Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore contoh teks anekdot

contoh teks anekdot

Published by Ary Yulistiana, 2021-10-11 12:30:19

Description: contoh teks anekdot

Search

Read the Text Version

Berikut ini adalah tiga (3) contoh teks anekdot, baca dan pahami dengan cermat! Bersedekah Alkisah, ada seorang pengemis tua yang sedang meminta-minta pada satu orang anak muda. “Nak, sedekahnya, Nak,” kata pengemis tersebut. Anak muda itu lalu mengambil uang sepuluh ribuan dari sakunya. “Kembalikan lima ribu ya, Pak,” harapnya. Bapak pengemis kemudian menjulurkan mangkuk yang berisi uang kembalian, “Ini, Nak, kembaliannya.” “Lho, Pak, kembaliannya kok tujuh ribu, banyak amat?” tanya si pemuda, heran. “Oh, nggak apa-apa, Nak. Anggap saja saya sedekah.” Teks anekdot di atas merupakan sindiran kepada orang yang tidak tulus dalam bersedekah. Kursi yang Membuat Lupa Di suatu siang, ada dua bocah yang tengah bercanda di bawah pohon rindang. Bagus: “Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?” Anton: “Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur. Saat tidur, orang kan lupa.” Bagus: (Tertawa) “Meski lucu, tapi jawabanmu salah.” Anton: “Hmm… kursi apa, ya?” Bagus: “Jawabannya adalah kursi DPR!” Anton: “Lho, kok begitu?”

Bagus: “Jelas, lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi DPR, banyak caleg yang berjanji macam-macam agar masyarakat memilih mereka. Tapi setelah merasakan kursi DPR, sekejap saja mereka hilang ingatan akan janji-janjinya.” Anton: “Oh, iya, betul juga.” Anekdot di atas berisi sindiran kepada anggota DPR yang sering lupa akan janji- janjinya di masa kampanye. Terima Amplop Ketika sedang musim pemilihan kepala desa, Kasiman didatangi tim sukses dari balon (bakal calon) kades nomor 1. Ia menerima amplop berisi uang dari mereka. “Jangan lupa pilih nomor 1, ya.” “Siaap,” jawab Kasiman. Tak lama setelahnya, datang tim sukses dari balon kades nomor 2. Ia juga menerima amplop berisi uang dari mereka. “Ingat lho, pilih nomor 2, OK?” “Beress,” sahut Kasiman. Istrinya bertanya, “Mas, kok dua-duanya di-iya-in, nanti gimana? Mas nggak mikirin kalau ada yang kalah bakal kecewa?” Kasiman menjawab santai, “Halah, Bu. Habis kepilih juga mereka belum tentu bakal ada yang mikirin kita. Kalau mereka memanfaatkan kita, ya kita juga manfaatkan mereka balik, lah.Hehe..” Sang istri mengangguk-angguk. “Benar juga, Mas.” Contoh teks anekdot politik di atas mengkritik situasi masyarakat di mana politik uang sudah sangat menggurita.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook