Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Teks Ekplanasi KD 3.1. & 4.1.

Teks Ekplanasi KD 3.1. & 4.1.

Published by Arrie Widhayani, 2021-10-26 02:45:22

Description: Memahami dan mengidentifikasi struktur dan kaidah bahasa Teks Ekplanasi 3.1. & 4.1.

Keywords: struktur eksplanasi

Search

Read the Text Version

TEKS EKSPLANASI Arrie Widhayani, M.Pd.

Tujuan pembelajaran: Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann pedagogik genre, saintifik, dan CLIL dengan model saintifik, peserta didik dapat memahami informasi berupa pengetahuan dan urutan kejadian dari yang didengar atau dibaca, menemukan makna tersirat dalam teks eksplanasi secara lisan dan tulis, menyusun bagian-bagian pokok teks eksplanasi, dan menyajikan hasil teks eksplanasi dengan rasa ingin tahu, kerja keras, tanggung jawab, bersikap bersahabat/ komunikatif selama proses pembelajaran. Materi : Teks Eksplanasi A. memahami struktur isi dan kebahasaan teks eksplanasi 1. Pengertian Teks eksplanasi berisikan mengenai proses sebab(mengapa) dan akibat (bagaimana) suatu kejadian- kejadian yang terjadi di sekitar Anda, baik kejadian sosial, budaya, dan alam. 2. Contoh: Eksplanasi Fenomena Alam 1. Proses terjadinmya pelangi 2. Proses terjadinya Tsunami Eksplanasi Fenomena Sosial 1. Fenomena Euforia 2. Fenomena pengganguran 3. Fenomena vaksinasi Eksplanasi Fenomena budaya 1. Fenomena tik tok 2. Fenomena om telolet 3. Fenomena selfi

3. Ciri-ciri Teks Eksplanasi 1. Informasi berdasarkan fakta 2. Bersifat ilmiah 3. Berisi informasi yang tujuannya menambah pengetahuan pembaca 4. Struktur Teks Eksplanasi: • Identifikasi Fenomena/Pernyataan Umum Bagian ini mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan secara umum. Hal itu dapat berkaitan dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena lainnya. Ciri dari bagian ini adalah menggunakan jenis kata kopula. Kata ‘adalah’ dan ‘ialah’ merupakan contoh dari kata kopula yang sering digunakan dalam teks eksplanasi. • Penggambaran Rangkaian Kejadian/Urutan Sebab Akibat Setelah mengetahui gambaran umum dari fenomena yang dibahas, bagian ini akan memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai jawaban atas “bagaimana” atau “mengapa”. Bagian ini bisa terdiri dari beberapa paragraf terkait sebab akibat dari fenomena. • Ulasan/Interpretasi Bagian ini berupa komentar atau penilaian tentang simpulan atau konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

5. Kaidah Bahasa Teks Eksplanasi ▪ Memuat istilah: Teks eksplanasi memuat istilah. Istilah adalah gabungan kata yang mengungkapkan makna, konsep, keadaan, atau sifay yang khas dalam bidang tertentu. Contoh: Evaporasi, tsunami, gubuk, selfi dll ▪ Konjungsi Kausalitas Konjungsi kausalitas adalah kata penguhubung yang menyatakan sebab akibat. Contohnya: sebab, penyebab, sehingga, akhirnya, dll Struktur sosial dan perilaku menjadi dominasi faktor masalah kemiskinan sehingga perlu adanya alternatif solusi. ▪ Menjelaskan suatu peristiwa Teks eksplanasi memaparkan peristiwa yang terjadi bukan cerita masa lalu. Contoh: Tidak jarang masyarakat miskin membangun sendiri rumah di atas tanah milik negara. ▪ Konjungsi temporal: Konjungsi temporal adalah kata penghubung yang menyatakan urutan. Misalnya: kemudian, setelah itu dll. Contoh: Proses terjadinya hujan adalah saat air laut menguap atau disebut evaporasi oleh matahari lalu air tersebut naik ke atmosfer mengalami kondesasi 6. Contoh teks ekplanasi a. Fenomena alam: Gempa Aceh Gempa dahsyat pernah terjadi di Aceh, 26 Desember 2004, pada pukul 17.58 WIB. Pusat gempa terletak di sebelah barat Aceh dengan kedalaman 10 km. Bencana ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Dampak kerusakan, meliputi Aceh, Sumatera Utara, Pantai

Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Gempa ini mengakibatkan gelombang laut setinggi 9 meter. Kekuatan gempa pada penghujung tahun 2004 itu mencapai 9.0 richter dengan korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1.126.900 kehilangan tempat tinggal. Gempa bumi yang disertai gelombang tsunami itu merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar sepanjang sejarah. Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di kawasan Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami, sedangkan untuk korban jiwa disebabkan oleh tsunami yang menghantam kawasan pantai Barat Aceh dan Sumatera Utara. Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini terkena dampak gempa secara langsung. Di India, termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar diperkirakan menelan lebih dari 12.000 korban jiwa. Di Thailand banyak pula wisatawan asing terkena bencana, terutama di daerah Phuket diperkirakan ada sekitar 4.500 korban jiwa. Bhumi Jensen, cucu Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama Bhumibol Adulyadej juga termasuk salah satu korban. Bhumi Jensen baru berusia 21 tahun. Bahkan di Somalia, di Benua Afrika ribuan kilometer dari Indonesia, dilaporkan lebih dari 100 korban jiwa. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah para nelayan. Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang juga menghantam Thailand. Selain menempati posisi gempa berkekuatan terbesar kedua setelah gempa Chili 1960 yang mencapai 9.5

skala richter, gempa Aceh menempati peringkat pertama sebagai gempa dengan waktu (durasi) penyesaran yang paling lama, yaitu sekitar 10 menit. Gempa ini cukup besar untuk membuat seluruh bola bumi ikut bergetar. b. Fenomena sosial Demonstrasi Massa Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi. Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapan mereka. Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun

pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi. Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal reformasi di negeri ini pada tahun 1997– 1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang- orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi jika merujuk pada kasus- kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara- negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur. Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apapun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang dan bahkan menzalimi mereka sendiri.

c. Fenomena budaya Sejarah Kabupaten Bandung Awal pemerintahan Kabupaten Bandung dimulai sejak Piagam Sultan Agung Mataram pada tanggal 20 April 1641. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Bandung. Sebelum mencapai bentuk pemerintahan sekarang, Kabupaten Bandung mengalami perkembangan kekuasaan dari zaman ke zaman. Pada masa Kerajaan Pajajaran berkuasa, sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, di Tatar Periangan belum ada bentuk kabupaten, hanya terdiri atas beberapa keprabuan. Istilah keprabuan diambil dari kata prabu yang berarti ‘leluhur’ atau ‘raja muda’. Pada tahun 1575 yang berkuasa di daerah Pajajaran adalah pemerintahan Islam. Dilanjutkan pemerintahan Mataram (1621–1677) dan pemerintahan Belanda. Saat Mataram berkuasa itulah, nama keprabuan diubah menjadi kabupaten. Berdasarkan piagam itu, Sultan Agung diangkat Tumenggung Wiraangunangun sebagai Bupati Bandung. Ketika itu, pemerintahan Kabupaten Bandung berpusat di daerah Krapyak atau Bojongasih. Tepatnya di tepi Sungai Cikapundung, dekat muaranya, yaitu Sungai Citarum. Nama Krapyak kemudian berganti menjadi Citeureup. Nama itu hingga kini tetap abadi menjadi salah satu nama desa di Dayeuhkolot. Pada masa Bupati Wiranatakusumah II (1794-1829) Ibu Kota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Krapyak (Dayeuhkolot) ke pinggir Sungai Cikapundung atau Alun-alun Bandung

