Berbunyi Setan Ternyata Soetan Kali kedua kudatangi nuansa indah mu Kutatap kejauhan sebelum tapak pijakan pasir putihmu Tetap indah dari kejauhan mata memandang Tak seperti nama sebutan Kucium aroma sekeliling alam pulaumu Masih tak kutemukan setan berkeliaran Ternyat hanya kedengaran sebutan seram Kutemukan tulisan namamu “Pulau Soetan” Tak ada lagi pertanyaan menari nari dalam pikiran Tentang sebutan pulau setan Canda tawa bahagia menikmati alam Bersama teman‐teman yang ikut dalam perjalanan Disuguhi hidangan mengundang selera rasa Sambutan datang ketika pijakan Dengan bentangan tikar tepi lautan Semua nikmati hidangan Tak tampak sisa dalam piring suguhan Makan siang masakan padang Berbumbu alam hiliran angin laut Bercampur alunan deru ombak Pulau Soetan Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 41
Sungguh, Suasana indah persahabat cikgu, karyawan dan pimpinan Terjalin dalam perjalanan indah pulau di lautan Melepas regang pikiran dalam kejenuhan Setelah setahun sibuk dalam mencari suapan Terbayar satu hari dengan indahnya persahabatan Terjalin erat ikatan kekeluargaan Yang selalu didambakan Di Pulau Soetan dalam kesempatan hadiah liburan Pulau Soetan, 25 Januari 2019, 12.50 WIB 42 | Safridah
Sensasi Rasa Jatuh ke Bawah Naiki tangga langkah per langkah Menuju puncak pertama Untuk mencoba Sensasi rasa jatuh ke bawah Berdegap kencang Gemuruh alunan jantung Menambah irama alam puncak Pulau Cubadak Dag‐dig‐dug duaarrr ditambah deruan ombak Karena ingin merasa Jatuh ke bawah Putuskan siap terjun Menantang lautan tenang Ketika kaki sebelah mulai melangkah Antara rasa iya atau iya Pemandu di bawah isyaratkan Jatuh tenang dengan cantik dan indah Dengan membaca bismillah Kujatuhkan raga ke bawah Serasa jatuh Dari bangunan bertingkat jauh di atas sana Tercebur ke bawah Rasakan air laut mendekap mengikat erat Membawa ke atas dengan cepat Memberi rasa butiran‐butiran halus merasuk ke segenap raga Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 43
Laut memandu kembali ke permukaan Sambutan cengang Pelukan erat laut merenggang Buyar dalam rasa asin laut nan tenang Inilah rasa yang pernah tertunda Ketika adrenalin terpacu melompat ke bawah Sensasi sambutan air lautnya luar biasa Puncak satu, 25 Januari 2019, 13.20 WIB 44 | Safridah
Orange di Sela Karang Hijau berlatar biru muda Menambah senyum di kalbu dan jiwa Selami dasar dangkal laut ciptaan‐Mu Tak tampak ikan menari nari Bersembunyi di balik karang‐karang tajam laut biru Coba untuk mencari berlari hindari diri Wahai ikan penghuni karang Datang hampiri diriku Nan rindu akan indah sirip warnamu Nikmati alam menyatu jiwa bersama laut dan karang Coba mencari dan menari‐nari Bersama dalam hayal nyata tahun ini Lihat warna menarik di sela batu Mulai mendekat menyapa Indah oranye warna sirip menari mengitari Senyum beri tanda kenal kedatangannmu Sepertinya oranye adalah ratu Pengawal lain menghampiri marah mendekatiku Nikmati laut dangkal karang batu Coba mengitari laut batumu Amarah ikan pengawal ratu Menatap mengawasi coba menyerangku Tak bawa permaisuri oranyemu Jiwa ingin menari bersama dalam waktu Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 45
Nikmati pesona laut bening dalam biru Nikmati hidup dalam laut karang batu Seperti pesona oranye permaisurimu Takkan bawa dia jauh dari kawalanmu Biarkan mengitari celah batu Bersamaku mengitari nuansa kehidupan bawah laut Snorkling Pulau Cubadak, 25 Januari 2019, 15.20 WIB 46 | Safridah
Sunrise Labuan Sundai Sunrise mengintip diatas bukit menjulang Di pagi kunanti semalam Menatap sambil menunggu gemilangnya cahaya pagi Wow, rasa kagum akan cipta Illahi Selalu tak jauh dari jiwa nan rindu Penikmat alam dari puncak Labuan Sundai Labuan hati setiap insan yang mengharap Akan indahnya rona jingga menyelinap Hingga ke dalam raga dan rasa Bersama beberapa insan nan sabar dalam penantian Menikmati sinaran yang jauh mulai tampakkan Rona wajah alam puncak Labuan Sundai Kudapatkan Nuansa indah dalam gambaran Duduk mengharap terus menyinari Dalam sedikit kabut nan mulai hilang Oleh sinaran yang mulai terang Laut tenang terbangun surut menyambut pagi Terlihat landai di lautan berganti daratan Yang semalam ditenggelamkan pasangnya lautan Fenomena alam yang rupawan Menemani penikmat wisata dalam dinginnya pagi Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 47
Nanti ku akan kembali Menggapai sunrise lebih tinggi Dari sentuhan kaki di puncak satunya lagi Dalam buaian deru ombak pagi nan tenang Ditemani kembali sinar alam rona jingga Merasuk ke relung jiwa dalam menikmati sunrise Dua puluh enam Januari pagi Kunikmati dari puncak Labuan hati Puncak Labuan, 26 Januari 2019, 06.00 WIB 48 | Safridah
Ada di Mana‐mana Tebalut dalam gambar tour travel kisah kita Tak bosan sadar kamera selalu siaga Agar terlihat dalam momen apa saja Selama Perjalan menuju pulau wisata Kode siaga ‘tuk bergaya Dari seluruh yang tanggap kamera Apalagi untuk yang rindu wajah ada di mana‐mana Senyum jiwa bahagia dalam kamera Menambah semangat yang menjentikkan lensa Kubayangkan jika kamera hanya aku yang punya Dalam suasana perjalanan ke pulau wisata Kupastikan semua meminta dengan iba Agar wajah ada dalam kamera Bersiap‐siap dengan gaya Muka cerah senyum simetris tiga Seperti istilah bapak kita Tentu semua tahu siapa namanya (iya, kan?) Bila terlewat sedetik saja Bidik lensa denga selfie saja Tergambar dalam semua momen oke punya Ucapkan “thank you” untuk yang punya kamera Berkatmu kita ada di setiap lensa Namun lucunya Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 49
Ketika dilihat kamera punya yang satunya Fotonya kaki semua Pasti tahu kerjaan siapa (iya, kan?) Tertawa riuh melihat hasil gambarnya Pulau Soetan, 26 Januari 2019, 14.57 WIB 50 | Safridah
Hijau Mangrove Perbatasan Balik oiii, Ke Labuan Sunday Labuan hati lelapkan jiwa raga di malam hari Dengan basah baju kering di badan Tak jadi penghalang keinginan Untuk cekrek‐cekrek pemandangan Pepohonan hijau berakar di lautan Indah tak terkatakan Setelah lelah dalam petualangan Dipandu tour guide ramah dan budiman Tak lewatkan sedetik jua Tetap merasakan alam batas lautan Kesan indah lewati pepohonan berakar Menancap ke dalam wadah batas asin dan tawar Diapit dua sisi kehijauan Melaju kapal dengan kegembiraan Meninggalkan Mangrove hijau lambang kemegahan alam Sambil duduk di ujung kapal Deselingi canda teman‐teman senaungan Disambut laut yang berbatas asin dan tawar Tinggalkan pepohonan mangrove menawan Pemilik hati dan jiwa ingin selalu ditawan Oleh lautan, pepohonan dan alam Kawasan Mangrove, 26 Januari 2019, 15.10 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 51
