Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Penjelasan Struktur Kurikulum di Satuan Pendidikan Pembelajaran Kokurikuler - Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tujuan Kokurikuler Metode Kegiatan kokurikuler yang dirancang terpisah dari intrakurikuler yang bertujuan Hasil untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD). Tujuan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan materi pelajaran intrakurikuler. Pada PAUD, ini bertujuan untuk pengayaan wawasan dan penanaman karakter sejak dini. • Mengasah kepekaan dan mengeksplorasi isu riil dan kontekstual dalam bentuk projek dengan bobot 20%-30% (SD-SMA/SMK) dari kegiatan pembelajaran. • Memberikan ruang lebih banyak bagi peserta didik untuk bekerja mandiri dan fleksibel. • Dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek • Bekerja secara kolaboratif dan terencana. • Khusus satuan PAUD kegiatan ini dilaksanakan minimal 2x setahun serta dilaksanakan dalam konteks perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional dengan menggunakan 4 pilihan tema besar yang sudah ditetapkan. • Bukti dapat berupa hasil produk/projek dan jurnal kerja yang fokus pada proses dan pencapaian tujuan projek. • Satuan pendidikan menyediakan waktu khusus untuk peserta didik menunjukkan hasil projek melalui pameran/pertunjukan. • Dilaporkan melalui rapor atau laporan kemajuan belajar untuk konteks PAUD, pada bagian terpisah dengan intrakurikuler. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 43
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Penjelasan Struktur Kurikulum di Satuan Pendidikan Pembelajaran Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler Tujuan Kegiatan di luar jam belajar intrakurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Metode • Terdiri atas ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Kegiatan wajib berbentuk pendidikan kepramukaan dan kegiatan pilihan berupa kegiatan yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik. • Mengacu pada prinsip partisipasi aktif dan menyenangkan • Melibatkan pendidik dan narasumber profesional dalam melatih keterampilan tertentu • Untuk Satuan PAUD, program ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Hasil • Bukti berupa testimoni atau cerita dari peserta didik. • Dilaporkan melalui rapor atau laporan kemajuan belajar untuk konteks PAUD, pada bagian terpisah dengan intrakurikuler. 44
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran: Mata Pelajaran, Tematik, Integrasi, Blok Terdapat empat (4) pendekatan yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan dalam mengorganisasikan muatan pembelajaran yang perlu disesuaikan dengan kondisi dan tujuan masing-masing satuan pendidikan. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 45
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Tips • Pendekatan pembelajaran akan mempengaruhi satuan pendidikan dalam mengelola waktu (penjadwalan) dan sumber dayanya. Oleh karena itu, dalam memilih pendekatan pembelajaran perlu mempertimbangkan jumlah pendidik dan peserta didik, beban mengajar, dan kesiapan satuan pendidikan. • Satuan pendidikan dapat memilih salah satu atau mengkombinasi ketiga pendekatan tersebut. Misalnya dengan menggunakan pendekatan secara integrasi dan blocking secara bersamaan atau mengkombinasikan ketiganya. • Dalam konteks PAUD, pengorganisasian pembelajaran disarankan menggunakan pendekatan tematik (sudah familiar di PAUD) atau pendekatan secara terintegrasi karena pendekatan tersebut paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran di PAUD. Contoh pengorganisasian menggunakan pendekatan terintegrasi dapat dilihat di lampiran. Pendekatan Kelebihan Hal yang Perlu Dipertimbangkan mata pelajaran Memudahkan satuan pendidikan • Beban yang harus dihadapi dalam pembuatan jadwal peserta didik setiap minggu harus pembelajaran di satuan pendidikan. diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga peserta didik tidak terbebani dengan banyaknya beban mata pelajaran. • Daya serap peserta didik terhadap mata pelajaran akan sangat berpengaruh jika macam mata pelajaran yang diberikan dalam satu waktu tertentu terlampau banyak. Ada kecenderungan konten suatu mapel belum terserap, sudah harus ganti mata pelajaran yang lainnya. • Perlunya koordinasi antar pendidik pengampu mata pelajaran. Pengaturan harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan tugas dalam waktu yang bersamaan. 46
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Kelebihan Hal yang Perlu Dipertimbangkan Pendekatan • Adanya tema sebagai payung • Penentuan tema tidak harus tematik besar yang menaungi kompetensi- diawali dari pemetaan kompetensi- kompetensi dari berbagai mata kompetensi dari berbagai mata Pendekatan pelajaran. pelajaran. secara terintegrasi • Mengembangkan kompetensi • Satuan pendidikan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan keleluasaan kepada pendidik untuk sikap peserta didik. menentukan tema yang relevan dan kontekstual. • Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. • Satuan pendidikan memberikan fleksibilitas bagi pendidik untuk • Berpusat pada peserta didik, menyatukan konsep dari berbagai menghadirkan tema-tema yang mata pelajaran atau dikaitkan relevan serta kontekstual dan dengan kehidupan peserta didik. berkaitan dengan kehidupan riil peserta didik, memadukan • Satuan pendidikan memfasilitasi konsep-konsep dari berbagai pendidik untuk berkolaborasi mata pelajaran, bersifat fleksibel, dalam merancang pembelajaran. menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan. • Memberikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan • Peserta didik belajar suatu menyelaraskan di antara pendidik konsep secara komprehensif dan mata pelajaran yang mengajarkan kontekstual karena keterampilan, tujuan pembelajaran yang pengetahuan dan sikap berkaitan atau sama dengan unit diintegrasikan untuk mencapai atau konsep yang dipelajari . suatu penguasaan kompetensi tertentu. • Satuan pendidikan harus memberikan fleksibilitas bagi • Para pendidik terkondisikan untuk pendidik untuk mengelola berkolaborasi secara intensif penjadwalan mengikuti karena perlu memilih kompetensi/ kebutuhan/fokus pemahaman konten yang selaras dengan yang bisa berbeda setiap term/ pemahaman yang dituju. semester/tahun. • Lebih efisien karena pendidik bisa memilah konsep yang perlu dieksplorasi secara lebih mendalam dan konten yang memerlukan waktu lebih sedikit. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 47
