsi penyakit adalah penilaian individu Kuesioner Ordinal Rentang 1 - 10 terhadap kondisi dan atau 1 : Tidak pernah 2- 4: Jarang pengalaman menderita kanker 5 - 9 : Sering 10: Selalu payudara yang telah didignosis Kategori Baik, skor 76-100% oleh dokter serta bagaimana Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % resonden memaknainya. (Nursalam,2014) indikatornya adaah persepsi terhadap : X.3.1 Gejala penyakit X.3.2 Penyebab sakit X.3.3 Dampak sakit X.3.4 Lama Penyakit X.3.5 Kesembuhan penyakit X.3.1 Persepsi tentang Penilaian pasien kanker Kuesioner Ordinal gejala penyakit payudara terhadap manifestasi Rentang 1 - 10 Ordinal yang dirasakan akibat 1 : Tidak pernah Ordinal diagnosis kanker payudara 2- 4: Jarang 5 - 9 : Sering X.3.2 Persepsi tentang Penilaian pasien kanker 10: Selalu penyebab payudara terhadap sesuatu Kategori penyakit yang bisa menyebabkan Baik, skor 76-100% terjadinya kanker kanker Cukup, skor 56-75& payudara Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) X.3.3 Persepsi tentang Penilaian pasien kanker Kuesioner dampak penyakit payudara terhadap efek yang Rentang 1 - 10 ditimbulkan yang dirasakan 1 : Tidak pernah akibat diagnosis kanker 2- 4: Jarang payudara 5 - 9 : Sering 10: Selalu Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Kuesioner Rentang 1 - 10 1 : Tidak pernah 2- 4: Jarang 5 - 9 : Sering 10: Selalu Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014)
31 12 3 4 5 X.3.4 Persepsi tentang Ordinal Penilaian pasien kanker Kuesioner lama penyakit payudara terhadap jangka Rentang 1 - 10 Ordinal waktu penyakitnya yang 1 : Tidak pernah dirasakan akibat diagnosis 2- 4: Jarang Ordinal kanker payudara 5 - 9 : Sering 10: Selalu Ordinal X.3.5 Persepsi tentang Penilaian pasien kanker Kategori kesembuhan payudara terhadap pulihnya Baik, skor 76-100% penyakit kondisi setelah melakukan Cukup, skor 56-75& pengobatan yang dirasakan Kurang skor <56 % akibat diagnosis kanker (Nursalam,2014) payudara Kuesioner X.4 Respon Emosional Adalah reaksi emosi yang Rentang 1 - 10 ditunjukkan oleh pasien kanker 1 : Tidak pernah payudara akibat penyakitnya, 2- 4: Jarang yang meliputi : 5 - 9 : Sering X.4.1 Cemas 10: Selalu X.4.2 Distres Kategori X.4.3 Marah Baik, skor 76-100% X.4.4 Menerima Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % X.4.1 Cemas Perubahan psikologis tidak (Nursalam,2014) nyaman yang terjadi pada Kuesioner pasien akibat kanker payudara Skala likert 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Kuesioner Skala likert 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) X.4.2 Distres Perubahan emosi yang Kuesioner Ordinal Skala likert subyektif yang ditunjukkan 4 : Selalu 3 : Sering dengan kehilangan 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah kegembiraan pada pasien kanker payudara sebagai akibat memikirkan dampak penyakitnya Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014
32 12 3 4 5 X.4.3 Marah Respon emosional pasien yang Ordinal mengakibatkan peningkatan Kuesioner tekanan darah , nadi pada Skala likert pasien kanker payudara. 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) X.4.4 Menerima Respon emosional pasien Kuesioner Ordinal kanker payudarkitnya dimana Skala likert Ordinal pasien dapat menerima kondisi 4 : Selalu sakitnya. 