Amplop Putih Angka Dua Setengah Pada batas waktunya Tiga hari bersama merajut asa Merangkai soal tunas muda berjaya Mulai hari pertama masih tertawa senyum merona Lanjut hari kedua Mulai tampak kerut seribu di muka Pikirkan tunas muda berjaya mudah rintangannya Penuh soal berbagai dinamika Seluruh terbitan buku ada di depan mata Namun tak semudah mengolahnya Terpaut dalam aturan penulisannya Di ujung akhir limitnya Kerut muka semakin bertambah Rongga wajah tak merekah seperti hari pertama Sampai akhirnya semua tertawa Menerima amplop putih warnanya Tadinya tak kubuka Karena ini sudah biasa Setelah tiga hari bekerja Dapat amplop putih dari panitia 52 | Safridah
Tetap kututup rapat sampai kerumah Gelitik kata dari yang ikut serta Intip berapa yang ada di dalamnya Harap terganti bakti kerja kerah kemampuan Ternyata sama dalam lintas pikiran Angka dua setengah nongol di sana Menerima dengan hati bahagia Walau tak sebanding dengan kerjanya Demi kau wahai tunas muda mulia Perih bola mata tambah minus dan cembungnya Panas kepala pikir dinamika gaya soalnya Kembali pada aturan dasarnya Jangan kunci tersebar kemana‐mana Karena proses pembuatan soalnya Menguras tenaga, pikiran dan rasa Terbakar membara di belakang kepala Kunci yang kita punya Ada pada jiwa penulisnya Bekerja ikhlas itulah dia Lafaskan segera “Alhamdulillah” Rumah, 28 Januari 2019, 18.04 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 53
Virus Bait Indah Amplop Putih Angka Dua Setengah Kutulis bait tentang amplop putih yang kuterima Bait sederhana namun indah Menjalar virus pernyair perdana Pada akhir bait kata Tertulis “Sampai akhirnya semua tertawa” Menerima Amplop putih warnanya” Tapi rupanya tak sama Yang dirasa pujangga seni budaya Merangkai bait puitis pula Kuurai lantunan bunyinya “Senyumku belum merekah Karena amplop putih masih tertunda Semua karena waktu yang belum bisa kusapa Tapi tak masalah Mungkin lusa akan kucoba Ntuk raih amplop yang tertunda Smoga esok senyum ceria menyapa Bersama amplop yang tersisa Untukmu para abdi negara Mengukir cita‐cita ‘tuk anak bangsa Selamat sore sahabat semua Gengam amplop putih dua setengah” 54 | Safridah
Tersenyum membaca Komentar indah setelah tiga hari bekerja Dari pujangga seni budaya Virus menyebar segera Cikgu ilmu sosiologi tentang manusia Membalas dengan bait nan tak kalah indah Lantunannya mengundang tawa berderai rasa “Aku belum bisa berkata Apalagi sampai tertawa Bukan hanya kerut di muka Betisku pun teperdaya Menarik rem menginjak gas pula Melalui jalan tak berongga Oleh sesaknya manusia Ah, tak mengapa Belum sebanding dengan perihnya mata Tiga hari lamanya Kusahut bait puisi sang pujangga sosiologi tentang manusia “Hahaha… Semua pasti ada hikmahnya Demi tunas muda di madrasah Walau sang pujangga letih menciptanya Hanya menerima angka dua setengah” Bait berlalu dengan lantunan lainnya Kembali pujangga seni budaya membalasnya Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 55
“Lelahku hilang sampai di rumah Walau dua setengah belum kuterima Itu tak mengapa mesti tertunda” Virus puitis berbalas sahutan Dari pujangga sosiologi tentang manusia “Seandainya saja panitia lupa Apalagi amplop di tangan sudah tidak tersisa Mungkinkah ada amplop berikutnya Ataukah cukup senyum dan secangkir sop buah” Ah, aku tak mau tergoda Biasanya yang manis buat kita terbuai sementara Setelah itu akan hanya tinggal cerita Rupanya hati berbicara “Sebenarnya aku malu Kenapa harus dibuka Bukakah itu rahasia Antara kita, aku, kau dan dia Ya, cerita kita di madrasah” Celetuk pujangga seni budaya Antara aku, sop buah, dan amplop angka dua setengah Berwarna putih pula ‘Tuk momen ini saja ya Angka dua setengah judulnya Akhiri virus puitis amplop putih angka dua setengah “Karena sudah kubuka Tanpa malu menerima 56 | Safridah
Nyata di depan mata Memang itu kenyataannya” Mengintip amplop putih isi angka dua setengah Berakhir dengan ungkapan jiwa syukur “Alhamdulillah” FB, 30 Januari 2019, 08.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 57
Tetap Berkarya Ada cinta dan rasa Di jiwa semangat membara Di tangan karya menggila Menggilakan dunia Dunia edukasi kita Mereka tunas bangsa Di hati ada bara membakar Bakar semangat cikgu‐cikgu mulia Membiaskan karya nan menggila Lewat tinta dan pena Mengalir dalam media yang ada Hingga dibaca Oleh tunas‐tunas harapan bangsa Pencinta naskah komunitas peminat baca Merdeka dalam berkarya Imajinasi menyemburkan hawa Hawa yang bisa diterima Hawa yang menolak secara berontak Tidaklah mengapa Karna merdeka ada dalam sebuah karya Tak perlu ciut akan cemooh recehan menghina Karya tetaplah karya bagi penikmat 58 | Safridah
Nilai karya bukan nilai rupiah Bersemanyam curah hati penggores pena Proses mulainya Tak pejam mencari idenya Tak bersuara saking khusyuknya Siapa yang bisa seperti kami pengkarya Datang kemari Acungkan dua jempol menyambutnya. Madrasah. 2 Februari 2019, 15.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 59
Roses Poem I read a poem about your roses FB, Februari 2019 Roses broom in the day Red violet and blue All are your favorite Sweet and nice in your eyes Red is also my favorite As colour of rose of you Red is always with me Every day beside me On my red lip of me Violet not too my favorite Cos it’ s not every one has Difficult to find every where I am Its scare colour Look like my heart But blue is the most I have It my icon Going to the party Look like beautiful for whose wear it 60 | Safridah
Terlelap Gelombang napas Sayup‐sayup tertidur Mata mendayu Abu‐abu semakin samar Jari jemari masih menari‐nari Rangkai kata yang diksi melantun Dalam gelombang, sayup‐sayup Dan tarian jemari akhirnya terlelap Gelombang napas Teratur dalam alam mimpi Mengarungi jalan gelap Tanpa bulan dan bintang Secercah cahaya datang Tiba tembus kesadaran Buka perlahan Bidadari berada dalam kesadaran Di depan tatapan Tersenyum mengajak Bangkit jiwa dari pembaringan Tinggalkan lelap songsong senyuman mentari pagi WA , 2 Februari 2019, 22.21 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 61
Dipan Kayu Dipan kayu Sendiri tanpa selimut dingin malam Depan rumah tetangga Penikmatmu hilang satu per satu Dipan kayu depan rumah Berteman dinginnya kelam Angin datang menyapa jiwa yang tenang Mengetarkan dipan kayu sendirian Dalam belaian lembutnya malam Dipan kayu Kau bisu sendirian tanpa teman Nikmati alam malam Suara kendaraan lalu lalang Sesekali hampiri Suara jengkrik krik…krik.. krik… Memecah hening sekitar alam Di mana dipan kayu Tegar sendirian Dalam kabut embun malam Sendirian kaku kedinginan 62 | Safridah
Dipan kayu Bukti nyata kokoh tak bergeming Dalam terpaan angin tak lari Setia terpajang sampai pagi menjelang WA, 2 Februari 2019, 22.28 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 63
Kelambu Lapuk lama tersimpan Terkenang kelambu hiasan tidur malam Nyaman dalam bebunyian Jauh dari bisa gigitan binatang Mutiara jiwa terbaring beratapkan Kelambu sahabat Lelap dalam dengkuran Senyum dalam khayalan malam Malam berlalu Mengenang kau yang usang Terbuang Sesampahan menjadi hitam Bersama bakaran Jadi debu berserakan Kotori udara hirupan Walau terbuang tetap jadi kenangan WA, 3 Februari 2019, 10.12 WIB 64 | Safridah
Karya dalam Genggaman Ekspresi menggelora Karya dalam genggaman Nyata maju ke depan Remeh recehan menghujan Tak bawa dalam jiwa dan rasa Kebebasan meracuni Ungkap sebuah gagasan Dalam gelora jiwa memajukan Tulisan menjawab kemampuan Kemampuan tak lihat bentuk wujud Terasah pacu saling mengungkap Ungkap bebas lepas bagai camar di udara Mengudara bebas tanpa palang melintang Curah segala tak kira Hingga ekspresi tepat Membidik titik sasarannya Rumah, 4 Februari 2019, 10.25 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 65
Secangkir Kopi Hitam Hitam kelam Hidangan harum dalam hirupan Kepulan asap panas Dalam hangatkan Malam mulai kelam Ditemani secangkir kopi Suguhan sang bidadari Senyum tambah rasa suguhan Aroma secangkir kopi hitam Teguk rasa gairah Nikmat pahit menambah gelora rasa Menjalar dalam jiwa dan aliran nadi darah Nikmat Senikmat anugerah rasa Memikat ingin mencoba Dalam ragu mendera Secangkir kopi hitam Kini kutatap sayu mengharap Menolak raga nikmati aroma dan rasa Sebab usia minta tak menyentuhnya WA, 3 Februari 2019, 22.10 WIB 66 | Safridah
Gelas Kaca Bertangkai Bongkahan kristal putih bening Permukaan tajamkan penglihatan Mencoba untuk gapai Berasa seakan dingin Guratan indah ukir makna Dalam gelas kaca bertangkai Bening Guratan indah di balik makna Selami jiwa dalam di tengah Tembus dinding bening gelas kaca Menyatu dalam kristal putih berwarna Nyata kulihat dalamnya Kosong hampa tertutup hawa Tak bernyawa Kokoh pijakannya Tak goyah Menunggu sang pembuka tutupnya WA, 3 Februari 2019, 22.05 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 67
Bait Sastra Pikiran lelap malam ini Abu‐abu memandang bait‐bait Mestinya ada dalam kalbu Kompromi tak dapat selaraskan penajaman Setengah terbuka mata Bait menggelitik merayu indah dalam balutan Selaput tetap mencoba bertahan Berada dalam bait‐bait Semakin bait demi bait Semarak dalam sastra hijau Perlahan penajaman coba bertahan Dalam khayal tulisan Ungkap rasa di jiwa Coba cipta kata perkata Coba tulis nan indah Coba rangkai kalimat penggugah Gugah penajaman mata Gugah hati pujangga Dalam bait indah sastra hijau Tercipta lantunan raga 68 | Safridah
Pejaman terkalahkan Penajamam belalakkan Hati kuatkan Jemari ungkapan rangkaian Lewat tulisan indah lantunan Nikmat perasaan Menggugah ungkapan Lelap terkalahkan WA, 6 Februari 2019, 23.15 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 69
Unik dalam Diri Elok rupa Mutiara jiwa pertama Tak terima tutur kata Amarah dari alunan nada Setiap bertegur sapa Embusan kelembutan menyeka amarah Tetap unik di relung hati Bayangan ada dalam jiwanya Tak salah tanggapi ekspresi hati Ibarat aliran angin semilir Pertemukan angin putting beliung Tertelan dalan lingkaran Menjauh dalam putaran Semakin dalam putaran Lelah membawa debu‐debu rerantingan sampah‐sampah Lelah putaran Melodi sayup hingga daya melemah Terdiam mendengar Embusan kasih sayang bunda Wajah bayanganku dan dia Takkan persalahkan Gelombang nada nan tak indah Sebentar saja Reda dengan sendirinya 70 | Safridah
Sadari keunikan perpaduan Aku dan dia pantulan diri Ada dalam jiwanya Kamar, 7 Februari 2019, 04.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 71
Setrika Sanding Pakaian Licin rata indah Kerut kisut hadangan estetika Manis meremaja baluti keindahan Budimu dalam gerakan Kiri kanan depan semua menawan Aliran setrika sanding pakaian Rangkai susunan menawan Tambah rupawan cikgu kenakan Tersusun rapi dalam tatanan Masuk lelap peraduan Lupakan sanding pakaian Lelapkan jiwa letih dan lelah Mentari pagi Sambut kesibukan Mengenakan pakaian Sanding terlihat tempaan Setrika tadi malam Rapi dalam balutan Ekpresi jiwa cinta kerapihan Tampilan cikgu nan dinantikan Rumah, 8 Februari 2019, 23.05 WIB 72 | Safridah
Melati Hiasi Rumah Mungil Abadi Melati hiasi Rumah mungil abadi Sendiri di sana menanti Munajadkan doa Bersama bunda nanti Kita meniti jembatan Istana megah hadiah sang illahi Samping rumah mungil abadi Melati s’bagai pengganti Jiwa raga terpisah Sunyimu di sana Tanda kami Slalu temani Selimuti dari dingin kelam Lindungi dari Terik mentari Segarkan rumah abadi Melati tetap harumkan Rumah mungil abadi Aromamu dalam dekapan Dekapan tak dapat disii Dekapan hanya setengah jam Dekapan dalam tatapan Dekapan dalam pengharapan Dekap nikmat dalam bayangan Melati jadilah teman Pengganti kami di sana WA, 8 Februari, 05.26 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 73
Aroma Memikat Menggoda permukaan lapisan Ornamen hijau hiasan Warna memikat sentuh perasa lidah Penghuni Sumatra tengah menggeliat Tahan diri mendekat Karna tak bisa coba mengecap Rogoh saku tak temui pengikat Cicipi aroma memikat Bingkai rupamu Olesan kuning wajahmu Tetap teringat sampai terbawa mimpi Dahaga lapar menambah gairah cicipi Ditemani secangkir teh hangat penyegar rasa Pagi ini tak biarkan hanya aroma menyelimuti Suasana jiwa nikmati akhir pekan penantian Indah nikmati santap pagi Bersama pemikat hati Bidadari kecil menemani Bersama menikmati Aroma memikat dan secangkir teh hangat Rumah, 10 Februari 2019, 07.30 WIB 74 | Safridah
Happy Birthday Merona malam dalam rangkulan Ukir rasa cinta Menjelajah semua pemilik hati Sedia santap hidangan pilihan Menanti segelas minuman Gairahkan rasa aroma cicipan Menjelang perbatasan malam dan pagi Merayakan usia capai kematangan Ditemani mutiara jiwa dikawal belahan raga Cengrama mengalun dalam genggaman Tak henti nikmati alunan Lembut masuki indra penikmat makanan Sejuk semanyam di lubuk hati Rayakan usia tak muda lagi Terima untaian selamat tiada henti Sejak mentari menyelinap songsong pagi Sampai perbatasan malam Dalam alunan nada resto kayu Kata lekat bulan kedua tahun ini Tambah usia ingat waktu semakin singkat Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 75
Makna bahagia bersemayam dalam damainya jiwa “Happy Birthday”, “Happy Birthday” Mengalun sambut angka empat dua tahun berjalan Berjalan dalam senandung cinta kasih mutiara dan kesayangan Resto Kayu, 16 Februari 2019, 10.10 WIB 76 | Safridah
Pesona Jingga Jingga memesona cakrawala senja Langit tampakan bias rona cahaya Gelap menimpa ufuk sebelah barat Jauh pandang ujung batas Nan tak berujung di lautan lepas Malam menyambut Tanda laut hentikan beriak garang Jadikan tenang dalam menyongsong malam Jauh menatap pesona jingga Jadikan aku kelam nan indah Tutupi jingga perlahan Di saat semua jiwa di tepi menikmati Fenomena alam sambut malam Jadikan aku kelam nan dinanti Semua yang di tepi Mencari kelam dua per tiga menutup matahari Menanti hingga akhirnya Gelap malam menghapus rona jingga indah Jadikan aku kelam nan abadi Dalam satu malam Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 77
Menutupi bermacam‐macam beriak siang Memberi ketenangan insan Dalam malam kelam penuh ketenangan Setenang pesona jingga tenggelam di peraduan WA, 9 Januari 2019, 10.10 WIB 78 | Safridah
Appresiasi Teman Seprofesi Karya perdana Diapresiasi teman seprofesi Lugas kata baru kubisa Sebagai pemula coba ‘tuk berkarya Coba baca isinya Beri kritik penulisnya Beri nada dalam gaya bahasanya Beri diksi tepat penempatannya Agar karya selanjutnya Rajut bait lugas lantunannya Dalam jiwa menyatu rangkaiannya Diminati pencinta karya pena Mesti lebih indah Lebih bernuansa Lebih beraroma Memikat memesona Karya diapresiasi teman seprofesi Cikgu cantik berdua ikuti jejak saya Punya karya di tangan cikgu mulia Takjub luar biasa Rumah, 9 Februari 2019, 8.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 79
Tafakur Sendiri duduk tafakur Bayangan ada di angan Dunia rajai diri Lupa akan pencipta Termenung panjang benahi diri Terdiam ingat akan salah diri Menggenggam tangan sesali terjadi Lalai jiwa karena duniawi Lupa perintah Illahi Tafakur kini Coba benahi diri Dekatkan diri kepada Illahi Tafakur Ditemani senja matahari Ditopangi batu bisu dudukku Dihiasi rona rona jingga Menyatu dengan alam Mulai guratan kelam Menutupi senja Tafakur lanjutkan dalam kelam 80 | Safridah
Walau kelam Tafakur cerahkan kusam Tafkur undang terang Menerangi hati, jiwa, raga Untuk selalu ingat Terima ikhlas tulisan takdir kehidupan Karunia tanda sayang pemberian pencipta Jalani alur sampai penghujung cerita WA, 10 Februari 2019, 16.20 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 81
Lantunan Syahdu Lantunan ayatmu Busur panah menikam jantung Tunduk pedih ingat akan perintah tak tergapai Dalam sujud kecamuk Amuk dada gemuruh jiwa bertahta Bertanya pada logika Ibadah lalai Sebab duniawi tundukkan nafsu Entah mana mesti kugapai Duniawi atau ayat ayat lantunan syahdu Iringi hening malam Kecil semut di bawah naungan ciptaan‐Mu Makhluk tak daya terpedaya nafsu Tak seberapa banding isi makhluk‐Mu Lemah dirajai dunia‐Mu Insyaf akan lalai mengingat‐Mu Syahdu ayat suci perintahmu Kini menggema ke seluruh tubuhku Bergetar tahan rasa akan kuasamu Menggigil jiwa rasa bersalah 82 | Safridah
Kuasakan diri Jauh dari dosa‐dosa kecil Tak sentuh dosa besar dalam ayatmu Hilang dosa selubung perlahan dengan amalan Kamar, 13 Februari 2019, 02.10 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 83
Kebebasan Gagasan Kebebasan rasa terenggut Koreksi dan saran dalam deras aliran Pesan tak seperti anggapan Anggapan tak seperti dalam gagasan Anggap teguran perhatian ‘tuk perbaikan Sisi pandang menurut ukuran Ukuran membedakan penafsiran Penafsiran tak sampai karena ulasan dan uraian Mengedepankan pengalaman dalam tatapan di depan Kemerdekaan rasa dicabik Dalam jiwa ungkap keunikan Atau memang kurang bidik Etika uraian tak satu arah pemahaman Susut semangat mula pendengaran Tak mau ego terima saran Tak sama ide paparkan sisi pandang Anggap semua datangkan keberkahan Rangkai karya kedua dan ketiga Kan terima kritik saran Berat tak tertanggung muarakan keringanan Tajam asahan dapat tumpulkan 84 | Safridah
Dalam galian tuangkan tanah timbunan Buruk pandangan gemakan diksi pilihan Senadakan tulisan selaraskan pemahaman Sampai pesan ulas pikiran temui keselarasan Kamar, 17 Februari 2019, 05.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 85
Kopi Cinta Terlukis cinta mengapung di tengah Indah dalam angan berwindu Buih aroma hitam pekat senyuman Melekat maknai ukiran jiwa merindu Tanda cinta suguhan Hiasi cup bertadah piring putih Tak sanggup tuangkan Rasakan maknai nuansa cinta Berukir tanda hati yang tak bergeming Mengapung tanpa goyah Ukiran hati tanda cinta Menghapus kesemuan cakrawala pikiran Menunggu sambutan dambaan sang pujaan Sentuh rasa hirup aroma Suguhan pekat menatap Perlahan memacu hirupan dalam harap Cinta perlahan merasuki perasaan Mengaliri nadi luruhkan hamparan kejenuhan Megoyak bayang kelam di lorong tak berujung Menyentak kelam selimuti pelayaran 86 | Safridah
Berganti gelora nikmati Kopi cinta suguhan sang pangeran Betanda hati lambang ungkapan Kasih sayang tak kunjung meremang Muarakan dalam rajutan angkasa senja Semaikan dalam derai hujan Merekah dalam dermaga cinta kapal kecil kita Mengitari denyut waktu bintang dan sasmita Rumah, 21 Februari 2019, 04.45 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 87
Sabda Alam Malam Langit gelap ditemani bintang gemerlap Tak semua bintang berikan cahaya Kecil dan jauh di atas sana Tak dapat jangkau tangan membentang Alam malam sabdakan bulan bintang Sentuhkan cahaya malam sampai ke bumi Terangi gelap dengan cahya terang Temani bintang kecil yang memijarkan cahaya Alam teriakkan bebunyian Semarakkan suasana malam Dentumam tanda pergantian malam Tak sampai di alam pedesaan Nun jauh dari jamahan tangan Alam sabdakan Bahagiakan jiwa mereka dari kesepian menjelma Jeput penghuni hutan meriahkan Tarian hutan semilirkan Bangkitkan suara‐suara ditelan malam Ciptakan arena malam penuh ketakjuban Sabda alam malam dalam pergantian Sentuh mereka dari mimpi indah 88 | Safridah
Bangunkan jiwa dalam dengkuran Basuh muka air dingin malam Mengingat Tuhan dalam kekhusyukan Khusyuk yang membawa tenang Dalam jiwa yang penuh dengan kekerdilan Sadarkan insan mulia Berbekal amal semasa diberi kesempatan Kamar, 22 Februari 2019, 04.01 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 89
Aspirasi Pendemo Aspirasi pendemo berjejer di depan gedung kota Jangan salah anggap sikap anarki pengkhianat lembaga Dituding mencari sensasi Atau sikap tak berbudi Apalagi aspirasi pencerdas negeri Perangkai perajut pendesain pencetak tunas berjaya Pemimpin negeri di zaman yang lebih canggih Duhai pemimpin negeri Apajadi negeri tanpa guru sebagai pondasi Ibarat ibu menyapih kertas putih Tanpa noda ketika kalian antarkan mereka Bertuliskan takdir dalam kepemimpinan Takkan duduk engkau di kursi Tanpa didik tulus hati menangis Ikhlas dalam pengorbanan jiwa dan raga Untuk penerus generasi negeri Duhai pemimpin negeri Adil sikap beri hak mereka di sana Jangan disulap Dari nyata menjadi angan dalam hayalan Demi kepentingan kursi empuk singgasana Jangan amnesia merajai diri Setelah kokoh berdirimu di sana 90 | Safridah
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120