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pendekatan Kelebihan Hal yang Perlu Dipertimbangkan secara bergantian • Memberikan waktu yang • Pengaturan jam mengajar pendidik dalam blok cukup bagi peserta didik untuk harus diperhitungkan sedemikian waktu mempelajari materi secara rupa, sehingga pendidik tetap terpisah mendalam. memiliki beban kerja proporsional. • Waktu pembelajaran menjadi • Ketersediaan sarana prasarana lebih banyak dan hal tersebut - mengingat pendekatan blok memungkinkan peserta didik membutuhkan pengaturan sarana belajar hingga tuntas. dan prasarana yang ketat. • Dengan blok waktu yang lebih • Perlu dirancang strategi tertentu panjang, pendidik memiliki agar materi yang diajarkan pada lebih banyak waktu untuk satu blok tertentu bisa tetap menyelesaikan rencana pelajaran diingat. dan untuk memeriksa dan mengevaluasi pembelajaran. • Dengan blok waktu yang lebih lama memungkinkan untuk studi yang mendalam, seperti mengerjakan proyek/penelitian individu/kelompok, kolaborasi antar peserta didik dan pendidik. 48
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pendekatan Mata Pelajaran Pengorganisasian muatan pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran diibaratkan makanan dengan lauk yang terpisah, bertujuan untuk mencapai capaian pembelajaran di masing-masing mata pelajaran. Saat perencanaan pembelajaran, pendidik dan wakil kepala satuan pendidikan bidang kurikulum melihat tujuan pembelajaran dan merancang asesmen dan kegiatan untuk setiap mata pelajaran. Jadwal disusun berdasarkan mata pelajaran dengan masing-masing alokasi jam pelajaran tiap tahunnya. Matematika Peserta didik dapat mengidentifikasi, meniru, dan IPAS mengembangkan pola gambar atau objek sederhana dan pola Pendidikan Pancasila bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100 (Fase B). Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi dengan teman sebangku, peserta didik dapat mengembangkan pola gambar atau objek sederhana dan pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan berbagai operasi hitung. Peserta didik dapat mengidentifikasi sistem organisasi kehidupan serta melakukan analisis untuk menemukan keterkaitan sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tertentu (sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan dan sistem reproduksi). Tujuan Pembelajaran Peserta didik menganalisis hubungan sumberdaya alam lokal yang dapat menunjang kesehatan masyarakat, dan mengkampanyekan gaya hidup sehat. Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan makna sila- sila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Fase B). Tujuan Pembelajaran Peserta didik mengembangkan contoh-contoh penerapan sila dalam Pancasila melalui sebuah jurnal harian. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 49
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Seni Musik Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengimitasi dan menata bunyi-musik sederhana dengan menunjukkan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik (Fase B). Tujuan Pembelajaran Peserta didik menunjukkan kepekaan terhadap unsur bunyi musik dan sajian musik lokal yang terkait dengan kekayaan alam dan kesehatan masyarakat. Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Mata Pelajaran (SMP) Untuk pembelajaran tematik, dapat menggunakan contoh jadwal yang sama namun setiap materi di mata pelajaran konteksnya dikaitkan dengan tema. Alokasi projek penguatan profil pelajar Pancasila dialokasikan sekitar 25% (dua puluh persen) dari total beban belajar per tahun. Projek tidak dilakukan di tiap alokasi waktu mata pelajaran (intrakurikuler), tetapi terpisah (kokurikuler). Alokasi waktu mata pelajaran SMP/MTs Kelas VII-VIII (Asumsi 1 tahun = 36 minggu dan 1 JP = 40 menit) Alokasi Alokasi Alokasi Projek Penguatan No Mata Pelajaran Intrakurikuler Intrakurikuler Profil Pelajar Total JP Per Tahun per Tahun per Minggu Pancasila per Tahun (JP) (JP) (JP) (JP) 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 72 2 36 108 2 Pendidikan Pancasila 72 2 36 108 3 Bahasa Indonesia 180 5 36 216 4 Matematika 144 4 36 180 5 IPA 144 4 36 180 6 IPS 108 3 36 144 7 Bahasa Inggris 108 3 36 144 8 Penjasorkes 72 2 36 108 9 Informatika 72 2 36 108 10 Seni dan Prakarya 72 2 36 108 11 Muatan Lokal* Total** 1044 29 360 1404 *paling banyak 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun **total JP tidak termasuk pelajaran Muatan Lokal dan/atau pelajaran tambahan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan 50
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Mata Pelajaran (SMP) Untuk pembelajaran tematik, dapat menggunakan contoh jadwal yang sama tetapi konteks materi di mata pelajaran dikaitkan dengan tema. Alokasi projek penguatan profil pelajar Pancasila dialokasikan sekitar 25% (dua puluh persen) dari total beban belajar per tahun. Projek tidak dilakukan di tiap alokasi waktu mata pelajaran (intrakurikuler), tetapi terpisah (kokurikuler). Alokasi waktu mata pelajaran SMP/MTs Kelas VII-VIII (Asumsi 1 tahun = 36 minggu dan 1 JP = 40 menit) Alokasi Projek Alokasi Alokasi Penguatan No Mata Pelajaran Intrakurikuler Intrakurikuler Profil Pelajar Total JP Per Tahun per Tahun per Minggu Pancasila per Tahun (JP) (JP) (JP) (JP) 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 64 2 32 96 2 Pendidikan Pancasila 64 2 32 96 3 Bahasa Indonesia 160 5 32 192 4 Matematika 128 4 32 160 5 IPA 128 4 32 160 6 IPS 96 3 32 128 7 Bahasa Inggris 96 3 32 128 8 Penjasorkes 64 2 32 96 9 Informatika 64 2 32 96 10 Seni dan Prakarya 64 2 32 96 11 Muatan Lokal* Total** 928 29 320 1248 *paling banyak 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun **total JP tidak termasuk pelajaran Muatan Lokal dan/atau pelajaran tambahan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 51
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Mata Pelajaran (Paket B) Alokasi SKK Mata Pelajaran Paket B (Fase D) No Mata Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah SKK A. Kelompok Mata Pelajaran Umum 222 2 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 222 3 Pendidikan Pancasila 554 4 Bahasa Indonesia 554 5 Matematika 4 4 4 88 6 IPA 444 7 IPS 444 8 Bahasa Inggris 222 9 PJOK 222 10 Seni Muatan Lokal* B. Pemberdayaan dan Keterampilan Berbasis Profil Pelajar Pancasila 1 Pemberdayaan 4 4 4 30 2 Keterampilan 666 Jumlah SKK 40 60 38 118 • 1 (satu) SKK adalah satu satuan kompetensi • Alokasi waktu Kelas VII dan VIII masing- yang dicapai melalui pembelajaran 1 (satu) masing 36 minggu efektif, dan pada kelas IX jam tatap muka atau 2 (dua) jam tutorial sejumlah 32 minggu efektif. atau 3 (tiga) jam mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya pada tiap • Alokasi Projek Penguatan Profil Pelajar minggu. Pancasila berdasarkan SKK pada program Pemberdayaan dan Keterampilan. • Pengorganisasian SKK bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan serta analisis dari satuan Pendidikan. 52
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pendekatan Tematik Menurut Forgaty (2009), terdapat sepuluh model pendekatan tematik: 1. Model penggalan 2. Model keterhubungan 3. Model sarang 4. Model urutan /rangkaian 5. Model bagian 6. Model jaring laba-laba 7. Model galur/benang 8. Model keterpaduan 9. Model celupan 10. Model jaringan Menurut Permendikbud No. 57 tahun 2014, Pertanyaan pemantik untuk satuan pendidikan pendekatan tematik adalah pendekatan dalam mengorganisasi pembelajaran dengan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai pendekatan tematik: kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. 1. Apakah ada tema yang kontekstual sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan? 1. Pendekatan pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut: 2. Apakah satuan pendidikan memiliki pendidik yang cukup mumpuni untuk 2. Memiliki tema yang dekat dengan menggali informasi dan pengetahuan kehidupan peserta didik. terkait materi pembelajaran? 3. Tema diibaratkan sebagai payung yang 3. Apakah satuan pendidikan menyesuaikan menaungi kompetensi-kompetensi dari ruang lingkup tema dengan usia dan berbagai mata pelajaran. perkembangan peserta didik (minat kebutuhan, dan kemampuan)? 4. Berpusat pada siswa dan bersifat fleksibel. 4. Apakah satuan pendidikan cukup 5. Pemisahan antar mata pelajaran tidak fleksibilitas di dalam menyusun tema-tema terlihat secara jelas. pembelajaran? Apakah model apa yang dipilih sudah sesuai dengan konteks satuan 6. Materi yang diajarkan bersifat relevan pendidikan? dengan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 5. Apakah satuan pendidikan telah memikirkan cara penilaian yang 7. Hubungan antara kompetensi terlihat jelas komprehensif dalam menyusun tema-tema di dalam aktivitas yang dilakukan. pembelajaran? Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 53
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Tematik Kelas 1 SD Semester 1 Semester 2 Tema Durasi Tema Durasi Diri Sendiri 72 JP Lingkungan Bersih 72 JP 72 JP Kegemaranku 72 JP Benda di Sekitarku 72 JP 72 JP Kegiatanku 72 JP Peristiwa Alam 72 JP 72 JP Keluargaku 72 JP Lingkungan Sehat 108 JP Pengalamanku 72 JP Tugasku 18 minggu (540 JP) Transportasi 72 JP Cuaca Projek Penguatan Profil 108 JP Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pelajar Pancasila Total 18 minggu (540 JP) Total Asumsi 1 tahun = 36 minggu dengan 1 JP = 35 menit Pendekatan Secara Terintegrasi Catatan: Untuk menguatkan jati diri bangsa, mata pelajaran yang tidak diperkenankan untuk dilebur menjadi unit pelajaran dengan nama yang berbeda adalah Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Pancasila. Pengorganisasian muatan pembelajaran melalui satuan pendidikan bidang kurikulum melihat pendekatan secara terintegrasi diibaratkan jus, tujuan pembelajaran dan merancang sebuah di mana bermacam bahan dilebur dan sudah ide besar (konsep) yang menjadi tujuan akhir tidak dapat dipilah. Pembelajaran integratif proses pembelajaran. berfokus membangun pemahaman terhadap satu ide besar (konsep). • jadwal disusun dengan meleburkan beberapa mata pelajaran dan sudah menjadi Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan satu unit pembelajaran integratif sehingga di dalam menyusun pembelajaran dengan JP tidak berdasarkan pada masing-masing pendekatan secara integrasi: mata pelajaran itu sendiri. • saat menyusun pengorganisasian pembelajaran, pendidik dan wakil kepala 54
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Contoh Kerangka Pembelajaran dengan Pendekatan Secara Integrasi Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Secara Integrasi (SMP) Satuan Pendidikan SMP Kelas VII Struktur Keterangan Jumlah JP Unit Integratif Pedulikan Bumi (IPA, Seni dan Prakarya, Bahasa Inggris) 162 360 Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, Informatika, PJOK 180 Semester 1 702 Projek Penguatan Profil 144 Pelajar Pancasila Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya 378 Total Unit Integratif Kesehatanku (Matematika, Informatika, PJOK) Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Seni dan Prakarya, Bahasa Inggris Semester 2 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi 180 Total 702 Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 55
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Satuan Pendidikan SMP Kelas VIII Struktur Keterangan Jumlah JP Unit Integratif Pencernaan dan Kesehatan (PJOK, Matematika, IPA) 180 342 Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, IPS, Informatika, Seni dan Prakarya, Bahasa 180 Semester 1 Inggris 702 Semester 2 90 Projek Penguatan Profil Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya 432 Pelajar Pancasila Total Unit Integratif Produk Lokal Go Internasional (Bahasa Inggris, Seni dan Prakarya) Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, PJOK, Informatika Projek Penguatan Profil Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi 180 Pelajar Pancasila Total 702 Satuan Pendidikan SMP Kelas IX Struktur Keterangan Jumlah JP Unit Integratif Selamatkan Lingkungan (IPA dan Bahasa Inggris) 126 396 Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, IPS, Informatika, Seni dan Prakarya, 180 Semester 1 Matematika, PJOK, Informatika 702 Semester 2 108 Projek Penguatan Profil Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya 414 Pelajar Pancasila Total Unit Integratif Kebugaran Jasmani (Matematika dan PJOK) Mata Pelajaran Umum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Informatika, Seni dan Prakarya Projek Penguatan Profil Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi 180 Pelajar Pancasila Total 702 Catatan: Pendekatan secara integrasi tetap mengikuti acuan alokasi waktu per mata pelajaran yang terdapat di dalam Kepmendikbud Nomor 56 Tahun 2022. 56
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pendekatan Secara Bergantian dalam Blok Waktu Terpisah Tips: Pertimbangkan alokasi waktu mata pelajaran, jumlah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah peserta didik, dan jumlah paralel kelas. Pertimbangkan bobot kesulitan dan kekhasan dari masing-masing mata pelajaran sehingga peserta didik memiliki jadwal pelajaran yang seimbang pada tahun ajaran tersebut. Pengorganisasian muatan pembelajaran tenaga kependidikan, jumlah peserta didik, dan berdasarkan pendekatan secara bergantian banyaknya paralel kelas. dalam blok waktu terpisah merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengatur atau Bagaimana pelaksanaannya? mengelompokkan jam pelajaran menjadi lebih panjang dari biasanya yang bertujuan • Pendekatan ini mengelompokkan jam agar peserta didik dapat mengalami proses belajar efektif dalam satuan waktu yang pembelajaran lebih maksimal. terangkum. Dengan pendekatan ini, peserta didik dapat • Jadwal disusun per tahun ajaran dengan menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas membentuk blok-blok yang terdiri dari karena waktu belajarnya menjadi lebih lama, beberapa mata pelajaran. materi yang diperoleh juga dapat dipelajari lebih mendalam. Selain itu, satuan pendidikan • Penyusunan jadwal mengatur periode kelas memiliki waktu lebih untuk menyusun menjadi sedikit, tetapi lebih lama sehingga perencanaan pembelajarannya. memungkinkan aktivitas pembelajaran yang lebih fleksibel. Pengaturan waktu dengan pendekatan ini mempertimbangkan jumlah alokasi waktu mata • Pengaturan dalam satu tahun ajaran pelajaran, jumlah ketersediaan pendidik dan tergantung kepada kesiapan satuan pendidikan dan sumber daya. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 57
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Contoh Pengorganisasian Muatan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Secara Bergantian dalam Blok Waktu Terpisah (SMP) Jadwal disusun dengan membentuk blok-blok yang terdiri dari beberapa mata pelajaran. Semester SMP Kelas VII SMP Kelas VIII SMP Kelas IX Blok A Blok B Blok A Struktur JP/ Struktur JP/ Struktur JP/ Semester Semester Semester Pendidikan Agama 72 Pendidikan Pancasila 72 Pendidikan Agama 64 dan Budi Pekerti dan Budi Pekerti Bahasa Indonesia 180 Matematika 144 Bahasa Indonesia 160 Semester 1 IPS 108 Bahasa Inggris 108 IPS 96 Semester 2 PJOK 72 Informatika 72 PJOK 64 Seni dan Prakarya 72 IPA 144 Seni dan Prakarya 64 Projek Penguatan Projek Penguatan Projek Penguatan Profil Pelajar 198 Profil Pelajar 162 Profil Pelajar 176 Pancasila Pancasila Pancasila Total 702 Total 702 Total 624 Blok B Blok A Blok B Struktur JP/ Struktur JP/ Struktur JP/ Semester Semester Semester Pendidikan Agama 72 Pendidikan Pancasila 64 Pendidikan Pancasila 72 dan Budi Pekerti Matematika 144 Bahasa Indonesia 180 Matematika 128 Bahasa Inggris 108 IPS 108 Bahasa Inggris 96 Informatika 72 PJOK 72 Informatika 64 IPA 144 Seni dan Prakarya 72 IPA 128 Projek Penguatan Projek Penguatan Projek Penguatan 144 Profil Pelajar 162 Profil Pelajar 198 Profil Pelajar Pancasila Pancasila Pancasila Total 702 Total 702 Total 624 Asumsi 1 tahun = 36 minggu (untuk SMP kelas VII-VIII), 32 minggu (untuk SMP kelas IX) dan 1 JP = 40 menit. 58
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pilihan dalam Mengorganisasi Pembelajaran Catatan: • Pilihan-pilihan ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa penyusunan dan pelaksanaan kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai kesiapan dan kondisi masing- masing satuan pendidikan. • Satuan pendidikan diharapkan melakukan refleksi secara rutin agar dapat menentukan pilihan yang tepat dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum operasional. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 59
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pilihan Pembelajaran Satuan Pendidikan dalam Mengorganisasi Pembelajaran Tips: Gunakan panduan pembelajaran dan asesmen serta panduan projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam mengorganisasi pembelajaran sebagai panduan yang terkait. 60
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 61
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran 62
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 63
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pengorganisasian Pembelajaran untuk PAUD Struktur Kurikulum Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, kegiatan pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat mencapai Projek Penguatan kemampuan yang tertuang di dalam capaian pembelajaran. Intisari Profil Pelajar Pancasila kegiatan pembelajaran intrakurikuler adalah bermain bermakna sebagai perwujudan ‘Merdeka Belajar, Merdeka Bermain’. Kegiatan Pendekatan intrakurikuler harus memberikan pengalaman yang menyenangkan Pembelajaran dan bermakna bagi anak. Alokasi waktu pembelajaran di PAUD usia 4-6 tahun minimal 900 (sembilan ratus) menit per minggu. Alokasi waktu di PAUD usia 3-4 tahun minimal 360 (tiga ratus enam puluh) menit per minggu. Projek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA). Pelaksanaannya menggunakan alokasi waktu kegiatan di PAUD, minimal dua kali dalam satu tahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguatkan perwujudan enam karakter profil pelajar Pancasila pada fase fondasi. Tema-tema utama yang dapat dipilih adalah “Aku Sayang Bumi”, “Aku Cinta Indonesia”, “Bermain dan Bekerja Sama/Kita Semua Bersaudara”, “Imajinasiku/Imajinasi dan Kreativitasku” Dalam konteks PAUD, pengorganisasian pembelajaran disarankan menggunakan pendekatan tematik (sudah familiar di PAUD) atau pendekatan secara terintegrasi karena pendekatan tersebut paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran di PAUD. Pengorganisasian Pembelajaran untuk SMK Berdasarkan Kemendikbudristek lainnya serta perkembangan ilmu pengetahuan, No.56/M/2022, struktur kurikulum SMK/MAK teknologi, seni dan budaya. Spektrum diawali dengan penataan ulang Spektrum Keahlian SMK/MAK adalah acuan penyusunan Keahlian SMK/MAK. Spektrum Keahlian adalah struktur kurikulum serta pembukaan dan daftar bidang dan program keahlian SMK yang penyelenggaraan bidang dan program keahlian disusun berdasarkan kebutuhan dunia kerja pada SMK. yang meliputi: dunia usaha, dunia industri, badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, instansi pemerintah atau lembaga 64
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Penetapan Konsentrasi Satuan pendidikan memilih konsentrasi keahlian dari Spektrum Konsentrasi Keahlian yang ditetapkan oleh Kepala BSKAP, Kemendikbudristek. Satuan pendidikan diberikan peluang untuk mengajukan usulan konsentrasi keahlian baru jika belum tercantum dalam spektrum tersebut. Usulan konsentrasi keahlian baru ini disusun bersama dengan industri dan diajukan ke BSKAP untuk dilakukan penelaahan. Penetapan konsentrasi keahlian dilakukan di kelas XI. Program Keahlian Struktur kurikulum mengacu kepada Keputusan Menteri Republik yang Dikonsentrasikan Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran. Setiap program keahlian terdiri atas minimum 1 (satu) konsentrasi keahlian. Pendekatan program keahlian dilakukan di kelas X. Projek Penguatan Dalam 1 (satu) tahun ajaran, projek penguatan profil pelajar Profil Pelajar Pancasila Pancasila dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) projek dengan 2 (dua) tema pilihan dan 1 (satu) tema Kebekerjaan di kelas X, 2 (dua) projek dengan 1 (satu) tema pilihan dan 1 (satu) tema Kebekerjaan di kelas XI, dan 1 (satu) projek dengan tema Kebekerjaan di kelas XII SMK/MAK. Kelas XIII pada SMK program 4 (empat) tahun tidak mengambil projek penguatan profil pelajar Pancasila. Untuk SMK/ MAK, projek penguatan profil pelajar Pancasila dapat dilaksanakan secara terpadu berkolaborasi dengan mitra dunia kerja, atau dengan komunitas/organisasi serta masyarakat. Pengorganisasian Pembelajaran untuk Pendidikan Khusus Struktur Kurikulum Struktur kurikulum SLB mengacu kepada struktur kurikulum SD/ MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang disesuaikan untuk peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual (Tunanetra disertai hambatan intelektual, Tunarungu disertai hambatan intelektual, Tunagrahita, Tunadaksa disertai hambatan Intelektual dan Autis). Untuk peserta didik yang tidak mengalami hambatan intelektual dapat menggunakan kurikulum pendidikan reguler yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Penyesuaian struktur kurikulum dilakukan terhadap keterampilan fungsional dan mata pelajaran yang menunjang kebutuhan tersebut. Magang untuk SMALB mempertimbangkan fleksibilitas, keragaman peserta didiknya, dan lokasi. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 65
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Program Pembelajaran Satuan pendidikan dapat menyusun program pembelajaran Individual individual (PPI) dengan melibatkan kepala satuan pendidikan, pendidik, peserta didik, tenaga ahli, dan orang tua. Asesmen Program Kebutuhan diagnostik dilaksanakan sebelum perencanaan pembelajaran Khusus sebagai rujukan untuk menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Program kebutuhan khusus bertujuan untuk membantu peserta didik memaksimalkan indera yang dimilikinya dan mengatasi keterbatasannya. Program kebutuhan khusus bagi peserta didik: 6. Tunanetra: Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial, dan komunikasi (OMSK) 7. Tunarungu: Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan Irama (PKPBI) 8. Tunagrahita: Pengembangan Diri 9. Tunadaksa: Pengembangan diri dan gerak 10. Autis: Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku. Program Kebutuhan Khusus di SMALB menjadi mata pelajaran wajib seperti di SDLB dan SMPLB Projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler yang memiliki alokasi 20-25% dari total kegiatan reguler/intrakurikuler per tahun. Pertanyaan pemantik dalam merencanakan pembelajaran: • Apakah seluruh peserta didik yang ada pada satuan pendidikan memiliki hambatan intelektual? • Apakah satuan pendidikan telah melakukan asesmen diagnostik pada peserta didik untuk menentukan program pembelajaran? • Apakah satuan pendidikan menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam menyusun Program Pembelajaran Individual? • Apakah satuan pendidikan bekerja sama dengan pihak terkait untuk melakukan bimbingan konseling? • Apakah satuan pendidikan memiliki tenaga ahli? 66
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran Pengorganisasian Pembelajaran untuk Satuan Pendidikan Non Formal Program Pendidikan Kesetaraan Pada satuan pendidikan non formal program didik, lingkungan belajar, dan satuan pendidikan Kesetaraan, pengorganisasian pendidikan. Pengorganisasian pembelajaran pembelajaran bersifat fleksibel dengan memperhatikan pemetaan SKK yang dilakukan memperhatikan karakteristik peserta oleh satuan pendidikan. Struktur Kurikulum Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri mata pelajaran kelompok umum dan pemberdayaan serta keterampilan berbasis Projek Penguatan profil pelajar Pancasila. Kelompok umum memuat mata pelajaran Profil Pelajar Pancasila yang disusun mengacu pada standar nasional pendidikan sesuai Muatan Belajar jenjang pendidikan formal dan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan untuk semua peserta didik. Pemberdayaan memuat kompetensi untuk menumbuhkan keberdayaan, harga diri, percaya diri, sehingga peserta didik mampu mandiri dan berkreasi dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan diberikan dengan memperhatikan variasi potensi sumber daya daerah yang ada, kebutuhan peserta didik dan peluang kesempatan kerja yang tersedia, sehingga peserta didik mampu melakukan aktualisasi kemandirian, otonomi, kebebasan, dan kreativitas dalam berkarya untuk mengisi ruang publik secara produktif. Penguatan profil pelajar Pancasila dalam pendidikan kesetaraan dilakukan pada program pemberdayaan dan keterampilan, yang mencakup keterampilan okupasional, fungsional, vokasional, sikap dan kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha mandiri yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan kesetaraan. Projek dilakukan dengan beban belajar sesuai SKK pada tiap program (Paket A, Paket B, dan Paket C). Muatan belajar program pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang dilakukan satuan pendidikan, di mana satu satuan kredit kompetensi dapat dicapai melalui pembelajaran 1 (satu) jam tatap muka atau 2 (dua) jam tutorial atau 3 (tiga) jam mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 67
6868
8 Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Ringkasan Bab Perencanaan Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran di Satuan Pendidikan Proses Berpikir Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran Pengalaman Belajar yang Bermakna Pilihan dalam Merancang Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran meliputi: Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen pada mata pelajaran Praktik Kerja 1. ruang lingkup satuan pendidikan - Lapangan (PKL) di SMK dilaksanakan secara penyusunan alur tujuan pembelajaran kolaboratif oleh satuan pendidikan dan mitra atau silabus. Dalam ruang lingkup satuan dunia kerja. pendidikan, perumusan dan penyusunan alur dan tujuan pembelajaran atau silabus mata pelajaran berfungsi mengarahkan satuan pendidikan dalam merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran secara keseluruhan sehingga capaian pembelajaran diperoleh secara sistematis, konsisten, dan terukur. 2. ruang lingkup kelas - penyusunan modul ajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran pada ruang lingkup kelas, satuan pendidikan dapat menggunakan, memodifikasi, atau mengadaptasi contoh modul ajar yang disediakan Pemerintah, dan cukup melampirkan beberapa contoh rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)/modul ajar atau bentuk rencana kegiatan yang mewakili inti dari rangkaian pembelajaran pada bagian Lampiran. 6699
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Dokumen terkait: Panduan Pembelajaran dan Asesmen. Catatan: Pendidik dapat (1) mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran dan/atau perencanaan pembelajaran, (2) mengembangkan ATP dan/atau rencana pembelajaran berdasarkan contoh-contoh yang disediakan Pemerintah, atau (3) menggunakan contoh yang disediakan. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, satuan pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: • Capaian pembelajaran (CP) adalah tujuan pembelajaran berdasarkan laju kompetensi pembelajaran yang harus perkembangan anak yang dikembangkan dicapai peserta didik pada setiap fase, oleh masing-masing satuan PAUD agar dimulai dari fase fondasi pada PAUD. dapat mencapai CP. Satuan PAUD dapat Capaian pembelajaran ditetapkan oleh memilih untuk menyusun ATP atau tidak. Pemerintah dan disusun dalam fase-fase. Pada Pendidikan Kesetaraan, penyusunan alur tujuan pembelajaran memperhatikan • Capaian pembelajaran diuraikan menjadi alokasi waktu didasarkan pada pemetaan tujuan-tujuan pembelajaran yang bersifat Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang operasional dan konkret. Perumusan tujuan ditetapkan oleh satuan pendidikan pembelajaran meliputi kompetensi dan dengan bentuk pembelajaran tatap muka, lingkup materi. tutorial, mandiri ataupun kombinasi secara proporsional dari ketiganya. • Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut kemudian diurutkan menjadi alur tujuan • Proses merancang pembelajaran meliputi pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang telah dibuat adalah rangkaian tujuan pembelajaran sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran, yang disusun secara logis menurut dan asesmen pembelajaran yang disusun urutan pembelajaran sejak awal hingga dalam bentuk dokumen yang fleksibel, akhir suatu fase. Alur ini disusun secara sederhana, dan kontekstual. Dokumen linear sebagaimana urutan kegiatan tersebut digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran yang dilakukan dari upaya mencapai profil pelajar Pancasila hari ke hari. Prinsip penyusunan ATP: dan Capaian Pembelajaran. Dalam proses esensial, berkesinambungan, kontekstual, merancang pembelajaran, pendidik dan sederhana. Pada Satuan PAUD, dapat mengembangkan ATP dan rencana esensi ATP adalah pengorganisasian pembelajaran secara mandiri. 70
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Catatan: Pada beberapa satuan pendidikan, perencanaan pembelajaran untuk ruang lingkup satuan pendidikan dapat disusun dalam bentuk silabus yang berisi garis besar cakupan serta capaian kegiatan intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Perencanaan Pembelajaran di Satuan Pendidikan Dalam merancang pembelajaran, satuan pendidikan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen. Prinsip pembelajaran dan asesmen harus digunakan secara terintegrasi sebagai pertimbangan utama dalam merancang struktur kurikulum satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat menggunakan Panduan Pembelajaran dan Asesmen sebagai panduan terkait. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Prinsip-Prinsip Asesmen Pembelajaran dirancang dengan Asesmen merupakan bagian terpadu dari mempertimbangkan tahap perkembangan proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, dan penyediaan informasi yang holistik sebagai sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan umpan balik untuk peserta didik, peserta didik, dan karakteristik dan perkembangan peserta didik orang tua, agar dapat memandu mereka dalam yang beragam sehingga pembelajaran menjadi menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar dengan fungsi asesmen tersebut, dengan sepanjang hayat. keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan Proses pembelajaran mendukung perkembangan pembelajaran. kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran kemajuan belajar dan menentukan keputusan yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan tentang langkah selanjutnya. budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang memberikan informasi yang bermanfaat tentang berkelanjutan. karakter dan kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjut. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 71
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Proses Berpikir Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran Proses perancangan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, serta kesiapan satuan pendidikan. Pertanyaan pemantik: • Pilihan 1: sudahkah mendapatkan contoh ATP? Contoh manakah yang paling sesuai dengan satuan pendidikan Anda? • Pilihan 2: dari contoh yang ada, bagian manakah yang hendak dimodifikasi? • Pilihan 3: apakah ada bagian lain yang akan ditambahkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik? • Pilihan 4: apakah ada diskusi bersama kepala satuan pendidikan di dalam menyusun ATP? 72
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Pengalaman Belajar yang Bermakna Satuan pendidikan diharapkan menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar yang bermakna adalah Pertanyaan pemantik dalam menyusun sebuah proses yang bertujuan untuk pembelajaran yang bermakna, apakah satuan membangun pemahaman konsep yang pendidikan telah: dipelajari. Proses pembelajaran yang bermakna ini bersifat aktif, konstruktif, dan melibatkan • menetapkan tujuan belajar? peserta didik dalam seluruh prosesnya. • menganalisis situasi kelas? Prinsip-prinsip pembelajaran yang bermakna: • menyusun asesmen untuk mengetahui • Pengetahuan yang akan dipelajari harus posisi peserta didik di awal siklus masuk akal bagi peserta didik (konsep yang pembelajaran? dipelajari dan aktivitas yang dilakukan dapat dihubungkan dengan kondisi nyata, • menentukan strategi dan metode untuk termasuk menunjukkan permasalahan nyata mencapai tujuan pembelajaran? yang harus dipecahkan/diselesaikan). • memilih dan menetapkan perangkat ajar, • Pendekatan yang berpusat pada peserta serta aktivitas pembelajaran? didik (ketika peserta didik lebih terlibat dalam proses belajar, mereka akan memiliki • sosialisasi target belajar dan menyepakati pemahaman yang lebih baik tentang tujuan pembelajaran bersama pelajar? pelajaran). Pendidik mengajukan pertanyaan terbuka, mendorong kolaborasi dan proyek • melaksanaan pembelajaran dan asesmen kelompok, serta memberi tugas yang melatih untuk memonitor kemajuan belajar? kemampuan refleksi dan sintesis. • melakukan refleksi untuk menetapkan • Melibatkan banyak referensi dan sumber tujuan belajar berikutnya? belajar (belajar dari berbagai buku, majalah, jurnal penelitian, Program TV, Internet, narasumber/profesional). Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 73
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Pilihan dalam Merancang Pembelajaran Catatan: • Pilihan-pilihan ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa penyusunan dan pelaksanaan kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai kesiapan dan kondisi masing- masing satuan pendidikan. • Satuan pendidikan diharapkan melakukan refleksi secara rutin agar dapat menentukan pilihan yang tepat dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum operasional. 74
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Pilihan Pembelajaran Satuan Pendidikan dalam Merancang Pembelajaran TIPS Gunakan Panduan Pembelajaran dan Asesmen dalam merancang pembelajaran sebagai panduan yang terkait. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 75
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran 76
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran untuk PAUD “Perencanaan pembelajaran yang efektif adalah perencanaan yang menunjukkan keterkaitan antara kegiatan yang dipilih dengan tujuan pembelajaran dan adanya bentuk asesmen untuk menilai ketercapaian dari tujuan.” Capaian Capaian Pembelajaran jenjang PAUD menjabarkan capaian yang diharapkan Pembelajaran terjadi di akhir di fase fondasi. Capaian Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di satuan dalam memberikan Tujuan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak usia dini. Capaian Pembelajaran Pembelajaran PAUD secara spesifik menekankan pentingnya pendampingan anak dalam menemukan jati dirinya, serta menguatkan pemahaman anak terhadap Metode dunianya melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar. Pelaporan Satuan PAUD dapat langsung menurunkan dari struktur kurikulum tanpa Hasil Belajar menyusun ATP. Struktur kurikulum mengandung intrakurikuler dan projek penguatan profil Pancasila. Dalam konteks projek penguatan profil pelajar Pancasila, tujuan pembelajaran dimaknai sebagai tujuan projek yang dapat diambil dari dimensi, elemen atau sub elemen profil pelajar Pancasila. Esensi ATP adalah pengorganisasian tujuan pembelajaran berdasarkan laju perkembangan anak dan dikembangkan oleh masing-masing satuan agar dapat mencapai Capaian Pembelajaran. Kegiatan yang dipilih dan disajikan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Untuk mencapai hal tersebut, pendidik dapat: • menggunakan berbagai strategi pendekatan belajar • menggunakan berbagai media ajar • menggunakan berbagai sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacaan anak. Penyusunan laporan kemajuan hasil belajar mengacu pada data asesmen otentik yang telah dimiliki dalam rentang periode waktu tertentu. Selain berisikan laporan kemajuan belajar (Capaian Pembelajaran dan projek penguatan profil pelajar Pancasila), laporan dapat memuat informasi tumbuh kembang anak dan refleksi orang tua supaya Satuan PAUD dan orang tua/wali mendapat informasi perkembangan peserta didik secara utuh. Satuan pendidikan berhak menentukan apakah akan melaporkan hasil kemajuan belajar setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pertanyaan pemantik dalam merencanakan pembelajaran: Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 77
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran • Apakah satuan PAUD telah menyelaraskan Visi, Misi, Tujuan Pembelajaran dalam KOSP dengan Capaian Pembelajaran dan profil pelajar Pancasila? • Apakah Tujuan Pembelajaran dalam KOSP telah dirancang berdasarkan hasil analisis karakteristik satuan pendidikan? • Apakah metode pembelajaran telah sesuai dengan perkembangan peserta didik? • Sejauh mana kesiapan satuan PAUD untuk menunjang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik? Perencanaan Pembelajaran untuk SMK Capaian Pembelajaran Capaian Pembelajaran mata pelajaran kelompok umum mengacu untuk Mata Pelajaran pada Capaian Pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. pada Kelompok Umum Capaian Pembelajaran Capaian Pembelajaran mata pelajaran Dasar-Dasar Program untuk Mata Pelajaran Keahlian (fase E) dan Konsentrasi Keahlian (fase F) dikembangkan pada Kelompok oleh Pemerintah. Satuan pendidikan bersama dunia kerja dapat Kejuruan mengembangkan kontekstualisasi capaian pembelajaran dan menuangkannya dalam tujuan pembelajaran serta perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik konsentrasi yang diselenggarakan. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dirumuskan dari analisis Capaian Pembelajaran, identifikasi tujuan yang lebih spesifik dan operasional merujuk pada tahap perkembangan peserta didik dan konteks lingkungan sekitarnya. Tujuan pembelajaran terdiri dari dua komponen: kompetensi dan lingkup materi. Tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran dapat disusun bersama dengan industri pasangan. Metode Setiap pendidik berhak mengembangkan tujuan kegiatan untuk pembelajaran dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang tertuang di kurikulum operasional di satuan pendidikan: • menggunakan berbagai strategi pendekatan belajar • menggunakan berbagai instrumen • asesmen otentik dalam menilai ketercapaian tujuan kegiatan harian Pelaporan Hasil Belajar Laporan hasil belajar. Satuan pendidikan berhak menentukan apakah akan melaporkan hasil belajar setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pertanyaan pemantik dalam merencanakan pembelajaran: 78
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran • Apakah satuan pendidikan telah merancang tujuan pembelajaran berdasarkan hasil analisis karakteristik satuan pendidikan? • Apakah asesmen yang disusun telah mengacu kepada prinsip-prinsip asesmen? • Apakah metode yang digunakan dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar? Perencanaan Pembelajaran untuk Pendidikan Khusus Capaian Capaian Pembelajaran mata pelajaran di SLB diperuntukan bagi semua Pembelajaran jenis kekhususan mengacu pada capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Capaian pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan Tujuan khusus di satuan pendidikan regular/Inklusif dapat menggunakan CP Pembelajaran satuan pendidikan reguler yang dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Peserta didik berkebutuhan khusus tanpa Metode hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip Pelaporan modifikasi kurikulum. Penentuan fase pada peserta didik berkebutuhan Hasil Belajar khusus didasarkan pada hasil asesmen awal, sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sebagai contoh, salah seorang peserta didik kelas VIII SMPLB (fase D) berdasarkan hasil asesmen awal memiliki kemampuan fase B, maka pembelajaran bagi peserta didik tersebut adalah fase B (lintas fase dan lintas elemen). Tujuan pembelajaran dirumuskan dari analisis Capaian Pembelajaran. Selain terdiri dari dua komponen: kompetensi dan lingkup materi, tujuan pembelajaran juga mencakup variasi dan akomodasi layanan sesuai karakteristik peserta didik. Selain itu, tujuan pembelajaran diarahkan pada terbentuknya kemandirian dalam aktivitas sehari-hari hingga kesiapan memasuki dunia kerja. Pendidik mengembangkan metode pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi pendekatan pembelajaran sesuai dengan jenis kekhususan dan kebutuhan peserta didik. Laporan hasil belajar dilaksanakan pada setiap akhir semester 1 dan 2 dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 79
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Pertanyaan pemantik dalam merencanakan pembelajaran: • Apakah satuan pendidikan telah menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan jenis kekhususan dan kebutuhan peserta didik? • Apakah satuan pendidikan memiliki sarana prasarana yang menunjang peserta didik untuk terlibat di dalam pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan peserta didik? • Apakah metode yang digunakan dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar? Perencanaan Pembelajaran untuk Satuan Pendidikan Non Formal Program Pendidikan Kesetaraan Pada satuan pendidikan non formal program pendidikan Kesetaraan, perencanaan pembelajaran bersifat fleksibel dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, lingkungan belajar, satuan pendidikan. 80
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran Capaian Capaian pembelajaran pada kelompok mata pelajaran umum dan program Pembelajaran pemberdayaan dan keterampilan di pendidikan kesetaraan mengacu pada Tujuan Capaian Pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pembelajaran Metode Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan memperhatikan karakteristik Pembelajaran peserta didik, kebutuhan belajar, dan kondisi lingkungan. Pelaporan Penyusunan langkah-langkah pembelajaran memperhatikan bentuk Hasil Belajar pembelajaran yakni tatap muka, tutorial, mandiri ataupun kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Dapat berupa kombinasi dari berbagai metode agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Dalam kegiatan tutorial, pendidik membahas materi, memberi latihan, mengidentifikasi materi-materi yang sulit dan memberikan umpan balik. Dalam kegiatan mandiri, pendidik menyediakan waktu belajar bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Pendidik dapat menggunakan media secara visual, audio, audio visual, atau media penyaji guna mendukung proses pembelajaran. Laporan hasil belajar dilaksanakan pada setiap akhir semester 1 dan 2. Pertanyaan pemantik dalam merencanakan pembelajaran: • Apakah satuan pendidikan telah menyusun rencana pembelajaran yang menarik, interaktif, dan melibatkan peserta didik secara aktif? • Apakah satuan pendidikan memiliki sarana prasarana yang menunjang peserta didik untuk terlibat di dalam pembelajaran yang menyenangkan dan menantang? • Apakah metode yang digunakan dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar? Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 81
8282
9 Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional Ringkasan Bab Hubungan Evaluasi, Pendampingan, dan Pengembangan Profesional Pendidik dalam Pembelajaran Prinsip Evaluasi Pembelajaran dan Evaluasi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Evaluasi Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Pilihan Satuan Pendidikan dalam Melakukan Evaluasi Pendampingan dan Pengembangan Profesional di Satuan Pendidikan Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional untuk SMK Hubungan Evaluasi, Pendampingan, dan Pengembangan Profesional Pendidik dalam Pembelajaran Pendampingan dan pengembangan profesional pendidik dalam pembelajaran merupakan salah satu tindak lanjut dari evaluasi. Evaluasi berdasarkan proses refleksi dan pemberian umpan balik dilakukan secara terus menerus dalam keseharian belajar mengajar penting dilakukan oleh pendidik. Pendidik dapat melakukan refleksi mandiri terhadap kriteria kesuksesan yang telah ditetapkan (tujuan belajar, Capaian Pembelajaran, profil pelajar Pancasila). 8833
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional Prinsip Evaluasi Pembelajaran dan Evaluasi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan • Evaluasi pembelajaran dan evaluasi visi, misi dan tujuan satuan pendidikan telah kurikulum operasional satuan pendidikan tercapai. Evaluasi pembelajaran menjadi dilakukan secara mandiri dan berkala oleh salah satu bagian penting dari evaluasi satuan pendidikan. kurikulum operasional satuan pendidikan • Evaluasi pembelajaran secara menyeluruh • Kedua proses ini saling berkaitan, tetapi bertujuan untuk mengukur keberhasilan mempunyai sasaran evaluasi yang berbeda. pendidik dalam memfasilitasi pembelajaran. Sasaran langsung dari evaluasi pembelajaran adalah peserta didik dan pendidik, • Evaluasi kurikulum operasional satuan sedangkan sasaran utama evaluasi kurikulum pendidikan bertujuan untuk mengukur operasional satuan pendidikan adalah keberhasilan kepala satuan pendidikan kepala satuan pendidikan dan pendidik, di dan pendidik dalam menjalankan seluruh mana peserta didik menjadi sasaran tidak program pendidikan yang direncanakan langsung. dengan tujuan untuk memahami apakah 84
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional • Proses ini dikelola oleh para kepala satuan • Evaluasi dilakukan secara bertahap dan pendidikan dan/atau pendidik yang mandiri agar terjadi peningkatan kualitas dianggap sudah mampu untuk melakukan secara berkelanjutan di satuan pendidikan, peran ini. sesuai dengan kemampuan satuan pendidikan. Prinsip-prinsip melakukan evaluasi: 1. Menetapkan tujuan evaluasi yang akan dilakukan 2. Menetapkan data/informasi yang ingin didapatkan dalam kegiatan peninjauan. 3. Menentukan bentuk asesmen yang akan dilakukan untuk mendapatkan data/informasi yang diinginkan. 4. Merancang aktivitas evaluasi yang bersifat reflektif dan dapat dijadikan pengembangan bagi pendidik dan pelaksana program. 5. Menggunakan alat penilaian pencapaian yang jelas dan terukur. Evaluasi Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 85
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional 86
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 87
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional 88
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional Pilihan Satuan Pendidikan dalam Melakukan Evaluasi Evaluasi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan dilaksanakan mandiri dan bertahap sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan kemampuan satuan pendidikan. Catatan: • Pilihan-pilihan ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa penyusunan dan pelaksanaan kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai kesiapan dan kondisi masing- masing satuan pendidikan. • Satuan pendidikan diharapkan melakukan refleksi secara rutin agar dapat menentukan pilihan yang tepat dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum operasional. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 89
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional 90
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan 91
Pendampingan, Evaluasi, dan Pengembangan Profesional 92
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122