3 : Sering 2 : Kadang- kadang X.5 Koping Adalah cara yang dilakukan 1: Tidak Pernah Kategori pasien kanker payudara dalam Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& menyelesaikan masalah akibat Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) penyakit yang dideritanya Kuesioner Skala likert dengan menggunakan 4 : Selalu 3 : Sering kemampuannya, dengan 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah indikator : Kategori Baik, skor 76-100% X.5.1 Problem Focus Coping Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % X.5.2 Emotional Focus Coping (Nursalam,2014) X.5.3.Spiritual Coping X.5.1 Problem focus Cara pasien kanker payudara Kuesioner Ordinal coping mengatasi masalah akibat Skala likert penyakitnya 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) X.5.2 Emotional focus Upaya pasien kanker payudara Kuesioner Ordinal coping untuk mengatur emosinya Skala likert dalam mengatasi masalah 4 : Selalu akibat penyakitnya 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014)
33 12 3 4 5 X.5.3 Spiritual Coping Strategi menggunaan nilai, Ordinal keyakinan yang dianut oleh Kuesioner pasien kanker payudara dalam Skala likert mengatasi masalah yang terjadi 4 : Selalu akibat penyakitnya 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Y.1 Regulasi Spiritual Respon, kemampuan dan Kategori Ordinal diri perilaku pasien kanker Baik, skor 76-100% payudara dalam mengatur diri Cukup, skor 56-75& yang digunakan untuk adaptasi Kurang skor <56 % terhadap penyakit dan (Nursalam,2014) dampaknya yang terdiri dari : Y.1.1 Self kognitif Kuesioner Y.1.2 Self Motivasi Skala likert Y.1.3 Self behavior 4 : Selalu Y.1.4 Self Spiritual 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Y.1.1 Self kognitif Respon kemampuan pasien Kategori Ordinal kanker payudara dalam Baik, skor 76-100% mengatur pengetahuan dirinya Cukup, skor 56-75& dalam mengatasi masalah Kurang skor <56 % penyakitnya (Nursalam,2014) Kuesioner Skala likert 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Y.1.2 Self Motivasi Respon kemampuan pasien Kategori Ordinal kanker payudara dalam upaya Baik, skor 76-100% Ordinal membangkitan memotivasi Cukup, skor 56-75& dirinya dalam mengatasi Kurang skor <56 % masalah penyakitnya (Nursalam,2014) Y.1.3 Self Behavior Respon kemampuan pasien Kuesioner Skala likert kanker payudara dalam 4 : Selalu 3 : Sering mengatur dan mengoptimalkan 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah perubahan perilakunya dalam Kategori Baik, skor 76-100% mengatasi masalah Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % penyakitnya (Nursalam,2014) Kuesioner Skala likert 4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014)
34 12 3 4 5 Y.1.4 Self Spiritual Ordinal Respon kemampuan pasien Kuesioner Skala likert kanker payudara untuk 4 : Selalu 3 : Sering mengatur nilai, keyakinan dan 2 : Kadang- kadang 1: Tidak Pernah praktik spiritualnya dalam mengatasi masalah penyakitnya Kategori Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Y.2 Kualitas Hidup Persepsi pasien kanker Kuesioner Ordinal payudara dalam menerima Skala likert kondisi sakitnya yang 4 : Selalu berkaitan dengan nilai, standart 3 : Sering dan kondisi hidupnya dalam 2 : Kadang- kadang menjalani sakitnya, dengan 1: Tidak Pernah indikator Y.2.1 Kualitas hidup secara Kategori Fisik Baik, skor 76-100% Y.2.2 Kualitas hidup secara Cukup, skor 56-75& Psikologis Kurang skor <56 % Y.2.3 Kualitas hidup secara (Nursalam,2014) Sosial Y.2.4 Kualitas hidup secara Spiritual Y.2.1 Kualitas hidup Persepsi pasien kanker Kuesioner Ordinal secara Fisik payudara dalam menerima Skala likert kondisi sakitnya yang 4 : Selalu berkaitan dengan nilai, 3 : Sering standart dan kondisi 2 : Kadang- kadang hidupnya, dengan indikator 1: Tidak Pernah (a) Kegiatan Kategori kehidupan sehari-hari, ( b) Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Ketergantungan bantuan Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) medis, (c) Energi dan kelelahan,(d) Mobilitas, (e) sakit dan ketidaknyamanan, (f) Istirahat dan tidur,(g) Kapasitas kerja Y.2.2 Kualitas hidup Persepsi pasien kanker Kuesioner Ordinal secara psikologis payudara dalam menerima Skala likert kondisi sakitnya yang 4 : Selalu berkaitan dengan nilai, 3 : Sering standart dan kondisi 2 : Kadang- kadang hidupnya dalam menjalani 1: Tidak Pernah sakitnya, dengan indikator a) Perasaan negatif, b ) Kategori Perasaan positif, c) Baik, skor 76-100% Penghargaan diri. Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014)
35 12 3 4 5 Y.2.3 Kualitas hidup Ordinal Persepsi pasien kanker Kuesioner secara Sosial payudara dalam menerima Skala likert Ordinal kondisi sakitnya yang 5 : Selalu Y.2.4 Kualitas hidup berkaitan dengan nilai, 3 : Sering secara Spiritual standart dan kondisi 2 : Kadang- kadang hidupnya dalam menjalan i 1: Tidak Pernah sakitnya, dengan indikator Kategori a) Hubungan pribadi, b) Baik, skor 76-100% Dukungan social c) Cukup, skor 56-75& Aktifitas seksual Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Persepsi pasien kanker Kuesioner payudara dalam menerima Skala likert kondisi sakitnya yang 4 : Selalu berkaitan dengan nilai, standart 3 : Sering dan kondisi hidupnya dalam 2 : Kadang- kadang menjalan i sakitnya, dengan 1: Tidak Pernah indikator a) makna dan tujuan hgidup b) nilai yang dianut, c) Kategori harapan , d) . praktik spiritual Baik, skor 76-100% Cukup, skor 56-75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) 4.1.8 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan data Prosedur diawali dengan melakukan pengumpulan data pasien yang terdiagnosis kanker payudara didapatkan dari Dinas Kesehatan, RSUD Sidoarjo dan komunitas pasien kanker payudara. Selanjutnya peneliti menentukan pilihan sampel. Sampel terpilih diberikan kuesioner. Peneliti memberikan kuesioner pada responden yang telah menyetujui menjadi responden setelah diberikan penjelasan oleh peneliti. Responden mengisi kuesioner dengan di dampingi oleh peneliti. Diskusi mendalam dilakukan dalam bentuk Focus group discussion (FGD) tentang issue strategis yang berkaitan dengan masalah regulasi spiritual diri, kualitas hidup pasien kanker payudara. FGD dilakukan dengan pasien, tenaga kesehatan, psikolog dan pakar spiritual untuk mendapatkan masukan tentang isue strategis. Hasil FGD merupakan rekomendasi untuk menyusun modul pedoman pelaksanaan regulasi spiritual diri terhadap upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. 4.1.9 Analisis Data 1). Analisis Diskriptif
36 Analisis deskriptif juga dilakukan pada setiap variabel penyusun model regulasi spiritual diri dengan distribusi frekuensi dan persentase yang dinarasikan. 2) Analisis inferensial Tekhnik analisis inferensial digunakan untuk menguji model empiris dan hipotesis yang diusulkan dalam penelitian ini. Tekhnik analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). 4.2 Tahap 2 4.2.1 Jenis dan Desain Penelitian Desain penelitian pada tahap 2 adalah quasy eksperimen dengan menggunakan pendekatan randomaized pre test – post test. 4.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian pada tahap 2 dilakukan di wilayah Dinas kesehatan Kabupaten Sidoarjo di bulan Agustus sampai bulan Desember 2019 4.2.3 Populasi Populasi penelitian pada tahap 2 adalah semua pasien kanker payudara di wilayah Kabupaten Sidoarjo yang rawat jalan. 4.2.4 Sampel Sampel pada penelitian tahap dua ini adalah sebagian pasien kanker payudara yang berada di willayah kabupaten Sidoarjo yang rawat jalan dengan kriteria sebagai berikut : Penderita yang terdiagnosis kanker payudara oleh dokter pada stadium II - stadium IV, yang menjalani rawat jalan, yang tidak mengalami komplikasi penyakit lain, kesadarannya kompos mentis dan bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi :Pasien kanker payudara yang tidak mampu menjawab sendiri kuesioner, Pasien yang sedang hamil. 4.2.5 Besar Sampel Besar sampel pada tahap penelitian ini adalah sebesar 420 responden yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah di tetapkan oleh peneliti. 4.2.6 Sampling Tehnik sampling yang digunakan dengan cara consecutive sampling. 4.2.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.2.7.1 Variabel Penelitian 1) Variabel independent (Bebas) Variabel independent dalam penelitian tahap 2 ini adalah model regulasi spiritual diri 2) Variabel dependen (Terikat) Variabel dependen dalam penelitian tahap 2 ini adalah kualitas hidup
37 Variabel Definisi Operasional dan Pengukuran Skala indikator 12 34 X Regulasi Spiritual Respon, kemampuan dan Kuesioner Ordinal diri perilaku pasien kanker payudara dalam mengatur diri yang Skala likert digunakan untuk adaptasi terhadap penyakit dan 4 : Selalu dampaknya yang terdiri dari : X.1 Self kognitif 3 : Sering X.1 Self Motivasi X.1 Self behavior 2 : Kadang- X.1Self Spiritual kadang 1: Tidak Pernah Kategori Baik, skor 76- 100% Cukup, skor 56- 75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) Y Kualitas Hidup Persepsi pasien kanker payudara Kuesioner Ordinal dalam menerima kondisi sakitnya yang berkaitan dengan Skala likert nilai, standart dan kondisi hidupnya dalam menjalani 4 : Selalu sakitnya, dengan indikator Y.1 Kualitas hidup secara 3 : Sering Fisik Y.2 Kualitas hidup secara 2 : Kadang- Psikologis Y.3 Kualitas hidup secara kadang Sosial Y.4 Kualitas hidup secara 1: Tidak Pernah Spiritual Kategori Baik, skor 76- 100% Cukup, skor 56- 75& Kurang skor <56 % (Nursalam,2014) 4.2.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Pada tahap kedua ini dilakukan simulasi model regulasi spiritual diri terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. Prosedur pengambilan data pada tahap ini memberikan pendidikan kesehatan dan pelatihan dengan menggunakan modul regulasi spiritual diri. 4.2.9 Analisis Data Selanjutnya untuk mengukur adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok intervesi dilakukan analisis dengan uji T Test.
38 4.3 Kerangka Operasional Kerangka operasional penelitian ini adalah sebagai berikut 5 DukuEnmgaonsiSoonsaila,lK, sopMpiirnietgnugaM67ilditeeaknsa,tniPfiieskmrasseeip,:skiuPaleintaysakhiitd, uRpespon Menganalisis tata hubung antar variabel sesuai tujuan penelitian dengan uji inferensial Isu strategis Melakukan FGD: Pasien Kanker Payudara , pakar Diskusi Pakar Pengembangan Model Regulasi Spiritual Diri Uji coba model Rekomendasi Model Gambar 4.2. Kerangka Operasional Pengembangan Model Regulasi Spiritual diri 4.4 Etika Penelitian Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan pernyataan lolos kaji etika penelitian (ethical clearance) dari lembaga yang diberi wewenang yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan (FKp Unair) dan juga uji etik di RSUD Sidoarjo.
39 BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden Penelitian 5.1.1 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Tabel 5.1 Tabel distribusi karakteristik pasien kanker payudara di kabupaten Sidoarjo, Desember 2019 Umur Karakteristik Frekuensi Persentase Remaja akhir (17 – 25) 3 3.1 Dewasa Awal (26 - 35) 6 6.1 Dewasa Akhir (36 – 45) 30 30.6 Lansia Awal (46 – 55) 37 37.8 Lansia Akhir (56 – 65) 17 17.3 Manula (66 keatas) 5 5.1 Total 98 100.0 Stadium Kanker II 35 35.7 III 49 50.0 IV 14 14.3 Total 98 100.0 Agama Islam 90 91.8 Kristen Katolik 8 8.2 Total 98 100 Lama Terdiagnosis > 1 Tahun 58 59.2 ≤1 Tahun 40 40.8 Total 98 100.0 Status Marital Kawin 94 95.9 Tidak Kawin 4 4.1 Total 98 100.0 Riwayat Kanker ya 56 57.1 Tidak 42 42.9 Total 98 100.0 Terapi Belum kemoterapi 28 28.6 Proses kemoterapi 23 23.5 Sudah kemoterapi 47 48.0 Total 98 100.0 Mastectomy Ya 88 89.8 Tidak 10 10.2 Total 98 100.0 Education Tidak Sekolah 7 7.1 Dasar 35 35.7 Menengah 37 37.8 Perguruan Tinggi 19 19.4 Total 98 100.0 Status Kerja Tidak Bekerja 67 68.4 Bekerja 31 31.6 Total 98 100.0 Informasi Tidak 58 59.2 ya 40 40.8 Total 98 100.0
40 5.1.2 Diskripsi dan hubungan antar variabel 5.1.2.1 Diskripsi Variabel dukungan sosial Diskripsi frekuensi variabel dukungan sosial pada pasien kanker payudara dapat dilihat di tabel 5.2 Tabel 5.2 Tabel Distribusi frekuensi variabel dukungan sosial pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase Dukungan informasi Kurang 42 42.9 Cukup 46 46.9 Baik 10 10.2 Dukungan penilaian Kurang 17 17.3 Cukup 61 62.1 Baik 20 20.6 Dukungan instrumen Kurang 46 46.9 Cukup 34 34.0 Baik 18 18.0 Dukungan emosional Kurang 16 16.3 Cukup 55 56.1 Baik 27 27.6 Tabel 5.2 menjelaskan bahwa pada variabel dukungan sosial, indikator dukungan informasi masih ada 42.9 % kurang dukungan dan paling banyak 27.6 % responden mendapatkan dukungan emosional dengan baik dibandingkan dengan dukungan sosial lainnya. 5 1.2.2 Diskripsi Variabel Spiritualitas Diskripsi frekuensi variabel spiritualitas pada pasien kanker payudara dapat dilihat di tabel 5.3 Tabel 5.3 Tabel Distribusi frekuensi variabel spiritualitas pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase 12 3 Makna Hidup Kurang 33 33.7 Cukup 45 45.1 Baik 20 20.2 Bersyukur
41 1 2 3 Kurang 39 39.7 Cukup 36 36.1 Baik 23 23.2 Harapan Kurang 20 20.2 Cukup 45 45.1 Baik 33 33.7 Self Transenden Kurang 26 26.3 Cukup 45 45.1 Baik 27 27.6 Tabel 5.3 menjelaskan bahwa pada variabel spiritual indikator harapan 45.1 % cukup, dan pada indikator self transenden sebagian besar 45.1 % memiliki self transenden yang cukup dibandingkan dengan indikator lainnya. Indikator harapan sebesar 33.7 % adalah memiliki harapan yang baik. 5.1.2.3 Diskripsi Variabel Persepsi Penyakit Diskripsi frekuensi variabel persepsi penyakit pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Tabel Distribusi frekuensi variabel persepsi penyakit pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase Persepsi Gejala Penyakit Kurang 32 32.7 Cukup 56 57.1 Baik 10 10.2 Persepsi Penyebab Penyakit Kurang 17 17.3 Cukup 51 52.1 Baik 30 30.6 Persepsi Dampak Penyakit Kurang 46 46.9 Cukup 34 34.7 Baik 18 18.4 Persepsi Lama Penyakit Kurang 16 16.3 Cukup 55 56.1 Baik 27 27.6 Persepsi kesembuhan Kurang 39 39.8 Cukup 50 51.0 Baik 9 9.2
Search