Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore pdf Raminis

pdf Raminis

Published by Rubaida.jaspar, 2019-07-15 09:32:49

Description: pdf Raminis

Search

Read the Text Version

TUGAS SKENARIO PEMBELAJARAN

A. JUDUL Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Berbasis Budaya Menambak Kubur Suku Talang Mamak. B. Pendahuluan Suku talang mamak adalah suku asli di provinsi Riau, dimana suku ini memilih jalan hidupnya untuk mengasingkan diri. Hampir semua penduduk talang mamak adalah orang yag buta huruf. Mereka hidup di daerah hilir sungai Indragiri. Suku ini tergolong pada Proto Melayu yaitu suku Melayu tua. Suku Talang mamak kadang disebut juga dengan suku anak dalam atau Suku Langkah Lama. Talang mamak terdiri dari 2 kata, talang dan mamak. Talang artinya ladang kemudian mamak artinya kerabat ibu yang wajib dihormati. Suku Talang mamak ini sangat memegang teguh akan adat istiadat atau tradisinya. Ritual-ritual yang mereka lakukan agak berbeda dengan suku suku lainnya dan mereka memiliki kepercayaan animisme. Suku Talang Mamak tetap mempertahankan ritual-ritual adat lama. Adat istiadat suku talang mamak berisikan upacara-upacara adat Salah satu nya adalah Ritual Tambak Kubur yaitu acara seratus hari kematian dan memperbaiki kuburan untuk peningkatan status social. Ritual ini juga merupakan salah satu bentuk upaya orang Talang mamak dalam menumbuh-kembangkan kebudayaannya sebagai tanggapan aktif terhadap lingkungannya dalam arti luas (alam, sosial, dan binaan). Selanjutnya Ritual Tambak Kubur ini adalah salah satu wujud kebudayaan. Menurut Ahli Sosiolog J.J Hoenigman,terdapat tiga wujud budaya yaitu gagasan, tindakan dan karya. C. Proses Upacara Upacara ini relatif membutuhkan dana besar, sehingga memerlukan waktu. Minimal dua atau tiga bulan setelah seseorang meninggal. Jika uang sudah terkumpul dan dianggap cukup untuk menambak kubur, maka pada hari yang telah ditentukan para ahli waris dan handai taulan berkumpul di rumah duka. Sebuah patung manusia yang terbuat dari kayu lumpung dikafani. Kemudian, diletakkan di ruangan tengah. Patung itu, oleh mereka, dianggap sebagai pengganti orang yang meninggal (almarhum). Para ahli waris, termasuk yang hadir, meratap-tangisinya, sehingga kehening-sunyian terpecahkan. Bagi para ahli waris beserta handai tolannya, tidak boleh tidak, ratap-tangisnya harus sampai kuburan. Sedangkan, yang bukan termasuk kerabatnya tidak perlu sampai di sana, tetapi cukup di rumah duka saja. Setibanya di perkuburan mulailah mereka membuat tambak kubur yang bertingkat tiga. Sementara, kambing dan atau ayam disembelih kemudian darahnya disiramkan ke kubur tersebut (di atasnya). Menambak kubur, bagi mereka, adalah sesuatu yang mesti dilakukan karena dengan melakukan itu sang Arwah akan berada di sisi Sang Penciptanya. Dalam hal ini adalah dunia yang abadi. Ini artinya, jika tidak dilakukan, maka Sang Arwah akan bergentayangan. Satu hal yang khas dalam upacara ini adalah peserta, satu dengan lainnya, memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang “garang”, seperti saling menyerang (seakan-akan hendak bertarung betulan).

1. Bagian-bagian Kubur a) Birai Pintu Birai pintu adalah pagar yang mengelili kuburan. Pagar ini terbuat dari kayu-kayu kecil yang telah dikuliti dengan diameter 2--3 sentimeter. Tinggi antara kuburan yang satu dengan lainnya tidak seragam. Namun, jika diambil rata-ratanya, maka tingginya tidak lebih dari 175 sentimeter. Kayu-kayu tadi diikat dengan tali yang terbuat dari kulit kayu. Demikian, sehingga membentuk pagar yang mengelilingi kuburan. Seseorang yang akan masuk ke kuburan itu, ia harus melalui pintu gerbang yang sengaja dibuat. Pada bagian atas pintu tersebut diberi dua lembar papan yang dilumuri dengan arang yang dicampur dengan kapur sirih, sehingga warnanya tidak begitu gelap sekali. Birai pintu, walaupun secara fisik bentunya sangat sederhana, namun bagi mereka mempunyai makna yang dalam. Bagi mereka pagar bukan hanya sekedar batas suatu kawasan (tempat), tetapi lebih dari itu. Ia merupakan pembatas antara dunia yang nyata dan dunia baru (alam lain). Jadi, birai pintu diibaratkan sebagai pintu gerbang yang harus dilalui oleh roh si mati agar dapat sampai ke tujuan dengan selamat. Oleh karena itu, sungguh aneh jika ada kuburan yang tidak memiliki birai pintu, karena dalam konsep mereka suatu kuburan yang tidak memiliki birai pintu berarti dunia lain yang akan dituju oleh roh si mati tidak jelas. Jika itu ada atau terjadi, maka roh si mati tidak akan sampai ke tujuan, sehingga tetap berada di tengah-tengah masyarakat dan akan selalu mengganggu ketenteraman masyarakat. b) Tambak Tambak adalah bahasa mereka yang dalam bahasa Indonesianya berarti “makam”. Bentuknya menyerupai kerucut dengan dasar empat persegi panjang. Empat persegi yang berada di bagian paling bawah lebih luas ketimbang yang berada di atas. Demikian, seterusnya sehingga menyerupai kerucut tadi. Ia terbuat dari papan pilihan. Artinya, bukan sembarang kayu, tetapi kayu yang mereka ketahui daya tahannya lama (kuat), seperti kayu: bulian, meranti, dan tembusu. Agar kayu tersebut menjadi lebih tahan maka dicat dengan arang sehingga berwarna hitam. Dalam Pembuatan tambak ada suatu upacara yang disebut sebagai “menaikkan tanah” yang menggunakan tiang tunggal. Rangkaian upacara ini adalah: menegakkan tiang tunggal, meratap atau menangis, menyabung ayam, memusingkan balai terbang, bertanya-tanya, memercikkan darah ayam ke makam, dan menutup pintu makam. Adapun makna yang terkandung dalam bentuk tambak yang bertingkat-tingkat itu, tidak hanya menyimbolkan sistem kemasyarakatan mereka (terutama yang berkenaan dengan status sosial seseorang), tetapi juga sistem kepercayaan yang mereka anut (animisme dan dinamisme). Jumlah dan atau tinggi-rendahnya tambak menunjukkan status sosial orang yang dikubur (meninggal). Ini bermakna bahwa semakin tinggi (banyak tingkatan) suatu tambak

maka semakin tinggi status sosial yang bersangkutan. Oleh karena status sosial mereka, berdasarkan jabatan adat, adalah batin, maka tambak seorang batin lebih tinggi dari pada yang lainnya (kepala suku, manti, kumantan, dan apalagi orang kebanyakan). Untuk orang kebanyakan (rakyat biasa), jika ia meninggal dunia, maka tambaknya cukup hanya satu tingkat. Tambak, sebagaimana disebutkan di atas, juga menunjukkan sistem kepercayaan mereka. Hal itu tercermin dari bentuk tambak yang mengarah pada konsep punden yang berundak-undak. Dalam konsep ini tempat yang paling tinggi adalah tempat yang paling suci karena disitulah tempatnya roh si mati bertemu dengan para dewa. Oleh karena itu, jumlah tangga dan atau ketinggian suatu tambak sangat bermakna bagi seseorang yang meninggal dunia. Sebab semakin tinggi berarti semakin mudah untuk bertemu dengan para dewa. Dengan perkataan lain, jalannya menuju ke alam lain yang menjadi tujuan rohnya relative lebih cepat. c) Pasak Pasak adalah pertemuan dua buah kayu pada setiap sudut dari setiap tingkatan tambak. Ia terbuat dari papan yang cukup tebal dari jenis kayu yang kuat dan tahan lama, seperti kayu bulian, meranti, dan tembusu. Agar kayu tersebut tidak cepat lapuk, maka ia dicat hitam dan putih. Warna hitam diperoleh dari arang, sedangkan warna putih diperoleh dari kapur sirih. Selanjutnya, ia diberi lukisan yang berupa bulatan-bulatan kecil dan simetris. Pasak tampaknya tidak hanya berfungsi sebagai nisan semata, tetapi ada makna lain yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks ini pasak adalah sebagai simbol perlindungan bagi roh si mati dalam perjalanannya menuju “dunia baru”. Menurut kepercayaan mereka perjalanan roh penuh dengan rintangan (gangguan). Gangguan-ganguan itu berasal dari makhluk-makhluk halus yang datang dari berbagai arah. Oleh karena itu, pasak dihadapkan pada berbagai arah, sehingga makhluk-makhluk halus pengganggu tadi tidak dapat berkutik. d) Tiang Putar Tiang putar adalah satu unsur dalam tambak juga. Ia berbentuk seperti penumbuk padi (antan) tetapi dalam ukuran yang lebih panjang. Bahannya dari kayu yang keras. Ia merupakan titik tengah (sumbu) balai terbang. Tiang ini bagi kepercayaan mereka dapat diibaratkan sebagai menhir. Sebagaimana kita tahu bahwa menhir pada masyarakat yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan pusat dari suatu alam gaib. Bagi masyarakat Talang Mamak, apa yang disebut tiang putar mempunyai fungsi kurang lebih sama. Dalam hal ini adalah sebagai suatu sarana untuk mempercepat perjalanan roh ke dunia baru (alam gaib).

e) Balai Terbang Balai terbang adalah bagian atap kuburan yang terbuat dari kayu dan anak kayu yang telah dikuliti. Atapnya sendiri terbuat dari pohon nipah atau daun pohon enau. Pada pinggir atap bagian bawah dipasangi papan yang lebarnya kurang lebih 15 sentimeter. Papan tersebut dicat hitam dan putih yang bahannya dari arang dan kapur sirih. Salah satu ujungnya dipagari dengan anak-anak kayu yang telah dikupas kulitnya. Sedangkan, pada ujung lainnya dibiarkan terbuka. Di bagian bawahnya diberi lantai yang terbuat dari bambu sebagai tempat untuk meletakkan barang-barang yang dianggap berguna bagi si mati dalam kehidupan yang baru. Barang-barang itu antara lain: lapik, mangkok, tudung, tempuyung, dan perokokan. Balai ini berfungsi sebagai rumah bagi si mati yang sudah berpindah alam (tempat tinggalnya yang baru). Kehidupan di alam dunia dengan kehidupan di alam sana, menurut mereka, adalah sama. Oleh karena itu, walaupun seseorang sudah meninggal, orang tersebut tetap memerlukan berbagai peralatan sebagaimana ketika ia masih hidup. Salah satu diantaranya dan yang utama adalah rumah. Selain itu, orang yang sudah meninggal juga memerlukan hubungan dengan roh-roh lainnya. Dan, dalam berhubungan tersebut mereka (yang sudah mati) perlu menjamu tamu, pesta, tidur, berkeluarga, dan lain sebagainya, sebagaimana layaknya orang hidup di dunia. f) Penampak Penampak adalah dua buah kayu pipih yang dipasang menyilang pada kedua ujung atas balai terbang. Ia terbuat dari papan yang lebarnya kurang lebih 20 sentimeter dan panjangnya kurang lebih 2 meter. Bentuknya seperti sebuah dayung (bagian tangkai dan bagian yang agak lebar sama panjangnya). Bagian yang agar lebar dihiasi dengan ukiran yang simetris dan dicat dengan warna hitam dan putih. Warna hitam diambilkan dari arang, sedangkan warna putih diambilkan dari kapur sirih. Ia (penampak) merupakan lambang balai terbang yang berjumlah empat buah dan menjulang ke langit. Ini merupakan simbol empat penjuru angin dengan empat malaikat. Ini bermakna bahwa si mati mesti memohon kepada keempat malaikat yang berada di empat penjuru angin (di air, di darat, di langit, dan di akherat), agar seluruh dosa-dosa atau kesalahan-kesalahannya di dunia dapat diampuni.