sekarang. Pemindahan tersebut berdasarkan perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda,”Deandels”. Peristiwa itu terjadi pada 25 Mei 1810. Alasan pemindahan tersebut akan memberikan prospek baik terhadap perkembangan wilayah itu. Pada saat itu Deandels yang mendapat julukan \"Mas Galak\" tengah membuat jalan dari Anyer ke Panarukan. Kebetulan jalur tersebut melewati Tatar Priangan atau Kota Bandung pada saat sekarang ini. B. Mengidentifikasi Struktur dan kaidah Bahasa Teks Eksplanasi Perhatikan kutipan teks eksplanasi berikut ini! Contoh Teks Eksplanasi tentang Gempa dan Tsunami Gempa Aceh Gempa dahsyat pernah terjadi di Aceh, 26 Desember 2004, pada pukul 17.58 WIB. Pusat gempa terletak di sebelah barat Aceh dengan kedalaman 10 km. Bencana ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Dampak kerusakan, meliputi Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Gempa ini mengakibatkan gelombang laut setinggi 9 meter. Kekuatan gempa pada penghujung tahun 2004 itu mencapai 9.0 richter dengan korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1.126.900 kehilangan tempat tinggal. Gempa bumi yang disertai gelombang tsunami itu merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar sepanjang sejarah.

Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di kawasan Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami, sedangkan untuk korban jiwa disebabkan oleh tsunami yang menghantam kawasan pantai Barat Aceh dan Sumatera Utara. Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini terkena dampak gempa secara langsung. Di India, termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar diperkirakan menelan lebih dari 12.000 korban jiwa. Di Thailand banyak pula wisatawan asing terkena bencana, terutama di daerah Phuket diperkirakan ada sekitar 4.500 korban jiwa. Bhumi Jensen, cucu Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama Bhumibol Adulyadej juga termasuk salah satu korban. Bhumi Jensen baru berusia 21 tahun. Bahkan di Somalia, di Benua Afrika ribuan kilometer dari Indonesia, dilaporkan lebih dari 100 korban jiwa. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah para nelayan. Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang juga menghantam Thailand. Selain menempati posisi gempa berkekuatan terbesar kedua setelah gempa Chili 1960 yang mencapai 9.5 skala richter, gempa Aceh menempati peringkat pertama sebagai gempa dengan waktu (durasi) penyesaran yang paling lama, yaitu sekitar 10 menit. Gempa ini cukup besar untuk membuat seluruh bola bumi ikut bergetar.

1. Identifikasi struktur isi teks eksplanasi Penjelasan Struktur: • Teks Bencana Aceh di atas menjelaskan secara rinci mengenai fenomena alam dahsyat yang terjadi pada tahun 2004. Paragraf pertama merupakan struktur Pernyataan Umum yang menjelaskan kapan peristiwa ini terjadi dan dampak yang dihasilkan secara umum. • Pada paragraf 2 sampai 6, kamu dapat mengetahui rincian fakta tentang kekuatan gempa, tinggi gelombang laut, jumlah korban jiwa, dan negara- negara yang terdampak oleh bencana alam ini. Paragraf-paragraf yang menjelaskan secara detail termasuk ke dalam struktur Penggambaran Rangkaian Kejadian. • Paragraf terakhir, kembali dijelaskan mengenai Ulasan dahsyatnya bencana alam gempa dan tsunami Aceh ini yang membuat bola bumi ikut bergetar. 2. Identifikasi kaidah bahasa teks eksplanasi a. memuat istilah : skala richter dan tsunami b. menggunakan konjungsi kausalitas 1. Gempa ini mengakibatkan gelombang laut setinggi 9 meter. 2. Gempa bumi yang disertai gelombang tsunami itu merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar sepanjang sejarah.

c. menjelaskan peristiwa: Bencana ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir d. konjungsi temporal Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini terkena dampak gempa secara langsung.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook