Jadilah amanah penepat janji Janji penentu titian arah surga atau neraka Lelah dalam cinta ‘tuk anak bangsa Curah pikiran seharian Jamin tuntutan pendidikan untuk cerdaskan mereka Balas cinta dengan mengagungkan profesinya Beri penghidupan layak demi anak mereka Tugas ganda mendidik ribuan anak bangsa Tidak seperti mengedipkan mata Tidak seperti membalik telapak tangan Tak seperti menapak selangkah Atau sulap “Abrakadabra!” Kamar, 12 Maret 2019, 04.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 91
Detik Penantian Si kecil mungil impian Hiasi dunia dalam keseharian Bayangkan betapa indah perasaan Saat hadir dalam dekapan Dengan penuh pengharapan Jalani hari dalam penantian Mendengar suara tangis impian bidadari Si mungil dalam khayalan Detik terakhir dalam penantian Rasa menari‐nari dalam kesakitan Kuperjuangkan sedalam kekuatan Demi si mungil Penenteram hati pencerah hari pengobat sedih Perasa jiwa pemanis pahit pemikat kasih Segala nan indah‐indah Rajut perkataan perlahan Dalam detik penatian Di depan mata si mungil tak bergeming Tak bersuara indah seperti dalam impian Tak kutahu Dalam jiwa detik menanti 92 | Safridah
Kucurahkan tenaga bongkahan kekuatan Kusatukan energi dalam usaha Menanti si mungil Berada dalam dekapan Setelah detik penantian Tuhan mengatakan “belum pantas menerima titipan” Dari impian untuk mendekap erat si mungil pujaan Rumah, 13 Maret 2019, 16.45 WIB (In the Memory of April 2005) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 93
Tak Sempat Kubelai Kulewati Ruang gelapmu di sana Kurasa gelapmu dalam sedih mendera Tetap mencoba Menerima takdir Sang Kuasa Dalam malam kesunyian Entah apa dan mengapa Kau yang tak sempat kubelai Kau yang tak sempat kusayang Hadir hiasi relung hati Seakan menantiku Untuk menghampiri Dan membawamu dalam lelap sunyi malam Di sampingku dalam belaian kasih merindu Dalam jiwa dambakan hadirmu Doa tak henti munajatkan Untuk mutiara jiwa pencerah Yang tak sempai kubelai Untuk menghibur rasa Walau tak ada Dulu dan kini Namun kutahu 94 | Safridah
Kau nanti mutiara jiwa Papah ayah dan bunda Meniti mahligai surga janji sang Illahi Kamar, 13 Maret 2019, 20.40 WIB (In the memory of April 2005) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 95
Ronta Kesedihan Larut sedih dalam bahagia Bahagia tak singgah dalam takdir‐Nya Setelah beberapa hari titipan Tak tergapai dalam genggaman Larut dalam kehilangan Mendengar suara tangisan Tangisan ada dalam dekapan Namun hilang dalam persalinan Tak kuasa sedih jiwa meronta Mendengar pecah tangisan Tangisan yang nyata ada dalam belaian Mengamuk dalam pikiran Kuminta pergi dari pandangan dan pikiran Kilas kini ada dalam ingatan Kejamnya diri di saat itu Gelapnya jiwa karena kehilangan Meminta pergi Dalam badai hujan Diiringi gemuruh angin dan dentuman petir Berada jauh dari pandangan Demi mengikat ronta kesedihan Dalam kepergian alam pun tak rela Kupandang dari kejauhan Tak pantas kulakukan 96 | Safridah
Alam pun marah karena perlakuan Namun demi mengikat ronta kesedihan Tak kupedulikan iba coba goyahkan Yang terpikirkan aku telah kehilangan Tak sanggup mendengar pecah tangisan Hati kubelenggu Tetap tidak mengizinkan Tangisan mendera ronta kesedihan Kamar, 14 Maret 2019, 23.10 WIB (In the Memory of 31 April 2005) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 97
Penantian dalam Hitungan Lelah dalam hitungan Detik … menit … hari … minggu … bulan Hitung detik tak sangkakan Hitung menit begitu panjang Hitung hari silih berganti Hitung minggu penuh kesabaran Hitung bulan akhirnya sambut datang Tanda‐tanda mengingatkan Hadiranya mutiara jiwa nan hilang Alam bahagia gemilau menyongsong Bercampur kecemasan dan ketakutan Dera jiwa bahagia baluti kecemasan Menanti kehadiran sang buah hati mutiara jiwa Hitungan demi hitungan Sampai pada batas penghitungan Kecemasan semakin mendera Berusaha tetap mendamaikan Hati dalam kecemasan Tak setenang air dalam wadah jamuan Menanti dambaan hati lama dinantikan Perjuangan selama hitungan Detik … menit … terasa bagai tahunan Menahan kesakitan 98 | Safridah
Tak mungkin tahan Bila tidak karena mendambakan Buah hati pengganti nan hilang Dalam pegangan Terbayang mutiara jiwa pengganti nan hilang Menjadi pelipur raga Yang larut dalam kesedihan Menjadi insan yang diharapkan Bagi yang merindukan Nan hilang dalam hitungan Kembali dalam dekapan dan belaian Kamar, 14 Maret 2019, 23.10 WIB (In the Memory of 9 Mei 2005) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 99
Di Situ Jua Bersama Mutiara Jiwa Bumi hari ini bersahabat Tampakkan sinar hangat Sentuh wajah yang sedang menikmat Aspal panjang berbatas fatamorgana Bumi hari ini bersemangat Temani penikmat alam raya Hilir mudik Menggapai wahana yang dirindukan Jejeran pucuk merah melambai memberi salam Tersenyum menyapa ramah Menambah hangat karunia bumi Wahana ciptaan menanti menyambut penikmat alam raya Cottage di lembah menjadi singgahan Melepas penat selama satu malam Didindingi bukit batu berukir Kemegahan Kuasa Alam Raya Terdengar iringan suara gemuruh Air jatuh dari bebukitan hijau Menghijaukan suasana bersama mutiara jiwa 100 | Safridah
Malam ditemani bebunyian Makhluk alam ciptaan Illahi Dari bukit tak jauh dari singgahan Menemani lelap dengkur tak tertahankan Hingga mentari tersenyum Membangunkan pemiliknya Seakan tak sabar ingin bermain bersama mutiara jiwa Berada di wahana dambaan Jiwa segera terbawa dalam alam Sentuhan dinginnya air tak tertahankan Jejatuhan air bukit batu nun jauh di atas Merayu datang menghampiri sentuhan gemerciknya Di bawah tumpahan air atas bukit Bersama derai tawa mutiara‐mutiara jiwa Sensasi rasa jatuh di atas ubun‐ubun kepala Merasuk ke pori‐pori seluruh jiwa dan raga Sensasi luar biasa Tak terkatakan keagungan Sang Illahi Pencipta keindahan alam jagat raya Nikmati bersama mutiara‐mutiara jiwa Kamar, 17 Maret 2019, 23.00 WIB (In the Memory of Harau) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 101
Si Celana Merah Muda Karena mutiara jiwa sudah pernah mencoba Kuikuti keinginannya Dengan balut rasa tak dag‐dig‐dug deer Takut tercebur ke bawah Entah apa Galau berbalut rasa antara iya Kuikuti langkah si celana merah muda Meniti tali membentang wahana Hei! Lihat saja dia si celana merah muda Melangkah di muka Menjadi pimpinannya Menggapai tali di ujung sana Satu demi satu langkah tergerak jua Seberangi tali yang bergoyang Menggoyang rasa takut sekujur badan Mengikuti dia si celana merah muda Senyum‐senyum saja dimuka Mengikuti buaian tali terbentang Ke kiri dan ke kanan Di dera rasa ketakutan gapai tali di ujung seberang 102 | Safridah
Rupanya tak sadar kamera Sudah dicekrek … cekrek Di ujung sana oleh si empunya kamera Hasilnya… dapat gambar Ok! punya Kamar, 17 Maret 2019, 23.00 WIB (In the Memory of Harau) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 103
Cahaya Kecil Penerang Langitku kelam Tak terangi dalam jiwa nan sepi Menatap satu cahaya kecil Menyambut seakan ingin gapai jari jemari Semakin ingin kuraih cahaya menjauh Perlahan hilang ditelan gelap malam Kusimpan pertanyaan tentangmu bintang Tetap nikmati alam langit membentang Redup terang datang dari kejauhan Setitik cahaya menjemput teman Terlalu jauh untuk terbang hampiri Menuju cahaya langit dalam gelap malam Tampak kerlip‐kerlip lain bermunculan Mendengar nyanyian langit malam Hiasi langit tadinya kelam Indah dalam taburan bintang Hadir asa tersambung dalam kilauan Walau jauh tak tanda ‘kan tergapai Jiwa tetap dalam naungan Kelam hilang berganti keindahan 104 | Safridah
Menyusup ke relung hati butuh penerang Taburi dengan bintang ciptaan Tuhan Walau kecil jauh dari jangkauan Dapat berikan keteduhan jiwa penuh kedamaian Kamar, 22 Maret 2019, 11.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 105
Separuh jiwa Hampa hilang separuh jiwa Kosong pandang tak bernyawa Bila yang dicinta tinggalkan dunia fana Hadap kuasa tunaikan janji takdir Tak kuasa tubuh melemah Tak daya lawan kehendaknya Hanya doa kuatkan jiwa Jiwa milikNYA jua Kehendak bila ingin lama nikmati dunia Bermakna menjalani perintahNYA Takkan sempurna seperti muda Menua dalam putaran dunia Duniapun pun menjerit akan termakan usia Rapuh tak sanggup menampung beban melimpah Sanggupkah bila jiwa alami Mendekat malaikat menjemput nyawa Entah siapa pilihan perintah pecipta berikutnya Sadari tak guna akan harta Bila akhir cerita menghadap tanpa bernyawa Sedalam sadar merenung siapkan bekal Bekal dibawa dalam titian menuju surga Jadikan nyawa yang masih setia temani jiwa Memungut amalan yang berserakan akibat jiwa muda 106 | Safridah
Tak kan tinggalkan perintah agama Alirkan kebaikan kepada insan Kelak amalan kan membawa Ke taman surga Hilang takut siap menghadapNYa Kamar, 10 April 2019, 22.27 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 107
Profil Pengarang Perempuan anak kedua dari tujuh bersaudara ini lahir pada tanggal 16 Februari 1977, di Kuok, Kabupaten Kampar, Riau. Ia bernama Safridah. Ia bekerja sebagai guru bahasa Inggris di MTSN 3 Pekanbaru sejak tahun 2015 sampai sekarang. Sebelumnya ia pernah mengajar sebagai guru honor di SMA PGRI Pekanbaru pada tahun 1999 s.d. 2000. Kemudian ia menjadi guru kontrak di SMP 1 Minas pada tahun 2003 s.d. 2004. Ia menyelesaikan pendidikan S‐2 di Universitas Negeri Padang Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2013. Jenjang pendidikan yang dilalui pengarang sebelum di universitas, pernah mengenyam pendidikan dasar di SDN 037 Rengat dari tahun 1983‐1989 kemudian melanjutnya di MTSN YPAIR (Yayasan Pendidikana Agama Islam Rengat) dari tahun 1989‐1992 dan sekolah menengah atas di MAN 1 Pekanbaru dari tahun 1992‐1995. Untuk menambah wawasan berorganisasi, ia bergabung dengan organisasi wanita PERTI ‐ PERWATI wilayah Pekanbaru. Kegiatan lainnya, ia aktif sebagai fasilitator daerah (fasda) pembelajaran Program Pintar Riau Tanoto Foundation untuk wilayah Kota Pekanbaru sejak tahun 2018 sampai sekarang. Buku ini merupakan karya kedua penulis. Bila ingin bersilaturahmi, penulis dapat dihubungi melalui [email protected] (email) dan 081371172262 (WA). 108 | Safridah
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120