2. Sesajian untuk Ritual Tambak Kubur a. Persirihan Persirihan terbuat dari rotan dan daun pandan yang digunakan untuk tempat pinang, sirih, tembakau, kapur dan gambir. Persirihan merupakan satu hal yang sangat penting dalam Ritual Tambak Kubur karena persirihan berfungsi sebagai persembahan untuk Batin, Bintara dan Pemangku Adat yang lainnya dan sebagai tanda memulai ritual. b. Kain Putih Kain putih diberikan oleh Batin kepada pihak keluarga simati, yang memberikan Batin lansung dan dikembalikan kepada Batin kembali saat menambak kubur. Kemudian Batin atau Bintara akan memberikan kain putih kepada keluarga si mati, kain putih ini akan di gunakan untuk pembatas Tambak yang paling atas. c. Kain Bercorak Kain bercorak diberikan kepada oleh keluarga simati kepada Batin dan dikumpulkan ditengah rumah pada saat malam sebelum Ritual Tambak Kubur dilakukan.kain bercorak merupakan kain pemberian oleh keluarga atau kerabat si mati kepada almarhum. Kain bercorak digunakan pada pembatas tingkat Tambak, banyak kain bercorak yaitu sebanyak 4 helai. d. Beras Beras yang fungsinya untuk bekal untuk si mati dan beras digunakan untuk mengisi Tambak paling atas kubur.beras digunakan sebagai pengisi Tambak paling atas,

3. Unsur-unsur Seni Ritual Tambak Kubur 1) Seni Sastra berupa Mantra-Mantra 2) Seni Rupa seperti :  Anting-anting Anting-anting terbuat dari papan yang berbentuk segitiga dan sisi bagian bawahnya dibagi menjadi tiga, sehingga tampak seolah-olah bagaikan tiga buah gigi. Pada masing-masing gigi diberi rajutan (tali) dan manik-manik yang pada bagian ujungnya diikat dengan sebuah benda yang berbentuk bulat-panjang. Benda ini terbuat dari gulungan kain perca. Kemudian, papan segitiga tadi dan kain perca diberi warna hitam (dengan arang) dan warna putih (dengan kapur sirih). Pada kuburan, anting- anting ini digantungkan pada balai terbang. Jumlahnya kurang lebih 60 buah, atau malahan lebih dari itu. Sebab yang namanya anting-anting sekaligus menunjukkan status sosial orang yang mati. Dalam hal ini jika yang mati adalah orang yang terhormat dan kaya (semasa hidupnya), maka jumlah anting-antingnya lebih dari orang biasa. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa, menurut alam pikiran masyarakat Talang Mamak, kematian adalah proses kepindahan dari alam nyata ke alam lain (gaib). Mereka yakin bahwa kehidupan di alam sana tidak jauh berbeda dengan kehidupan nyata (dunia). Oleh karena itu, sangatlah wajar jika keluarga yang meninggal sengaja menyertakan kekayaan atau kebutuhan si mati, sehingga yang bersangkutan dapat hidup layak di sana. Penyertaan harta kekayaan si mata dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang ditanam bersama jazadnya, ada yang dibakar, dan ada pula yang digantung. Yang disebutkan terakhir inilah yang memudahkan bagi seseorang untuk mengetahui status sosial si mati (ketika ia masih hidup).  Burung Enggang Patung burung Enggang merupakan patung burung yang terbuat dari kayu dan dicat dengan warna hitam dan putih. Warna hitam, sebagaimana telah disebutkan di atas, berasal dari arang, sedangkan warna putih berasal dari kapur sirih. Ia terletak di puncak balai terbang dan menghadap ke pintu gerbang. Dengan kata lain, letaknya

sejajar dengan penampak. Patung burung enggang ini bagi masyarakat Talang Mamak berfungsi sebagai kendaraan bagi si mati untuk mencapai tujuan dengan selamat. Oleh karena itu, burung ini dianggap suci oleh mereka. Dan, karenanya pantang untuk dibunuh. Kepercayaan lain yang berkenaan dengan burung ini adalah burung tersebut diyakini dapat membawa berita baik dan sebalik.  Burung Cawai Burung Cawai juga merupakan patung burung yang terbuat dari kayu. Burung ini juga dicat dengan warna hitam dan putih. Burung ini dipercayai sebagai sahabat burung enggang. Oleh karena itu, ia terletak di atasnya karena tidak dapat dipisahkan begitu saja. Burung ini, oleh orang Talang Mamak, dianggap mempunyai sifat yang cerdik tetapi bijaksana. Burung ini diibaratkan oleh mereka adalah si mati. Dengan demikian, si mati akan naik burung enggang untuk menuju ke alam yang baru. Oleh karena itu, sebagaimana halnya burung enggang, burung ini tidak boleh dimakan.  Bunga Bunga ini terbuat dari sejenis kayu yang ringan (tempiris). Kayu tersebut kemudian diserut. Kemudian, serutan yang bergulung dan tipis ditata sedemikian rupa, sehingga membentuk bunga yang menyerupai ekor ayam. Ayam, dalam masyarakat Talang Mamak, merupakan simbol kebesaran, status sosial, dan bahkan harga diri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam setiap upacara selalu diawali dengan sabung ayam.  Lapik Lapik adalah tikar yang terbuat dari batang atau daun pandan. Ia dianyam dan dihiasi dengan kain perca yang berwarna merah. Dalam kehidupan sehari-hari, ia berfungsi sebagai alas untuk duduk dan istirahat (tidur). Selain itu, ketika ada tamu yang dianggap terhormat, tamu tersebut dipersilahkan duduk di atas lapik. Alat ini menjadi

penting, tidak saja karena dapat dipakai sebagai pengganti kain kafan, juga termasuk salah satu bawaan si mati. Dalam konteks ini ia ditaruh di balai terbang.  Tempuyung Tempuyung adalah tanah liat yang berbentuk lonjong. Ia berasal dari bekas sarang semut. Pada masyarakat Talang Mamak, ia merupakan salah satu harta si mati yang diletakkan di lantai balai terbang. Benda ini berfungsi sebagai tungku agar si mati dapat melakukan masak-memasak.  Prokokan Sesuai dengan namanya, perokokan adalah tempat rokok yang terbuat dari rotan yang dianyam sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi tempat untuk menyimpan tembakau yang telah siap dirokok. Pada masyarakat Talang Mamak perokokan merupakan salah satu wujud roh si mati dalam rangka menjadi hubungan yang harmonis di alam yang baru. (gufron) D. Penerapan Dalam Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMPN 1 SUNGAI LALA Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : VIII/I ( SATU ) Materi Pokok : Pluralitas (agama, budaya, suku bangsa, pekerjaan) Sub Materi masyarakat Indonesia Alokasi Waktu : Pluralitas Budaya Masyarakat Indonesia : 1 kali pertemuan ( 2 JP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional. . 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.2 Menganalisis pengaruh interaksi sosial 3.2.1. Siswa dapat Menjelaskan pengertian Budaya dalam ruang yang berbeda terhadap 3.2.2. Siswa dapat Mengidentifikasi 3 Wujud kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan. kebudayaan yang terdapat pada acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak 3.2.3. Siswa dapat mengidentifikasi Nilai nilai positif yang terdapat dalam acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak 4.2. Menyajikan hasil analisis tentang 4.2.1. Siswa dapat mempresentasi hasil laporan pengaruh interaksi sosial dalam ruang hasil diskusinya berkaitan dengan Budaya yang berbeda terhadap kehidupan sosial Tambak Kubur pada masyarakat Talang dan budaya serta pengembangan mamak kehidupan kebangsaan. Nilai Karakter : Toleransi, Rasa Ingin tahu dan tanggung jawab C. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran melalui metode PBL, siswa diharapkan dengan benar dapat: 1. Menjelaskan pengertian Budaya 2. Mengidentifikasi 3 Wujud kebudayaan yang terdapat pada acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak 3. Nilai nilai positif yang terdapat dalam acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak 4. mempresentasi hasil laporan hasil diskusinya berkaitan dengan Budaya Tambak Kubur pada masyarakat Talang mamak D. Materi Pembelajaran  Materi pembelajaran reguler a. Pengertian Budaya b. 3 Wujud kebudayaan yang terdapat pada acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak c. Nilai nilai positif yang terdapat dalam acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak  Materi Pengayaan Mencari dampak negative dari kegiatan Ritual Tambak Kubur Bagi Masyarakat Talang Mamak dan masyarakat lain di sekitarnya  Materi Remedial Remedial dapat dilakukan terhadap siswa yang belum mencapai KKM dengan memilih materi materi sebagai berikut:

o Pengertian Budaya o 3 Wujud kebudayaan yang terdapat pada acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak o Nilai nilai positif yang terdapat dalam acara Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak E. Metode Pembelajaran Problem Based Learning F. Media, Alat dan bahan 1) Media a. Gambar- gambar yang berkaitan dengan Acara Tambak Kubur b. Tayangan slide Power point (ppt) c. Video tentang Acara Ritual Tambak Kubur 2) Alat a. Laptop b. proyektor G. Sumber Belajar 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII (Buku Siswa) Edisi revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (halaman 99-107). 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII (Buku Guru) Edisi revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (halaman .......). 3. https://uun-halimah.blogspot.com/2008/09/upacara-menambak-kubur.html 4. https://www.youtube.com/watch?v=5qBCCw2OMCs H. Langkah-Langkah Pembelajaran. Kegiatan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu Pembelajaran Pendahuluan 1) Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik Inti 2) Menyanyikan lagu Wajib Belajar 3) Apersepsi: menanyakan: “ suku suku yang ada berdomisili di daerah tempat tinggal (lingkup kabupaten) 4) Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. 5) Menyampaikan teknik penilaian Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) 1. Orientasi Masalah Guru menayangkan video Uparacara Ritual Tambak Kubur yang terjadi dalam masyarakat Talang Mamak 2. Brainstorming  Siswa mengamati tayangan video yang disajikan dan mengidentifikasi tentang hal-hal yang di ingin diketahui  Dengan bimbingan guru, siswa secara berkelompok

Penutup merumuskan pertanyaan-pertanyaan seperti : 1. Apakah yang dimaksud dengan Budaya/kebudayaan? 2. Apa saja unsur unsur yang terdapat dalam suatu kebudayaan? 3. Bagaimana wujud kebudayaan yang terdapat dalam ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak? 4. Apa saja Nilai nilai Positif dari Acara Ritual Tambak Kubur tersebut. 3. Pengumpulan Informasi dan Data  Siswa membaca buku teks untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai alternatif penyelesaian masalah.  Siswa menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk menemukan pemecahan masalah 4. Berbagi informasi dan berdiskusi untuk menemukan solusi penyelesaian masalah  Siswa merumuskan dan menetapkan pemecahan masalah /solusinya  Siswa menyusun hasil kerja kelompok ,yang dapat berupa paparan /bahan dalam bentuk lembaran 5. Penyajian /presentasi hasil  Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas  Siswa melakukan reviw dan memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok  Siswa dalam kelompok memperbaiki hasil kerjanya berdasarkan tanggapan dan masukan kelompok lain. 1) Peserta didik diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. 2) Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan oleh peserta didik. 3) Peserta didik dengan dipandu guru menyimpulkan pembelajaran 4) Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaranyang digunakan. 5) Peserta didik diberi pesan tentang nilai dan moral 6) Peserta didik diingatkan untuk membaca materi selanjutnya serta melaksanakan observasi/wawancara untuk menjadi tugas dan bahan pemebelajaran pada pertemuan berikutnya I. Penilaian Hasil Pembelajaran 1. Jenis/Teknik penilaian a. Sikap : Observasi / jurnal

 Sikap spritual No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan instrumen pelaksanaan Pembinaan instrumen terlampir Saat 1 Observasi Jurnal pembelajaran  Sikap sosial No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan instrumen pelaksanaan Pembinaan instrumen terlampir Saat 1 Observasi Jurnal pembelajaran b. Pengetahuan : Tes tulisan No Teknik Bentuk Contoh instrumen Waktu Ket pelaksanaan instrumen diakhir 1 Tertulis Uraian 1) Jelaskan pengertian Kebudayaan ! pembelajaran 2) Sebutkan 3 wujud kebudayaan! 3) Sebutkan 3 contoh wujud budaya berupa karya yang terdapat pada ritual Tambak Kubur ! 4) Tuliskan 2 nilai positif yang terdapat pada Ritual Tambak Kubur pada mayarakat Talang Mamak c. Keterampilan : Penilaian Proyek No Teknik Bentuk instrumen Contoh Waktu Keterangan instrumen pelaksanaan 1 Penilaian Rubrik Penilaian terlampir Proyek Saat pembelajaran 2. Pembelajaran Pengayaan Diberikan berupa tugas kelompok untuk mencari dampak negative Ritual Tambak Kubur pada masyarakat Talang Mamak .Penugasan dilakukan setelah Penilaian harian dengan waktu 2 minggu. 3. Pembelajaran Remedial Kegiatan pembelajaran remedial dengan memanfaatkan tutor sebaya melalui belajar kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru terkait materi menjelaskan tentang Pluralitas budaya Masyarakat Indonesia. Kegiatan dilakukan seminggu setelah penilaian ulangan Mengetahui Indragiri Hulu , 20 Mei 2019 Kepala SMP N 1 Sungai Lala Guru Mata Pelajaran (SUDARMONO, M.Pd) ( Dra. RAMINIS, M.Pd )


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook